Makalah Seminar Kerja Praktek INSTALASI ANTENNA 2.4m PRODELIN SEBAGAI REMOTE DENGAN TEKNOLOGI VSAT IP Helmi Muhammad Shadiq (21060110120015), Yuli Christyono, ST. MT (196807111997021001) Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055
[email protected] ABSTRAK Satelit yang digunakan untuk layanan komunikasi telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan sejak ditemukan pada tahun 1965. Perkembangan tersebut ditunjukkan oleh semakin kecilnya ukuran stasiun bumi yang digunakan dan semakin banyaknya pengguna layanan komunikasi satelit. Stasiun-stasiun kecil dengan ukuran antena yang hanya berkisar antara 1.2-2.4 m, telah menjadi semakin populer yang biasa disebut VSAT IP (Very Small Aperture Terminal) berbasis Internet Protocol. Di Indonesia sendiri, yang merupakan negara kepulauan sehingga akses komunikasinya sulit dijangkau oleh jaringan komunikasi yang menggunakan kabel atau menggunakan teknologi microwave, teknologi VSAT menjadi pilihan yang banyak diambil baik oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah. Selain karena teknologi komunikasi satelit ini mempunyai cakupan area yang luas dan instalasi yang mudah, dari segi kapabilitasnya pun handal serta bisa difungsikan selama 24 jam. Berbagai macam layanan dapat ditunjang seperti: Virtual Private Network, Internet, videoconference, dan lain-lain. Kata Kunci: Antenna 2.4m, VSAT, Internet, Videoconference .
1. 1.1
PENDAHULUAN Latar Belakang Semenjak tahun 1990, teknologi satelit dipandang sebagai salah satu teknologi yang sesuai sebagai solusi yang memadai di beberapa negara. Pada masa yang lalu, aplikasi-aplikasi satelit kebanyakan digunakan untuk komunikasi jarak jauh (trunk to trunk) dan sejak tahun 1990 sistem-sistem aplikasi satelit telah mampu diperbaiki secara dramatik seiring kemajuan teknologi satelit, yang mendorong perubahan situasi bisnis satelit. Perubahan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan konsumen akan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih praktis. Saat ini, teknologi satelit komunikasi menyediakan kapasitas yang sangat besar, baik untuk percakapan telepon maupun untuk transmisi video. Stasiun bumi (ground station) telah berkurang dalam hal ukuran maupun harga sehingga memungkinkan untuk ditempatkan di tempat pelanggan. Dengan perkembangan teknologi dalam bidang telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya yang relatif lebih rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat, aman, serta ditunjang oleh kapasitas yang besar dalam pengiriman informasi. Dalam prosedur transmisi sinyal informasi ada dua aspek mendasar yang harus dipenuhi, yaitu ketepatan waktu penerimaan (time transperacy) dan penerimaan informasi dengan benar (information transparency), dan dengan menggunakan Sistem Komunikasi Satelit syarat mendasar dari transmisi dapat terpenuhi. Karakteristik dari komunikasi satelit tersebut adalah
tidak menggunakan kabel (nirkabel), menggunakan antenna sebagai transmitter dan receiver, memiliki cakupan wilayah yang sangat luas. Untuk melakukan transmisi dari stasiun bumi menuju satelit terdapat beberapa teknologi, dan pada studi kasus ini digunakan teknologi VSAT IP (Very Small Aperture Terminal) berbasis Internet Protocol. Teknologi ini merupakan teknologi yang umum digunakan pada PT. Multimedia Nusantara (“Metra”). Dengan latar belakang inilah penyusun ingin mengangkat tema tentang “Instalasi Antenna 1-8M Prodelin sebagai Remote dengan Teknologi „VSAT IP” sesuai yang penulis pelajari selama melakukan Kerja Praktek di PT. Multimedia Nusantara (“Metra”). area Operasional Bogor. 1.2
Tujuan Tujuan dari Kerja Praktek di PT. Metrasat kantor operasional Bogor adalah : a. Memahami konsep VSAT IP secara mendasar b. Mempelajari secara langsung peralatan yang berhubungan dengan Sistem Komunikasi Satelit. c. Mengetahui teknik instalasi antenna 1-8M Prodelin dengan teknologi VSAT IP d. Menambah wawasan dan pengalaman dalam dunia kerja.
