Sebelum Menyesal, Ber-travelinglah Selagi Muda! Intisari-Online.com - Sebelum menyesal, Anda punya kesempatan untuk segera bertraveling menjelajahi dunia. Sebab, sebuah survei mengatakan, 75 persen orang di atas 35 tahun menyesal tidak sering ber-traveling selagi mereka muda. Survei ini diadakan oleh sebuah perusahaan travel asal Inggris, Contiki Holidays, dengan mengikutsertakan sekitar 2.000 responden. Hasil survei menyatakan, sekitar tiga perempat responden berumur 35 tahun ke atas menyesal tidak sering liburan sewaktu muda. Sementara, 65 persen dari responden di atas 35 tahun menyarankan kepada orang yang lebih muda untuk melakukan perjalanan. Orang-orang yang berusia 35 tahun ke atas ini memimpikan liburan ke Australia, Asia, Amerika Latin dan Asia Tenggara. Namun, dari semua yang memimpikan hal tersebut, hanya 14 persen yang benar-benar berangkat ke sana. Manfaat traveling Menurut orang-orang yang sering melakukan perjalanan, traveling bukan hanya berwisata dengan mendatangi tempat-tempat indah atau mencari kebudayaan yang eksotis. Setidaknya 50 persen dari responden mengungkapkan hal yang sama: traveling bisa membuat Anda lebih peduli dengan dunia. Hampir 30 persen responden mengaku traveling bisa membuat kepercayaan diri mereka meningkat. Sedangkan 23 persen dari responden mengaku traveling membuat meningkatkan rasa toleransi mereka. Menurut Direktur Sales dan Marketing Contiki Holidays, Matt Fletcher, tak ada yang mau menyesali diri sementara hanya bisa melihat dunia melalui status update teman yang sedang traveling. Mungkin anak muda belum terlalu bisa melihat hal ini. Namun, menurut Matt, kesempatan mereka masih sangat terbuka lebar. Selama belum banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi, atau selama masih punya waktu yang tak berbatas, mereka dapat mencari banyak pengalaman, kepuasan diri, ataupun memori dengan ber-traveling selagi muda. (Dailymail)
Icip-icip Gurihnya Nasi Penggel, Sarapan Khas Kebumen Nasi penggel (huruf "e" dibaca seperti membaca kata "pena"), merupakan salah satu makanan khas Kebumen, sebuah kota kabupaten yang terletak di pesisir Jawa Tengah. Namun, berbeda dengan makanan khas Kebumen lainnya, seperti lanting atau sate ambal, untuk menikmati seporsi nasi penggel bisa jadi hal yang sulit. Pasalnya, selain jumlah penjual yang bisa dihitung jari, jam membeli pun harus benar-benar diperhitungkan. Kita, bahkan harus rela bangun pagi, karena lewat jam delapan pagi, nasi penggel bisa dipastikan ludes, tak bersisa. Nasi penggel, adalah nasi dengan lauk kikil, tempe, tahu, dan sayur gori (nangka muda). Sering kali, sayur gori juga dicampur dengan potongan rebung, kacang panjang, daun, dan kulit buah melinjo. Dari tampilan, mirip nasi gudeg. Namun, bila gudeg dominan dengan rasa manis, saat menyantap nasi penggel, kita bisa menemukan tiga rasa yang mendominasi: pedas, asin, dan gurih.
