SEASONAL EFFECTS PADA ANOMALI PASAR MODAL : SUATU REVIEW Ika Indriasari1) Sugiarto STIE Cendekia Karya Utama Semarang Email:
[email protected]) Kata kunci: Pasar efisien, anomali, day of the week effect, Monday effect, January effect
Abstrak Penelitian berbentuk critical review ini menelaah mengenai anomali pasar sebagai salah satu bentuk dari fenomena di pasar modal. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, disini suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh abnormal return. Salah satu bentuk anomali dalam pasar modal adalah anomali musiman (seasonal anomalies). Penelitian ini berusaha untuk menelaah mengenai pasar efisien dan beberapa penelitian di berbagai negara yang telah dilakukan seputar seasonal anomalies ini, baik day of the week effect, Monday effect atau January effect.
Keywords: efficient markets, anomalies, day of the week effect, Monday effect, January effect
Abstract This study examined the form of the critical review of market anomalies as one form of the phenomenon in the equity markets. On anomalies found some matters that should not be there when it is considered that there is a really efficient market. So that here is an event can be exploited by investors to earn abnormal returns. One of the anomalies in the stock market is seasonal anomalies. This study sought to examine the efficient market and several studies in several countries that have done the seasonal anomalies, either the day of the week effect, Monday effect or the January effect.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
1
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
Ika Indriasari Sugiarto
Pendahuluan Para investor yang melakukan investasi melalui pasar modal sudah pasti mengharapkan tingkat keuntungan (return) dengan besaran yang sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggungnya. Sebagai investor, tentu mengharapkan tingkat keuntungan yang optimal dan salah satu cara untuk mengoptimalkan return yang diharapkan, investor dapat mengamati perilaku saham harian (Alteza, 2007). Berdasarkan berbagai hasil
akan membahas mengenai pasar efisien dan menelaah adanya anomali pada pasar modal, khususnya yang terjadi pada waktuwaktu tertentu, atau yang disebut dengan seasonal anomalies.
penelitian, harga saham mengalami pergerakan yang bersifat musiman (seasonal). Kondisi tersebut sebenarnya dapat dicermati dan dimanfaatkan oleh para investor agar dapat memiliki keputusan yang tepat saat menjual atau membeli saham. Pembahasan mengenai pengujian pasar efisien tidak bisa terlepas dari membahas tentang adanya ketidakteraturan (anomali) yang terkait dengan hipotesis pasar efisien. Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang berisi sekuritas yang nilai pasarnya selalu menyesuaikan secara cepat dan langsung
tersebut disebut juga dengan efisiensi informasional, sehingga harga saham yang ada mencerminkan hal-hal berikut: pertama, harga saham mencerminkan segala informasi yang telah diketahui baik informasi masa lampau, informasi sekarang dan kejadian yang sudah diumumkan. Kedua, harga mencakup informasi lainnya yang dianggap beralasan untuk disimpulkan. Sebagai contoh, jika ada suatu informasi mengenai kenaikan tingkat bunga dalam waktu yang tidak lama lagi maka harga saham akan merefleksikan kepercayaan investor terhadap berita
apabila terjadi perubahan nilai intrinsik dari asset yang menjadi dasar dikeluarkannya sekuritas tersebut. Jadi apabila saham suatu perusahaan tidak berubah harga pasarnya , sementara perusahaan tersebut mengalami suatu kondisi yang mempengaruhi bisnisnya dan informasi tentang hal itu telah tersebar kepada publik, berarti pasar modal itu tidaklah efisien. Anomali sendiri adalah
tersebut meskipun kenaikan tingkat bunga belum sungguh-sungguh terjadi. Fama (1970) dalam Alteza (2007) telah mengklasifikasikan tiga kategori efisiensi pasar berdasarkan informasi yang dicerminkan sebagai berikut: 1. Efisiensi pasar bentuk lemah ( weak form efficiency). Pada pasar dengan efisiensi lemah harga sekuritas secara penuh mencerminkan
salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar modal. Artikel ini selanjutnya
informasi masa lalu. Harga saham mengikuti random walk, sehingga
2
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Pembahasan Pasar Efisien dan Implikasinya Pasar efisien adalah pasar dimana semua harga sekuritas secara tepat dan cepat dapat merefleksikan informasi yang ada (Jones, 2004). Pengertian
Ika Indriasari Sugiarto
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
harga saham yang sudah terjadi tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi harga saham saat ini, sehingga strategi perdagangan dengan memanfaatkan dasar hubungan historis tidak dapat menghasilkan abnormal return bagi investor. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form efficiency), adalah jika harga saham s ecara penuh mencerminkan semua informasi
aktif, dengan maksud untuk memperoleh return yang lebih tinggi dibandingkan investor lainnya. Investor akan menggunakan analisis teknikal, fundamental atau gabungan diantara keduanya. Dengan analisis teknikal, investor mempercayai bahwa pola-pola pergerakan harga saham di masa datang akan diketahui. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan konsep pasar efisien yang menyatakan bahwa informasi masa lalu telah tercermin dalam harga saham.
yang dipublikasikan, sehingga investor tidak akan memperoleh abnormal return hanya dengan memanfaatkan informasi publik seperti pengumuman laba dan dividen, pengumuman merger, pemecahan saham dan pengumuman -pengumuman lainnya. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form efficiency), yaitu harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi privat maupun yang dipublikasikan. Dalam bentuk efisiensi ini, tidak akan ada
Strategi investasi yang tepat menurut Jones (2004) dapat berupa strategi pemilihan saham, rotasi sektor dan market timing. Strategi pemilihan saham adalah strategi investor dengan cara melakukan seleksi untuk mendapatkan saham terbaik dengan berdasarkan pada analisis fundamental. Strategi ini merupakan strategi yang paling rasional dan populer. Strategi lainnya, yaitu strategi rotasi sektor dapat dilakukan oleh investor melalui dua cara (Tandelilin dalam Alteza, 2007) yaitu: (1) melakukan investasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor tertentu untuk
investor yang memperoleh abnormal return hanya karena memiliki informasi privat. Pada efisiensi kuat ini, pasar modal seperti pasar lelang ideal karena harga akan selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu memperkirakan dengan baik mengenai harga saham. Pada pasar efisien, investor yang
mengantisipasi pergerakan siklis ekonomi di kemudian hari, dan (2) melakukan modifikasi terhadap bobot portofolio saham -saham pada sektor industri yang berbedabeda. Strategi ketiga, yaitu strategi market timing . Strategi ini dilakukan dengan cara aktif mengamati pergerakan di pasar saham sehingga dapat menentukan waktu yang tepat untuk masuk pasar dan keluar dari pasar untuk memperoleh return yang
tidak percaya terhadap pasar efisien akan cenderung melakukan strategi perdagangan
lebih baik, atau menghindari kerugian. Investor yang mempercayai
2.
3.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
3
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
Ika Indriasari Sugiarto
kebenaran pasar efisien tidak akan menggunakan strategi-strategi di atas untuk memperoleh abnormal return. Investor ini akan cenderung bersikap pasif dalam investasinya. Strategi yang dipilih akan cenderung pada strategi buy and hold atau strategi mengikuti indeks pasar (Jones, 2004). Meskipun disebut pasif, namun bukan berarti investor tidak melakukan strategi apapun. Investor pasif biasanya secara rasional akan menyeleksi saham dalam portofolionya dan melakukan
perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies) ( Levy,1996 dalam Gumanti dan Utami, 2002). Penjelasan mengenai anomali pasar tersebut adalah sebagai berikut (Cahyaningdyah, 2004). 1. Size effect, adalah anomali perusahaan yang diungkapkan oleh Banz (1981) yang menunjukkan bahwa kelebihan return perusahaan
penyesuaian jika risiko portofolio berubah melebihi batas toleransinya.
yang memiliki size lebih kecil justru cenderung lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan size yang lebih besar. Market to book effect, yang merupakan anomali dimana saham yang memiliki market to book yang tinggi cenderung memiliki tingkat return yang lebih besar dibandingkan dengan saham yang memiliki market to book value rendah. P/E ratio effect, yaitu anomali yang menujukkan bahwa saham dengan P/ E ratio rendah justru memiliki return
Seasonal anomali dalam Pasar Saham Dalam praktik perdagangan di pasar saham, dari hasil berbagai penelitian ditemukan bahwa konsep pasar efisien sering mengalami penyimpangan, yang disebut sebagai anomali pasar. Faktor penyebab dari anomali ini sulit dijelaskan secara tepat, bahkan dengan berbagai penelitian yang telah dilakukan. Pada kejadian anomali pasar ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi bilamana
2.
3.
dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, disini suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh abnormal return. Bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (Gumanti dan Utami, 2002) Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali 4
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
yang lebih tinggi dibandingkan saham dengan P/E ratio tinggi. Hal ini berlawanan dengna teori pasar efisien, sebab mestinya tidak ada hubungan antara rasio P/E dengan return. Fama dan French (1981) menemukan bahwa efek P/E ini akan hilang apabila ada kontrol yang baik atas ukuran perusahaan dan market to book perusahaan. 4.
Seasonal effect, yaitu anomali yang terkait dengan waktu -waktu
Ika Indriasari Sugiarto
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
perdagangan pasar yang terjadi pada pasar modal, dan dapat berupa anomali-anomali di bawah ini: a. January effect, yaitu anomali yang menunjukkan bahwa return di bulan Januari ditemukan cenderung lebih tinggi dibandingkan bulan lain. Hal ini lebih besar terjadi pada perusahaan kecil dan pada lima hari pertama perdagangan di awal bulan.
yang bisa negatif. Jika terjadi pada masa sekitar pergantian tahun maka disebut pula turn off the year effect. Secara umum, banyak peneliti yang telah menyelidiki kejadian seputar seasonal anomali , misalnya mengenai fenomena pendapatan akhir pekan (weekend effect) yang menunjukkan adanya pendapatan negatif setelah akhir pekan. Pendapatan negatif ini diperkirakan karena adanya efek penyelesaian dan kesalahan
b.
Holiday effect, yaitu adanya kecenderungan bahwa return saham pada satu hari menjelang libur dan return saham sehari setelah libur lebih tinggi jika dibandingkan pada hari biasa. Intraday effect, yaitu adanya perbedaan return saham pada suatu jam perdagangan tertentu pada hari yang sama. The day of the week effect. Yaitu perbedaan hari perdagangan yang
pengukuran. Diungkap pula, bahwa pendapatan negatif sesungguhnya terjadi selama periode non-perdagangan. Fenomena lainnya adalah January effect, yang menunjukkan adanya kecenderungan kenaikan harga sekuritas di bulan Januari, khususnya di hari-hari pertama ( Levy,1996), efek day of the week, day of the month, juga holidays effect. penelitian seputar anomali tersebut juga telah dilakukan oleh banyak peneliti di berbagai negara (misalnya Kohers dan Kohli, 1991; Lee dan Chang,1988 dll) Meskipun telah diteliti cukup lama
berpengaruh terhadap pola return saham dalam sepekan. Kasus yang biasa terjadi pada jenis anomali ini adalah Monday effect dan weekend effect. Turn of the month effect. Anomali yang terjadi dimana tingkat pengembalian pada awal bulan selalu lebih tinggi
dan dilakukan di berbagai negara, hasil yang disimpulkan dari masing-masing penelitian menunjukkan perbedaan (Kohers dan Kohli, 1991). Perbedaan-perbedaan hasil penelitian ini menunjukkan adanya peluang yang masih terbuka luas untuk menggali lebih dalam mengenai fenomena anomali pasar modal seasonal tersebut, khususnya yang terjadi pada pasar modal di Indonesia. Schwert (2003) dalam Cooper
atau positif jika dibandingkan pengembalian akhir bulan
dan Ovtchinnikov (2006) menyatakan bahwa anomali lain seperti weekend effect
c.
d.
e.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
5
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
Ika Indriasari Sugiarto
dan weekday effect terbukti makin mengecil hingga menjadi kurang signifikan untuk tahun 2002. Namun, tidak demikian dengan January effect. Temuan ini menunjukkan bahwa dinamika yang ada pada pasar modal dapat menyebabkan perubahan-perubahan reaksi investor yang memungkinkan untuk menjadi pemicu terjadinya anomali di pasar modal. Selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa penelitian yang telah ada seputar anomali musiman di pasar modal. Hal ini
populer bagi penelitian pasar modal pada tahun 1980an. Dalam upaya meneliti weekend effect ini Dyl dan Maberly telah mempelajari beberapa penjelasan yang mungkin menjadi penyebab fenomena tersebut, dan termotivasi untuk menemukan penyebab sesungguhnya dari weekend effect. Pada penelitian ini Dyl dan Maberly (1988) menetapkan dua hipotesis yang akan diuji, yaitu H1 : berita baik dengan berita yang kurang baik adalah sama
dimaksudkan sebagai suatu bentuk telaah terhadap hasil yang telah ditemukan oleh berbagai riset mengenai anomali, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian sejenis di masa datang. Penelitian ulang yang akan datang ini dimaksudkan untuk melengkapi temuantemuan sebelumnya dan mencoba menemukan bukti baru seputar anomali pasar modal khususnya di Indonesia, mengingat bahwa dinamika pasar modal terus berlangsung dan fungsi utama dari pasar modal adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang
(seimbang) untuk masing-masing periode non-perdagangan dan H2 yang menyatakan bahwa hasil yang kurang baik dan hasil yang baik secara seragam didistribusikan selama hari-hari dalam sepekan. Dari pengujian yang dilakukan, hipotesis satu sebagian ditolak, berarti bahwa pada periode non perdagangan terdapat perbedaan untuk berita baik dan berita kurang baik, yang ditemukan pada sebagian sampel. Namun, peneliti tidak bisa menolak mengenai kemungkinan bahwa ada kemungkinan informasi yang sama untuk periode non perdagangan yang lain
wajar (Nuryanti, 2007), diharapkan bukti yang diperoleh dari temuan-temuan penelitian terbaru ini akan memberikan kontribusi yang berarti bagi pasar modal di Indonesia. Weekend Effect Dyl dan Maberly (1988) telah melakukan suatu penelitian mengenai anomali yang dikenal sebagai fenomena
selama seminggu. Hipotesis kedua, ditemukan ada hasil yang kuat bahwa informasi yang kurang baik tidak secara merata didistribusikan selama sepekan, meskipun tidak terdapat bukti bahwa informasi yang baik juga tidak terdistribusi dengan merata. Bukti dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada kejadian yang tidak biasa dari informasi secara umum dan dari informasi yang
akhir pekan ( weekend phenomenon/ weekend effect ) yang manjadi topik
kurang baik secara khusus , yang muncul pada saat akhir pekan. Fenomena ini
6
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ika Indriasari Sugiarto
menyediakan penjelasan sebagian bagi weekend effect , dan mungkin masih belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Penelitian ini, masih menyisakan pertanyaan, mengapa weekend effect tetap terjadi, dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
January Effect dan Day of week effect Lee dan Chang (1988) meneliti mengenai anomali-anomali yang terjadi pada pendapatan saham selama periode perdagangan dan non perdagangan di
Perbedaan kedua adalah pialang saham di USA diatur oleh aturan bahwa masing-masing kutipan bid-ask harus dipertemukan dengan kriteria stabilitas dan kontinuitas untuk menjaga kerapihan pasar. Sehingga ketika terjadi suatu perubahan besar pada harga keseimbangan, harga transaksi tidak mencerminkan harga kesetimbangan secara bersamaan hingga suatu angka yang mencukupi dari suatu transaksi terjadi . Sedangkan di Korea, tidak terdapat pialang yang bertanggung
pasar modal Korea. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk meneliti tiga fenomena anomali, yaitu efek ukuran perusahaan, efek Januari, dan efek hari dalam sepekan (day of week). Lee dan Chang (1988) lebih termotivasi untuk meneliti mengenai anomali pasar modal di Korea karena adanya beberapa perbedaan karakter pasar modal antara Amerika dengan Korea. Perbedaan tersebut terkait dengan empat hal. Yang pertama, mengenai perdagangan saham , dimana perdagangan saham di Amerika didominasi oleh para dealer (pialang saham), meskipun pada
jawab untuk menjaga terjadinya pasar saham yang adil dan rapi. Sehingga saat ada perubahan yang besar pada harga kesetimbangan, waktu yang mencukupi diperlukan untuk menemukan harga transaksi yang mencerminkan harga kesetimbangan. Dalam hal ini, sebagian besar perubahan harga harian terjadi pada harga transaksi yang pertama (harga pembukaan) tiap hari dan nilai absolut yang besar dari pendapatan periode nonperdagangan bisa dihasilkan selama periode penyesuaian harga. Perbedaan karakter ketiga antara
dasarnya perdagangan dilakukan dengan proses lelang. Dengan adanya peran pialang tersebut, harga saham menjadi terdeviasi dari harga yang sebenarnya jika transaksi mencerminkan permintaan pasar publik hanya pada satu sisi. Sementara, di Korean Stock Exchange (KSE) permintaan perdagangan dieksekusi dengan dasar proses lelang murni, baik untuk pialang maupun bid-ask spread, sehingga data
pasar modal Amerika dengan Korea adalah tidak adanya pajak pendapatan modal untuk investor individual di Korea. Sedangkan perbedaan keempat adalah pasar modal Korea buka dari hari Senin hingga Sabtu, meskipun pada hari Sabtu hanya ada sesi pagi. Sedangkan di Amerika, pasar modal buka dari Senin hingga Jum‟at. Menurut pandangan hipotesis waktu perdagangan dari Rogalski, hal ini memiliki implikasi
pasar modal Korea tidak mengandung bias karena pengaruh penyebaran saham.
langsung ketika periode perdagangan kembali pada hari Sabtu seharusnya Vol. 11 No. 1 Maret 2014
7
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
Ika Indriasari Sugiarto
separuh dari periode perdagangan kembali untuk hari-hari lain dalam suatu pekan di Korea. Pada penelitian ini ada tiga hipotesis yang akan diuji:1).Terdapat hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan pendapatan harian saham di Korea 2).Terdapat perbedaan return saham pada bulan January dibandingkan bulan-bulan lainnya pada pasar saham di Korea dan 3).Terdapat perbedaan return saham pada hari tertentu pada satu pekan pada pasar
terjadinya penjualan dengan kerugian pajak pada akhir tahun dan pengaruh tersebut terkait dengan tingginya return selama periode non-perdagangan di Januari. Untuk pola pekanan, dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji sepuluh ukuran portofolio. Ditemukan bahwa secara rata-rata, mean terendah penutupan-kepenutupan terjadi pada pendapatan hari Selasa, dan mean tertinggi penutupan-kepenutupan terjadi pada hari perdagangan terakhir pada satu pekan, yaitu Sabtu.
saham di Korea Hasil pengujian menunjukkan bahwa perusahaan yang kecil di Korea, rata-rata menerima return harian yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan besar. Hal ini diindikasikan karena perusahaan kecil kurang berisiko dibandingkan perusahaan besar. Bukti adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan return harian ini juga tidak diperoleh di pasar Amerika. Dari pengujian oleh Cohen, Hawawini, Maier, Schwartz dan Whitcomb beta, juga menunjukkan adanya perbedaan antara ukuran portofolio, namun terlalu
Sedangkan rata-rata pada periode perdagangan terenah terjadi pada hari Senin, dan rata-rata tertinggi periode perdagangan terjadi pada hari Sabtu untuk hampir keseluruhan portofolio. Hasil pengujian secara umum menunjukkan bahwa dengan kondisi Korea yang tertutup dalam hubungan ekonomi dengan Amerika, pasar modal Korea dirasa memiliki kondisi musiman independen yang kecil. Persepsi anomali di Korea,dengan bukti internasional sebelumnya pada literatur, mengindikasikan bahwa anomali adalah
kecil untuk menjelaskan besarnya return abnormal yang diterima oleh perusahaan kecil. Namun hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh ukuran perusahaan terjadi pada data pasar modal Korea, bahkan setelah dilakukan penyesuaian bias yang ditunjukkan dalam literatur. Pengujian mengenai anomali yang terjadi pada bulan Januari juga mendapatkan bukti, bahwa January effects
fenomena umum diseluruh dunia. Karakterisasi yang lebih rinci mengenai fenomena anomali di pasar saham Korea disediakan dengan mengubah ulang returns penutupan-ke-penutupan harian ke returns periode non perdagangan (penutupan-kepembukaan) dan returns periode perdagangan (pembukaan-ke-penutupan). Efek ukuran perusahaan ditemukan untuk returns periode perdagangan, sementara itu
terjadi di pasar modal Korea, bahkan dengan kemungkinan yang kecil atas
tidak ditemukan untuk returns periode non perdagangan. Sebagian besar efek Januari
8
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ika Indriasari Sugiarto
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
terkonsentrasi pada returns periode non perdagangan selama empat hari pertama perdagangan tahun ini. Tampaknya weak seasonality disebabkan oleh penyimpangan yang luas dari mean returns periode perdagangan pada hari Senin dan Sabtu dari keseluruhan mean returns periode perdagangan. Hasil di atas mengindikasikan bahwa proses yang menghasilkan return selama periode non perdagangan mungkin berbeda dari proses yang menghasilkan return selama periode
penelitian Lee dan Chang (1988) ini belum memecahkan permasalahan anomali. Demikian juga, masih ada banyak penelitian yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan pernyataan yang konklusif mengenai fenomena dan penyebab anomali.
perdagangan di Korea. Hasil empiris yang dihasilkan di artikel ini ditafsirkan sebagai indikasi dari sebuah in-efisiensi di pasar saham Korea. Fenomena anomali terjadi di dalamnya, namun, tidak selalu konsisten dengan efisiensi pasar. Mungkin terdapat beberapa faktor yang hilang pada returns saham. Berdasarkan penyebaran dan kesamaan anomali di beberapa negara selain Korea, penafsiran tersebut dapat menyesatkan tanpa studi yang luas. Dengan demikian, penelitian selanjutnya dibutuhkan. Pengujian formal dari hipotesis informasi
secara umum, rata-rata bulanan untuk return Januari secara signifikan berbeda dari laba rata-rata bulanan selama bulanbulan lainnya dalam setahun. Kohers dan Kohli (1991) telah mendokumentasikan berbagai penelitian mengenai anomali pasar modal dari berbagai peneliti, khususnya mengenai January effect. Mereka mencatat bahwa kebanyakan penelitian tentang efek Januari lebih terfokus pada perusahaan kecil terutama pada hari-hari awal Januari (Keim, 1983; Reinganum, 1983). Dengan adanya berbagai dukungan
tidak dilakukan dalam penelitian ini. Dengan demikian, disarankan agar penelitian yang akan datang untuk menggunakan sampel dan informasi yang lebih lengkap dalam menyelidiki mengenai efek ukuran perusahaan, karena dalam penelitian ini dibatasi oleh terbatasnya informasi mengenai perusahaan kecil di Korea. Penelitian ini memberi kontribusi
terhadap efek bulan Januari, khususnya bagi perusahaan kecil, Kohers dan Kohli terdorong untuk melakukan pengujian komprehensif mengenai efek Januari terhadap saham perusahaan besar atau melengkapi dukungan terhadap hipotesis kerugian pajak penjualan. Penelitian Kohers dan Kohli (1991) ini bertujuan untuk menginvestigasi keberadaan efek Januari bagi surat berharga perusahaan
bagi penelitian selanjutnya mengenai anomali di pasar saham Korea. Namun,
besar dengan menyediakan bukti empiris yang didasarkan pada return bulanan untuk
January effect Kohers dan Kohli (1991) menyelidiki tentang anomali perilaku pasar modal pada perusahaan besar di bulan Januari ( January effects). Menurut efek Januari,
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
9
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
Ika Indriasari Sugiarto
komposit S&P dan indeks komponen yang menunjukkan bahwa return bulanan pada indeks perusahaan besar tidak sama untuk bulan yang berbeda, yang diteliti mulai bulan Januari 1930 hingga Desember 1949. Satu hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah : Terjadi January effect pada saham perusahaan-perusahaan besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata bukti menunjukkan bahwa ternyata efek Januari tetap eksis
oleh Khaksari dan Bubnys (1992) sebagai yang didokumentasikan paling luas di indeks spot. Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama adalah untuk menguji apakah indeks saham masa depan dan harga spot yang mendasari adanya efek day of the week, month of the year dan day of the month. Dua efek yang terakhir belum pernah diuji sebelumnya dengan menggunakan data indeks saham masa depan. Disini Khaksari dan Bubnys juga
pada perusahaan besar, dan ceteris paribus, independen terhadap pengaruh ukuran perusahaan. Kemiripan hasil untuk indeks komponen S&P menunjukkan pula bahwa anomali musiman ini eksis dalam keseluruhan industri yang ditampilkan oleh indeks S&P. Namun, keterbatasan penelitian ini hanya menguatkan beberapa hasil penelitian mengenai efek Januari saja. Tidak dijelaskan dengan lebih mendalam, apa penyebab January effect tersebut tetap terjadi pada perusahaan besar . Day-of-the-week effect, the month of the
menginvestigasi hubungan timbal balik antara harga spot dan future markets (pasar komoditas). Tujuan kedua, untuk menguji ketiga anomali tersebut dengan menggunakan tingkat penyesuaian risiko return dan juga tingkat rata-rata return. Khaksari dan Bubnys (1992) termotivasi untuk mempertemukan beberapa metodologi yang telah diamati dan adanya ketidak-konsistenan konseptual pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai indeks saham masa depan dengan menggunakan variabel dan teknik yang berbeda, serta ukuran sampel yang
year effect dan the day of the month effect Risiko return yang didasarkan pada Sharpe Performance Measure untuk mengevaluasi adanya tiga anomali dalam dua indeks saham masa depan, masa depan dari indeks sintetis perusahaan yang lebih kecil, dan masing-masing indeks spot yang mendasari. Tiga anomali yang diteliti disini adalah pengaruh dari day-of-the-week, the
lebih besar.. Khaksari dan Bubnys (1992) menyatakan bahwa hasil penelitiannya tidak mendukung pernyataan-pernyataan dari para otoritas yang menyatakan indeks saham komoditas (future market) lebih efisien dibandingkan dengan indeks spot karena adanya respon yang lebih tinggi terhadap perubahan harga, leverage yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah
month of the year dan the day of the month . Ketiga anomali tersebut disebut
(misal 1983).
10
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Zeckhauzer dan Neiderhoffer, Khaksari dan Bubnys (1992)
Ika Indriasari Sugiarto
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
menemukan bukti lebih mengenai pengaruh day of the week dan day of the month dalam perilaku harga pada indeks komoditas dibanding pada indeks kas. Namun, January effect ditemukan lebih muncul pada indeks spot dibanding pada kontrak-kontrak di indeks saham komoditas dan lebih pada perusahaan kecil dibanding pada perusahaan yang lebih besar. Pengaruh day of the week menurun tajam pada indeks pendapatan spot maupun future market ketika
Junkus dan Lee (1985) dalam Khaksari dan Bubnys (1992). Bukti pada penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara distribusi pendapatan dari indeks komoditas dengan indeks spot. Sehingga, memilih indeks komoditas yang menyediakan kesesuaian terbaik dengan portofolio spot adalah hal mendesak untuk suksesnya strategi hedging. Suatu upaya yang sungguh-sungguh diperlukan untuk menetapkan modifikasi strategi hedging
penyesuaian resiko Sharpe Performance Measure dibuat. Tetapi penggunaan Sharpe Performance Measure tidak terlalu berpengaruh dalam menurunkan the month of the year effect. Namun demikian, the day of the month effect yang tidak muncul ketika pendapatan komoditas yang belum disesuaikan dianalisis, muncul dengan kuat setelah adanya penyesuaian risiko. Hasil temuan Khaksari dan Bubnys (1992) cenderung kurang menyepakati pernyataan yang ada pada pernyataan teori pasar efisien. Dan dari hasil penelitian ini mereka juga
yang sukses diantaranya adalah akuntansi untuk biaya transaksi. Khaksari dan Bubnys (1992) juga menyatakan bahwa anomali yang terus terjadi juga dapat berimplikasi pada kebijakan publik bagi pasar modal. Penemuan dari pasar yang tidak efisien memberi tekanan bagi agen-agen pemerintahan untuk menetapkan regulasi pasar modal yang lebih besar, meskipun diragukan pula apakah peningkatan regulasi akan mampu menghasilkan efisiensi pasar. Penelitian ini memberikan perkembangan kontribusi yang cukup besar
menunjukkan beberapa implikasi bagi investor dan regulator. Pertama, adanya anomali yang terjadi terus menerus pada pasar spot dan indeks saham pasar komoditas yang berkembang mendukung kemungkinan yang masuk akal dari strategi ketepatan portofolio jangka pendek. Satu hal yang pokok dimana pengetahuan mengenai indeks saham komoditas berguna, adalah dalam mengembangkan
bagi implikasi adanya anomali pasar. Keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah hanya dilakukan pada satu negara, sehingga perlu dilakukan pengujian pada negara lain yang mungkin memiliki karakteristik pasar yang berbeda.
dan mngimplementasikan strategi hedging (lindung nilai) sebagaimana pada penelitian
pasar modal terjadi terus menerus di berbagai negara dan menunjukkan hasil
Penutup Penelitian pada pasar modal menunjukkan bukti bahwa anomali pada
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
11
Seasonal Effects Pada Anomali Pasar Modal : Suatu Review
Ika Indriasari Sugiarto
yang seringkali tidak konsisten (Khaksari dan Bubnys, 1992). Penelitian-penelitian telah menunjukkan dukungan terhadap adanya anomali-anomali tersebut , meskipun seringkali disampaikan bahwa anomali seperti January effect, day of the week atau day of month belum dapat dijelaskan sepenuhnya mengenai faktor penyebab utamanya. Adanya anomali pasar di berbagai pasar dunia juga menunjukkan fenomena-fenomena yang bertentangan konsep pasar efisien yang menyebutkan
Saham: Pengujian Terhadap WeekFour Effect dan Rogalsky Efffect di BEJ, Thesis Program Studi Manajemen Sains Ilmu -ilmu Ekonomi UGM. Cooper,J.Mc Connell., A.OVtchinnikov, 2006, “The Other January Effect”, Journal of Financial Economics, Vol. 82, No. 2, hal. 315-341. Dyl, Edward A., Maberly,Edwin D., 1988, “Explanation of The Weekend Effect”, Financial Analyst Journal,
bahwa semestinya pergerakan saham terjadi secara acak dan sulit diprediksi. Penelitian selanjutnya dapat lebih dikembangkan agar tidak sekedar membuktikan terjadinya anomali pada pasar di suatu rejim pasar , namun lebih luas pada implikasi ataupun pemanfaatan dari anomali tersebut bagi para pelaku pasar modal di berbagai negara dengan karakter pasarnya masing-masing. Perlu pula dikaji lebih lanjut, penyebab utama dari berbagai anomali pasar yang terjadi, dengan mengembangkan metodologi penelitian ygtepat, mengingat anomali yang
Vol. 4, No. 3, hal. 83-84 . Gumanti, Tatang Ary., Utami, Elok Sri, 2002, “Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”, puslit.petra.ac.id/ journals/accounting, diakses pada 05 April 2010. Jones, Charles P., 2004, Investment Analisys and Management, 9th Edition, John Wiley & Sons. Kohers, Theodor., Kohli, Raj K.., 1991,” The Anomolous Stock Market Behavior of Large Firms in January : The Evidence from the S&P Composite and Component Indexes,
terjadi sifatnya sangat kondisional dan sangat tergantung pada karakter pasar modal yang diteliti. Daftar Pustaka Alteza, Muniya, 2007, “Efek Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Suatu Telaah atas Anomali Pasar Efisien”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 3 No. 1, hal. 31-43.