1.3
Pembatasan Masalah Dalam penulisan laporan kerja praktek ini agar penulis terarah, penulis membatasi kajian mengenai masalah yang dibahas yakni definisi VSAT, struktur antenna 1.8m dan bagaimana cara instalasi antenna 1.8m hingga dapat bekerja dengan baik. 2 VSAT (Very Small Aperture Terminal) 2.1. Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh Telcom General di Amerika. Dalam terjemahan bebasnya, VSAT dapat diartikan sebagai suatu terminal pemancar dan penerima transmisi satelit yang tersebar di banyak lokasi dan terhubung ke hub sentral melalui satelit dengan menggunakan antena parabola berdiameter tertentu. VSAT merupakan salah satu kemajuan dalam tren untuk mereduksi ukuran ground segment (stasiun bumi) pada komunikasi satelit. VSAT terletak di akhir jalur komunikasi satelit dimana VSAT ini menawarkan berbagai macam layanan komunikasi. VSAT merupakan stasiun kecil berdiameter tak lebih dari 2.4m. Dengan diameter yang kecil (jika dibanding stasiun bumi lain), VSAT tidak dapat men-support link satelit dengan kapasitas yang besar. Namun, VSAT memiliki kelebihan ditinjau dari segi ekonomi. Cara Kerja VSAT Secara umum, VSAT bekerja dengan cara sebagai berikut: awalnya informasi yang akan dikirim dilewatkan ke hub kemudian ditransmisikan melalui VSAT di bumi menuju satelit. Bagian satelit di angkasa bekerja sebagai repeater frekuensi. Ketika VSAT mengirimkan informasi ke satelit, satelit akan menerima, menguatkan kemudian melakukan retransmisi sinyal pada frekuensi yang lebih tinggi. Sinyal retransmisi memiliki tujuan penerima yang tak lain juga suatu VSAT. Setelah informasi ditransmisikan, semua hub di bumi mengontrol dan meregulasikan seluruh operasi dari jaringan komunikasi tersebut
VSAT. NMS workstation terletak pada user data center. Stasiun hub terdiri atas Radio Frequency (RF), Intermediate Frequency (IF), dan peralatan baseband. Stasiun ini mengatur multiple channel dari inbound dan outbond data. Pada jaringan private terdedikasi, hub ditempatkan bersama dengan fasilitas dataprocessing yang dimiliki user. Pada jaringan hub yang dibagi-bagi, hub dihubungkan ke data center atau peralatan user dengan menggunakan sirkuit backhaul terrestrial. Peralatan RF terdiri atas antenna, low noise amplifier (LNA), down-converter, upconverter, dan high-power amplifier. Kecuali untuk antena, subsistem RF hub pada umumnya dikonfigurasi dengan redundancy 1:1. Peralatan IF dan baseband terdiri dari IF combiner/divider, modulator dan demodulator, juga peralatan pemroses untuk antarmuka channel satelit dan antarmuka peralatan pelanggan. Unit antarmuka satelit menyediakan kontrol komunikasi menggunakan teknik multiple akses yang sesuai.
2.2
2.3 a)
Komponen VSAT Hub station Hub station mengontrol seluruh operasi jaringan komunikasi. Pada hub terdapat sebuah Server Network Management System (NMS) yang memberikan akses pada operator jaringan untuk memonitor dan mengontrol jaringan komunikasi melalui integrasi perangkat keras dan komponenkomponen perangkat lunak. Operator dapat memonitor, memodifikasi dan mendownload informasi konfigurasi individual ke masing-masing
Gambar 1. Hub Station
b)
Remote station Sebuah remote VSAT memiliki komponen-komponen sebagai berikut. A. Outdoor Unit (ODU) Terdiri atas antena dan Radio Frequency Transmitter (RFT). I. Antena Antena adalah peralatan elektronik yang di disain untuk mengirimkan maupun menerima sinyal radio (microwave). Antena digunakan untuk transmisi energi gelombang radio melalui medium alami (udara, bumi, air, dan lain-lain) untuk komunikasi dari titik yang satu ke titik yang lain. Dalam mentransmisikan sinyal data telekomunikasi, gelombang mikro digunakan sebagai gelombang pembawa (carrier). Antena yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu sebuah solid dish antenna yang memiliki bentuk parabola.