Salah satu keunikan nasi penggel bisa terlihat dari bentuknya. Sebelum dibulati, penjual biasanya akan mengolesi tangan dengan minyak kelapa dengan tujuan mempertahankan rasa gurih. Jadi, meski akhirnya nasi akan hancur saat dimakan atau tercampur kuah sayur, cita rasanya akan tetap gurih. Dari namanya, nasi penggel sendiri bermakna "nasi yang dibulati". Bentuk nasinya, menyerupai nasi kepal yang dibentuk bulat-bulat sebesar bola ping-pong. Sekilas, memang terlihat kecil. Namun bila dinikmati, satu porsi nasi penggel yang biasanya berisi 7 hingga 8 bulatan, jelas cukup bikin kenyang. Sebelum disantap, bulatan-bulatan nasi akan diletakkan atas daun pisang yang sengaja dibentuk "pincuk"—bagian bawah dibentuk lancip seperti cucuk burung—laiknya mangkuk. Pada beberapa penjual, bisa ditemui daun pisang yang terlebih dahulu dikukus, supaya beraroma khas, bertekstur lemas, dan tidak mudah robek ketika dilipat. Sebagai lauk, nasi penggel juga dilengkapi dengan gulai kikil sapi yang dipotong kecil. Tetapi, bila ingin, kikil juga bisa diganti dengan kulit serta jeroan sapi lainnya seperti babat, iso, jantung, tetelan, paru, dan lain sebagainya sesuai selera. Bahkan, bagi beberapa orang, kombinasi ini akan lebih nikmat rasanya bila dilengkapi dengan tempe mendoan. Penjual nasi penggel bisa ditemukan di alun-alun Kebumen, kawasan Tembana, atau langsung ke desa asal pedangan nasi penggel, yakni Desa Peniron, Pejagoan. Harganya, berkisar antara Rp7 ribu hingga Rp15 ribu. Jangan lupa untuk bangun pagi. Sebab, penjual nasi penggel biasanya hanya akan ditemui pada pukul 6.30 hingga 8.00 pagi.
Inilah Manfaat Berbisnis Franchise Saat ini gerai franchise menjamur dan berkembang sangat pesat, baik di kota besar maupun kota kecil. Di sisi lain, minat masyarakat untuk menggunakan sistem franchise sebagai sarana investasi juga tidak kalah hebat. Berikut adalah beberapa manfaat berbisnis franchise menurut buku Cara Aman Memulai Bisnis, Karangan Bije Widjajanto. 1. Terbukti menguntungkan Setiap investor tentu berharap modal yang ditanam kembali dalam jangka waktu tertentu mendapatkan keuntungan. Adapun syarat sebuah bisnis layak di-franchise-kan adalah, bisnis itu harus menguntungkan atau sudah membukukan laba selama periode waktu tertentu. Membangun gerai franchise sendiri berarti membangun bisnis dengan model dan format yang sudah terbukti mampu menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, peluang bisnis berhasil akan jauh lebih tinggi. 2. Sistem operasi bisnis efektif Salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan bisnis adalah adanya sistem operasional. Apabila sistem operasionalnya baik, bisnis dapat berjalan dengan baik. Demikian pula sebaliknya. Sayangnya, sistem operasi bisnis merupakan sekumpulan prosedur, alur kerja, arus informasi, dan tata administrasi sebuah perusahaan yang bisa dibentuk secara instan. Perlu perjalanan yang panjang, perbaikan, perubahan, penambahan, seiring berjalannya waktu. Dalam bisnis franchise, efektivitas sistem ini mutlak diperlukan. Apabila sistem bisnis tidak efektif, maka dapat dipastikan akan terjadi banyak masalah ketika franchisee (orang yang
