SEBUAH BACAAN KRITIS UNTUK MENDEWASAKAN GEREJA
THE BREAKTHROUGH
Denardi Winata
THE BREAKTHROUGHT Penulis : Denardi Winata Hak Cipta © 2012 pada Penulis
Penerbit BRIGHT FUTURE PUBLISHER
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan mengedarkan sebagian atau seluruh buku ini tanpa ijin dari penulis.
UU RI. No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pasal 2: Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji syukur dan ucapan terima kasih, pertamatama saya kembalikan kepada Sang Guru Sejati dan Sang Gembala Agung, Tuhan Yesus Kristus. Ia adalah motivasi terbesar di dalam hidup saya untuk berkarya. Ucapan terima kasih juga saya tujukan untuk kakak sepupu saya yang telah banyak memfasilitasi saya di dalam penyelesaian buku ini, Alvenia. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bibi saya yang merupakan seorang guru yang telah banyak mempengaruhi hidup saya, Ibu Hiana. Salah satu alasan mengapa saya berani dan mampu menulis buku ini dikarenakan cara pandang dan berbagai pengalaman berharga yang saya peroleh ketika saya menjadi seorang aktivis organisasi interdenominasi gereja dahulu. Untuk itu, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan saya dari berbagai latar belakang denominasi gereja dahulu. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga saya berikan untuk gembala gereja saya yang telah banyak mendukung saya selama ini, Ps. Petrus Waluyo. Juga untuk semua rekan-rekan pelayan jemaat di gereja: Saudari Kristin, Bapak Ceng San, Bapak Sephin, dan Yudi Santawijaya (pemimpin anak muda di gereja kami). Semoga Tuhan senantiasa mengaruniakan kekuatan dan kasih karunia-Nya untuk kalian semua.
3
KATA PENGANTAR Keburukan itu seringkali tersembunyi di dalam suatu sistem yang tertata rapih. Denardi Winata Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi tren pindah gereja. Banyak jemaat yang memilih meninggalkan gerejanya dan beralih ke gereja lain karena merasa tidak puas. Banyak pelayan jemaat/pekerja gereja yang juga memilih meninggalkan pelayanan gerejanya karena memandang apa yang dilakukan oleh gereja tidak lagi murni. Apakah yang sesungguhnya sedang terjadi dengan gereja? Gereja sebagai suatu institusi rohani yang dikatakan sebagai rumah-Nya Tuhan, ternyata tidak hanya mengurusi urusan-urusan rohani semata. Banyak gereja yang berubah menjadi suatu institusi bisnis dengan perputaran uang yang besar. Gereja yang seharusnya mengajarkan jemaat mengenai kebenaran rupanya tidak terlepas dari praktek manipulasi doktrin. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebutlah, maka buku ini dibuat. Buku ini tidak ditujukan untuk menyudutkan atau menghakimi suatu denominasi gereja atau kelompok tertentu. Buku ini dibuat untuk diajadikan alat perenungan agar gereja-gereja Tuhan yang ada di Indonesia semakin menjadi murni.
Salam Pemulihan, Denardi Winata 4
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH [3] KATA PENGANTAR [4] DAFTAR ISI [5] ADA SESUATU YANG SALAH [9] Kunci Pemulihan [9] Mengapa Tidak Juga Belajar [14] Sajak Perenungan [23] KONTROVERSI SEPUTAR DOKTRIN KEUANGAN GEREJA [25] Uraian Awal [25] Kebenaran Dibalik Prinsip Persepuluhan [28] Konsep Iklan Operator Telepon Selular [31] Peruntukan Persepuluhan Ala Pdt. Daniel Alexander [37] Ragam Persembahan Di Dalam Gereja [41] Persembahan Kolekte vs Persembahan Diakonia [46] Omong Kosong Dibalik Akuntabilitas Gereja [49]
5
Perbaikan Akuntabilitas Keuangan Gereja [55] Sajak Perenungan [57] KONTROVERSI SEPUTAR DOKTRIN SOSIAL GEREJA [59] Uraian Awal [59] Pelayanan Terhadap Kaum Marginal [61] Doktin Mengenai Bantuan Sosial Gereja [67] Gereja Kristen dan Gereja Katolik Harus Saling Belajar [70] Belajar dari Gereja Katolik [74] Sajak Perenungan [80] KONTROVERSI SEPUTAR DOKTRIN PENGINJILAN GEREJA [82] Uraian Awal [82] Ketika Orientasi Pembangunan Gedung Gereja Dipertanyakan [84] Konflik Tarik Menarik Jemaat [90] Ketidak-seimbangan Doktrin Penginjilan [94] Cara Penginjilan yang Kreatif [97] Sajak Perenungan [99]
6
KETIKA INSTITUSI GEREJA MENJADI INSTITUSI BISNIS [101] Uraian Awal [101] Ketika Gereja Menjadi Holding Company [103] Asal Dana Pembangunan Bisnis Gereja [110] Dana Persembahan Disimpan Dalam Bentuk Investasi [113] Menyikapi Kegiatan Usaha Gereja [116] Sajak Perenungan [119] GEREJA YANG MURNI [121] Uraian Awal [121] Dasar Kemurnian Gereja [123] Fungsi Utama Gereja [127] Sajak Perenungan [140] TIANG PENOPANG KEBENARAN [142] Uraian Awal [142] Menjadi Jemaat Aktif [144] Langkah-Langkah Menjadi Jemaat Aktif [150] Sajak Perenungan [159] DAFTAR PUSTAKA [161]
7
8
BAB I ADA SESUATU YANG SALAH
Kunci Pemulihan
Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu. Amsal 12:1
Anda mungkin tidak asing lagi dengan sebuah katakata hikmat yang berbunyi: Keterbukaan adalah awal pemulihan. Sah-sah saja kalau anda juga berpikiran seperti itu. Tetapi saya punya pemikiran sendiri. Menurut saya, kerendahan hati adalah awal pemulihan. Sekilas mungkin kedua kalimat tersebut terlihat mirip, tetapi kalau lebih diteliti, keduanya memiliki landasan awal yang berbeda. Bagi saya, kerendahan hati itu merupakan langkah awal yang harus diambil sebelum terjadinya pemulihan. Seseorang tidak mungkin bisa membuka dirinya sebelum yang bersangkutan mau terlebih dahulu menjadi rendah hati. 9
Kerendahan hati membuat seseorang itu menjadi terbuka untuk dikoreksi. Seseorang yang mau dikoreksi akan mudah memperbaiki dirinya. Dan akhirnya, dengan memperbaiki dirilah, maka seseorang mendapat pemulihan. Saya sengaja memulai tulisan saya dengan mengangkat bahan mengenai kerendahan hati, agar kita semua terlebih dahulu menggunakan kerendahan hati di dalam memahami kebenaran-kebenaran yang akan saya kemukakan. Buku ini tidak akan memberikan manfaat bagi anda, jika anda tidak mencoba memahaminya dengan kerendahan hati, terutama bagi anda yang berperan sebagai pemimpin dan pengambil kebijakan di gereja. Para pembaca, ketahuilah tidak ada maksud lain dari saya di dalam menulis buku ini, selain untuk membawa kebaikan bagi gereja di Indonesia. Di dalam hati, saya sangat terpanggil untuk melakukan sesuatu yang positif bagi gereja. Saya sangat mencintai gereja Tuhan, saya percaya anda pun memiliki kecintaan seperti saya. Merupakan suatu kebahagiaan bagi saya apabila bisa melihat gereja Tuhan di Indonesia, dengan penuh kerendahan hati dapat belajar menjadi lebih dewasa, baik di dalam doktrin maupun kebijakannya.
10
Tulisan-tulisan di dalam buku ini bukanlah dimaksudkan untuk menyindir atau mendeskreditkan pihak-pihak tertentu. Pandanglah buku ini sebagai bahan bacaan yang kritis di dalam konsep kebenaran berdasarkan firman Tuhan. Saya berharap tulisan-tulisan di dalam buku ini dapat dijadikan bahan diskusi bermanfaat di dalam sharing pertemuan gereja. Jika awal suatu pemulihan adalah kerendahan hati, maka kunci kerendahan hati adalah hati yang lemah lembut. Kelembutan hati itu datang dari Roh Kudus. Jika anda ingin agar hati anda menjadi lemah lembut, maka mintalah Roh Kudus untuk melembutkan hati anda. Dan apabila gereja Tuhan di Indonesia ingin berkembang secara luar biasa, maka para pelayan Tuhan harus memiliki hati yang lemah lembut. Sebagaimana Tuhan Yesus sendiri kemukakan di dalam khotbah-Nya di atas bukit pada Matius 5:5, di situ Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Tuhan Yesus sendiri telah memberikan suatu kunci bagi kita semua untuk bisa menaklukan (memiliki) bumi, yaitu menjadi orang yang lemah lembut. Jika Tuhan berjanji bahwa kita semua dapat menaklukan bumi, maka bukanlah suatu hal yang mustahil untuk memenangkan Indonesia bagi 11
kemuliaan Tuhan. Hanya saja hamba-hamba Tuhan di Indonesia harus memiliki kelembutan hati. Masalahnya adalah banyak diantara hamba-hamba Tuhan di Indonesia yang keras hati, ketika dikritik mereka tidak mau mengoreksi dirinya. Pernah suatu waktu, saya dan beberapa rekan saya mengemukakan berbagai kritikan untuk membangun gereja kepada salah seorang gembala sidang. Sayangnya, hamba Tuhan tersebut hanya berkata, “Sudahlah, jangan berfokus pada gereja, fokus saja pada Tuhan Yesus. Jangan mempermasalahkan sistem gereja yang dibuat oleh hambahamba Tuhan! Hamba Tuhan itu juga kan manusia, manusia itu mengecewakan, hanya Tuhan Yesus yang tidak pernah mengecewakan.” Saya dan beberapa rekan saya pada waktu itu amat miris mendengar apa yang dikatakan hamba Tuhan tersebut. Hamba Tuhan tersebut amat terkesan tidak peduli pada kritikan jemaat. Mungkin akan lebih bijaksana jika hamba Tuhan tersebut berkata, “Terima kasih atas masukannya. Saya akan berusaha mendiskusikannya dengan para bapak gereja lainnya. Hanya saja kita semua harus ingat bahwa pandangan kita harus tetap terfokus pada Tuhan Yesus.
12
Manusia memang terkadang mengecewakan, hanya Tuhan Yesus yang tidak pernah mengecewakan.” Hamba Tuhan tersebut bukanlah satu-satunya orang yang dingin terhadap kritikan, saya juga pernah mengemukakan kritikan terhadap gembala-gembala lainnya, namun umumnya respon yang diberikan selalu sama. Sampai-sampai saya menjadi hafal terhadap kalimat yang dipakai mereka untuk membentengi diri. Sebagian pemimpin gereja biasanya selalu memakai dua macam dalil untuk membentengi diri dari kritikan terhadap gereja. Yang pertama, mereka biasa berkata, “Hanya Tuhan Yesus yang tidak pernah mengecewakan, jangan berharap pada manusia!” Yang kedua, mereka biasa berkata, “Gereja itu baru akan sempurna ketika Tuhan Yesus sendiri yang akan memerintah di dalam Kerajaan 1000 Tahun. Jadi, merupakan suatu kewajaran apabila gereja saat ini masih jauh dari sempurna.” Kedua dalil tersebut memang tidak salah, tetapi menjadi salah ketika kedua dalil tersebut dipakai
sebagai
alat
manipulasi
kepentingan
untuk
membentengi diri dari kritikan dan menutupi kebobrokan gereja.
13
Gereja di Indonesia memerlukan para pemimpin yang rendah hati, yaitu para pemimpin yang tidak keras hati. Kerendahan hati itu tidak dapat dicapai hanya dengan berkumpul bersama lalu mendeklarasikan kesatuan gereja dengan saling bergandengan tangan, seperti yang sering dilakukan dalam acara-acara KKR kebangsaan. Saya ini mantan aktivis jaringan interdenominasi gereja, saya tahu betul bahwa kenyataannya di lapangan, antar pimpinan gereja sekalipun, masih ada banyak konflik dan tarik-menarik kepentingan. Semuanya dikarenakan para pemimpin gereja masih keras hati, merasa doktrin dan sistemnya paling benar. Para pemimpin gereja harus membuka diri terhadap berbagai kritikan yang membangun gereja. Jangan abaikan suara para aktivis gereja yang dengan ketulusan hatinya ingin membangun gereja! Tidak peduli anda berasal dari gereja dan denominasi apa, yang terpenting adalah anda sebagai pemimpin gereja harus memiliki kelembutan hati.
14