Fungsi antena pada komunikasi VSAT adalah sebagai berikut : - Memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke satelit yang mana besar frekuensinya dari 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz. - Menerima gelombang radio RF dari satelit ke stasiun bumi yang mana besar frekuensinya dari 3,7 GHz sampai dengan 4,2 GHz. Bagian antena terdiri atas reflektor, feedhorn, dan penyangga. Ukuran piringan antena atau dish VSAT berkisar antara 0,6 – 3,8 meter. Ukuran dish sebanding dengan kemampuan antena untuk menguatkan sinyal. Feedhorn dipasang pada frame antena pada titik fokusnya dengan bantuan lengan penyangga. Feedhorn mengarahkan tenaga yang ditransmisikan ke arah piringan antena atau mengumpulkan tenaga dari piringan tersebut. Feedhorn terdiri atas sebuah larik komponen pasif microwave.
Gambar 3. LNA (Low Noise Amplifier)
Solid State Power Amplifier (SSPA) SSPA berfungsi untuk memperkuat daya sehingga sinyal dapat dipancarkan pada jarak yang jauh. SSPA ini merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar (transmit side) yang merupakan penguat daya frekuensi sangat tinggi dalam orde Gega Hertz. Tujuan penggunaan SSPA adalah untuk memperkuat sinyal RF pancar pada band frekuensi 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz dari Ground Communication Equipment (GCE) pada suatu level tertentu yang jika digabungkan dengan gain antena akan menghasilkan daya pancar (EIRP) yang dikehendaki ke satelit.
Gambar 2. Antenna VSAT
II.
Radio Frequency Transmitter (RFT) RFT dipasang pada frame antena dan dihubungkan secara internal ke feedhorn. RFT terdiri atas: Low Noise Amplifiers (LNA) LNA berfungsi memberikan penguatan terhadap sinyal yang datang dari satelit melalui antena dengan noise yang cukup rendah dan bandwidth yang lebar (500 MHz). Untuk dapat memberikan sensitivitas penerimaan yang baik, maka LNA harus memiliki noise temperatur yang rendah dan mempunyai penguatan / gain yang cukup tinggi (Gain LNA = 50 dB). LNA harus sanggup bekerja pada band frekuensi antara 3,7 GHZ sampai dengan 4,2 GHz (bandwidthnya 500 MHz).
Gambar 4. SSPA (Solid State Power Amplifier)
Up / Down Converter Perangkat ini dikemas dalam satu kemasan tetapi memiliki dua fungsi yaitu sebagai up converter dan sebagai down converter. Up Converter berfungsi untuk mengkonversi sinyal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Up link (5,925 – 6,425 GHz).
Down Converter berfungsi untuk mengkonversi sinyal RF Down link (3,7 MHz – 4,2 MHz) menjadi sinyal Intermediate Frequency dengan frekuensi center sebesar 70 MHz.
Gambar 7. BUC (Block Up Converter)
B. Indoor Unit (IDU) Modem VSAT merupakan perangkat indoor yang berfungsi sebagai modulator dan demodulator. Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF pembawa yang dihasilkan oleh synthesiser. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52MHz sampai 88MHz dengan frekuensi center 70 MHz. Sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat teresterial yang ada. Teknik Modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu modulasi dengan sistem PSK ( Phase Shift keying ).
Gambar 5. Up-Down Converter
LNB (Low Noise Block) Fungsi utama LNB adalah untuk menerima sinyal satelit yang sangat lemah yang dikumpulkan pada titik fokus antena. LNB merupakan jantung dari antena satelit. Pada dasarnya, merupakan sebuah rongga resonator yang menerima sinyal satelit yang difokuskan dari pantulan antena dan memproses sinyal tersebut. Sebuah switch elektonik tambahan memperkuat sinyal ini sebelum dikirim ke kabel coax dan mengubahnya menjadi frekuensi yang lebih rendah untuk mengurangi kehilangan sinyal di kabel.
Gambar 8. Modem HX-50
3. Gambar 6. LNB (Low Noise Block)
BUC (Block Up Converter) BUC Berfungsi menghantarkan sinyal informasi ke satelit.Juga sering disebut sebagai Transmitter. BUC memiliki daya 2-5 watt.