membeli franchise)menjalankan gerai franchisenya. Pada franchise yang sistem operasi bisnisnya sudah terbukti efektif, semua franchisee dapat mengoptimalkan organisasinya. Pasalnya, mereka sudah bisa menjalankan tugas-tugas operasional rutinnya dengan baik dan masalah-masalah operasional dapat ditekan pada tingkat minimal. 3. Brand awareness lebih tinggi Bisnis bisa lebih mudah berjalan apabila produk atau jasa yang ditawarkan sudah dikenal oleh target pasar yang dituju. Identitas produk yang dikenal oleh pasar inilah yang disebut dengan brand. Saat produk yang memiliki brand awareness ditawarkan pada pasar, pasar sudah mengetahui fungsi dan manfaatnya. Dalam franchise, brand awareness produk relatif sudah lebih tinggi karena pada tempat lain, sudah berjalan gerai franchise atau prototipenya dalam waktu yang cukup. Dengan brand awareness yang tinggi, sebuah bisnis franchise dapat memangkas waktu dan biaya yang diperlukan untuk membuat produk-produknya dikenal masyarakat. 4. Jaringan bisnis lebih luas Dewasa ini, pola perpindahan masyarakat modern yang cepat dan jauh ini membuat bisnis yang memiliki jaringan lebih luas berpeluang sukses lebih tinggi. Di tempat baru, ketika membutuhkan sesuatu dan hendak membeli sesuatu, meski belum pernah bertransaksi di gerai tersebut, orang cenderung mencari gerai bisnis yang sudah dikenalnya. Karena penyebaran produk-produk franchise secara umum lebih cepat, maka jaringan bisnis franchise pun pada umumnya relatif sudah luas. Bahkan, produk franchise bisa meluaskan jaringan gerainya di beberapa kota dalam jangka waktu yang singkat. Para investor yang memilih berinvestasi dengan membuka gerai franchise dengan kata lain menggabungkan diri dengan jaringan yang lebih luas. Karena jaringannya lebih luas, peluang untuk sukses pun lebih besar. 5. Dukungan manajemen Bisnis yang memiliki brand awareness tinggi, sistem bisnis yang andal, serta jaringan yang luas tidak menjamin bisnis tersebut akan sukses. Kelancaran operasional dan penyesalan masalah-masalah bisnis yang terjadi memegang peran yang sangat penting terhadap keberhasilan sebuah bisnis. Kemampuan mengatasi berbagai masalah operasional yang terjadi menjadi penentu akhir keberhasilan bisnis. Sistem franchise yang baik melengkapi dirinya dengan dukungan manajemen, yaitu berbagai bentuk dukungan franchisor kepada franchisee dalam menjalankan kegiatan operasional bisnis di geraifranchisenya. Tujuannya, agar para franchisee dapa tmengatasi masalah-masalahnya dan akhirnya bisa mencapai sasaran-sasaran bisnis yang ditentukan bersama. Dukungan ini juga akan membuat franchisor memahami kendala-kendala yang dialami franchisee. Dengan demikian, kedua belah pihak sama-sama mendapatkan manfaat berbisnis franchise. Franchisor semakin menguasai operasi bisnisnya. Sementara, bagi investor atau franchisee,dukungan ini merupakan hal yang penting, terutama ketika terjadi masalah. Saat itu mereka bisa meminta bantuan atau solusi kepada franchisor-nya, sebuah hal yang tidak bisa ditemukan apabila seorang investor membangun bisnisnya sendiri. Catatan: *Ketiga artikel pernah diterbitkan di website intisari-online.com
ARSITEKTUR INDIS