Quarterly Journal of Business and Economics, Vol.30, No. 3, hal. 14-32. Lee, Ki-Young., Chang, Chung-Sik, 1988, “Anomalies in the Stock Returns Over Trading and Non Trading Periods: Further Evidence in The Korean Stock Market”, Quarterly Journal of Business and Economics, Vol. 27, No. 2. Nuryanti, Yuyun Aisyah, 2007, Pengujian
Cahyaningdyah, Dwi, 2004, Analisis Hari Perdagangan Terhadap Return
keberadaan, Skripsi pada Universitas Indonesia, (tidak dipublikasikan).
12
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PENGELOLAAN INTERNAL BMT (STUDI KASUS PADA BMT-BMT DI KOTA SEMARANG) Widaryanti STIE Pelita Nusantara Semarang Email :
[email protected] Kata kunci: Kinerja Keuangan, Pengelolaan Internal, Baitul Maal Wat-Tamwil
Abstrak Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja manajerialnya. Setiap organisasi atau perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja manajerial, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial, tetapi dalam penelitian ini dianalisis melalui kinerja keuangan dan pengelolaan internal. Obyek dalam penelitian ini adalah BMT-BMT di Kota Semarang yang sudah diasosiasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengelolaan internal antara BMT dengan kinerja keuangan yang baik dengan BMT dengan kinerja keuangan yang tidak baik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan BMT di Kota Semarang yang sudah diasosiasi yang berjumlah 10 orang. Penelitian ini menggunakan Metode pengambilan sensus. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan dengan sebelumnya dilakukan uji instrumen (validitas dan relibilitas) dan uji wilk’s lamda (stepwise selection). Hasil analisis dengan menggunakan SPSS Versi 17.0 menunjukkan bahwa; ada perbedaan yang signifikan antara BMT yang berkinerja baik dengan BMT yang berkinerja tidak baik pada BMT-BMT di Kota Semarang. Berdasarkan pengujian secara statistik, hal ini dipengaruhi bagaimana Usaha Sosialisasi yang dilakukan oleh BMT-BMT tersebut.
Keywords: Financial Performance, Management Internal, Baitul Maal Wat - Tamwil
Abstract The success of an organization is strongly influenced by managerial performance. An organization or company will always strive to improve managerial performance, with the hope what the company's objectives will be achieved. Many factors affect managerial performance, but in this study was analyzed through its financial performance and internal management. The objects of this study is BMTs in Semarang be associated by Puskopsyah. The purpose of this study is to analyze the differences between the internal management of BMT with good financial performance and BMT with worse financial performance. The population in this study are all leaders BMTs in Semarang be associated by Puskopsyah numbering 10 people. This study uses the method of sensus taking. The methods of data collection using questionnaires. The analysis technique used is previously performed discriminant analysis to test the instrument (validity and the reliability) and Wilk 's lambda test
(stepwise selection). The results of the analysis using SPSS Version 17.0
shows that; no significant differences between BMT performs well with not performing well on BMTs in Semarang. Based on statistical tests, it is influenced by how the socialization efforts undertaken by the BMTs
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
13
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Pendahuluan Perkembangan
Widaryanti
sekarang banyak berdiri. Ketiga, banyak Baitul
Maal
Wat
dari
anggota
masyarakat
yang
dapat
Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan
memanfaatkan keberadaan BMT tetapi
mikro yang berdasarkan syariah, pada
masih belum bisa terlayani dengan baik
realitanya tidak berjalan sesuai dengan
karena kurang tersedianya di beberapa
yang diharapkan. Secara umum, fenomena
daerah, bahkan menurut penelitian yang
yang menonjol adalah adanya ghirah atau
dilakukan Akhyar (2002), dan berdasarkan
semangat pendirian lembaga keuangan
data dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
syariah sebagai sebuah gerakan dengan
(PINBUK) diketahui bahwa jumlah BMT
profesionalisme sebagai kualitatif substansi
yang ada di seluruh Indonesia masih
yang semestinya secara simultan dilakukan
kurang memadai untuk melayani jumlah
oleh para pengelola BMT dan pengguna
pengusaha kecil yang ada. Keempat, dilihat
jasanya. Pertumbuhan
yang dihasilkan
dari perkembangan BMT yang sudah cukup
BMT
„pasang
surut‟
lama eksis
kesulitan
dalam
kontribusi BMT bagi kesejahteraan umat
mengalami
permasalahan
dan
kegiatan usahanya.
masih
namun
belum
disarankan bahwa
memadai
dan
juga
BMT sebagai lembaga keuangan
perkembangan BMT dari tahun ke tahun
mikro, yang beroperasi dengan prinsip-
tidak menunjukkan suatu perkembangan
prinsip
yang berarti (Adnan, 2002).
syariah
dalam
hal
ini
harus
menyiapkan dirinya agar mampu bertahan
Agusman (2000, dalam Anora 2002)
dan berkembang di tengah masyarakat dan
mengatakan
di tengah persaingan lembaga keuangan
banyaknya lembaga keuangan mikro lain
lainnya. Untuk itu efisiensi pengelolaan
yang
menjadi
demi
koperasi, KUD, bahkan lembaga perbankan
keberlangsungan usaha BMT di masa
sendiri yang beroperasi di pedesaan, seperti
mendatang.
BRI unit dan lain sebagainya.Sama seperti
hal
yang
diperlukan
bahwa
menjadi
terlebih
pesaing
BMT
dengan seperti
Beberapa BMT ada yang berbentuk
bank pada umumnya BMT juga harus
koperasi atau ada juga yang merupakan
diketahui kesehatannya. Kesehatan bank
lembaga
dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
swadaya
masyarakat
yang
bergerak dalam bidang keuangan syariah.
bank
Beberapa alasan penelitian tentang lembaga
operasional perbankan secara normal dan
keuangan syariah BMT ini dilakukan
mampu memenuhi semua kewajibannya
adalah karena pertama, BMT banyak
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
tersebar di beberapa daerah dan melayani
dengan peraturan perbankan yang berlaku
banyak masyarakat tingkat bawah. Kedua,
(Totok dan Sigit, 2006). Tindakan yang
BMT merupakan cikal bakal berdirinya
perlu dilakukan BMT dapat menjalankan
lembaga keuangan perbankan syariah yang
seluruh kegiatannya dengan baik adalah
14
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
untuk
melakukan
kegiatan
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
melaksanakan
pengelolaan
diantaranya:
internal,
pendayagunaan
pengelolaan
Baitul
operasional,
Maal,
dana,
pengelolaan
pengelolaan
SDM,
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin penelitian ini adalah; 1.
pelaksanaan fungsi manajemen, komitmen syariah dan usaha sosialisasi. Dengan
adanya
analisa
laporan
Untuk menganalisis perkembangan kinerja keuangan BMT-BMT di Kota
2.
Semarang.
3.
Untuk
menganalisis
keuangan dapat diketahui tingkat kinerja
internal
suatu
Semarang.
bank,
karena
tingkat
kinerja
merupakan salah satu alat pengontrol kelangsungan
hidup.
Dari
dicapai dari
4.
Untuk
pengelolaan
BMT-BMT menganalisis
di
Kota
perbedaan
laporan
pengelolaan internal antara BMT
keuangan, maka akan diketahui tingkat
yang berkinerja baik dengan BMT
kinerja suatu bank (sehat atau tidak). Untuk
yang berkinerja tidak baik.
mengetahui sehat atau tidak sehat dapat dianalisis melalui aspek yang dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu menggunakan metode
CAMEL
Management,
(Capital,
Earning,
(Kasmir, 2006).
dan
Asset, Liquidity)
Dari latar belakang
masalah tersebut, maka diambil judul “Analisis
Kinerja
Pengelolaan
Keuangan
dan
Internal BMT”(Studi Kasus
Pada BMT-BMT di kota Semarang). Perumusan Masalah 1. Dari pernyataan diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 2.
Bagaimanakah
perkembangan
kinerja keuangan BMT-BMT di Kota Semarang? 3.
Bagaimanakah pengelolaan internal BMT-BMT di Kota Semarang ?
4.
Landasan Teori Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Arif Habib (2008) mengemukakan bahwa: kinerja keuangan diukur dengan banyak indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan tersebut diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio keuangan diperoleh dengan cara menghubungkan dua atau lebih data keuangan.
perbedaan
Pengukuran kinerja keuangan BMT
pengelolaan internal antara BMT
dapat diukur dengan beberapa analisis rasio
yang berkinerja baik dengan BMT
keuangan yang diterapkan oleh Bank
yang berkinerja tidak baik ?
Indonesia
Apakah
terdapat
CAMEL
yaitu menggunakan metode sebagai
kriteria
penilaian
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
15
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Widaryanti
kesehatan BMT. Analisa rasio CAMEL
Bank
yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat
dilakukan dengan mengukur kualitas
pengukuran kinerja bank yang ditetapkan
aktiva produktif yang substansinya
oleh Bank Indonesia untuk mengetahui
didominasi
tentang tingkat
pembiayaan.
kesehatan
bank
yang
bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap
kondisi
3.
dan
faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank (Kasmir, 2002). Berikut ini adalah
komponen
Manajemen (Management) kinerja lembaga keuangan
dalam
penelitian
dapat
ini
tidak
BI tetapi sesuai dengan data yang
dianalisis dalam analisis rasio CAMEL
tersedia diproyeksikan dengan Net
yaitu:
Profit Margin. Capital ( Permodalan yang dimiliki BMT ) Capital
adalah
4.
untuk
mengetahui
kecukupan
modal
dalam meningkatkan labanya, apakah setiap periode atau untuk mengukur
kemampuan BMT
tingkat
dalam
Komponen
yang
terus
meningkat.
dimiliki
oleh
(ROA)
bank.
b. Perbandingan
Penilaian aset harus sesuai dengan
dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan membandingkan aktiva
diklasifikasikan
produktif dengan
yang aktiva
5.
produktif
dapat
produktif
hutangnya,
diklasifikasikan. dari
Rasio
neraca
pendapatan
operasi
Sebuah bank dikatakan likuid
penghapusan
aktiva
operasi
Likuiditas (Liquidity) apabila
aktiva
biaya
(BOPO)
produktif. Kemudian rasio penyisihan
dilihat
juga
a. Rasio laba terhadap total asset
Asset adalah menilai jenis-jenis
terhadap
Penilaian
dilakukan dengan :
Asset ( Aktiva Produksi )
antara
dan
yang diukur secara rentabilitas yang
simpanannya.
yang
usaha
yang bersangkutan. Bank yang sehat
diukur
adalah total modal dibagi dengan
aset
efisiensi
profitabilitas yang dicapai oleh bank
mendukung kegiatan BMT secara efisien.
Earning (Rentabilitas) Earning adalah kemampuan bank
kriteria
kecukupan permodalan. Digunakan
bank
yang
membayar
bersangkutan
semua
terutama
hutangsimpanan
ini
dapat
tabungan, giro dan deposito pada saat
yang
telah
ditagih dan dapat pula memenuhi
dilaporkan secara berkala kepada 16
oleh
menggunakan pola yang ditetapkan
perincian dari setiap variabel yang akan
2.
Pengukuran
Aspek manajemen pada penilaian
perkembangan suatu bank dengan menilai
1.
indonesia.
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
semua
permohonan
pembiayaan
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
yang layak dibiayai. Secara umum
menghasilkan
rasio ini merupakan rasio antara
produktif), besarnya kekayaan yang tidak
jumlah aktiva lancar dibagi dengan
menghasilkan, yaitu kas dan inventaris
hutang lancar. Yang dianalisis dalam
(aktiva
rasio ini, adalah :
besarnya simpanan atau hutang dari pihak
a. Rasio
kewajiban
bersih
call
pendapatan
tetap),
lain,
besarnya
banyaknya
(aktiva
modal
bank,
pendapatan
usaha
keuangan bank syariah berupa bagi hasil,
money terhadap aktiva. b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, seperti : giro,tabungan, deposito, dan lainlain.
mark up, fee dari jasa-jasa bank serta pendapatan administrasi yang serta
diterima
besarnya biaya yang harus dipikul
meliputi
biaya
operasi,
biaya
gaji,
manajemen, kantor dan bagi hasil bagi nasabah penyimpan dana (Arifin, 2000).
Pengelolaan Internal BMT
2. Pengelolaan Baitul Maal
Dalam hal pengelolaan operasional BMT pada penelitian ini, dengan mengacu pada
konsep
perbankan,
tentang unsur
tugas-tugas
kredibilitas
dan
profesionalitas sebuah lembaga keuangan sebagaimana menurut Saadah (1996), Fitri (1998), Team Kofesmid (2000) dan Karim (2002) dapat disimpulkan bahwa elemen kegiatan pengelolaan dalam operasional BMT dijabarkan dalam beberapa kegiatan yang menyangkut: 1. Pendayagunaan dana Arifin (2000) berpendapat bahwa
Pengelolaan diartikan BMT
sebagai
yang
baitul
maal
kegiatan
operasional
menghimpun
masyarakat
untuk
kesejahteraan
dapat
dana
dari
kepentingan
umat.
Lembaga
ini
berorientasi sosial keagamaan sehingga tidak dapat dimanipulasi untuk kepentingan bisnis (profit oriented). Peran baitul maal dalam
BMT
yaitu
sebagai
fasilitator
pembayar zakat dengan orang yang berhak menerima, penampung dan penyalur harta infaq dan shadaqah/ sedekah, berperan dalam
usaha
peningkatan
pendayagunaan dana dapat diterjemahkan
kesejahteraan
sebagai usaha mendayagunakan dana yang
pembangunan
berhasil dihimpun oleh BMT. Hal tersebut
penyaluran bea siswa, santunan kesehatan
merupakan bagian dari fungsi manajemen
(Ilmi, 2002).
keuangan yaitu fungsi penggunaan dana/
3. Pengelolaan Operasional
keputusan investasi atau capital budgeting, dan fungsi mendapatkan dana/keputusan pembelanjaan (Husnan, 1994). Adapun indikator atau ukuran pendayagunaan yaitu besarnya kekayaan bank syariah yang
umat
seperti
bidang
sarana
bantuan
peribadatan,
Pengelolaan operasional BMT dapat diartikan
sebagai
sejauh
mana
BMT
melakukan kegiatan operasional sehariharinya
dengan
menggunakan
segala
fasilitas yang ada yang terkait dengan Vol. 11 No. 1 Maret 2014
17
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
bagaimana
job
description
job
sebagian besar pengelola BMT sendiri.
specification dilakukaan. Elemen kegiatan
Dessler (1997) mengidentifikasi bahwa
pengelolaan
kegiatan
operasional
dan
Widaryanti
suatu
usaha
manajemen
SDM
meliputi perencanaan fasilitas, perencanaan
membangun
sistem kerja, penjadwalan dan penugasan
perusahaan adalah meliputi bagaimana
(Herjanto, 1999). Kegiatan operasional
melakukan analisis jabatan, merencanakan
ditinjau
kebutuhan tenaga kerja dan perekrutan,
dari
proses
kerjanya,
adalah
keunggulan
untuk
meliputi desain jasa dan manajemen jasa
menata
(Ramaswamy,1996).
Aktifitas-aktifitas
komunikasi dan hubungan masyarakat,
dalam desain jasa dan manajemen jasa
manajemen kinerja, sistem rewad-benefit,
yang cukup penting yaitu pengembangan
membangun
desain, penilaian kepuasan dan peningkatan
pengembangan karyawan dan organisasi.
kinerja. Dalam sistem operasional lembaga
Jika dijabarkan dalam pengelolaan BMT
keuangan syariah, pengelolaan operasional
meliputi
berkaitan dengan bagaimana kerja dan
pemberian kesejahteraan bagi karyawan,
optimalisasi masing-masing bagian dalam
penarikan tenaga kerja yang berkompeten,
menjalankan
fungsinya.
pengembangan karyawan dengan pelatihan
Berdasarkan pengertian diatas, pengelolaan
yang diikuti karyawan berkaitan dengan
operasional
yang
berkaitan
prinsip operasional
karakteristik,
kerja
BMT
tugas
dan
dengan
antara
lain
olah
bersaing
kompensasi
komitmen
pemberian
karyawan,
karyawan
sistem
dan
rewead,
lembaga keuangan
syariah, pengembangan karyawan dengan
perencanaan fasilitas, perancangan sistem
pelatihan
kerja, penjadwalan dan penugasan serta
pengelolaan
penilaian kepuasan.
Shadaqah), evaluasi secara rutin dari rapat
4. Pengelolaan SDM
anggota BMT, dewan pengurus dan dengan
Pengelolaan SDM di BMT dapat diartikan sebagai kemampuan BMT dalam mengelola aspek sumber daya manusia
yang
berkaitan
ZIS
(Zakat,
dengan
Infaq
dan
pengelola BMT mengenai kinerja yang dicapai. 5. Pelaksanaan Fungsi Manajemen
sebagai motor penggerak utama BMT
Pelaksanaan
fungsi
manajemen
dalam menentukan keberhasilan BMT.
dapat diartikan sebagai bagaimana BMT
Salah satu permasalahan internal BMT
mengelola aspek pengorganisasian sebaik-
adalah adanya kualitas SDM yang terbatas
baiknya
(Suryanto, 2002). Ilmi (2002), bahwa sebab
manajemen. Handoko (2003), pelaksanaan
utama adanya deviasi (penyimpangan)
fungsi manajemen terdiri dari Perencanaan,
dalam praktek lembaga keuangan mikro
Pengorganisasian,
syariah
Pengawasan.
adalah
prinsip-prinsip
kurangnya syariah
pemahaman
yang
menjadi
“frame of reference”dalam BMT oleh 18
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
melalui
penerapan
fungsi
Pelaksanaan Muhammad
dan (2000),
implikasinya dalam lembaga keuangan syariah
khususnya
BMT
antara
lain
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
perencanaan
untuk
mencapai
tujuan
distribusi
manajemen,
pengorganisasian
dalam
sosialisasi BMT dapat lebih dikhususkan
pengembangan organisasi syariah meliputi
kepada kegiatan promosinya. Menurut
pembagian kerja yang logis, penetapan
Kotler (2002) bauran promosi terdiri dari
garis tanggung jawab dan wewenang yang
lima unsur utama, yaitu: pengiklanan,
jelas, serta pengurus yang amanah serta
personal selling, hubungan masyarakat dan
pelaksanaan
publisitas,
dilakukan
dan
pengawasan
pimpinan
untuk
yang
mengambil
dan
promosi,
pemasaran
maka
usaha
langsung
dan
promosi penjualan. Kegiatan tersebut jika
keputusan.
diimplementasikan dalam kegiatan BMT
6. Komitmen Syariah
meliputi
Komitmen syariah dapat diartikan
penentuan
media
promosi,
publisitas dan hubungan masyarakat.
sebagai sejauh mana penerapan prinsipprinsip dasar operasional syariah yaitu: sistem
simpanan,
bagi
hasil,
Kerangka Pemikiran Teoritis
marjin
Dalam
penelitian
ini,
laporan
keuntungan, sewa jasa, dalam mengelola
keuangan pada BMT dilihat perkembangan
suatu
syariah.
kinerja keuangan BMT dan pengelolaan
Muhammad (2000) mengidentifikasi bahwa
internal BMT, untuk mengetahui apakah
penerapan prinsip dasar operasional syariah
kinerja yang dilakukan BMT sudah baik
tersebut meliputi pemahaman pengelola
atau belum. Laporan keuangan BMT
tentang ke-mudharat-an sistem bunga,
dijadikan
pemahaman pengelola mengenai konsep
mengetahui kinerja BMT sudah berjalan
dasar akad syariah yang menjadi dasar
dengan baik atau belum. Indikator dari
produk-produk lembaga keuangan syariah
kinerja ini diukur dengan menggunakan
yang ditawarkan.
tingkat
7. Usaha Sosialisasi
metode CAMEL. Pengelolaan internal pada
lembaga
keuangan
Usaha sosialisasi dapat diartikan
sebagai
kesehatan
pedoman
BMT
untuk
menggunakan
penelitian ini mengacu pada konsep tentang
sebagai aspek sosialilasi BMT kepada
tugas-tugas
masyarakat mengenai keberadaan BMT
elemen
dalam
minat
pengelolaan
masyarakat untuk menjadi calon nasabah
operasional,
BMT.
aspek
pelaksanaan fungsi manajemen, komitmen
sosialisasi BMT, diperlukan suatu usaha
syariah dan usaha sosialisasi. Analisis
untuk memasarkan produk BMT sehingga
diskriminan
dapat memantapkan positioning BMT di
digunakan untuk membedakan BMT yang
tengah persaingan yang ada. Jika dalam
berkinerja
pemasaran
berkinerja tidak baik.
upaya Dalam
meningkatkan hal
dikenal
pelaksanaan
istilah
bauran
perbankan,
yaitu:
dengan
tujuh
pendayagunaan
dana,
baitul
maal,
pengelolaan
pengelolaan
merupakan baik
dengan
metode BMT
SDM,
yang yang
pemasaran yang meliputi produk, harga, Vol. 11 No. 1 Maret 2014
19
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Widaryanti
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Kinerja Keuangan
Capital (permodalan BMT) Asset (aktiva produksi) Management Earning (rentabilitas) Liquidity (likuiditas)
BMT yang berkinerja baik
BMT yang berkinerja tidak baik
Pengelolaan internal BMT Pendayagunaan dana Baitul Maal Operasional SDM Fungsi manajemen Komitmen Syariah
Pengelolaan internal BMT Pendayagunaan dana Baitul Maal Operasional SDM Fungsi manajemen Komitmen Syariah
Usaha sosialisasi
Usaha sosialisasi
Analisis Diskriminan
Kesimpulan
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang akan diuji kebenarannya dan dipakai sebagai pedoman dalam pengumpulan data. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 20
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
H1 :
Diduga terdapat perbedaan pengelolaan internal BMT yang berkinerja baik dengan BMT yang berkinerja tidak baik
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Metode Penelitian Variabel Penelitian Operasional
dan
Definisi Tabel 1 Variabel dan Indikator
No 1
Variabel Kinerja Keuangan
Indikator / pengukuran
Capital (permodalan)
(Kasmir, 2002) 2.
3.
Asset (Kualitas Aktiva Produktif)
= Nilai Kredit = Rasio KAP x 1 (Kasmir, 2002)
Management (manajemen)
Nilai Kredit = Raasio NPM (Kasmir, 2002) 4.
Earning
Rasio laba terhadap total asset (ROA)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
(Kasmir, 2002) 5.
Liquidity
Rasio Kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima (Loan to Deposito Ratio / LDR)
Nilai Kredit = (115 – Rasio LDR) x 4 (Kasmir, 2002)
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
21
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
6.
Pengelolaan internal
Pendayagunaan dana
7.
Pengelolaan Baitul Maal
8.
Pengelolaan Operasional
9.
Pengelolaan SDM
10.
Pelaksanaan Fungsi Manajemen
11.
Komitmen syariah
12.
Usaha sosialisasi
Widaryanti
Aktiva produktif. Aktiva tetap. Besarnya modal bank. Besarnya simpanan atau hutang dari pihak lain. Banyaknya pendapatan usaha keuangan bank syariah. Besarnya biaya yang harus dipikul. (Arifin, 2000) Fasilitator pembayar zakat. Penampung dan penyalur harta infaq dan shadaqah. Bantuan pembangunan sarana peribadatan Penyaluran bea siswa Santunan kesehatan (Ilmi, 2002) Perencanaan fasilitas. Perencanaan sistem kerja. Penjadwalan dan penugasan. Penilaian kepuasan. (Herjanto1999) Pemberian sistem rewad. Pemberian kesejahteraan bagi karyawan. Penarikan tenaga kerja yang berkompeten. Pengembangan karyawan dengan pelatihan prinsip operasional lembaga keuangan syariah. Pengembangan karyawan dengan pelatihan pengelolaan ZIS. Evaluasi secara rutin dari rapat anggota BMT mengenai kinerja yang dicapai. (Suryanto,2002) Perencanaan untuk mencapai tujuan tujuan manajemen. Pengorganisasian dalam pengembangan organisasi syariah. (Muhammad, 2000). Pemahaman pengelola tentang ke-mudharat-an sistem bunga. Pemahaman pengelola mengenai konsep dasar akad syariah. (Muhammad, 2000). Media promosi. Publisitas dan hubungan masyarakat. (Kottler, 2002).
Sumber : data primer yang diolah Penentuan Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua BMT di kota Semarang yang sudah berasosiasi di Puskopsyah Jawa Tengah yang berjumlah 10 BMT. Sampel diambil dengan menggunakan teknik sensus yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil semua populasi menjadi sampel yaitu 10 BMT.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperlukan berupa kinerja keuangan BMT dan tingkat pengelolaan internal BMT. Data primer yang diperoleh berupa jawaban atas kuesioner dan hasil wawancara dengan pimpinan/pengelola BMT, sedangkan data sekunder berupa laporan keuangan masingmasing BMT.
22
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan kuesioner. Metode Analisis Uji Validitas Uji Validitas adalah tingkat dimana suatu alat pengukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Supardi, 2005). Alat untuk mengukur validitas adalah Korelasi Product Moment dari Pearson. Suatu indikator dikatakan valid, apabila n = 61 dan α = 0,05 , maka r tabel = 0,….. dengan ketentuan (Supardi, 2005) : Hasil r hitung > r tabel (0,.....) = valid Hasil r hitung < r tabel (0,......) = tidak valid Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Supardi, 2005). Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Nurgiyantoro, 2004) : Hasil α 0,60 = reliabel. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan (discriminant analysis), yaitu merupakan salah satu metode yang digunakan dalam analisis multivariat. Dalam analisis diskriminant
terdapat dua jenis variabel yang terlibat yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam analisis diskriminan berupa data metrik (interval dan rasio) sedangkan variabel terikatnya berupa data non metrik (nominal dan ordinal). Oleh karena itu, analisis diskriminan termasuk ke dalam analisis multivariat metode dependensi (Sharma, 1996). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan < 30 responden, maka jenis analisisnya menggunakan analisis diskriminan nonparametrik (Nonparametrik Discriminant Analysis) dengan ketentuan: data tidak terdistribusi secara normal, variant tidak sama, skala pengukuran analisis ini menggunakan ordinal atau nominal (Ghozali, 2002). Tujuan dari analisis diskriminan adalah: 1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara kedua kelompok. 2. Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk menyusun persamaan atau fungsi
3.
untuk menghitung variabel baru atau indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara dua kelompok. Menggunakan variabel yang telah teridentifikasi atau indeks untuk mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan observasi di masa datang kedalam satu dari kedua kelompok.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
23
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Widaryanti
Hasil Dan Pembahasan Profil Responden Tabel 2 Nama, Alamat dan Pimpinan BMT Di Kota Semarang No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama BMT BMT Anda BMT At-Takwa BMT Binama BMT Bondotumotu BMT Damar
Alamat Suyodono No. 68 Jln Halmahera 3 No. 14 Jln Tlogosari Raya 1 Gununng Pati Jln Wisma Sari Raya No.8
Pimpinan Bpk Moh Reza Bpk Sumitro Bpk Kartiko Ibu Atik Kartikasari Bpk Moh Jaenuri
6.
BMT Fosilatama
Bpk Budiharjo SH
7.
BMT Hudatama
Jln Cemara Raya No.1 Banyumanik Jln Tumpang Raya No.140
8.
BMT Ki Ageng Pandanaran Jln Mugas Dalam No.11
Bpk Mariono SE
9.
BMT Pasadena
PKL Gatot Subroto Pasadena
Bpk H. Edi Sutanto
10.
