SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Perkembangan filsafat pada masa modern telah berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan, yang berarti bahwa pengalaman dan akal pikiran manusia mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Pada masa ini, Renaissance dan Humanisme menjadi awal masa modern dimulai. Oleh sebab itu, pada masa ini dipandang sebagai masa dimana ilmu pengetahuan yang alamiah yang dapat dipakai. Ilmu pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh berkembangnya sains yang sangat pesat. Hampir di semua hal menggunakan ilmu sains sebagai landasannya, sehingga konsep-konsep pemikiran baru yang diperkenalkan oleh sains sangat berpengaruh terhadap filsafat masa modern. KARAKTERISTIK PEMIKIRAN Pemikiran pada masa modern sangat kompleks dan bervariasi jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pemikiran pada masa modern lebih banyak dipengaruhi oleh adanya sains yang hampir mendominasi di semua sektor kehidupan, khususnya dalam ilmu biologi, geologi, dan kimia. Orang-orang selalu berpikir menggunakan rasio atau akal pikirannya karena salah satu ciri-ciri dari sains adalah logis. Pemikiran yang logis inilah yang dapat disosialisasikan dan diterima oleh masyarakat dunia sebagai pemikiran yang alami. Kemudian, adanya penemuan pada bidang mesin memberikan kontribusi yang luar biasa pada perkembangan industri di dunia. Pada awalnya sektor industri dikerjakan dengan tenaga tangan manusia dan dibantu dengan tenaga hewan, kemudian tergeser karena adanya mesin-mesin industri yang membantu mempermudah pekerjaan dan menghasilakn output/produk industri yang lebih banyak, lebih baik, dan tentunya lebih ekonomis. Penemuan mesin-mesin tersebut juga mempengaruhi pola pikir manusia untuk mendalami ilmu pengetahuan terutama sains guna mengembangkannya di masyarakat. Pemikran filsafat pada abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern, serta membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah (Asmoro Achmadi, 2007 : 27). Metode induksi berarti suatu metode yang menarik suatu kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Pada intinya, metode induksi menuntut manusia untuk belajar menyimpulkan dari data eksperimen indrawi yang diteliti atau diamati. Hal tersebut penting bagi manusia agar kesimpulan akhir yang didapatkan memang benar-benar akurat dan bersifat logisilmiah. Artinya, bahwa kesimpulan tersebut memang benar-benar bisa dinalar dengan logika dan bisa dibuktikan keabsahannya. Akal pikiran manusia pada masa modern menempati posisi yang mengagumkan. Segala tingkah laku dan tuturan manusia harus harus dipikirkan dengan logis terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada masyarakat. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya (Asmoro Achmadi, 2007 : 114). Jadi sangatlah jelas bahwa akal pikiran manusia sangat berperan dalam kemajuan pengetahuan di semua sektor kehidupan. Manusia yang yakin akan akalnya secara otomatis mampu menghasilkan output dari eksperimennya, sehingga permasalahanyang ada dapat diatasi dengan baik. Filosof yang Hidup pada Masa Modern a. Rene Descartes (1596-1650) Rene Descartes dijuluki sebagai “Bapak Filsafat Modern”. Pada awalnya Descartes menuntut ilmu di sekolah Yesuit dan selanjutnya ia mempelajari ilmu alam, 1
ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Descartes memiliki sifat atau watak yang baik dan tidak suka menonjolkan ilmu yang dimilikinya. Ia lebih sering bersikap biasa-biasa saja di setiap kesempatan. Pada tahun 1612, Descartes pergi ke Paris, namun tak lama kemudian ia mengasingkan diri di Faubourg St. Germain, yaitu suatu daerah terpencil guna lebih fokus untuk menekuni geometri. Pengasingan dirinya tersebut tidak berlangsung mulus, karena tak berselang lama teman-temannya mapu menemukan keberadaannya. Sehingga untuk menyembunyikan jejaknya tersebut, Descartes pada tahun 1617 nmendaftrakan dirinya untuk menjadi Tentara Belanda dan pada tahun 1619 menjadi Tentara Bavaria. Bukunya yang berjudul Discours de la Methode ditulisnya selama ia menjadi Tentara Bavaria. Kemudian ia memutuskan untuk berhenti dari tentara dan memilih tinggal di Paris pada tahun 1625. Lagi-lagi teman-temannya mengetahui keberadaannya, sehingga memaksa Descartes untuk bergabung kembali menjadi tentara pada tahun 1628. Setelah itu, ia memutuskan untuk lebih memilih tinggal di Belanda. b. Spinoza (1632-1677) Nama lengakapnya adalah Baruch Spinoza, merupakan seorang filosof yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia menerima pendidikan di sekolah Yahudi. Ia menulis beberapa karya dalam bukunya yang antara lain berrjudul Ethics,Tractatus Theologico-Politicus dan Tractatus Politicus. c. John Locke (1632-1704) John Locke lahir di