Beradaptasi, Lalu Terancam Mati Modernisasi sering kali melenyapkan segala hal yang dicap kuno, lalu menggantinya dengan yang lebih baru. Beragam bangunan kokoh jejak masa lalu menjadi saksinya. Digempur ragam arsitektur futuristik, bangunan bergaya Indis menjadi saksi bisu yang kini terhimpit sesak, lalu mencoba bertahan di tengah-tengahnya. Jakarta yang basah. Hujan deras mengguyur kawasan Kota Tua, Jakarta Barat yang sedang sibuk-sibuknya. Musim libur panjang telah berakhir, aktivitas ibukota kembali padat. Segala jenis kendaraan hilir mudik mengangkut ribuan penumpang. Mulai dari stasiun kereta api, terminal bus, hingga terminal bayangan, senantiasa disesaki orang. Meski begitu, salah satu bangunan bergaya Neo-klasik yang berdiri megah, masih dilingkupi senyap. Tak banyak pengunjung yang datang ke Museum Bank Indonesia—dahulu bernama de Javasche Bank—di hari biasa, seperti ini. Mungkin, tak banyak pula yang tahu keistimewaan bangunan ini. Bercat putih terang, berpilar besar, berdiri kokoh mencolok perhatian— sebuah simbol keagungan pemerintahan Belanda—bangunan ini mungkin terlihat sama seperti bangunan-bangunan lain, peninggalan khas kolonial pada masanya. Namun, tahukah Anda, bangunan ini ternyata adalah arsitektur pertama di Hindia Belanda yang memadukan unsur Eropa-Jawa di dalamnya? Sistem Politik Etis, sebuah sistem balas budi yang digagas pemerintah Belanda pada tahun 1901 memang telah mengubah pendekatan kolonialisme Belanda. Bukan cuma memperbaiki sistem pendidikan serta kemakmuran masyarakat Hindia Belanda. Pada akhirnya, sistem ini juga berkontribusi pada modernisasi kota-kota lama dan menghadirkan bangunan kolonial yang lebih memperhatikan alam serta budaya lokal di kota-kota besar, seperti Jakarta. Arsitek-arsitek kenamaan mulai berdatangan langsung dari negeri Belanda. Mereka mencari dan mendiskusikan sebuah formula baru, terutama yang dirancang untuk mengantisipasi Matahari, hujan lebat, serta iklim tropis Nusantara. Belakangan, kita tahu beberapa nama arsitek muda seperti Thomas Kaarsten atau Henri Maclaine Pont, yang salah satunya, sukses dengan pembangunan kampus Technische Hogeschool (Institut Teknologi Bandung)— sebuah gedung kokoh paduan langgam Eropa dengan ornamen, maupun nilai tinggalan lokal. Tetap Nyaman di Iklim Tropis Hari berbeda. Panas terik Jakarta di tengah hari terasa membakar kulit. Namun, sebuah gedung—kini dikenal sebagai Museum Tekstil—yang berada tak jauh dari kawasan perniagaan Tanah Abang, Jakarta Pusat belum kehilangan geliatnya. Belum lama, satu rombongan bus sekolah dasar memasuki pelataran. Menggunakan seragam khas merahputih lengkap dengan dasi serta topi, masing-masing anak membawa buku, papan sandar, dan alat pencatat. Hawa sejuk langsung terasa ketika memasuki pelataran bangunan bekas landhuis (vila) milik seorang keturunan Prancis di Batavia, yang didirikan pada awal abad ke 19 ini. Di sekeliling, rimbun pepohonan besar berbaris, memayungi kepala dari terik Matahari. Ada pula beberapa taman peneduh luas menyambut, serta sebuah serambi di muka bangunan utama. Di bagian belakang, teras dengan halaman luas, mengingatkan kita pada semarak pesta kebun, sebuah ciri khas yang bisa kita temui dari rumah tinggal atau bangunan bercirikan arsitektur Indis.