BMT Walisongo
Jln Papandayan 855 Semarang
Bpk Yusup SE
Bpk Khoiridin Spd
Sumber : Puskopsyah Jawa Tengah Uji Validitas Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian Variabel
Item
Pearson correlation
Status
Pendayagunaan dana
X1.1
0.920
Valid
X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2 X3.1 X3.2 X3.3 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X5.1
0.776 0.808 0.755 0.900 0.760 0.645 0.645 0.923 0.686 0.814 0.857 0.880 0.761 0.790 0.761 0.749
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
X5.2 X5.3 X6.1 X6.2 X7.1 X7.2
0.695 0.742 0.677 0.677 0.643 0.643
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Pengelolaan Baitu Maal Pengelolaan Operasional
Pengelolaan SDM
Pelaksanaan Fungsi Manajemen
Komitmen Syariah Usaha Sosialisasi
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 24
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk melihat kehandalan instrumen /indikator sebagai alat pengumpul data. Ketentuan yang digunakan yaitu Cronbach’s Alpha ≥ 0,60 adalah reliabel dan Cronbach’s Alpha < 0,60 tidak reliabel (Nurgiyantoro,2004). Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Hasil Keterangan Pengelolaan 0,922 Reliabel Internal Pendayagunaa 0,933 Reliabel n Dana Pengelolaan 0,78 Reliabel Baitul Maal Pengelolaan 0,893 Reliabel Operasional Pengelolaan 0,925 Reliabel SDM Pelaksanaan 0,853 Reliabel Fungsi Komitmen Syariah Usaha Sosialisasi
0,804
Reliabel
0,783
Reliabel
Tabel 6 Formula CAMEL No Faktor-faktor yang dinilai 1. Permodalan
2.
3.
4.
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Metode CAMEL Berdasarkan nilai CAMEL keseluruhan, ditetapkan empat golongan predikat tingkat kesehatan bank sebagai berikut : Tabel 5 Tingkat Kesehatan Menurut CAMEL Nilai Kredit CAMEL Predikat 81% - 100% Sehat 66% - < 81% Cukup Sehat 51% - < 66% Kurang Sehat 0% - < 51% Tidak Sehat Sumber : Lukman, 2009
5.
Komponen
Bobot
Rasio equity 25% capital dan fixed assed terhadap loans dan securities Kualitas Aktiva Rasio laba 30% sebelum paProduktif jak terhadap loans dan securities Rasio laba 25% Manajemen bersih terhadap pendapatan operasional Rentabilitas Rasio 5% laba sebelum pajak terhadap total asset Rasio laba operasional terhadap pendapatan operasional Rasio total 25% kredit terhadap total dana pihak ketiga Jumlah 100%
Likuiditas
Sumber : Slamet, 2006 Penjumlahan nilai CAMEL yang telah dikalikan dengan bobotnya masingmasing seperti diuraikan di atas akan diperoleh nilai CAMEL secara keseluruhan. Selanjutnya, nilai CAMEL ini dapat
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
25
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
ditambah atau dikurangi dengan nilai kredit yang berasal dari penilaian atas pelaksanaan suatu bank terhadap ketentuan- ke-
Widaryanti
tentuan perbankan yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan.
Tabel 7 Hasil Evaluasi Kinerja BMT Dengan Metode CAMEL Periode 2010-2011 Kode BMT Faktor CAMEL dan Nilai Rasio (%) N. Kredit Rasionya 68.05
25.00
Nilai CAMEL (%) 17.01
2.Asset Quality : KAP 0.11
103.70
30.00
31.11
3.Management Quality :NPM
1.15
1.15
25.00
0.02
0.70 0.73 0.19 65.47 4.62
46.67 100.00 100.00
5.00 5.00 10.00
2.33 5.00 10.00
47.15
25.00
11.78
104.13 1.46
30.00 25.00
31.23 0.36
18.33 100.00 100.00
5.00 5.00 10.00
0.91 5.00 10.00
45.25
25.00
11.31
2.Asset Quality : KAP 0.07
103.87
30.00
31.16
3.Management Quality :NPM
1.39
1.39
25.00
0.34
0.22 0.76 0.16 57.86 6.32
14.67 100.00 100.00
5.00 5.00 10.00
0.73 5.00 10.00
64.15
25.00
16.03
2.Asset Quality : KAP
0.08
103.80
30.00
31.14
3.Management Quality :NPM
1.26
1.26
25.00
0.31
4.Earning : ROA
0.28
18.67
5.00
0.93
BOPO
0.71
100.00
5.00
5.00
5.Liquidity :LDR
0.15
100.00
10.00
10.00
1.Capital Adequacy : CAR
1.
4.Earning : ROA BOPO 5.Liquidity :LDR Jumlah Nilai CAMEL 1.Capital Adequacy : 2. CAR
6.71
2.Asset Quality : KAP 0.05 3.Management Qual- 1.46 ity :NPM 4.Earning : ROA BOPO 5.Liquidity :LDR Jumlah Nilai CAMEL 1.Capital Adequacy : 3. CAR
4.Earning : ROA BOPO 5.Liquidity LDR Jumlah Nilai CAMEL 1.Capital Ade4. quacy : CAR
Jumlah Nilai CAMEL
26
0.27 0.77 0.65 59.28 4.43
63.41
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Bobot (%)
Widaryanti
5.
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
1.Capital Adequacy : CAR
7.78
78.80
25.00
19.70
2.Asset Quality : KAP
0.11
103.70
30.00
31.11
3.Management Quality :NPM
1.49
1.49
25.00
0.37
0.30 0.73 0.18 67.19
20.33 100.00 100.00
5.00 5.00 10.00
1.01 5.00 10.00
1.95
20.45
25.00
5.06
2.Asset Quality : KAP
0.08
103.80
30.00
31.14
3.Management Quality :NPM
1.29
1.29
25.00
0.32
0.17 0.56 0.23 52.10 10.73
11.67 100.00 100.00
5.00 5.00 10.00
0.58 5.00 10.00
100.00
25.00
25.00
2.Asset Quality : KAP
0.71
99.97
30.00
29.99
3.Management Quality :NPM
1.53
1.53
25.00
0.38
4.Earning : ROA
0.21
14.33
5.00
0.71
0.56
100.00
5.00
5.00
0.43
100.00
10.00
10.00
14.03
100.00
25.00
25.00
2.Asset Quality : KAP
0.08
103.87
30.00
31.16
3.Management Quality :NPM
1.48
1.48
25.00
0.37
4.Earning : ROA BOPO
0.26 0.71
17.33 100.00
5.00 5.00
0.86 5.00
5.Liquidity :LDR
0.75
100.00
10.00
10.00
4.Earning : ROA BOPO 5.Liquidity :LDR Jumlah Nilai CAMEL 6.
1.Capital Adequacy
: CAR
4.Earning: ROA BOPO 5.Liquidity :LDR Jumlah Nilai CAMEL 7. 1.Capital Adequacy : CAR
BOPO 5.Liquidity :LDR Jumlah Nilai CAMEL 8.
1.Capital Adequacy
71.08 : CAR
Jumlah Nilai CAMEL
72.39
9.
1.Capital Adequacy : CAR 2.Asset Quality : KAP
10.37 0.07
93.00 103.93
25.00 30.00
23.25 31.17
3.Management Quality :NPM 4.Earning ROA
0.82 0.20
0.82 13.33
25.00 5.00
0.20 0.66
BOPO 5.Liquidity :LDR
0.77 0.62
100.00 100.00
5.00 10.00
5.00 10.00
Jumlah Nilai CAMEL
70.28
10.
1.Capital Adequacy : CAR
7.84
97.20
25.00
24.30
2.Asset Quality : KAP
0.41
102.20
30.00
30.66
3.Management Quality :NPM
1.62
1.62
25.00
0.40
4.Earning : ROA
0.57
38.00
5.00
1.90
0.80
100.00
5.00
5.00
0.88
100.00
10.00
10.00
BOPO 5.Liquidity :LDR Jumlah Nilai CAMEL
72.26
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Vol. 11 No. 1 Maret 2014
27
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Analisis Diskriminan Analisis diskriminan ini diantaranya digunakan untuk mengidentifikasi variabelvariabel yang mampu membedakan antara kedua kelompok. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kinerja keuangan BMT yang ditunjukkan dengan tingkat kesehatan yang dicapai oleh BMT. Berdasarkan kinerja keuangan tingkat kesehatan tersebut digolongkan hanya dua kriteria yaitu cukup sehat dan kurang sehat. BMT yang berpredikat cukup sehat akan dikelompokkan ke dalam kelompok BMT yang berkinerja baik dengan skor (1) sedangkan BMT yang berpredikat kurang sehat akan dikelompokkan ke dalam kelompok BMT yang berkinerja tidak baik dengan skor (2). Penggolongan predikat BMT dilihat dari perhitungan nilai CAMEL berdasarkan rasio dan nilai kredit pada masing -masing BMT.Nama BMT diberi kode huruf A sampai J untuk memenuhi unsur kerahasiaan. Tabel 8 Tingkat kesehatan BMT di Kota Semarang Nama BMT A B C D E F G H I J
CAMEL Predikat 65.47 59.28 57.86 63.41 67.19 52.10 71.08 72.39 70.28 72.26
Kurang Sehat Kurang Sehat Kurang Sehat Kurang Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Cukup Sehat Cukup Sehat Cukup Sehat Cukup Sehat
Sumber : Data primer yang diolah, 2012
28
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Widaryanti
Pada tabel 8 yaitu tentang tingkat kesehatan BMT di Kota Semarang menjelaskan bahwa ada 5 BMT yang dikelompokkan ke dalam kriteria baik dan 5 BMT dikelompokkan ke dalam kriteria tidak kinerja baik. Uji Wilk’s Lamda Untuk menguji variabel manakah yang layak untuk dianalisis, atau dengan kata lain untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel pembeda dalam membedakan kinerja BMT tersebut dilakukan dengan menggunakan Uji Statistic Wilk’s Lamda dan Univariated F Ratio terhadap variabel pembeda. Tabel 9 Uji Statisik Wilk’s Lamda Dan Univariated F Ratio atas variabel-variabel pembeda kedua kelompok BMT-BMT di Kota Semarang Wilk’s F Signific Lamda Ratio ance X1(Pendayagunaan 0.991 0.73 0.794 Dana) X2(Pengelolaan 0.998 0.14 0.667 Baitul Maal) X3(Pengelolaan 0.999 0.05 0.908 Operasional) X4(Pengelolaan 0.878 1.113 0.943 SDM) X5(Pelaksanaan 0.913 0.762 0.322 Fungsi Varibel
X6(Kominten Syariah) X7(Usaha Sosialisasi)
0.552 6.480
0.408
0.976 0.200
0.034
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Tabel 9 yaitu tentang uji wilk‟s lamda dan uji F ratio menunjukkan bahwa
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
variabel usaha sosialisasi (X7) mempunyai angka sig 0.034 ≤ 0.05 sehingga dapat dikatakan sebagai variabel pembeda antar dua kelompok BMT. Uji statistik Wilk’s Lamda Terhadap Variabel Pembeda Metode yang digunakan dalam uji statistic wilk‟s Lamda terhadap variabel pembeda adalah metode stepwise (bertahap), dengan maksud untuk melihat pengaruh variabel-variabel pembeda satu per satu. Hasil pengujian dengan menggunakan uji statistik Wilk’s Lamda dan Univariate F Ratio terhadap variabel pembeda ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 10 Uji statistik Wilk’s Lamda dan Univariate Ratio atas Variabel Pembeda Kedua Kelompok BMT di Kota Semarang Variabel X7
Wilk’s F Signifi D Lamda Ratio kansi square 0.976 0.200 0.034 2.592
Sumber : Data primer yang diolah Pada tabel 10 diatas Uji statistic Wilk’s Lamda dan Univariated F Ratio terlihat bahwa ada 1 variabel yang dikategorikan sebagai variabel pembeda, yaitu variabel Usaha Sosialisasi dengan signifikan 0,034. Sedangkan angka D square yang cukup tinggi yaitu sebesar 2,592 . Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang jelas antara kedua grup BMT tersebut, yaitu BMT yang berkinerja baik dan BMT yang berkinerja tidak baik. Kesimpulan Perkembangan kinerja keuangan yang dalam penelitian ini dilihat dari perkembangan rasio keuangan BMT, rata-
rata menunjukkan adanya tren peningkatan. Pengelolaan internal BMT di Kota Semarang sudah berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan hasil kuesioner yang menyatakan setuju dan sangat setuju atas semua variabel yang mendukung pengelolaan internal BMT, yaitu : Pendayagunaan Dana, Pengelolaan Baitul Maal, Pengelolaan Operasional, Pengelolaan SDM, Pelaksanaan Fungsi Manajemen, Komitmen Syariah Dan Usaha Sosialisasi. Ada perbedaan yang signifikan dalam pengelolaan internal antara BMT yang berkinerja baik dengan BMT yang berkinerja tidak baik pada BMT-BMT di Kota Semarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Usaha Sosialisasi adalah variabel yang bisa digunakan sebagai variabel pembeda antara BMT yang berkinerja baik atau BMT yang berkinerja tidak baik. Saran BMT perlu meningkatkan aspek usaha sosialisasinya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan BMT dan menjadi faktor yang dapat membedakan antara BMT yang berkinerja baik dan dan BMT yang berkinerja tidak baik serta dapat mengikutsertakan karyawan BMT dalam pelatihan dan training per-BMT-an, kegiatan evaluasi dan pengawasan secara rutin dari pimpinan kepada karyawan, sehingga setiap karyawan menjadi termotivasi memajukan BMT-nya. Daftar Pustaka Adnan, M. Akhyar, 2002, Keuangan Islam :
Lembaga Problem,
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
29
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
Widaryanti
Tantangan dan Peluang dalam Era Reformasi, Bank Syariah Analisis Keuangan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, Yogyakarta : Penerbit Ekonisia. Agusman, Deswandhy, 2000, Keuangan Mikro di Indonesia Apakah Perlu diatur oleh Undang-undang, Makalah Seminar. Jakarta. Anora, Panji. 2002. Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.
BPFE. Fitri, Zulfa. 1998. Penilaian Kinerja Bank Syariah di Indonesia dengan Analisis Konseptual dan Analisis Rasio Keuangan. Tesis Magister TIITB. Ghozali, Imam dan Castellan, John, 2002, Statistik Nonparametrik – Teori dan Aplikasi Dengan Program SPSS, BP Undip Semarang. Habib, Arif. 2008. Kiat Jitu Peramalan Saham. Jakarta: Gramedia Pustaka
Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. Alvabet. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Budisantoso Totok Triandaru Sigit, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan lain. Jakarta: Salemba empat. Cooper Donal R dan Emory William C. 1995. Metode Penelitian Bisnis. Jilid I. Jakarta :Erlangga. Dendawijaya, Lukman, 2009, Manajemen
Utama. Hani Handoko, 2003, Manajemen, Yogyakarta: BPFE UGM. Heri Sudarsono.2007 (cetakan ke-empat). “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan ilustrasi”. Ekonosia. Yogyakarta. Herjanto, Eddy, 1999, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 2, Jakarta : Grasindo. Hisyam, M Said, 2002, Urgensi Pengawasan BMT dalam Perspektif Keberlanjutan Bisnis BMT, Makalah Seminar, Jakarta, 13 Maret 2002.
Perbankan . Bogor: Ghalia Indonesia. Dessler, Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1, Jakarta : Prenhalindo. Djarwanto dan Subagyo, 1993, Statistik Induktif (edisi ke-empat), Yogyakarta : BPFE. Dr. Nur Indriantoro, M.Sc. Akuntan, Drs. Bambang Supomo, M.Si Akuntan,
Husnan, Suad,2005, Manajemen Keuangan, BPFE UGM: Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102-106. Salemba Empar, Jakarta. Ilmi, Makhalul, 2002, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta : UII Press.
2002. Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakarta: Edisi Pertama, Penerbit
Karim, Adiwarman Azwar, 2002, Buku Pedoman Aplikasi Konsep Syariah
30
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Widaryanti
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Studi Kasus Pada BMT-BMT di Kota Semarang)
untuk Lembaga Syariah, Ungaran : Yayasan BMT Network. Kasmir, 2002, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi keempat , PT. Grafindo Persada, Jakarta. Kottler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta : Prenhalindo. Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Muhammad, 2000. Bank Syariah Analisis
AT&T USA. Ramli, Hasbi, 2002, Beberapa Pendekatan dan Stategi dalam Melakukan Pengawasan terhadap BMT sebagai Bagian dari Lembaga Keuangan Mikro, Makalah Seminar, Jakarta, 13 Maret 2002. Riyadi, Slamet, 2006, Assets and Liability Management Edisi Ketiga, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia . Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M. Com, Akt.
Kekuatan dan Kelemahan, Yogyakarta : Ekonisia. Mulyono, Teguh Pujo. 1995. Analisa Laporan Keuangan untuk Lembaga Keuangan. Edisi Revisi. Penerbit Djambatan: Jakarta. Munawir, 2000, Analisis Laporan Keuangan , Yogyakarta : Penerbit Liberty. Narulia, Lisa dan Suryadi, 2006. Analisis Kinerja Bank Syariah Mandiri periode 2002-2007. Majalah Ekonomi dan Komputer No.2 tahun XIV-2006. Yogyakarta: Liberty
2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, cetakan ke-4. Semarang: UNDIP. Saadah, Siti, 1996, Analisis Struktural dan Kinerja Industri Perbankan Indonesia, Tesis Magister TI-ITB. Sharma, S. 1996, Applied Multivariate Techniques, John Wiley, New York. Sumarti, 2007, Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Syariah Mandiri di Jakarta, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Supardi, 2005, Metodologi Penelitian
Ni‟mah, 2011, Analisis kinerja keuangan pada koperasi BMT Bina Usaha Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, Universitas Negeri Semarang. Nurgiantoro, Burhan, Gunawan dan Marzuki, 2004, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Cetakan ketiga (Revisi), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ekonomi Bisnis, Cetakan Pertama, UII Press. Yogyakarta. Suryanto, Panca Hadi, 2002, Pola Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro, Makalah Seminar, Jakarta, 13 Maret 2002.. Susilo, Y. Sri, dan kawan-kawan, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta. Team Kofesmid, 2000, Riset BMT Di
Ramaswamy, Rohit, 1999, Design and Management of Service Procesess,
Indonesia tahun 2000.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
31
ANALISIS DETERMINAN KETEPATAN WAKTU CORPORATE INTERNET REPORTING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ponny Harsanti 1) Sri Mulyani 2) Nurya Fahmi 3) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus Email :
[email protected] Kata kunci : determinan ketepatan waktu corporate internet reporting
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu corporate internet reporting pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, umur terdaftar perusahaan dan role duality sebagai variabel independen. Sampel penelitian yang digunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2012 sebanyak 226 perusahaan. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tipe bisnis, kepemilikan publik, umur terdaftar perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting sedangkan variabel profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan saham, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan role duality tidak mempengaruhi ketepatan waktu corporate internet reporting.
Keywords : Corporate Internet Reporting Timeliness
Abstract This research aimed to investigate the factors that affect Corporate Internet Reporting Timeliness on companies that listed on Bursa Efek Indonesia. This study uses firm size, type of business, profitability, liquidity, leverage, right issue, public ownership, proportion of independence commisioner, board composition, corporate listing age and role duality as independent variables. The samples of the study used are 226 of non financial companies registered in Bursa Efek Indonesia in 2011-2012 were selected by using purposive sampling method. Results of the study showed that firm size, type of business, public ownership, age listed companies significantly influence the timeliness of corporate internet reporting while variable profitability, leverage, liquidity, right issue, the proportion of independent directors, board size and role duality is not affect the timeliness of corporate internet reporting. For following research, it better to add the economic condition variable and the use of new technology information variable as well as to add the research year period.
32
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Pendahuluan Transparansi adalah komponen yang paling penting dalam pelaporan keuangan perusahaan. Perusahaanperusahaan harus memperlihatkan segalanya yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan seorang investor. Salah satu aspek transparansi adalah ketepatan waktu (Robert dan Xiao, 2008). Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009:35-36) ketepatan waktu telah diakui sebagai salah satu dari atribut kualitatif
Ada dua teknologi informasi yaitu pertukaran data eletronik dan internet yang mempermudah untuk membagikan data perusahaan kepada kelompok-kelompok eksternal dan komunikasi yang dihasilkan lebih cepat (Williams, 2001:258). Banyak perusahaan mulai menemukan keuntungan dari meluasnya penggunaan internet dalam menyampaikan informasi yang berguna kepada stakeholder mereka dalam waktu yang tepat untuk meningkatkan nilai informasi (Ezat, 2009).
kualitas utama. Tepat waktu bisa diartikan sebagai ketersediaan informasi kepada pembuat keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasn ya mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan perusahaan sangat penting bagi tingkat manfaat dan nilai laporan (Maria dkk, 2011). Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu, seringkali perlu
In t e r n e t m e m i l i k i b e r b a g a i karakteristik dan keunggulan seperti mudah menyebar, tidak mengenal batas, real-time, berbiaya rendah, serta mempunyai interaksi yang tinggi (Ashbaugh et al., 1999). Penggunaan internet memungkinkan informasi tersebar ke seluruh dunia dan sehingga memudahkan peningkatan ketersediaan khususnya informasi keuangan sehingga mendorong investasi (Doaa dkk, 2008). Pelaporan keuangan perusahaan di internet atau Corporate Internet Reporting berarti proses komunikasi dengan para stakeholder
melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan
dengan menggunakan media internet yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan ketepatan waktu pelaporan perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan Ezat (2009) menganalisis ketepatan waktu corporate internet reporting perusahaan Mesir yang terdaftar di Egyptian Exchange membuktikan bahwa ukuran perusahaan, tipe bisnis, likuiditas, kepemilikan publik,
merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI, 2002:11).
proporsi komisaris independen dan ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang Vol. 11 No. 1 Maret 2014
33
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Penelitian di Indonesia yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu corporate internet reporting pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diantaranya telah dilakukan oleh Widyarini (2011), Sari dan Darsono (2011) dan Maria dkk (2012) yang menunjukkan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian sehingga perlu dilakukan penelitian kembali.
dalam Lukas, 2008:12). Teori keagenan juga muncul antara kreditor (pemberi hutang), misalnya pemegang obligasi perusahaan (bondholders) dengan pemegang saham (stockholders) yang diwakili oleh manajemen perusahaan. Berdasarkan teori keagenan, pihak agen yaitu manajer melaporkan informasi perusahaan dalam bentuk laporan perusahaan kepada pihak prinsipal. Laporan perusahaan yang dibuat pihak manajemen (agen) sebagai bentuk
Penelitian ini mengacu pada penelitian Widaryanti (2011) yang m enganal i si s fakt or -fakt or yan g mempengaruhi ketepatan waktu corporate internet reporting. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pertama, menambahkan 2 variabel yaitu umur terdaftar perusahaan dan role duality. Kedua, penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan ketiga, penelitian ini menggunakan periode yang berbeda yaitu tahun 2011-2012.
pertanggungjawaban mereka kepada pemilik perusahaan (prinsipal) (Sari dan Darsono, 2011). Dalam hal ini, praktek corporate internet reporting (CIR) sebagai media penyampaian informasi perusahaan kepada pihak prinsipal. Ketepatan Waktu Informasi yang relevan tidak bisa lepas dari ketepatan waktu. Menurut Kieso dkk (2002:45), informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini dan masa depan yaitu memiliki
Tinjauan Pustaka Teori Keagenan Konflik kepentingan antar agen sering disebut dengan teori keagenan(Agus, 2002: xxi).Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (prinsipal) menggaji individu lain (agen atau karyawan untuk bertindak atas nama pemberi wewenang dan mendelegasikan kekuasaan
nilai prediksi. Untuk menciptakan ketepatan waktu penyampaian informasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Bapepam mengeluarkan peraturan dalam UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dengan nomor peraturan X.K.2 menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib menyampaikan laporan tahunan yang telah diaudit kepada
untukmembuat keputusan kepada agen atau karyawannya (Jensen dan Meckling, 1976
Bapepam selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal tahun buku berakhir dan
34
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
laporan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan ketentuan perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba-rugi serta laporan komitmen dan kontijensi dalam sekurang-kurangnya dua surat kabar harian berbahasa Indonesia selambatlambatnya 120 hari setelah tahun buku berakhir (Sinar Grafika, 2003 : 859-864). Corporate Internet Reporting Corporate internet reporting atau pelaporan perusahaan melalui internet
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan waktu CIR Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan (Widaryanti, 2011). Konflik keagenan dapat diminimalisasi dengan adanya pelaporan keuangan yang ditujukan kepada shareholders sebagai
merupakan proses komunikasi antara informasi keuangan dan nonkeuangan terkait dengan sumber daya dan kinerja melalui internet (Sari, Darsono, 2011). Banyak perusahaan telah menerapkan corporate internet reporting pada website perusahaan mereka. Laporan keuangan yang biasanya dicetak, melalui internet laporan keuangan perusahaan bisa didistribusikan lebih cepat (aspek timeliness), artinya dengan media internet perusahaan mampu mengeksploitasi kegunaan teknologi ini untuk lebih membuka diri (aspek
pertanggungjawaban manajemen (Hanny, Anis, 2005). Peningkatan ketepatan waktu corporate internet reporting akan mengurangi konflik keagenan yang terjadi. H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting
transparansi) dan untuk menginformasikan laporan keuangannya (aspek disclosure) lebih tepat waktu.
Pengungkapan informasi akan mengakibatkan biaya keagenan yang besar sehingga membutuhkan alat yang dapat mengungkapkan informasi dengan atau tanpa biaya sekalipun. Pengungkapan informasi dengan tepat waktu dengan menggunakan corporate internet reporting akan mengurangi biaya keagenan yang terjadi. H2: Tipe bisnis berpengaruh positif
Kerangka pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada gambar 1, berikutnya kemudian diuraikan mengenai pengembangan hipotesis.
Pengaruh Tipe Bisnis terhadap Ketepatan waktu CIR Perusahaan jasa maupun industri merupakan agen yang harus mengungkapkan informasi kepada pihak prinsipal sebagai bentuk tanggung jawab.
terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting Vol. 11 No. 1 Maret 2014
35
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Pengaruh Profitabilitas terhadap Ketepatan waktu CIR Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Profitabilitas perusahaan diukur menggunakan rasio ROE. Rasio ini dipengaruhi besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar (Agus, 2002:124). H3: Profitabilitas berpengaruh negatif
Pengaruh Leverage terhadap terhadap Ketepatan waktu CIR Leverage mengacu pada kemampuan perusahaan melunasi hutang jangka panjang (Maria dkk, 2012). Sesuai dengan teori keagenan, manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan perusahaan di internet yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders (Sari dan Darsono, 2011). H4: Leverage berpengaruh negatif terhadap
terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting
ketepatan waktu corporate internet reporting
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Tipe Bisnis Profitabilitas Leverage (X4) Likuiditas Penerbitan
Ketepatan Waktu
Kepemilikan Proporsi Dewan
Pengaruh Likuiditas terhadap Ketepatan waktu CIR Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek (Maria dkk, 2012). Berdasarkan teori keagenan, perusahaan diwajibkan untuk melaporkan kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Namun, perusahaan akan mengurangi pengungkapan informasi yang kurang efektif kepada stakeholder dan ketepatan waktu corporate internet reporting diabaikan perusahaan. H5: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting
Ukuran Umur Role Duality Sumber: data diolah 36
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Pengaruh Penerbitan Saham terhadap Ketepatan waktu CIR Salah satu cara perusahaan untuk menambah modal adalah dengan menerbitkan saham baru. Perusahaan yang membutuhkan sumber pembiayaan baru
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
akan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi pada website perusahaan untuk menarik lebih banyak investor (Widaryanti, 2011).Penerbitan saham baru akan memotivasi perusahaan meningkatkan ketepatan waktu pelaporan informasi yang berguna. Praktik corporate internet reporting menjadi alat penyebarluasan berita baik yang lebih tepat waktu dari alat lainnya. H6: Penerbitan saham berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap terhadap Ketepatan waktu CIR Struktur kepemilikan publik yang dimiliki suatu perusahaan akan mendorong manajemen untuk menyampaikan informasi perusahaan sebanyak-banyaknya kepada para pemegang saham melalui website perusahaan maupun melalui laporan perusahaan. Untuk memangkas biaya keagenan menjadi lebih kecil, manajemen menggunakan corporate internet reporting sebagai alat penyebarluasan informasi yang efektif dan efisien. H7: Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting
pemegang saham. Komisaris independen mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi secara tepat waktu melalui website perusahaan dengan menggunakan corporate internet reporting. H8: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif Terhadap Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pengaruh
Ukuran Dewan Komisaris
terhadap Ketepatan waktu CIR Komisaris (dalam jumlah jamak disebut dewan komisaris) adalah sekelompok orang yang dipilih atau ditunjuk untuk mengawasi kegiatan suatu perusahaan atau organisasi (Wikipedia, 2012). Sesuai dengan teori keagenan, peran dewan komisaris diharapkan dapat meminimalisir permasalahan keagenan yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Salah satunya dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan termasuk didalamnya ketepatan waktu pelaporan informasi keuangan perusahaan dengan menggunakan corporate internet reporting (Widaryanti, 2011). H9: Ukuran dewan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Ketepatan waktu CIR Komisaris luar (komisaris independen) adalah anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai
Pengaruh Umur Terdaftar Perusahaan terhadap Ketepatan waktu CIR Perusahaan yang terdaftar lebih lama memiliki pengetahuan tentang peraturan
atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili
yang ada di BEI lebih banyak. Perusahaan yang lebih lama listing menyediakan Vol. 11 No. 1 Maret 2014
37
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
publisitas informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang baru listing sebagai bagian dari praktik akuntabilitas yang ditetapkan oleh BAPEPAM (Hanny, Anis, 2005). H10: U m u r t e r d a f t a r p e r u s a h a a n berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting Pengaruh Role Duality terhadap Ketepatan waktu CIR Peran ganda (role duality) terjadi di antara CEO dan ketua dewan direksi ketika salah satu dari mereka menjabat dua posisi dalam satu waktu (Ezat, 2009). Seseorang yang memegang kedua posisi menciptakan konflik kepentingan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kepentingan pemegang saham (Jane McGrath, 2013). Hal ini menyebabkan perusahaan mengungkapkan informasi secara tepat waktu melalui website perusahaan untuk menghindari konflik yang terjadi. H11: Role duality berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan auditan dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 yang telah dipublikasikan.