INSTALASI ANTENNA 1.8m PRODELIN SEBAGAI REMOTE DENGAN TEKNOLOGI VSAT IP 3.1. Instalasi Konektor Tipe Ampemol RG-8 Konnektor merupakan pengubung antara kabel yang digunakan sebagai media transmisi dengan komponen dimana kabel tersebut akan dihubungkan, misalnya ke komputer atau peralatan jaringan lainnya.
g) Pemasangan feed support feedhorn. h) Pemasangan feedhorn pada support. i) Pemasangan LNB dan BUC feedhorn. j) Pointing antena ke arah satelit digunakan.
untuk feed pada yang
Gambar 9. Konektor N-Male Type Amphenol RG-8
Langkah-langkah pemasangan sebagai berikut: a) Masukkan mur, cincin logam dan karet ke dalam kabel lalu potong jaket kabel sekitar 0,4cm. b) Sisir jalinan kabel serabut dan rapikan keatas c) Tarik kabel serabut meruncing ke pusat inner lalu masukkan besi penjepit ke jalinan kabel dan dorong menuju karet. permukaan besi penjepit di kikir terlebih dahulu sehingga solderan mudah menempel. d) Lipat kabel serabut kebelakang dan potong sejajar dengan bagian belakang besi penjepit. Solder kabel serabut ke besi penjepit dilanjutkan dengan penyolderan konektor inner ke besi induktor kabel. Besi induktor dikikir terlebih dahulu supaya timah solderan mudah menempel dan Bersihkan sisa-sisa timah hasil solder sehingga tidak terjadi short. e) Masukkan plug body kedalam inner lalu kencangkan. Pastikan inner terpasang dengan kuat dan tidak miring. Ujung inner sejajar dengan permukaan plug body. Tekan ibu jari kearah permukaan konektor, akan muncul bekas lingkaran dan titik pada pusat lingkaran jika konektor sejajar dengan permukaan plug body. 3.2. Instalasi Antenna 1.8m Prodelin a) Pembuatan pondasi ukuran 2.5m x 2.5m dengan tebal 20 cm. Tinggi pondasi 10cm di atas permukaan tanah dan 10cm di bawah permukaan tanah. Pembuatan tinggi pondasi dan material pondasi tergantung jenis tanah dilokasi. b) Merakit bagian dasar antenna, yaitu boom/tiang antenna beserta keempat kaki pedestal c) Pengaturan level pedestal untuk mendapatkan posisi boom/tiang yang tegak lurus dengan bantuan waterpass . d) Pemasangan Canister, tuas azimut dan tuas elevasi pada boom/tiang antenna. e) Pemasangan back frame dish (landasan dish) pada canister. f) Pemasangan dish antena pada landasan dish.
Catatan: Pemasangan antenna dengan system Single Pole Boom poin a dan b diabaikan, pemasangan boom/tiang dengan cara : 1) Pembuatan lubang boom/tiang dengan ukuran lebar 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 60-80 cm. 2) Pengecoran boom/tiang pada lubang yang dibuat dengan tinggi boom 1.5 m dari permukaan tanah. Bagian bawah boom menggunakan cakar ayam untuk memperkuat pemasangan boom. 3) Bentuk pengecoran ini yang umum digunakan pada tanah dengan kekerasan normal, desain cor, dan tinggi boom/tiang disesuaikan pada jenis tanah. Sebagai contoh daerah dengan tanah pasir dan gambut menggunakan landasan dari kayu ulin yang keras itu, yaitu dengan cara membuat platform dari ulin kemudian boom/tiang bagian bawah dilaskan plat ukuran 40 cm x 40 cm tebal minimal 5 mm. Empat sudut plat dibor kemudian dipasangkan ke landasan ulin dengan baut. 3.3. Instalasi dan Konfigurasi Modem HX50 Langkah selanjutnya agar antenna VSAT dapat bekerja adalah instalasi dan konfigurasi modem. Modem yang biasanya digunakan dalam instalasi antenna 1.8m adalah modem HX50. Langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fitur telnet pada notebook dengan cara , control panel – uninstall program – turn windows features on or off – klik pilihan telnet client dan telnet server. 2. Dengan Command Prompt lakukan Ping ke perangkat HX50 mempergunakan Command : ping 192.168.0.1 (seperti contoh di bawah)
Setelah muncul seperti gambar diatas ketik tanda “?” untuk masuk kedalam main menu.