Arsitektur Indis lahir berkat perpaduan kolonial-lokal dan menjadi bagian kebudayaan Indis yang ditengarai berkembang subur di abad ke-18 hingga abad ke-19. Beberapa menyetarakannya dengan periode arsitektur eklektisme, yakni perpaduan dari segala jenis gaya arsitektur yang berkembang di Eropa, seperti Klasik, Neo-klasik, Romantik, hingga Gothik, dengan unsur lokal. Karakternya sendiri bisa dengan mudah dilihat dari keberadaan serambi yang difungsikan sebagai filter udara lembap atau panas, sebelum masuk ke dalam rumah, sekaligus menyesuaikan dengan kebiasaan kumpul-kumpul warga lokal di pendapa. Sebuah ciri yang sejenak mengantarkan kita pada bayangan masa lalu, di mana satu-dua penghuni duduk santai sembari meneguk secangkir teh, mengobrol hangat, lalu mengagumi keindahan taman-taman yang tertata apik tanpa harus mengeluhkan terik panas yang menyengat. Unsur Lokal dan Nilai Lokal Di beberapa bangunan, terutama di kota-kota bekas pendudukan penguasa Hindia Belanda, maupun rumah pesanggrahan di daerah pegunungan yang berhawa sejuk, kita bisa menemukan peninggalan arsitektur Indis. Beberapa sarat dengan atap pelana, atap limas, atau kombinasi keduanya, lengkap dengan teritisan lebar, sebagai cara beradaptasi dengan curah hujan yang tinggi. Unsur lokal lainnya kentara dalam penamaan ruang bangunan rumah Tjitrap (Citeureup) milik Agustin Michiels atau Majoor Jantje, seorang tuan tanah kaya dan terkenal di kalangan pribumi. Bangunan utama disebut Gedong Pandjang, bangunan tingkat bagian atas disebut Gedong Loehoer, sementara sisa-sisa bangunan terdahulu disebut Gedong Kramat—bekas makam pemilik pertama, seorang pribumi bernama Raden Sakee. Umumnya, untuk menangkal udara panas, dibuatlah dinding-dinding tebal bermaterial batu alam, salah satu alasan mengapa konstruksi bangunan mampu bertahan lebih lama. Bukaanbukaan dibuat besar, sementara langit-langitnya dirancang lebih tinggi untuk menghadirkan hawa sejuk di dalam ruang. Bangunan rumah tinggal juga akan dibuat lebih tinggi tinggi di atas permukaan tanah. Lantainya, dilapisi ubin atau tegel, untuk mengantisipasi udara basah atau lembap. Pada abad ke-19, bangunan rumah tinggal cenderung dilengkapi dengan banyak kamar, lengkap dengan paviliun serta bangunan-bangunan samping (bijgebouw) yang sangat luas. Beberapa difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga besar, menunjukkan bahwa landhuis seperti ini biasanya dihuni banyak anggota keluarga, yang terdiri dari keluarga inti dengan puluhan, bahkan ratusan budaknya. Sistem yang sesuai dengan keadaan alam yang berhawa panas, serta gaya hidup seperti ini tentulah tidak dikenal di negeri Belanda. Sayangnya, tak banyak bangunan bergaya Indis yang bisa kita temui saat ini. Meski terjamin kokoh dan nyaman, nyatanya bangunan perlahan hilang satu per satu, mengikuti runtuhnya masa kejayaan Hindia Belanda sejak 1942. Tidak jelasnya status kepemilikan, hingga penggusuran semenjak tahun 1960-an demi kepentingan ekonomi dan perdagangan, menjadi penyebab banyak bangunan megah tersebut dijadikan bangunan bank, pertokoan, bahkan restoran cepat saji. Belum lagi perombakan serta pembangunan ulang yang meniadakan bentuk asli, hanya karena perubahan selera setiap tahunnya. Kini yang tersisa hanya bisa berharap. Pajak yang mahal, serta biaya perawatan yang tak murah kian menghimpit dan mendesak tangan-tangan terbuka untuk turun tangan, jangan sampai saksi sejarah ini akhirnya hilang ditelan zaman. Catatan: *Artikel ini pernah diterbitkan di Tabloid Rumah Edisi Mei 2015