38
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Ketepatan waktu corporate internet reporting merupakan pengungkapan informasi perusahaan kepada stakeholdermelalui media internet dengan tepat waktu. Ketepatan waktu corporate internet reporting diukur dengan indeks ketepatan waktu corporate internet reporting yang terdiri dari 11 item yang digunakan penelitian Ezat (2009) dan Widaryanti (2011). Jika ditemukan satu item ketepatan waktu corporate internet reporting dalam website perusahaan maka diberi angka “1” dan jika tidak ditemukan dalam perusahaan atau tidak memiliki mempunyai website maka diberi angka “0” (Ezat, 2009). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat ditentukan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural log of market capitalisation. Rumus: market capitalization = harga saham x jumlah saham beredar Tipe Bisnis Tipe bisnis dibedakan menjadi dua yaitu tipe industri dan tipe non industri atau jasa. Dalam penelitian ini, variabel tipe bisnis diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu jika perusahaan merupakan perusahaan industri makan diberi angka “1”, sedangkan jika
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
perusahaan merupakan perusahaan jasa maka diberi angka “0” (Ezat, 2009). Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Penelitian ini menggunakan ROE dalam menghitung profitabilitas perusahaan dikarenakan ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Agus, 2002:124). Rumus: ROE = Leverage R a s i o l e v e r a g e menggambarkan seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Penelitian ini menggunakan rasio leverage sebagai pengukuran tingkat leverage perusahaan. Rumus Leverage = Likuiditas Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012:25), rasio likuiditas digunakan mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendek. Salah satu dari rasio likuiditas yang paling umum dan sering digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dirumuskan sebagai berikut: Current ratio = 6. Penerbitan Saham Penerbitan saham baru dilakukan ketika perus ahaan membutuhkan pembiayaan baru..Dalam penelitian ini,
penerbitan saham diukur dengan menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang melakukan penerbitan saham selama tahun 2012 maka diberi angka “1” sedangkan perusahaan yang tidak menerbitkan saham pada tahun 2012 diberi angka “0”. 7. Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan tersebar atau publik adalah struktur kepemilikan yang pengendalian dan pengawasan dipegang pemegang saham publik. Pengukuran kepemilikan publik dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki publik. 8. Proporsi Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris dibagi menjadi dua yaitu dewan komisaris dalam dan dewan komisaris luar (independen). Penelitian ini menggunakan persentase antara jumlah komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris. 9. Ukuran Dewan Komisaris Komisaris sebuah organisasi adalah anggota dewan pengawasnya (Wikipedia, 2012)..Ukuran dewan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris (Widaryanti, 2011). 10. Umur Terdaftar Perusahaan Penghitungan umur perusahaan dimulai ketika perusahaanterdaftar di BEI. Umur terdaftar perusahaan diukur dengan rumus umur terdaftar mengacu pada penelitian Sari dan Darsono (2011). Rumus tersebut sebagai berikut: Umur terdaftar = Tahun t – tahun IPO (first issue)
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
39
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
11. Role Duality Perusahaan yang memiliki pemegang saham yang menjabat sebagai CEO perusahaan akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pengukuran role duality dalam penelitian mengacu pada penelitian Ezat (2009) dengan menggunakan variabel dummy. Jika pemegang saham merangkap CEO perusahaan diberi angka “1” dan diberi angka “0” jika pemegang saham tidak merangkap menjadi CEO perusahaan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan memenuhi kriteria dalam tahun periode 2011 dan 2012. Sampel yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria diantaran ya perusahaan yan g mempublikasikan laporan tahunan 2011 dan 2012, menerapkan Corporate internet reporting dan memiliki website yang aktif atau dapat diakses dan tidak sedang dalam perbaikan. Tabel 1 Jumlah Sampel Perusahaan Kriteria Jumlah Perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia 466 2012 Perusahaan yang tidak memiliki website 75 Perusahaan yang tidak menerapkan CIR
51
Perusahaan di bidang keuangan
61
Website dalam perbaikan dan tidak dapat diakses
35
Website grup perusahaan
3
Data kurang lengkap
15
Jumlah sampel
226
Sumber : Data Sekunder yang diolah 40
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode studi dokumentasi, observasi website perusahaan, metode studi pustaka Model penelitian Model regresi dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut : TCIR = α + β1Size + β2Type + β3Proft + β4Lev + β5Liq + β6Issue + β7Public + β8Indep + β9Dew + β10Ut + β11Duality + € Keterangan : TCIR = Indeks Ketepatan waktu corporate internet reporting α = konstanta β = koefisien regresi Size = ukuran perusahaan Type = Tipe bisnis Proft = Profitabilitas Lev = Leverage Liq = Likuiditas Issue = Penerbitan saham Public = Kepemilikan Publik Indep Dew Ut Duality €
= Proporsi dewan komisaris independen = Ukuran Dewan Komisaris = Umur Terdaftar = Role duality = Error atau kesalahan residual
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Deskripsi Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil objek perusahaan yang terdaftar di BEI dan
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
memiliki website aktif serta menerbitkan laporan tahunan selama 2 tahun yakni 2011 dan 2012. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 226 perusahaan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pembahasan Pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, autikorelasi dan heteroskedastisitas menunjukkan bahwa semua data penelitian dapat memenuhi kriteria asumsi klsik tersebut. Adapun hasil pengujian regresi ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 2 Hasil Regresi Berganda Coefficientsa
Model 1 (Constant) Ukuran perusahaan Tipe Bisnis Profitabilitas Leverage Likuiditas Penerbitan saham Kepemilikan publik Proporsi komisaris independen Ukuran Dewan Komisaris Umur terdaftar perusahaan Role Duality
Standar dized Unstandardized Coeffici Coefficients ents Std. B Error Beta t Sig. -.072 .871 -.083 .934 .085
.031
.135 2.708
.007
-.350
.151
-.106 -2.312
.021
.015 -.074
.044 .177
.015 .335 -.020 -.418
.738 .676
.033
.031
.050 1.068
.286
.006
.219
.001
.027
.979
1.206
.321
.172 3.759
.000
.419
.462
.042
.909
.364
.070
.039
.090 1.783
.075
-.022
.008
-.136 -2.929
.004
.158
.127
.057 1.240
.215
Sumber: data yang telah diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel di atas maka persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: TCIR = 0,934+ 0,007Size + 0,021Type + 0,738Proft + 0,676Lev + 0,286Liq + 0,979Issue + 0.000Public + 0,364Indep + 0,075Dew + 0,004Umur + 0,215Duality + e Uji Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,086 yang mengandung arti bahwa 8,6% variabel dependen dapat menjelaskan ketepatan waktu corporate internet reporting sedangkan sisanya sebesar 91,4% variabel atau sebab-sebab lainnya di luar model. Hasil Uji F Berdasarkan uji Anova diperoleh nilai F hitung sebesar 4,840 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,000 menunjukkan bahwa ketepatan waktu corporate internet reporting dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas, likuiditas, leverage, penerbitan saham, kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan, umur terdaftar perusahaan dan role duality. Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan dan ketepatan waktu corporate internet reporting. Ukuran perusahaan yang besar Vol. 11 No. 1 Maret 2014
41
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
memiliki pemegang saham yang besar dan menyebar. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan dan biaya keagenan yang besar secara bersamaan. Teori keagenan menjelaskan bahwa untuk mengurangi masalah tersebut maka manajemen perusahaan akan melaporkan informasi perusahaan lebih tepat waktu melalui website perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Maria dkk (2012), Widaryanti (2011), dan Ezat (2009). Terdapat pengaruh positif antara tipe bisnis dengan ketepatan waktu corporate internet reporting. Tipe bisnis manufaktur yang dalam kegiatan operasionalnya menggunakan teknologi yang canggih akan cenderung melakukan ketepatan waktu dalam melaporkan informasi perusahaan melalui website perusahaan. Hasil ini sejalan yang dilakukan oleh Maria dkk (2012) dan Ezat (2009)
2.
3.
Tidak terdapat berpengaruh secara negatif antara profitabilitas dan ketepatan waktu corporate internet reporting. Profitabilitas bukan merupakan salah satu faktor ketepatan waktu corporate internet reporting. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan berusaha mengurangi ketepatan waktu corporate internet reporting agar tidak menjadi sorotan dari para kreditur. Hasil ini 42
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
4.
5.
6.
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
sejalan dengan penelitian Widaryanti (2011), Sari, Darsono (2011) dan Ezat (2009) Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Nilai leverage yang tinggi menjadikan manajemen perusahaan mengabaikan ketepatan waktu corporate internet reporting untuk menghindari penilaian buruk dari debtholder. Hasil ini sejalan dengan dilakukan oleh Maria dkk (2012), Widaryanti (2011), Sari, Darsono (2011) dan Ezat (2009) Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Perusahaan yang memiliki nilai current ratio yang tinggi akan mengurangi ketepatan waktu pelaporan perusahaan melalui website perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria dkk (2012) dan Widaryanti (2011) Penerbitan saham tidak berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Sumber dana bagi kelangsungan perusahaan bukan hanya berasal dari penerbitan saham sehingga perusahaan yang melakukan penerbitan saham tidak perlu mengungkapkan secara tepat waktu kepada para investor. Hasil ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Widaryanti (2011) dan Ezat (2009)
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
7.
8.
9.
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Perusahaan dengan struktur kepemilikan publik yang besar akan menimbulkan biaya keagenan yang besar sehingga mendorong manajemen perusahaan untuk meminimalisasi biaya dengan melaporkan informasi dengan tepat waktu kepada para pemegang saham di website perusahaan. Hasil ini konsisten dilakukan oleh Ezat (2009) Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Perusahaan dengan proporsi dewan komisaris independen yang besar tidak menjamin terdapat keefektifan pengawasan sehingga manajemen perusahaan mengabaikan ketepatan waktu corporate internet reporting. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widaryanti (2011) Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Jumlah dewan komisaris yang besar akan lebih banyak menimbulkan masalah internal antar dewan komisaris dalam pengambilan keputusan dan berpengaruh pada proses pengungkapan informasi perusahaan melalui website yang
10.
11.
tidak dapat dilakukan dengan tepat waktu. Konsisten dengan penelitian Maria dkk (2012), Widaryanti (2011) dan Sari, Darsono (2011) Terdapat pengaruh positif antara umur terdaftar perusahaan dan ketepatan waktu corporate internet reporting Perusahaan yang memiliki jumlah umur terdaftar yang lebih lama memiliki pengalaman yang banyak dalam pelaporan informasi perusahaan akan lebih meningkatkan ketepatan waktu corporate internet reporting. Hasil ini sejalan dengan Chariri dkk (2007) Role duality tidak berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu corporate internet reporting. Role duality bukan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu waktu corporate internet reporting. Role duality menimbulkan konflik yang berpengaruh negatif pada pemegang saham sehingga memungkinkan manajemen perusahaan akan mengabaikan ketepatan waktu dalam pelaporan perusahaan melalui website perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Ezat (2009)
Keterbatasan Penelitian 1. Adjusted R square yang rendah yakni 8,6 % yang dijelaskan oleh variabel independen dalam model penelitian ini sedangkan sebesar 91,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya. 2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
periode 2 tahun yaitu tahun 2011 dan 2012 sehingga data yang diambil ada kemungkinan kurang mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
43
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini terbatas pada perusahaan non keuangan sehingga belum mewakili seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Saran 1. Penelitian selanjutnya disarankan menambah variabel baru, misalnya kondisi ekonomi, penggunaan teknologi informasi dan jumlah saham. 2. Penelitian selanjutnya untuk memperpanjang periode penelitian sehingga dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang sehingga menggambarkan kondisi yang sebenarnya. 3. Penelitian berikutnya disarankan untuk memperluas sampel dengan mengambil seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Daftar Pustaka Aly, Doaa, Jon Simon, and Khaled Hussainey. 2008. “Determinants of Corporate Internet Reporting : Evidence from Egypt.”Managerial Auditing Journal, vol. 25. no. 2. hal. 182-202. Ashbaugh, H., Johnstone, K.M, and Warfield, T.D. 1999. “Corporate Reporting on the Internet”. Accounting Horizons, Vol. 13, hal. 241-257. Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Penerbit ANDI, Yogyakarta Bodie, Zvi, Alex Kane, Alan J.Marcus. 44
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
2006. Investasi. Edisi 6 Buku 1. Penerbit Salemba.Empat,Jakarta Brigham, Eugene F., Joel F. Houston. 2010. Edisi 11. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta Chariri, Anis dan Lestari, Hanny Sri. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan. Hal. 1-28. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Ezat, Amr. 2009. The impact of corporate governance on the timeliness of corporate internet reporting by Egyptian listed companies. “Plymouth Postgraduate Symposium United Kingdom”. Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Hanafi, Dr Mamduh M., Prof.Dr. Abdul Halim, M.B.A., Akt. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke empat. UPP STIM YKPN, Jogjakarta Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI). Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ponny Harsanti Sri Mulyani Nurya Fahmi
Analisis Determinan Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Jane McgGrath. 2013. How CEOs Work. diakses dari http:// money.howstuffworks.com/ ceo7.htm pada 12 Juni 2013. Kieso, Donald E, Jerry J.Weygandt, Terry D. Warfield. Akuntansi Intermediate Edisi 10 Jilid 1. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta Kusrinanti, Maria Aditya, Muchamad Syarifudin, Haryani. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Ketepatan waktu
Weston, J.Fred. Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan Edisi Revisi Jilid 1. Binarupa Aksara Publisher. Jakarta Widaryanti. 2011. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu Corporate Internet Reporting yang terdaftar di BEI”. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, vol.2, no.2 Wikipedia. 23 November 2012. Komisaris, diakses dari http://id.wikipedia.org/
Corporate Internet Reporting pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. “Simposium Nasional Akuntansi XV” Banjarmasin. Sari, Rahma Prafinta, Darsono. 2011. Pengaruh Karakteristik perusahaan dan corporate governance terhadap ketepatan waktu pelaporan perusahaan di Internet (CIR Timeleness). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sartono, Agus. 2002. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4. BPFE-Yogyakarta.
wiki/Komisaris, pada 19 April 2013 Wikipedia. 26 Agustus 2012. Dewan Komisaris. Diakses dari http:// id.wikipedia.org/wiki/ Dewan_Komisaris, pada 12 Juni 2013 Wikipedia. 6 April 2013. Bisnis. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/ Bisnis, pada 12 Juni 2013 Williams, Chuck. 2001. Manajemen Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Sinar Grafika. 2003. Himpunan Peraturan Pasar Modal. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta Tim BEI. 27 Desember 2010. Kapitalisasi Pasar. Diakses dari http:// economy.okezone.com/ read/2010/12/27/226/407400/ redirect, pada 12 Juni 2013 Van Horne, James, John M. Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 13 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Vol. 11 No. 1 Maret 2014
45
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE YANG TERDAFTAR DI BEI Chusnulia Aryandhita Widayanti1) Mekani Vestari2) Dessy Noor Farida3) STIE Bank BPD Jateng
[email protected])
[email protected])
[email protected]) Kata kunci : kualitas laba, perusahaan high profile
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba pada perusahaan high profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kualitas laba diukur dengan menggunakan koefisien respon laba (ERC). Faktor-faktor yang diteliti yaitu persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas tanggung jawab sosial perusahaan, kualitas auditor, dan struktur modal. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pemilihan sampel dari perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode 2009 sampai 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sementara risiko, ukuran, dan kualitas tanggung jawab sosial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Persistensi laba, kualitas auditor, dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.
Keywords : earnings quality, high profile company.
Abstract The purpose of this study is to get the empirical evidence of factors that affect earnings quality on high profile companies listed in Indonesia Stock Exchange. Earnings quality is measured using earnings response coefficient. The factors that being examined are earnings persistence, growth opportunities, risk, company size, Corporate Social Responsibility (CSR) quality, auditor quality, and capital structure. The study used purposive sampling method on sample selection from high profile companies listed in Indonesia Stock Exchange period 2009 to 2012. The results showed that growth opportunities have positive effect to earnings quality, while risk, company size, and CSR quality have negative effect to earnings quality. Earnings persistence, auditor quality and capital structure have no effect to earnings quality.
46
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Informasi dalam laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan investasi. Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan adalah informasi yang relevan. Adanya informasi yang relevan, memungkinkan investor melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu indikator relevansi suatu informasi akuntansi adalah adanya reaksi investor pada saat diumumkannya informasi tersebut, yang dapat diamati dari pergerakan harga saham. Salah satu informasi akuntansi yang sampai saat ini masih merupakan perhatian utama bagi investor adalah informasi laba akuntansi (Chu, 1997 dalam Arfan dan Antasari, 2008). Penelitian Ball dan Brown (1968) dalamYunita dkk. (2008) menemukan adanya hubungan yang signifikan antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan harga saham. Ketika perusahaan mengumumkan laba yang mengalami kenaikan maka akan terjadi kecenderungan perubahan positif pada harga saham dan sebaliknya jika laba mengalami penurunan maka akan terjadi perubahan negatif pada harga saham. Earnings response coefficient (ERC) merupakan salah satu ukuran atau proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas laba. ERC merupakan model
penilaian yang dapat digunakan untuk mengindikasikan kemungkinan naik turunnya harga saham atas reaksi pasar terhadap informasi laba yang diumumkan oleh perusahaan. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin dengan tingginya ERC (kualitas laba perusahaan tinggi), demikian sebaliknya (Sayekti dan Sensi, 2007). Kenaikan laba perusahaan tidak selalu diikuti dengan kenaikan harga sahamnya dan sebaliknya. Pada saat laba mengalami penurunan, harga saham tidak selalu mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena dalam pengambilan keputusan investasi, investor tidak hanya melihat informasi laba (Mulyani dkk., 2007). Investor akan menggunakan semua informasi yang tersedia di pasar untuk melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan (Scott, 1997 dalam Ambarwati, 2008). Penelitian Mulyani dkk. (2007) menunjukkan rata-rata nilai ERC 0,03 dengan deviasi standar 0,007. Nilai ratarata ERC yang rendah tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktorfaktor lain di luar laba yang direspon oleh investor. Dengan demikian ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilihat dari sudut pandang relevansi nilai. Dalam penelitian sebelumnya faktor-faktor tersebut meliputi persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR, kualitas auditor, dan struktur modal perusahaan. Berbagai penelitian yang telah dilakukan masih menunjukkan Vol. 11 No. 1 Maret 2014
47
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
ketidakkonsistenan hasil. Penelitian ini mengacu pada Imroatussolihah (2013) dengan menggunakan variabel independen persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, kualitas CSR, dan struktur modal. Penelitian tersebut menghasilkan adjusted R2 yang cukup rendah yaitu sebesar 21,5%. Rendahnya adjusted R2 disebabkan variabel independen yang dilibatkan kurang sesuai atau dimungkinkan terdapat variabel lain yang
tersebut dikelompokkan lagi kedalam subsektornya, sampel perusahaan menjadi semakin sempit. Penggantian proksi dianggap lebih tepat dibandingkan mengelompokkan lagi perusahaan ke dalam subsektornya. Dalam penelitian ini, peluang pertumbuhan diukur dengan menggunakan rasio pertumbuhan penjualan perusahaan yang mengacu pada penelitian Arfan dan Antasari (2008). Rasio pertumbuhan penjualan dianggap lebih mewakili kondisi
sesuai yang dapat mempengaruhi variabel dependen, serta penggunaan proksi yang kurang tepat sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian.
fundamental perusahaan dibandingkan rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku ekuitas yang cenderung dipengaruhi oleh kondisi pasar. Rasio penjualan juga dianggap lebih menggambarkan peluang pertumbuhan untuk perusahaan yang memproduksi barang (Naimah dan Utama, 2006). Imroatussolihah (2013) mengukur risiko dengan menggunakan deviasi standar. Deviasi standar hanya mengukur penyimpangan return pasar saja dan belum menggambarkan risiko secara keseluruhan. Pada penelitian ini, risiko
Ukuran perusahaan dan kualitas auditor pada penelitian sebelumnya telah digunakan sebagai variabel independen sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laba, dan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan kualitas auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan ERC. Pada penelitian Imroatussolihah (2013), variabel peluang pertumbuhan tidak mempengaruhi kualitas laba yang diproksikan dengan ERC karena sampel perusahaan yang digunakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Agar peluang pertumbuhan dapat mempengaruhi ERC, Imroatussolihah (2013) menganjurkan untuk mengelompokkan perusahaan sampel berdasarkan subsektornya pada penelitian selanjutnya agar hasil yang diperoleh dapat signifikan. Tetapi apabila perusahaan 48
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
diukur dengan beta akuntansi yang mengacu pada penelitian Brown dan Ball (1969) dalam Jogiyanto (2009) dengan melibatkan perubahan laba akuntansi dan perubahan indeks laba pasar secara bersamaan. Sehingga diharapkan dapat menggambarkan risiko yang sebenarnya akan dihadapi internal perusahaan maupun akibat kondisi pasar. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan high profile yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile menurut Dirgantari (2002) adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor industri primer dan sekunder yaitu perusahaan yang memproduksi barang. Pemilihan perusahaan high profile sebagai sampel karena berdasarkan karakteristiknya perusahaan high profile lebih banyak mendapat perhatian dari masyarakat akibat kegiatan operasional perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi dan menghasilkan residu yang kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : apakah persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR, kualitas auditor, dan struktur modal berpengaruh terhadap kualitas laba ? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR, kualitas auditor, dan struktur modal terhadap kualitas laba. Tinjauan Pustaka Teori Efisiensi Pasar Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang harga sekuritasnya
mencerminkan semua informasi yang relevan dan diserap dengan baik oleh pasar. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kondisi pasar modal yang efisien tercapai yaitu informasi tersebut dapat diperoleh dengan percuma (tidak ada biaya untuk memperolehnya), seluruh informasi yang tersedia dapat diakses oleh semua pelaku pasar, semua pelaku pasar sepakat dengan implikasi informasi baru terhadap distribusi harga di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Teori Stakeholder Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Teori Legitimasi Ghozali dan Chariri (2007) mengungkapkan definisi teori legitimasi sebagai suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar di mana perusahaan merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang nyata atau potensial terjadi diantara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan. Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
49
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Tipe Industri Kategori high profile dikarakteristikkan sebagai industri yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap kerusakan lingkungan sehingga dituntut memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi pula. Adapun yang termasuk ke dalam perusahaan high profile adalah perusahaan yang bergerak di industri primer dan industri sekunder. Pengelompokan ini mengikuti aturan yang berlaku di Bursa Efek Indonesia, yaitu
menentukan laba ekonomik sesuai dengan persepsinya. Selisih antara laba akuntansi dengan laba ekonomik tersebut akan menimbulkan laba kejutan (unexpected earnings). Apabila nilai laba kejutan perusahaan rendah, maka laba yang diharapkan oleh investor akan mendekati laba sesungguhnya (actual return). Dengan kata lain laba akuntansi tersebut persisten karena dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur laba periode berikutnya
untuk industri primer adalah industri yang langsung mengolah hasil sumber daya alam, antara lain pertanian (sektor 1) dan pertambangan (sektor 2). Industri sekunder adalah industri yang mentransformasikan bahan baku ke dalam produk setengah jadi melalui proses pabrikasi, diantaranya industri dasar dan kimia (sektor 3), industri barang konsumsi (sektor 5), dan industri lain-lain (sektor 4).
sehingga dapat bermanfaat bagi investor untuk pengambilan keputusan berinvestasi (Ambarwati, 2008). Dapat disimpulkan semakin persisten suatu laba maka investor akan merespon dengan baik informasi laba tersebut ditandai dengan naiknya harga saham perusahaan. Sehingga semakin tinggi persistensi laba semakin tinggi nilai kualitas laba yang diproksikan dengan ERC. Penelitian Palupi (2006) menyimpulkan bahwa persistensi laba berkorelasi positif dengan earnings response coefficient. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh penelitian Mulyani dkk.
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Persistensi Laba terhadap Kualitas Laba Persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di masa depan yang diimplikasi oleh laba tahun berjalan sehingga persistensi laba dilihat dari laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham (Pennman dalam Palupi, 2006). Perusahaan sebagai pembuat laporan keuangan berharap laba akuntansi akan mendekati laba ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik. Sehingga laba akuntansi masih tetap bermanfaat bagi investor untuk 50
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
(2007) dengan hasil yang konsisten dengan Ambarwati (2008). H1 : Persistensi laba berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Pengaruh Peluang Pertumbuhan terhadap Kualitas Laba Menurut Palupi (2006), faktor peluang pertumbuhan biasanya diamati oleh investor yang mempunyai perspektif jangka panjang untuk mendapatkan hasil dari investasi yang
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
dilakukan. Perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang lebih besar akan memiliki ERC tinggi. Penilaian investor terhadap peluang pertumbuhan suatu perusahaan nampak dari informasi laba sebagai ekspektasi manfaat masa depan yang akan diperolehnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin besar peluang pertumbuhan perusahaan maka perusahaan diharapkan mampu menambah laba yang diperoleh dimasa mendatang (Mulyani dkk., 2007).
Pengaruh Risiko terhadap Kualitas Laba Risiko merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi di pasar modal sehingga informasi risiko menjadi penting. Investor cenderung berinvestasi pada perusahaan yang memiliki risiko rendah dibandingkan perusahaan dengan risiko yang tinggi (Wirasari, 2008). Semakin tinggi nilai suatu risiko semakin tinggi pula nilai laba kejutan suatu
Peluang pertumbuhan perusahaan dapat digambarkan oleh bertambahnya volume penjualannya. Pemegang saham akan memberi respon terhadap laba yang lebih besar kepada perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi karena diharapkan akan memberikan manfaat yang tinggi di masa yang akan datang. Respon pemegang saham terhadap informasi laba tercermin dari naiknya harga saham atau bertambahnya volume penjualan saham perusahaan. Sehingga semakin tinggi peluang pertumbuhan perusahaan semakin tinggi nilai kualitas
perusahaan (laba akuntansi tidak dapat digunakan lagi sebagai estimator laba ekonomik), semakin tidak pasti pula return di masa mendatang. Jadi respon investor terhadap informasi laba akan menurun yang tercermin dari turunnya harga saham atau penurunan volume penjualan saham perusahaan tersebut. Sehingga semakin tinggi risiko perusahaan maka semakin rendah nilai kualitas laba yang diproksikan dengan ERC (Ambarwati, 2008). Susanto (2012) menunjukkan bahwa risiko yang diukur dengan beta berpengaruh negatif terhadap earnings
laba yang diproksikan dengan ERC. Naimah dan Utama (2006) juga menyatakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba yang diperkuat dengan penelitian Arfan dan Antasari (2008) yang menyatakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dengan koefisien respon laba dengan proksi pertumbuhan penjualan.
response coefficient begitu juga dengan Imroatussolihah (2013) yang menyatakan bahwa semakin tinggi risiko saham suatu perusahaan maka semakin rendah reaksi investor terhadap laba kejutan sehingga earnings response coefficient semakin rendah.
H2 : Peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kualitas laba.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba
H3 : Risiko berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
51
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki modal lebih besar (pemegang sahamnya dan atau kreditur lebih banyak), karyawan lebih banyak (orang yang terlibat lebih banyak), penjualan lebih besar (pelanggan lebih banyak). Sehingga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan berukuran kecil (Diantimala, 2008). Perusahaan besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana
dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut sangat luas dan besar. Oleh karena itu perusahaan dengan size yang lebih besar memiliki inisiatif untuk mengungkapkan lebih banyak informasi bila dibandingkan dengan perusahaan yang size-nya lebih kecil untuk mendapatkan legitimasi dari stakeholders, karena bagaimanapun kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada harmonisnya hubungan dengan stakeholders (Arfan dan Antasari, 2008).
dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki harapan mampu untuk mencukupi aktivitas dalam jangka waktu yang relatif lama. Investor tidak lagi melihat pada laba yang dihasilkan oleh perusahaan dan cenderung melihat informasi lain selain laba. Perusahaan besar memberikan banyak informasi non-akuntansi seperti struktur modal, pengungkapan tanggung jawab sosial, dan rencana strategik perusahaan. Perusahaan yang lebih besar juga lebih mungkin memperhatikan kinerja yang lebih baik, karena mereka cenderung
Informasi non-akuntansi tersebut banyak digunakan oleh pemodal sebagai alat untuk menginterprestasikan laporan keuangan dengan lebih baik, sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi arus kas dan mengurangi ketidakpastian. Hal ini mengakibatkan investor kurang memberikan respon terhadap informasi laba yang disajikan. Jadi semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah nilai kualitas laba yang diproksikan dengan ERC (Diantimala, 2008). Siregar dan Utama (2006) dan
sebagai subyek terhadap penelitian publik yang lebih cermat sehingga perlu merespon lebih terbuka terhadap permintaan stakeholders. Jadi perusahaan yang lebih besar diperkirakan akan memberikan pengungkapan informasi lebih banyak bila dibandingkan dengan perusahaan lebih kecil. Perusahaan dengan size yang lebih besar umumnya lebih banyak menjadi pusat perhatian dibanding dengan size
Mulyani, dkk. (2007) dalam Susanto (2012) juga menyatakan ukuran perusahaan sebagai proksi dari keinformatifan harga. Perusahaan besar dianggap memiliki lebih banyak informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan investasi dalam saham perusahaan dibandingkan perusahaan kecil. Konsekuesinya semakin informatif harga
yang lebih kecil karena disamping melibatkan lebih besar stakeholders juga
saham, maka semakin kecil pula muatan informasi earnings sekarang.