Wrington,Inggris pada tahun 1632. Ia adalah seorang ahli hukum yang menyukai filsafat dan teologi. Selain itu, ia juga gemar mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Locke memilih menempuh pendidikan di Universitas Oxford untuk memperoleh gelar sarjana. d. G. W. Leibniz (1646-1716) Leibniz adalah seorang doktor yang lahir di Leipzig. Ayahnya merupakan seorang profesor filsafat moral. Tahun 1666, ia berhasil meraih gelar doktor yang pada masa kuliahnya ia belajar tentang hukum. Tahun 1672, Leibniz pergi ke Paris karena ia tahu bahwa pada saat itu Paris merupakan negara dimana matematika dan filsafat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perkembangan keilmuan. Ia kemudian menulis karya yang berjudul Monadology dan Principle of Nature and of Greece. e. George Berkeley (1685-1753) George Berkeley adalah salah satu dari anggota Trinity Gollege yang berasal dari Irlandia. Ia kemudian menjadi Uskup Cloyne di tahun 1734. Ia menulis beberapa karya yang antara lain berjudul Theory of Vision, The Principles of Human Knowledge, dan The Dialogues of Hylas and Philonous. f. William James (1842-1910) William James merupakan seorang filosof berkebangsaan Amerika yang ladir di New York tahun 1842, tepatnya pada tanggal 11 Januari. Ia telah mewarisi bakat ayahnya yaitu seorang pemikir. James mempelajari ilmu kedoteran di Universitas Harvard, kemudian melanjutkan studinya mengenai psikologi di Jerman dan Perancis. Setelah itu, ia mengabdikan dirinya sebagai dosen di Universitas Harvard dengan mengajar filsafat, psikologi, fisiologi, dan anatomi. Selama hidupnya, James banyak menghasilkan karya buah pemikirannya yang antara lain berjudul : The Principles of 2
Psicology, The Meaning of Truth, The Will to Believe, The Varieties of Relogious Experience, dan Pragatism. g. John Dewey John Dewey lahir di Amerika pada tanggal 20 Oktober 1859. Ia menempuh pendidikan di Baltimore, dan akhirnya ia mengajar filsafat dan bidang pendidikan (pedagogi) di universitas-universitas di Amerika. Dewey kemudian merealisasikan mimpinya untuk mendirikan Laboratory School yang kemudian dikenal masyarakat dengan nama The Dewey School. Selama adanya sekolah tersebut, ia sedikit banyak menerapkan teorinya tentang pendidikan, dan pada akhirnya secara terus-menerus meninggalkan pola pendidikan tradisional. Pada pola pendidikan tradisional, siswa dituntut untuk selalu mendengarkan apa yang diucapkan gurunya dan menghafalkan semua materi mata pelajaran. Tentu ini sangat kontradiktif dengan teori Dewey, ia memaparkan bahwa efektifitas pembelajaran akan maksimal apabila guru mengajak siswa secara langsung untuk melibatkan diri dalam diskusi mengenai suatu permasalahan, sehingga kreativitas siswa akan terasah dan potensi yang terpendam dalam dirinya tidak akan hilang. PEMIKIRAN PARA FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA MODERN a. Rene Descartes Descartes berusaha membangun pemikiran filsafat tanpa mempertimbangkan dasar-dasar pendahulunya. Ini merupakan tanda dari suatu kepercayaan diri baru sebagai efek dari majunya pengetahuan sains. Memang sains menjadi salah satu ciri dari masa modern. Adanya sains mendorong manusia-manusia untuk lebih merasionalkan pemikiran mereka. Descartes mengonsepkan bahwa suatu ilmu pengetahuan harus berdiri sendiri dan terpilah dari ilmu pengetahuan yang lainnya. Ia juga mengatakan bahwa ‘kebenaran memang ada, dan kebenaran dapat dikenal, asal jiwa kita berusaha untuk membebaskan diri dari isinya yang semula, meniadakan jalan dari luar ke dalam dan mulai lagi dengan jalan dari dalam ke luar, seperti yang terjadi di dalam ilmu pasti’ (DR. Harun Hadiwijono, 1994 : 19). Ini jelas mengatakan kepada manusia apabila manusia ingin mendapatkan suatu kebenaran, maka hendaknya manusia harus menetralkan dahulu apa yang ada di dalam pikirannya, karena pemikiran yang lama akan sedikit banyak mempengaruhi hasil pemikiran yang baru. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk selalu berusaha membangun ide-ide pemikiran baru yang rasional agar ilmu pasti yang didapat tidak tercampur adukkan dengan yang lainnya. Keraguan atau ketidakpastian yang dialami masyarakat pada masa Descartes menunjukkan bahwa masyarakat terlalu terpengaruh oleh bermacam-macam khayalan yang sudah lama tertanam dalam pemikiran. Berbekal pengalaman inilah Descartes terdorong dirinya untuk melepaskan diri dari segala macam pemikiran tradisional dan semua gagasan filsafati yang terdapat pada zamannya. Ia menginginkan untuk segera memulai dengan cara yang baru. Padahal untuk memulai hal-hal yang baru dibutuhkan suatu pangkal pemikiran yang pasti, yang menurutnya dapat ditemukan dengan rasa keragu-raguan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keraguan selalu muncul dalam diri manusia, namun inilah sebenarnya awal mula dari proses pencarian kebenaran. b. Spinoza Menurut Spinoza kebebasan berpendapat itu penting. Oleh karena itu, hendaknya setiap orang mempunyai kapasitas/hak yang sama untuk mengeluarkan pendapat di depan publik, sehingga tidak akan terjadi diskriminasi pendapat. 3