Pantai Nglambor: Sensasi Ber-snorkeling Ria di Pesisir Selatan Yogyakarta Snorkeling di pesisir selatan Yogyakarta, amankah? Pertanyaan tersebut mungkin akan langsung melintas di kepala, begitu mendengar kata “snorkeling” dan “pantai selatan”. Tak heran, bila pernyataan lanjutan pun muncul: jangankan snorkeling, berenang di laut, atau sekadar “mandi” dan bermain ombak saja dilarang! Maklum saja. Berbatasan langsung dengan Samudra Hindia—pantai-pantai di sepanjang pesisir selatan Yogyakarta memang dikenal “angker” karena berombak besar dan tinggi. Namun, jangan salah. Di antara deretan pantai berombak besar, rupanya ada satu pantai yang tenang dan memiliki perairan dangkal, yakni: Pantai Nglambor. Berada di sebuah teluk kecil yang diapit oleh dua bukit, pantai ini tentu cocok dijadikan area aktivitas air, seperti snorkeling ataupun sekadar berenang dan bermain air di tepian. Pantai Nglambor dan Si Kura-kura Penjaga Sama halnya dengan banyak pantai di selatan Yogyakarta, Pantai Nglambor terkenal dengan keindahan tempatnya yang masih bersih, alami—dan tentunya: memanjakan mata. Dari pintu masuk—Anda bahkan bisa menyaksikan paduan indahnya panorama bibir pantai dari ketinggian; diapit oleh dua bukit hijau—dan dua pulau karang dengan bentuk menyerupai dua kura-kura raksasa. Konon, dua kura-kura raksasa inilah yang dianggap sebagai penjaga Pantai Nglambor. Tentu saja, bisa benar, bisa juga tidak. Namun, secara tidak langsung, keberadaan dua pulau karang ini memang “menjaga” Pantai Nglambor—yakni sebagai penahan ombak ganas khas laut selatan, sehingga pantai ini memiliki ombak yang relatif tenang, meski pasang sekalipun. Nah, lantaran bebas dari terjangan ombak besar, terumbu karang pun akhirnya bisa tumbuh dengan tenang dan indah—berdampingan dengan aneka biota laut lainnya, seperti ikan warna-warni, rumput laut, dsb. Tak perlu snorkeling, Anda bahkan bisa menyaksikan keindahan alami ini langsung dari permukaan air—tentu saja, tanpa khawatir tergulung ombak besar. Namun bagi Anda yang ingin mencicipi sensasi snorkeling, Anda bisa bisa langsung menyewa alat snorkeling dengan harga berkisar antara Rp35.000,00 hingga Rp50.000,00. Harga tersebut, sudah termasuk masker, snorkel, sepatu karet, serta foto bawah air. Ada pula jasa pemandu yang disediakan—khususnya untuk memberikan informasi dasar pada Anda, sebelum turun ke air. Pantai Nglambor sendiri terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Dari kota Yogyakarta, tempat ini berjarak sekitar 70 kilometer. Sebagai ancar-ancar, pantai ini diapit oleh Pantai Siung dan Pantai Jogan. Untuk menjangkaunya, Anda bisa mengikuti jalur menuju Pantai Siung, berbelok dan mengikuti arah kanan pada pertigaan setelah pos retribusi. Selamat berwisata! Tips Berwisata ke Pantai Nglambor 1. Untuk menghindari keramaian, jangan mengunjungi Pantai Nglambor pada hari libur.
2. Bawa kendaraan roda dua. Akses menuju Pantai Nglambor bisa dibilang belum memadai; sebab tergolong masih alami, dengan bebatuan terjal, dan sempit—sehingga mobil tidak bisa masuk ke pantai. Namun, jangan khawatir, karena tepat di samping gapura masuk, sudah disediakan tempat parkir mobil. Hanya saja, bila mengendarai mobil, Anda harus berjalan sekitar satu kilometer/sepuluh menit atau menyewa jasa ojek, melewati ladang kacang, dengan deretan pohon pandan laut—sebelum sampai ke bibir pantai. 3. Pastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima. Dalam hal ini, kondisi motor—dari segi ban maupun mesin. Konsentrasi pula dalam berkendara, sebab jalan masuk ke pantai masih sangat terjal; dilengkapi dengan bebatuan runcing yang bisa saja merusak ban motor. 4. Anda bisa mendatangi pos bertulis “Nglambor Lestari”, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, juga menyewa berbagai perlengkapan snorkeling. 5. Disarankan untuk memakai alas kaki bila ingin turun ke air. Pasalnya, telapak kaki bisa saja terluka akibat gesekan dengan bebatuan karang yang banyak ada di bagian dasar. Catatan: *Artikel ini dibuat untuk Kontenesia.