52
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Hal tersebut mengakibatkan investor kurang memberikan respon terhadap informasi laba yang disajikan oleh perusahaan besar dan cenderung melihat informasi selain laba. Jadi semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah nilai ERC-nya. Pernyataan tersebut dikuatkan dengan penelitian Diantimala (2008) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC. H4 : Ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif terhadap kualitas laba. Pengaruh Kualitas CSR terhadap Kualitas Laba Selain informasi akuntansi, informasi non-akuntansi juga digunakan oleh pemodal sebagai alat untuk menginterprestasikan laporan keuangan dengan lebih baik. Salah satu informasi non-akuntansi yang dimaksud yaitu informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (Diantimala, 2008). Khususnya perusahaan berkategori high profile yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap kerusakan lingkungan, maka perusahaan tersebut lebih dituntut untuk memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi pula (Imroatussolihah, 2013). Selain itu perusahaan high profile juga memiliki kompleksitas terhadap stakeholder yang dimiliki sehingga rentan terhadap potensi risiko yang harus dihadapi. Jadi perusahaan tersebut akan melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial sebaik mungkin. Kualitas CSR dapat diukur melalui penghargaan yang diberikan oleh
Indonesia Sustainable Reporting Award (ISRA) kepada perusahaan. Perusahaan yang mendapatkan penghargaan dan mampu mempertahankannya diyakini investor sebagai perusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dengan baik karena dapat menjaga kepercayaan stakeholder dan perusahaan tersebut tidak rentan terhadap risiko politik, sehingga perusahaan direspon oleh investor dengan baik. Tetapi hal tersebut membuat investor mengabaikan informasi laba perusahaan dan lebih memperhatikan informasi tanggung jawab sosialnya. Investor sadar bahwa kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijadikan standar penilaian baik buruknya perusahaan. Perusahaan yang baik tidak hanya berorientasi pada profit, akan tetapi perusahaan yang baik adalah yang perduli terhadap lingkungan (Imroatussolihah, 2013). Semakin banyak informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang diungkapkan oleh perusahaan maka nilai kualitas laba yang diproksikan dengan ERC akan semakin turun. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa investor mengapresiasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang berkualitas, artinya dalam pengambilan keputusan investasinya tidak hanya didasarkan pada informasi finansial yang ditunjukkan oleh perusahaan saat ini, akan tetapi investor percaya bahwa perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik akan memiliki kelangsungan hidup yang lebih baik di Vol. 11 No. 1 Maret 2014
53
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
masa depan (Imroatussolihah, 2013). Penelitian tersebut diperkuat oleh Sayekti dan Sensi (2007) dan Eriana (2010) yang menyatakan pengungkapan tanggung jawab sosial memiliki pengaruh
dan Bawono, 2010). Auditor independen dituntut bersikap objektif dan independen terhadap informasi yang disajikan manajemen perusahaan dalam bentuk laporan
negatif terhadap ERC. Sehingga semakin tinggi kualitas CSR semakin rendah ERCnya. H5 : Kualitas CSR berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.
keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan. Sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang handal akan meningkatkan keyakinan investor terhadap perusahaan karena laba
Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Kualitas Laba Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, diantaranya pemilik perusahaan itu sendiri, kreditur, lembaga keuangan, investor, pemerintah, masyarakat umum, dan pihak-pihak lainnya (Novianty, 2001). Banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut haruslah wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan masing- masing pihak yang berkepentingan dapat dipenuhi. Guna menjamin kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, maka perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen (Singgih 54
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
yang dihasilkan minim manipulasi. Investor beranggapan bahwa laporan earnings dari auditor yang berkualitas (KAP yang berafiliasi dengan Big Four) akan lebih tepat dan dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dalam menghasilkan laba. Investor lebih meyakini laporan keuangan yang telah diaudit KAP tersebut karena dipandang mengandung sedikit manipulasi. KAP yang berafiliasi dengan Big Four dianggap berkualitas karena memiliki banyak tenaga auditor yang ahli (baik pengetahuan maupun pengalaman kerjanya), memiliki jumlah dan ragam klien (perusahaan berskala besar maupun perusahaan kecil), jumlah aset yang besar, serta cakupan geografis yang lebih luas dibanding KAP kecil (Rossieta dan Wibowo, 2009). KAP yang memiliki asset besar cenderung lebih independen terhadap klien dan melaksanakan audit secara profesional karena tidak tergantung secara ekonomi kepada klien. Sehingga klien tidak dapat mempengaruhi auditor. Jadi
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
auditor tidak akan mudah memberikan opini wajar tanpa pengecualian terhadap perusahaan klien tersebut (Dye, 1993 dalam Hamid, 2013). Laba yang telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big Four dapat dijadikan investor untuk menaksir laba sesungguhnya. Oleh karena itu, investor lebih meyakini laba yang telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big Four dan investor akan memberikan respon yang baik terhadap laba pada perusahaan
ditanggung perusahaan. Oleh sebab itu, sebelum mengambil keputusan investasi, investor tidak hanya melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tetapi juga penggunaan utang perusahaan, karena hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dan return yang akan diterima oleh investor. Informasi laba perusahaan yang memiliki leverage tinggi akan kurang direspon oleh investor. Perusahaan yang memiliki tingkat
tersebut. Respon investor terhadap informasi laba perusahaan tersebut ditunjukkan dengan naiknya harga saham atau bertambahnya volume perdagangan saham. Semakin tinggi kualitas auditor maka semakin tinggi pula nilai kualitas laba yang diproksikan dengan ERC. Susanto (2012) merumuskan kualitas auditor mempunyai pengaruh positif terhadap ERC dan hasilnya konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2004). H6 : Kualitas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas laba.
leverage tinggi cenderung nilai kualitas
Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (financial decision) yang pada intinya memilih apakah menggunakan utang atau ekuitas untuk mendanai aktivitas operasional perusahaan. Penggunaan utang yang lebih besar dibandingkan dengan ekuitas pemegang saham menyebabkan semakin besar pula beban bunga yang akan
laba yang diproksikan dengan ERC rendah karena laba yang dilaporkan oleh perusahaan adalah laba yang menguntungkan untuk kreditur. Akibat utang yang tinggi, laba sebagian besar akan dibagikan untuk kreditur dalam bentuk pembayaran bunga dan pokok pinjaman, bukan untuk pemegang saham. Dampak lain yang ditimbulkan dari besarnya utang adalah risiko gagal bayar juga mungkin dialami oleh perusahaan yang bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya kebangkrutan (Dhaliwal et al. (1991) dan Dhaliwal et al. (1994) dalam Ambarwati (2008)). Informasi laba perusahaan yang ber -leverage tinggi kurang direspon oleh investor yang akan tercermin pada penurunan harga saham atau penurunan volume penjualan sahamnya. Sehingga semakin tinggi nilai leverage suatu perusahaan maka semakin rendah nilai ERC-nya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Imroatussolihah (2013) yang menyatakan DER berpengaruh Vol. 11 No. 1 Maret 2014
55
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
negatif terhadap ERC. H7 : Struktur modal berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Metode Penelitian Definisi Konsep dan Operasional Kualitas Laba Salah satu indikator laba berkualitas adalah adanya reaksi investor saat diumumkannya informasi tersebut, yang dapat diamati dari pergerakan harga saham. Menurut Ball dan Brown (1998) dalam Yunita dkk. (2008) ERC adalah suatu reaksi atas laba yang diumumkan oleh perusahaan, reaksi ini mencerminkan kualitas laba yang dilaporkan perusahaan. Proksi harga saham yang digunakan adalah CAR (cumulative abnormal return), sedangkan proksi laba akuntansi UE (unexpected earnings). Tahap pertama menghitung CAR dan tahap kedua menghitung UE masing-masing sampel. CAR pada saat laba akuntansi dipublikasikan dihitung dalam event window pendek selama 7 hari (3 hari sebelum peristiwa, 1 hari peristiwa, dan 3 hari sesudah peristiwa), yang dipandang cukup mendeteksi abnormal return yang terjadi akibat publikasi laba sebelum confounding effect (efek bias yang muncul diakibatkan oleh kejadian penting yang terjadi bersamaan) mempengaruhi abnormal return tersebut (Diantimala, 2008). Berikut tahapan dalam menentukan nilai koefisien respon laba : 1. Menghitung CAR. a. Menghitung Actual Return Investasi (Ri)
56
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
b. Menghitung Return Pasar (RM) c. Menghitung Abnormal Return (AR) d. Menghitung CAR 2. Menghitung UE 3. Menghitung ERC Persistensi laba Menurut Jaswadi (2003) dalam Yunita dkk. (2008), persistensi laba adalah properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa sekarang. Persistensi laba diukur dengan menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba periode sekarang dengan laba periode yang akan datang (Mulyani dkk., 2007). Peluang pertumbuhan Peluang pertumbuhan yang dihadapi perusahaan di waktu yang akan datang menurut Suaryana (2005, dalam Zubaidi dkk, 2011) merupakan suatu prospek baik yang dapat mendatangkan laba bagi perusahaan. Laba suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat meningkat atau menurun. Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik. Jika semakin besar kesempatan bertumbuh perusahaan maka semakin tinggi kesempatan perusahaan mendapatkan atau menambah laba yang diperoleh di masa mendatang. Peluang pertumbuhan pertumbuhan
diukur dengan rasio penjualan produk
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
perusahaan (Arfan dan Antasari, 2008). Kualitas Auditor Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh KAP besar. KAP yang berafiliasi dengan Big Four dianggap berkualitas karena memiliki banyak tenaga auditor yang ahli (baik pengetahuan maupun pengalaman kerjanya), memiliki jumlah dan ragam klien (perusahaan berskala besar maupun perusahaan kecil ), jumlah aset yang besar, serta cakupan geografis yang lebih luas dibanding KAP kecil (Rossieta dan Wibowo, 2009). Kualitas auditor diukur menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big Four diberi nilai 1 sedangkan yang tidak diberi nilai 0 (Susanto, 2012). Struktur Modal Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (financial decision) yang pada intinya memilih apakah menggunakan utang atau ekuitas untuk mendanai aktivitas operasional perusahaan (Putri, 2011). Struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (Imroatussolihah, 2013). Risiko Risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan (Jorion, 2000 dalam Suharli, 2005). Risiko diukur dengan menggunakan beta akuntansi karena melibatkan laba akuntansi dan indeks laba
pasar secara bersamaan. Sehingga diharapkan dapat menggambarkan risiko sebenarnya yang akan dihadapi internal perusahaan maupun akibat kondisi pasar. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaaan menurut berbagai cara antara lain dengan ukuran penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar (Basyaib, 2007 dalam Diantimala, 2008). Ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma total aset (Susanto, 2012). Kualitas CSR Tanggung jawab sosial perusahaan dianggap berkualitas apabila perusahaan tersebut senantiasa melaksanakan tanggung jawab sosial dan mengungkapkannya ke dalam sustainability reporting yang penilaiannya mencakup tiga komponen utama yaitu ekonomi, lingkungan hidup dan sosial yang mencakup hak asasi manusia, praktik ketenagakerjaan, lingkungan kerja, tanggung jawab produk, dan masyarakat (Djuitaningsih dan Marsyah, 2012). Kualitas tanggung jawab sosial perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang berturut-turut memperoleh penghargaan ISRA diberi nilai 1sedangkan yang tidak 0. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan high profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini digunakan metode purposive Vol. 11 No. 1 Maret 2014
57
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
sampling yang berarti penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, sebagai berikut : 1. Perusahaan kategori high profile yang terdaftar di BEI tahun 20092012. 2. 3. 4.
Mempublikasikan laporan tahunan berturut-turut tahun 2008-2012. Memiliki laba dan ekuitas positif dari tahun ke tahun. Memiliki data lengkap terkait dengan variabel yang diteliti.
Metode Analisis Analisis data dengan regresi linier berganda. Sebelum dilakukan berbagai pengujian disajikan terlebih dahulu statistik deskriptif dari berbagai variabel yang digunakan, dilanjutkan dengan uji asumsi klasik, uji kebaikan model, dan uji hipotesis. Hasil Dan Pembahasan Statistik Deskriptif Berikut tabel statistik deskriptif dari berbagai variabel dalam penelitian ini. Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Skala Rasio Sumber : data diolah, 2008 – 2012. Variabel
Maksimum
Rata-rata
Kualitas laba -0,214
Minimum
0,266
0,017
Persistensi -58,86 laba Pertumbuhan -0,587 perusahaan
18,91
-0,001
0,677
0,116
Risiko Ukuran perusahaan Struktur modal
-4,8 11,153
4,2 19,021
-0,464 14,998
0,08
8,431
0,906
Tabel 2 58
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Statistik Deskriptif Variabel Skala Nominal Sumber : data diolah, 2008 – 2012. Variabel
Keterangan Jumlah
Kualitas CSR Mendapat perhargaan ISRA Tidak mendapat penghargaan ISRA Kualitas Berafiliasi dengan Big auditor Four Tidak berafiliasi dengan Big Four
%
141
80,11
35
19,89
48
27,27
128
72,73
Analisis Regresi Linier Berganda Berikut model yang dihasilkan dari hasil analisis regresi linier berganda : Y = 0,132+0,000X1+0,182X2 – 0,011X3 – 0,008X4 – 0,075D1– 0,010D2+0,001X5 +ε Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan uji kebaikan model dan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji menunjukkan bahwa residual data bersifat normal dan data dari berbagai variabel yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas maupun heteroskedastisitas. Uji Kebaikan Model Hasil uji F menunjukkan nilai sebesar 13,352 dengan nilai sig. = 0,000 < lima persen. Disimpulkan bahwa variabel independen persistensi laba, peluang
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR, kualitas auditor, dan struktur modal secara bersama- sama atau simultan berpengaruh terhadap variabel dependen kualitas laba. Koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R2 sebesar 33,1%. Disimpulkan bahwa 33,1% variabel dependen kualitas laba dapat dijelaskan oleh variabel independen persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR, kualitas auditor, dan struktur modal, sedangkan sisanya sebesar 66,9% dipengaruhi oleh variabelvariabel lain yang tidak dimasukkan di dalam penelitian ini. Uji Hipotesis Berikut tabel yang menunjukkan hasil pengujian hipotesis : Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Sumber : data diolah, 2008 – 2012 Keterangan Unstandardi zed Coefficients B Std
Konstanta
Standardi Sig. zed Coefficient Beta
0,132 0,055
Kesim pulan
0,016
Persistensi 0 0,001 -0,027 laba Peluang 0,182 0,032 0,373 pertumbuhan
0,697 Ha ditolak 0
Ha diterima
Risiko
0
Ha diterima
-0,011 0,003 -0,231
Ukuran -0,008 0,004 perusahaan Kualitas CSR -0,075 0,015 Kualitas -0,01 0,015 auditor Struktur 0,001 0,006 modal
-0,149
0,044 Ha diterima
-0,321 -0,048
0 Ha diterima 0,514 Ha ditolak
0,006
0,926 Ha ditolak
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 3 menunjukkan bahwa persistensi laba mempunyai nilai B sebesar 0,000 dan signifikansi sebesar 0,697. Hal ini menunjukkan bahwa p-value > 0,05,
maka tidak mampu menolak H0. Artinya bahwa tidak terdapat pengaruh persistensi laba terhadap kualitas laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Imroatussolihah (2013) dan Susanto (2012) yang menyatakan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Penelitian ini membuktikan investor tidak melihat pada tinggi rendahnya persistensi laba yang dimiliki perusahaan dalam pengambilan keputusan investasinya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata persistensi laba yang hanya sebesar -0,001. Persistensi laba dalam penelitian ini diukur dengan meregresikan laba masa kini dan laba masa lalu. Dengan diterimanya variabel peluang pertumbuhan mengindikasikan bahwa pengambilan keputusan investor lebih melihat pada kondisi laba masa kini dan laba masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Palupi (2006) yang menyatakan persistensi laba yang diukur dengan meregresikan laba tahun t dengan laba tahun t+1 berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hasil uji t menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan mempunyai nilai B sebesar 0,182 dan signifikansi sebesar 0,000. Nilai p-value < 0,05, sehingga menolak H0 yang berarti bahwa peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hasil uji juga menunjukkan bahwa risiko mempunyai nilai B sebesar 0,011 dan signifikan sebesar 0,000. Nilai p -value < 0,05, sehingga menolak H0 yang berarti bahwa risiko berpengaruh negatif Vol. 11 No. 1 Maret 2014
59
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
terhadap kualitas laba. Hasil uji terhadap ukuran perusahaan menunjukkan nilai B -0,008 dan signifikansi sebesar 0,044. Nilai pvalue < 0,05, sehingga menolak H0 yang berarti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Sementara hasil uji terhadap kualitas CSR menunjukkan nilai B -0,075 dan signifikansi sebesar 0,000. Nilai p-value < 0,05, sehingga menolak H0 yang berarti bahwa kualitas CSR berpengaruh negatif
ERC. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mulyani dkk. (2007) yang menunjukkan bahwa kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Investor tidak memperhatikan siapa auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan dan menganggap hasil audit yang dihasilkan KAP yang berafiliasi dengan Big Four maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four adalah sama kualitasnya sebab untuk menjadi auditor pada perusahaan yang terdaftar di pasar
terhadap kualitas laba. Hasil uji terhadap kualitas auditor mempunyai nilai B -0,010 dan signifikansi sebesar 0,514. Nilai p-value > 0,05, sehingga H0 yang berarti bahwa kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Dalam penelitian ini, kualitas auditor diukur dengan variabel dummy. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big Four diberi nilai 1, sedangkan yang tidak diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big Four diberi nilai 0. Perusahaan yang diaudit KAP yang berafiliasi dengan Big Four dengan
modal harus memenuhi semua kriteria yang sudah ditetapkan oleh BAPEPAM dengan peraturan No: KEP-41/BL/2008 tentang pendaftaran akuntan yang melakukan kegiatan di pasar modal. Hasil uji t terhadap struktur modal menunjukkan nilai B 0,001 dan signifikansi sebesar 0,926. Nilai p-value > 0,05, sehingga menolak H0 yang berarti bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian Diantimala (2008) dan Imroatussolihah (2013) yang menyatakan struktur modal yang
persentase 72,7% sebanyak 128 perusahaan dan perusahaan yang tidak diaudit KAP yang berafiliasi dengan Big Four dengan persentase 27,3% sebanyak 48 perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan banyaknya frekuensi perusahaan yang telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big Four. Meskipun sudah banyak perusahaan yang telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi
diproksikan dengan leverage berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Struktur modal dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap koefisien respon laba yang berarti investor tidak hanya melihat pada DER yang dimiliki perusahaan. Struktur modal perusahaan diukur dengan leverage. Nilai leverage tersebut sudah dinaikkan dengan tujuan untuk mengurangi beban pajak (Agus,
dengan Big Four, kualitas auditor dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap
2001 dalam Delvira dan Nelvirita, 2013) atau sudah diturunkan untuk mengurangi
60
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
risiko gagal bayar (Mulyani dkk., 2007) oleh perusahaan. Hal tersebut menyebabkan investor menjadi kurang percaya terhadap laba yang dipublikasikan perusahaan yang pada akhirnya akan mengakibatkan respon pasar menjadi relatif rendah. Respon pasar yang relatif rendah ini pada akhirnya akan mencerminkan bahwa laba suatu perusahaan kurang atau tidak berkualitas (Jang et al., 2007 dalam Novianti, 2012). Hasil penelitian ini dalam menginterpretasikan bahwa investor lebih memperhatikan faktor fundamental lainnya seperti peluang pertumbuhan. Peluang pertumbuhan lebih banyak digunakan untuk menilai suatu investasi, khususnya investor yang mempunyai perspektif jangka panjang (Mulyani dkk., 2007). Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kualitas laba, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Sedangkan persistensi laba, kualitas auditor, dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Penelitian ini mampu menghasilkan model penelitian yang lebih baik dibandingkan dengan penelitian acuan yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai adjusted R2. Keterbatasan dan Saran Keterbatasan penelitian ini tidak mampu membuktikan pengaruh positif persistensi laba dan kualitas auditor. Oleh karena itu disarankan dalam penelitian
berikutnya mengganti proksi untuk kedua variabel tersebut. Persistensi laba dapat menggunakan nilai persistensi laba ratarata beberapa tahun dan untuk kualitas auditor dapat menggunakan proksi yang lebih mencerminkan variabel tersebut, misalnya dengan menggunakan ukuran composite index, yang dapat mencerminkan kualitas auditor dari beberapa sudut pandang. Daftar Pustaka Ambarwati, Sri ,2008, “Earnings Response Coefficient”, Jurnal Akuntabilitas, Vol. 7, No. 2, hal.128–134. Arfan, Muhammad dan Ira Antasari 2008, “Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, Vol.1, No. 1, hal.50–56. Delvira, Maisil dan Nelvirita 2013, “Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan Persistensi Laba terhadap Earning Response Coefficient (ERC) : Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Tahun 2008-2010”, Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, hal.129-154. Deswira, Tita 2013, Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index, Universitas Negeri Padang, TesisVol. 11 No. 1 Maret 2014
61
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Tidak Dipublikasikan. Diantimala, Yossi, 2008, “Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan, dan Default Risk terhadap Koefisien Respon Laba (ERC)”, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Vol. 1, No. 1, 102-122. Dirgantari, Novi, 2002, Analisis terhadap Perbedaan Ekstensifikasi Praktek Social Disclosure Pada Perusahaan-perusahaan Emiten di Bursa Efek Jakarta Berdasarkan Tipe Industri dan Ukuran Perusahaan, Universitas Diponegoro, Tesis-Tidak Dipublikasikan. Djuitaningsih, Tita dan Wahdatul A Marsyah, 2012, “Pengaruh Manajemen Laba dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure”, Jurnal Media Riset Akuntansi, Vol. 2, No. 2, hal.187–211. Fitrijanti, Tettet dan Hartono Jogiyanto 2002, “Set Kesempatan Investasi : Konstruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, hal.35–65. Ghozali, Imam dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Diponegoro, Semarang Hamid, Abdul, 2013, Pengaruh Tenur KAP dan Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit:Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, Universitas Negeri Padang, Skripsi–Tidak Dipublikasikan. Ikatan
Akuntansi Indonesia. 2010, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1, Salemba Empat, Jakarta
Imroatussolihah, Ely, 2013, Pengaruh Risiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba dan Kualitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Earning Response Coefficient pada Perusahaan High Profile, Jurnal Ilmiah Manajemen. Vol. 1 No. 1, hal.75–87. Jogiyanto, Hartono, 2009, “Teori Portofolio & Analisis Investasi, Yogyakarta : BPFE. Kartadjumena, E (2010), Pengaruh Voluntary Disclosure of Financial Information dan CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Survey pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2008-2009)”, Jurnal Ekonomi Universitas Widyatama.
Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis
Mayangsari, Sekar, 2004, “Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Earnings Response Coefficient”, Jurnal
Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas
Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 2, hal.154–178.
62
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Mulyani, Sri., Nur F. Asyik, dan Andayani, 2007, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 11, No. 1, hal.35– 45. Naimah, Zahroh, dan Sidharta Utama, 2006, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Laba, dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas :Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa efek Jakarta, “Simposium Nasional Akuntansi IX”, Padang Novianti, Rizki, 2012, “Kajian Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Analisis Akuntansi, Vol. 1, No. 2. Nur, Marzully dan Denies Priantinah, 2012, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia : Studi Empiris pada Perusahaan Berkategori High Profile yang Listing di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1, hal.22–34.
Vol. 3, hal.9–25. Putri, D. I, 2011, Analisis Struktur Modal dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara), Universitas Sumatera Utara, Skripsi-Tidak Dipublikasikan. Rahman, R, 2009, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, Yogyakarta : Media Pressindo. Restuti,
MI Mitha Dwi dan Cecilia Nathaniel, 2012, “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient”, Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 3, No. 1, hal.40-48.
Rossieta, Hilda dan Arie Wibowo, 2009, Faktor-faktor Determinasi Kualitas Audit–Suatu Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise Benchmark, Universitas Indonesia-Tidak Dipublikasikan.
Palupi, Margaretta Jati, 2006, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon
Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Airlangga, Jakarta Sayekti, Yosefa, dan Wondabio L. Sensi, 2007, Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earnings Response Coefficient, “Simposium Nasional Akuntansi X”, Makasar Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono, 2010, Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Laba : Bukti Empiris pada Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekubank,
Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Vol. 11 No. 1 Maret 2014
63
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan High Profile Yang Terdaftar Di Bei
Audit, “Simposium Nasional Akuntansi XIII”, Purwokerto Siregar, Sylvia Veronica N. P. & Sidharta Utama, 2006, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”, Vol. 9, No. 3, hal 307–326. Suharli, Michell. 2005, “Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7 No. 2, hal.99–116. Susanto, Yulius Kuria, 2012, “Determinan Koefisien Respon Laba”, Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol. 23, No. 3, hal.153–163. Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE, Yogyakarta Widiastuti, Harjanti, 2002, Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan terhadap Earnings Response Coefficient (ERC), “Simposium Nasional Akuntansi V”, Semarang Wirasari, H. Y. 2008, Pengaruh Perataan Laba terhadap Risiko Investasi pada Perusahaan yang terdaftar di BEI, Universitas Surakarta, Skripsi–Tidak Dipublikasikan. Yunita, Fransiska, Prima Wenny, dan Tumpal JRS, 2008, “Menentukan 64
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Chusnulia Aryandhita Widayanti Mekani Vestari Dessy Noor Farida
Variabel yang Secara Signifikan Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Industri Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, ISSN : 0854 – 8153. Vol. 15, No. 1, hal.21–30. Zubaidi, A Indra, Agus Zuhron, dan Ana Rosianawati, 2011, “Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) : Studi pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 16, No. 1, hal.1–22. Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri Sukmawati, 2003, Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor : Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan High Profile di BEJ, “Simposium Nasional Akuntansi VI”, Surabaya
ANALISIS TREND DAN ESTIMASI HARGA BAWANG MERAH DI KABUPATEN BANYUMAS PERIODE JANUARI 2008 –DESEMBER 2017 Rahmi Hayati Putri1) Watemin Universitas Muhammadiyah Purwokerto e-mail:
[email protected]) Kata kunci : trend, estimasi harga
Abstrak Produksi bawang merah di Kabupaten Brebes yang tidak stabil menyebabkan harga bawang merah berfluktuasi. Hal ini meresahkan konsumen tak terkecuali Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend harga bawang merah di Kabupaten Banyumas dari bulan Januari 2008 – September 2013 serta estimasi harga bawang merah dari bulan Oktober 2013 – Desember 2017 di Kabupaten Banyumas. Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas pada bulan Januari 2008 – September 2013 adalah cenderung mengalami peningkatan, sedangkan perkiraan harga bawang merah pada bulan Oktober 2013 – Desember 2017 akan mengalami peningkatan di setiap bulannya. Adapun estimasi kenaikan harga bawang merah sampai dengan bulan Desember
2017 tidak begitu signifikan. Key words: trend, price estimation of onion.
Abstract Onion production in Brebes unstable causing onion prices fluctuate. It is troubling consumers Banyumas no exception. This study aims to determine the trend of prices of onion in Banyumas from January 2008 - September 2013 as well as the estimated prices of onion in October 2013 - December 2017 in Banyumas. The study was conducted with a quantitative approach derived from secondary data. The results showed that the development of onion prices in Banyumas in January 2008 - September 2013 is likely to have an increase, while the estimated price of onion in October 2013 - December 2017 would have increased in every month. The estimated increase in prices of onion until the month of December 2017 was not so significant.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
65
Analisis Trend Dan Estimasi Harga Bawang Merah Di Kabupaten Banyumas Periode Januari 2008 –Desember 2017
Rahmi Hayati Putri Watemin
Pendahuluan Pertanian merupakan salah satu sektor penting yang menjadi perhatian pemerintah selain sektor industri. Prioritas pertama lebih ditujukan pada pengembangan tanaman hortikultura yang selama ini masih diimpor pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan. Salah satu komoditi hortikultura yang tidak lepas dari perbincangan adalah bawang merah. Bawang merah selain digunakan sebagai bumbu pelezat makanan juga
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Banyumas, bawang merah menjadi penyumbang inflasi terbesar akibat dari permintaan dan penawaran yang tidak seimbang. Kebijakan pembatasan impor produk hortikultura juga mengakibatkan harga bawang merah naik (Purwanto, 2013). Melihat kondisi ini perlu dilakukan suatu penelitian mengenai perkembangan harga bawang merah khususnya trend dan estimasi harga bawang merah di Kabupaten Banyumas
sering digunakan sebagai ramuan obat tradisional, seperti obat luka, obat maag, masuk angin, dan bahkan bisa menurunkan kadar gula dan kolesterol (Wibowo, 2009). Tidak mengherankan jika permintaan akan bawang merah tidak pernah mengalami penurunan tetapi justru cenderung mengalami peningkatan.. Tingkat produksi bawang merah Kabupaten Banyumas sangat jauh di bawah produksi Brebes. Pada tahun 2009, Banyumas hanya mampu memproduksi 1.764 kg bawang merah, sedangkan tahun 2012 produksi bawang merah sangat
Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuatitatif yang yang bersumber dari data sekunder runtun waktu (time series) dari bulan Januari 2008 – September 2013. Data yang diambil bersumber dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas sedangkan data pendukung lainnya diperoleh dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu
merosot tajam, yaitu hanya 70 kg (BPS, 2012). Melihat kondisi ini, maka tidak mengherankan jika Banyumas sangat bergantung pada produksi bawang merah Brebes sebagai daerah sentra produksi bawang merah dan jarak antar kota pun tidak terlalu jauh. Produksi bawang merah di Kabupaten Brebes yang tidak stabil menyebabkan harga bawang merah sering
teknik pencatatan berupa pengumpulan data sekunder dengan cara mencatatat data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti pada instansi terkait.
mengalami fluktuasi. Hal ini meresahkan konsumen tak terkecuali Banyumas.
persamaan trend/persamaan regresi yang menggunakan data time series.