Gambar 10. Tes Ping
3. Setelah ping berhasil,lakukan telnet ke HX50 agar kita bisa configure Remote tersebut dengan command : telnet 192.168.0.1 1953 Gambar 13 main menu modem HX50
Gambar 11. telnet ke HX50
Tekan ENTER maka akan masuk ke Main Menu Modem HX50 : 4. Main Menu :
Gambar 12. main menu modem HX50
5. Setting Modem : Yang selanjutnya dilakukan adalah mengisi parameter parameter pada modem. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih pilihan a pada main menu. Perlu diperhatikan, pada saat mengisi parameter VSAT Longitude degrees dan VSAT Latitude degrees harus disesuaikan dengan posisi longitude dan latitude lokasi kota tempat instalasi antenna (pada contoh dimisalkan lokasi instalasi antenna berada di kota Jakarta dimana longitude dan latitudenya adalah 106 dan 6). Untuk mengisi parameter VSAT Longitude degrees dan VSAT Latitude degrees harus diisi dengan posisi satelit space segment yang akan digunakan. (pada contoh dimisalkan satekit yang digunakan adalah satelit TELKOM PALAPA B4 118E, Yang mana memiliki longitude 118 dan latitude East). Seorang teknisi dapat mengetahui posisi longitude dan latitude dari lokasi instalasi dengan menggunakan aplikasi satfinder. Dengan aplikasi tersebut teknisi juga dapat mengetahui posisi longitude dan latitude dari satelit yang digunakan. Berikut adalah tampilan dari satfinder.
Setelah itu pilihlah menu “b” yaitu Antenna Pointing – Transmitter, automatic. Dan akan muncul hasil dari pointing antenna dari lokasi penginstallan kearah satelit komunikasi (space segment) yang digunakan. Seperti yang tampak pada gambar :
Gambar 14. mencari longitude dan latitude dari lokasi dan satelit menggunakan satfinder
Untuk parameter Satellite Channel Frequency diisi sesuai dengan frekuensi kerja hub yang digunakan. (pada contoh diatas menggunakan frekuensi kerja hub bogor yaitu 10671 Hz). Parameter IP LAN dan IP Management Address dapat diisi setelah teknisi mengirimkan info mengenai keseluruhan nomor serial perangkat antenna (BUC,LNB,modem,adaptor) kepada NOC (Network Operator Control) Metrasat. Kemudian NOC Metrasat akan memberikan IP LAN dan dan IP Management address kepada teknisi. Untuk pengisian parameter selanjutnya yang tidak dijelaskan, dapat diisi sesuai dengan default modem atau dengan menekan tombol enter. 6. Antena Pointing : Pointing adalah mengarahkan antenna dari lokasi penginstallan ke arah satelit komunikasi yang digunakan. Pengarahan tersebut melibatkan 3 hal yaitu sudut elevasi, sudut azimuth dan polarisasi feedhorn. Pada main menu modem HX50 terdapat menu yang dapat membantu teknisi pada proses pointing atau mengarahkan sudut elevasi, sudut azimuth dan polarisasi feedhorn dengan memilih menu “i. installation” dan akan muncul menu seperti dibawah ini :
Gambar 15. menu pointing modem
Gambar 16. hasil pointing modem Setelah teknisi melakukan pointing dan hasilnya Maksimal, Hasil maksimal (range : 81-95) dapat dilihat pada level SQF yang berada di pojok kiri bawah, teknisi dapat melakukan crosspole. Crospole adalah proses untuk mengidentifikasi bahwa sebuah antenna bekerja pada polarisasi vertical atau horizontal agar tidak terjadi interferensi dari antenna lain yang menggunakan transponder berbeda pada satelit yang sama. untuk melakukan crosspole hubungi NOC metrasat agar diberikan nilai frekuensi carrier pada antenna remote . Setelah NOC menyatakan bahwa Remote tersebut sudah dipancarkan carriernya, langsung koordinasi dengan operator di HUB pengendali satelit (misalnya : Telkom Cibinong), operator tersebut akan memonitor carier yang ditransmitkan ke arah satelit dan meminta teknisi untuk menggerakan (memutar) Feedhorn antena. Arah (sudut) feedhorn pada antena parabola ini lah yang menentukan apakah sebuah antena bekerja pada polarisasi vertikal atau horizontal. Nilai cross pole akan dihitung oleh operator satelit dengan membandingkan carier utama pada transponder kerja dengan bocoran yang keluar di transponder polarisasi sebaliknya, makin tinggi nilai cross pole maka makin bagus pointing antena karena tidak mengganggu transponder reuse disisi polarisasi lainnya.
Setelah mendapat hasil crosspole dari operator pengendali satelit, hubungi kembali NOC metrasat dan meminta agar remote tersebut di normalkan kembali.
9. Run Software Download Monitor Setelah berhasil ranging kembalilah ke menu utama dengan mengetik tanda “?” dan tekan enter.