Sistem metafisika Spinoza termasuk jenis yang telah dirintis oleh Parmenides (Bertrand Russel, 2007 : 748). Ia memikirkan bahwa Tuhan juga memiliki sifat-sifat lainnya yang tak terbatas jumlahnya, karena Tuhan tidak terbatas dalam setiap aspeknya. Ia mempercayai Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Agung. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan ketentuan dari Tuhan. Posisi manusia adalah sebagai makhluk yang terbatas yang mempunyai kemungkinan terbuka dari segala ancaman pengaruh yang bertentangan dengan wataknya untuk mempertahankan diri, sehingga manusia perlu melakukan usaha untuk mempertahankan diri yang disadari sebagai suatu keinginan. Keinginan manusia tidaklah lain kecuali hanya untuk selalu berpikir murni dan bertindak sesuai dengan etika yang berlaku.
c. John Locke John Locke adalah filosof yang berusaha untuk menggabungkan teori empirisme dan ajaran rasionalisme, walaupun pada kenyataannya penggabungan ini sangat menguntungkan pihak teori empirisme. Ia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan manusia hanya didapatkan melalui pengalaman. Akal tidak pernah melahirkan pengetahuan secara mandiri, sehingga akal akan pasif saat penegtahuan telah didapatkan. Locke mengatakan bahwa gagasan-gagasan atau ide-ide adalah objek pengetahuan yang timbul karena pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflection). Pengalaman lahiriah mengajarkan kepada manusia hal-hal yang ada di luar, sedangkan pengalaman batiniah mengajarkan tentang keadaan psikis diri individu sendiri. Kedua pengalaman ini saling berkesinambungan, sehingga tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena pengalaman lahiriah harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Segala gejala psikis yang secara sadar manusia saksikan adalah sebuah kenyataan yang nantinya akan menjadi suatu pengalaman yang bertujuan agar manusia nantinya selalu berbuat dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma. Bagi Locke, kebebasan kehendak adalah kecakapan manusia untuk menentukan apa yang akan dilakukan, semata-mata karena pandangan dan pertimbangan rasional, tanpa ada paksaan dari luar (DR. Harun Hadiwijono, 1994 : 38). Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk selalu mengungkapkan kehendaknya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak lain, sehingga output yang dihasilaknpun akan lebih murni. d. G. W. Leibniz Mendasarkan pada substansi adalah konsep pemikiran dari Leibniz. Ia menyebut setiap substansi adalah monade. Setiap monade bersifat tunggal dan tidak dapat dibagibagi, sehingga manusia hanya cukup mengenal satu monade saja untuk mengetahui segala sesuatu di alam semesta ini melalui suatu usaha. Usaha memang penting dilakuakn manusia agar manusia melalui suatu tahap pemikiran yang baik. e. George Berkeley Berkeley mengenalkan teorinya bahwa pengetahuan yang manusia miliki bersandar pada pengamatan. Pengamatan terjadi karena adanya kesinambungan antara indera yang satu dengan indera yang lainnya. Disini, sifat pengamatan adalah konkret, artinya bahwa isi yang diamati memang benar-benar dapat diamati secara nyata dan bukannya hasil rangkuman individual seseorang yang abstrak. Jadi, sanagtlah jelas bahwa gagasan atau ide yang dimiliki manusia pada hakeketnya merupakan hasil akhir dari suatau pengamatan sebelumnya. 4
f. William James Yang dimaksud dengan pengalaman murni ialah perubahan-perubahan langung yang terus-menerus dari hidup ini, yang melengkapi bahan-bahan yang diperlukan bagi pemikiran kembali atau refleksi kita di kemudian hari (DR. Harun Hadiwijono, 1994 : 131). Perbuatan yang dilakukan manusia menaklukkan akal,artinya bahwa akal hanya sebagai pemberi informasi dan pembuka jalan baru bagi perbuatan riil manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keyakinan sementara manusia terhadap sesuatu merupakan sebuah “kepercayaan” yang ini nanti merupakan persiapan langsung yang diperlukan bagi perbuatan. Dari sini jelas bahwa akal manusia bisa ditaklukkan oleh perbuatan. Perbuatan yang dilakukan manusia pada intinya hanyalah untuk mencari kebenaran. Padahal menurut James, tidak ada satupun kebenaran yang sifatnya mutlak, berlaku umum, dan berdiri sendiri. Setiap hari manusia senantiasa melakukan aktifitas dan mobilitas, sehingga pengalaman yang manusia dapatkanpun akan juga berubah. Ini menunjukkan bahwa apa yang manusia anggap benar saat ini akan dikoreksi melalui pengalaman selanjutnya.
g. John Dewey Menurut pendapat Dewey, filsafat bertugas untuk memberikan garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup, sehingga filsafat harus berlandaskan pada pengalaman, menyelidiki, serta mengolah pengalaman secara aktif dan kritis. Hasil pengalaman haruslah selalu bersinergi dengan orang yang mengalaminya secara langsung. Jika keduanya tidak disatukan, dalam arti dipisahkan antara sujek dan objeknya, maka tidak akan pernah terjadi yang namanya pengalaman, namun yang akan tejadi hanyalah pemikiran kembali atas pengalaman yang terjadi. Selanjutnya penyelidikan adalah suatu aktivitas yang terarah guna menemukan bukti nyata dari sesuatu. Penyelidikan berkaitan dengan penyusunan kembali pengalaman yang dilakukan dengan sengaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa penyelidikan adalah suatu cara untuk menyusun teori yang logis dan tepat dari konsep dengan penuh pertimbangan. KESIMPULAN • Pemikiran pada masa modern lebih banyak dipengaruhi oleh adanya sains yang hampir mendominasi di semua sektor kehidupan. • Orang-orang selalu berpikir menggunakan rasio atau akal pikirannya karena salah satu ciri-ciri dari sains adalah logis. • Pemikran filsafat pada abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern. • Akal pikiran manusia pada masa modern menempati posisi yang mengagumkan. Segala tingkah laku dan tuturan manusia harus harus dipikirkan dengan logis terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada masyarakat. • Rene Descartes dijuluki sebagai “Bapak Filsafat Modern” • Descartes berusaha membangun pemikiran filsafat tanpa mempertimbangkan dasardasar pendahulunya. Ini merupakan tanda dari suatu kepercayaan diri baru sebagai efek dari majunya pengetahuan sains. • Descartes mengonsepkan bahwa suatu ilmu pengetahuan harus berdiri sendiri dan terpilah dari ilmu pengetahuan yang lainnya. • Menurut Spinoza kebebasan berpendapat itu penting. 5
• Spinoza memikirkan bahwa Tuhan juga memiliki sifat-sifat lainnya yang tak terbatas jumlahnya, karena Tuhan tidak terbatas dalam setiap aspeknya, dan posisi manusia adalah sebagai makhluk yang terbatas yang mempunyai kemungkinan terbuka dari segala ancaman pengaruh yang bertentangan dengan wataknya untuk mempertahankan diri. • John Locke adalah seorang ahli hukum yang menyukai filsafat dan teologi. • Locke berpendapat bahwa ilmu pengetahuan manusia hanya didapatkan melalui pengalaman. • Locke mengatakan bahwa gagasan-gagasan atau ide-ide adalah objek pengetahuan yang timbul karena pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflection). • Leibniz menyebut setiap substansi adalah monade. Setiap monade bersifat tunggal dan tidak dapat dibagi-bagi. • William James mengungkapkan bahwa perbuatan yang dilakukan manusia pada intinya hanyalah untuk mencari kebenaran. Padahal menurut James, tidak ada satupun kebenaran yang sifatnya mutlak, berlaku umum, dan berdiri sendiri. • Menurut pendapat Dewey, filsafat bertugas untuk memberikan garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup, sehingga filsafat harus berlandaskan pada pengalaman, menyelidiki, serta mengolah pengalaman secara aktif dan kritis.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Harun Hadiwijono, DR. 1994. Sari Sejarah Filsafat Bara 2. Yogyakarta : Kanisius Russel, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi SosioPolitik dari Zaaman Kuno hingga Sekarang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Verhaak, C. Dan R. Haryono. 1989. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PT Gramedia M.Pd, Agoes Hendriyanto. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta : Cakrawala Media Surajiyo, Drs. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara
Oleh: Elfi Zulaicha
6