66
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrik yaitu metode Least Square (Kuadrat Terkecil) dengan mengestimasi harga bawang merah melalui
Rahmi Hayati Putri Watemin
Analisis Trend Dan Estimasi Harga Bawang Merah Di Kabupaten Banyumas Periode Januari 2008 –Desember 2017
Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: Ŷ = harga bawang merah A = bilangan konstanta b = koefisien kecenderungan garis trend x = waktu (bulan) Hasil dan Pembahasan Analisis Trend Harga Bawang Merah di Kabupaten Banyumas dari Januari 2008 – September 2013. Analisis trend ini digunakan untuk mengetahui trend harga bawang merah di Kabupaten Banyumas dari waktu ke waktu dengan menggunakan analisis trend linear. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data harga bawang merah dari bulan Januari 2008 – September 2013. Berikut adalah hasil analisis trend harga bawang merah di Kabupaten Banyumas:
Dari hasil analisis tersebut dapat dibuat suatu persamaan regresi trend harga bawang merah di Kabupaten Banyumas sebagai berikut: Ŷ = 6605,215 + 207,5038 x + e Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 27,86% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Faktor waktu sangat berpengaruh terhadap perkembangan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas, terbukti dengan thitung lebih besar dari t-tabel. Jika dilihat dari koefisien regresinya maka trend perkembangan harga bawang merah menunjukkan nilai positif yaitu 207,50, yang berarti trend harga bawang merah di Kabupaten Banyumas cenderung naik. Grafik perkembangan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas pada bulan Januari 2008 – September 2013 dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 1 Trend Harga Bawang Merah di Kabupaten Banyumas
Tabel 1 Analisis Trend Harga Bawang Merah di Kabupaten Banyumas Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
6605.215***
1.642.731
4.020.874
Time
207.5036***
4.079.300
5.086.745
R-squared
0.278600
F-statistic
2.587.497
Adjusted Rsquared
0.267833
Prob (Fstatiistic)
0.000003
Sumber: data sekunder olahan, 2014. Keterangan: *** : signifikan 99% : 2,651
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas sangat berfluktuatif. Jika dilihat dari perkembangan harga tiap tahunnya, harga bawang merah pada tahun 2009 sedikit Vol. 11 No. 1 Maret 2014
67
Analisis Trend Dan Estimasi Harga Bawang Merah Di Kabupaten Banyumas Periode Januari 2008 –Desember 2017
lebih stabil. Perubahan harga tidak begitu signifikan pada tahun ini. Pasokan bawang merah di Kabupaten Banyumas dapat dikatakan mencukupi kebutuhan masyarakat. Lonjakan harga di hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru tidak begitu signifikan. Hal ini terjadi karena produksi bawang merah di Kabupaten Brebes dapat memenuhi kebutuhan pasar. Peningkatan harga yang paling signifikan terjadi pada bulan Maret – April dan Juli – Agustus 2013. Pada bulan Maret – April produksi bawang merah menurun sehingga pasokan bawang merah dipasaran berkurang, sedangkan pada bulan JuliAgustus 2013 terjadi peningkatan permintaan karena bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada saat ini, konsumsi rumah tangga dan industri makanan meningkat, sementara itu pasokan bawang merah tidak terlalu mencukupi. Fluktuasi harga sering terjadi karena kurangnya pasokan di pasaran akibat produksi yang menurun, yaitu produksi bawang merah di Kabupaten Brebes. Hal ini disebabkan karena kebanyakan lahan produksi baru mulai siap tanam atau karena cuaca dan penyakit yang menyerang bawang merah. Kurangnya pasokan di pasaran juga bisa terjadi karena transportasi yang kurang lancar antar daerah sehingga produk datang tidak tepat waktu. Selain itu meningkatkannya biaya produksi akibat meningkatnya harga sarana produksi pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan sewa lahan pun dapat mengakibatkan naiknya harga dasar bawang merah.
68
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Rahmi Hayati Putri Watemin
Estimasi Harga Bawang Merah di Kabupaten Banyumas dari Bulan Oktober 2013 – Desember 2017. Hasil analisis regresi dapat dilihat bahwa perkiraan kenaikan harga bawang merah tiap bulannya adalah Rp 207,50,-/kg. Hal ini dapat dikatakan bahwa kenaikan harga bawang merah tiap bulannya tidak terlalu signifikan. Grafik estimasi perkembangan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 2 Estimasi Harga Bawang Merah di
Kabupaten Banyumas Sumber : Data sekunder yang diolah Kenaikan harga bawang per tahunnya diperkirakan sebesar Rp. 2.490,per kg. Pada bulan Desember 2017 harga bawang merah akan berada pada harga Rp.31.505,65/kg. Meskipun kenaikan harga bawang merah tiap bulannya rendah namun harus tetap diwaspadai ketika terjadi penurunan produksi di daerah sentra produksi (Kabupaten Brebes) akibat dari faktor-faktor tertentu sehingga harga bawang merah melonjak naik. Selain itu kemungkinan peningkatan harga bawang merah tetap akan terjadi pada saat hari-hari
Rahmi Hayati Putri Watemin
Analisis Trend Dan Estimasi Harga Bawang Merah Di Kabupaten Banyumas Periode Januari 2008 –Desember 2017
besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kabupaten Banyumas bukan merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Jawa Tengah sehingga dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan bawang merah masyarakat maka pemerintah Kabupaten Banyumas memasok bawang merah dari Kabupaten Brebes. Fluktuasi harga bawang merah sering terjadi di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Perkembangan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas pada bulan Januari 2008 – September 2013 adalah cenderung meningkat. Hal ini ditandai oleh koefisien regresi yang positif yaitu 207,50. 2. Estimasi kenaikan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas pada bulan Oktober 2013 – Desember 2017 tidak begitu signifikan. Kenaikan harga tiap bulannya diperkirakan sebesar Rp 207,50,-/kg. Namun harus tetap diwaspadai ketika terjadi kekurangan pasokan akibat menurunnya produksi bawang merah dan pada saat hari-hari besar keagamaan karena harga bawang merah berkemungkinan meningkat tajam. Saran Peningkatan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas dipengaruhi banyak faktor. Dengan demikian penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
meneliti lebih lanjut terkait dengan faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi kenaikan harga bawang merah di Kabupaten Banyumas. Daftar Pustaka Anonim. 2011. Laporan Informasi Perkembangan Harga Rata-Rata Kepokmas dan Barang Pokok Penting/Strategis di Kabupaten Banyumas Dinperindagkop. Purwokerto. _______. 2012. Banyumas dalam Angka. Purwokerto.Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Gujarati, D. 1982. Basic Econometrics. International Student Edition. McGrow Hill International Book Company. New York. Purwanto, P. 2013. Bawang Merah Penyumbang Terbesar Inflasi Purwokerto. Suara Merdeka.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
69
ANALISIS PENYEBAB DAN DAMPAK RENDAHNYA SEMANGAT KERJA GURU DI SLB-C YASPENLUB KABUPATEN DEMAK Dwi Agung Nugroho Arianto Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara
[email protected]. Kata Kunci: Semangat Kerja, Guru, SLB-C Yaspenlub
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012 dan untuk mengetahui dampak dari rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara kepada semua guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dan studi literatur. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan interaktif model Miles Huberman. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012 adalah rendahnya gaji atau upah dan insentif, lingkungan kerja yang tidak kondusif dan lingkungan kerja yang kurang bersih dan rapi, hubungan dan komunikasi antara pimpinan dengan bawahan serta guru dengan teman sejawat yang kurang harmonis dan komunikatif. Dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya gaji dan insentif adalah penurunan kinerja guru, sedangkan dampak dari kondisi lingkungan yang tidak kondusif dan kurang bersih adalah guru serta para wali murid merasa tidak nyaman dalam beraktivitas. Dampak dari kurang harmonisnya hubungan antara pimpinan dengan bawahan serta kurang komunikatifnya para guru membuat rendahnya rasa tanggung jawab dan sikap toleransi antara guru satu dengan guru lainnya.
Keywords: Morale, Teacher, SLB-C Yaspenlub
Abstract This study aimed to determine the factors that cause low work spirit of teachers in SLB-C Yaspenlub Demak in 2012 and to determine the impact of the low work spirit of teachers in SLB-C Yaspenlub Demak in
2012 This study used qualitative research method which is collecting data
through observation, interviews with all the teachers SLB-C Yaspenlub Demak and literature studies. Analysis of the data in this study used the interactive model of Miles Huberman. The examination of the validity of the data using the technique of data triangulation. The results showed that the factors causing low morale of teachers in SLB-C Yaspenlub Demak in
2012 are the low salary and incentives, uncondition work environment
which is not clean there is no good communication between the leader and subordinates and among the teacher. The impact caused by low salaries and incentives is the decrease performance of teachers, while the impact of unconditional environment that not clean and less clean make the teachers and parents are not comfortable to do activities. The impact of the lack of harmony in the relationship between leaders and subordinates and less communicative teachers make a low sense of responsibility and tolerance among the teachers.
70
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Dwi Agung Nugroho Arianto
Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
Pendahuluan Organisasi memerlukan sistem yang dapat menunjang kinerja organisasi tersebut. Salah satunya adalah semangat kerja yang tinggi. Semangat kerja merupakan keadaan yang harus ada bila aktivitas atau proses kerja ingin berjalan dengan lancar. Karena dengan adanya semangat kerja yang tinggi, maka tujuan organisasi dapat tercapai sesuai rencana. Semangat kerja menggambarkan keseluruhan suasana yang dirasakan para
penuh rasa tanggung jawab disertai kesukarelaan dan kesediaanya untuk mencapai tujuan organisasi. Tinggi rendahnya semangat kerja karyawan dalam suatu organisasi dapat diketahui melalui presensi, kerjasama, kegairahan kerja dan hubungan yang harmonis. Diungkapkan oleh Zainun (2000) bahwa komunikasi juga mempengaruhi semangat kerja karyawan. Apabila suatu organisasi atau instansi mampu meningkatkan semangat kerja karyawan,
karyawan dalam kantor. Apabila karyawan merasa bergairah, bahagia, optimis maka kondisi tersebut menggambarkan bahwa karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang tinggi tetapi apabila karyawan suka membantah, menyakiti hati, kelihatan tidak tenang maka karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang rendah. Siswanto (2000) mengungkapkan semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik apabila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong
maka organisasi atau instansi tersebut akan memperoleh banyak keuntungan seperti pekerjaan lebih cepat selesai dan tingkat absensi berkurang. Dengan demikian, apabila seorang karyawan mampu bekerja dengan baik dan memberikan pelayanan yang tinggi, maka konsumen atau masyarakat akan merasa puas. Sebaliknya jika pekerjaan yang dilakukan kurang maksimal dan kualitas pelayanan yang diberikan rendah, maka konsumen yang membutuhkan pelayanan akan merasa tidak puas. Kondisi tersebut juga dapat terjadi
seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan menurut Nitisemito (2002) semangat kerja merupakan kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan. Disimpulkan bahwa semangat kerja adalah kemampuan atau kemauan setiap individu atau
di dunia pendidikan, salah satunya yang terjadi di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Pelayanan dalam dunia pendidikan berbentuk jasa pengajaran atau sering disebut dengan kegiatan belajar mengajar. Orang tua siswa dan siswa akan merasa puas dan senang apabila mendapatkan pembelajaran yang baik di sekolahan, begitu sebaliknya akan merasa tidak puas apabila siswa mendapatkan pembelajaran
sekelompok orang untuk saling bekerjasama dengan giat dan disiplin serta
yang kurang tepat. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dipahami bahwa, baik atau Vol. 11 No. 1 Maret 2014
71
Analisis Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
buruknya karyawan dalam memberikan pelayanan atau melakukan tugas pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh semangat kerja karyawan tersebut dan hal ini akan berdampak pada tingkat kepuasan konsumen atau masyarakat. SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus yang harus memberikan pelayanan dalam bentuk pendidikan yaitu pembelajaran yang baik kepada siswasiswanya. Namun dalam prakteknya tidak sedikit para guru atau karyawan merasa malas dan kurang efektif dalam melakukan tugasnya serta tidak memberikan kepuasan terhadap orang tua siswa maupun siswa. Selain itu, guru tidak membuat rencana pembelajaran (RPP) dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pembelajaran di kelas terasa kurang efektif. Beberapa karyawan juga merasa tidak tenang dalam bekerja. Jadi, dari analisa awal nampak bahwa semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak rendah. Beberapa indikasi yang
Dwi Agung Nugroho Arianto
Kabupaten Demak dari bulan Januari sampai Oktober 2012 adalah sebagai berikut: Tabel 1 Daftar Absensi Guru SLB-C Yaspenlub Bulan Januari – Oktober 2012 Keterangan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
S 4 -
I 7 6 5 5 9 5 12
A -
TL (Tugas Luar) 5 12 6 3 10 4 1 20 1
Oktober Jumlah
4
12 61
-
62
Sumber: Data primer yang diolah Data pada tabel 1 dapat dijelaskan, bahwa tingkat absensi guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dari bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2012 cenderung naik turun setiap bulannya,
menunjukkan rendahnya semangat kerja karyawan adalah turun atau rendahnya produktivitas kerja, tingkat absensi yang tinggi, tingkat kerusakan barang yang diproduksi tinggi, kegelisahan terdapat di mana-mana, tuntutan yang sering terjadi dan pemogokan (Nitisemito, 2002). Salah satu indikasi yang menunjukkan adanya permasalahan tentang semangat kerja di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
terutama bulan September dan Oktober di mana angka absensi mencapai 12 kali, dan banyaknya tingkat tugas keluar guru membuat beberapa kelas kegiatan belajar mengajarnya menjadi kosong dan terkadang dirangkap dengan kelas lainnya, hal ini dikarenakan jumlah guru terbatas dan tidak ada guru pengganti. Berdasarkan pada analisa data awal hasil observasi, maka dapat dinyatakan bahwa rata-rata
adalah tingkat absensi yang tinggi. Tingkat absensi guru pada SLB-C Yaspenlub
tingkat absensi tersebut tergolong tinggi dan hal ini merupakan salah satu indikasi
72
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
Dwi Agung Nugroho Arianto
adanya permasalahan mengenai semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Beberapa masalah tersebut, tentunya akan mempengaruhi semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dan akan berakibat pada ketidak puasan orang tua dan siswa terhadap pembelajaran dan pelayanan di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Berdasarkan permasalahan rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak, maka diperlukan kajian dan analisis untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak pada tahun 2012, di mana semangat kerja guru terlihat menurun dan berdampak pada rendahnya kinerja guru dan karyawan SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Adanya kajian dan analisis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi atau pemecahan terhadap permasalahan yang ada. Batasan Masalah Pembatasan
masalah
dalam
penelitian ini dilakukan untuk merumuskan masalah agar tidak terlalu luas. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian ini difokuskan pada penyebab dan dampak dari rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak mulai bulan Januari sampai Oktober tahun 2012. 2. Subjek penelitian hanya dibatasi pada guru yang bekerja di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak.
Rumusan Masalah Rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak akan mempengaruhi pada tingkat kepuasaan dan pemahaman siswa dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu perlu dikaji lebih mendalam mengenai penyebab rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak, maka research questions penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
2.
Apakah faktor-faktor penyebab rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012 ? Bagaimana dampak dari rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012 ?
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten 2.
Demak tahun 2012. Ingin mengetahui dampak dari rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012.
Kajian Pustaka Pengertian Semangat Kerja Menurut Siswanto (2000), semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan Vol. 11 No. 1 Maret 2014
73
Analisis Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Alexander Leighten dalam Moekijat (1995) mendefinisikan semangat kerja sebagai kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama. Sehingga dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap individu atau sekelompok orang untuk bekerja sama melakukan pekerjaan yang lebih giat dan sukarela sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan baik untuk mencapai tujuan organisasi. Pentingnya Semangat Kerja Tohardi (2002) mengungkapkan pentingya semangat kerja karyawan bagi suatu organisasi adalah sebagai berikut: 1. Dengan semangat kerja yang tinggi tentunya dapat mengurangi angka absensi (bolos) atau tidak bekerjanya karena malas. 2. Dengan semangat kerja yang tinggi karyawan, maka pekerjaan yang
3.
4.
74
5.
Dwi Agung Nugroho Arianto
karyawan pindah bekerja ke tempat lain. Dengan semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi angka kecelakaan, karena karyawan yang mempunyai semangat kerja yang tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti, sehingga selalu sesuai dengan prosedur kerja yang ada di organisasi atau perusahaan tersebut.
Unsur-unsur Semangat Kerja Semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai ditempat kerja, tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerjanya (Hasley, 1992). Untuk mengukur tinggi rendahnya semangat kerja pegawai dapat melalui unsur-unsur semangat kerja tersebut. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja Ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai,
diberikan atau ditugaskan kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat atau lebih cepat. Dengan semangat kerja yang tinggi, pihak organisasi atau perusahaan memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan. Dengan semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan akan
seperti yang diungkapkan oleh Zainun (2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai yaitu : 1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan. 2. Kepuasan para pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya. 3. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan
senang (betah) bekerja, dengan demikian semakin kecil kemungkinan
anggota lain dalam organisasi. Adanya tingkat kepuasan ekonomi
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
4.
Dwi Agung Nugroho Arianto
Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
dan kepuasan materiil lainnya sebagai imbalan jerih payahnya. 5. Adanya rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan bersama. 6. Adanya ketenangan jiwa jaminan kepastian serta perlindungan dari organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan menurut pendapat Tohardi (2002) adalah sebagai berikut:
Menurut Nitisemito (2002) dalam Johan (2005) bahwa indikasi turun atau rendahnya semangat kerja karyawan adalah : turun atau rendahnya produktivitas kerja, tingkat absensi yang tinggi, tingkat perpindahan karyawan yang tinggi, tingkat kerusakan, kegelisahan di mana-mana, tuntutan yang sering terjadi, dan pemogokan. Dalam rangka memperkuat kajian pustaka dalam penelitian ini maka perlu adanya telaah terhadap tulisan karya ilmiah dan penelitian terdahulu mengenai
1.
Kebanggaan pekerja akan pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan pekerjaan dengan baik dan bertanggung jawab. 2. Sikap terhadap pimpinan. 3. Hasrat yang tinggi untuk maju. 4. Perasaan telah diperlakukan dengan baik. 5. Kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerjanya. Menurut Nawawi (2003) menyatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut:
semangat kerja secara umum. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Situmorang (2006) mengemukakan bahwa semangat kerja dipengaruhi secara positif oleh kondisi kerja, hubungan atasan bawahan dan atau sesama pegawai, sifat pekerjaan, organisasi tempat bekerja, dan pemenuhan kebutuhan pegawai. Sedangkan Johan (2005) menyatakan bahwa faktor penempatan kerja karyawan, gaji, bonus dan intensif berkolerasi positif dan erat hubungannya dengan semangat kerja karyawan. Berdasarkan hasil observasi awal yang
1.
penulis lakukan di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak, ditemukan adanya permasalahan mengenai semangat kerja karyawan. Dengan demikian, penelitian ini menitikberatkan pada penyebab dan dampak rendahnya semangat kerja karyawan di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak.
2. 3. 4. 5. 6.
Faktor minat/perhatian terhadap pekerjaan Faktor upah atau gaji Faktor status sosial berdasarkan jabatan Faktor tujuan yang mulia dan pengabdian Faktor suasana lingkungan kerja Hubungan manusiawi yang dikembangkan.
Ciri-Ciri Menurunnya Semangat Kerja
Metode Penelitian Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Vol. 11 No. 1 Maret 2014
75
Analisis Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
Dwi Agung Nugroho Arianto
pendekatan kualitatif. Data yang hendak dikumpulkan adalah mengenai faktor penyebab dan dampak dari rendahnya semangat kerja. Masalah turun atau rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak merupakan masalah sumber daya manusia dan keadaan psikologis seseorang. Data yang dikehendaki adalah suatu informasi dalam bentuk deskripsi. Di sisi lain penelitian ini lebih mempunyai perspektif emic, dengan
manajemen, manajemen sumber daya manusia, manajemen personalia. Data tidak tertulis berupa foto. Jenis data yang akan dicari adalah segala pernyataan subyek dan obyek penelitian yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peneliti. Jenis data yang dimaksud adalah semua data yang berkaitan dengan tingkat semangat kerja, kinerja, faktor penyebab dan dampak rendahnya semangat kerja guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Jumlah
pengertian bahwa data yang dikumpulkan diupayakan untuk dideskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berpikir, pandangan subjek penelitian, sehingga mengungkapkan permasalahan yang terjadi di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak terkait penyebab dan dampak dari rendahnya semangat kerja guru. Deskripsi informasinya atau sajian datanya harus menghindari adanya evaluasi dan interpretasi dari peneliti. Jika terdapat evaluasi atau interpretasi itu pun harus berasal dari subjek penelitian.
informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snow-ball, yakni penggalian data melalui wawancara-mendalam dari satu informan ke informan lainnya dan seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi, jenuh, informasi “tidak berkualitas” lagi.
Sumber dan Jenis Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berasal dari observasi dan wawancara terhadap semua guru yang bekerja di SLBC Yaspenlub Kabupaten Demak. Data sekunder berasal dari penelitian terhadap karya-karya literatur yang terkait dengan judul penelitian. Data sekunder ini juga
pengambilan data langsung melalui pengamatan tanpa adanya pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut serta dilakukan pencatatan informasi yang diperoleh. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang faktor penyebab dan dampak dari rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Wawancara dilakukan untuk
berupa data tertulis dan data tidak tertulis. Data tertulis terdiri dari literatur ilmu
memperoleh data di lapangan dengan cara tanya jawab baik secara tatap muka
76
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara
Dwi Agung Nugroho Arianto
Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
maupun melalui telepon dengan para guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Data yang akan digali dengan metode ini antara lain yang berkaitan dengan kinerja, tingkat semangat kerja, penyebab dan dampak dari rendahnya semangat kerja guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Sedangkan metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku dan transkrip. Data yang ingin dicari dengan menggunakan metode
yang lebih bervariasi untuk memperoleh data yang berkenaan dengan persoalan yang sama. Hal ini berarti peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber (untuk dibandingkan) dengan data dari sumber lain.
dokumentasi antara lain data tentang lingkungan kerja, program kerja, struktur kerja, dan tingkat absensi guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak.
kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012 adalah: faktor gaji dan insentif yang kurang mencukupi, lingkungan yang kurang kondusif dan hubungan antara pimpinan dengan bawahan (guru) kurang harmonis, serta komunikasi antara rekan sejawat juga kurang komunikatif. Dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya gaji dan insentif yang diterima guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak adalah penurunan kinerja guru terutama guru honorer.
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan oleh peneliti menggunakan analisis Interaktif Miles dan Huberman, yaitu: analisis menggunakan Interaktive Model (dalam Pawito (2007)). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari 3 komponen yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan serta pengujian kesimpulan.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian di lapangan, yaitu SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak, diungkapkan temuan data yaitu: 1. Faktor penyebab rendahnya semangat
2.
Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini melalui teknik triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang lain di luar data yang telah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data yang telah diperoleh. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data
Sedangkan dampak dari kondisi lingkungan SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak yang tidak kondusif dan kurang bersih membuat para guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak serta para wali murid merasa kurang nyaman dalam beraktivitas. Dampak dari kurang harmonisnya hubungan antara pimpinan (kepala sekolah) dengan
(triangulasi sumber) yaitu pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber
bawahan (guru) serta kurang komunikatifnya para guru membuat Vol. 11 No. 1 Maret 2014
77
Analisis Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
rasa tanggung jawab dan sikap toleransi rendah antara guru satu dengan guru lainnya.
Dwi Agung Nugroho Arianto
Oleh karena itu, dalam penelitian ditemukan beberapa realita bahwa : pertama, faktor gaji (upah) dan insentif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semangat kerja guru, karena gaji (upah) merupakan sebuah kepuasaan ekonomi atau sebagai imbalan jerih payah karyawan setelah menyelesaikan
atau upah dan insentif yang diterima guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak terutama bagi guru honorer sehingga berdampak pada rendahnya semangat kerja guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Kedua, faktor lingkungan kerja juga mempengaruhi tingkat semangat kerja karyawan. Lingkungan kerja di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak yang tidak kondusif dikarenakan permasalahan internal antara Yayasan dengan SLB-C Yaspenlub dan lingkungan kerja yang
pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainun (2000) yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai yaitu: hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, kepuasan para pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya, terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota lain dalam organisasi, adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan materiil lainnya sebagai imbalan jerih payahnya, adanya rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan bersama, adanya
kurang bersih dan rapi sangat mempengaruhi semangat kerja guru SLB-C Yaspenlub, sehingga berdampak pada penurunan semangat kerja guru SLB-C Yaspenlub. Seperti dijelaskan oleh Nawawi (2003) bahwa faktor suasana lingkungan kerja yang menyenangkan karena bersih, teratur rapi, sejuk, sirkulasi udara lancar, cukup luas dan tidak menghambat gerakan dalam bekerja dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Begitu juga sebaliknya jika lingkungan tidak bersih, tidak teratur dan menghambat gerakan dalam bekerja justru akan menurunkan
ketenangan jiwa jaminan kepastian serta perlindungan dari organisasi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Nawawi (2003) yang menyatakan bahwa upah atau gaji yang diperoleh sangat besar pengaruhnya terhadap semangat kerja. Upah yang cukup besar dengan pekerjaan yang sesuai, dipandang sebagai salah satu penyebab meningkatnya moral atau semangat keja karyawan. Namun, hasil penelitian di SLB-
semangat kerja karyawan. Ketiga, faktor hubungan dan komunikasi antara pimpinan (kepala sekolah) SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dengan bawahan (guru) yang kurang harmonis dan komunikatif membuat semangat kerja guru menurun. Tinggi atau rendahnya semangat kerja karyawan dapat diukur dari kerjasama dalam organisasi. Menurut Hasley (1992) untuk mengukur
C Yaspenlub Kabupaten Demak ditemukan hasil yang sebaliknya yaitu rendahnya gaji
tinggi rendahnya semangat kerja pegawai dapat melalui unsur kerja sama. Kerja sama
78
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Dwi Agung Nugroho Arianto
Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
merupakan tindakan kolektif seseorang dengan orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung dari tindakan kolektif orang-orang yang terlibat dalam organisasi itu. Untuk mengukur kerja sama dapat dinilai dari kesediaan pegawai untuk bekerja sama dengan atasan, bawahan maupun dengan teman sejawat, dan adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas. Sedangkan menurut Buchari Zainun
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor penyebab rendahnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012 adalah rendahnya gaji atau upah dan insentif yang diterima guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak, lingkungan kerja di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak yang tidak kondusif
(2000: 21) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai yaitu terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota lain dalam organisasi. Namun, pada kenyataan di SLB -C Yaspenlub Kabupaten Demak iklim kerjanya tidak bersahabat antara atasan (kepala sekolah) dengan guru dan teman sejawat, sehingga berdampak pada menurunnya semangat kerja guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak. Dengan demikian faktor gaji dan insentif yang kurang mencukupi bagi guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak, lingkungan
dikarenakan permasalahan internal antara Yayasan dengan SLB-C Yaspenlub dan lingkungan kerja yang kurang bersih dan rapi, hubungan dan komunikasi antara pimpinan (kepala sekolah) SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dengan bawahan (guru) serta guru dengan teman sejawat kurang harmonis dan komunikatif. Dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya gaji dan insentif yang diterima guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak adalah penurunan
2.
yang kurang kondusif dan tidak terjaga kebersihan dan kerapiannya serta iklim kerja dan hubungan yang tidak harmonis antara atasan (kepala sekolah) SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dengan guru dan teman sejawat merupakan faktor penyebab menurunnya semangat kerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak dan hal ini berdampak pada menurunnya kestabilan lingkungan kerja dan
kinerja guru. Sedangkan dampak dari kondisi lingkungan SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak yang tidak kondusif dan kurang bersih membuat para guru SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak serta para wali murid merasa tidak nyaman dalam beraktivitas. Dampak dari kurang harmonisnya hubungan antara pimpinan (kepala sekolah) dengan
menurunnya kinerja guru di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak tahun 2012.
bawahan (guru) serta kurang komunikatifnya para guru membuat Vol. 11 No. 1 Maret 2014
79
Analisis Analisis Penyebab Dan Dampak Rendahnya Semangat Kerja Guru Di SLB-C Yaspenlub Kabupaten Demak
rendahnya rasa tanggung jawab dan sikap toleransi antara guru satu dengan guru lainnya.
Dwi Agung Nugroho Arianto
Asmadi, 2004, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anogara, Panji dan Widiyanti, Nanik, 1990, Psikologi Dalam Perusahaan.
_____________, 2001, Metode Penelitian Bidang Sosial, UGM Press, Yogyakarta ______________, 2003, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Nitisemito, Alex S, 2002, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta. Sinungan, Muchdarsyah, 2005,
Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hasley, George. D, 1992, Asas-asas Manajemen, Alumni, Bandung. Indriati, Tutik, 2005, Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Organisasi, Lingkungan Kerja, dan Pengembangan Pegawai terhadap Semangat Kerja Pegawai Kantor Sekretariat Daerah (SETDA) Kabupaten Grobogan, Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Produktivitas Apa dan Bagaimana, Jakarta: Angkasa Persada. Siswanto, Bedjo, 2000, Manajemen Tenaga Kerja, Bandung: Sinar Baru. Situmorang, Uli, 2006, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat dan Gairah Kerja Pegawai di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Metro, Jurnal Ekonomi Aplikasi Resarch 6 (31), Sumatera Utara: Universitas Lampung Tohardi, Ahmad, 2002, Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, Pontianak: Mandar Maju.
Johan, Kistolani, 2005, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera di Bandar Lampung”, Jurnal Sains dan Inovasi, vol.1, no.1, hal.18-22 Moekijat, 1995, Tata Laksana Kantor (Manajemen Perkantoran), Mandar Maju, Bandung Nawawi, Hadari, 1998, Manajemen Sumber
Zainun, Buchari, 2000, Manajemen dan Motivasi, Jakarta: Balai Aksara.
