Sejarah dan Teknik Pembuatan Batik
Ir. H. Solichul Hadi, M. Erg dkk
Pelatihan Pengembangan Desain Batik Berbasis Teknologi Informasi Di Hotel Siliwangi Semarang Senin – Sabtu, tanggal 11 sda 15 Februari 2014
Kerjasama UNIBA Surakarta dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah
Etimologi Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa jawa : "AMBA", yang bermakna "MENULIS" dan "TITIK" yang bermakna “TITIK”
Sejarah Teknik Batik Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.
Budaya Batik Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Contoh Batik Keraton Yogyakarta
Contoh Batik Keraton Surakarta
Corak Batik Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Jenis Batik
• Batik Tulis : adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. • Batik Cap : adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. • Batik Lukis : adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Proses Membuat Batik Tulis Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Proses dan Istilah Pembuatan Batik Tulis : 1. Pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan. 2. Mengetel : menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali. Proses ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih. Proses ini agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna. 3. Nglengreng : Menggambar langsung pada kain. 4. Isen-isen : memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng. 5. Nembok : menutup (ngeblok) bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai. 6. Ngobat : Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna. 7. Nglorod : Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih (finishing). 8. Pencucian : setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur.
Proses Membuat Batik Cap Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm.
Berikut adalah proses pembuatan batik cap:
1.Kain mori diletakkan di atas meja dengan alas dibawahnya menggunakan bahan yang empuk. 2.Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat Celsius. 3.Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2cm saja dari bagian bawah cap. 4.Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup supaya rapih. Pada proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori. 5.Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah di cap tadi ke dalam tangki yang berisi cairan pewarna. 6.Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain. 7.Proses pengecapan => pewarnaan => penggodogan diulangi kembali jika ingin diberikan kombinasi beberapa warna. 8.Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda. 9.Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih.
Proses pembuatan batik cap ini lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis karena pembuatan motifnya dengan menggunakan cap (stempel) yang lebar. Bandingkan dengan batik tulis yang menggunakan guratan-guratan canting.
Proses Membuat Batik Lukis Untuk membuat batik, bahan dan peralatan yang diperlukan adalah kain (material) yang diperbuat daripada sutera, kapas dan rayon/fuji (campuran kain polyester), lilin dan rozin, canting, warna (dyestuff), pemati warna dan serbuk soda.
Proses membuat batik Lukis : 1. Kita membuat rekacorak kain batik di atas kain putih dengan pensil. Motif boleh dipilih berasaskan tradisional/ethnik, flora fauna, geometrikal, organic, garisan dan ruang, semi abstrak dan lain-lain. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Lebih menyenangkan morif boleh dipilih daripada koleksi MasterWan Batik. 2. Menggunakan canting yang telah diisi lilin cair untuk mencorakkan kain. Kepanasan lilin perlu dikawal agar tidak terlalu panas untuk mengelakkan garisan lilin kembang dan sekaligus menghasilkan garisan yang tidak konsisten. Pelukis terpaksa menuangkan semula lilin cair ke dalam bekas lilin sebelum lilin cair itu sejuk. Seterusnya menceduk lilin lain bagi menjamin aliran lilin cair tersebut dapat digunakan dengan lancar. 3. Mematikan warna. Sodium silicate digunakan sebagai bahannya. Proses ini dilakukan untuk memastikan warna tidak akan luntur apabila dibasuh seterusnya. Ia menj 4. Setelah empat jam direndam kain dalam bahan tersebut, kain tersebut dibasuh dan direbus. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Air panas dimasukkan serbuk soda bagi memudahkan lilin ditanggalkan daripada kain. Seterusnya kain tersebut dibasuh sekali lagi dan dibilas. Paling elok, kain batik ini dijemur di tempat teduh agar warnanya dapat dijamin ketahan dan kualitinya.
Batik Berdasarkan Corak
•
Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.
•
Batik Sudagaran merupakan motif larangan dari kalangan keraton yang membuat seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.
•
Batik Cuwiri meruapakan motif batik yang menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk semekan dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini kebanyakan menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-kecil dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati
•
Batik Petani merupakan batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing. Batik ini dikerjakan secara sambilan sehingga tidak profesional. Pewarnaannya pun hanya dipasrahkan kepada saudagar yang menjual bahan pewarna. Jenis batik ini adalah salah satu pembuatan batik yang kurang kreatif. Ini karena pembuatnya adalah mayoritas perempuan petani yang tidak memiliki keterampilan khusus untuk membatik dan membatik bukan mata pencaharian hidup mereka.
•
Motif Batik Tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.
•
Batik Sida Mukti merupakan motif batik yang biasanya terbuat dari zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai kain dalam upacara perkawinan. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah gurda. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
•
Motif Batik Sekar Jagad adalah salah satu motif batik khas Indonesia. Motif ini mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata "kar jagad" yang diambil dari Bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.
•
Motif Pringgondani adalah nama kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh sulur-suluran kecil yang diselingi dengan naga.
•
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.
•
Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai.
•
Motif Sida Asih, makna dari motif Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.
•
Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari “kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motifmotif semen. Yang pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan megamendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka. Selain makna tersebut motif Semen Rama (dibaca Semen Romo) sendiri seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Hastha Brata atau ajaran keutamaan melalui delapan jalan. Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Jadi “Semen Romo” mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin rakyat.
Batik dan Filosofinya Sudah menjadi adat istiadat Jawa dan Sunda mengenakan sepasang kain batik bermotif kembar bagi calon mempelai perempuan dan laki-laki, saat bersanding di atas kursi pelaminan nanti. Tidak sembarang batik, sang pengantin disodori empat jenis motif, yang dapat dipilih, sido mukti, sido asih, sido mulya, atau sido luhur. Dipercayai, pemilihan pertama itulah yang akan melajukan bahtera rumah tangganya nanti. Begitulah kata orang-orang tua. Dengan memilih sido mukti keberhasilan kehidupan kita, yang pengantin, kelak akan banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam memimpin saat kita dipercaya memegang tampuk pimpinan kekuasaan atau jabatan. Tahta kata orang, mukti kata orang tua. Sido sendiri berarti, jadi.
Motif Semen Romo Nama motif “Semen Romo” menurut beberapa pendapat, kata “semen” berasal dari kata “semi” yaitu artinya “tumbuhnya bagian dari tanaman”. Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Ada juga yang mengaitkan kalau motif ini ada hubungannya dengan cerita Ramayana. Bilamana pada selembar kain batik motif Semen Romo kurang memiliki dari sembilan unsur pokok tersebut maka tidak bisa dinamakan Semen Romo. 1. Ornamen Meru, melambangkan tanah atau bumi, atau gunung tempat para dewa. 2. Ornamen Lidah Api, melambangkan api, agni, geni atau dewa api, Batara Brahma, lambang yang sakti. Lidah api digambarkan juga sebagai cemukiran. 3. Ornamen Baito, atau kapal laut, barang yang bergerak di pada air, atau dilambangkan dengan binatang yang hidup di air seperti katak dan siput. 4. Ornamen Burung, lambang dunia atas atau udara. 5. Ornamen Garuda atau Rajawali, lambang dari matahari dan tata surya. 6. Ornamen Pusaka, atau pusaka keraton dilambangkan dengan tombak. Pusaka itu mempunyai makna semacam daru atau wahyu yaitu semacam cahaya gemerlapan, lambang kegembiraan dan ketenangan. 7. Ornamen Dampar atau Takhta atau Singgasana, lambang dari kekuasaan, kekuasaan yang adil dan pelindung rakyat. Takhta adalah tempat duduk raja. Raja atau kekuasaan sakti itu kadang-kadang dilambangkan dengan mahkota. 8. Ornamen Binatang, binatang yang hidup di darat beberapa diantaranya dianggap binatang yang keramat seperti sapi dan banteng. Pada paham triloka, binatang darat itu melambangkan dunia tengah atau arcapada, madyapada. Binatang dianggap juga sebagai penjelmaan dewa Wisnu. 9. Ornamen Pohon Hayat, melambangkan dunia tengah. Didalam seni wayang kulit, Pohon Hayat digambarkan dengan bentuk gunungan.
Motif Megamendung
Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Tercatat jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan. Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga. Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.
Motif Batik Yogyakarta - Solo
Di Solo sendiri batik dikenal dengan 2 jenis kain batik yaitu batik dan lurik, untuk batik yang berasal dari kota Solo maupun Jogjakarta biasanya banyak kalangan pencinta batik menyebutnya dengan batik kasultanan dengan ciri khas warna yang digunakan adalah warna biru, coklat dan putih. Masing-masing warna memberikan arti filosofi tersendiri. Warna biru melambangkan Bumim warna coklat melambangkan api sedangkan warna putih melambangkan angin dan air. Ciri khas batik Solo yang paling banyak biasanya menggunakan warna sogan (yaitu: kombinasi kombinasi warna coklat muda, coklat tua, coklat kekuningan, coklat kehitaman, dan coklat kemerahan). Dan terkenal dengan corak pola tradisionalnya baik batik cap mupun batik tulis. Tekenal dengan pola sidomukti dan sidoluruh.
Motif Batik Zat Pewarna Digunakan Ciri Khas Makna Filosofi Daerah
: : : : :
Truntum Soga Alam Dipakai saat pernikahan Kerokan Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin. : Jogja
Motif Batik Zat Pewarna Digunakan Unsur Motif Ciri Khas Makna Filosofi
: : : : : :
Tambal Soga Alam Sebagai Kain Panjang Ceplok, Parang, Meru dll Kerokan Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
Daerah
: Jogja
Motif Batik Zat Warna Kegunaan Unsur Motif Filosofi Daerah
Motif Batik Kegunaan Filosofi Daerah
: : : : :
Batik Pamiluto Soga Alam Sebagai kain panjang saat pertunangan Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik]. : Jogja
: Batik Bledak Sidoluhur : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama kali) : Yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira. : Jogja
Motif Batik Jenis Batik Dikenakan Filosofi
: Sido Wirasat : : Orang tua temanten : Orang tua memberi nasehat
Motif Batik Jenis Batik Daerah
: Wahyu Tumurun : Batik Kraton : Pura Mangkunegaran
Motif Batik Kegunaan Filosofi
Motif Batik Kegunaan Filosofi
: Cakar Ayam : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub, siraman. : Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.
: Cuwiri : Mitoni, menggendong bayi : Cuwiri= bersifat kecil-kecil, Pemakai kelihatan pantas/ harmonis
Motif Batik Kegunaan Filosofi
: Grageuh Waluh : Harian (bebas) : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan tentang sesuatu.
Motif Batik Kegunaan Filosofi
: Grompol : Dipakai oleh Ibu mempelai puteri pada saat siraman : Grompol, berarti berkumpul atau bersatu, dengan memakai kain ini diharapkan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki, keturunan, kebahagiaan hidup, dll.
Motif Batik : Kesatrian Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.
Motif Batik : Kawung Picis Kegunaan : Dikenakan di kalangan kerajaan Filosofi : Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya, juga melambangkan empat penjuru dan melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.
Motif Batik : Mega Mendung Filosofi : Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas atau dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Daerah : Cirebon
Motif Batik : Bango Tulak ( Bangun Tulak) Filosofi : Bango-tulak diambil dari nama seekor burung yang mempunyai warna hitam dan putih yaitu tulak. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup kekal. Daerah : Yogyakarta
Motif Batik : Gurda Filosofi : Kata gurda berasal dari kata garuda, yaitu nama sejenis burung besar yang menurut pandangan hidup orang Jawa khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat penting. Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci. Daerah : Yogyakarta
Motif Batik : Meru Filosofi : Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang dianggap sakral karena menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Sebagai simbol harapan agar mendapatkan berkah dari Tri Murti.
Motif Batik : Parang curigo Ceplok Kepet Kegunaan : Berbusana, menghadiri pesta Filosofi : Curigo = keris, kepet = isis Si pemakai memiliki kecerdasan, kewibawaan serta ketenangan.
Motif Batik : Parang Kusumo Kegunaan : Berbusana pria dan wanita Filosofi : Parang Kusumo = Bangsawan Mangkoro = Mahkota Pemakai mendapatkan kedudukan, keluhuran dan dijauhkan dari marabahaya.
Motif Batik : Zat Pewarna : Kegunaan : Unsur Motif : Filosofi :
Motif Batik Daerah Jenis Batik Dikenakan Filosofi
Kawung Naphtol Sebagai Kain Panjang Geometris Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan Daerah: Yogyakarta.
: : : : :
Sidoluhur Kraton Surakarta Batik Kraton Temanten Putri (malam pengantin) Dua jiwa menjadi satu
Motif Batik Daerah Jenis Batik Dikenakan Filosofi
: : : : :
Sido Asih Kraton Surakarta Batik Kraton Temanten Putri (malam pengantin) Dua jiwa menjadi satu
Motif Batik Daerah Jenis Batik Dikenakan Filosofi
: : : : :
Bondet Kraton Surakarta Batik Kraton Temanten Putri (malam pengantin) Dua jiwa menjadi satu
Motif Batik Jenis Batik Dikenakan Filosofi
: : : :
Sekar Jagat Batik Petani Orang Tua Temanten Hatinya gembira semarak
Motif Batik Daerah Jenis Batik Dikenakan Filosofi
: : : : :
Sido Mulyo Banyumas Batik pengaruh Kraton Temanten Pria atau putri Bahagia, rejeki melimpah
Motif Batik Daerah Jenis Batik Dikenakan Filosofi
Motif Batik Daerah Jenis Batik Dikenakan Filosofi
: : : : :
: : : : :
Semen Rante Surakarta Batik Petani Utusan Panah mengena dan diikat
Sidomukti Surakarta Batik Petani Temanten Putra/Putri (Resepsi /Pahargan) Bahagia, berkecukupan
• Wassalam