7. Ranging Setelah Crosspole berhasil dan remote sudah di normalkan kembali,Masuk ke Main Menu seperti gambar di bawah ini kemudian lakukan Ranging pada menu “i” (Installation) seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 19. main menu
Setelah berhasil ke main menu pilih menu “f” (run softeare download) dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini :
Gambar 17. menu instalation
Kemudian pilih menu “d” (force and verify ranging) untuk melakukan ranging. Berikut adalah tampilan setelah berhasil ranging :
Gambar 20 display modem complete download
setelah
Setelah download complete kita dapat melihat lagi konfigurasi modem dengan mengetik “b” dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini : Gambar 18. display pada saat ranging berhasil.
4.
KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Konnektor merupakan pengubung antara kabel yang digunakan sebagai media transmisi dengan komponen dimana kabel tersebut akan dihubungkan, misalnya ke komputer atau peralatan jaringan lainnya. Tiap jenis kabel memiliki konektor yang berbeda-beda. 2. Antena adalah peralatan elektronik yang di disain untuk mengirimkan maupun menerima sinyal radio (microwave). Antena digunakan untuk transmisi energi gelombang radio melalui medium alami (udara, bumi, air, dan lain-lain) untuk komunikasi dari titik yang satu ke titik yang lain. Dalam mentransmisikan sinyal data telekomunikasi, gelombang mikro digunakan sebagai gelombang pembawa (carrier). 3. Antena yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu sebuah solid dish antenna yang memiliki bentuk parabola.
Gambar 21. display konfigurasi modem setelah complete download
10. Ping ke IPGW Langkah terakhir dalam proses konfigurasi modem HX50 untuk instalasi antenna 1.8m sebagai remote dengan teknologi VSAT IP adalah melakukan test ping ke perangkat. Seperti yang tampak pada gambar :
Gambar 22. test ping
4. Instalasi antenna 1.8m sebagai remote dengan teknologi VSAT IP dapat dilakukan dengan :
Instalasi konektor
Survey tempat lokasi antenna
Membangun pondasi antenna
Memberikan info ke NOC metrasat mengenai serial number perangkat
Merakit antenna
Mengisi parameter parameter konfigurasi modem
Pointing antenna
Menghubungi NOC metrasat untuk dipancarkan carrier ke Remote
Crosspole dengan menghubungi operator pengendali satelit di cibinong
Menghubungi NOC metrasat untuk menormalkan kembali remote (mematikan carrier)
Download
Test ping 5. Hal-hal yang harus diperhatikan saat instalasi antenna 1.8m sebagai remote dengan teknologi VSAT IP adalah :
5.
Tegangan listrik harus stabil (220 Volt)
Tegangan Neutral dengan Grounding harus di bawah 1 Volt AC
Penempatan Antena pada permukaan yang datar (tiang antena harus vertikal/ tegak lurus)
Arah Antena ke Satelit tidak boleh terhalang apapun
Antena harus grounding
Modem harus ditempatkan pada suhu ruangan yang sejuk tidak boleh panas.
Selalu koordinasi dengan NOC pada saat Pemasangan.
di
hubungkan
ke
BIODATA Helmi Muhammad Shadiq (21060110120015). Lahir
di Jakarta, 30 Januari 1993. Telah menempuh pendidikan di SDN 1 Ciputat, SMPN 1 Pamulang dan SMAN 1 Ciputat. Dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro, angkatan 2010, konsentrasi Telekomunikasi. Menyetujui Dosen Pembimbing
DAFTAR PUSTAKA
[1] Elbert, Bruce R. 2004. The Satellite Communication Applications Handbook – Second Edition. London: Artech House, Inc. [2] Maral, George. 2003. VSAT Networks – Second Edition. London: John Wiley & Sons, Ltd. [3] Remote Terminal User Guide DW7000, DW7700. 2006. Hughes Network Systems. [4] Telkom-2 Satellite fact sheet. Orbital Sciences Corporation. [5] http://www.c4.telkom.co.id/produk/datin/vsat_ip Diakses tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00 [6] http://belajarvsat.wordpress.com/ Diakses tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00 [7]http://www.cisco.com/en/US/docs/ios/12_3t/12_3t 14/feature/guide/gtstltnm.html Diakses tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00 [8] http://www.scmedia.co.id/product.htm Diakses tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00 [9] http://telkom-msc.blogspot.com/2010/05/satelittelkom-2-akhirnya-meluncur-juga.html Diakses tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00 [10] http://www.jaluwave.com/Indonesia/telko Diakses tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00
Yuli Christyono, ST. MT NIP 196807111997021001