Daftar Pustaka Alsa,
Daya Manusia, Gajah University, Yogyakarta. 80
Mada
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
MAKNA PAJAK DAN IMPLIKASINYA DALAM BINGKAI PERSPEKTIF WAJIB PAJAK UMKM (Studi Interpretatif pada Wajib Pajak UMKM di Kabupaten Jepara ) Siti Aliyah Fak. Ekonomi Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara Email:
[email protected]
Kata kunci: Makna Pajak dan implikasinya, Perspektif wajib pajak UMKM, Studi interpretatif.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai pemaknaan pajak dan implikasinya dari perspektif wajib pajak UMKM di kabupaten Jepara. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 3 orang wajib pajak UMKM. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara mendalam kepada masing-masing informan.Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa para informan sudah cukup mampu memahami makna pajak, sehingga informan mampu mendefinisikan pajak berdasarkan persepsinya masing-masing. Adapun Informan menyebutkan implikasi dari pajak lebih mengarah ke implikasi negatif, hal ini karena adanya beberapa kasus penggelapan pajak yang menjadikan minimnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelola pajak.
Keywords: The meaning and implications of taxes, a taxpayer perspective of SMEs, interpretive study
Abstract This study aims to explore information about the meaning and implications of tax a taxpayer perspective of SMEs in Jepara district. The method used is a qualitative method with a phenomenological approach. The informants in this study are as many as 3 SMEs taxpayer. Data was collected by in-depth interviews to each informant.These results explained that the informant was quite capable of understanding the meaning of the tax, so the informant was able to define the tax based on their respective perceptions. The informant said that the implications of the tax leads to negative implications, this is due to several cases of tax evasion which makes the lack of public confidence in the tax manager.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
81
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir ini, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi birokrasi melalui restrukturisasi organisasi dan implementasi administrasi perpajakan modern. Hasil survei yang dilakukan oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional memperlihatkan reformasi birokrasi Dirjen Pajak dinilai berhasil. Indikator keberhasilan reformasi birokrasi Dirjen Pajak tersebut adalah mengurangi persepsi
yang berasal dari sektor UMKM, maka akan berpotensi besar pula jumlah penerimaan pajak dari sektor tersebut. Jumlah UMKM yang dari tahun ke tahun semakin meningkat, memberikan peluang kepada pemerintah untuk membidik sektor ini dalam upaya ekstensifikasi pajak. Tetapi, hal tersebut tidak mudah karena dimungkinkan adanya berbagai penafsiran berdasarkan persepsi dari wajib pajak UMKM. Muliari dan Setiawan (2011)
negatif masyarakat terhadap institusi perpajakan, peniliaian positif atas pelayanan dari masyarakat wajib pajak. Pertumbuhan penerimaan pajak tertinggi dalam sejarah perpajakan nasional dan secara nyata telah membukukan jumlah wajib pajak orang pribadi menjadi 12 juta (Haula Rosdiana, 2012). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diibaratkan sebuah pioner bangsa yang mampu menjelma sebagai dewa penyelamat di saat bangsa mengalami keterpurukan. Perekonomian di Indonesia sesungguhnya secara riil digerakkan oleh
melakukan penelitian mengenai kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Denpasar dengan menggunakan dua variabel bebas yaitu persepsi Wajib Pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi. Mohamad Rajif (2011) meneliti tentang pengaruh variabel pemahaman, kualitas pelayanan, dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan pajak
para pelaku UMKM. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per Juni 2013, saat ini ada 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari total unit usaha di Indonesia. Selain itu, UMKM ini menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia. UMKM juga menyumbang sebanyak 57,12 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sebesar Rp
pengusaha UMKM di daerah Cirebon. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengusaha UMKM di daerah Cirebon mempunyai pemahaman yang cukup tentang pajak khususnya peraturan pajak dalam hal fungsi, objek dan sanksi dalam perpajakan. Hasil analisis regresi berganda juga ditunjukkan bahwa variabel pemahaman, kualitas pelayanan, ketegasan sanksi secara signifikan berpengaruh
8.200 triliun. (Kompas, 28 Juni 2013). Dari besarnya penerimaan negara
terhadap kepatuhan pajak pengusaha UMKM. Variabel yang dominan dalam
82
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
penelitian ini adalah ketegasan sanksi perpajakan Mutiara Mutiah, dkk (2011) melakukan penelitian mengenai interpretasi pajak dan implikasinya menurut perspektif wajib pajak UMKM. penelitian menunjukkan bahwa penafsiran informan UMKM terhadap perpajakan hampir terkait dengan substansi sebagai tanggung jawab, yang dibelanjakan oleh pemerintah untuk memperhatikan kepentingan publik dan sesuai dengan hukum dan peraturan.
Munculnya peraturan baru ini akan menimbulkan berbagai persepsi dari wajib pajak, terutama wajib pajak UMKM. Sejak rencana pemberlakuan peraturan ini sudah banyak memperoleh penolakan, khususnya dari sektor UMKM, karena dianggap cukup memberatkan. UMKM di Jepara berkembang pesat pada sentra-sentra industrinya, meliputi sentra industri kerajinan seni ukir, seni patung dan relief, industri logam dan lain sebagainya. Industri-industri tersebut
Tetapi, tidak semua informan UMKM mampu melaksanakan kewajiban perpajakannya tepat. Mereka juga berpendapat bahwa kewajiban perpajakan dan implikasinya cenderung menempatkan mereka dalam situasi yang rumit karena mereka harus melakukan banyak hal untuk memenuhi kewajiban mereka mengenai perpajakan. Hal ini dimungkinkan karena manfaat yang ditimbulkan dari adanya pajak itu tidak secara langsung dapat dirasakan oleh mereka, sehingga paradigma yang muncul adalah sesuatu yang cenderung berkonotasi negatif.
berkembang sangat baik, yang semula hanya sedikit, dari tahun ke tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemasaran yang dilakukan UMKM pun cukup luas, yang tersebar di kota-kota di seluruh Indonesia, meliputi Yogyakarta, Jakarta, Bali dan Sumatera. Beberapa UMKM juga telah dapat memasarkan hasilnya ke luar negeri seperti Arab, Kanada, Amerika, dan Spanyol. Bahkan banyak pembeli yang mengunjungi langsung UMKM tersebut, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. (Nahar, 2012). Jumlah UMKM yang cukup banyak di Jepara ini akan meningkatkan penerimaan pajak dari sektor UMKM jika diiringi dengan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Dari penelitian Rajif (2011) telah disebutkan bahwa kepatuhan membayar pajak salah satunya dipengaruhi oleh pemahaman wajib pajak tentang perpajakan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui seberapa dalam penafsiran dan pemaknaan pajak oleh wajib pajak UMKM sehingga akan diketahui tingkat pemahaman wajib pajak terhadap
Pemerintah telah menetapkan tarif pajak penghasilan final sebesar satu persen dari peredaran bruto (omzet) bagi pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk pendapatan yang tidak melebihi 4.8 miliar dalam setahun. Penetapan tarif ini disahkan melalui PP No. 46 tahun 2013 yang sudah diberlakukan per 1 Juli 2013. Namun, seiring dengan diberlakukannya peraturan ini, masih banyak pelaku UMKM yang belum mampu memahami peraturan baik substansialnya maupun teknisnya.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
83
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
perpajakan dan dapat meningkatkan kinerja dari aparat pajak dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka kajian dalam penelitian ini adalah Bagaimana wajib pajak UMKM di kabupaten Jepara menginterpretasikan pajak dan implikasinya? Tinjauan Pustaka Definisi Pajak Menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. James dalam mendefinisikan pajak sebagai “ a ulsory levy made by public authorities for which nothing is received directly in return”. Definisi UMKM Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria dari usaha kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 juta tidak termasuk 84
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Siti Aliyah
tanah dan bangunan tempat usaha; b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta. Sedangkan definisi usaha menengah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini. Adapun kriteria dari usaha menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp10 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 milyar sampai dengan paling banyak Rp 50 milyar. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kewajiban perpajakan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak dalam hal perpajakannya, baik Wajib Pajak orang pribadi maupun badan. Setiap Wajib Pajak mempunyai kewajiban perpajakan yang berbeda, karena terdapat kriteria-kriteria tertentu untuk tiap golongan Wajib Pajak termasuk untuk Wajib Pajak UMKM. Kewajiban
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
perpajakan untuk Wajib Pajak UMKM adalah sebagai berikut: 1. M e n d a f t a r k a n d i r i u n t u k mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar 3. Mengisi dengan benar SPT dan melaporkannya dalam batas waktu yang telah ditentukan. 4. Menyelenggarakan pembukuan/ pencatatan
15. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya. 16. Apabila Wajib Pajak dipotong oleh pemberi kerja, Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong pajak, mengajukan surat keberatan dan permohonan pajak. 17. Hak mendapatkan pelayanan perpajakan gratis. 18. Hak kerahasian bagi wajib pajak. 19. Ha k m en d a p at k an i n s en t i f
5. Melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai 6. Sedangkan, hak-hak Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2008) meliputi: 7. Mengajukan surat keberatan dan surat banding. 8. Menerima tanda bukti pemasukan SPT 9. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. 10. M e n g a j u k a n permohonan penundaan pemasukan SPT. 11. M e n g a j u k a n permohonan
Manfaat Pajak Suparmoko (2000, dalam Pajakkoe 2013) menyebutkan manfaat pajak digunakan untuk : 1. manfaat pajak yang pertama adalah membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti pengeluaran yang bersifat self liquiditing (contohnya adalah pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor) 2. manfaat pajak yang kedua adalah membiayai pengeluaran reproduktif
penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak. 12. M e n g a j u k a n permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak. 13. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 14. M e n g a j u k a n permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat
(pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian) 3. manfaat pajak yang ketiga adalah membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif (contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi)
ketetapan pajak yang salah.
perpajakan.
4. manfaat pajak yang keempat adalah membiayai pengeluaran yang tidak Vol. 11 No. 1 Maret 2014
85
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
produktif (contohnya adalah pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu). Tinjauan Penelitian Terdahulu Mohamad Rajif, (2011) meneliti engaruh Pemahaman, Kualitas Pelayanan, Dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pajak Pengusaha UKM Di Daerah Cirebon, Metode Kuantitatif dengan analisis regresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengusaha UKM di daerah Cirebon memiliki pemahaman yang cukup tentang pajak khususnya peraturan pajak dalam hal fungsi pajak, objek pajak, sanksi dalam perpajakan dan lain sebagainya. melalui analisis regresi berganda juga terlihat pengaruh yang signifikan dari variabel pemahaman, kualitas pelayanan, ketegasan sanksi, dan variabel yang dominan dalam penelitian ini adalah ketegasan sanksi perpajakan. Mutiara Mutiah Gita Arasy Harwida Fitri Ahmad Kurniawan (2011) meneliti interpretasi Pajak Dan Implikasinya Menurut Perspektif Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Sebuah Studi Interpretif). Metode Kualitatif Interpretif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran UMKM informan terhadap perpajakan hampir terkait dengan zat inti yang sebagai tanggung jawab, dikeluarkan oleh pemerintah untuk memperhatikan 86
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Siti Aliyah
kepentingan publik dan sesuai dengan hukum dan peraturan. Namun, tidak semua informan UMKM mampu melaksanakan kewajibannya perpajakannya tepat. Selain itu, mereka berpendapat bahwa kewajiban perpajakan dan implikasinya cenderung menempatkan mereka dalam situasi yang rumit karena mereka harus melakukan banyak hal untuk memenuhi kewajiban mereka mengenai perpajakan. Kerangka Berpikir Sebagaimana diuraikan di atas, diketahui bahwa hermeneutika bahkan dapat memberikan gambaran bagi peneliti untuk memahami bagaimana subjek menginterpretasikan suatu hal dan berperilaku sesuai dengan interpretasi mereka. Hal ini berarti hermeneutika sebagai mode analisis jelas dapat digunakan untuk sebuah analisis. Analisis ini diharapkan mampu menjangkau penjelasan yang mungkin terbatas dalam matematika atau statistika, untuk dapat memberikan kita hasil yang lebih reflektif mengingat adanya dinamika perilaku sosial. Gambar 1 Kerangka Berpikir
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Metode Penelitian Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membangun suatu proposisi dan menjelaskan makna di balik realita sosial yang terjadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini berusaha melihat fenomena yang sesungguhnya terjadi, memandang apa yang dipahami oleh informan tentang pajak dan implikasinya. Penelitian ini
Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya pernyataan yang tidak relevan dengan topik pertanyaan maupun
adalah berkaitan dengan pemaknaan terhadap suatu fenomena (interpretatif).
pernyataan yang bersifat repetitif dihilangkan sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan). Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural
Informan Informan utama yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemilik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di kabupaten Jepara sebanyak 3 orang. Peneliti memilih pemilik UMKM sebagai informan dengan alasan pemilik merupakan orang yang dinilai mengetahui tentang segala apa yang berkaitan dengan usahanya khususnya dalam hal ini adalah mengenai pajak. Jumlah pemilik UMKM yang dipilih menjadi informan adalah sebanyak 3 wajib pajak. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan informasi dilakukan melalui survey, observasi, wawancara pada informan untuk mendapatkan insight mendalam dari tiap individu informan. Teknik Analisis Data Langkah-langkah analisis data pada pendekatan fenomenologi (Creswell, 2007) dalam Mutiara Mutiah dkk (2011) , yaitu:
description (mengenai fenomena yang terjadi pada informan) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi). Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman informan mengenai fenomena tersebut.
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
87
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Definisi Pajak dari Perspektif Wajib Pajak UMKM Sumber pendapatan terbesar negara yang digunakan untuk pembangunan adalah pajak. UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) merupakan sektor usaha mayoritas yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, agar para pengusaha UMKM memiliki kemauan dan kesadaran untuk membayar pajak, maka perlu pemahaman terhadap definisi dan substansi dari pajak
dilakukan oleh Ekawati dan Radianto (2008) dalam Mutiara Mutiah dkk (2011) bahwa wajib pajak UMKM paham terhadap kewajiban perpajakannya. Sedangkan pernyataan dari informan Y adalah sebagai berikut:
perlu diperhatikan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menggali informasi dari beberapa pemahaman dari informan yang mempunyai latar belakang pendidikan dan jenis usaha yang berbeda, sehingga pemahaman terhadap definisi dan substansi pajak juga berbeda. Berikut ini definisi pajak menurut para informan yang telah diwawancarai oleh peneliti: Menurut informan X: “Ya.. bahan ini… untuk… ya.. kewajiban dari masyarakat untuk membayari keperluan negara.”
yang kita melakukan transaksi keuangan apapun bentuknya, jadi itu hanya sebatas apa ya… satu kewajiban kita atau kewajiban kita karena melakukan transaksi tertentu itu saja. Jadi misalkan ee… bahasa kalo sdi keuangan kita di koperasi itu gini, pembiayan kena potongan sekian, banyak orang yang menganggap bahwa itu sebagai potongan, banyak pulan yang menganggap itu keno “pajak silihan (pinjaman)”. Karena mayoritas nasabah kita dalam tanda kutip itu kan tidak orang kota semua, tidak S1 Semua, jadi bahasa yang gadogado “wah, keno pajek silihan” Ya,,,
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa informan X memaknai pajak sebagai suatu kewajiban. Hal ini berarti informan menyadari bahwa ia mempunyai kewajiban untuk membayar pajak yang pada akhirnya pajak itu dipergunakan untuk membiayai negara. Definisi yang diungkapkan oleh informan tersebut sangat mengena meskipun latar belakang pendidikannya hanya SMA, namun ia mampu memahami
secara umum secara bahasa ndesone yo lho… pajek dianggap suatu kewajiban yang harus dibayarkan karena kita melakukan suatu transaksi tertentu. Termasuk beli di apa… di supermarket,, di toko-toko besar sudah ada PPN itu kan berarti itu potongan kan gitu, bukan diskon kalau diskon tokonya, kalau pajak tambahan yang harus dibayarkan, tapi jan-jane potongan itu perusahaane sana ya….”
substansi pajak dengan tepat. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah
Informan Y di atas meskipun latar belakang pendidikannya bukan dari
88
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Menurut informan Y: “Apa ya…. Potongan…. Atau apa ya… persepsi… sorry saya bukan orang ekonomi jadi gak… jadi artinya apa ya… segala sesuatu yang harus dibayarkan apa
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
ekonomi, namun definisi pajak yang diungkapkan sudah cukup mengena. Pajak didefinisikan sebagai “kewajiban”, berarti informan sudah menyadari dan memahami kewajibannya kepada negara, yakni dengan membayar pajak. Berbeda dengan pernyataan informan Z yang meskipun latar belakang pendidikannya adalah strata dua, namun bukan dari bidang ilmu ekonomi.
pemahaman mereka akan kewajiban perpajakannya.
hak
dan
Menurut informan Z: “Pajak itu adalah e.. potongan hasil
Menurut informan X: “ eee…. kalau kewajibannya ya menaati aturan pajak yang berlaku mbak… terus bayar pajaknya tepat waktu, laporane juga tepat waktu. Kemudian kalau haknya ya…. Mendapat pelayanan yang baik, itu aja sih mbak…” Dari pernyataan informan di atas, secara sederhana informan telah mengetahui kewajibannya sebagai wajib
usaha yang oleh pengusaha diberikan kepada negara.” Dari pernyataan informan Z di atas, informan Z sudah cukup bisa memahami definisi pajak. Informan Z menganggap bahwa hasil dari usahanya ada sebagian yang harus dipotong untuk diberikan kepada negara, hal ini selaras dengan definisi pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1 ayat 1, yakni pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
pajak, bahwa ia harus menaati aturan perpajakan yang berlaku, meskipun ia tidak mampu menjelaskan secara luas dan rinci namun hal ini sudah cukup menyeluruh. Karena dapat diartikan bahwa, jika informan tersebut telah menaati semua aturan perpajakan yang berlaku berati ia sudah menjalankan semua kewajibannya sebagai wajib pajak. Sedangkan kaitannya dengan hak sebagai wajib pajak, informan X mengartikan dengan sangat sederhana, bahwa yang dibutuhkan adalah pelayanan yang baik. Hal ini selaras dengan yang diuraikan mardiasmo (2008:54) dalam
undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
bukunya bahwa salah satu hak wajib pajak adalah hak mendapatkan pelayanan pajak gratis. Berarti pelayanan yang gratis tanpa dipungut biaya ini merupakan pelayanan yang baik, yang diinginkan oleh pengguna jasa, sebagaiman yang diinginkan oleh informan X tersebut.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak UMKM Setiap wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang berkaitan dengan perpajakannya. Dalam penelitian ini, digali beberapa informasi yang diperoleh dari para informan mengenai pengetahuan dan
Menurut informan Y: “Kalau kewajibannya sih tetap kita bayar pajak, kalau persoalan haknya kita belum… belum sampai ke situ. Karena memang lagi-lagi saya persoalan eee….. Vol. 11 No. 1 Maret 2014
89
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
jasa keuangan kita, kantor kita, sebenarnya hanya untuk mengikuti aturan pun kita sudah repot sebenarnya. Apalagi kalau lagi ditambahi harus menuntut hak saya kayak gini, harus mengurusi hak ini, bahasa dekan saya Pak Imron, urusan perkocoperkoco biar perkoco saja yang ngurusi. Yang penting sudah menjalankan kewajiban. Persoalan hak, kalau dikasih Alhamdulillah kalau ndak dikasih seng dosa sopo… terserah seng penting persoalan hak itu kan sesuatu yang bisa
wajib pajak UMKM.
kita terima… sebab akibat sesuatu, kita menerima sesuatu, yang penting saya sudah menjalankan kewajiban saya. Persoalan saya dibohongi dapat hak atau tidak, itu persoalan bukan urusan kita, karena secara finansial kita belum rugi, sebenarnya lebih menguntungkan gitu kan… “ Pernyataan informan Y di atas memberikan gambaran bahwa informan tersebut memahami kewajibannya adalah menaati aturan yang berlaku sebagaimana yang diungkapkan oleh informan X. Jadi, cukup dengan menjalankan aturan berarti
perusahaan kita, bahkan tidak sedikit teman-teman kita yang menuntut restitusi tapi malah harus bayar pajak lebih banyak lagi, itu menjadi menakutkan bagi kita para pengusaha.” Dari pernyataan di atas, informan Z tahu akan kewajibannya sebagai wajib pajak, yakni melaporkan pajaknya ke kantor pajak. Hal ini selaras dengan kewajiban wajib pajak yang diungkapkan oleh Mardiasmo (2008) bahwa salah satu kewajiban bagi wajib pajak adalah mengisib SPT dengan benar dan melaporkannya dalam batas waktu yang
kewajibannya sebagai wajib pajak sudah terpenuhi. Begitu pula dengan hak yang harus didapatkan sebagai wajib pajak, informan Y ini tidak menuntut hak yang semestinya diperolehnya. Namun ia mengungkapkan adanya hubungan sebab akibat, hal ini berarti bahwa ketika informan Y ini telah menjalankan kewajibannya dengan baik, maka semestinya yang ia dapatkan juga baik.
telah ditentukan. Sedangkan untuk haknya sebagai wajib pajak, informan tidak terlalu peduli, namun ia menyebutkan kaitannya dengan “restitusi” berarti informan tahu bahwa ketika ada kelebihan pembayaran pajak, wajib pajak berhak meminta p e n ge m b a l i a n , n a m u n i n f o r m a n menyatakan ketika wajib pajak menuntut haknya jusrtru akan menambah ketakutan bagi wajib pajak. Hal ini tentu harus
Secara implisit ia sudah mampu memahami apa yang menjadi kewajiban dan hak bagi
disikapi oleh kantor pelayanan pajak, dimana ketika wajib pajak meminta haknya
90
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Menurut informan Z:
“Masalah hak dan kewajiban, kalau kewajiban pasti kita setiap tahun dan setiap bulan selalu laporan ke kantor pajak, kalau ndak, mesti kena denda. Tapi untuk haknya kita ndak pernah tahu dan sangat.. apa… sangat kurang kita mengetahui apa yang menjadi haknya entah itu restitusi atau sejenisnya justru malah kantor pajak akan mengaudit lebih jauh tentang eee.. administrasi mengenai
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
seharusnyadilayani dengan baik. Begitu pula,jika wajib pajak merasa benar dan yakin dengan perhitungannya maka tidak perlu takut untuk diperiksa lagi ketika meminta haknya.
untuk membayar pajak adalah ingin membantu sesama (internalization). Sehingga ketika dana pajak tersebut tidak tersalurkan kepada yang berhak menerima tetapi malah dikorupsi, informan X tidak merelakannya.
Motif yang Mendorong Wajib Pajak UMKM untuk Membayar Pajak Menurut pendapat ahli psikologi sosial Herber Kelma dalam Ringkas.net (2013), motif orang membayar pajak itu ada tiga; (1) Compliance, yang mana orang
Menurut informan Y: “Oke… jadi secara personal gini mbak, jadi apa ya… kalo dari masalah kenapa harus bayar pajak jelas itu aturan, karena ada undang-undang itu ada pasalnya kemudian kita punya eee… karna
membayar pajak dikarenakan takut dihukum bila menyembunyikan atau tidak membayar pajak, (2) Identification, pada motif ini orang membayar pajak disebabkan oleh rasa senang dan rasa hormat kepada petugas pemerintah, (3) Internalization, pada tingkatan ini orang membayar pajak didasari oleh kesadaran dan kepedulian bahwa pajak itu memang berguna untuk dirinya dan orang banyak (masyarakat luas).
kita sudah terdaftar ijin usaha, wajib hukumnya untuk melakukan pembayaran pajak karena ada undang-undangnya.” Dari pernyataan di atas, informan Y membayar pajak adalah dikarenakan ada aturan. Jadi dapat dikatakan bahwa motif informan Y utnk membayar pajak adalah karena semata-mata ingin menaati aturan (compliance).
Menurut Informan X: “Ya… kalau tujuane baik ya ndak apa-apa, lha tujuan kita kan untuk yang
Menurut informan Z: “Ya,, karena peraturan saja, ya kalau seandainya tidak ada aturanpun kita juga membayar pajak dengan cara lain yaitu zakat. Jadi kalau karena negara
belum terjangkau, contohnya rakyat-rakyat miskin. Pajak itukan gunanya buat negara sama orang-orangnya lha kalau dikorupsi ya ndak ikhlas.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa informan X membayar pajak adalah karena bertujuan untuk membantu masyarakat yang masih di bawah garis kemiskinan. Informan paham bahwa penerimaan pajak itu disetorkan ke kas
mewajibkan harus mbayar pajak ya kita rutin membayar pajak ya karena itu bagi kita tidak termasuk zakat. Ya karena bukan berarti tidak jelas tapi karena tidak dijelaskan sehingga kita tidak mengerti untuk apa uang pajak yang kita berikan itu. Seperti yang saya katakan karena pemerintah mau memberitahukan kepada kami sebagai pembayar pajak mungkin akan beda ceritanya kalau seandainya kita
negara yang kemudian dikembalikan lagi kepada rakyat. Berarti motif informan X
didatangi oleh petugas pajak atau kita menyampaikan apa adanya tentang kondisi Vol. 11 No. 1 Maret 2014
91
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
usaha kita seperti di negara-negara maju seperti itu. Kita lihat di Jepang, dan Singapura pun begitu, jadi mereka membayar pajak merupakan suatu hal yang wajib karena dia ngerti manfaatnya untuk apa, tapi kan kita kan ndak tahu manfaatnya untuk apa bahkan tadi saya katakan kalau orang ada merestitusi pajak itu malah justru diaudit legih jauh. Tapi bisa dipastikan kena pajak lebih tinggi dari yang sekarang ini.” Pernyataan di atas menjelaskan
maupun teknisnya. Munculnya peraturan baru ini akan menimbulkan berbagai persepsi dari wajib pajak, terutama wajib pajak UMKM. Sejak rencana pemberlakuan peraturan ini sudah banyak memperoleh penolakan, khususnya dari sektor UMKM, karena dianggap cukup memberatkan. Berikut ini persepsi dari masingmasing informan yang telah diwawancarai oleh peneliti mengenai perubahan peraturan perpajakan ini:
bahwa informan Z membayar pajak disebabkan dua motif: yaitu motif mentaati peraturan (Compliance) dan motif untuk membantu sesama (internalization). Hal ini ditegaskan dengan kata-kata “kalau tidak ada pajak pun, kita akan membayar pajak dengan cara lain, yaitu zakat”, berarti informan benar-benar peka terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut informan X: “Ya… baru kali ini, baru masuk ini. Itu kan satu persen itu kan dari Indom*r*t. kalau Indom*r*t itu kan kali ini baru ngerti mbayare, ya baru tahun ini, soale kan peraturan itu baru. Saya tahu ya dari indom*r*tnya. Jadi, dibebanke ke frenchisementnya.” Informan X mengetahui tarif pajak terbaru ini adalah informasi yang berasal dari mitra kerjanya yang merupakan frenchise mini market. Namun sangat disayangkan bahwa pembebanan pajak ini ternyata sepenuhnya dibebankan kepada
Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak UMKM Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Munculnya peraturan terbaru mengenai perpajakan, pemerintah telah menetapkan tarif pajak penghasilan final sebesar satu persen dari peredaran bruto (omzet) bagi pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk pendapatan yang tidak melebihi 4.8 miliar dalam setahun. Penetapan tarif ini disahkan melalui PP No. 46 tahun 2013 yang sudah diberlakukan per 1 Juli 2013. Namun, seiring dengan diberlakukannya peraturan ini, masih
informan tersebut selaku frenchisementnya.
banyak pelaku UMKM yang belum mampu memahami peraturan baik substansialnya
perihalnya tentang sosialisasi PP gitu kan. Persoalannya itu memang itu penting
92
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Menurut informan Y: “Wes diundang tapi ngak berangkat, waktu itu sosialisasinya kita diundang tapi kita tidak berangkat karena memang lembaga keuangan kita e… menitikberatkan pada front line-nya. Isi-isi PP-nya kita tidak tahu, tidak paham kaitannya dengan isi PP-nya, yang kita paham itu kaitannya dengan undangan itu
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
sekarang media sudah sangat luar biasa canggih, internet dan lain sebagainya. Kebutuhan itu ada karena didesak sebenarnya gitu kan. Jujur ini, kebutuhankebutuhan kita diadakan karena terdesak, jelas gitu kan. Kita sudah pernah, jadi pertama itu dulu kita eee….. permohonan wajib pajak pertama, ternyata yang melakukan permohonan itu tidak pernah baca secara total karena di situ ketika sudah dapat surat pemberitahuan pajak berarti jadi sudah ada namanya kewajiban-
adanya keterbatasan sehingga informasi yang seharusnya diketahui oleh wajib pajak tidak tersampaikan.
kewajiban pasalnya sekian-sekian. Nah menurut sekian-sekian itu ternyata ada kewajiban lain kaitannya dengan pasal 25 yakni pajak bulanan sama pasal… pasal berapa ya itu… 29 kaitannya penghasilan ya… PPh itu, Nah,,, gara-gara didesak itu didenda sampai 1 juta. Akhirnya kita baru tahu ada kewajiban itu. Makanya… Kalaupun itu PPnya juga penting, nanti akan cari lagi, kita tinggal nunggu, nunggu April ini. Kira-kira ada laporan denda lagi apa ndak gitu, karena 2013 saya sudah didenda, kemudian saya juga mengantisipasi untuk mengikuti aturan,
kelemahan negara ini ketika pemerintah sudah mengundangkan suatu peraturan dianggap seluruh masyarakat Indonesia tahu, padahal negara Indonesia tidak seperti Jepang, tidak juga seperti Singapura yang mereka sangat intens atau sangat peduli dengan aturan-aturan pemerintah. Nah, kita ini negara Indonesia ini orang sangat tidak banyak tahu tentang aturan-aturan itu apalagi dianggap oleh para pengusaha kecil seperti saya ini peraturan pajak justru akan memberatkan kita, kita hanya care ketika ada peraturanperaturan yang berpihak pada kita secara
kalau masih didenda lagi persoalannya apa, saya sudah dua kali perang sama orang pajak itu, tukaran mbek pajek garagara denda.” Dari pernyataan di atas, informan Y belum memahami isi dari PP 46 ini, karena tidak hadir saat diadakan sosialisasi. Namun ketidaktahuan ini sebenarnya sepenuhnya bukan kesalahan dari KPP bukan pula kesalahan wajib pajak. Karena
langsung menguntungkan tapi kalau pemerintah menganggap bahwa undangundang yang sudah diundangkan oleh pemerintah dianggap masyarakat tahu, ya… ini yang pemerintah yang tidak tahu masyarakatnya sendiri.” Informan Z ini justru tidak tahu sama sekali tentang peraturan baru tersebut. Hal ini sungguh ironis sekali, ketika peraturan sudah diberlakukan tetapi masih ada
DJP sudah berusaha mensosialisasikan peraturan baru tersebut, namun karena
sasaran yang seharusnya paham terhadap peraturan tersebut justru belum tersentuh
Menurut informan Z: “Aturan pajak yang mana??? Kita tidak pernah tahu tentang aturan terbaru karena terakhir kita bayar pajak itu pada maret 2013 yang lalu. Dan tidak ada pemberitahuan lebih lanjut tentang aturanaturan pajak yang terbaru… kalau toh mungkin ada …ya barang kali… tapi belum menyeluruh… UMKM. Ya.. itulah
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
93
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
sedikitpun. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah, khususnya dirjen pajak untuk dapat memberikan pelayanan sampai menyeluruh sehingga tidak ada wajib pajak yang mengeluh bahwa ia belum mengetahui akan adanya perubahan peraturan tersebut. Substansi dari peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 ini ternyata belum diketahui dan dipahami oleh sebagian wajib pajak, namun setelah dijelaskan oleh peneliti sedikit gambaran isi dari peraturan
PP 46 tahun 2013 ini, perjanjian mereka (informan selaku frenchisee dengan frenchisornya) laba bersih dibagi sebelum membayar pajak, dan pajak itu dibebankan kepada frenchisee yang dalam hal ini adalah informan X. Sehingga dengan perubahan aturan perpajakan ini dirasa cukup berat bagi informan tersebut, karena harus menanggung pajak, dimana pemotongan pajak tersebut bukan dari laba bersih melainkan dari satu persen dari omset penjualannya.
tersebut, para informan mendapatkan sekilas informasi sebagai gambaran, sehingga mereka mampu member tanggapan dengan adanya peraturan tersebut. Berikut itni tanggapan dari para informan:
Sedangkan informan Y yang merupakan manajer koperasi jasa keuangan, informan tersebut bingung ketika mengartikan omset (peredaran) bruto, Jika di perusahaan dagang yang dinamakan omset itu jelas penjualannya, namun untuk usaha yang sifatnya jasa keuangan informan ini masih butuh penjelasan. Berikut ini tanggapan dari informan Y:
Menurut Informan X: “Adanya tarif PPh final satu persen Itu kalau menurut saya memberatke soalnya ini apa ya.. bathinya (labanyared) dari penjualan itu udah minim, terus ditambahin bayar pajak ditambahi 1% itu ya jadi pengeluaran malah tambah banyak lagi, penghasilan income nya jadi sedikit.
Menurut Informan Y: “Nah,,, makanya perlu diperjelas, persoalannya kan itu, kalau di desa, karena jasa itu kan perputaran uang, nah… lagi-
Apalagi kalau frenchise-frenchise kayak gitu dibebankannya ke frenchisementnya, nggak dari pihak frenchiseenya.” Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa informan X merasa keberatan dengan adanya tarif pajak penghasilan final 1% ini, dengan pertimbangan satu persen tersebut diambil dari omset penjualannya, padahal usaha yang dijalankan oleh informan X ini,
lagi nominal lebih jelas, cuman persoalannya gini. Jadi persoalannya lagilagi saya kembalikan ke PP 46 itu. Kita juga harus … harus…. Untuk… kalau hanya baca undang-undangnya saja, PPnya saja secara tekstual masih perlu… masih perlu penjelasan. Masih perlu penjelasan dari tim ahli sebenarnya.” “Jelas, kaitannya dengan persoalan laba SHU, jelas itu menjadi beban….
sistemnya adalah frenchise, pada saat peraturan perpajakan belum diubah dalam
Beban yang tidak ter…. Apa ya… terprediksi iya kan. Jadi setelah kita sudah
94
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
memprediksi demikian ternyata ada PP kayak gini yang tiap bulannya dalam tanda kutip katanya harus dibayarkan diprediksi yang kita sudah buat mungkin bisa saja meleset kurang ini yang kemudian satu beban moral, beban finansial jelas beban fikiran dan lain sebagainya, kita terbebani semua itu.” Pernyataan informan Y di atas menjelaskan bahwa adanya tarif PPh final satu persen dari omset ini cukup memberikan kebingungan bagi wajib pajak,
kesulitan atau apa namanya penderitaan UMKM ini. Kenapa demikian karena selama ini pemerintah tidak pernah membantu kita membantu kami bagaimana untuk dapat apa lebih survive atau lebih dapat meningkatkan penghasilan yang oleh para UMKM ini saat ini justru lebih bagaimana UMKM ini membutuhkan pendampingan pemerintah supaya usahanya itu lebih mapan. Tapi kalau ini harus diberlakukan 1% dari omset, maka pajak itu lebih besar dari pada pajak-pajak
terutama bagi perusahaan jasa keuangan. Sehingga perlu penjelasan yang lebih rinci subtansi dari isi peraturan perpajakan tersebut supaya tidak menimbulkan ambiguitas yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman wajib pajak terhadap subatansi pajak itu sendiri. Karena menurut hasil penelitian Muliari & Setiawan (2011) menunjukkan kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi dipengaruhi oleh persepsi Wajib Pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak.
tahun tahun sebelumnya kalau ini terjadi bahawa saya katakan pemerintah tidak tahu kesulitan masyarakatnya.” Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa informan Z merasakan hal berat ketika usahanya dihadapkan dengan peraturan perpajakan ini. Informan menjelaskan bahwa adanya tarif pajak satu persen dari omset ini justru akan menambah beban bagi wajib pajak UMKM, karena pengusaha UMKM ini harus bekerja keras untuk dapat bertahan di tengah persaingan namun adanya perubahan tarif ini setelah dihitung, pajak
Menurut informan Z: “Ya.. ini sungguh mengejutkan… kita.. sebagai pengusaha kecil apalagi UMKM usaha mikro kecil dan menengah ini yang berkaitan dengan apa untuk menghidupi usahanya sendiri aja sudah cukup berat kemudian kalau ada aturan seperti ini yang tadi saya katakan sudah diundangkan oleh negara kemudian terpaksa kita harus tahu dan harus membayar pajak satu persen dari total omset kita maka ini pemerintah berarti tidak ngerti bagaimana seberapa sih
yang dibayarkan menjadi lebih besar. Adanya PP 46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu ini sedikit meringankan administrasi pembukuan dari wajib pajak, karena dasar pengenaan pajak dari PPh final ini adalah omset penjualan tanpa dikuran gk an d en gan bia ya-bia ya operasional dan lain sebagainya. Sehingga jika wajib pajak hanya melakukan Vol. 11 No. 1 Maret 2014
95
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
pencatatan yang sederhana sudah bias dihitung pajaknya. Namun hal ini ironis sekali dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, dimana suatu badan usaha diharuskan untuk melakukan pembukuan. Berikut ini tanggapan dari para informan terhadap hal tersebut:
Siti Aliyah
Informan Y memandang bahwa membuat laporan keuangan sebagai hal yang sangat penting, karena dana yang ia kelola bukan milik pribadi, melainkan milik para anggota yang harus dipertanggungjawabkan.
Menurut informan X: “Ya… itu kan jatuhnya lebih banyak. Ya tetap harus buat, karena undangundang CV itu kan harus membuat
Menurut Informan Z: “Ya… saya rasa masih sangat perlu, karena adanya pembukuan itu diperlukan untuk mengontrol penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kita.” Dari pernyataan di atas, informan Z
pembukuan.” Informan X faham bahwa meskipun dasar perhitungan pajak adalah peredaran bruto, namun informan menyadari bahwa ia masih tetap harus membuat pembukuan karena merupakan hal itu kewajiban suatu perusahaan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.
memandang laporan keuangan itu sebenarnya bukan hanya untuk perpajakan saja, namun lebih mengarah kepada “controlling”. Karena dengan adanya laporan keuangan tersebut diajadikan dasar untuk mengendalikan pendapatan diterima dan biaya yang dikeluarkan dalam operasional perusahaan tersebut selama periode tertentu.
Menurut informan Y: “Tetep… tetep dilakukan. Jelas, kita gini… kalau tertib … jelas tertib keuangan harus… tertib administrasi wajib… gitu kan… SDM juga penting, dan lain
Implikasi Pajak Adanya kewajiban membayar pajak di Indonesia, pasti akan memberikan dampak atau implikasi bagi semua pihak.
sebagainya. Itu jadi satu jenis keniscayaan sebenarnya, kalau ngomong persoalan administrasi, laporan dan sebagainya wajib. Karena selisih satu rupiah pun, itu risiko. Karena itu dana, bukan dana personal. Kecuali itu uang saya semuanya. Mau sepuluh juta kehilangan itu saya ndak masalah gitu kan, karena ini dana umat, dana masyarakat, ini yang kemudian harus dipertanggungjawabkan tidak hanya di sini
Implikasi yang timbul bias berupa implikasi positif ataupun implikasi negatif. Berikut ini tanggapan dari para informan mengenai dampak atau implikasi yang ditimbulkan dari adanya kewajiban membayar pajak.
tidak hanya di pajak, tidak hanya di dunia, kan gitu sih, bahasanya kayak gitu.”
memberatkan pengusaha, apalagi kalau dikorupsi. Susah-susah muter uang malah
96
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Menurut informan X: “Eeee. Dampak posifnya ya masyarakat miskin bisa dibantu. Kalau dampak negatifnya ya itu tadi
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
dikorupsi.” Pernyataan dari informan X menjelaskan bahwa adanya pembayaran pajak dapat membantu pembangunan Negara, terutama dalam hal ini adalah untuk membantu dan meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin. Namun jika ternyata pengelolaan pajak tersebut disalahgunakan justru menimbulkan ketidakrelaan terhadap uang yang dibayarkan untuk membayar pajak karena tidak disalurkan secara tepat.
usah bayar pajak kalau tidak berguna. Ini mungkin satu alasan masyarakat yang kemudian yang digunakan mereka untuk kenapa tidak bisa laporan kenapa tidak bayar pajak mungkin itu. Jadi jelas, pendidikan masih kayak gini, masih mahal, katanya ada sekolah gratis ketika ada nyaleg tok gitu kan terus kemudian ada apa… BPJS kesehatan pun itu pun apa masih bayar untuk orang miskin dan sebagainya. Jadi kan percuma, pajak itu dilarikan kemana dilihat masyarakatnya
Menurut informan Y: “Pengelolaan pajak dampaknya ke masyarakat itu kembali lagi ke tadi mbak, jadi karena laporan pajak itu hanya pemerintah daerah yang dikasih, bukan, bukan perseorangan ya kan… pemerintah daerahpun tidak memberikan soslusi yang… saya dulu pernah dapat berita itu kan di koran, dulu ada laporan perpajakan, di media televisi pun 2013 pembayar pajak terbesar itu kalau ndak salah sidomuncul kan, nah, larinya kemana pajak-pajak itu… gitu kan… jadi kalau dampaknya ke masyarakat kalau memang tidak ada
jadi kalau masyarakatnya masih sengsara kayak gini berarti belum 100% berguna, belum maksimal, belum optimal ya, belum kelihatan dampaknya belum kelihatan. Tapi kalau untuk memewahkan infrastruktur mungkin kita sudah melihat, jalan sudah kayak gitu mewah, ada lampunya, walaupun sekarang sudah berlubang lagi, itu kan proyek bagian dari proyek. Itu mungkin bisa kelihatan, tapi kalau di masyarakatnya mungkin belum.” Dari pernyataan di atas, informan Y belum melihat dan merasakan secara langsung dampak yang ditimbulkan dari
laporan yang jelas dari perpajakan kita tidak tahu pasti persoalan sebenarnya pajak tiu berguna nggak sih bagi masyarakat, kalau berguna untuk Gayusnya iya, jelas… dipenjara berapapun dia masih untung, gitu sih. cuman kan semoga tidak ada Gayus-Gayus selanjutnya gitu sih. Masalahnya cuman itu, jadi kalau memang ada laporan yang jelas, kita nanti akan tahu oh ternyata pajak itu berguna.
pembayaran pajak. Penyaluran pajak dirasa belum optimal, karena pelayananpelayanan kepada masyarakat masih mahal. Namun secara tidak langsung menurut informan Y, pajak berdampak terhadap pembangunan infrastruktur. Berarti sebenarnya informan Y ini sudah cukup paham dengan dampak positif yang ditimbulkan dari pajak, namun ia belum merasa puas dengan hal itu, sehingga
Kalau memang tidak berguna ya tolonglah, jangan ada korupsi-korupsi pajak. Ndak
p e m e ri n t a h p e r l u m e n i n g k at k a n pengelolaan pajak supaya implikasi yang Vol. 11 No. 1 Maret 2014
97
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
ditimbulkan kepada masyarakat dapat dirasakan secara menyeluruh, baik pembangunan secara material maupun spiritual.
Siti Aliyah
Menurut informan Z: “Ya, dampak positifnya saya yakin banya karena berita-berita di media menyebutkan bahwa pendapatan pajak Indonesia tahun 2013 ada triliyun, itu kan luar biasa besar kemudian itu digunakan untuk kemudian itu digunakan untuk APBN, APBD dan sebagainya, cuman kita
perusahaan yang dibantu oleh pemerintah untuk bangkit itu justru direkomendasikan ke bank kalau minjam ke bank bunganya satu persen, kalau di kita ini berapa persen, 13-16%. Pemerintah tidak pernah tahu tidak mau tahu bagaimana kondisi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia ini terutama seperti kami UMKM ini bagaimana supaya mengangkat UMKM itu bisa bangkit seperti perusahaanperusahaan yang tadi saya sebutkan di Jepang tadi.”
tidak ngerti yang sebenarnya apakah apa yang kita bayarkan, apa yang kita apa namanya bayar pajak itu dipakai untuk itu semua atau bagaimana kita ndak tau apaapa tapi yang jelas kalau seandainya di negara-negara maju bahwa orang mbayar pajak itu adalah karena ada imbal baliknya dari pemerintah kepada pembayar pajak tersebut. Suatu contoh begini, e.. di negara maju itu di Jepang, saya sebut Jepang itu kalau ada perusahaan yang e.. tidak bisa membayar pajak karena perusahaannya collapse maka pemerintah turun tangan bagaiman perusahaan itu jangan sampai
“Ya… dampak negatifnya seperti yang saya sebutkan tadi pendapatan kita jadi berkurang dan kita tidak akan pernah mendapatkan apapun dari kantor pajak untuk bimbingan, bimbingan usaha atau apapun bentuknya tidak pernah mendapatkan itu, yang tahu ya yang hanya kita tahu mbayar dan mbayar. Dan pajak ndak mau tahu pokoknya kalau tidak mbayar kena denda. Tetapi tidak pernah tersentuh sedikitpun bagaimana kami yang berusaha ini bagaimana supaya pemerintah memberikan apa namanya bimbingan supaya usaha yang kami
collapse, sehingga e.. pemerintah betulbetul memperhatikan bagaimana kondisi usaha-usaha ataupun perusahaan masyarakatnya sehingga masyarakat membayar pajak pun tidak eman karena ketika usahanya itu sudah mulai menurun, bahkan collapse sikap pemerintah bisa membantu bagaimana supaya perusahaan ini jadi apa namanya, jadi .. lebih bisa bangkit lagi, dinegara maju di Jepang
lakukan ini tambah maju dan tambah maju” Dari pernyataan di atas, informan Z menginginkan pajak itu ada imlab baliknya terhadap para pembayar pajak, sehingga ketika ada orang membayar pajak itu tidak merasa keberatan untuk mengeluarkannya karena ketika ia butuh bantuan akan dilayani dengan baik. Dalam hal ini, informan menganggap bahwa membayar
seperti itu. Dan itu bahkan pemerintah merekomendasikan kepada bank-bank
pajak diibaratkan seperti membayar asuransi, jadi ketika usahanya bangkrut, ia
98
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
dapat mengklaim untuk mendapatkan bantuan supaya perusahaan bisa bangkit lagi seperti sedia kala. Pernyataan ketiga informan di atas memberikan gambaran bahwa pajak yang ada di Indonesia cenderung berdampak negatif. Karena dalam pengelolaannya masih banyak kasus-kasus penggelapan pajak, misalnya kasus Gayus, sehingga masyarakat beranggapan bahwa pajak hanyalah digunakan untuk membiayaia para koruptor. Para informan di atas
kepatuhan dalam membayar pajak, karena menurut Mohammad Rajif (2011) kualitas pelayanan kantor pajak berpengaruh positif dalam meningkatkan kepatuhhan dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Berikut ini tanggapan dari para informan terhadap pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jepara.:
sebenarnya ingin mendapatkan imbal balik yang secara langsung berdampak pada diri mereka masing-masing. Jika ditelaah, sebenarnya manfaat pajak dapat dirasakan oleh semua lini masyarakat. Adanya pembangunan jembatan, jalan, rumah sakit, stasiun, bandara, terminal dan fasilitasfasilitas umum lainn ya yang pembangunannya bersumber dari pajak merupakan implikasi positif dari pajak. Namun karena adanya bebrapa kasus penggelapan pajak, korupsi dan penyelewengan keuangan Negara inilah yang memunculkan paradigma negatif di
ngurus konsultan saya.”
masyarakat sebagai bentuk kekecewaan terhadap pengelola pajak sehingga hal ini mempengaruhi terhadap kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Suatu pekerjaan berat bagi para fiskus dan petugas pajak untuk dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan perpajakan di Indonesia. Selain hal tersebut, kantor pelayanan pajak harus mampu memberikan
kaitannya dengan persoalan waktu sebenarnya jadi kita datang di sana jam delapan kemudian pelayannya ternyata harus ngetik-ngetik dan lain sebagainya itu akan memakan waktu yang cukup lama. Makanya kemudian saya suruh orang lain untuk membayar pajak karena memang waktunya ka juga lama. Walaupun orangnya sedikit tapi layanannya tetap lama. Tapi kalau persoalan bagaimana
pelayanan yang prima terhadap wajib pajak supaya dapat meningkatkan kesadaran dan
kemudian layanannya sementara masih bagus, masih ada senyum. Iya kalau saya
Menurut informan X: “Untuk masalah pajak, saya serahkan ke konsultan, semuanya yang Menurut Informan Y: “Eee… gini, kalau kita sudah… kalau sudah pernah marah-marah kan sudah kenal gitu kan, kenal apa konsultannya bagian yang konsultan, jadi kalau kita ngomong persoalan konsultasi pajak kita sudah enak. Dapat pelayanan yang baik, Cuma kalau masalah pembayaran, kalau laporan saya, pembayaran hanya membayar saja tinggal orang lain gitu kan, sementara belum ada komplain. Jadi sementara sudah bagus, walaupun… jadi kalau membayar pajak kan sebenarnya kan
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
99
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
lihat di awal senyum dulu, dari kode etik ee… profesionalisme kerja itu kan 3S itu kan… senyum, salam sapa kalau bisa T juga, jadi traktir… kan gitu…” Menurut Informan Z: “Selama ini mereka sih oke-oke aja, hanya laporan-laporan yang bersifat sederhana lah karena kita UMKM dan apalagi aset yang kita punya kecil sehingga apa namanya neraca yang kita gunakan pun neraca yang sederhana saja tidak terlalu rumit sehingga e.. mereka juga
Siti Aliyah
sasaran.” Dari pernyataan informan X di atas, jelas bahwa pajak yang dikelola oleh Negara diharapkan dapat disampaikan dan disalurkan tepat sasaran supaya dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat, Informan Y: “Kalau kita tidak tahu, mbok iyao dikasih tau. Harapannya itu, gitu kan… ada sosliasisasi secara personal, entah itu dalam bentuk pelatihan, entah itu
memberitahukan kepada kami bagaimana cara membuat laporan pajak yang benar.” Pernyataan informan X menjelaskan bahwa ia tidak dapat memberikan penilaian terhadap pelayanan kantor pajak karena ia tidak pernah berhubungan langsung dengan kantor pajak. Sedangkan pernyatan informan Y dan informan Z menjelaskan bahwa pelayanan petugas di kantor pajak sudah cukup baik, sudah cukup mampu memberikan pembimbingan bagi para wajib pajak, terutama dalam hal pembuatan laporan keuangan.
bimbingan personal atau apa, ya kan, jangan sampai memakai asas ketika sudah disosialisasikan berarti semua masyarakat tahu. Karena satu asas hukum itu kayak gitu, jadi undang-undang ketika disahkan berarti semua orang sudah tahu. Sama dengan pajak, jangan sampai ada model kayak gitu, undang-undang disahkan, disosialisasikan sampai ke lini paling kecil. Jadi Kalaupun lini paling kecil ini masih belum tahu kita coba sampai seintensif mungkin. Kemudian tidak ada lagi yang namanya salah faham, salah pengertian, tidak ada yang namanya pajak ganda dan
Harapan Wajib Pajak UMKM terhadap Pengelolaan Pajak di Indonesia Wajib pajak yang telah menyisihkan sebagian penghasilannya untuk dibayarkan kepada Negara pastinya memiliki harapanharapan terhadap apa yang telah dikeluarkannya itu. Beriku ini harapa yang diungkapkan oleh para informan yang diwawancarai dalam penelitian ini:
lain sebagainya apabila intensitas pelayanan memberikan pemberitahuan sosialisasinya juga jelas, jadi harapan saya itu. Jadi, jangan mentang-mentang mengacu asas hukum, kemudian asal denda. Ini yang kurang bagus, jadi harapannya ke depan pajak juga memberikan sosialisasi yang lebih merata, lebih pakem jadi lebih intensif.” Pernyataan di atas menjelaskan
Informan X: “Ya.. harapan saya ya disampe’ke yang membutuhkan, tepat guna dan tepat 100
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
bahwa informan Y berharap pelayanan petugas pajak agar lebih secara intensif
Siti Aliyah
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
memberikan pelayanan kepada wajib pajak sampai ke lini paling kecil, sehingga adanya perubahan peraturan dapat dipahamis secara menyeluruh oleh wajib pajak. Informan Z: “Ya… saya berharap setelah kami membayar pajak dan temen-temen juga membayar pajak ada ungkapan kami yang kami harapkan kepada pemerintah dan kantor pajak (1). Transparan dan (2) Akuntabel itu saja.”
implikasi negatif, para informan mengharapkan adanya implikasi yang dapat berdampak secara langsung terhadap mereka. Adanya perubahan peraturan perpajakan ternyata belum mampu dipahami secara menyeluruh oleh wajib pajak UMKM, karena para informan masih belumpaham dengan aturan baru tersebut, bahkan ada satu informan yang tidak tahu sama sekali tentang hal tersebut. Harapan dari para informan kaitannya
Dari pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa informan menginginkan pajak di Indonesia dikelola dengan transparan, artinya adanya keterbukaan, tidak ada yang ditutupi dalam pengelolaanya, dapat diketahui seberapa besar penerimaan pajaknya kemudian pajakn itu disalurkan ke mana saja, supaya dapat terliha apakah pajak tersebut sudah tepat sasaran ataukah belum. Sedangkan harapan kedua adalah akuntabel, dalam hal ini informan mengharapkan adanya pertanggungjawaban dari pengelola pajak tersebut kepada para pemilik dana
dengan pengelolaan pajak ini adalah adanya keterbukaan, pertanggungjawaban, tepat sasaran dan perbaikan pelayanan.
(pembayar pajak) yang berupa laporan penyaluran dana pajak tersebut.
2.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informan pada penelitian ini sudah cukup mampu memahami makna pajak. 2.
Implikasi dari adanya kewajiban pajak cenderung mengarah pada
Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan pendekatan etnomenologi untuk mendapatkan inforrmasi yang lebih mendalam, selain itu juga diperlukan adanya informan petugas pajak untuk melihat dari kacamata fiskus. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meluas, tidak hanya interpretasi pajak dari persepsi wajib pajak UMKM, namun bisa melihat dari persepsi wajib pajak perorangan, badan dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln, 2009, Hand Book Of Qualitatif Research. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Vol. 11 No. 1 Maret 2014
101
Makna Pajak Dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif Wajib Pajak UMKM
Siti Aliyah
Dewi, Mira Riangga, 2011. “Persepsi wajib Pajak atas Pengenaan Pajak Penghasilan: Anteseden dan Konsekuensinya”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Program S1 Akuntansi Universitas Diponegoro. Dewinta, Rinta Mulia dan Muchamad Syafruddin, 2012, “Pengaruh Persepsi Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah
Kabupat en Jepara, Laporan penelitian tidak dipublikasikan, STIENU Jepara. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Pemerintah Republik Indonesia, UndangUndang Republik Indonesia Nomor
Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta”, Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-9. Fitriandi, Primandita, dkk., 2011, Kompilasi Undang-Undang Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta. Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta. Muliari, Setiawan, 2011, “Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pemerintah Republik Indonesia, Undangundang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan Rajif, Mohamad, 2011, “Pengaruh Variabel Pemahaman, Kualitas Pelayanan, dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Ter had ap K epat uh an P aj ak Pengusaha UMKM di Daerah Cirebon, Minor thesis. Universitas Gunadarma. Rosdiana, Haula, dkk., 2012, Pengantar Ilmu Pajak, Raja Grafindo Persada,
Denpasar Timur”, Jurnal Akuntansi & Bisnis, Volume 6. No.1. Mutiah, Mutiara, dkk., 2011, “Interpretasi Pajak dan Implikasinya Menurut Perspektif Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Sebuah Studi Interpretif)” , SNA XIV Aceh 2011, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Nahar, Aida, 2012, “Analisis Penerapan
Jakarta. Schmidt, D.J. 2007. Speaking of Language: On The Future of Hermeneutics. Research in Phenomenology 37: 271 -284. Supriyati, dan Nur Hidayati, 2008, “Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi,
Akuntansi Berdasarkan Sak Etap Pada Usaha Kecil Dan Menengah di 102
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Vol. 7 No. 1, Mei 2008, hal.41-50.
Indeks Penulis
Chusnulia Aryandhita Widayanti 47 Dessy Noor Farida 47 Dwi Agung Nugroho Ariyanto 70 Ika Indriasari 1 Mekani Vestari 47 Nurya Fahmi 32 Ponny Harsanti 32 Siti Aliyah 81 Sri Mulyani 32 Widaryanti 13, 34, 35, 37, 38, 39, 42, 43 Sugiarto 1 Rahmi Hayati Putri 65 Watemin 65
Vol. 11 No. 1 Maret 2014
103
Indeks Keywords Anomaly 1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12 Baitul Maal Wat-Tamwil 13 Corporate internet reporting 32 Day Of The Week Effect 1, 5 Determinan ketepatan waktu 32 Estimasi Harga 65,66,67,68 Guru 70,72,73,76,77,78,79,80 Internet corporte reporting 32 January Effect 1,5,6,7,8,9,10,11,12 Kinerja Keuangan 13,15,19,21,28,29 Pengelolaan Internal 13,15,17,19,20,22,25,29 Kualitas laba 46,47,49,50,51,52,53,54,55,56,59,60,61 Makna Pajak dan implikasinya 80 Monday Effect 1, 5 Pasar Efisien 1,2,3,4,11,12 Perspektif wajib pajak UMKM 80,86,88 Perusahaan high profile 46,48,49,57 Semangat Kerja 70,71,72,73,74,75,76,77,78,79 SLB-C Yaspenlub 71,72,73,74,75,76,77,78,79,80 Studi interpretatif 80 Trend 65, 66, 67
104
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
Penulis Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis Vol. 11 No 1 Maret 2014 Ika Indriasari Dosen PNS dpk di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cendekia Karya Utama Semarang. Alumnus Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Widaryanti Dosen PNS dpk di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Nusantara Semarang. Alumnus Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Siti Aliyah Dosen tetap fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Islam Nahdlatul Ulama‟ Jepara Ponny Harsanti Dosen tetap di Universitas Muria Kudus. Alumnus Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Sri Mulyani Dosen tetap di Universitas Muria Kudus. Alumnus Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Nurya Fahmi S1 di Universitas Muria Kudus Chusnulia Aryandhita Widayanti Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BPD Semarang Mekani Vestari Dosen PNS dpk di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BPD Semarang. Alumnus Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Dessy Noor Farida Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BPD Semarang Rahmi Hayati Putri Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Watemin Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Dwi Agung Nugroho Ariyanto Dosen tetap fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Islam Nahdlatul Ulama‟ Jepara. Alumnus Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang Vol. 11 No. 1 Maret 2014
105
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA MITRA BESTARI Dewan Redaksi Jurnal JDEB mengucapkan terimakasih kepada mitra bestari berikut ini yang telah memberikan pertimbangan dalam penerbitan Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis volume 10 nomor 2 tahun 2013. Prof. DR. H. Purbayu Budi Santosa, M.S (Universitas Diponegoro, Semarang) Anis Chariri, M.Kom, Ph.D, Akt (Universitas Diponegoro, Semarang) Dr. H.M. Zainuri, MM (Universitas Muria, Kudus) Cholil Nafis, Lc,, M.A, Ph.D (Universitas Indonesia, Jakarta) Hormat Kami,
Dewan Redaksi
106
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis