SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI RITUAL KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR
TESIS
Oleh : ROSITA NIM/TM: 1203910/2012
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapat gelar Magister Pendidikan
KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI DAN BUDAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014
1
Bismillahirrohmaanirrohiim... Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Qs. Alam Nasyrah: 7,9) Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi, dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha besaranNya. Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad SAW... Tetes peluh yang membasahi asa, ketakutan yang memberatkan langkah, tangis keputus asaan yang sulit dibendung, dan kekecewaan yang pernah menghiasi hari-hari kini menjadi tangisan penuh kesyukuran dan kebahagiaan yang tumpah dalam sujud panjang. Alhamdulillah maha besar Alloh, sembah sujud sedalam qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki yang melimpah, kebutuhan yang tercukupi, dan kehidupan yang layak. Pada akhirnya tugas akhir (tesis) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu (insyaAllah), bila meminjam pepatah lama “Tak ada gading yang tak retak” maka sangatlah pantas bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna kesempurnaan dengan tanpa berharap melampaui kemaha sempurnaan sang maha sempurna. Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata, ku persembahkan karya ini untuk yang terkasih ayah (Ramli alm) dan bunda(Asnidar),juga buat suami ku (Ahmad Subandi),dan anak2q tersayang (Chintya Paramitha,Fahri Andita Ramli),dan keluarga yang doanya senantiasa mengiringi setiap derap langkahku dalam meniti kesuksesan. Untuk mu teman yang sangat special Ade Mutia,M.Pd,yang selalu setia menemani dalam segala urusan perkuliahan, Widia Agustin, M.Pd,Shella Marcelina,M.Pd, Irfi Sriwahyuni,S.Sn, dan buat temanku yang tak bisa kusebutkan namanya satu persatu,sungguh kebersamaan yang kita bangun selama ini telah banyak merubah kehidupanku. Kemarahanmu telah menuntunku menuju kedewasaan, senyummu telah membuka cakrawala dunia dan melepaskan belenggu-belenggu ketakutanku, tetes air mata yang mengalir di pipimu telah mengajariku arti kepeduliaan yang sebenarnya, dan gelak tawamu telah membuatku bahagia. Sungguh aku bahagia bersamamu, bahagia memiliki kenangan indah dalam setiap bait pada paragraf kisah persahabatan kita. Bila Tuhan memberikanku umur panjang, akan aku bagi harta yang tak ternilai ini (persahabatan) dengan anak dan cucuku kelak. Untuk mu Guru-guruku; semoga Alloh selalu melindungimu dan meninggikan derajatmu di dunia dan di akhirat, terima kasih atas bimbingan dan arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga di dunia dan bernilai di akhirat. Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin... “Ya Alloh, jadikanlah Iman, Ilmu dan Amal ku sebagai lentera jalan hidupku keluarga dan saudara seimanku”
2
ABSTRACT
Rosita. NIM 1203910. Salawat Makah in death ritual procession in the area Tabek Pariangan District of Tanah Datar. Thesis. Graduate Program.. State University of Padang. Salawat Makah is a custom that has been entrenched in people's lives Tabek, which is one of the rituals of death in the village Tabek. Death ritual carried on after the funeral ceremony, performed on the first night after death a member of the community. This activity continued until the third night after the funeral. The purpose of this study was to reveal and explain about the overview presentation of Salawat Makah form, function in the presentation of the musical Mecca Salawat the area Tabek Pariangan presentation and meaning of Salawat Makah in procession to the community Tabek death. This study uses a qualitative method. Data collection techniques in this study conducted by the techniques of observation, interviews, and documentation, conducted with the help of tools such as video, images and audio equipment. Interviews were conducted with informants from the community, and indigenous stakeholders or an influential person in the community. In addition, village trustees also became the center of attention in the interview process about the existence of the problem Salawat Makah heritage society. The findings of the study, proving that the form of presentation of the Salawat Makah in village Tabek begins with an apology, read Alfatihah, read a short paragraph, tahlil reading, text reading Salawat Makah and recently closed with the Benediction. Presented in the form of singing together. Salawat Makah is presented by men Tabek society. Function as the Salawat Makah singing vocal music in an atmosphere of religious rituals into mediation to the emergence of spiritual energy for the community Tabek, which followed the death ritual. Salawat Makah as well as the presentation implies related to behavior patterns of the community Tabek. In conducting Salawat Makah, where the social interaction that occurs between people in the village Tabek. Interaction was built in conjunction with the show or the Salawat Makah activities, which relate to the death of one of the members of the community. Such interactions will be significant when the presence of the Makah Salawat show in memory of the death of a person resident in these villages Tabek villages.
i
ABSTRAK
Rosita. NIM 1203910. Salawat Makah dalam prosesi ritual kematian di daerah Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Negeri Padang. Salawat Makah merupakan suatu adat kebiasaan yang telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Tabek, yang merupakan salah satu upacara ritual kematian di nagari Tabek. Ritual kematian yang di laksanakan setelah upacara pemakaman, dilakukan pada malam hari pertama setelah meningalnya salah seorang anggota masyarakat. Kegiatan ini berlanjut sampai pada malam ketiga setelah pemakaman. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan dan menjelaskan tentang gambaran bentuk penyajian Salawat Makah, fungsi musical dalam penyajian Salawat Makah dikanagarian Tabek Pariangan dan makna penyajian dari Salawat Makah dalam prosesi kematian terhadap masyarakat Tabek. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tekhnik observasi, wawancara, dan dokumentasi, dilakukan dengan bantuan peralatan seperti video, foto dan peralatan audio. Wawancara dilakukan dengan informan dari unsur masyarakat, dan pemangku adat atau orang yang berpengaruh dalam masyarakat. Di samping itu, wali nagari juga menjadi pusat perhatian dalam proses wawancara tentang masalah keberadaan Salawat Makah sebagai warisan budaya masyarakat. Temuan penelitian, membuktikan bahwa bentuk penyajian dari Salawat Makah di nagari Tabek diawali dengan permohonan maaf, membaca Alfatihah, membaca ayat pendek, minimal 3 (tiga) ayat pendek dan tidak dibatasi untuk ayat pendeknya, membaca tahlil,membaca teks Salawat Makah dan terakhir ditutup dengan Do’a. Disajikan dalam bentuk nyanyian bersama. Salawat Makah ini disajikan oleh kaum laki-laki masyarakat Tabek, yang tidak dibatasi umurnya, yang pasti sudah menguasai tentang materi Salawat Makah. Fungsi nyanyian Salawat Makah sebagai musik vokal religius dalam suasana ritual menjadi mediasi untuk munculnya energi spiritual bagi masyarakat Tabek, yang mengikuti ritual kematian tersebut. Serta Salawat Makah dalam penyajiannya mengandung makna berkaitan dengan pola tingkah laku masyarakat Tabek. Dalam melakukan kegiatan Salawat Makah, di mana adanya interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat di nagari Tabek. Interaksi dibangun dalam kaitannya dengan pertunjukan atau kegiatan Salawat Makah, yang berhubungan dengan peristiwa kematian dari salah seorang warga masyarakat. Interaksi tersebut akan bermakna apabila adanya pertunjukan Salawat Makah dalam mengenang kematian seseorang warga nagari Tabek di nagari tersebut.
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis saya, tesis/ disertai dengan judul “Salawat Makah dalam prosesi ritual kematian di daerah Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar.“, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penelitian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing/ Tim Promotor. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku. Padang, Juni 2014
ROSITA NIM. 1203910
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah diperuntukkan ke hadhirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia kepada hamba-Nya. Atas izin-Nya jualah penulis telah selesai menggarap tesis yang berjudul “Salawat Makah dalam prosesi ritual kematian di daerah Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar” . Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi besar Muahammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam yang tidak berilmu pengetahuan kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat sekarang ini. Tesis ini ditulis untuk memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan pada program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dalam rangka penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan dan sumbangan fikiran dari keluarga dan beberapa pihak. Oleh sebab itu, pada tempatnya penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Agusti Efi, MA, sebagai pembimbing I, dan Dr. Ardipal. M. Pd, sebagai pembimbing II, yang telah membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, saran, kritikan, waktu, arahan, dan semua yang bersifat mendukung menyelesaikan tesis ini. 2. Prof. Dr. Gusril, M. pd, Dr. Yahya, dan Indrayuda, S. Pd, M. Pd, Ph, D, selaku contributor yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu, kritikan, ide, saran, dan lain sebagainya yang tujuan utamanya untuk kesempurnaan penelitian ini.
vi
3. Prof. Dr. Nurzirah Gistituati, M. Ed. Ed. Pimpinan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas selama penyelesaian penelitian ini. 4. Prof. Dr. Agusti Efi, MA. Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Kosentrasi Pendidikan Seni dan Budaya juga sekaligus Dosen Pembimbing. 5. Para Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan serta segenap karyawan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah memberikan pelayanan terbaik. 6. KESBANGPOL Propinsi Sumatera Barat, Wali Nagari Tabek, Ketua KAN, Bundo Kanduang, Niniak Mamak, Ustad, dan Masyrakat nagari Tabek, yang telah memberikan memberikan informasi yang penulis butuhkan selama melakukan penelitian dilapangan demi kelancaran penelitian ini. 7. Semua teman-teman tercinta angkatan 2012, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Kosentrasi Seni Budaya, yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Teristimewa untuk keluarga besar di Solok, suami dan orang tua tercinta, delapan saudara kakak dan adik, yang telah memberikan semangat, Do’a dan material kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini. Semoga bimbingan, arahan, masukan dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT sebagai suatu amal ibadah dan ilmu yang vii
bermamfaat dengan pahala yang berlipat ganda, Amiin Ya Rabbal Alamiin. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penulisan tesis ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri. Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sesuatu yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Padang,
Juni 2014
ROSITA
viii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT…………………………………………………………………. .. i ABSTRAK…………………………………………………………………….. ii PERSETUJUAN AKHIR TESIS……………………………………………..iii PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS…………………………………...iv SURAT PERNYATAAN………………………………………………………v KATA PENGANTAR………………………………………………………. vi DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix
BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. .1 B. Fokus Masalah dan Penelitian………………………………………….. 6 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 7 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 7
BAB. II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis…………………………………………………………. 9 1. Sistem Religi……………………………………………………… . 9 2. Simbol…………………………………………………………….. . 11 3. Makna…………………………………………………………….. .14 4. Struktural fungsional………………………………………………..16 5. Musik danFungsi Musik DalamMasyarakat……………………… 18 6. Penyajian atau Pertunjukan……………………………………….. 22 7. Pengertian Salawat Makah………………………………………... 24 8. Ritual……………………………………………………………… 25 9. Teks dan Konteks…………………………………………………. 26 B. Kajian Yang Relevan………………………………………………….. 29 C. Kerangka Konseptual………………………………………………… 30
ix
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………………………………………………………… 32 B. Latar Penelitian dan Kehadiran Peneliti………………………………. .33 C. Informan Penelitian…………………………………………………… 34 D. Instrumen Penelitian…………………………………………………… 35 E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….. 36 F. Teknik Analisis Data…………………………………………………. . 37 G. Teknik Pencermatan Kesahihan Data Penelitian………………………. 39
BAB. IV. DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Temuan Umum 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………… .…….. . 41 2. Masyrakat Tabek Dan Kebudayaannya…………………...………... 43 a. Hidup Beradat……………………………………...………… .. .45 b. Masyrakat Tabek Hidup Bersuku-suku………………...……….48 3. Sosio Religius Pendukung Salawat Makah…………………………50 4. Ritual Kematian Dalam Masyarakat Tabek…………………………52 5. Keberadaan Salawat Makah.............................................................. ..53 a. Sejarah Salawat Makah………………………………………….53 b. Salawat Makah ditengah-tengah masyarakat Tabek………………… .54 B. Temuan Khusus 1. Bentuk Penyajian Salawat Makah di nagari Tabek Kecamatan Pariangan……………………………………………………………55 a. Penyajian Salawat Makah…………………………………… ....55 b. Penyaji Salawat Makah……………………………………… ….61 c. Tata Cara Pelaksanaan Salawat Makah…………………………66 2. Fungsi Musikal Dalam Penyajian Salawat Makah di Kanagarian Tabek Pariangan…………………………………………………… 69 3. Makna Penyajian Salawat Makah Bagi Masyrakat Tabek………… 72
x
C. Pembahasan 1. Bentuk Penyajian Salawat Makah………………………………….76 2. Fungsi Musikal Dalam Penyajian Salawat Makah di Kanagarian Tabek Pariangan…………………………………………………….80 3. Makna Penyajian Salawat Makah Bagi Masyrakat Tabek…………84 BAB. V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………….88 B. Implikasi...…………………………………………………………….. 89 C. Saran…………………………………………………………………... 90
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………93 LAMPIRAN…………………………………………………………………..95
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara individual atau komunal manusia tidak dapat terlepas dari persoalan religi atau sistem kepercayaan. Perwujudan keyakinan itu berkaitan dengan sistem ritus, yaitu pola peribadatan dalam bentuk aktivitas fisik dan hati serta bacaan yang bernilai do’a dalam hubungan dengan pengembangan nilai–nilai agama. Setiap agama menganjurkan manusia bergaul dengan sesama manusia dengan cara yang baik dan penuh kedamaian. Kegiatan-kegiatan religius itu dipatuhi dan ditaati sebagai norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga menjadi bagian tradisi, yang selalu dibudayakan oleh masyarakat dalam kehidupannya, sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Masing-masing masyarakat atau etnik tertentu memiliki cara dan kegiatan yang berbeda dalam mengamalkan agama mereka masing-masing. Meskipun dalam kitab suci mereka tidak tertera aturan-aturan dalam mengatur kegiatan peribadatan yang mereka tradisikan saat ini, namun secara adat dan kebiasaan kegiatan yang bersifat peribadatan dalam bentuk ritus sering dilakukan masyarakat, berdasarkan konteks agama atau kepercayaan yang mereka anut. Terkadang kegiatan ritus tersebut hanya berupa tradisi masyarakat saja, yang lebih bermakna mengekalkan hubungan antara manusia dengan manusia, padahal tidak dianjurkan dalam kitab suci mereka. Setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun sederhana memiliki sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan dan bahkan telah merupakan suatu sistem dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Sebagai pedoman dari konsep-konsep
1
ideal atau ideologi, sistem itu menjadi pendorong yang kuat untuk mengarahkan kehidupan masyarakat tersebut, baik tentang kepercayaan ataupun tentang keduniawian. Budaya yang dianut oleh masyarakat yang berfungsi sebagai pedoman hidup masyarakat, cenderung memiliki ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Hal ini dikarenakan ia berada dalam jiwa seseorang, dalam alam pikiran yang kosmos dan abstrak dari pikiran masyarakat tersebut. Karena itu, untuk mengganti suatu nilai budaya yang telah lama mentradisi dalam kehidupan masyarakat, dengan nilai budaya lain diperlukan waktu yang lama. Hal ini yang terjadi di dalam masyarakat, baik yang berpola kehidupan tradisional dan modern sekalipun. Nilai budaya religi yang dianut oleh masyarakat tersebut, diterapkan oleh masyarakat dalam berbagai kegiatan budaya yang bersifat ritual. Kegiatan tersebut diyakini sebagai media transenden antara manusia dengan Tuhan atau dewa maupun sang penguasa alam semesta. Pada gilirannya kegiatan tersebut dapat menjembatani hubungan spiritual mereka dengan Tuhan atau dewa, sehingga mereka atau masyarakat tersebut mendapatkan suatu ketenangan hidup di dunia. Hal inilah yang selalu dibiasakan secara mentradisi oleh berbagai kalangan masyarakat yang beragama di berbagai daerah di Indonesia, tidak ketinggalan di Minangkabau (Sumatera Barat). Kegiatan tradisi keagamaan dalam masyarakat Minangkabau beragam bentuknya, yang merupakan wujud dari kebudayaan masyarakat pengguna, di antaranya adalah yang berhubungan dengan peristiwa kelahiran, kematian, perkawinan, dan bercocok tanam maupun yang berhubungan dengan pekerjaan.
2
Berbicara masalah masyarakat Minangkabau dan hubungannnya dengan upacara atau kegiatan tradisi yang disangkut pautkan dengan keagamaan, yang dalam hal ini agama Islam, di antaranya adalah tradisi dalam adat kematian yang dilaksanakan sebelum dan sesudah upacara pemakaman jenazah. Masing-masing nagari di Sumatera Barat (Minangkabau) memiliki tradisi yang dihubungkan dengan keagamaan, seperti upacara tradisi kematian. Terkadang di berbagai nagari di Sumatera Barat, upacara atau ritual kematian tersebut lebih bersifat adat dari pada agama, sebab tidak diatur dalam ajaran agama mereka, sehingga kegiatan tersebut lebih bersifat adat. Sebagai contoh adat Mendo’a empat puluh hari, seratus hari, tidak diatur dalam Al-Quran. Namun karena kegiatan tersebut juga dipandang sebagai kegiatan yang manusiawi, maka kegiatan tersebut diatur oleh adat. Akan tetapi, sebagian ulama masa kini memandang kegiatan seperti itu bertentangan dengan ajaran Islam. Berbicara mengenai kegiatan ritual keagamaan tersebut, di nagari-nagari di Minangkabau khususnya di Sumatera Barat diatur masalah ritual kematian sesuai adat tempatan. Seperti di Salayo dikenal dengan Bailau, dan ada yang disebut ritual Baratik, dan ada juga yang disebut ritual Salawat Makah., Maantek’an Aie (mengantarkan air untuk keluarga yang kematian), Batulak Pungguang (saling membelakangi). Selain itu ada pula tradisi yang dilaksanakan setelah upacara pemakaman di antaranya Mambawo Nasi Pambujuak (membawa nasi beserta lauk pauk untuk keluarga yang berduka, dengan menghibur keluarga yang ditinggalkan), Maampiang, Bakayu, Manigo Hari, Manujuah Hari, Manduo Kali Tujuah Hari, Maampek Puluah Hari, serta acara Manyaratuih Hari, dan ini tergantung pada nagari masing-masing. Karena setiap nagari memiliki adat-
3
istiadat yang berlaku di lingkungan nagari tersebut, dan tidak berlaku di nagari lain, adat ini dinamakan “adat selingkungan nagari.” Salah satu nagari di Sumatera Barat (Minangkabau) yang memiliki upacara kematian adalah nagari Tabek di Kabupaten Tanah Datar. Masyarakat Tabek memiliki budaya dalam memperingati kematian seseorang, yang disebut Salawat Makah. Salawat Makah bertujuan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum atau almarhumah. Salawat Makah telah menjadi adat kebiasaan yang mentradisi bagi masyarakat Tabek, yang diberlakukan secara turun temurun semenjak masuknya agama Islam ke daerah Tabek, diperkirakan pada abad ke 13 Masehi. Salawat Makah merupakan suatu adat kebiasaan yang telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Tabek, dan bagian dari prilaku sosial yang berkaitan dengan agama Islam dan adat. Adat yang terkait di sini adalah adat kematian di mana adat kematian merupakan acara yang di selenggarakan berhubungan dengan peristiwa wafatnya seseorang, adat kematian ini selalu di lakukan oleh masyarakat Tabek dalam rangka menjalankan adat istiadat yang telah menjadi tradisi budaya mereka . Ritual kematian yang di laksanakan setelah upacara pemakaman, dilakukan pada malam hari pertama setelah meningalnya salah seorang anggota masyarakat. Kegiatan ini berlanjut sampai pada malam ketiga setelah pemakaman. Ritual Salawat Makah di daerah Tabek sampai saat ini terus dilaksanakan oleh masyarakat Tabek, meskipun sistem sosial dan nilai – nilai yang hidup dalam masyarakat Tabek telah banyak yang bergeser. Bahkan cara pandang dan prilaku mereka banyak yang telah berubah dari tata karma tradisional ke tata karma
4
modern, namun kegiatan Salawat Makah tetap menjadi acara yang dilaksanakan oleh masyarakat Tabek masa kini. Hal yang menarik dalam kegiatan Salawat Makah ini adalah, terkandung berbagai nilai selain dari kepercayaan, juga terdapat unsur musik di dalamnya. Mengapa dikatakan terdapat unsur musik di dalamnya? Karena pada penyajian Salawat Makah terdapat ritme, rithem dan menggunakan teknik vocal, serta adanya lirik atau melodi dan syair. Keenam unsur tersebut merupakan aspek musik yang ada dalam kegiatan Salawat Makah, yang telah menjadi tradisi bagi masyarakat Tabek. Walaupun Salawat Makah tidak dianggap sebagai kesenian (musik ) oleh masyarakat pendukungnya, tetapi penyajian Salawat Makah tersebut memuat unsur-unsur musik, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan Salawat Makah selain merupakan adat tradisi kematian bagi masyarakat Tabek, sekaligus juga merupakan kegiatan hiburan atau seni pertunjukan musik. Karena dalam kegiatan Salawat terdapat unsur-unsur musik, seperti ritem, ritme, melodi, lirik, syair dan vocal. Umumnya di Sumatera Barat, posisi kesenian lebih banyak sebagai perintang waktu dalam istilah Mianangkabau yaitu pamenan, yaitu permainan. Kata pamenan yaitu permainan lebih identik dengan hiburan, sebab itu di Minangkabau jarang kesenian yang digunakan sebagai sarana ibadah, tidak berapa banyak yang dikaitkan dengan ibadah seperti Salawat Makah ini.
Karena rata-rata di
Minangkabau kesenian digunakan untuk acara yang bersifat di luar ibadah, banyak yang bersifat adat dan hiburan. Penyajian Salawat Makah hanya diperuntukkan untuk kaum laki-laki saja, sebetulnya tidak ada halangan untuk dikuasai kaum perempuan, hanya saja tidak
5
di biasakan oleh masyarakat Tabek, sebab itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan Salawat Makah telah menjadi tradisi bagi kaum laki-laki di nagari Tabek. Akan tetapi saat ini masyarakat hanya banyak sebagai penikmat dari kegiatan Salawat Makah tersebut, sementara mereka banyak yang tidak paham dengan kegiatan Salawat Makah, maupun arti dan maksud diadakannya kegiatan tersebut. Hal ini menjadi menarik bagi peneliti. Karena kegiatan Salawat Makah tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Tabek, namun di satu sisi mereka kurang paham dengan kegiatan tradisi tersebut, ini merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Berdasarkan uraian dari gejala tersebut, penulis menjadi tertarik untuk menelusuri kegiatan Salawat Makah lebih dalam lagi dalam penelitian ini. Penelitian ini membahas penyajian, fungsi dan makna dari Salawat Makah dalam prosesi kematian atau orang yang meninggal kehidupan masyarakat Tabek Kabupaten Tanah Datar. B. Fokus dan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka focus dan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk penyajian Salawat Makah di kanagarian Tabek Pariangan? 2. Bagaimanakah fungsi musikal dalam penyajian Salawat Makah di kanagarian Tabek Pariangan? 3. Apakah makna penyajian dari Salawat Makah terhadap masyarakat Tabek?
6
dalam prosesi kematian
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang gambaran : 1. Bentuk penyajian Salawat Makah di kanagarian Tabek Pariangan 2. Fungsi musikal dalam penyajian Salawat Makah di kanagarian Tabek Pariangan 3. Makna penyajian dari Salawat Makah dalam prosesi kematian terhadap masyarakat Tabek D. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk: a. Melahirkan teori dan metode untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam seni dan budaya, khususnya yang terkait dengan bentuk penyajian, fungsi musikal dalam penyajian, ritual dan makna Salawat Makah di daerah Tabek Pariangan Tanah Datar. b. Dapat dijadikan salah satu masukan dalam kajian ilmiah dalam pengelolaan lembaga seni dan budaya. 2. Manfaat praktis,hasil penelitian ini bermanfaat untuk: a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu kontribusi dimensi religius terhadap para generasi muda untuk mengetahui alasan-alasan yang kuat tentang amalan ritual Salawat Makah dalam bentuk nyanyian, sehingga mereka tidak bersifat taqlid (menuruti tanpa mengetahui alasan) dalam beribadat.
7
b. Dapat menambah literature tentang salah satu aspek tradisi local dalam adat kematian yang ada di Sumatera Barat. c. Dengan penelitian ini peneliti ingin memperkenalkan bahwasanya Salawat Makah adalah bagian dari musik. d. Merangsang kreativitas para peneliti lebih lanjut, dalam mengkaji budaya daerah,khususnya dalam bidang kajian budaya.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Sistem Religi Kemampuan otak manusia untuk membentuk gagasan-gagasan dari konsep-konsep dalam akalnya menyebabkan bahwa ia mampu membayangkan dirinya sendiri terlepas dari lingkungannnya, yang merupakan dasar dari kesadaran akan identitas dan kepribadian dirinya. Berbagai jenis hewan juga memiliki identitas diri, namun kesadaran akan identitas itu tidaklah setajam manusia, karena dangan akalnya manusia memiliki kemampuan untuk membayangkan peristiwa-peristiwa yang mungkin menimpa dirinya, baik yang membahagiakannya maupun yang dapat membawa kesengsaraan baginya. Sesuatu hal yang paling ditakuti manusia adalah apa yang pasti akan dialaminya, yaitu saat manusia menghadapi maut, yang kemudian merupakan salah satu sebab timbulnya religi. Sekurangnya ada dua konsep umum yang menerangkan tentang ‘kepercayaan’ kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap Tuhan, yaitu antara konsep agama dan konsep religi. Koentjaraningrat (1987:80), sebagai salah seorang tokoh antropologi terkemuka di Indonesia, mengatakan bahawa religi adalah sebagai bagian dari kebudayaan; dalam banyak hal yang membahas tentang konsep ketuhanan beliau lebih menghindari istilah ‘agama’, dan lebih menggunakan istilah yang lebih netral, yaitu ‘religi’ atau kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib yang berkuasa di luar diri manusia. Ada juga yang berpendirian bahwa sistem religi merupakan suatu agama, tetapi itu hanya berlaku bagi
9
penganutnya kepercayaan yang memiliki kitab suci; sistem religi Islam merupakan agama bagi anggota umat Islam, sistem religi Hindu Dharma merupakan suatu agama bagi orang Bali; ada juga pendirian lain yang mengatakan bahwa agama adalah semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh negara. Sebenarnya pendapat Koentjaraningrat di atas yang mengatakan bahwa religi adalah bagian dari kebudayaan karena beliau mengacu pada sebagian konsep yang dikembangkan oleh Durkheim (1912) mengenai dasar-dasar religi dengan empat dasar komponen, yaitu : 1. Emosi keagamaan, sebagai suatu substansi yang menyebabkan manusia menjadi religius; 2. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayanganbayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan atau yang dianggap sebagai Tuhan, serta tentang wujud dari alam gaib (supernatural); 3. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, Dewa-dewa atau Mahluk-mahluk halus yang mendiami alam gaib; 4. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut Keempat komponen tersebut sudah tentu terjalin erat satu dengan yang lain, menjadi suatu sistem yang terintegrasi secara bulat. Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa manusia.
Konsep ilmu
pengetahuan dan agama yang ada di muka bumi ini menyatakan, bahwa suatu bentuk aktifitas manusia yang dianggap sebagai suatu penyerahan diri terhadap Zat yang dianggap mengatur, menciptakan, atau menentukan kehidupan manusia
10
di dunia, dimana manusia hidup dan sudah mati yang mengacu kepada konsep Durkheim di atas dapat disebut sebagai agama. Begitu halnya yang terkait dengan ritual Salawat Makah, dimana ritual Salawat Makah mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan-pesan keagamaan, yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya dan Rasulnya serta hubungan antara sesama manusia. Penelusuran masalah religious masyarakat Tabek berkaitan dengan aspek sosio-adat masyarakat nagari Tabek Pariangan, karena aktivitas religius dan adatistiadat terintegrasi dalam suatu kesatuan yang didukung oleh masyarakat yang sama. Mengetahui seluk-beluk keagamaan dari sudut pandangan sosial (sosioreligius), akan dapat mengidentifikasi pejalanan spiritual mereka sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat di nagari Tabek Pariangan. 2.
Simbol Sehubungan dengan permasalahan simbol seni, adalah pernyataan
kehendak manusia mengenai sesuatu dalam bentuk atau wujud karya seni, dan mempunyai arti sesuai dengan maksud dari pernyataan itu. Sebagai sebuah bentuk simbolis, karya seni tentunya sudah mengalami transformasi, yaitu dari pengalaman manusia penciptanya yang diperdapat melalui perenunganperenungan, untuk kemudian membuatnya menjadi suatu pengalaman umum yang bisa dicerna orang lain. Dalam masyarakat tradisi, bentuk kesenian demikian diakui sebagai salah satu ungkapan kreativitas masyarakat secara kolektif. Oleh karenanya, masyarakat tersebut akan menganggap bahwa kesenian itu adalah milik mereka yang dapat mewakili keberadaan mereka di tengah-tengah kehidupan yang beraneka ragam. Dengan demikian, mereka akan memberi peluang untuk kesenian itu tumbuh dan berkembang, sekalipun pada awalnya
11
diciptakan oleh seorang dari anggota masyarakatnya. Menurut pendapat (Read, 1970: 121-130). Simbolisme dapat saja berbentuk karya seni yang unsur-unsur pendukungnya menggambarkan analogi nilai-nilai dari karater tertentu yang mewakili ide abstrak. Nilai-nilai ide abstrak itu akan membentuk kesatuan atau gestalte hubungan kualitas, kekuatan dan derajat. Selanjutnya Head (1928: 09). mengatakan bahwa fikiran manusia berfungsi
secara
simbolis
apabila
beberapa
komponen
pengalamannya
menggunakan kesadaran, kepercayaan, perasaan dari gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Perangkat komponen lain terdahulu adalah “simbol”, sedangkan perangkat komponen yang kemudian membentuk makna dari simbol. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu di “disebut “referens”. Dan menurut Enough
(1953:28). mendefinisikan bahwa simbol
merupakan karya atau pola apapun sebabnya, yang bekerja di dalam manusia serta berpengaruh kepada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harfiah dalam bentuk yang diberikannya. Selanjutnya ia membedakan antara bahasa yang bersifat denotative, yaitu tepat ilmiah, harfiah, sedangkan bahasa yang bersifat konotatif, yaitu berasosiasi, tidak persis tepat serta memungkinkan beragam penafsiran. Sehingga simbol menurut Enough termasuk dalam kategori yang kedua ini. Simbol memiliki maknanya sendiri dan bersamasama daya kekuatannya sendiri untuk menggerakkan kita. Pendek kata referens yang bersifat intelektual semata-mata tidak diterima, bahkan daya kekuatan simbol lebih bersifat emotif dalam diri manusia, sehingga merangsang untuk
12
bertindak dan dipandang cirri hakiki dari masyarakat. Triyanto mengutip Geertz, bahwa simbol adalah sarana untuk menyimpan atau mengungkapkan makna-makna; apakah itu berupa gagasan-gagasan (ideas), sikap-sikap (attitudes), pertimbangan-petimbangan (judgments), hasrat-hasrat (longings), atau kepercayaan-kepercayaan (belief), serta abstraksi-abstraksi dari pengalaman tertentu (abstractions, foom Experience fixed) dalam bentuk yang dimengerti (Triyanto, 2001: 21). Simbol merupakan sebuah sistem “penandaan” yang di dalamnya mengandung makna harfiah, bersifat primer dan langsung ditunjukkan, tetapi juga mengandung makna lain yang bersifat sekunder dan tidak langsung, biasanya berupa kiasan yang hanya dapat dipahami berdasarkan makna pertama. Sehingga sistem simbol tersebut merupakan perwujudan yang memiliki makna ganda, pertama menunjuk pada makna harfiah, dan yang kedua menunjuk pada makna tersembunyi, sehingga simbol itu pada hakekatnya adalah makna tersembunyi (Husen & Hidayat , 2001: 414-415). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa simbol itu merupakan sesuatu yang mempunyai makna ganda atau tidak mutlak, tergantung masingmasing individu menafsirkannya. Simbol juga bisa bermakna secara harfiah dan tersembunyi, artinya suatu penyimpanan makna ataupun pengungkapan makna baik berupa ide, gagasan ,kepercayaan serta abstraksi dari pengalaman yang bisa dilihat secara nyata dan tidak nyata. Hal ini dapat di contohkan pada penyajian Salawat Makah dalam prosesi ritual kematian di Nagari Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Berbagai hal yang terdapat dalam penyajian Salawat Makah seperti teks yang dibaca pada saat penyajiannya, dan penyaji
13
Salawat Makah itu sendiri merupakan simbol yang mempunyai makna tertentu bagi masyarakatnya. Sehingga memberikan suatu bentuk komunikasi baik verbal maupun visual. 3.
Makna Dasar dalam pemanfaatan teori semiotik pada penyajian Salawat Makah
ini adalah berkaitan dengan makna. Makna yang terkait selain dari makna dari teks juga terdapat makna penyajian dari Salawat Makah tersebut. Makna teks artinya disini adalah makna yang terkandung dalam teks salawat, sementara makna penyajian Salawat Makah ini berhungan dengan masyarakat itu sendiri. Suatu teori yang berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna adalah interaksionalisme simbolik. Blumer (2006:8). dalam buku Spradley mengidentifikasi tiga premis sebagai landasan teori diantaranya adalah: 1.
Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka.
2. Yang mendasari interaksionalisme simbolik adalah bahwa makna berbagai hal itu berasal dari atau muncul dari intraksi sosial seseorang dengan orang lain. 3. Makna ditangani atau dimodifikasi melalui proses penafsiran yang digunakan orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi oleh orang tersebut Sementara Spradley (2007:139). secara singkat meringkas beberapa penegasan dasar relasional tentang makna sebagaimana berikut ini: 1. Sistem makna budaya disandikan dalam simbol-simbol. 2. Bahasa merupakan sistem simbol utama yang menyadikan makna budaya dalam setiap masyarakat.Bahasa dapat digunakan untuk
14
membicarakan semua simbol lain yang diandaikan. 3. Makna simbol apapun merupakan hubungan dari simbol itu dengan simbol lain dalam suatu budaya tertentu. Dalam pandangan Sausure makna sebuah tanda yang sangat dipengaruhi oleh tanda yang lain ,sementara Junus menyatakan makna dianggap sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur itu. (Sobur, 2009:126) Pemikiran interaksionis simbolik (Herbert, 1969) menekankan arti pentingnya pemberian makna dalam menafsirkan perilaku yang diberikan atas suatu respon dari stimulus tertentu, untuk itu pendekatan ini menekankan arti pentingnya mempelajari simbol-simbol dalam suatu interaksi manusia. Dengan demikian akan dapat dipahami sesuatu yang menjadi latar belakang, proses dan prospek dari stimulus dan respon yang terjadi. Lebih lanjut Ritzer (1988) mencoba merumuskan perinsip dasar dari teori interaksionis simbolik, sebagi berikut: Pertama, makhluk manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, dan kemampuan berfikir tersebut akan dapat terpenuhi dalam suatu interaksi sosial. Kedua, dalam suatu interaksi sosial, manusia belajar akan arti dari suatu makna dan simbolsimbol tersebut sesuai dengan kemampuan berfikir. Ketiga, makna dari suatu arti atau simbo-simbol yang dihasilkan dari kemampuan berfikirnya, akan mempengaruhi seseorang sedemikian rupa dalam suatu interaksi sosialnya. Keempat, sebagai hasil dari peroses pemikirannya, akan menyebabkan seseorang saling berintekrasi dengan orang lain, dan selain itu juga mampu meneliti interaksi mana yang menguntungkan atau merugikan. Kelima, perpaduan aksi dan interaksi inilah yang menjadi dasar seseorang untuk berkelompok dan bermasyarakat.
15
Makna yang ada pada penyajian Salawat Makah ini adalah hal yang berkaitan dengan
arti teks atau nilai -nilai yang terkandung didalam serta
kaitannya dengan masyarakat Tabek. Menurut informasi yang saya dapatkan pada pra penelitian tanggal 13 April 2013, hal yang terkandung dalam penyajian Salawat Makah ini juga berkaitan dengan prilaku sosial dimana prilaku sosial itu adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apapun (kecuali mungkin perasaan yang telah melakukan kebaikan)Atau juga dapat diartikan segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk
menolong
orang lain tanpa
mempedulikan motif-motif apapun dari si penolong. 4. Struktural Fungsional Menurut Parson dalam Koentjaraningrat (1989 : 78) bahwa manusia merupakan sebuah komponen dalam sebuah sistem, yaitu sistem sosial. Sehingga sistem tersebut memiliki struktur sebagai sebuah proses dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupannya bermasyarakat. Ini mengartikan bahwa masyarakat didalam linkunganya memiliki fungsi dan dan fungsi bagi dirinya dan orang lain. Malinowski (1983: 130) menjelaskan bahwa proses dan aktivitas berperan mempertahankan fungsi. Kaberry di dalam koentjaraningrat ( 1987 ; 167 ) menjelaskan fungsi sosial dalam suatu adat, serta pengaruh atau efek terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, sesuai dengan konsepsi masyarakat yang bersangkutan,. Durkheim di dalam palomo ( 2003 ; 25 ) keseluruhan organis memiliki realitas sendiri, keseluruhan tersebut memiliki seperangkat kebutuhan dan fungsi tertentu
16
yang harus dipenuhi oleh bagian – bagian yang menjadi angotanya agar dalam keadaan normal tetap langgeng, ini mejelaskan bahwa kondisi masyarakat harus seimbang, ini mengartikan masyarakat harus sadar dengan
fungsi dan peran
dilingkunganya, sehingga akan menghasilkan suasana yang kondusif. Indrayuda ( 2012 ; 17 ) sistem sosial merupakan sebuah kerangka acuan bagi masyarakat untuk berintegrasi dan berinteraksi, sebagai sebuah suku bangsa yang beradab dan bermartabad suku minangkabau juga memiliki sistem sosial yang digunakan oleh masyarakatnya. Tentunya masyarakat dalam menjalin komunikasi tidak akan bisa lepas dari rel yang telah terbentuk dengan sendirinya sebelum manusia itu ada yaitu sistem sosial, sistem ini terbentuk dengan sendirinya atas kesadaran manusia dengan kehidupanya sehingga memberikan cara bagai mana manusia itu bertahan hidup. Christomy ( 2004:19 ) sistem sosial budaya merupakan sistem yang secara langsung yang bersifat adaptif terhadap lingkungan sosial- bukanlah kebudayaan atau sistem budaya. Hal ini berarti bahwa organisasi sosial langsung berkaitan dengan produksi dan penggarapan lingkungan merupakan unsur dari sistem sosial budaya. Dalam pandangan ini, sejumlah kebutuhan harus dipenuhi kalau suatu masyarakat ingin hidup. Kebutuhan tersebut adalah untuk penyesuaian, pencapaian tujuan. Integrasi, dan pemeliharaan pola-pola. Maka itu, perlu empat subsistem dalam masyarakat, yaitu ekonomi, politik, kebudayaan, dan sosialisasi (melalui keluarga dan sistem pendidikan). Masyarakat berkembang bila terjadi pertukaran yang kompleks di antara subsistem-subsistem. Subsistem politik menghasilkan sumber-sumber, kekuasaan otoritas, yang kemudian melahirkan
17
ekonomi berdasarkan uang. Dengan otoritas yang diperoleh dari negara, ekonomi menciptakan modal, yang pada gilirannya menjalankan politik. Dalam masyarakat dipandang sebagai sebuah sistem yang saling berfungsi untuk menjaga keseimbangan (equilibrium) sistem tersebut. Oleh sebab itu, masyarakat dipandang sebagai keanekaan atau keberagaman baik dari sisi fungsi dan status yang semuanya mendukung kearah fungsi-fungsi keseimbangan sosial tadi. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat mempunyai peran dan fungsi tersendiri di dalam lingkunganya, setiap orang akan berlaku sesuai fungsinya, dengan artian Salawat Makah mempunyai fungsi didalam masyarakat pendukungnya. Karena keberadaan Salawat Makah
ini di dalam lapisan
masyarakat akibat dari sebuah kebutuhan masyarakat akan hal tersebut, yang memberikan pengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. Karena kehadiran Salawat Makah dan unsurnya merupakan proses yang terjadi didalam masyarakat. Salawat Makah dan segala unsurnya merupakan komponen yang terdapat didalam masyarakat, dimana antara satu komponen dengan kompenen lainya saling berinteraksi dan berhubungan, dengan artian Salawat Makah merupakan struktur sosial yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Di dalam masyarakat tidak ada komando yang menjadi kompas sebagai petunjuk arah, karena masyarakat mempunyai fungsi sendiri – sendiri, maka dari itu Salawat Makah dan pelakunya mempunyai peran penting didalam masyarakatnya sendiri. 5. Musik dan Fungsi Musik dalam Masyarakat a. Musik Menurut Poppy (1979:12) menyatakan musik adalah vocal yang dikeluarkan oleh suara manusia, suara instrumenal yang ditimbulkan oleh alat –
18
alat musik dan campuran seni suara manusia dan suara alat- alat musik. Boestanul (1983:7) mendefinisikan musik adalah alat komunikasi dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu musik dapat didefenisikan sebagi sesuatu yang lahir dari ungkapan perasaan dan kesan-kesan yang seintim-intimnya dari penciptaan yang dituangkan melalui bunyi dan merupakan permainan nada-nada yang merdu didengar.
Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwasanya musik
sebagai sebuah hasil karya seni yang lahir melalui ekspresi para penciptanya dapat berfungsi untuk menghibur dan membuat orang merasa nyaman mengalami kehidupannya. Musik itu tidak terbatas hanya pada alat musik saja tetapi juga terdapat pada suara manusia, jadi bisa disimpulkan bahwasanya musik itu tidak selalau seiring antara alat musik instrumen dan suara manusia, artinya dia bisa berdiri sendiri antara alat musik instrumen dan suara manusia. Seperti hal nya yang terdapat pada penyajian Salawat Makah. Salawat Makah termasuk musik yang hanya disajikan oleh suara manusia saja seperti yang dikemukan oleh Dungga (1983:164). pada lagu musik terikat pada bahasa. Artinya terikat pada bahasa karena isinya, bentuk dan teristimewa oleh hubungan bunyi dari kata- kata. Merujuk dari uraian diatas, Salawat Makah juga terikat dengan kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah sajak yang berisi sanjungan terhadap Nabi dan dibawakan kedalam sebuah nyanyian. b. Fungsi Musik Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (1988: 245) fungsi berarti kegunaan suatu hal. Menurut Purwanto, dkk (2003) seni musik memiliki fungsi dalam setiap bidang kehidupan manusia secara langsung maupun tidak. Koentjaraningrat (1980: 227), bahwa fungsi dapat pula diartikan suatu hubungan
19
guna antara satu hal dengan suatu tujuan tertentu. Salah satu contoh keterkaitan fungsi dengan seni sangat mencolok terlihat pada dunia tari. Apalagi penggabungan antara seni musik dan seni tari yang akan menimbulkan fungsi musik di dalam seni tari tersebut. Menurut Meriam dalam Abu bakar (2011: 26). Terdapat beberapa fungsi musik, yaitu : a. Sebagai sarana entertainer : musik berfungsi sebagai sarana hiburan. b. Sebagai sarana Komunikasi : musik sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama orang yang berbeda Negara. c. Sebagai persembahan : musik sebagai simbol kebudayaan masyarakat. d. Sebagai respon fisik : musik bisa digunakan juga untuk pengiring aktifitas ritmik dan pembangkitan emosi jiwa. e. Sebagai keserasian norma-norma masyarakat, norma sosial atau ikut berperan dalam moral sosial. f. Sebagai intuisi sosial dan ritual keagamaan : musik dapat memberikan kontribusi sosial dan keagamaan. g. Sebagai sarana kelangsungan dan statistik budaya :berperan serta untuk pelestarian guna kelanjutan dan stabilitas budaya. h. Sebagai wujud integra dan identitas masyarakat. Merriam dalam bukunya The Antropologi Of musik yang diterejmahkan oleh Perlman (1964:209) menguraikan bahwa pengguna dan fungsi merupakan salah satu masalah yang terpenting di dalam disiplin etnomusikologi. Karena dalam mempelajari peri laku manusia, kita bukan hanya mencari fakta – fakta deskriptif mengenai musik, tetapi yang lebih penting ialah makna dari musik itu.
20
Fakta –fakta deskriptif meskipun penting akan memberi sumbangan yang besar apabila digunakan untuk memahami secara lebih luas gejala-gejala yang telah dideskriptifkan. Kita bukan hanya ingin mengetahui apakah sesuatu itu (dalam hal ini Salawat Makah) akan lebih besar artinya apabila kita ketahui apakah yang di lakukan sesuatu itu (efek Salawat Makah) terhadap manusia dan bagaimana Salawat Makah itu menghasilkan efek tersebut. Khan (2002:128) mengatakan, bahwa “Tidak ada yang lebih baik untuk digunakan sebagai sarana mencapai keluhuran jiwa, dari pada musik.” Baghdadi (1992:84), menyatakan pengaruh musik dan nyanyian berakibat baik terhadap manusia jika nyanyian itu diwarnai dengan nilai-nilai ke Islaman. Tentang hal ini, Sidi Gazalba dalam Baghdadi (1992:85) berpendapat, “Musik dapat menimbulkan gejolak emosi di dalam batin pendengarnya. Merangsang mereka kepada gerakan-gerakan, tetapi nada musik dapat pula menimbulkan ketenangan, kerukunan, damai, dan kenikmatan hati. Nada musik yang melahirkan kesan seperti itu selaras dengan kesan yang dikehendaki Islam. Dari semua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu hal yang berhubungan dan sangat penting sehingga tidak bisa dipisahkan. Fungsi musik sangatlah berarti, karena dengan musik dapat memberikan berbagai macam hal keterkaitan antara seniman dan masyarakat pendukung. Begitu juga hal fungsi musik yang terdapat pada Salawat Makah ini salah satu diantaranya adalah intuisi sosial dan ritual keagamaan : musik dapat memberikan kontribusi sosial dan keagamaan.
21
6. Penyajian atau Pertunjukan Pokok dari Salawat Makah ini adalah bentuk penyajiannya,dimana penyajian Salawat Makah yang berhubungan dengan latar
belakang, fungsi dan guna
serta eksistensinya di tengah masyarakat pendukungnya. Masalah bentuk penyajian seperti yang diungkapkan Djelantik (1990:14) bahwa bentuk merupakan unsur-unsur dasar dari susunan pertunjukan. Unsur-unsur penunjang yang membantu bentuk itu dalam mencapai perwujudannya yang khas adalah: seniman, alat musik, kostum dan rias, lagu yang disajikan, tempat pertunjukan, waktu serta penonton. Pengertian penyajian menurut Djelantik (1999:73) penyajian
yaitu
bagaimana
kesenian
itu
disuguhkan
kepada
yang
menyaksikannya, penonton, para pengamat, pembaca, pendengar, khalayak ramai pada umumnya. Sedangkan unsur yang berperan dalam penampilan atau penyajian adalah bakat, keterampilan, serta sarana atau media. Menurut pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian merupakan penampilan yang meliputi hal-hal sebagai berikut seperti , pemain musik, musik, kostum, penonton dan tempat pertunjukan. Maka unsur-unsur yang terdapat di dalamnya seperti musik, susunan pemusik, pemain musik, tempat pertunjukan dan penonton serta yang meliputi struktur penyajian lagu-lagunya merupakan unsur dari bentuk penyajian Salawat Makah. Daryusti (2010:189) mengatakan bahwasanya penyajian dalam kamus besar Bahasa Indonesia berararti apa yang telah disajikan atau di hidangkan, sementara Daryustti sendiri menyimpulkan penyajian itu dihubungkan dengan tari adalah kemampuan tekhnik menari dalam membawa tarian.Kalau kita hubungkan penyajian yang berkaitan dengan seni itu lebih cendrung dengan nama
22
pertunjukan Indrayuda (2012 : 99) menyatakan bahwa seni pertunjukan adalah bentuk seni yang dapat dipersembahkan atau dipertunjukan baik diatas panggung atau tidak, yang bersifat hidup dan bergerak serta ada pemain dan penonton yang menyaksikannya. Sedyawati (1981 : 60) mengatakan seni pertunjukan adalah sesuatu yang berlaku dalam waktu. Suatu lokasi mempunyai artinya hanya pada waktu suatu pengungkapan seni berlangsung di situ. Hakekat seni pertunjukan adalah gerak, adalah perubahan keadaan, karena itu maka substansinya terletak pada menyiasati serta prosesnya sekaligus.
Suatu daya rangkum adalah
sarananya, suatu cekaman rasa adalah tujuan seninya, sedangkan ketrampilan teknis adalah bahannya. Dari pendapat diatas bila dihubungkan dengan penyajian Salawat Makah, dapat disimpulkan bahwa penyajian
atau pertunjukan Salawat Makah
membawakan salawat yang dipersembahkan oleh masyarakat tabek pada acara ritual kematian dimana yang menjadi pemainnya adalah masyarakat Tabek yang kaum laki-laki dan yang menjadi penontonnya adalah pihak keluarga yang ditinggal almarhum. Suatu pertunjukan seni tradisional berhubungan erat dengan masalah penggunaan dan fungsi sebagai suatu pengkajian sosial antropologis, mengapa suatu bentuk kesenian menjadi berguna dan berfungsi oleh manusia ? Masalah ini tidak dapat di jawab dengan fakta dari suatu pertunjukan saja, tetapi jawabannya bisa ditemukan dengan mempelajari konsep kesenian yang berhubungan dengan segi kehidupan masyarakat pendukung yang bersangkutan. Kemudian masalah stuktur penyajian lagu-lagu yang disajikan merupakan
23
salah satu bagian dari kajian musikologis. Menurut Shandly (1986:389)”Istilah musikologi menunjukkan kata benda yang artinya ilmu musik ” kata musikologis menunjukkan kata sifat yang berasal dari istilah musikologi, maksudnya kajian yang berhubungan dengan segala kegiatan – kegiatan yang mempelajari kejadiankejadian musik, atau hal- hal yang berhubungan dengan musik. Dalam konteks sekarang ini adalah menyangkut unsur musikal yang dikandung oleh kegiatan ritual Salawat Makah tersebut.
Dungga (1983:186) juga menjelaskan bahwa
keindahan musik itu terletak pada unsur- unsur musiknya, diantaranya: melodi secara lugas merupakan suatu rentetan nada yang mempunyai tinggi dan lama nada yang tak sama, harmoni adalah bunyi-bunyian dari dua nada atau lebih, dan irama adalah gerak yang wajar dan metrum adalah pembagian yang teratur dari gerak. Dan mengenai penyaji dari Salawat Makah , ini tergantung pada konteks dari pertunjukannya. Seperti yang di ungkapkan oleh Sedyawati (1981:52) Seni pertunjukan di Indonesia berangkat dari suatu keadaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik yang berbeda satu sama lain. Dalam lingkunganlingkungan etnik ini, adat, atau kesepakatan bersama yang turun temurun mengenai prilaku, mempunyai wewenang untuk menentukan rebah bangkitnya suatu seni pertunjukan. Dikaitkan dengan penyaji Salawat Makah
juga di
tentukan oeh kesepakatan bersama yang secara turun temurun menetukan bahwa penyaji Salawat Makah adalah hanya kaum laki-laki. 7. Pengertian Salawat Makah Menurut pra penelitian penamaan Salawat Makah ini diambil dari
dari
dua suku kata yaitu Salawat dan Makah. Bila dilihat dari pengrtian salawat itu
24
sendiri, Salawat adalah bentuk jamak dari shalat, berarti rahmat, kemuliaan dan kesejahteraan, arti berselawat dapat dilihat dari pelakunya, maksudnya adalah jika salawat itu datang dari orang mukmin berarti suatu do'a, agar Allah SWT memberi rahmat dan kesejahteraan kepada nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Salawat juga dapat berarti do'a baik untuk diri sendiri maupun orang banyak atau untuk kepentingan bersama (Ensiklopedi Islam, 2003;260). Dalam kamus Bahasa Indonesia salawat juga berarti permohonan kepada tuhan ataupun berdo'a memohon berkat tuhan ataupun do'a kepada Allah SWT untuk nabi muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. (Balai pustaka,1018). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa salawat adalah do'a untuk diberikan rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muahammad SAW beserta keluarga dan kerabatnya. Bila dikaitkan dengan penyajian Salawat Makah, teks yang terkait pada salawat ini juga berisi puji-pujian kepada nabi Muhammad S.A.W. Sementara kata Makah dianggap adalah tempat asal dari teks salawat tersebut. 8. Ritual Secara umum dikenal adanya berbagai macam ritual didalam kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan perkawinan, kelahiran, kematian dan lain – lain. Suanda (2006:251) mengatakan ritual itu adalah upacara berulang yang dilakukan suatu komunitas atau keluarga, diadakan untuk keperluan berbagai ukuran,dengan sendirinya memiliki berbagai makna. Henslin (2006: 168) Ritual yaitu upacara yang diulang-ulang, juga merupakan simbol yang dapat membantu dan mempersatukan orang ke dalam suatu komunitas moral, dan mencakup kegiatan seperti berlutut dan berdoa pada waktu-waktu tertentu, membungkuk,
25
bernyanyi, menyalakan lilin dan dupa, membaca kitap suci, prosesi, pembabtisan, pernikahan, makaman dan sebagainya. Dari kutipan di atas penulis menyimpulkan bahwa ritual tersebut merupakan upacara untuk memperingati suatu kebiasaan dimana sudah dilakukan sejak dahulu dan diturunkan kepada generasi penerus supaya adat dan kebiasaan itu tetap di kenang. Salawat Makah ini berkaitan dengan ritual kematian, bila dilihat didunia ini dalam kehidupan manusia terdapat secara jelas diketahui ritual kematian dalam beragam bentuk telah menyertai sejarah kehidupan manusia. Misalnya saja ritual kematian yang terdapat di (Kampai Tabu Karambia) KTK Kota solok.upacara ritual bailau dilakukan apabila ada di antara anggota keluarga masyarakat nagari Salayo meninggal dunia di rantau, namun jasadnya tidak dapat dikebumikan di kampung halamannya, maka sanak keluarga yang ada dikampung menangis dan meratap sambil berdendang dengan isi ratapan berkisar tentang kebaikan-kebaikan orang yang telah meninggal dunia tersebut. Berbeda dengan ritual Salawat Makah ini di lakukan pada malam pertama setelah orang yang meninggal di makamkan, penyajian Salawat Makah ini dilakukan oleh masyarakat Tabek dengan didorong oleh rasa kebersamaan dan sukarela . Pada dasarnya ritual Salawat Makah merupakan salah satu unsur budaya. Salawat Makah tidak bisa terlepas dari masyarakat yang mempunyai aspek sosial merupakan kedudukan penting bagi masyarakat Tabek Kec.Pariangan Kab.Tanah Datar. Dapat dikatakan bahwa salawat dapat hidup dan berkembang sepanjang masyarakat tetap mempertahan kannya.
26
9. Teks dan Konteks Berkaitan dengan penyajian Salawat Makah ini berpegang pada teks Salawat Makah, yang teks salawat itu diambil dari kitab “Dalai’l khairat” Mengingat apa itu teks, Budiman dalam bukunya Sobur (2009:53) menjelaskan teks adalah seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu. Sementara Sobur (2009:54) menjelaskan dalam teori bahasa teks tak lebih dari himpunan huruf yang membentuk kata-kata dan kalimat yang dirangkai dengan sistem tanda yang disepakati oleh masyarakat sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa mengungkapkan makna yang dikandungnya. (Putra, dalam editor Putra, 2000: 4002) memandang fenomena kesenian sebagai teks sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Telaah tekstual atau simbolik dalam antropologi, yang biasa disebut juga sebagai telaah hermeneutik, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yakni (a) telaah simbolik dan (b) telaah struktural. Perlu diingat di sini bahwa penggolongan ini tidaklah ketat sama sekali. Cara ini hanyalah untuk memudahkan kita memahami analisis yang digunakan, sehingga kita dapat membedakan dengan baik apa sebenarnya asumsiasumsi dasar yang melandasi cara analisis tersebut. Baik kajian simbolik maupun structural pada dasarnya berusaha menafsirkan karya seni sebagai sebuah “teks” yang dapat dibaca. Perbedaannya adalah bahwa dalam strukturalisme penafsiran ini dilakukan setelah suatu karya seni dianalisis secara structural terlebih dahulu, sedang dalam pendekatan simbolik hal semacam itu tidak dilakukan. (Putra, 408-409) Pendekatan Kontekstual: Karya Seni dalam Konteks, dalam pendekatan ini metapor tentang kesenian itu sendiri tidak harus berubah.
27
Kesenian yang dianalisis tetap dapat dilihat sebagai teks, namun kini teks tersebut ditempatkan dalam sebuah konteks. Artinya, di sini teks seni tersebut kemudian dihubungkan dengan berbagai fenomena lain dalam masyarakat dan kebudayaan di mana teks tersebut berada. Hubungan ini pada umumnya adalah hubungan sebab-akibat, hubungan fungsional atau hubungan saling ketergantungan dan mempengaruhi.
Konteks di sini mendapat porsi perhatian yang lebih besar,
karena menurut pendekatan ini makna atau eksistensi fenomena yang dikaji hanya dapat dipahami dengan baik jika dia dikaitkan dengan konteksnya.
Tanpa
mengabaikan arti pentingnya teks itu sendiri, bagaimanapun juga sebuah kesenian dianggap menjadi ‘hidup’ karena konteksnya. Kesenian sebagai suatu gejala sosial yang muncul dalam konteks tertentu dapat kita hubungkan atau memiliki hubungan dengan berbagai fenomena lain dalam masyarakat.
Kesenian dapat kita kaitkan dengan situasi atau aktivitas
politik, dengan ekologi, dengan berbagai perubahan yang terjadi, dan sebagainya. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasanya teks adalah sebuah huruf, tanda, dan rangkaian kata yang membentuk kalimat yang mempunyai makna tertentu bagi si pembaca.
Bila dikaitkan dengan teks yang di dalam
Salawat Makah ini adalah teks salawat berisikan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini berhubungan dengan konteksnya terhadap masyarakat Tabek, teks tersebut ditempatkan dalam sebuah konteks. Artinya, di sini teks Salawat tersebut kemudian dihubungkan dengan ritual kematian dalam masyarakat Tabek . Hubungan ini pada umumnya adalah hubungan sebab-akibat di dalam kehidupan sosial masyarakat Tabek tersebut.
Kini teks tersebut
ditempatkan dalam sebuah konteks. Artinya, di sini teks seni tersebut kemudian
28
dihubungkan dengan berbagai fenomena lain dalam masyarakat dan kebudayaan di mana teks tersebut berada. Konteks di sini mendapat porsi perhatian yang lebih besar, karena menurut pendekatan ini makna atau eksistensi fenomena yang dikaji hanya dapat dipahami dengan baik jika dia dikaitkan dengan konteksnya, tanpa mengabaikan arti pentingnya teks itu sendiri. B. Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan Konsep Penyajian Salawat Makah dalam Ritual Kematian ini seperti yang ditulis oleh Hajizar (1994) yang meneliti Barzanji sebagai suatu ritual keagamaan (islam) pada upacara-upacara yang berhubungan dengan ajaran agama Islam di masyarakat Daerah Bunga Tanjung Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Hajizar menemukan bahwa penyajian Barzanji merupakan represntasi dari penyampaian rasa hormat dan keagungan terhadap Nabi Muhamad dan keluarganya. Dan refleksi dari berzanji tersebut mendidik masyarakat untuk senantiasa mengenang jasa Nabi Muhamad dan perjuangannya membawa umat manusia dari lembah kegelapan sampai keadaan yang terang benderang dari perilaku dan aklak saat ini. Artinya hajizar mengungkapkan bahwa berzanji merupakan sebuah musik yang memiliki fungsi sebagai media dakwah. Zahara Kamal (2003) yang meneliti Seni Pertunjukan Ilau dalam Upaya pertahanan Kesinabungan seni Budaya Minangkabau (Kajian Totem) dengan judul “Wanita Lansia dan Nyanyian Ritual Dalam Ratapan Kematian (Bailau)”. Zahara kamal berbicara masalah ritual kematian, namun ritual kematian yang ditemukan Zahara atau yang dikaji Zahara bukanlah yang berhubungan dengan agama Islam. Artinya Zahara menemukan bahwa Bailau merupakan
29
manifestasi untuk menyampaikan rasa hormat dan untuk mengenang orang yang telah meninggal sebagai bagian dari kerabatnya. Selain itu Zahara juga menemukan bahwa Bailau tersebut merupakan bagian dari musik, karena ada syair dan irama atau ritme. Kedua penelitian relevan tersebut menjadi rujukan bagi peneliti untuk penelitian ini. Selain itu, peneliti menempatkan diri peneliti dalam kajian yang lain dari kedua peneliti tersebut. Meskipun begitu kedua hasil penelitian tersebut sedikit banyaknya telah menyumbangkan beberpa pokok pikiran tentang ritual, musik ritual dan ritual kematian. Sebab itu, penelitian ini kan mengkaji tentang Salawat Makah dan hubungannya dengan kematian seseorang di nagari Tabek Pariangan Tanah Datar. C. Kerangka Konseptual Kegiatan ritual Salawat Makah yang dilaksanakan oleh masyarakat nagari tabek Kecamatan Pariangan sebuah penyajian yang berkaitan dengan budaya , adat, dan terdapat juga unsur musik di dalamnya. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat nagari Tabek menyajikan Salawat Makah pada acara ritual kematian, dan ini sudah menjadi bagian dari adat salingka nagari, karena Salawat Makah hanya berlaku di kanagarian Tabek Kecamatan Pariangan. Ada banyak acara ritual kematian yang di lakukan oleh masyarakat Minangkabau. Salah satu nya adalah Salawat Makah yang ada di daerah Tabek Kecamatan Parianagan, ritual ini dilakukan setelah malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman. Dalam penyajian Salawat Makah ini dilakukan oleh masyarakat terutama kaum laki-laki yang berpedoman kepada sebuah teks
30
salawat yakni teks yang berisi puji-pujian kepada nabi, keluarga dan sahabatnya, dan penyajiannya juga terdapat unsur musik di dalamnya. Salawat Makah ini sudah menjadi sebuah tradisi oleh masyarakat Tabek, dan ini bukan hanya sekedar acara ritual kematian saja tetapi ada fungsi musikal , makna yang terkandung di balik penyajian Salawat Makah tersebut. Hal ini akan dijelaskan dalam bentuk kerangka konseptual. Berdasarkan pemaparan diatas,kerangka konsptual penelitian sebagai berikut: Masyarakat Tabek
Adat
Upacara Kematian
Salawat Makah
Bentuk penyajian
Fungsi musikal
Makna penyajian
Salawat Makah
Salawat Makah
Salawat Makah
Gambar 1 Kerangka Konseptual
31
BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif,
yakni
berusaha
mengungkapkan makna prilaku dan tindakan orang-orang dalam berbagai situasi sosial pada masyarakat, dalam kaitannya dengan masyarakat Tabek dalam memaknai kesenian Salawat Makah. Pendekatan kualitatif bertitik tolak dari pandangan
fenomenologis
yang
penekanannya
pada
“verstehen”,
yaitu
pemahaman makna tingkah laku menusia sebagaimana yang dimaksudkan oleh pelakunya sendiri, dan bagi peneliti sendiri sifatnya interpretative (Wiber, dalam Bogdan dan Taylor, 1975). Artinya pandangan fenomenologis tidak mengakui bahwa paneliti tahu apa makna sesungguhnya, dari tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang diteliti. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif ingin mengetahui makna suatu fenomena menurut sipelakunya sendiri. Pandangan dari masyarakat dijadikan sebagai tujuan untuk mendalami makna dan fungsi Salawat Makah di nagari Tabek Kecamatan Pariangan Tanah Datar. Situasi sosial yang dimaksud harus memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Faisal (1990: 59-60) yakni seperti berikut; (1) situasi sosial yang relatif banyak dapat merangkum informasi tentang domain-domain yang tercakup dalam topik penelitian, (2) situasi yang cukup sederhana untuk diamati, (3) situasi sosial yang relatif mudah dimasuki, (4) situasi sosial yang dapat diobservasi, (5) situasi sosial yang terganggu bila diobservasi, (6) situasi sosial yang berlangsung relatif sering berulang, (7) situasi sosial yang mudah bagi peneliti untuk berpartisipasi.
32
B. Latar Penelitian dan Kehadiran Peneliti Penelitian ini dilakukan di Tabek Kecamatan Pariangan. Pada umumnya mata pencarian masyarakat nagari Tabek Kecamatan Pariangan lebih dominan sebagai petani, disamping wirausaha dan pegawai negeri. Kondisi masyarakat di Tabek Kecamatan Pariangan masih homogen, tidak begitu banyak bercampur dengan masyarakat lain. Kehadiran peneliti direncanakan sekadar berkunjung dengan beberapa tokoh masyarakat, yang sekaligus merupakan orang yang berpengaruh di nagari Tabek Kecamatan Pariangan. Sebelumnya kehadiran peneliti belum diketahui oleh masyarakat, karena peneliti hanya bersifat grand tour saja. Sehingga peneliti menyembunyikan kehadiran peneliti sementara waktu dari masyarakat. Setelah peneliti menetapkan bahwa nagari Tabek Kecamatan Pariangan merupakan lokasi penelitian dan Salawat Makah merupakan objek penelitian, peneliti mulai berintegrasi dengan beberapa pelaku Salawat Makah maupun dengan masyarakat sekitar. Untuk memudahkan memasuki wilayah penelitian, peneliti mencoba mendekatkan diri secara budaya dan sosial kepada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh pemuda di daerah nagari Tabek Kecamatan Pariangan, sehingga kehadiran peneliti tidak mencurigai bagi masyarakat setempat. Numun untuk menghindari subjektivitas dan menjaga keobjektifan penelitian, peneliti tidak terlalu larut dalam persoalan sosial masyarakat. Masyarakat nagari Tabek Kecamatan Pariangan, termasuk masyarakat yang mudah untuk menerima kehadiran pendatang. Hal ini terbukti banyaknya perumahan masyarakat pendatang yang bermukim di nagari Tabek Kecamatan
33
Pariangan. Sebab itu, dengan kondisi sosial masyarakat nagari Tabek Kecamatan Pariangan yang terbuka tersebut, memudahkan bagi peneliti untuk bergaul dan bertutur sapa, sembari meminta informasi mengenai Salawat Makah. Keadaan masyarakat di nagari Tabek Kecamatan Pariangan telah membuka kesempatan bagi peneliti untuk menelusuri lebih dalam tentang keberadaan Salawat Makah. Sehingga biasanya persoalan sosial yang selama ini menghambat persoalan penelitian di lapangan, pada penelitian ini tidak begitu ditemuai masalah sosial tersebut. Pada gilirannya, peneliti mempunyai relasi yang dapat membantu peneliti untuk memberikan informasi, yang dapat mendukung data untuk temuan penelitian ini. C. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah semua aktor (pelaku) yang terlibat dalam pertunjukan, dan pengelola, serta pewaris dari Salawat Makah pada masyarakat nagari Tabek Kecamatan Pariangan. Informan yang masuk kategori pelaku dalam pertunjukan Salawat Makah adalah pemain Salawat, dan pelatih Salawat atau sesepuh Salawat Makah. Selain itu aktor dari pengelola Salawat Makah adalah para pewaris yang merupakan komunitas surau di nagari Tabek. Sedangkan pewaris adalah para sesepuh yang memegang pengelolaan dan sebagai nara sumber utama dalam penelitian ini. Pewaris yaitu pemegang hak kuasa dalam menyatakan sah tidaknya Salawat Makah diwariskan pada seseorang, atau yang paling menentukan dalam persoalan segala sesuatu yang berhubungan dengan struktur, pertunjukan.
34
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan tentang kriteria informan, yaitu informan yang terlibat langsung dengan aktivitas serta yang tidak terlibat langsung dengan aktivitas Salawat Makah. Selain itu, juga adalah informan masyarakat dan tokoh masyarakat. Informan yang terlibat langsung dengan aktivitas Salawat Makah adalah pemain Salawat dan pewaris serta sesepuh dan pengelola, diantaranya adalah H. Hafzi Dtk. Batuah selaku ketua KAN nagari Tabek, Erdinal Malin Marajo, S. Ag ( penyaji Salawat Makah ), Irzal Dtk. Bandaro Putiah, S. Pd (pemuka adat sekaligus penyaji Salawat Makah), Mabsus Pakiah Marajo (penyaji Salawat Makah), Fitriyadi Sutan Manaro, S. Pd (penyaji Salawat Makah), Zulfikar (penyaji Salawat Makah), Adriatel. MD (perangkat wali nagari, Ustad sekaligus penyaji Salawat Makah) Irman (perangkat wali nagari sekaligus penyaji Salawat Makah), RA. Dtk. Talanai Sati (perangkat wali nagari sekaligus penyaji Salawat Makah), Yunizarman ( bertindak sebagai sipangka atau keluarga yang ditinggalkan), Akmal Taufik ( bertindak sebagai sipangka atau keluarga yang ditinggalkan). Sedangkan informan yang tidak terlibat langsung dengan Salawat Makah
adalah para kaum wanita, tokoh
masyarakat, diantaranya adalah H. Sofia S. Pd ( selaku Bundo Kanduang nagari Tabek), Wirda ( mengurus rumah tangga), Nurplas ( mengurus rumah tangga). D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini. Selain peneliti instrumen pendukung terdiri dari alat pencatat, berupa buku catatan, yang berfungsi mencatat segala sesuatu yang diamati maupun yang diwawancarai, yang bersumber dari informan penelitian dan pengamatan langsung di lapangan terhadap aktivitas Salawat
35
Makah, di samping aktivitas masyarakat ketika menyaksikan pertunjukan Salwat Makah. Selain alat pencatat juga digunakan instrumen lainnya sebagai alat bantu seperti camera video dan alat perekan audio. Kesemua alat perekam tersebut berfungsi sebagai alat bantu dalam mendapatkan dan memperjelas data bagi peneliti sebagai instrumen kunci. Perekaman dilakukan baik dalam aktivitas Salawat Makah dalam kehidupan sosial masyarakat maupun merekam aktivitas pelaku di luar aktivitas pertunjukan. Hal lain yang tak kalah penting adalah juga untuk merekam wawancara dengan berbagai informan dan masyarakat, yang dapat dijadikan dokumen untuk memperjelas kategori dan kualitas data. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data di kawasan penelitian dilakukan melalui beberapa teknik. Untuk menelusuri gambaran sistem sosial dan budaya, serta gambaran aktivitas masyarakat dilaksanakan dengan analisis kepustakaan dan pengamatan secara langsung. Untuk menelusuri Salawat Makah sebagai budaya dan sebagai sarana hiburan, maupun sebagai sarana sosial masyarakat nagari Tabek Kecamatan Pariangan dilakukan dengan teknik wawancara dan pengamatan mendalam. Demikian juga untuk mememperoleh gambaran (deskripsi) tentang Salawat Makah serta proses perkembangan Salawat Makah dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan serta pengamatan langsung. Selain dengan teknik yang dilakukan tersebut, juga dilakukan dengan bantuan peralatan seperti video, foto dan peralatan audio. Dalam melakukan wawancara, peneliti menemui informan dari unsur masyarakat, dan pemangku adat atau orang yang berpengaruh dalam masyarakat. Di samping itu, wali nagari
36
dan tokoh – tokoh masyarakat juga menjadi pusat perhatian dalam proses wawancara tentang masalah keberadaan Salawat Makah sebagai warisan budaya masyarakat Tabek. Selain itu, informan yang akan menjadi aktor utama yang akan diwawancarai adalah para pelaku yang terlibat langsung dengan aktivitas Salawat Makah di nagari Tabek Kecamatan Pariangan. F. Tekhnik Analisis Data Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh baik dari pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dengan cara ini dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Moleong (2010) bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kesintesis, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami olh diri sendiri maupun orang lain. Teknik Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis model Miles dan Huberman dalam Moleong (2010), menyatakan bahwa pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi atau pengambilan kesimpulan bukan suatu hal yang berlangsung secara linear tetapi bersifat simultan atau siklus yang interaktif, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak informan seperti pelaku Salawat Makah, masyarakat dan para pemuka masyarakat,
37
selain itu juga beberapa orang yang pernah menjadi penyelenggara dari kegiatan Salawat Makah. 2. Melaksanakan display data atau penyajian data Display data merupakan kegiatan menyeleksi atau menganalisis data secara keseluruhan sehingga data ulang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. 3. Mengambil kesimpulan/Verifikasi Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan. Penarikan kesimpulan yaitu temuan berupa deskripsi atau gambaran tentang fungsi dan makna Salawat Makah dalam masyarakat Tabek. Adapun model teknik pengumpulan data dan analisis data secara interaktif menurut Miles dan Huberman seperti gambar skema di bawah:
Penyediaan Data
Display Data
Reduksi Reduksidata Data
Data Colection
38
G. Teknik Pencermatan Kesahihan Data Penelitian Dalam memperkuat tingkat kesahihan data hasil temuan dan keotentikan penelitian, peneliti mengacu kepada penggunaan standar keabsahan data yang disarankan oleh Lincoln & Guba (1985) yang terdiri dari; (1) keterpercayaan (credibility), (2) keteralihan (transferability), (3) dapat dipercaya (dependability), (4) dapat dikonfirmasikan (comfirmability). 1. Keterpercayaan Yaitu untuk menjaga keterpercayaan penelitian dilakukan dengan cara : (a) keikutsertaan peneliti di dalam acara sosial budaya masyarakat Tabek Kec.Pariangan, hal ini dapat membantu agar pengumpulan data dilakukan dengan tidak tergesa-gesa dan memperoleh data secara sempurna., (b) Ketekunan pengamatan yang dilakukan terhadp pertunjukan tari, situasi sosial, kondisi masyarakat
dan
acara-acara
yang
menggunakan
Salawat
Makah,
(c)
mendiskusikan dengan teman sejawat di Pascasarjana UNP Padang, (d) melakukan pemeriksaan ulang dalam rangka finalisasi pengisian lembaran kerja analisis data, baik pada analisis domain, analisis taksonomi dan analisis terfokus maupun pada analisis tema budaya, (e) melakukan triangulasi, yaitu mengecek keterpercayaan data dengan mmemanfaatkan sumber-sumber informasi dari pihak aktor seperti pelaku tari, masyarakat dan pemangku adat. 2. Keteralihan Mengharapkan para pembaca mendapatkan gambaran yang jelas tentang sistuasi dan kondisi sosial budaya yang jelas dari masyarakat Tabek Kecamatan Pariangan, dan gambaran yang jelas tentang Salawat Makah dalam masyarakat nagari Tabek Kecamatan Pariangan.
39
3. Dapat Dipercaya Peneliti mengusahakan konsistensi dalam keseluruhan penelitian, mulai dari proses pengumpulan data, menginterpretasikan temuan dan melaporkan hasil penelitian agar dapat memenuhi standarisasi penelitian. Peneliti telah melakukan review terhadap seluruh jejak penelitian. 4. Kepastian Untuk standar ini peneliti memperhatikan hasil catatan dan rekaman data lapangan dan koherensi internal dalam penyajian interpretasi dan berbagai kesimpulan hasil penelitian. Audit konfirmasi dilakukan bersamaan dengan audit dipendabilitas. Hasil auidit menunjukan adanya konfirmasibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan,
sesuai
dengan
fokus
penelitian
permasalahan yang merupakan pertanyaan dari penelitian ini.
40
dan
rumusan
BAB IV DESKRPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. TEMUAN UMUM Dalam bab ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berkenaan dengan masyarakat nagari Tabek dan kebudayaannya, yang pemaparannya di awali dengan kawasan penelitian, keadaan geografis, dan sosial budaya masyarakat nagari Tabek. Sementara itu juga dipaparkan tentang Salawat Makah dalam prosesi kematian. 1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kawasan penelitian ini adalah nagari Tabek , merupakan salah satu nagari
di Kabupaten Tanah Datar. Nagari Tabek termasuk salah satu nagari dari 6 (enam) nagari yang ada di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar Luhak Nan Tuo Sumatera Barat. nagari Tabek berbatas: a. Sebelah Utara dengan nagari Sawah Tangah b. Sebelah Selatan dengan nagari Rambatan dan Padang Magek c. Sebelah Barat dengan nagari Simabur dan Batu Basa d. Sebelah Timur dengan nagari Cubadak dan Parambahan Wilayah nagari Tabek adalah mulai dari tonggak Pela Guguak Simpang Rawang membujur ke selatan sampai ke Sawah Gadang Puluk Bulu Kasok dekat nagari Padang Magek sampai ke arah timur di Simpang Cubadak dan Parambahan. Menurut sejarah dalam Tambo (kitab yang menceritakan adat, budaya, dan politik serta sejarah orang Minangkabau dalam bentuk sastera) karangan A.Dt.Tuah dan A.Dt.Majo Indo Payakumbuah dan Tambo karangan Dt.Sanggono
41
Dirajo Sungayang. Asal muasal nagari Tabek adalah sewaktu rombongan Dt. Parpatiah Nan Sabatang setelah kembali dari membuat nagari Limo Kaum dan pulang kembali ke Pariangan Padangpanjang kemudian Dt.Parpatiah Nan Sabatang bersama-sama dengan Dt.Tan Tejo Gurhano Nan Banego-nego bermaksud akan kembali ke Limo Kaum untuk menyempurnakan nagari Limo Kaum dengan Rombongannya. Tetapi setibanya di Kuniak (Jambu Sekarang) rombongan Dt. Parpatiah Nan Sabatang dan Dt.Tan Tejo Gurhano Terhalang (tahambek) oleh rimba raya (rimbo gadang) dan Dt.Parpatiah Nan Sabatang memanggil rombongannya dengan kata keniak lah kita kembali dan sampai mereka berbalik lagi hingga rimbo Rawang yaitu di Simpang Rawang sekarang ini, dan turun ke bawah sampai ke dataran balai-balai dan Tabek Gadang sekarang. Disini Dt. Parpatiah Nan Sabatang dan Dt.Tan Tejo Gurhano membuat tempat tinggal yaitu taratak dan membuat Tabek ikan yaitu kolam ikan (Tabek gadang sekarang), dan tempat tinggal itu dinamakan Kampuang Tabek yang berasal dari kata Tahambek, akhirnya menjadi Tabek. Sebagian lagi rombongan itu membuat sawah disebelah atas kampung Tabek. Kampung itu dinamakan Kampuang (kampung) Sawah Tangah dan kedua kampung ini dinamakan Kampuang Tabek Sawah Tangah. Tahap selanjutnya kampong Sawah Tangah menjadi Taratak, kemudian menjadi dusun selanjutnya menjadi koto dan koto ini menjadi nagari Tabek Sawah Tangah. Pada awalnya Tabek dan Sawah Tangah adalah satu nagari yaitu nagari Tabek Sawah Tangah. Namun pada awal kemerdekaan Indonesia nagari Tabek Sawah Tangah dijadikan dua nagari yaitu nagari Tabek dan nagari Sawah Tangah sampai sekarang.
42
Gambar 2 Peta lokasi Nagari Tabek ( Dokumentasi Wali Nagari Tabek )
2.
Masyarakat Tabek dan Kebudayaannya Tata kehidupan masyarakat Tabek selalu memegang teguh ajaran agama
dan adat istiadat ini berlandaskan kepada kebudayaan, karena kebudayaan merupakan proses kehidupan manusia dalam memperoleh kesempurnaan melalui pandangan hidup yang saling berinteraksi untuk mewujudkan prilaku manusia yang lebih baik, dalam artian kebudayaan adalah sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetauan yang meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari kebudayaan itu bersifat abstrak. Selain itu perwujudan kebudayaan dapat berbentuk norma-norma dan benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata. Dalam kegiatan pemerintahan masyarakat Tabek mengunakan jalan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan semua 43
unsur masyrakat yang ada seperti niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo
kanduang
dan
pemuda
nagari.
Kebudayaan
dalam
kehidupan
bermasyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Dalam prilaku sehari- hari masyarakat Tabek selalu berpegang teguh pada adat istiadat dengan memperlihatkan cirri – cirri yang bersifat religious, seperti unsur kepercayaan dan kegiatan upacara adat mempunyai tempat dan arti yang penting dalam berbagai segi kehidupan masyarakat dengan didasari oleh adat kebiasaan sebagai filosofi hidup dalam masyarakat Tabek. Masyarakat nagari Tabek menjalankan hidup ba adat ba limbago, yang berarti bahwa masyarakat Tabek hidup dengan peradaban sosial dan budaya yang telah tersusun secara birokrasi dan hukum yang jelas. Arti ba adat di sini artinya memiliki aturan dan nilai, maupun norma yang jelas. Sedangkan ba limbago berarti memiliki institusi dan pranata yang jelas, serta terdapatnya struktur sosial yang akan menjalankan sistem sosial dalam berkehidupan di nagari Tabek tersebut. Adat istiadat, paranta, institusi maupun stsruktur sosial tersebut menjadi arah dan pedoman hidup bagi masyarakat Tabek pada masa lalu, dan masa sekarang serta masa datang. Masyarakat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari limbago adat sebagaimana
dikemukan
di
atas,
berarti
kita
mengembalikan
“siriah
kagagangnyo, pinang katampuaknyo”. Artinya sesuatu itu perlu disesuaikan menurut aturan dan haknya serta posisinya, yang telah digariskan atau yang telah diatur sebagaimana mestinya oleh pendiri adat di nagari Tabek, seperti di bawah ini:
44
a.
Hidup beradat Hidup beradat adalah bagaimana masyarakat dapat menerapkan konsep
adaik nan ampek (ada empat konsep adat di Minangkabau) yaitu: 1) Adat Nan Sabana Adat Merupakan sunatullah, karena berpedoman kepada sifat-sifat alam, yaitu adat api membakar, adat air mengalir, adat waktu berjalan, adat hujan membasahi, adat matahari menyinari, sebab sifat-sifat dari adat tersebut mutlak. Analogi lain adalah setiap manusia pasti mati, bumi berputar, dan setiap hari ada siang dan ada malam. Sifatnya dari alam tadi dan kematian tersbut adalah pasti. Sebab itu, adat yang sebenar adat adalah lebih menunjukan kepada keesaan Allah. Dengan demikian nilai hakiki yang di ajarkan adat nan sabana adat itu antara lain: (1) Keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT karena kita mempedomani aturan,norma kaidah dari ciptaannya, (2) Meletakkkan segala sesuatu pada tempatnya ( tidak mungkin adat air membakar dan tidak mungkin adat api membasahi ), (3) Berakal dan berilmu, bagaimana api yang membakar dan air yang membasahi itu dapat bermamfaat bagi kehidupan manusia, (4) Berbudi dan bermoral,nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso artinya yang baik adalah budi yang indah adalah bahasa. Adat nan sabana adat, merupakan adat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT bagi makhluknya. Adat yang tidak akan berubah sepanjang zaman. Adat nan sabana adat ini juga disebut juga ”adat nan babuhua mati, nan tak lakang dipaneh, nan tak lapuak dk hujan “ dan berlaku bagi seluruh daerah
45
Minangkabau. seperti yang dikemukakan Navis Adat nan sabana adat (adat yang sebenar adat); ialah kodrat alam dan ketentuan alam. 2) Adat Nan Diadatkan Adat nan diadatkan merupakan adat nan di adatkan oleh nenek moyang orang Minangkabau yang menciptakan adat Minangkabau, yaitu Dt. Parpatiah Nan Sabatang dan Dt.Katumanggungan. Aturan yang dibuat dan disepakati itu berlaku diseluruh alam Miangkabau, antara lain: (1) Harta pusaka ( Sako dan pusako ), (2) Sistem kekerabatan matrilinial, (3) Filosofi adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, dan (4) Undang- undang nan duo puluah. Adat nan diadatkan ini, juga adalah adat yang berlaku diseluruh alam Minangkabau dan juga adat yang tidak munkin dirubah oleh orang Minagkabau dan disebut juga adat nan babuhua mati dan merupakan hukum dasar di Miangkabau. 3) Adat Nan Teradat Adat nan teradat yaitu merupakan aturan yang dibuat oleh nagari atas kesepakatan bersama penghulu-penghulu/niniak mamak, cerdik
pandai, alim
ulama, bundo kanduang dan pemuda-pemuda nagari pada masa dahulu, guna disepakati bersama untuk melaksanakan aturan-aturan atau hukum-hukum dasar dari adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan, seperti tata cara: (1) Pengangkatan penghulu, (2) Pernikahan atau perkawinan, (3) Berpakaian bagi penghulu niniak mamak, pemangku adat lainnya dan
bundo kanduang, (4)
Pemamfaatan pusako tinggi dan pusako randah, dan (5) Kekerabatan di nagari. Adat anan taradat ini berbeda tiap-tiap nagari walaupun masih ada beberapa persamaannya dan disebut juga adat salingka nagari.
46
4) Adat Istiadat Adat istiadat adalah kebiasaan yang berlaku di setiap nagari, yang berupa kesukaan dan tidak bertentangan dengan adat yang tiga tersebut diatas. Adat istiadat ini mengatur pelaksanaan kebiasaan, seperti: (1) Makan, minuman adat (jamba ), (2) Kesenian tradisional ( rabab,saluang,randai, dan selawat dulang ), (3) Olah raga (pencak Silat, debus, dan berburu), (4) Adat nan teradat dan adat istiadat ini disebut adat nan babuhua sintak dan berlaku di nagari masing-masing dan adat ini boleh dirobah dan ditambah atau dikurangi asal disepakati bersama di nagari melalui musyawarah mufakat, seperti kata petatah petitih mengatakan: “Masaklah padi urang singkarak Masaknyo batangkai-tangkai Satiok tangkai ado nan mudo Kabek sabalik babuhua sentak Indak ado urang nan bisa maungkai Tibo nan punyo rarak sajo” ( Masaklah padi orang Singkarak Masaknya bertangkai-tangkai Setiap tangkai ada yang muda Ikat sekeliling tidaklah kuat Tidak ada orang yang bisa membukanya Datang yang punya rontok saja) Oleh sebab itu, adat nan taradat dan adat istiadat ini disebut juga dengan adat salingka nagari. dua sumber adat, yaitu adat nan sabana adat, dan adat yang diadatkan, yaitu seperti yang dikemukakan Navis Adat nan sabana adat (adat
47
yang sebenar adat); ialah kodrat alam dan ketentuan alam, Adat nan diadatkan (adat yang diadatkan), ialah undang-undang dan hukum yang berlaku di seluruh Minangkabau (Navis, 1984:89) , dan aturan adat khusus (adat istiadat, dan adat yang teradat) yang bersumber dari keadaan sosial mereka sendiri. Navis juga mengemukakan Adat istiadat [adat istiadat], ialah kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat; Adat nan teradat [adat yang teradat], ialah peraturan yang diciptakan dengan musyawarah dan mufakat—atas dasar konsensus masyarakat pemakainya (Navis,1984:89). Dari uraian diatas dapat dilihat bahwasanya Salawat Makah termasuk kepada adat istiadat nagari Tabek, karena Salawat Makah hanya berlaku di kanagarian Tabek Kec. Pariangan.
Gambar 3 “ Balai Adat Nagari Tabek” ( Dokumen Rosita 2014 ) b. Masyarakat Tabek Hidup Bersuku-suku Sebagaimana kita ketahui, di Minangkabau syarat suatu nagari itu harus bakaampek suku atau paling kurang di suatu nagari itu mempunyai empat suku.
48
Dinagari Tabek terdiri dari empat suku yaitu: suku Melayu,suku Sijangko ,Suku Sungai Napa dan Suku Ampek ninak dan terdiri dari dua Jorong yaitu: Jorong Tabek dan Jorong Buluh Kasok. Masing- masing suku di pimmpim oleh seorang penghulu, jabatan penghulu tidak dapat berpindah dari kaum penghulu atau sukunya. Ini menandakan bahwa nagari Tabek juga menganut paham ( sistem) Lareh Koto Piliang. Namun demikian, untuk manti adat dan Tuo kampuang dipilih secara bersama dalam musyawarah dan dapat di pergilirkan. Ini menandakan bahwa nagari Tabek juga menganut paham ( sistem) Lareh Bodi Caniago yaitu gadang balega. Maka nagari Tabek memang menganut paham (sistem) kedua lareh tersebut diatas atau disebut menganut paham ( sistem) lareh nan panjang atau lareh nan bonta. Setiap anggota suku para kemenakan dari penghulu (Semua anak kakak/adik perempuan dari seorang lelaki disebut kemenakan) di sisi lain, semua anggota suku tidak mendiami suatu areal daerah tertentu. Mereka tersebar pada beberapa jorong, sehingga setiap jorong memiliki bermacam suku. Semua anggota suku di nagari Tabek menjalankan aturan adat yang sama, namun setiap individu anggota suku bebas memilih aliran agama Islam yang diyakininya. Pada kegiatan penyajian Salawat Makah disajikan perkelompok, dan kelompok ini adalah kelompok suku – suku yang ada di kanagarian Tabek Pariangan, artinya masing-masing suku memiliki anggota kelompok dalam menyajikan Salawat Makah, tidak ada campuran antara suku yang satu dengan suku yang lainnya.
49
3.
Sosio Religious Pendukung Salawat Makah Penelusuran masalah religius masyarakat Tabek berkaitan dengan aspek
sosio-adat masyarakat nagari Tabek, karena aktivitas religius dan adat-istiadat terintegrasi dalam suatu kesatuan yang didukung oleh masyarakat yang sama. Mengetahui seluk-beluk keagamaan dari sudut pandangan sosial (sosio-religius), akan dapat mengidentifikasi pejalanan spiritual mereka sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat di nagari Tabek. Norma-norma adat nagari
Tabek tetap berpandu kepada falsafah
masyarakat Minangkabau Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah). Dapat dikatakan bahwa integritas syarak (agama) sangat penting dalam pembentukan konsep struktur sosial dan norma-norma adat masyarakat nagari Tabek yang didiami oleh penduduk nagari Tabek. Dalam konteks adat basandi syarak di Minangkabau, aspek material kata sendi merupakan sebuah entitas sebagai penanda (signifier), yaitu penanda budaya. Konsep mental kata sandi berbentuk batu ceper yang berfungsi sebagai alas tonggak rumah tradisional bergaya panggung khas Minangkabau. Dengan beralas batu sendi, kedudukan tonggak menjadi ‘kokoh’ dan bangunan rumah menjadi ‘kuat.’ Kedua kata ini merupakan entitas sebagai petanda (signified), karena realitas sandi itu sendiri, tidak saja menguatkan bangunan sebuah rumah, tetapi implisit sebagai simbol kekuatan terhadap sosio-budaya masyarakat Minangkabau di nagari. Pandangan ini meminjam teori Saussure (Paul Cobley dan Liza Jansz, 2002: 10) dalam buku Mengenal Semiotika for Beginner, tentang masalah ‘penanda dan petanda’ dalam Semiotika.
50
Analoginya, status hukum agama lebih tinggi daripada aturan hukum adat, karena menjadi sandi (sendi) untuk tegaknya legalitas aturan hukum adat dalam nagari.
Artinya konsep hukum adat menjadi lebih sempurna setelah
diperkuat ajaran agama.
Latar belakang munculnya falsafah kehidupan
masyarakat Minangkabau di atas sebagaimana diterangkan Amrullah (1984:138) bahwa: Usaha menyesuaikan tata hidup agama menjadi adat telah dimulai sejak orang Minang menerima Islam sebagai agamanya, sejak berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Mulanya secara evolusi (mendakinya syara’ agama Islam dari pesisir), kemudian bersifat revolusi, dengan pecahnya Perang Paderi.
Pada mula perpaduan itu timbullah pepatah yang mula-mula, yaitu: Adat basandi syarak, syarak basandi adat (adat bersendi syarak, syarak bersendi adat). Dalam musyawarat Bukit Marapalam di zaman Paderi, dapatlah perpaduan yang lebih tegas yaitu: Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Kebersahajaan adat dan agama telah bersinergi menjadi satu kesatuan norma dan nilai sosial masyarakat Minangkabau umumnya dan wajah adat di nagari Tabek khususnya. Besar kemungkinan revolusi penyesuaian norma adat lama dengan ajaran Islam itu seiring dengan keadaan etnis Melayu(Minangkabau oleh Belanda diklasifikasikan ke dalam Rumpun Melayu, yaitu Melayu Minangkabau). Dengan begitu, diindikasi pengaruh syarak dalam kehidupan beradat telah bermula semenjak agama Islam masuk ke Minangkabau, sehingga normanorma adat lama yang telah diwarisi dari nenek moyang sebelumnya --termasuk kepercayaan animisme, Hindu dan Budha-- disesuaikan dengan ajaran Islam.
51
Pada sisi lain, komitmen masalah akidah yang menjadi prinsip utama ajaran Islam, memicu tindakan sosial untuk melakukan pemberantasan norma adat lama yang dibarengi kepercayaan animisme. Realitas ini menunjukkan bahwa fungsi agama Islam yang datang memperkuat aturan adat berposisi lebih penting dibanding dengan adat itu sendiri. Hal ini terpatri dalam pepatah-pepatah untuk menunjukkan keistimewaan ajaran agama sebagai sendi adat, sebagaimana diugkapkan Amrullah (1984:138-139), berikut: Dalam pelaksanaan dan perjalanan terus-menerus ajaran Islam di Minangkabau, timbullah pepatah-pepatah lain mengiringinya: 1). Syara’ yang mengata, adat yang memakai, yaitu diambil dari kata Syara’, dari Al-Qur’an dan Sunnah dan Fiqhi, lalu dipakai menurut adat; 2). Syara’ bertelanjang, adat bersesamping, bahwa apa yang dikatakan oleh syara’ adalah terang dan tegas, tetapi setelah dia dijadikan adat diaturlah prosedur yang sebaik-baiknya; 3). Adat yang kawi, Syara’ yang lazim. Bahwasanya adat tidaklah akan berdiri kalau tidak di-kawi-kan (dikuatkan). Syara’ tidak akan berjalan kalau tidak di-lazim-kan. Lazim artinya wajib, kata lazim lebih aktif dari wajib.
Dengan perpedoman kepada adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah, Salawat Makah merupakan salah satu adat yang berkaitan dengan agama Islam, dimana dilihat dari struktur penyajianya dan kandungan isi teks dari Salawat Makah tetrsebut. 4.
Ritual Kematian dalam Masyarakat Tabek Sesuai dengan ajaran Islam bila seseorang yang meninggal dunia baik laki-
laki maupun perempuan maka dianjurkan pada pihak keluarga, tetangga dan masyarakat lainnya datang berbondong – bondong untuk melayat dan menjenguk serta menyelenggarakan pemakamam mulai dari memandikan, mengapani, mensholatkan, sampai menguburkan dengan sempurna. Begitu mendengarkan
52
berita kematian maka masyarakat datang secara spontan sperti kata pepatah “ kaba baiak baimbauan, kaba buruak bahambauan”, artinya untuk khabar berita yang baik akan diberitahukan dan untuk khabar yang buruk masyarakat akan dating dengan sendirinya tanpa di beritahukan. Pihak bako dari yang meningal datang dengan membawa kain kapan satu lapis, dan masyarakat yang lain yaitu pihak perempuan datang memebawa ember untuk meletakkan air untuk mandi, ada juga yang membawa bunga, dan daun pandan. Sedangkan yang laki–laki datang dengan membawa cangkul atau perlengkapan menggali kubur. Setelah kuburnya sempurna, mayat akan dimandikan, di kapani, disholatkan bersama-sama untuk dimakamkan. Pada malam harinya selama tiga malam berturut-turut diadakan pengajian atau shalawat nabi (shalawat makah) yang pahalanya mudah-mudahan dilimpahkan oleh Allah SWT. 5. Keberadaan Salawat Makah a. Sejarah Salawat Makah Salawat Makah ini kegiatan bagian dari adat yang dilaksanakan dikanagarian Tabek yakni adat manjanguak kematian. Sebagaimana yang di ajarkan oleh Islam kepada umatya bila seseorang manusia meninggal dunia baik laki – laki maupun perempuan maka dianjurkan pada pihak keluarga, tentangga dan masyarakat lainnya dating berbondong-bondong untuk melayat
atau
manjanguak serta menyelenggarakan pemakaman mulai dari memandikan, mengapani, mensholatkan sampai menguburkan dengan dengan sempurna. Begitu mendengarkan berita kematian maka orang kampung datang secara spontan
seperti kata pepatah adat: Kaba baiak baimbauan,kaba buruak
53
bahambauan” artinya pada saat khabar baik diberitahukan pada masyarakat,untuk khabar buruk masyarakat akan datang dengan sendirinya tanpa dibritahukan. Setelah penguburan selesai dengan sempurna pada malam harinya selama 3 ( tiga ) malam berturut-turut diadakan Salawat Makah yang pahalanya mudah-mudahan dilimpahkan oleh Allah SWT kepada Almarhum/Almarhumah. Keberadaan Salawat Makah ini atau sejarah Salawat Makah ini tidak diketahui dengan jelas kapan lahirnya sesuai apa yang dituturkan oleh bapak ketua KAN Nagari Tabek yaitu
bapak H.Hafzi Dt.Batuah , tetapi dapat diperkirakan
semenjak Islam masuk ke Minangkabau tepatnya setelah perang Padri. Umumnya masyarakat Tabek mengenal Salawat Makah ini secara turun temurun artinya sudah menjadi sebuah kebudayaan yang mereka dapat dari nenek moyang mereka. b. Salawat Makah ditengah-tengah masyarakat Tabek Masyarakat Tabek sangat mendukung keberadaan Salawat Makah , ini terbukti bahwasanya setiap ada kematian Salawat Makah ini selalu di sajikan pada malam harinya setelah acara pemakaman sampai pada malam ketiganya. Walaupun ada beberapa orang dari anggota masyarakat yang menentangnya tetapi Salawat Makah ini sudah mendarah daging oleh masyarakat Tabek, sehingga pada acara kematian tidak dilaksanakan Salawat Makah masyarakat merasa ada yang kurang dan seolah- olah merasa tidak ada rasa kepedulian antar sesama.
54
B. TEMUAN KHUSUS 1.
Bentuk Penyajian Salawat Makah di nagari Tabek Kecamatan Pariangan Untuk melihat bentuk penyajian Salawat Makah di bawah ini diuraikan sebagai berikut: a. Penyajian Salawat Makah b. Penyaji Salawat Makah dan c. Tata cara pelaksanaan Salawat Makah a. Penyajian Salawat Makah Salawat Makah disajikan pada acara kematian di mana disajikan pada
malam hari setelah acara pemakamam selesai. Menurut Erdinal Malin Marajo (wawancara, 26 januari 2014 ) Salain pado acara kamatian, Salawat Makah bisa juo disajikan katiko acara mando’a, manyambuik bulan baiak, manujuah hari, sarato maampek puluah hari kamatian. Tampek panyajian Salawat Makah di rumah duka ataupun di rumah masyrakat nan maadoan acara mando’a, dan waktunya setelah sholat magrib. Terjemahan teks wawancara tersebut yaitu, Selain pada acara kematian Salawat Makah juga bisa disajikan ketika acara berdo’a menyambut bulan baik, tujuh hari bahkan sampai pada acara empat puluh hari kematian, di mana tempat penyajian Salawat Makah ini dilaksanakan di rumah yang meninggal atau pun dirumah masyarakat yang mengadakan acara do’a, dengan waktunya setelah sholat magrib. Maksud dari penjelasan Erdinal Malin Marajo tersebut di atas adalah bahwa penyajian Salawat Makah secara tradisi ritual sering dilakukan setelah terjadinya proses pemakaman. Namun selain itu kegiatan Salawat Makah dapat
55
juga dilakukan selain ritual kematian setelah pemakaman berlangsung, yaitu seperti kegiatan memperingati tujuh hari, empat puluh hari, atau seratus hari wafatnya almarhum atau almarhumah. Dan kegiatan ini dapat saja dilaksanakan di rumah tetangga, atau di rumah Bako (saudara perempuan ayah dari almarhum atau almarhumah), atau pun di rumah salah seorang anak atau saudara dari almarhum maupun almarhumah. Mabsus Pakiah Marajo (wawancara, 02 Februari 2014), mempertegas bahwasanya Salawat Makah indak disajikan untuak upacara kamatian sajo, tapi ado juo nan manyajikan katiko acara mando’a lainnyo, sarupo do’a bulan maulud, bulan baik. Tapi Salawat Makah untuk upacara kematian, nan manjadi pamain Salawat Makah tibo dengan indak di undang samantaro pemain Salawat Makah katiko acara mando’a lainnyo harus di undang, kalau indak di undang urangnyo indak katibo. Teks di atas dapat diartikan bahwa Salawat Makah tidak saja disajikan pada upacara kematian tetapi juga disajikan pada acara mendo’a hajatan lainya. Hal ini dapat ditemui pada kegiatan mendoa bulan Maulud Nabi Muhamad, atau menyambut bulan Muharam, dan bulan suci Ramadhan. Salawat Makah yang disajikan ketika upacara kematian, masyarakat yang menjadi penyajinya datang tanpa diundang, dan Salawat Makah yang disajikan pada acara berdo’a penyajinya datang dengan diundang, tanpa diundang penyaji Salawat Makah tidak akan datang. Merujuk penjelasan Mabsus Pakiah Marajo tersebut, ternyata kegiatan Salawat Makah pada acara ritual kematian berbeda maknanya ataupun fungsinya dengan acara mendo’a lainnya. Terbukti dengan partisipasi pemain Salawat
56
Makah yang datang ke tempat acara tersebut. Apabila ketika ritual kematian penyaji atau pemain Salawat Makah datang dengan sendirinya ibarat pepatah Minangkabau: “kaba buruak bambuan, kaba baiak baimbauan”. Artinya bahwa kegiatan Salawat Makah pada ritual kematian bermakna sebagai solidaritas dan simpati rasa duka, yang tanpa diundang pemain datang dengan sendirinya. Sedangkan pada acara mendo’a lainnya, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut seperti kabar baik, artinya tanpa diundang (diimbauan) pemain tidak akan datang. Oleh sebab itu, dapat dijelaskan bahwa kedua kegiatan tersebut baik ritual kematian dan acara mendo’a memiliki makna dan fungsi masing-masing terhadap kehadiran Salawat Makah. Penyajian Salawat Makah selalu dibagi beberapa kelompok penyaji. Kelompok penyaji di sini bukan seperti group kesenian atau sanggar seni pertunjukan, karena masyarakat Tabek tidak mengenal konsep kelompok (grup) penyajian Salawat Makah. Artinya kelompok Salawat Makah berasal dari kerabat yang telah ditentukan. Pembagian kelompok penyaji ini adalah karena masingmasing suku mempunyai kelompok Salawat Makah dan ada juga yang bercampur sukunya. Masing- masing kelompok menyajikan Salawat Makah dalam waktu yang berbeda. Artinya tidak dalam waktu yang bersamaan, tetapi tetap pada hari yang sama. Masing-msing mempunyai cirri irama Salawat Makah yang berbeda, bunyi atau irama tersendiri. Secara antropologi pertunjukan kelompok Salawat Makah menunjukan kekhasan identitats suku masing-masing yang ada di Tabek. Apabila ada satu suku yang tidak terlibat dalam partisipasi ritual kematian, hal ini tidak perlu mencari tahu dengan menanyakan kehadirannya pada masyarakat lainnya. Akan tetapi
57
cukup dengan melihat pertunjukan Salawat Makah saja, masyarakat akan tahu suku apa saja yang hadir dalam ritual kematian tersebut. Sebab itu, pertunjukan Salawat Makah juga dapat dikatakan sebagai simbolisasi solidaritas kesukuan dan sekaligus sebagai identitas kesukuan. Kelompok penyaji Salawat Makah datang secara bergantian bahkan bisa sampai 3 ( tiga ) kali penyajian Salawat Makah dengan kelompok yang berbeda. Jumlah anggota dalam satu kelompok penyaji Salawat Makah tidak dapat dipastikan, karena terkait dengan jumlah kehadiran masyarakat Tabek pada ritual Salawat Makah tersebut. Petikan wawancara dengan Adritel (04 Februari 2014) mengatakan Lamonyo Salawat Makah disajikan labiah kurang sajam. Pamain Salawat Makah mambaco teks Salawat Makah sasuai jo harinyo, sabab pado teks Salawat Makah tu lah ado pambagian baconyo sasuai jo malam atau harinyo. Terjemahan petikan wawancara tersebut berarti bahwa, lama penyajian Salawat Makah lebih kurang satu jam. Penyaji Salawat Makah menyajikan teks Salawat Makah sesuai dengan harinya, karena pada teks Salawat Makah tersebut sudah ada pembagian bacaannya berdasarkan malamnya atau harinya. Akmal Taufik (wawancara 21 februari 2014) juga menjelaskan kalau Salawat Makah dimulai siap magrib, bisa sajo salasainyo manjalang sumbayang isa, itu mulai dari mamohon maaf ka sipangka, mambaco alfatihah, surat pendek, mambaco tahlil, baru masuak pado mambaco Salawat Makah
sampai
terakhirnyo pado do’a. Maksud petikan wawancara dengan Taufik tersebut bahwa, kalau Salawat Makah dimulai selesai sholat magrib, biasanya akan selesai menjelang
58
sholat Isya, Dimulai dari permohonan maaf pada keluarga yang ditinggalkan, membaca Alfatihah, membaca surat pendek, membaca tahlil, membaca teks Salawat Makah dan terakhir membaca do’a. Selain dari itu Nurplas (wawancara 02 februari 2014) juga menambahkan bahwasanya panyajian Salawat Makah pado malam acara kamatian tu indak sajo sakali dimainkan, bisa mainnyo tigo kali, tapi jo kalompok nan babeda. Itu bisa salasainyo sampai tangah malam, kiro-kiro sampai jam duo baleh malam, jadi bisa dipakirokan sakali main Salawat Makah tu bisa sajam bahkan bisa labiah. Artinya, bahwa penyajian Salawat Makah pada acara malam kematian tidak saja disajikan satu kali, bisa sampai tiga kali, tapi dengan kelompok yang berbeda. Apabila disajikan ketiganya bisa selesai sampai tengah malam, kira-kira sampai jam dua belas malam, jadi bisa diperkirakan sekali penyajian Salawat Makah bisa satu jam bahkan bisa lebih dari satu jam. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasanya lamanya penyajian satu kali Salawat Makah di daerah Tabek kurang lebih satu jam. Penyajian Salawat Makah dalam satu malam pada acara ritual kematian tersebut dapat dilakukan tiga kali bahkan lebih dari tiga kali. Selain itu, setiap penyajian Salawat Makah dapat dilakukan oleh satu suku saja yang berulang-ulang ataupun dari suku lain, artinya setiap suku menampilkan Salawat Makah bergantian dengan suku lain. Setiap suku bahkan tampil terkadang lebih dari satu jam, hal ini tergantung dengan irama bacaan Salawatnya. Tetapi yang sering dilakukan adalah paling lama setiap suku atau kelompok Salawat dari masing-maisng suku tampil satu jam. Dengan tampilnya Salawat Makah di rumah duka, keluarga yang
59
ditinggalkan tidak merasa sendiri dan masih ada masyarakat lain yang merasakan kesedihan yang dialami oleh keluarga duka tersebut. Penyajian Salawat Makah dengan tuning suara yang relatif tinggi dengan karakter vokal yang energik, ekspresif sesuai ciri-ciri penyajiannya. Walaupun ada pembentukan kelompok penyaji tetapi masalah kualitas dan kemampuan Salawat Makah selalu menjadi komentar sesudah penyajian Salawat Makah. Kelompok yang prima kualitas vokalnya
dari
awal hingga akhir
penyajian adalah dianggap memiliki ketrampilan yang baik, sebab sangat jarang kualitas vokal suatu kelompok Salawat Makah dapat bertahan prima selama satu jam penyajian secara terus-menerus. Salah satu lagu dari Salawat Makah ini dapat dilihat dari melodi yang dilahirkan ketika Salawat Makah di sajikan : Salah satu transkripsi pola melodi Salawat Makah:
Idealnya memang penyajian Salawat Makah menggunakan nada dasar yang sama pada wilayah nada yang agak tinggi, memiliki tempo agak cepat, dan penuh dengan unsur-unsur penyajian yang bersifat spontanitas lagi energik. 60
Penyajian Salawat Makah yang bertempo lambat, dinamika pelan hanya disajikan pada bagian awal. Pada saat penyajian nyanyian Salawat Makah dimulai dengan nada rendah sampai kepada tingkat nada yang tinggi, tidak ditetapkan kapan untuk memulai nada yang tingginya. b. Penyaji Salawat Makah Masyarakat Tabek baik laki-laki atau perempuan berpandangan bahwa nyanyian religius Salawat Makah harus dikuasai oleh semua kaum laki-laki. Hafzi Dt.Batuah (wawancara 26 januari 2014) mengatakan karano lagu Salawat Makah alah manjadi bagian ritual do’a nan pasertanyo kaum laki-lak. Sabananyo indak ado larangan untuk kaum padusi sabagai panyaji, hanyo sajo alah manjadi tradisi masyarakat Tabek ditambah jo pertimbangan lain nan indak mambiasokan kaum padusi untuak ikuik. Petikan wawancara di atas berarti bahwa, karena nyanyian Salawat Makah sudah menjadi bagian ritual do’a yang peserta utamanya kaum laki-laki. Sebenarnya tidak ada larangan untuk kaum wanita
sebagai penyaji Salawat
Makah hanya saja ini sudah menjadi tradisi oleh masyarakat Tabek, ditambah lagi pertimbangan lain yang tidak membiasakan kaum wanita untuk ikut. Ditinjau dari sisi lain, bahwa sudah fitrah bagi perempuan memiliki daya tarik seperti magnit, yang berpotensi membuat seorang laki-laki terjerumus kepada fitnah. Berdasarkan inilah terdapat sindiran ajaran agama terhadapnya, bahwa suara, gaya, pakaian dan lenggak-lenggok berjalan perempuan selalu didampingi syetan. Berdasarkan wawancara dengan nara sumber Hafzi tersebut, disimpulkan bahwa aturan pemain Salawat Makah merujuk pada adat kebiasan di
61
Minangkabau. Sebab dari masa lalu sampai saat ini kaum perempuan tidak dibenarkan menonjolkan diri di tengah kaum laki-laki. Apalagi penyajian kaum perempuan ketika berdandan, bersalawat dan hadir di tengah laki-laki, secara tidak langsung dengan daya tarik yang demikian akan dapat menggoda laki-laki. Artinya menurut ajaran agama Islam, bahwa kaum wanita memiliki daya tarik yang dapat meruntuhkan iman laki-laki, seperti yang berasal baik dari dandanan maupun dari suaranya. Oleh demikian, karena didukung oleh adat istiadat dan agama maka secara kebiasaan penyaji atau pemain Salawat Makah hanya berasal dari laki-laki saja. Kaindahan kodrat suaro nan di kaum padusi di camehan manggoda paratian kaum laki-laki mandanganyo, sahinggo bisa marusak kakhusukan baamal dalam kelompok Salawat Makah. Hal ko bisa manimbulkan pangaruah atau ransangan kapado perhatian kaum laki-laki, sahinggo bisa menimbulkan fitnah. Masalah ko harus dihindari dalam penyajian Salawat Makah, supayo moral dan akhlak kaum padusi indak tanoda dalam penyajian Salawat Makah. (wawancara dengan Erdinal,26 januari 2014). Dapat diartikan informasi yang dijelaskan oleh informan di atas, bahwa keindahan kodrat suara yang dimiliki perempuan dikhawatirkan menggoda ketertarikan kaum laki-laki
yang mendengarnya, sehingga bisa merusak
kekhusyukan beramal mereka dalam majlis Salawat Makah. Hal ini akan menimbulkan pengaruh atau rangsangan terhadap perhatian laki-laki, sehingga bisa menimbulkan fitnah. Masalah ini harus dihindari dalam majlis Salawat Makah, agar moral dan akhlak luhur perempuan-perempuan tidak ternoda akibat berSalawat Makah.
62
Pertimbangan etis itu juga dibenarkan Yuni Zarman, (wawancara 21 februari 2014) seorang yang mengadakan ritual Salawat Makah di rumahnya mengatakan, bahwa sabanayo larangan untuak kaum padusi sabagai panyaji Salawat Makah indak ado tacantum dalam kitab Salawat Makah. Tapi,lagu Salawat Makah harus ditampilkan jo suaro kareh sahinggo managangkan ure lihea, dan mamerahkan muko, makonyo ekspresi itu indak pas untuak kaum padusi Minang ditangah urang rami. Arti dari wawancara tersebut yaitu, sebetulnya pelarangan kaum perempuan sebagai penyanyi Salawat Makah tidak tercantum dalam kitab Salawat Makah itu sendiri. Namun, oleh karena nyanyian Salawat Makah ini harus ditampilkan dengan suara keras sehingga menegangkan urat leher, dan memerahkan muka, maka ekspresi ini tidak etis untuk kaum perempuan Minang di tengah khalayak ramai. Dari wawancara di atas dapat simpulkan bahwasanya yang menjadi penyaji Salawat Makah di kangarian Tabek adalah kaum laki-laki masyrakat Tabek tanpa dibatasi umurnya kecuali anak-anak kecil yang dianggap belum menguasai Salawat Makah. Oleh sebab itu, mengingat agar kekusukan bersalawat dari penyaji tidak terganggu, di samping tidak terjadinya fitnah, maka penyaji Salawat Makah diberikan haknya kepada kaum laki-laki. Kaum laki-laki yang menyajikan Salawat Makah adalah yang dianggap balih, artinya paling rendah umurnya belasan tahun. Karena hal ini juga mengakut masalah ketepatan bacaan dan tata tertib duduk, serta kekhusukan. Karena anak-anak dipastikan sikap membaca dan ketepatannya banyak yang tidak sesuai dengan tata cara pelaksanaan Salawat Makah.
63
Karena Salawat Makah disajikan di khalayak ramai tentunya pakaian dalam menyajikan Salawat Makah akan menjadi perhatian bagi masyarakat Tabek. Wawancara dengan Irman (04 Februari 2014), Pakaian panyaji Salawat Makah indak diatur sacaro khusus. Biasonyo urang siak bapakaian sarupo pai kasurau atau mando’a, mamakai peci jo baju nan sopan, pakai sarawa panjang atau saruang. Samantaro panyaji Salawat Makah nan indak sabagai urang siak, ado nan mamakai peci nasional atau panutuik kapalo lainyo, ado juo diantaro panyaji Salawat Makah tu nan indka pakai panutuik kapalo. Terjemahan penjelasan informan di atas, bahwa pakain penyaji Salawat Makah tidak diatur secara khusus.
Biasanya, para Urang Siak berpakaian
sebagimana pergi ke surau, atau berdo’a, yaitu mengenakan peci dengan baju yang sopan memakai celana panjang atau sarung. Sedangkan penyaji Salawat Makah yang tidak berstatus Urang Siak, ada yang memakai peci nasional, atau penutup kepala jenis lainnya, bahkan terdapat yang tidak memakai penutup kepala sama sekali). Mabsus Pakiah Marajo (wawancara 02 Februari 2014) memperkuat penjelasan Irman di atas, ia mengatakan sairiang jo perkembangan zaman, pakaian dari panyaji Salawat Makah pado zaman kini emang ado parubahan dari maso dulu, kalau dulunyo panyaji mamakai baju koko ala Minangkabau dan manutuik kapalo sarupo peci, kalau zaman kini nan pantiang bakapakaian sopan dan ado pulo nan indak pakai peci, tapi indak ado aturan nan pasti dalam pakaian panyaji Salawat Makah. Arti dari penjelasan Mabsus Pakiah Marajo bahwa, seiring dengan perkembangan zaman, pakaian dari penyaji Salawat Makah ini memang ada
64
perubahan dari masa dulu dan sekarang, kalau pada zaman dahulunya memakai baju koko ala minangkabau dan memakai penutup kepala seperti peci, dan kalau zaman sekarang yang penting sopan dan bahkan ada juga di antara nya yang tidak memakai penutup kepala, tetapi itu tidak ada aturan yang yang mempertegas cara berpakaian dalam penyajian Salawat Makah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pakaian khusus untuk para penyaji Salawat Makah sebetulnya tidak ada, akan tetapi secara tradisional masa lalu pakaian para penyaji Salawat Makah adalah baju gunting China dengan kain sarung dan peci hitam. Akan tetapi, karena pengaruh perubahan sosial budaya yang mempengaruhi masyarakat Tabek, maka saat ini pakaian para penyaji Salawat Makah tidak lagi merujuk pada pakaian tradisional seperti dulu. Pakaian para penyaji Salawat Makah hanya dibatasi pada tingkat kesopanan saja. Artinya pakaian para penyaji Salawat Makah, tidak ada aturan harus merujuk pada pakaian adat kebiasan para santri atau para orang Siak (orang alim ulama).
Gambar 4 “ Penyaji Salawat Makah pada ritual kematian “ ( Dokumen Rosita 2014)
65
Gambar 5 “ Suasana Penyajian Salawat Makah” ( Dokumen Rosita 2014 )
c. Tata Cara Pelaksanaan Salawat Makah Struktur penyajian ritual Salawat Makah oleh masyarakat Tabek, telah tersusun sedemikian rupa, sesuai dengan momen acaranya. Wawancara dengan RA.Dt Talanai Sati (04-02-2014) mengatakan langkah nan partamo: nan dikarajoan adolah: kalau untuak acara kamatian, pihak sipangka hanyo manunggu kadatangan panyaji atau pamain Salawat Makah, tapi kalau untuk acara mando’a lainnya pamain Salawat Makah ko harus dipanggia sacaro lisan labiah dulu, sarato dunsanak dan tetangga, baitu pulo urang siaknyo, dek masyarakat nan maadok an hajatan tu. Kaduo:manyampaikan lafadh niaik, kalau untuk acara kamatian manyampaikan permohonan maaf kapado pihak sipangka,baiak kasalahan kapado almarhum atau pun kasalahan pihak masyarakat nan indak bisa tibo katiko acara panguburan.sataruihnyo mamohon supayo yang hiduik di agaiah rahmat oleh Allah SWT. Katigo: mambaco 66
Alfatihah diawali jo bazikir dek urang siak. Kaampek: Mambaco ayat pendek minimal tigo surek. Kalimo Tahlil basamo-samo. Kaanam:mambaco kitab Salawat Makah, dan nan tarakhir ditutuik jo do’a .(Langkah yang pertama yang dikerjakan adalah: kalau untuk acara kematian, pihak rumah duka hanya menunggu kedatangan penyaji Salawat Makah, tapi kalau untuk acara do’a lainnya, pihak penyaji harus diundang secara lisan terlebih dahulu beserta family dan tetangga untuk dating menghadiri hajatan dirumah penyelenggara hajat tersebut. Kedua menyampaikan lafadh niat, kalau untuk acara kematian adalah menyampaikan permohonan maaf pada pihak almarhum atas kesalahan penyaji kepada almarhum atau pun kepada keluarga atas ketidak hadiran masyarakat dalam menyelenggarakan pemakamam. Ketiga: membaca Alfatihah yang diawali dengan pembacaan zikir oleh salah seorang yang ahli dalam salawat. Keempat: membaca ayat pendek minimal tiga surat. Kelima: Tahlil secara bersama- sama. Keenam: Pembacaan kitab Salawat Makah , terakhir ditutup dengan pembacaan do’a). Menurut Zulfikar (wawancara, 02-02-2014), Salawat Makah di awalnyo adolah mamohon patunjuak jo rahmat Allah SWT untuk kasado kaluarga nan hiduik, dan mamohon dilapangkan azab kubua dan tahinda dari api narako tahadok keluarga nan lah maningga, mammohon untuak kaluarga nan masih hiduik supayo manjalani hiduik rukun, damai dan dimurahkan rasaki sarato di tatp diberikan kesehatan. Salanjuiknyo mamohon maaf anatara kaluarga nan hadir dan panyaji Salawat Makah nan hadir. Untuak sataruihnyo panyji Salawat Makah mambaco alfatihah, mambaco ayat-ayat pendek, mambaco tahlill, sasudahtu baru baSalawat Makah dan terakhirnyo ditutuik jo do’a. (permohonan
67
petunjuk dan rahmat Allah s.w.t untuk semua keluarga yang hidup dan permohonan dilapangkan-Nya azab kubur dan terhindar dari api neraka terhadap keluarga yang telah meninggal, permohonan untuk keluarga yang hidup agar menjalani hidup rukun dan damai, dimurahkan rezeki, didatangkan kesehatan. Ucapan saling berma’afan di antara keluarga yang hadir beserta semua peserta Salawat Makah. Selanjutnya adalah pembacaan Alfatihah, membaca ayat-ayat pendek, membaca tahlil, setelah itu baru berSalawat Makah dan terakhirnya ditutup dengan do’a) Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan, struktur penyajian ritual Salawat Makah ketika upacara kematian di nagari Tabek, telah tersusun sedemikian rupa, dan penyajian lagu-lagunya pun juga sudah terstruktur rapi. Secara berurut dapat diamati struktur pelaksanaan penyajian Salawat Makah sebagai berikut: 1) Permohonan maaf dari penyaji Salawat Makah kepada keluarga yang ditinggalkan baik itu kesalahan kepada almarhum dan kesalahan bila ada diantara penyaji Salawat Makah yang tidak bisa hadir pada acara pemakamannya. 2) Pembacaan Surah Al-Faatihah. Bagian ini diawali dengan bacaan dzikir oleh salah seorang Urang Siak dan dilanjutkan dengan surat Al-Faatihah (Ummul AlQur-an) yang diikuti oleh seluruh yang hadir di tempat berSalawat Makah. 3) Pembacaan ayat-ayat pendek minimal 3 surat yang juga di ikuti seluruh penyaji Salawat Makah 4) Pembacaan Tahlil secara bersama-sama 5) Penyajian Salawat Makah.
68
6) Dan yang terakhir ditutup dengan Do’a.
Gambar 6 “Teks Salawat Makah” ( Dokumen Rosita 2014 ) 2.
Fungsi musikal dalam penyajian Salawat Makah di Kanagarian Tabek Pariangan Bila ditinjau dari sudut sosial – antropologisnya bahwa Salawat Makah
adalah berfungsi ritual, fungsi ini berhubungan dengan upacara kematian pada masyrakat Tabek. Masyrakat tidak pernah menganggap penyajian Salawat Makah ini sebagai hiburan bagi mereka pada saat ditampilkan dalam konteks pertunjukkannya, hanya saja dengan penyajian Salawat Makah ini keluarga almarhum yang ditinggalkan akan melupakan sedikit rasa dukanya, dan mendapatkan ketenangan jiwa secara religius. Salawat Makah disajikan dalam bentuk nyanyian, nyanyian Salawat Makah, sejenis musik vokal Islami tanpa menggunakan instrumen musik. Materi utama musik vokal ini terletak pada melodi dan teks puisi tentang Nabi Muhammad S.A.W yang tercantum dalam kitab Salawat Makah. Melodi dan teks puisi Salawat Makah terintegrasi dalam suatu emosi religius untuk mencapai
69
tataran spiritual tertentu sesuai dengan spiritual yang dijalani masing-masing pelaku ritual Salawat Makah. Wirda ( 02 Februari 2014) menyatakan Salawat Makah nan disajikan dalam bantuak irama, rasonyo mambuek parasaan dan jiwa baik awak nan mandanga ataupun nan ikuik dalam Salawat Makah tu, ado sasuatu kakuatan emosional dan kakuatan spiritual Penjelasan Wirda dapat diartikan bahwa, Salawat Makah yang disajikan dalam bentuk nyanyian menyebabkan perasaan, jiwa dan emosi para pengikut atau orang-orang yang terlibat dalam kegiatan Salawat Makah, dapat menimbulkan kekuatan spiritual. Artinya dampak dari syair-syair yang disampaikan oleh pemain atau penyaji tersebut mampu merangsang pikiran dan perasaan pelayat yang ada di rumah duka. Karena syair-syair tersebut berisikan wejangan, atau nasehat dan gambaran tentang kehidupan setelah mati dan sebelum mati. Sebab itu, penyajian Salawat Makah tersbeut mampu menggiring masyarakat untuk instrospeksi diri dan juga untuk sebagai pencerahan darai rasa duka. Sofia (wawancara 26 januari 2014) juga mengatakan bahwasanya kalau awak nan mandangakan Salawat Makah, akan saketek terlena jo irama nan dilantunkan oleh pamain Salawat Makah, artinyo ado katanangan hati dalam mandangankan lagu Salawat Makah tu, apolai urang nan mamainkan Salawat Makah itu sendiri. Berdasarkan wawancara dengan Sofia dapat diartikan bahwa, sebagai pendengar Salawat Makah, akan sedikit terlena dengan irama yang dilantunkan
70
oleh penyaji Salawat Makah, artinya ada ketenangan hati dalam mendengarkan nyanyian Salawat Makah, apalagi bagi penyaji Salawat Makah itu sendri. Oleh sebab itu, penyajian Salawat Makah mampu menimbulkan pengaruh emosional yang bersifat spiritual bagi masyarakat di rumah duka tersebut. Salawat Makah, dengan berbagai syair-syairnya meinspirasi pelayat dan penyaji sendiri terhadap ajaran baik buruk dan terhadap puji-pujian bagi Nabi dan Allah. Dengan syair-syair tersebut para pelayat terasa dekat dengan Tuhan, artinya ada sesuatu masukan secara batiniah dan pengayaan spiritual bagi orang-orang yang ada di sekitar rumah duka tersebut. Fitriyadi Sutan Manaro (wawancara 02 februari 2014) sebagai salah seorang penyaji mengatakan bahwa ikuik dalam mamainkan Salawat Makah, rasonyo ado kepuasan tersendiri nan ado dalam diri pamain Salawat Makah, jo irama lagu Salawat Makah raso ado kadamaian dalam hati, cieklai maningkek an kadekatan diri jo agama. Fitriyadi Sutan Manaro mengatakan bahwa, ikut sebagai penyaji Salawat Makah, merasakan ada kepuasan tersendiri bagi penyaji Salawat Makah. Dengan mendengar nyayian Salawat Makah rasanya ada kedamaian dalam hati, dan dapat meningkatkan kedekatan diri dengan Tuhan. Karena itu, Salawat Makah memiliki nilai spiritual bagi yang mendengarkannya. Salawat Makah mampu mengipnotis pendengar agar memperoleh sesuatu masukan mengenai kehidupan dunia dan akhirat. Selain itu, syair Salawat Makah telah menstimulus pendengarnya, sehingga pendengarnya memiliki rangsangan emosional tentang ajaran agama Islam. Ditambahkan oleh H.Hafzi Dt. Batuah (52 Th ) bahwa disampaiang penyajian Salawat Makah ko diyakini mandatangkan pahalo bagi penyajinyo
71
sakalian lah marupokan kesanangan pulo untuak mambaokan lagu - lagunyo (disamping penyajian Salawat Makah ini diyakini mendatangkan pahala bagi penyajinya sekaligus sudah merupakan kegemaran pula untuk mengumandangkan lagu – lagunya) ( wawancara 26 januari 2014) Jenis lagu Salawat Makah tergarap dalam bentuk pola melodi pendek yang sangat ketat dengan teks, sehingga penyajiannya berbentuk diulang dengan formalitas yang sama tetapi dengan teks nyanyian yang bergaya nada dipakai untuk setiap silabel (suku kata). Dapat dijelaskan di sini, bahwasanya fungsi musikal dalam penyajian Salawat Makah dapat membangkitkan energi spiritual. Energi spritual ini bisa digapai oleh seseorang setelah menghayati rasa musikal dan meresapinya dengan penuh perasaan. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur musikal yang ada dalam penyajian Salawat Makah mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan ketenangan jiwa bagi pendengarnya. Alunan rithem dan melodi serta isi syair dari Salawat mampu mengipnotis pendengar. Walaupun tidak ada ketetapan dalam iramanya, rasa musikal yang ada pada Salawat Makah memiliki daya pukau terhadap perasaan pendegar, sehingga pendengar merasa tersentuh dengan alunan musikal yangh terdapat pada penyajian Salawat Makah tersebut. 3. Makna penyajian Salawat Makah bagi Masyarakat Tabek Inti dari Salawat Makah adalah mengirimkan salawat dan menyampaikan salam kepada nabi Muhammad S.A.W.’ Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Erdinal (wawancara 26 januari 2014) mengatakan Teks nyanyiannya menceritakan latar belakang, silsilah keturunan, peristiwa kelahiran, cerita di
72
waktu kecil, remaja, dan kerasulan Muhammad S.A.W, serta puji-pujian atas sifatsifat kemuliaannya, lengkap dengan salawat dan do’a-do’a atau harapan barakah dan syafaat dari beliau; semuanya tercantum dalam kitab Salawat Makah, dan ini dapat dimaknai bahwasanya Salawat Makah adalah salah satu wujud kita mengungkapkan kecintaan kita kepada nabi. Arti teks yang menyatakan kan isi dari Salawat Makah ini adalah pujipujian kepada nabi dapat dilihat dari terjemahan salah satu isi dari teks Salawat Makah yang disajikan pada salah satu malam penyajian salawat makah tersebut:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Allah cukup bagiku dan Pelindung terbaik. Tidak ada kekuasaan atau kekuatan kecuali dengan Allah Yang Tinggi, yang mendalam. Ya Allah, aku membebaskan diri dari kekuasaan dan kekuatan Engkau mendukung kekuasaan dan kekuatan Engkau. Aku mendekat kepada Engkau oleh doa pada junjungan kita Muhammad, hambamu, Nabi dan Rasul, Master dari rasul-rasul, semoga Allah Yang Maha Kuasa memberkati dia dan memberi dia dan mereka semua damai, dalam ketaatan kepada perintah Engkau, menegaskan dirinya, penuh cinta dia, kerinduan untuk 73
dia dan menghormati nilai-Nya dan fakta bahwa ia, semoga Allah memberkatinya dan memberinya damai, adalah layak untuk itu. Menerima dari kami rahmat-Mu dan membuat saya salah satu orang benar. Beri aku sukses dalam membaca itu selalu oleh pangkat dengan Enkau. Semoga Allah memberkati tuan kami Muhammad dan keluarganya dan semua para sahabatnya”.( babies haqqi ) Dibalik penyajian Salawat Makah pada masyarakat Tabek tersirat pula makna yang tanpa disadari oleh masyrakat Tabek. Bila dilihat dari penyajiannya, yang menjadi penyaji Salawat Makah pada acara kematian, datang tanpa di undang, seperti apa yang telah di ungkapkan oleh Irzal Dt.Bandaro Putiah ( wawancara 02 februari 2014) makna nan takanduang dalam panyajian Salawat Makah adolah raso solidaritas, rasa kabasamoan, raso paduli satu samo lain anatro hiduik bamasyarakat. Berdasarkan wawancara dengan Irzal dapat diartikan bahwa, makna yang terkandung dalam penyajian Salawat Makah adalah rasa solidaritas, kebersamaan, kepedulian yang tinggi dalam hidup bermasyrakat. Maksudnya adalah bahwa kehadiran Salawat Makah bermakna bagi kehidupan masyarakat di nagari Tabek. Makna dari kehadiran Salawat Makah dalam kegiatan ritual kematian tersebut adalah rasa kesetia kawanan, rasa empati dan solidaritas, serta nilai-nilai kebersamaan. Makna dari Salawat Makah dapat disimpulkan sebagai makna sosial, artinya bahwa kehadiran Salawat Makah memiliki makna yang berhubungan dengan masalah sosial. Salawat Makah memiliki makna yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan manusia. Artinya kehadiran Salawat Makah bermakna bahwa kehidupan manusia perlu saling ketergantungan, dan antara manusia harus saling memiliki rasa empati dan simpati. Dengan adanya rasa
74
empati dan simpati, maka kehidupan ini akan lebih bermakna bagi masyarakat Tabek. Dan dikuatkan oleh Irman (wawancra 04 Februari 2014) Agamo Islam mambarikan pangajaran kakito bahsonyo umaik muslim itu basudaro, nan hiduik saliang paduli sasamo manusia baiak katiko sanang maupun baduka Arti penjelasan di atas adalah, agama Islam mengajarkan bahwa Muslim itu bersaudara, yang hidup saling peduli sesama manusia baik dalam suka dan duka. Ini juga berkaitan dengan prilaku sosial dimana prilaku sosial itu adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apapun (kecuali mungkin perasaan yang telah melakukan kebaikan). Atau juga dapat diartikan segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk
menolong
orang lain tanpa
mempedulikan motif-motif apapun dari si penolong. Hal senada juga diungkapkan oleh R.A Datuak Talanai Sati ( Wawancara 04 Februari 2014 ) bahwasanya dalam panyajian Salawat Makah jo barami- rami, mambakikan sumangaik untuak bangkit dari raso sadiah nan mandalam nan dialami oleh anggota keluarga nan ditinggakan. Penjelasan informan di atas dapat diartikan bahwa, dalam penyajian Salawat Makah dengan kebersamaan membangkitkan semangat untuk bangkit dari keterpurukan mental yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yang sedang berduka. Sebab itu, bagi masyarakat Tabek mengadakan kegiatan Salawat Makah dapat dimaknai sebagai suatu usaha pelipur lara, membangkitkan spirit hidup, tegar menghadapi sebuah musibah. Kehadiran Salawat Makah, telah bermakna bagi kehidupan masyarakat
75
Tabek. Karena dengan adanya penyajian Salawat Makah, maka masyarakat yang berduka tidak perlu merasa sepi dalam kehidupannya. Karena anggota masyarakat yang lain melalui Salawat Makah telah mampu menghibur dengan berupa nasehat yang disampaikan melalui penyajian Salawat Makah tersebut. Dengan hadirnya Salawat Makah secara tidak langsung mampu mendatangkan pelipur lara di rumah duka. Artinya lagi keluarga yang berduka merasa tidak sendiri, sebab penyajian Salawat Makah datang dari berbagai suku yang ada di nagari Tabek. Dapat dipastikan apabila suku yang ada di Tabek berjumlah enam suku, dan penyaji Salawat Makah satu suku ada lebih kurang empat puluh (40) orang, maka jumlah yang hadir di rumah duka berjumlah dua ratus empat puluh orang (240) orang. C. PEMBAHASAN 1. Bentuk Penyajian Salawat Makah Bentuk penyajian Salawat Makah di nagari Tabek berkaitan dengan bagaimana teksnisnya Salawat Makah itu di sajikan.
Disajikan atau
dipersembahkan berarti di tampilkan ataupun dipertunjukkan. Masalah bentuk penyajian seperti yang diungkapkan Djelantik (1999:14) bahwa bentuk merupakan unsur-unsur dasar dari susunan pertunjukan. Unsur-unsur penunjang yang membantu bentuk itu dalam mencapai perwujudannya yang khas adalah: seniman, alat musik, kostum dan rias, lagu yang disajikan, tempat pertunjukan, waktu serta penonton. Pengertian penyajian menurut Djelantik (1999:73) penyajian
yaitu
bagaimana
kesenian
itu
disuguhkan
kepada
yang
menyaksikannya, penonton, para pengamat, pembaca, pendengar, khalayak ramai
76
pada umumnya. Sedangkan unsur yang berperan dalam penampilan atau penyajian adalah bakat, keterampilan, serta sarana atau media. Daryusti (2010:189) mengatakan bahwasanya penyajian dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti apa yang telah disajikan atau di hidangkan, sementara Daryustti sendiri menyimpulkan penyajian itu dihubungkan dengan tari adalah kemampuan tekhnik menari dalam membawa tarian. Kalau kita hubungkan penyajian yang berkaitan dengan seni itu lebih cendrung dengan nama pertunjukan. Penyajian Salawat Makah juga berkaitan dengan bagaimana tekniknya menyajikannya ketika acara ritual kematian
mulai dari waktu dan
tempat, penyajinya serta bagaimana tata cara pelaksanaan dari Salawat Makah sehingga bisa dikatakan sebuah sajian yang bisa dipersembahkan. Waktu dan tempat penyajiannya adalah ketika ada kematian dan diadakan di ruamah duka. Indrayuda (2012 : 99) menyatakan bahwa seni pertunjukan adalah bentuk seni yang dapat dipersembahkan atau dipertunjukan baik diatas panggung atau tidak, yang bersifat hidup dan bergerak serta ada pemain dan penonton yang menyaksikannya. Mengacu pada pendapat diatas penyajian Salawat Makah juga berkaitan dengan waktu dan tempat yang tidak dipastikan pada satu tempat saja, tetapi waktunya dan tempatnya adalah pada acara ritual kematian dimana ada penyaji dan ada juga yang berperan sebagai penonton ataupun penikmatnya. Menurut pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian merupakan penampilan yang meliputi hal-hal sebagai berikut seperti , pemain musik, musik, kostum, penonton dan tempat pertunjukan. Maka unsur-unsur yang terdapat di dalamnya seperti musik, susunan pemusik, pemain musik, tempat
77
pertunjukan dan penonton serta yang meliputi struktur penyajian lagu-lagunya merupakan unsur dari bentuk penyajian Salawat Makah. Masalah stuktur penyajian lagu-lagu yang disajikan merupakan salah satu bagian dari kajian musikologis. Menurut Shandly (1986:389)”Istilah musikologi menunjukkan kata benda yang artinya ilmu musik ” kata musikologis menunjukkan kata sifat yang berasal dari istilah musikologi, maksudnya kajian yang berhubungan dengan segala kegiatan – kegiatan yang mempelajari kejadiankejadian musik, atau hal- hal yang berhubungan dengan musik.
Struktur
penyajian ritual Salawat Makah ketika upacara kematian di nagari Tabek, telah tersusun sedemikian rupa, dan penyajian lagu-lagunya pun juga sudah terstruktur rapi. Secara berurut dapat diamati struktur pelaksanaan penyajian Salawat Makah sebagai berikut: 1. Permohonan maaf dari penyaji Salawat Makah kepada keluarga yang ditinggalkan baik itu kesalahan kepada almarhum dan kesalahan bila ada diantara penyaji Salawat Makah yang tidak bisa hadir pada acara pemakamannya, dan permohonan petunjuk dan rahmat Allah s.w.t untuk semua keluarga yang hidup dan permohonan dilapangkan-Nya azab kubur dan terhindar dari api neraka terhadap keluarga yang telah meninggal. 2. Pembacaan Surah Al-Faatihah. Bagian ini diawali dengan bacaan dzikir oleh salah seorang Urang Siak dan dilanjutkan dengan surat Al-Faatihah (Ummul AlQur-an) yang diikuti oleh seluruh yang hadir di tempat berSalawat Makah. 3. Pembacaan ayat-ayat pendek minimal 3 surat yang juga di ikuti seluruh penyaji Salawat Makah 4. Pembacaan Tahlil secara bersama-sama
78
5. Penyajian Salawat Makah 6. Dan yang terakhir ditutup dengan Do’a Dalam konteks sekarang ini adalah menyangkut unsur musikal yang dikandung oleh kegiatan ritual Salawat Makah tersebut. Dungga (1983:186) juga menjelaskan bahwa keindahan musik itu terletak pada unsur- unsur musiknya, diantaranya: melodi secara lugas merupakan suatu rentetan nada yang mempunyai tinggi dan lama nada yang tak sama, harmoni adalah bunyi-bunyian dari dua nada atau lebih, dan irama adalah gerak yang wajar dan metrum adalah pembagian yang teratur dari gerak. Dari unsur musik yang diuraikan diatas, Salawat Makah juga disajikan dalam suara tinggi dan rendah tetapi terdengar sangat harmoni dalam penyajiannya, irama yang dan ritem disajikan secara serentak dan teratur. Dan mengenai penyaji dari Salawat Makah , ini tergantung pada konteks dari pertunjukannya. Seperti yang di ungkapkan oleh Sedyawati (1981:52) Seni pertunjukan di Indonesia berangkat dari suatu keadaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik yang berbeda satu sama lain. Dalam lingkunganlingkungan etnik ini, adat, atau kesepakatan bersama yang turun temurun mengenai prilaku, mempunyai wewenang untuk menentukan rebah bangkitnya suatu seni pertunjukan. Dikaitkan dengan penyaji Salawat Makah juga di tentukan oleh kesepakatan bersama yang secara turun temurun menetukan bahwa penyaji Salawat Makah adalah hanya kaum laki-laki. Masyarakat Tabek, baik laki – laki atau perempuan menganggap Salawat Makah sebagai suatu kegiatan ritual yang harus dikuasai oleh semua kaum laki- laki karena memang hanya kaum laki- laki saja yang menyajikan Salawat Makah, sedangkan kaum perempuan hanya terlibat sebagai penyimak saja. Baik sebagai penyaji atau penyimak sama–sama diyakini
79
dapat mendatangkan manfaat (pahala) bagi masing–masing dirinya. Jadi masyarakat meyakini pelaksanaan kegiatan Salawat Makah sebagai kegiatan yang sunat, hukumnya yaitu ditinggalkan tidak berdosa dan dikerjakan mendapat pahala. Dari beberapa kutipan teori diatas dapat dilihat bahawasanya, terlepas dari ibadah yang dilakukan oleh masyarakat Tabek, penyajian Salawat Makah bisa dikategorikan kepada sebuah seni pertunjukan, yang mana penyajian Salawat Makah
juga sesuatu yang bisa dipertunjukan di khalayak ramai dimana ada
penyaji dan penonton serta ada nilai keindahan di dalamnya atau unsur seni yang disajikan. 2. Fungsi musikal dalam penyajian Salawat Makah di kanagarian Tabek Pariangan Daerah budaya Minangkabau memiliki kekayaan tradisi musikal yang cukup banyak ragamnya, namun ummnya didominir oleh jenis – jenis musik yang berfungsi hiburan, artinya jarang sekali jenis kesenian yang berfungsi ritual di daerah Minangkabau ini. Daerah Tabek kecamatan Pariangan memiliki suatu kegiatan ritual keagamaan yang bernuansa musikal yang dikenal dengan Salawat Makah. Penyajiannya memakai kitab “Dalail khairat” atau masyarakat Tabek menamakan dengan kitab Salawat Makah.
Isi kitab ini berupa sanjungan kepada Nabi
Muhammad S.A.W, keluarga dan sahabat–sahabat beliau serta pujian kepada Allah S.W.T atas rahmat dan nikmat kepada hambaNya. Kehadiran nyanyian Salawat Makah dalam suatu konteks ibadah yang bersifat sosial membangkitkan suatu energi spiritual terhadap para penyaji, dan
80
peserta upacara atau ritual do’a; sekaligus membangun suasana mistis religius terhadap konteks upacara tersebut. Artinya, nyanyian Salawat Makah sebagai musik vokal religius dalam suasana ritual menjadi mediasi untuk munculnya energi spiritual bagi masyarakat Tabek, yang mengikuti ritual kematian tersebut. Khan (2002:128) mengatakan, bahwa “Tidak ada yang lebih baik untuk digunakan sebagai sarana mencapai keluhuran jiwa, dari pada musik.” Berdasarkan pendapat Khan di atas, ternyata fungsi musik bagi masyarakat Tabek dalam kegiatan Salawat Makah adalah sebagai rangsangan imajinaif dan rangsangan spiritual, untuk membangkitkan energi ritus yang religious. Sebab dengan adanya rasa musikal dan unsur-unsur musikal dalam penyajian Salawat Makah, menyebabkan perasaan, dan jiwa para pengikut dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan Salawat Makah tersebut, memperoleh suatu kekuatan emosional, dan kekuatan spiritual. Sebagai vocal (senandung maupun bentuk gurindam) yang mengandung unsur musik, Salawat Makah selalu menggerakkan emosi-emosi religious, yang berperan menyatukan kecintaan pelaku Salawat Makah dengan kemuliaan Rasulullah untuk dicintai pula oleh Sang Khaliq. Energi spiritual ini bisa digapai oleh seseorang setelah menghayati rasa musikal dan meresapinya dengan penuh perasaan. Melodi gurindam Salawat Makah menstimulus imajinasi spiritual yang bernaung dalam diri pemain Salawat Makah dan pendengarnya, untuk terdorong bergerak maju mendekat kepada Allah Yang Maha Kuasa. Karena nyanyian ini memprovokasi energi spiritual manusia yang pada dasarnya mampu dipengaruhi oleh alunan melodi, ritem-ritem atau ritme syair atau gurindam yang dilapaskan
81
oleh pemain Salawat Makah. Semakin tinggi tatanan keindahan nyanyian Salawat Makah yang dilantunkan, semakin dekat pula rasa spiritualitas Islami mereka untuk mendapatkan hakikat kebenaran dari Allah S.W.T. Sementara Menurut
Meriam dalam Abubakar (2011: 26). Terdapat
beberapa 8 (delapan) fungsi musik, tetapi hanya ada beberapa yang ditemui dalam Salawat Makah yaitu: a. Sebagai sarana entertainer : musik berfungsi sebagai sarana hiburan. Dalam Salawat Makah yang fungsi sebagai hiburan disini bukan berarti untuk kesenangan para pencari hiburan, tetapi untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan atau keluarga yang sedang berduka. b. Sebagai persembahan : musik sebagai simbol kebudayaan masyarakat. Salawat Makah disajikan ketika acara ritual kematian artinya acara Salawat Makah ini dipersembahkan ketia ada kematian dan sudah menjadi kebudayaan oleh masyarakat Tabek. c.
Sebagai respon fisik : musik bisa digunakan juga untuk pengiring aktifitas ritmik dan pembangkitan emosi jiwa.
e. Sebagai intuisi sosial dan ritual keagamaan : musik dapat memberikan kontribusi sosial dan keagamaan. f. Sebagai wujud integran dan identitas masyarakat. Musik memiliki fungsi dalam pengintegrasian masyarakat. Suatu musik jika dimainkan secara bersama-sama maka tanpa disadari musik tersebut menimbulkan rasa kebersamaan diantara pemain atau penikmat musik itu. Seringnya bertemu pada saat penyajian membuat terjalinnya hubungan kekeluargaan dan merasa saling membutuhkan antar anggota kelompok. Selain
82
anggota kelompok, terdapat pula orang-orang yang menonton saat pertunjukan berlangsung. Mereka datang dengan tujuan mengisi waktu luang atau hanya sekedar mendengarkan keindahan musik tersebut (menghibur diri). Melalui kegiatan itu akan tercipta sebuah kedekatan emosional yang akhirnya mengarah kepada terciptanya rasa keakraban sebagai wujud integrasi kelompok social suatu masyarakat. Pada saat Salawat Makah ditampilkan, masyarakat Tabek sama-sama menyaksikan pertunjukan tersebut tanpa menghiraukan latar belakang sosial mereka yang berbeda. Tanpa mereka sadari, melalui kegiatan itu akan tercipta sebuah kedekatan emosional sehingga terciptanya rasa keakraban sebagai wujud integrasi masyarakat. Baghdadi (1992:84), menyatakan pengaruh musik dan nyanyian berakibat baik terhadap manusia jika nyanyian itu diwarnai dengan nilai-nilai ke Islaman. Tentang hal ini, Sidi Gazalba dalam Baghdadi (1992:85) berpendapat, “Musik dapat menimbulkan gejolak emosi di dalam batin pendengarnya. Merangsang mereka kepada gerakan-gerakan, tetapi nada musik dapat pula menimbulkan ketenangan, kerukunan, damai, dan kenikmatan hati. Nada musik yang melahirkan kesan seperti itu selaras dengan kesan yang dikehendaki Islam. Sesuai dengan pernyataan diatas, unsur musikal yang ada dalam penyajian Salawat Makah mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan ketenangan jiwa bagi pendengarnya. Alunan rithem dan melodi serta isi syair dari Salawat mampu menghipnotis pendengar. Rasa musikal yang ada pada Salawat Makah memiliki daya pukau terhadap perasaan pendegar, sehingga pendengar merasa tersentuh dengan alunan musikal yangh terdapat pada penyajian Salawat Makah tersebut.
83
2. Makna Salawat Makah terhadap Kegiatan Budaya Mengenang Kematian dalam Masyarakat Tabek Blumer dalam Spradley (2006:8), mengidentifikasi tiga premis sebagai landasan teori di antaranya adalah: (1) Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka, (2) Yang mendasari interaksionalisme simbolik adalah bahwa makna berbagai hal itu berasal dari atau muncul dari intraksi sosial seseorang dengan orang lain, (3) Makna ditangani atau dimodifikasi melalui proses penafsiran yang digunakan orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi oleh orang tersebut. Berkaitan dengan pendapat di atas bahwasanya makna pada Salawat Makah berkaitan dengan pola tingkah laku masyarakat Tabek. Dalam melakukan kegiatan Salawat Makah, di mana adanya interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat di nagari Tabek. Interaksi dibangun dalam kaitannya dengan pertunjukan atau kegiatan Salawat Makah, yang berhubungan dengan peristiwa kematian dari salah seorang warga masyarakat. Interaksi tersebut akan bermakna apabila adanya pertunjukan Salawat Makah dalam mengenang kematian seseorang warga nagari Tabek di nagari tersebut. Selain itu, kegiatan penyajian Salawat Makah bermakna bagi kehidupan masyarakat Tabek sebagai makna sosial. Artinya Salawat Makah memiliki makna sosial, yang berdampak munculnya rasa empati, simpati dan keprihatinan serta rasa kesetia kawanan dari anggota masyarakat. Sebab itu, penyajian Salawat Makah dalam ritual kematian memiliki makna sosial, makna pencerahan, dan makna hiburan. Makna hiburan di sini tidak sama dengan makna hiburan sebuah kesenian. Yang dimaksud dengan makna hiburan di sini adalah, bahwa dengan
84
kehadiran Salawat Makah maka hal ini bermakna telah terjadi suatu upaya menghibur keluarga yang berduka. Dengan memberikan nasehat, wejangan, dan petuah dari penyaji Salawat, sedikit banyaknya keluarga yang berduka akan dapat masukan atau pencerahan, dan kesedihan yang diderita akan dapat dilupakan secara berangsur-angsur. Sementara makna dianggap sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur dalam kegiatan sosial masyarakat (Sobur,2009:126). Di mana Sobur berpandangan bahwa makna yang direspon oleh masyarakat terhadap adanya kegiatan Salawat Makah, disebabkan oleh adanya interaksi sosial antar masyarakat. Oleh sebab itu, muncul makna solidaritas, dan makna duka serta makna kesetia kawanan dari masyarakat terhadap salah seorang anggota komunitasnya yang sedang bersedih atau berduka. Oleh karena itu, kehadiran Salawat Makah dimaknai sebagai tanda berduka dan sekaligus sebagai pertanda rasa simpati dari masyarakat yang berkunjung ke rumah duka, sambil menghibur pihak yang berduka, dengan berbagai wejangan. Kehadiran
Salawat
Makah,
dimaknai
sebagai
mediasi
untuk
membangkitkan semangat untuk bangkit dari keterpurukan mental yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yang sedang berduka. Sebab itu, bagi masyarakat Tabek mengadakan kegiatan Salawat Makah dapat dimaknai sebagai suatu usaha pelipur lara, membangkitkan spirit hidup, tegar menghadapi sebuah musibah. Selain itu, makna kegiatan Salawat Makah adalah sebagai manusia hidup pasti akan mati, dan manusia adalah makluk yang lemah, sebab itu butuh bantuan orang lain. Karena itu, dalam kegiatan Salawat Makah dapat dilihat hampir seluruh tetangga berdatangan ke rumah duka untuk berinteraksi dengan pihak yang sedang
85
berduka. Kegiatan Salawat Makah juga bermakna bahwa manusia perlu menjalin hubungan atau relasi yang baik antara sesamanya, dan utamanya dengan Tuhannya. Dan bukan hanya makna yang bersifat solidaritas yang terdapat dalam penyajian Salawat Makah tersebut, tetapi juga ada makna yang tersirat di balik itu yang bersifat individu, hal ini bisa dilhat dari makna teks yang terkandung didalam Salawat Makah tersebut. Sobur (2009:54) menjelaskan dalam teori bahasa teks tak lebih dari himpunan huruf yang membentuk kata-kata dan kalimat yang dirangkai dengan sistem tanda yang disepakati oleh masyarakat sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa mengungkapkan makna yang dikandungnya. (Ahimsa, dalam editor Ahimsa, 2000: 4002) memandang fenomena kesenian sebagai teks sebenarnya bukan merupakan hal yang baru.
Telaah
tekstual atau simbolik dalam antropologi, yang biasa disebut juga sebagai telaah hermeneutik, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yakni (a) telaah simbolik dan (b) telaah struktural. Perlu diingat di sini bahwa penggolongan ini tidaklah ketat sama sekali. Cara ini hanyalah untuk memudahkan kita memahami analisis yang digunakan, sehingga kita dapat membedakan dengan baik apa sebenarnya asumsi-asumsi dasar yang melandasi cara analisis tersebut.
Baik
kajian simbolik maupun structural pada dasarnya berusaha menafsirkan karya seni sebagai sebuah “teks” yang dapat dibaca. Bila dikaitkan dengan teks yang di dalam Salawat Makah ini adalah teks salawat berisikan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini berhubungan dengan konteksnya terhadap masyarakat Tabek, teks tersebut ditempatkan dalam sebuah konteks.
86
Konteks di sini
mendapat porsi perhatian yang lebih besar, karena menurut pendekatan ini makna atau eksistensi fenomena yang dikaji hanya dapat dipahami dengan baik jika dia dikaitkan dengan konteksnya, tanpa mengabaikan arti pentingnya teks itu sendiri. Dilihat dari teks Salawat Makah adalah puji-pujian kepada nabi Muhammad S.A.W,
dapat diartikan bahwasanya Salawat Makah juga merupakan sebuah
ibadah sunat yang dilakukan oleh umat Islam dengan bersalawat kepada nabi. Seperti yang telah dianjurkan dalam Al-Quran (QS.33:56); berikut: “Innallaha wa malaa-ikatuhu yushalluuna a’lan nabi; yaa ayyuhalladziina aamanuu shallu a’laihi wa salliimu tasliima” (Sesungguhnya Allah dan malaikat bersalawat atas Nabi; hai sekalian orang yang beriman, besalawatlah kamu atas nabi dan memberi salam atasnya).
87
BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Saran A. Kesimpulan Dari tulisan tesis yang disajikan diatas dapat ditarik kesimpulan: 1.
Bentuk penyajian Salawat Makah terdiri dari unsur-unsur dasar dari susunan pertunjukan, yakni dimulai dari struktur penyajiannya di awali dengan permohonan maaf, membaca Alfatihah, membaca ayat pendek, membaca tahlil,membaca teks Salawat Makah dan terakhir ditutup dengan Do’a. Salawat Makah disajikan dalam bentuk nyanyian bersama karena dalam penyajiannya terdapat unsur musical didalamnya. Salawat Makah disajikan oleh kaum laki-laki masyrakat Tabek, disajikan ketika malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman. Salawat Makah di sajikan di rumah duka setelah sholat magrib, disajikan secara bergantian oleh kelompok yang berbebeda dengan irama yang berbeda pula. Hal lain yang mendukung dari bentuk penyajian nya adalah unsur-unsur penunjang yang membantu bentuk penyajian itu dalam mencapai perwujudannya yang khas seperti pakaian yang dipakai ketika Salawat Makah itu disajikan.
2.
Salawat Makah selain berfungsi ritual Salawat makah sebagai sarana penghibur, dalam artian bukan sebagai hiburan untuk mengungkapakan kebahagiaan tetapi untuk menghibur keluarga yang lagi berduka, pelipur lara, dan sebagai sarana nasehat bagi pihak masyarakat yang sedang berduka di nagari Tabek. Selain itu, kehadiran Salawat Makah juga berfungsi membangkitkan semangat hidup bagi anggota masyarakat yang sedang ditimpa musibah. Fungsi lain adalah sebagai ungkapan rasa prihatin dari
88
kalangan masyarakat, dan sebagai mediasi untuk mendekatkan diri pada Allah. Rasa musikal yang terdapat dalam kegiatan Salawat Makah memberikan dorongan energy spiritual pada pelaku, maupun pada orang yang mendengarkannya. Alunan melodi, ritme dan rithem-rithemnya mampu membangkitkan nuansa religious bagi anggota masyarakat yang ada di nagari Tabek. Rangsangan musikal dalam kegiatan Salawat Makah, telah mendorong anggota masyarakat yang ada dalam kegitan tersebut, mampu mendekatkan diri pada Allah S.W.T . 3.
Salawat Makah bermakna bahwa manusia hidup pasti akan mati, dan tak lebih penting bahwa makna hidup bagi manusia adalah adanya saling ketergantungan dan saling tolong menolong. Selain itu, kegiatan Salawat Makah bermakna bahwa perlu adanya interaksi yang baik antara manusia dengan manusia dan manusia dengan sang pencipta. Oleh sebab itu, kehadiran Salawat Makah, sangat bermakna bagi hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
B. Implikasi Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam dunia akdemik dan dunia praktis. Secara tidak langsung elemen musikal yang terdapat dalam Salawat Makah dapat menjadi sumber garapan bagi seni pertunjukan musik atau karawitan Minangkabau. Karena elemen syair dan ritehem, serta melodi dalam Salawat Makah dapat digarap ulang dalam komposisi musik kreasi. Temuan dalam tesis ini, secara akademik dapat diterapkan dalam mata kuliah sosiologi dan antropologi budaya dan sosiologi antropologi musik. Secara antropologi budaya kehadiran Salawat Makah telah memberikan sumbangan
89
dalam melihat manusia dan kebudayaannya. Artinya dapat diterapkan dalam kajian budaya, bahwa kesenian atau sebuah pertunjukan telah mampu menjadi media bagi relasi sosial dalam masyarakat. Selain itu, hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam masyarakatmasyarakat tradisional di nagari lain yang ada di Sumatera Barat. Hal ini berarti bahwa melalui Salawat Makah manusia dapat berintegrasi, dan selain itu melalui Salawat Makah masyarakat mampu menjalin komunikasi non verbal yang berasal dari rasa empati dan simpati. Oleh sebab itu, tradisi ini perlu dilanjutkan pada daerah lain yang memiliki konsep ajaran agama yang sejenis dan karakter serta adat istiadat yang sama filosofinya. C. Saran Tesis ini memuat saran secara teoritis dan praktis, karena kedua bentuk saran tersebut sangat diperlukan oleh pembaca. Artinya kategori pembaca tesis dapat dikelompokan secara praktis dan teoritis. Saran dari tesis ini menuju sasaran praktis yang sering digunakan oleh para praktisi seni budaya di lapangan baik secara praktik sebagai seniman, budayawan dan sebagai pengelola seni budaya maupun sebagai peneliti atau pengkaji seni terapan. Selain itu, saran ini juga bermanfaat bagi masyarakat pemilik dari kesenian itu sendiri. Sementara di sisi lain, dari aspek teoritis tesis ini menyarankan bagi kalangan akademisi seni budaya seperti dosen di perguruan tinggi seni dan mahasiswa atau guru seni budaya di sekolah, yang sedang menerapkan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan seni budaya dan kajian penelitian ini.
90
Oleh demikian tulisan ini menyarankan secara teoritis sebagai berikut: 1.
Tesis ini diharapkan dapat menjadi dasar pijakan bagi insan akademik untuk melihat sejauh mana fungsi Salawat Makah dalam kehidupan masyarakat masa lalu, kini dan masa datang di nagari Tabek Pariangan Tanah Datar.
2.
Selain itu, tesis ini disarankan untuk dapat menjadi rujukan bagi pengkajian seni pertunjukan di perguruan tinggi seni, di mana kajian tesis ini akan dapat membantu menjelaskan tentang persoalan fakta atau sumber informasi tentang Salawat Makah sebagai kegiatan tradisi yang dapat juga dikategorikan sebagai seni pertunjukan di Sumatera Barat.
3.
Tesis ini diharapkan akan membantu pengajar karawitan dalam menjelaskan tentang etnologi Salawat Makah di Minangkabau, serta fungsinya dalam ritual kematian di nagari Tabek, yang berbasis pada ajaran Islam.
4.
Tesis ini tidak kalah pentingnya mampu digunakan untuk merekonstruksi teori tentang fungsi musikal dalam kegiatan Salawat Makah dalam ritual religious kematian di nagari Tabek Pariangan Tanah Datar. Secara pratis, tesis ini akan memberikan saran sebagai berikut:
1.
Tesis ini diharapkan mampu digunakan untuk sebagai rujukan data bagi para peneliti lanjutan, baik para peneliti seni pertunjukan dan sosial budaya yang ada di Sumatera Barat, maupun yang berasal dari perguruan tinggi seni seperti Jurusan Sendratasik FBS UNP dan ISI Padang Panjang ataupun lembaga sosial budaya yang ada.
2.
Tidak kalah penting juga tesis ini diharapkan menjadi ide atau gagasan yang mampu merangsang peneliti untuk melihat dan mengkaji Salawat Makah dari
91
aspek lain, yang mungkin akan melengkapi hasil penelitian ini pada sasaran dan bentuk yang lain. 3.
Tesis ini akan menjadi data sekunder bagi para peneliti dan pengkaji seni tradisi di Sumatera Barat, sehingga tesis ini telah memberikan sumbangan data lapangan tentang seni tradisi di Sumatera Barat.
4.
Bagi seniman musik dan karawitan Sumatera Barat, diharapkan tesis ini menjadi perhatian dalam pelestarian dan pengembangan dunia musik dan seni pertunjukan tradisional, sehingga ke depannya seni tradisonal akan tetap bertahan dalam komunitasnya.
5.
Bagi Dinas Parsenibud dan pengelola industri seni pertunjukan dan kepariwisataan, tesis ini mampu memberikan informasi untuk memasarkan dan mengembangkan seni pertunjukan tradisional atau kegiatan tradisional bagi kepentingan dunia hiburan bagi pelancong.
92
DAFTAR RUJUKAN Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1992. Seni dalam Pandangan Islam: Seni Vokal, Musik & Tari. Jakarta: Gema Insani Press. Amrullah, Haji Abdul Malik Karim. 1984. Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: Pustaka Panjimas. Arifin,Adam Boestanoel, 1978.Teori Musik Praktis. Padangpanjang: ASKI Christomy Tommy. 2004. Semiotika Budaya. Depok : pusat penelitian kemasyarakatan dan budaya direktorat riset dan pengebdian masyarakat. Daryusti. 2011. Hegemoni Penghulu dalam perspektif Budaya. Jakarta Pustaka Indonesia Djelantik,A.A.M,1999. Estetika Sebuah Pengantar .Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Dibia, wayan I, Widaryanto,FX & Suanda Endo 2006. Tari Komunal: Lembaga pendidikan Seni Nusantara Jakarta. Dungga, JA. 1980. Ikhwal Musik. Jakarta.Deddikbud. ------------------1983. Musik Pandangan Dan Renungan.Jakarta.Deddikbud. . Enough, Good, A. N, 1953. Jewish Simbols in the Graeco Roman Period (jilid 4). New York: Pantheon Press. Head, White, A. N, 1928. Simbolism. Cambridge: Cambridge University Press. Hoed, Benny, H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta. Komunitas Bambu. Hoot, Mantle . 1962.The Ethnomusikologist.ohio:The kent State University Press Husen, Ida Sundari & Hidayat, Rahayu, 2001. Meretas Ranah: Bahasa, Semiotika, dan Budaya. Yokyakarta: Bentang Budaya. http://rubat.com/phpbb 1425ـﻩ Indrayuda . 2012. Eksistensi tari minangkabau. Padang : UNP Press Padang. Khan, Hazrat Inayat, 2002. Ajaran Spiritual Sufi Besar: Dimensi Mistik Musik dan Bunyi. Yogyakarta: Pustaka Sufi. 93
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Antropologi 1. Jakarta: UI Press ______________.1988.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta Djambatan ______________.2003. Pengantar Antropologi 1.Jakarta Rineka Cipta Meriam, Alan.P .1964.The Antropologi Of Musik.Chichago:North Western University Press Sears,O David,Fredman.L.Jonathan dan Peplau,Anne.L.1985.Psikologi Sosial.Terjemahan oleh Michael Adryanto.Jakarta.Erlangga. Moleong, J.Lexy. 2010. Meteodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda Karya. Navis, AA. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: PT. Grafisi Pers Putra, Ahimsa Shri Heddy DR. 2000. Ketika Orang Yogyakarta: Galang Press. 2000
Jawa Nyeni. (Editor).
Read, H, 1970. Education Throuh Art. London ?: University of California Press. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan.Jakarta:PT Pustaka Sinar Harapan Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan oleh Misbah Zulfa Elizabet Jogjakarta:PT. Tiara Wacana Sobur, Alex , 2009. Analisis Teks Media: PT Remaja Rosdakarya Bandung. Triyanto, 2001. Makna ruang dan Penataanya dalam Arsitektur Rumah Kudus. Semarang: Kelompok Studi Mekar. Zulkarnaini, dkk 1995. Budaya Alam Minangkabau. Bukit Tinggi CV Usaha Ikhlas.
94
LAMPIRAN 1 FORMAT WAWANCARA DENGAN INFORMAN Nama
:
Tempat/Tanggal lahir
:
Suku
:
Pekerjaan
:
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
:
Waktu wawancara
:
1. Bagaimana sejarah salawat makah daerah Tabek ? 2. Bagaimana keberadaan salawat makah ditengah – tengah masyarakat ? 3. Bagaimana sejarah penamaan dari nama salawat makah tersebut? 4. Apakah ada keharusan pada setiap kematian salawat makah itu disajikan? 5. Kapan salawat makah ini disajikan ? 6. Apakah salawat makah disajikan pada acara kematian saja? 7. Bagaimana bentuk penyajian dan struktur penyajian dari salawat makah? Dan kira-kira berapa lama waktu penyajiannya? 8. Siapa saja yang boleh menjadi penyaji dari salawat makah tersebut? 9. Bagaimanakah fungsi irama dari salawat makah, apakah ada ketetapan dari iramanya? 10. Apakah fungsi salawat makah ditengah – tengah masyarakat? 11. Apakah makna yang terkandung dari penyajian salawat makah? 12. Apakah hubungan salawat makah dengan masyarakat dan kematian dilihat dari isi dari teks salawat makah tersebut?
95
LAMPIRAN 2 DATA INFORMAN No
Foto
Biodata
1
Nama
: H.Hafzi Dtk.Batuah
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/21-10-1952
Suku
: Sijangko
Pekerjaan
: - Ketua KAN Nagari Tabek Sekretaris LKAM Kab.Tanah Datar Penyaji Salawat makah
2
No.HP/Tlpn
:081363384695
Hari/Tanggal
: Minggu/26-01-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
Nama
: H.Sofia S.Pd
Tempat/Tanggal lahir
: Simabur/08-09-1952
Suku
: Bendang Ateh
Pekerjaan
: Bundo Kanduang Nagari Tabek Sekreataris LKAM Kab.Tanah Datar
3
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Minggu/26-01-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 - Selesai
Nama
: Erdinal Malin Marajo,S.Ag
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/15-05-1972
Suku
: Sungai Napa
Pekerjaan
: - Kepala Sekolah MAN - Penyaji Salawat makah
No.HP/Tlpn
: 081363399419
Hari/Tanggal
: 26-01-2014
96
4
5
Waktu Wawancara
: 13.00- Selesai
Nama
: Wirda
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/17-04-1954
Suku
: Amppek Niniak
Pekerjaan
: Pengurus Rumah Tangga
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Minggu/2-02-2014
Waktu Wawancara
: 10.00 - Selesai
Nama
: Irzal Dtk.Bandaro Putiah,S.Pd
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/14-08-1981
Suku
: AmpekNiniak
Pekerjaan
: Pegawai Swasta( Pemuka Adat) Penyaji Salawat makah
6
No.HP/Tlpn
: 081363415581
Hari/Tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
Nama
: Mabsus Pakiah Marajo
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/25-05-1954
Suku
: Ampek Niniak
Pekerjaan
: - Petani -
7
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
:Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 12.00 – Selesai
Nama
: Nurplas
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/1956
Suku
: Sungai Napa
Pekerjaan
: Mengurus Rumah Tangga
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 12.00 – Selesai
97
Penyaji Salawat makah
8
Nama
: Fitriyadi Sutan Manaro,S.Pd
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/13-07-1983
Suku
: Ampek Niniak
Pekerjaan
: - Guru SMP -
9
10
Penyaji Salawat makah
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 14.00 – Selesai
Nama
: Zulfikar
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/1950
Suku
: Sungai Napa
Pekerjaan
: - Petani/Penyaji Salawat makah
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 14.00 – Selesai
Nama
: Adriatel.MD
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/18-09-1972
Suku
: Sungai Napar
Pekerjaan
:- KAUR Umum Wali Nagari Tabek ( Ustad ) -
11
Penyaji Salawat makah
No.HP/Tlpn
:081374435485
Hari/Tanggal
: Selasa/04-02-2014
Waktu Wawancara
: 10.00-selesai
Nama
: Irman
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/25-5-1953
Suku
: Sungai Napar
Pekerjaan
:- KAUR Pemerintahan Wali Nagari TAbek -
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Selasa/04-02-2014
98
Penyaji Salawat makah
12
Waktu Wawancara
: 10.00-selesai
Nama
: RA.Dtk.Talanai Sati
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/18-03-1980
Suku
: Melayu
Pekerjaan
:-
13
14
Penyaji Salawat makah
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Selasa/04-02-2014
Waktu Wawancara
: 10.00-selesai
Nama
: Yunizarman
Tempat/Tanggal lahir
: Tabek/12-04-1956
Suku
: Melayu
Pekerjaan
: Pensiunan PJKA BUMN
No.HP/Tlpn
: 085374611199
Hari/Tanggal
: Jum’at/ 21- Februari 2014
Waktu Wawancara
: 20.00 – Selesai
Nama
: Akmal Taufik
Tempat/Tanggal Lahir
:Tabek/1962
Pekerjaan
: Swasta
No.HP/Tlpn
:
Hari/Tanggal
: Jum’at/21 februari 2014
Waktu Wawancara
: 20.00 – Selesai
99
KESRA Wali Nagari Tabek
LAMPIRAN 3 HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 1. Nara Sumber Hari/tanggal
: Minggu/26 – 01 – 2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
No 1
: H.Hafzi Dt.Batuah
Pertanyaan
Hasil Wawancara
Bagaimana sejarah salawat makah Sajarah daerah Tabek ?
salawat
makah
ko
indak
dikketahui bilo adonyo, tapi dipakiroan samanjak Islam masuak ka Minangkabau atau tapeknyo katiko sasudah parang Paderi. (Sejarah salawat makah ini tidak diketahui kapan adanya,tetapi dapat diperkirakan semenjak Islam masuk ke Minangkabau atau setelah perang Padri).
2
Bagaimana makah
keberadaan ditengah
–
salawat Adonyo salawat makah di nagari Tabek tengah ko,
masyarakat ?
dulunyo
sadonyo
masyarakaik
maadaan salawat makah ko. Tapi pado kini ko ado babarapo masyararakaik indak
maadoaannyo,
karano
nyo
maganggap itu bid’ah. Itupun hanyo sabahaian kecil. Nan jaleh kini umumnyo masyarakaik Tabek maadoaannyo. (Keberadaan salawat makah di kanagarian Tabek, pada dulunya semua masyarakat
100
melaksanakan salawat makah pada acara kematian,tetapi pada saat sekarang ini sudah ada beberapa masyarakat tidak menyajikan salawat makah, karena ia menganggap itu Bid’ah. itupun hanya sebagian kecilnya. Yang jelas sekarang umumnya masyrakat Tabek melaksanakan Salawat makah ketika acara kematian). 3
Bagaimana sejarah penamaan dari Namo salawat makah diambiak dari asa nama salawat makah tersebut?
kitabnyo. Dimano kitab ko manuruik caritonyo datang dari nagari subarang yaitu nagari makah. (Penamaan salawat makah diambil dari asal kitab salawat
yang mana kitab ini
menurut ceritanya berasal dari Makah). 4
Apakah ada keharusan pada setiap Indak ado kaharusan, tapi salawat makah kematian
salawat
makah
itu ko alah manjadi tradisi masyarakaik
disajikan?
Tabek dari dulunyo. (Tidak ada keharusan, tetapi
salawat
makah ini sudah menjadi kebudayaan atau tradisi masyarakat Tabek dari dulunya). 5
Kapan salawat makah ini disajikan ?
Salawat makah dimainkan pado malam partamo sampai malam katigo sasudah acara panguburan. (Salawat makah disajikan pada malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai).
6
Apakah salawat makah disajikan Salawat makah dimainkan indak sajo pada acara kematian saja?
pado acara kamatian, salawat makah bisa juo dimainkan katiko acara mando’a, sarupo
manyambuik
bulan
baiak,manujuah hari, sampai maapek
101
puluah hari kematian. (Salawat makah di sajikan tidak saja pada acara kematian, salawat makah juga bisa disajikan ketika acara berdo’a menyambut bulan baik, menujuh hari,bahkan sampai pada acara empat puluh hari peringatan kematian). 7
Bagaimana bentuk penyajian dan Panyajian salawat makah di sajikan struktur penyajian
dari salawat sacaro basamo-samo, dan surang nan
makah? Dan kira-kira berapa lama manjadi induak atau panuntun dari irama waktu penyajiannya?
salawat makah, nan lain manjdi anak. Salawat maka disajikan bantuak malagu basamo-samonan
sacaro
spontan
suaronyo samo, kalupun ado suaro nan tadanga lain itu saolah-olah manjadi suara duo dan nyaman tadanga di talingo. Urutan panyajian salawat makah: 1.Mamohon maaf dari panyaji salawat makah kapado pihak sipangka atau kapado almarhum, dan kesalahan bilo ado diantaro panyaji salawat makah indak bisa hdir katiko acara panguburan. 2.Sasudah
acara
mamohon
maaf
dilanjuikan jo mambaco Alfatihah 3.Mambaco ayat pendek minimal tigo surek 4.Dilanjuikan jo tahlil 5.Nan kalimo baru basalawat makah 6.Terakhir ditutuik jo do’a (Penyajian salawat makah di sajikan secara bersama – sama dan salah seorang
102
manjadi
induk
atau
penuntun
dari
iramanya salawat makah, dan yang lain menjadi anak. Salawat makah disajikan seperti paduan suara,yang secara spontan suaranya atau nada yang dibawakana sama, Kalau pun ada beberapa yang memakai suara lain itu seolah –olah menjadi suara dua,dan akan terdengar harmoni atau selaras. Dengan struktur penyajiannya: 1.Permohonan maaf dari penyaji salawat makah kepada keluarga yang ditinggalkan baik itu kesalahan kepada almarhum, dan kesalahan
bila
ada
diantara
penyaji
salawat makah yang tidak bisa hadir pada acara pemakamannya 2.pembacaan Alfatihah 3.pembacaan ayat-ayat pendek minimal 3 surat 4.Tahlil 5.Penyajian salawat makah 6.ditutup dengan Do’a) Lamo panyajian salawat makah untuak sakali panyajian kiri-kiro sajam an lah (Lama penyajian salawat makah untuk sekali penyajian kira-kira satu jam) 8
Siapa saja yang boleh menjadi Karano lagu salawat makah alah manjadi penyaji dari salawat makah tersebut?
bagian ritual do’a nan pasertanyo kaum laki-lak. Sabananyo indak ado larangan untuk kaum padusi sabagi panyaji, hanyo sajo alah manjadi tradisi masyarakat Tabek ditambah jo pertimbangan lain nan
103
indak mambiasokan kaum padusi untuak ikuik. (karena nyanyian Salawat makah sudah menjadi bagian ritual do’a yang peserta
utamanya
kaum
laki-laki.
Sebenarnya tidak ada larangan untuk kaum wanita
sebagai penyaji salawat
makah hanya saja ini sudah menjadi tradisi oleh masyarakat Tabek ditambah lagi
pertimbangan
lain
yang
tidak
membiasakan kaum wanita untuk ikut). 9
Bagaimanakah fungsi irama dari Salawat makah nan disajikan bantuak salawat
makah,
apakah
ada dendang,
ketetapan dari iramanya?
mambuek
mandangakan
apolai
hati sato
tanang dalam
manyajikannyo, artinyo ado kapuasan tersendiri dalam ikuik mamainkannyo. Kalau iramanyo salawat makah ko indak ditetapkan iramnyo do, itu tagantuang dari pado induak nan mambaokannyo dan sabagai anak tingga maikuik an sajo lai. (Salawat makah yang disajikan dalam bentuk nyanyian, membuat hati tenang mendengarkannya, apalagi ikut menjadi penyajinya,
artinya
ada
kepuasan
tersendiri dalam menyajikannya. Irama dari salawat makah ini tidak ditetapkan ,iramanya tergantung kepada induk dan anak nya tinggal mengikuti irama dari induk. Tidak ada ketetapan dalam iramanya) 10
Apakah
fungsi
salawat
makah Fungsi salawat makah ko bilo dicaliak
ditengah – tengah masyarakat?
dari bantuak
panyajiannyo nan jo
irama,alunan nada, mambuek kaluarga
104
almarhum nan ditinggakan bisa saketek malupokan kasadihannyo jo basalawat ko. (Fungsi
salawat
makah
ini
pada
masyarakat Tabek sebenarnya adalah untuk menghibur orang yang ditinggalkan almarhum,karena
salawat
makah
disajikan dengan alunan nada atau irama yang
membuat
keluaraga
yang
ditinggalkan sedikit melupakan kesedihan dengan bersalawat secara bersama-sama). disampaiang penyajian salawat makah ko diyakini
mandatangkan
penyajinyo
sakalian
pahalo
lah
bagi
marupokan
kesanangan pulo untuak mambaokan lagu - lagunyo (disamping penyajian salawat makah ini diyakini mendatangkan pahala bagi
penyajinya
merupakan
sekaligus
kegemaran
sudah
pula
untuk
mengumandangkan lagu – lagunya) 11
Apakah makna yang terkandung dari
Makna nan
penyajian salawat makah?
makah
pado salwat
adolah raso kabasamoan, raso
kakaluargaan, papatah
takanduang
sarupo
“baiak
nan
baimbauan
dikatokan buruak
bambauan” (Makna yang terkandung
pada salawat
makah adalah rasa kebersamaan, rasa kekeuargaan, diungkapkan
sebagaimana oleh
pepatah
yang Minang
“khabar baik diberitahukan, khabar buruk akan berdatangan dengan sendirinya”). 12
Apakah hubungan
salawat makah Sabananyo kalau dicaliak dari arti teks
105
dengan masyarakat dan kematian salawat
makah
itu
barisi
tantang
dilihat dari isi dari teks salawat sanjuangan kapado nabi san rasul sarato makah tersebut?
kaluarganyo, indak ado kaitanyo jo urang nan mati, hanyo sajo dalam urutan panyajiannyo,
sarupo
mamohon
maaf,mambaco Alfatihah dan ayat pendek ditujukan pado urang nan mati dan di tutuik jo do’a supayo almarhum diampuni dosonyo. (Sebenarnya kalau di lihat dari arti teks dari salawat makah itu adalah sanjungan kepada nabi dan rasul serta keluarganya, tidak ada kaitannya dengan orang yang meninggal, hanya saja didalam struktur penyajiannya
yakni permohonan maaf
dan pembacaan Alfatihah dan ayat pendek ditujukan kepada orang yang meninggal serta penutup yang diakhiri dengan Do’a agar almarhum diampuni dosanya.)
106
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 2. Nara Sumber
: H.Sofia,S.Pd
Hari/tanggal
: Minggu/26-01-
2014 Waktu Wawancara No 1
: 11.00 – Selesai
Pertanyaan Bagaimana
Hasil Wawancara
sejarah
salawat Salawat makah di kanagarian Tabek ini sacaro
makah daerah Tabek ?
jaleh kami indak tahu, tapi salawat makah ko lah diturunkan dari urang nan tadahulu. (salawat makah di nagarian Tabek ini secara jelas kami tidak mengetahuinya tetapi salawat makah ini sudah menjadi turun temurun dari nenek moyang kami).
2
Bagaimana keberadaan salawat Salawat makah dikanagarian Tabek, kiniko makah
ditengah
–
tengah ado
masyarakat?
babarapo
kaluarga
nan
indak
maadoannyo, jo alasan salawat makah ko indak dikarajoan pado zaman nabi Muhammad S.A.W atau Bid’ah. Kalau dulu kasdonyo masyarakat kamatian.
107
maadoaannyo
pado
acara
(Salawat makah di kanagarian Tabek, pada saat sekarang ini ada beberapa keluarga yang tidak melaksanakan, dengan alasan salawat makah ini merupakan hal yang tidak pernah dilakukan pada zaman nabi Muhammad SAW atau Bid’ah
kalau dulunya semua masyarakat
melaksanakan salawat makah pada acara kematian). 3
Bagaimana sejarah penamaan
Namo salawat makah ko kami indak tahu pasti,
dari nama salawat salawat
tapi ado nan mangecek an kitab nan dipakai
makah?
barasa dari Makah. (Penamaan
salawat
makah
kami
tidak
mengetahui secara jelas tetapi ada yang menganggap karena kitab yang dipakai untuk salawat makah ini berasal dari Mekah). 4
Apakah ada keharusan pada
Manjadi kaharusan indak ado, tapi satiok ado
setiap kematian salawat makah
kamatian, masyarakat Tabek indak ado nan
itu disajikan?
makomandokan akan tibo surang karumah urang nan maningga untuak basalawat. Jadi indak ado raso tapaso dalam manyajikan salawat makah tu. (Menjadi keharusan tidak ada , tetapi setiap ada kematian
masyarakat
Tabek
tanpa
di
komandokan akan datang dengan sendirinya ke rumah orang yang meninggal untuk bersalawat. Jadi tidak adanya unsur keterpaksaan dalam melaksakan salawat tersebut). 5
Kapan salawat makah ini
Salawat makah di sajikan pado malam
disajikan ?
partamo sampai malam katigo saudah acara panguburan. (Salawat makah disajikan pada malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman
108
selesai). 6
Apakah salawat makah disajikan
Nan jaleh salawat makah di sajikan pado
pada acara kematian saja?
acara kamatian, ado juo masyarakat nan manyajikan salawat makah katiko acara mando’a sarupo manyambauik bulan baiak, manujuah hari, maapek puluah hari kamatian. (Yang secara pasti salawat makah di sajikan pada acara kematian, ada juga masyarakt yang menyajikan berdo’a,
salawat
seperti
makah
menyambut
ketika
acara
bulan
baik
menujuh hari bahkan sampai pada acara empat puluh hari kematian). 7
Bagaimana bentuk penyajian dan Penyajian salawat makah di sajikan basomostruktur penyajian dari salawat samo sacaro sarentak jo suaro nan samo, ado makah? Dan kira-kira berapa juo jo suaro nan babeda nan dimainkan dek lama waktu penyajiannya?
surang atau duo urang, tapi itu indak talalu mancolok, tapi itu bisa juo manjdi variasi dalam panyajian salawat makah tu. Panyajian salawat makah tu ndak langsuang di sajikan, tapi ado urutan dalam panyajian nyo. Partamo pamohonan maaf baiak dari panyaji
maupun
pihak
sipangka.
Kaduo
mambacokan Alfatihah. Katigo mambacokan ayat pendek buliah labiah dari tigo surek. Kaampek mambaco tahlil. Nan kalimo baru mambaco kitab salawat makah. Terakhir baru ditutuik jo do’a. (Penyajian salawat makah di sajian bersama – sama secara serentak dengan nada suara yang sama dan ada juga dengan nada yang berbeda yang dimainkan oleh seseorang, tetapi itu tidak
109
terlalu mencolok bahkan menjadi variasi dalam penyajian salawat makah. Penyajian
salawat
disajikan,
tetapi
makah ada
tidak
lansung
urutan
dalam
penyajiannya. Pertama permohonan maaf baik dari penyaji salawat makah maupun pihak keluarga yang ditiggalkan. Kedua pembacaan Alfatihah. Ketiga pembacaan ayat-ayat pendek boleh lebih dari 3 surat. Keempat membaca Tahlil. Kelima membaca kitab salawat makah. Terakhir baru ditutup dengan Do’a. Lamonyo dipakirokan labiah kurang sajam bahkan bisa labiah. (Lamanya diperkirakan lebih kurang satu jam, bahkan bisa lebih). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Panyaji salawat makah adalah kaum laki-laki penyaji
dari
salawat
makah dari masyrakat Tabek. Kami kaum padusi
tersebut?
indak ado nan manjdi panyaji salawat makah, sabananyo indak ado larangan untuak kaum padusi, tapi samanjak daulu lah dibiasokan kaum laki-laki. manolong
Kami nan padusi hanyo
bagian
dapua
sajo,
sarupo
manyadiokan jamuan. (Penyaji salawat makah adalah kaum laki-laki dari masyrakat Tabek. Kami kaum perempuan tidak ada yang menjadi penyaji salawat makah, sebenarnya tidak ada larangan
untuk kaum
perempuan tetapi semenjak dahulu sudah di biasakan kaum laki-laki. Kami perempuan hanya membantu bagian dapur saja, seperti menyiapkan jamuan). 9
Bagaimanakah fungsi irama dari Kalau awak nan mandangakan salawat makah,
110
salawat
makah,
apakah
ada akan saketek terlena jo irama nan dilantunkan
ketetapan dari iramanya?
oleh pamain salawat makah, artinyo ado katanangan hati dalam mandangankan lagu salawat
makah
tu,
apolai
urang
nan
mamainkan salawat makah itu sendiri. (sebagai pendengar salawat makah, akan sedikit terlena dengan irama yang dilantunkan oleh penyaji
salawat makah, artinya ada
ketenangan hati dalam mendengarkan nyanyian salawat makah, apalagi bagi penyaji salawat makah itu sendri). Irama
dari
salawat
makah
indak
ado
ketetapannyo , iramanyo tagantuang pado surang nan manjdi pamandu, nan lain tingga maikuik an sajo lai. (Irama dari salawat makah ini tidak ditetapkan ,iramanya tergantung kepada seseorang yang menjadi pemandunya yang lain tinggal mengikuti irama nya. Tidak ada ketetapan dalam iramanya ). 10
Apakah fungsi salawat makah
Panyajian salawat makah pado masyarakat
ditengah – tengah masyarakat?
Tabek sabananyo untuak maghibur urang nan ditinggakan almarhum, karano salawat makah sajikan jo barami-rami, saindaknyo kaluarga nan ditinggakan indak maraso kesepian. (Penyajian salawat makah ini pada masyarakat Tabek sebenarnya adalah untuk menghibur orang yang ditinggalkan almarhum,karena salawat makah disajikan dengan beramai – ramai,setidaknya keluarga almarhum yang ditinggalkan tidak merasa kesepian).
11
Apakah makna yang terkandung
Makna nan takanduang pado salawat makah
dari penyajian salawat makah?
adolah
111
raso
kabasamoaan
jo
raso
kakaluargaan. (Makna yang terkandung pada salawat makah adalah rasa solidaritas yaitu rasa kebersamaan dan rasa kekelurgaan). 12
Apakah hubungan salawat
Isi
makah dengan masyarakat dan
sanjuangan kapado nabi dan kaluarga baliau,
kematian dilihat dari isi dari teks
kalu dihubuangkan jo kamtian indak ado
salawat makah tersebut?
sabanyo do. Tapi kalau dikaikkan jo stuktur
teks
salawat
makah
adolah
barupo
panyajiannyo bisa dikaikkan jo urang nan ditinggakan almarhum. (Isi teks salawat makah
adalah berupa
sanjungan kepada nabi dan keluarganya, kalau dihubungkan dengan kematian tidak ada kaitannya,hanya saja dilihat dari struktur penyajiannya bisa dikaitkan dengan orang yang ditinggalkan almarhum).
112
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 3. Nara Sumber
: Erdinal Malin
Marajo,S.Ag
No 1
Hari/tanggal
: Minggu/26-01-2014
Waktu Wawancara
: 13.00 – Selesai
Pertanyaan
Hasil Wawancara
Bagaimana sejarah salawat
Sacaro jaleh, indak tahu bilo adonyo
makah daerah Tabek ?
salawat makah ko, karano alah manjadi tradisi dari nan tadahulu. (Secara jelas tidak mengetahui kapan adanya salawat makah di kanagarian tabek, karena sudah menjadi tradisi dari yang terdahulu).
2
Bagaimana keberadaan salawat
113
Masyarakat Tabek pado umumnyo
makah ditengah – tengah
sangaik mandukuang
masyarakat ?
salawat makah, Karano pado satiok acara
kamatian,
taruih
dihadirkan
harinyo
kabaradoan
salawat
makah
pado
malam
sampai
malam
barikuiknyo,tarakhir sampai malam katigo sasudah panguburan. (Masyarakat Tabek pada umumnya sangat
mendukung
keberadaan
salawat makah, karena pada setaiap acara kematian salawat makah selalu dihadirkan
pada
malam
harinya
sampai malam berikutnya,berakhir pada malam ketiga setelah acara pemakaman). 3
Bagaimana sejarah penamaan
Panamoaan salawat makah diambiak
dari nama salawat makah
dari asa kitab salawat, dimano kitab
tersebut?
salawat ko dianggap barasa dari Makah (Penamaan salawat makah diambil dari asal kitab salawat kitab
itu
dianggap
yang mana berasal dari
Mekah). 4
Apakah ada keharusan pada
Indak ado kaharusan, tapi alah
setiap kematian salawat makah
manjadi kabudayaan atau tradisi
itu disajikan?
masyarakat Tabek dari dulunyo (Tidak ada keharusan, tetapi ini sudah
menjadi
tradisi
kebudayaan
masyarakat
Tabek
atau dari
dulunya). 5
Kapan salawat makah ini
Salawat makah di sajikan pado
disajikan ?
malam
114
partamo
sampai
malam
katigo sasudah acara panguburan salalasai. (Salawat
disajikan
makah
pada
malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai). 6
Apakah salawat makah
Salain pado acara kamatian, salawat
disajikan pada acara kematian
makah
saja?
acara mando’a, manyambuik bulan
bisa juo disajikan katiko
baiak,
manujuah
hari,
sarato
maampek puluah hari kamatian. Tampek panyajian salawat makah di rumah
duka
masyrakat mando’a, sholat
ataupun
nan dan
magri,
dirumah
maadoan waktunya alasan
acara setelah
diadokan
sasudah magrib, itu dek karano pado siangnyo kaum laki-laki umumnyo bakarajo mancari nafkah. (Selain pada acara kematian salawat makah juga bisa disajikan berdo’a
ketika acara
menyambut bulan baik,
tujuh hari bahkan sampai pada acara empat puluh hari kematian, dimana tempat penyajian salawat makah ini di rumah yang meninggal atau pun dirumah
masyarakat
mengadakan
acara
do’a,
yang dengan
waktunya setelah sholat magrib, dengan alas an karena pada siang harinya
kaum
laki-laki
bekerja
mencari nafkah). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat makah disajikan sacaro
115
dan struktur penyajian
dari basamo-samo, tapi ado surang nan
sawat makah? Dan kira-kira manjadi komando irama salawat berapa
lama
waktu makah, nan lain maikuik sacaro
penyajiannya?
basomo-samo.
Salawat
makah
disajikan sarupo badendang basamosamo, jo nada nan babeda oleh bara urang,tapi kalau dilagukan basamosamo tadanga harmonis. Salawat
makah
disajikan
ado
urutannyo, indak langsuang sajo mandendangkan salawat makah tu. Urutannyo mulai dari mamohon maaf dari panyaji salawat makah ka pihak sipangka. Isi dari mamohon maaf ko kalau seandainyo ado dari pihak panyaji nan babuek salah, baiak ka alamarhum ataupun kapado kaluarga
almarhum.
Baitu
pulo
pihak sipangka mamohon maaf pulo ka panyaji kalau seandinyo ado pulo kasalahan nan di buek dek si almarhum maupun dari kaluarga almarhum. Barikuiknyo mambaco Alfatihah
diawali
talabiah
dahulu,
juo
jo
sasudah
zikir tu
mambaco ayat pendek, ayat pendek ko buliah labiah dari tigo surek, tapi minimal
tigo
pendek.Salanjuiknyo
ayat mambaco
tahlil,baru setelah tahlil mambaco atau
mandendangkan
salawat
makah, dan tarakhir baru ditutuik jo
116
do’a. (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama dan salah seorang manjadi komando atau penuntun dari iramanya salawat makah, dan yang lain megikuti secara bersama-sama. Salawat makah disajikan seperti nyanyian kelompok ,dengan nada yang berbeda oleh beberapa orang tetapi terdengar sangat harmonis. tidak lansung
(Salawat makah
disajikan, tetapi ada urutannya mulai dari: permohonan maaf, yang isisnya, permohonan
maaf
dari
penyaji
salawat makah kepada keluarga yang ditinggalkan
baik
itu
kesalahan
kepada almarhum dan kesalahan bila ada diantara penyaji salawat makah . Berikutnya
pembacaan
Alfatihah
yang diawali dengan zikir terlebih dahulu. Setelah itu baru pembacaan ayat-ayat pendek minimal 3 surat boleh
lebih
dari
tiga
Selanjutnya mambaca
surat.
tahlil, baru
masuk pada membaca kitab atau nyanyian
salawat
makah
dan
terakhir ditutup dengan Do’a). Lamonyo panyajian salawat makah untuak
sakali
panyajian
labiah
kurang sajam. (Lamanya penyajian salawat makah untuak satu kali penyajian lebih
117
kurang satu jam) 8
Siapa saja yang boleh menjadi Kaindahan kodrat suaro nan di kaum penyaji dari salawat makah padusi tersebut?
di
camehan
paratian
manggoda
kaum
mandanganyo,
sahinggo
laki-laki bisa
marusak kakhusukan baamal dalam kelompok salawat makah. Hal ko bisa manimbulkan pangaruah atau ransangan kapado perhatian kaum laki-laki, sahinggo bisa menimbulkan fitnah. Masalah ko harus dihindari dalam penyajian salawat makah, supayo moral dan akhlak kaum padusi
indak
tanoda
dalam
penyajian salawat makh. (Keindahan kodrat
suara
yang
dimiliki
perempuan dikhawatirkan menggoda ketertarikan
kaum
mendengarnya merusak
sehingga
kekhusyukan
laki-laki bisa beramal
mereka dalam majlis Salawat makah. Hal ini akan menimbulkan pengaruh atau rangsangan terhadap perhatian laki-laki, sehingga bisa menimbulkan fitnah. Masalah ini harus dihindari dalam majlis salawat makah, agar moral dan akhlak luhur perempuanperempuan
tidak
ternoda
akibat
bersalawat makah). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Mandanga salawat makah saolah-
dari salawat makah, apakah ada olah mandanga sananduang lagu ketetapan dari iramanya?
nan laia dari hati, taraso nyaman
118
dan mambao awak untuak manghati salawat nan dibacokan. Irama dari salawat makah
indak di tatapkan
iko tagantuang kapado nan partamo mambaokan salawat makah tu nan lain tingga maikuikti iramanyo sajo. Jadi indak ado katatapan dalam iramanyo. ( Mendengarkan salawat makah, seolah-
olah
mendengarkan
senandung lagu yang lahir dari hati, terasa nyaman
dan membawa kita
untuk menghayati salawat makah yang dibawakan. Irama dari salawat makah ini tidak ditetapkan ,iramanya tergantung kepada yang pertama membawakan
salawat
makah
tersebut
lainnya
tinggal
yang
mengikuti irama nya saja. Tidak ada ketetapan dalam iramanya). 10
Apakah fungsi salawat makah
Salawat makah ko pado masyarakat
ditengah – tengah masyarakat?
Tabek sabananyo bafungsi untuk manghibur urang nan ditinggakan almarhum, karano salawat makah disajikan saindaknyo
sacaro
basamo-samo,
kaluarga
alamarhum
inadk maraso surang , nan mabuek kaluarga
nan
ditinggakan
bisa
saketek malupokan kasadihannyo jo basalawat basamo-samo (
119
Salawat
makah
masyarakat
Tabek
ini
pada
sebenarnya
berfungsi
untuk menghibur orang
yang ditinggalkan almarhum, karena salawat makah disajikan dengan secara
bersama-bersama,setidaknya
keluarga almarhum tidak merasa sendiri , yang membuat keluaraga yang ditinggalkan sedikit melupakan kesedihan dengan bersalawat secara bersama-sama). 11
Apakah makna yang
teks salawat makah macaritokan
terkandung dari penyajian
tantang
salawat makah?
keturunan, peristiwa kelahiran, carit
latar
wakatu
balakang,
ketek,
silsilah
remaja,sampai
kerasulan Muhammad S.A.W, sarato puji-pujian
atas
sifat-sifat
kamuliaannyo. Langkok jo salawat dan do’a-do’a atau harapan barakah dan syafaat dari baliau. Dan iko dapek diaknai bahsonyo salawat makah salah satu wujuik kacintoan kito ka Nabi. (Teks
nyanyiannya
menceritakan
latar belakang, silsilah keturunan, peristiwa kelahiran, cerita di waktu kecil,
remaja,
dan
kerasulan
Muhammad S.A.W, serta puji-pujian atas sifat-sifat kemuliaannya, lengkap dengan salawat dan do’a-do’a atau harapan barakah dan syafaat dari beliau; semuanya tercantum dalam kitab salawat makah, dan ini dapat dimaknai bahwasanya salawat makah
120
adalah
salah
satu
mengungkapkan
wujud
kecintaan
kita kita
kepada nabi). Makna lain nan takanduang pado salawat makah ko adolah raso kabasamoan dan social nan tinggi, dimano
saliang
paduli
sasamo
manusia
nan
di
antaro timpo
musibah (Makna lain yang terkandung pada salawat
makah
kebersamaan
dan
adalah
rasa
social
yang
tinggi,dimana saling peduli antara sesama
manusia
yang
ditimpa
musibah). 12
Apakah hubungan salawat
Sabananyo kalau dicaliak dari arti
makah dengan masyarakat dan
teks
kematian dilihat dari isi dari
sanjungan kapado nabi dan rasul
teks salawat makah tersebut?
sarto kaluarga baliau. Indak ado
salawat
makah
tu
adolah
kaitannyo jo urang nan maningga, hanyo sajo dalam panyajian salawat makah
ado
mamohon
mambaco Alfatihah,
maaf,
ayat pendek,
tahlil,nan ditujukan kapado urang nan maningga sarato diakhiri jo do’a supayo almarhum diampuni dosonyo. (Sebenarnya kalau di lihat dari arti teks dari salawat makah itu adalah sanjungan kepada nabi dan rasul serta keluarganya tidak ada kaitannya dengan orang yang meninggal, hanya saja didalam struk tur penyajiannya
121
yakni
permohonan
pembacaan
Alfatihah
maaf
dan
dan
ayat
pendek ditujukan kepada orang yang meninggal
serta
penutup
yang
diakhiri dengan Do’a agar almarhum diampuni dosanya).
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 4. Nara Sumber
No
: Wirda
Hari/tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 10.00 – Selesai
Pertanyaan
Hasil Wawancara
122
1
Bagaimana
sejarah
salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Kabaradoan ditengah
makah
–
salawat
tengah kanagarian
masyarakat?
makah
Tabek,
masyarakat
Tabek
di
sadonyo
apobilo
ado
kamatian salawat makah taruih di hadirkan
pado
malam
harinyo
sampai tigo malam baturuik-turuik, artinyo sado masyarakat manarimo kabaradoan salawat makah tu. (Keberadaan
salawat
makah
di
kanagarian Tabek, semua masyarakat tabek
apabila
ada
kematian
melaksanakan salawat makah pada malam
harinya,
masyarakat
artinya
menerima
semua
keberadaan
penyajian salawat makah tersebut). 3
Bagaimana sejarah penamaan Kami alah tahu sajo namo kitab tu dari
nama salawat makah dari dulunyo.
tersebut?
(Kami sudah mengenal saja nama kitab itu dari dahulunya).
4
Apakah ada keharusan pada Apobilo
ado
kamatian,
sacaro
setiap kematian salawat makah otomatis masyarakat pado malam itu disajikan?
harinyo
akan
tibo
masyarakat
basalawat ka rumah urang nan maningga, indak ado unsur tapaso ataupun diminta tibo karumah urang nan maningga. (Apabila sudah ada kematian,secara otomatis masyarakat pada malam harinya akan datang bersalawat ke rumah almarhum, dengan tidak ada
123
unsur paksaan atau pun di minta datang ke rumah almarhum). 5
Kapan
salawat
makah
ini Salawat makah disaikan pado malam
disajikan ?
partamo
sampai
malam
katigo
sasudah acara panguburan salasai (Salawat
makah
disajikan
pada
malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai). 6
Apakah
salawat
makah Sacaro pasti salawat makah disajikan
disajikan pada acara kematian pado acara kamatian, karano pado saja?
kamatian ko panyaji salawat makah akan tibo dengan sandirinyo. Tapi ado juo diantaro masyarakat Tabek nan manyajikan salawat makah pada acara
mando’a
lainnyo,
sarupo
acara salamatan,manyambuik bulan baiak dll, tapi ado bedanyo untuak acara kamtian, kalau untuak acara kamatian, panyaji salawat makah tibo dengan sandirinyo tapi kalau untuak acara lainnyo panyaji harus dipanggia. (Secara
pasti
salawat
makah
disajikan pada acara kematian,karena pada kematian ini penyaji salawat makah
akan
datang
dengan
sendirinya. Tapi ada juga masyarakat yang menyajikan
salawat makah
pada acara lain, misalnya acara selamatan,menyambut bulan baik dll, itu dengan cara mengundang penyaji salawat
124
makah,
tanpa
diundang
masyarakat
penyaji
tidak
akan
datang). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat disajikan dan struktur penyajian
basamo-samo
dari sacaro sarentak. Urutannyo dimulai
salawat makah? Dan kira-kira dari: berapa
lama
waktu 1.Pamohonan maaf antaro panyaji jo
penyajiannya?
sipangka 2.Mambaco Alfatihah 3.Mambaco ayat-ayat pendek 4.mambaco tahlil 5.basalawat makah 6.ditutuik jo do’a (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama secara serentak. Dengan struktur penyajiannya: 1.Permohonan maaf antara penyaji salawat dengan keluarga almarhum 2.pembacaan Alfatihah 3.pembacaan
ayat-ayat
pendek
minimal 3 surat 4.Tahlil 5.Penyajian salawat makah 6.ditutup dengan Do’a). Panyajian salawat makah ko labiah kurang
sajam,
untuak
sakali
panyajian (Penyajian salawat makah ini lebih kurang satu jam, untuk satu kali penyajian). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Salawat makah dimainkan oleh kaum penyaji dari salawat makah laki-laki dari masyarakat Tabek . tersebut?
Kaum padusi manjanguak pado siang
125
hari. (Salawat makah disajikan oleh kaum laki-laki dari masyrakat Tabek. Kaum perempuan umumnya melayat pada siang hari). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama
Salawat makah nan disajikan dalam
dari salawat makah, apakah ada bantuak irama, rasonyo mambuek ketetapan dari iramanya?
parasaan dan jiwa baik awak nan mandanga ataupun nan ikuik dalam salawat makah tu, ado sasuatu kakuatan emosional dan kakuatan spiritual.
Indak
ado
keteapan
iramanyo,itu tagantuang urang nan mambaokan nyo. (Salawat
yang
makah
dalam
disajikan
bentuk
nyanyian
menyebabkan perasaan, dan jiwa para pengikut terlibat
dan
orang-orang
dalam
kegiatan
yang
Salawat
Makah tersebut, memperoleh suatu kekuatan emosional, dan kekuatan spiritual. Tidak ada ketetapan dalam irama salawat makah itu tergantung pada
orang
yang
membawakan
salawat makah tersebut). 10
Apakah fungsi salawat makah Jo datangnyo masyarakat basalawat ditengah – tengah masyarakat?
ka rumah urang nan maningga, saindaknyo
kaluarga
nan
di
tinggakan maraso saketek tahibur. (Dengan
datangnya
masyarakat
besalawat ke rumah orang yang meninggal,setidaknya keluarga yang
126
ditinggalkan merasa sedikit terhibur). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang penyajian
salawat makah? 12
Apakah hubungan
salawat Kaitan antaro salawat makah jo
makah dengan masyarakat dan urang nan maningga indak ado, kematian dilihat dari isi dari hanyo sajo dalam panyajiannyo ado teks salawat makah?
saketek kaitannyo jo urang nan maningga, sarupo pado saat tarakhir dibacokan do’a supayo urang nan maningga diampuni dosonyo. (Kaitan antara salawat makah dengan orang yg meninggal tidak ada hanya saja dalam struktur penyajiannya ada sedikit berkaitan dengan orang yang meninggal seperti pada saat terakhir dibacaa\kan do’a semoga almarhum diampuni dosanaya).
127
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 5. Nara Sumber
: Irzal Dt.Bandaro Putiah
S.Pd Hari/tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
No 1
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Satiok ado kamatian di kanagarian makah
ditengah
–
tengah Tabek, pado malam harinyo taruih di
masyarakat?
adokan
salawat
makah,
indak
takacuali sia nan maningga, Artinyo sadonyo masyarakat Tabek mangakui kabradoan salawat makah ko. (Setiap ada kematian di kanagarian Tabek, pada malam harinya selalu akan diadakan salawat makah, tidak ada
128
terkecuali
siapa
yang
meninggalnya. masyarakat
Artiya Tabek
semua mengakui
keberadaan salawat makah). 3
Bagaimana sejarah penamaan Namo dari
salawat
makah
manuruik
nama salawat makah carito nan tadahulu, diambiak dari
tersebut?
asa
kitab
salawat
ko.
Dimano
masyarakat Tabek manggangap asa kitab ko dari Makah. (Nama salawat makah menurut cerita dari nenek moyang kami terdahulu, nama salawat makah ini diambil dari asal kitab salawat tersebut yang dianggap bersal dari kota Mekah). 4
Apakah ada keharusan pada Indak ado aturan nan mangharuskan setiap kematian salawat makah salawat makah itu dilaksanakan, tapi itu disajikan?
salawat
makahko
lah
manjadi
kabudayaan atau tradisimasyrakat Tabek dari dulunyo. (Tidak
ada
aturan
yang
mengharuskan salawat makah itu untuk dilaksanakan , tetapi ini sudah menjadi
kebudayaan
atau
tradisi
masyarakat Tabek dari dulunya). 5
Kapan
salawat
makah
ini Kalau
disajikan ?
untuak
acara
kamatian
salawat makah disajikan pado malam partamo sasudah
sampai
malam
acara
katigo
panguburan,
samantaro kalau untuak acara doa lainnyo, itu tagantuang dek urang nan adoan hajatan tu. ( Kalau untuk acara kematian salawat makah disajikan pada malam pertama
129
sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai. Sementara untuk acara do’a lainya, tergantung pada orang yang melakukan hajatannya). 6
Apakah
salawat
makah Salawat makah indak sajo disajikan
disajikan pada acara kematian pada saja?
acara
kamatian,
ado
juo
masyarakat Tabek manyajikan katiko acara
manujuah hari, maapek
puluah
hari
kamatian
lainyo,
sarupo
acara
,mando’a salamatan,
manyambuik bulan baiak dll ( Salawat makah tidak saja diadakan pada
acara
kematian,
ada
juga
masyarakat Tabek yang menyajikan ketika acara
menujuh
hari,empat
puluh hari kematian, dan acara do’a lainnya,
seperti
acara
selamatan,
menyambut bulan baik dll). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat makah disajikan pado acara dan struktur penyajian
dari kamatian
di
rumah
urang
nan
salawat makah? Dan kira-kira maningga, diadokan pado malam berapa
lama
waktu partamo sampai malam katigo dek
penyajiannya?
kaum laki-laki masyrakat Tabek. Salawat makah disajikan sarupo badendang
basamo-samo
sacaro
sarentak,
bapadoman
kapado
kitabnyo nan disabuik kitab salawat. Dalam panyajian salawat makah ado urutannyo: Nan partamo mamohon maaf baiak dari panyaji salawat maupun dari sipangka, kasalahan nan disangajo maupun ndk disangajo
130
anataro panyaji jo almarhum dan kaluarga almarhum.Kaduo mambaco Alfatihah ,ayat pendek,tahlil,salawat makah dan tarakhir ditutuik jo do’a.. (Salawat makah disajikan pada acara kematian
di
rumah
orang
yang
meninggal, diadakan pada malam pertama sampai malam ketiga oleh kaum laki-laki masyrakat Tabek. Salawat
disajikan
makah
nyanyian sarentak,
seperti
bersama-sama
secara
yang berpedoman kepada
kitabnya yang disebut kitab salawat. Dalam panyajian salawat makah ini ada
urutannya:
yang
pertama
memohon maaf, baik dari panyaji salawat
maupun
dari
keluarga
almarhum, kesalahan yang disengaja maupun
tidak
disengaja
penyaji dengan
antara
almarhum dan
keluarga almarhum. Kedua mambaca Alfatihah ,ayat pendek,tahlil, salawat makah dan tarakhir ditutuik jo do’a). Lamo panyajian dipakirokan sajam (Lamanya
penyajian
diperkirakan
satu jam) 8
Siapa saja yang boleh menjadi Salamoko
nan
manjdi
panyaji
penyaji dari salawat makah salawat makah di nagari Tabek tersebut?
adalah kaum laki-laki. Alun ado kaum padusi nan manjadi panyajinyo lai, mungkin dek karano dari dulu indak
131
dibiasokan
untuak
kaum
padusi. Cieklai kalau dicaliak ganjia pulo bantuaknyo kalau kaum padusi nan manyajikan salawat makah ko, karano salawat makah ko disajikan jo suaro nan kareh. ( Selama ini yang menjdi penyaji salawat makah di nagari Tabek adalah kaum laki-laki. Belum ada kaum
perempuan
yang
menjadi
penyajinya, karena dari dulu tidak dibiasakan untuk kaum perempuan. Dan lagi terasa janggal kalau kaum perempuan yang menyajikan salawat makah ini, karena salawat makah disajikan dengan suara yang keras). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Ikuik
dalam
manyajikan
salawat
dari salawat makah, apakah makah, taraso sanang kiro-kiro. Dek ada ketetapan dari iramanya
iramanyo dalam
mambuek
basalawat.
awak Koq
laruik masalah
iramanyo baragam masiang-masiang kalompok,
karano
indak
ado
katetapan dalam iramanyo. Kadang irama qasidah dimasuakan juo ka dalamnyo. dibuek
Bantuaknyo
dima
urang
iramanyo kasanang
mandangakannyo. ( Ikut dalam menyajikan salawat makah terasa senang di hati. Karena irama
dari
salawat
makah
itu
membuat kta larut dalam bersalawat. Irama
dari
salawat
makah
ini
beragam masing-masing kelompok,
132
karena tidak ada ketetapan dalam iramanya. Terkadang irama nyanyi qasidah dibawakan dalam salawat tersebut.
makah
Kelihatannya
iramanya dibuat untuk orang senang mendengarkannya). 10
Apakah fungsi salawat makah Fungsi ditengah – tengah masyarakat?
salawat
makah
pado
masyarakat Tabek sabananyo untuak manghibur
urang
nan
ditinggan
almarhum, salain dari iramnyo nan manghibur, jo tibo
urang nan
barami-rami karumah nan maningga, kaluarga alamarhum indak maraso surangnyo do. Artinyo masih ado urang nan paduli samo kaluarga nan ditimpo musibah. (Fungsi salawat makah ini
pada
masyarakat Tabek sebenarnya adalah untuk
menghibur
orang
yang
ditinggalkan almarhum, selain dari iramanya yang sedikit menghibur, dengan datangnya beramai-ramai ke rumah
orang
yang
meninggal,
keluarga almarhum merasa tidak sendiri. Artinya masih ada orang yang peduli sama keluarga yang ditimpa musibah). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang makna
nan
takanduang
dalam
penyajian panyajian salawat makah adolah
salawat makah?
raso solidaritas, rasa kabasamoan, raso paduli satu samo lain anatro hiduik bamasyarakat (makna yang
133
terkandung adalah rasa solidaritas, kebersamaan,kepedulian yang tinggi dalam hidup bermasyrakat). 12
Apakah hubungan
salawat Teks
salawat
barisi
sanjungan
makah dengan masyarakat dan kapado nabi, kaluarga dan sahabat kematian dilihat dari isi dari baliau. Kalau di kaikkan jo urang teks salawat makah?
nan maningga sabananyo indak ado, tapi kalau dicaliak iko manyangkuik jo urang nan masih hiduik, sabab jo basalawat maningkekkan kacintoan kito kapado nabi. Bagian takhir dari salawat ko baru ditutuik jo do’a, do’anyo
supayo
doso
almarhum
berisi
sanjungan
diampuni. (Teks
salawat
kepada nabi, keluarga dan para sahabatnya, kalau dikaitkan dengan kematian tentu tidak ada kaitanya, tetapi ada kaitan nya dengan orang yang ditinggalkan atau orang yang masih
hidup.
Sebab
dengan
bersalawat meningkatkan kecintaan kita kepada nabi .
pada saat Dan
pada bagian terakhir ada di bacakan do’a agar diampuni dosa almarhum).
134
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 6. Nara Sumber
: Mabsus Pakiah
Marajo Hari/tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
135
No 1
Pertanyaan
Hasil Wawancara
Bagaimana sejarah salawat Salawat makah ko lah ado juo makah daerah Tabek ?
samanjak kami laia, dan kami indak mangatahui
partamo
laia
salaat
makah ko. Dan alah manjadi tradisi di daerah Tabek ko. (Salawat makah ini sudah ada juga semenjak kami lahir, dan kami tidak mengetahui pertama lahirnya salawat makah ini. Dan sudah menjadi tradisis di daerah Tabek ini). 2
Bagaimana
keberadaan Masyarakat
Tabek
umumnya
salawat makah ditengah – manarimo kabaradoan salawat makah, tengah masyarakat?
buktinyo satiok ado kamatian salawat makah kotaruih diadoan, bahkan akan tatap dipatahankan sabagai budaya daerah Tabek, walaupun ado dinataro masyarakat
nan
manganggap
iko
bid’ah, tapi itu hanya sabagian kecil. (Masyarakat
Tabek
umumnya
menerima keberadaan salawat makah ini, buktinya setiap ada kematian salawat makah ini terus disajikan, bahkan
akan
sebagai
tetap budaya
Tabek.walaupun masyrakat
dipertahankan
yang
ada
daerah diantara
menganggap
ini
bid’ah, tetapi itu hamya sebagian kecil). 3
Bagaimana sejarah penamaan
Manuruik nan tadahulu, namo salawat
dari nama salawat makah
makah ko diambiak dari asa kitab
136
tersebut?
salawat ko,nan barasa dari Makah. (Menurut
nenek
moyang
kami,
penamaan salawat makah ini diambil dari asal kitab salawat tersebut yang berasal dari Mekah). 4
Apakah ada keharusan pada Sabanany,o harus maadoaan salawat setiap
kematian
salawat makah tu indak ado, dek karanonyo
makah itu disajikan?
lah manjadi tradisi didaerah Tabek ko, kok ado kamatian kalau ndak diadoan salawat makahko rasonyo ado nan kurang, dan sampai kini lai alun ado masyarakat
nan
indak
maadoan
salawat makahko. (Sebenarnya,
harus
menyajikan
salawat makah ini tidak ada, karena salawat makah ini sudah menjadi tradisi diderah Tabek, kalau ada kematian dan salawat makah ini tidak disajikan, rasanya ada yang kurang, dan sampai saat sekarang ini belum ada masyarakat yang tidak menyajikan salawat makah ketika acara kematian). 5
Kapan salawat makah ini
Salamoko salawat makah diadoan
disajikan ?
pado malam hari baiak itu untuak kamatian atau pun untuak acara mando’a lainyo. Kalau untuak kamtian tigo malam baturuik-turuik, kalau untuak acara mando’a lainnyo cukuik samalam sajo. Untuak acara mando’a lainyo tu sarupo manujuah hari, salamatan, dan manyambuik bulan baiak dll.
137
( Selama ini salawat makah ini disajikan pada malam hari baik itu untuk acara kematian ataupun acara hajatan lainya. Kalau untuk acara kematian, dilaksanakan tiga malam berturut-turut , kalau untuk acara hajatan lainnya cukup satu malam saja . Untuk acara hajatan lainnya itu seperti:
menujuh
hari,
selamatan,
manyambuik bulan baik dll). 6
Apakah
salawat
makah Salawat makah dimainkan indak sajo
disajikan pada acara kematian pado acara kamatian, salawat makah saja?
bisa juo dimainkan katiko acara mando’a, sarupo manyambuik bulan baiak,manujuah hari, sampai maapek puluah hari kematian. Tapi caro nyo kalau salawat makah untuak acara kamtian,panyaji salawat makah akan tibo se surang tanpa dipanggia, kalau untuak cara mando’a lainnyo harus di panggia. (Salawat makah di sajikan tidak saja pada acara kematian, salawat makah juga
bisa
berdo’a
disajikan
ketika
acara
menyambut
bulan
baik,
menujuh hari,bahkan sampai pada acara empat puluh hari peringatan kematian. Tetapi berberda
tata
cara
dengan
pelaksanaanya acara
kematian.
Kalau pada acara kematian masyarakat penyaji salawat makah akan datang
138
tanpa di undang, sedangkan pada acara mendo’a ataupun hajatan masyarakat penyaji salawat makah harus diundang terlebih dahulu). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat dan struktur penyajian
makah
lama
penyajiannya?
sacaro
dari basamo-samo, tapi ado surang nan
sawat makah? Dan kira-kira manjadi berapa
disajikan
komando
irama
salawat
waktu makah, nan lain maikuik sacaro basomo-samo.
Salawat
makah
disajikan sarupo badendang basamosamo, jo nada nan babeda oleh bara urang,tapi kalau dilagukan basamosamo tadanga harmonis. Salawat
makah
disajikan
ado
indak
langsuang
sajo
urutannyo,
mandendangkan salawat makah tu. Urutannyo mulai dari mamohon maaf dari panyaji salawat makah ka pihak sipangka. Isi dari mamohon maaf ko kalau seandainyo ado dari pihak panyaji nan babuek salah, baiak ka alamarhum ataupun kapado kaluarga almarhum. Baitu pulo pihak sipangka mamohon maaf pulo ka panyaji kalau seandinyo ado pulo kasalahan nan di buek dek si almarhum maupun dari kaluarga
almarhum.
Barikuiknyo
mambaco Alfatihah diawali juo jo zikir talabiah dahulu, sasudah tu mambaco ayat pendek, ayat pendek ko buliah labiah dari tigo surek, tapi minimal tigo
139
ayat
pendek.Salanjuiknyo
mambaco tahlil,baru setelah tahlil mambaco
atau
salawat makah,
mandendangkan dan tarakhir baru
ditutuik jo do’a. (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama dan salah seorang manjadi komando atau penuntun dari iramanya salawat makah, dan yang lain megikuti secara bersama-sama. Salawat
makah
disajikan
seperti
nyanyian kelompok ,dengan nada yang berbeda oleh beberapa orang tetapi terdengar sangat harmonis. Salawat
makah
tidak
lansung
disajikan, tetapi ada urutannya mulai dari: permohonan maaf, yang isisnya, permohonan maaf dari penyaji salawat makah
kepada
keluarga
yang
ditinggalkan baik itu kesalahan kepada almarhum dan kesalahan bila ada diantara penyaji salawat makah . Berikutnya pembacaan Alfatihah yang diawali dengan zikir terlebih dahulu. Setelah itu baru pembacaan ayat-ayat pendek minimal 3 surat boleh lebih dari tiga surat. Selanjutnya mambaca tahlil, baru masuk pada membaca kitab atau nyanyian salawat makah
dan
terakhir ditutup dengan Do’a) Panyajian
salawat
makah
untuak
sakali panyajian labiah kurang sajam (Penyajian salawat makah untuk satu
140
kali penyajian lebih kurang satu jam) 8
Siapa saja yang boleh menjadi
Panyaji salawat makah adolah kaum
penyaji dari salawat makah
laki-laki
tersebut?
dibatasi untuak umuanyo, dari anak-
masyrakat
Tabek,
indak
anak, remaja, dewasa sampai nan tuotuo. (Penyaji salawat makah adalah kaum laki-laki masyarakat Tabek , tidak dibatasi untuk umurnya, dari anakanak,remaja,dewasa
bahkan
yang
sudah tua). 9
Bagaimanakah fungsi irama Irama salawat makah nan barupo dari salawat makah, apakah nyanyian, mabuek kito sanang dalam ada ketatapan dari iramanya?
basalawat, indak sajo untuak nan manyajikan tapi rasono sanang juo untuak
nan
mandangakan.
Samo
halnyo kito mandangakan lagu-lagu lainyo, tapi bedanyo jo lagu lainnyo tu, kalau basalawat kito malagukan sambia manyanjuang nabi
kito.Dan
kalau tantang iramanyo, indak ado katatapan, iko tagantuang jo urag nan manjdi komandonyo, nan lain tingga maikuik an sajo lai. (Irama salawat makah yang berupa nyanyian, membuat kita senang dalam bersalawat, tidak saja bagi penyaji tetapi
juga
mendengarkannya.
bagi Sama
yang halnya
dengan kita mendengarkan nyanyian lainnya, tapi bedanya dengan nyanyian lain itu.kalau bersalawat kita bernyanyi
141
sambil menyanjung nabi. Dan kalau mengenai ketetapan iramanya, tidak ada ketetapan, ini tergantung kepada orang yang menjadi komandonya, yang lain tinggal mengikuti saja). 10
Apakah fungsi salawat makah Kegiatan salaat makah ko marupokan ditengah – tengah masyarakat? salah satu ungkapan raso baduka ka kaluarga dengan
almarhum/almarhumah, adonyo
salawat
makah,
kaluarga nan ditinggakan maraso tanang jiwa, hadirnyo panyaji salawat makah barami-rami ka rumah duka, bisa
saketek
manghilangkan
raso
duka. (Salawat makah merupakan salah satu ungkapan rasa turut berduka cita terhadap
keluarga
almarhum/almarhumah,dengan adanya salawat
makah
keluarga
yang
ditinggalkan merasakan ketenangan jiwa,hadirnya penyaji salawat makah beramai- ramai kerumah duka bisa sedikit menghilangkan rasa dukanya). 11
Apakah makna yang
Dalam
terkandung dari penyajian
sacaro basamo-samo dek masyarakat
salawat makah?
nan tibo tanpa di panggia, Nampak
panyajian
salawat
makah
bahaso raso kabasamoan nan saliang paduli antaro sasamo,
dari sinan
dapek dicaliak raso kamanusian nan tinggi. (Dalam
penyajian
salawat
makah
secara bersama-sama oleh masyrakat
142
yang
datang
tanpa
di
undang,
tampaklah bahwa rasa kebersamaan yang saling peduli antar sesama, dari sikap tingkah laku yang demikian terceminlah rasa kemanusiaan yang tinggi). 12
Apakah hubungan
salawat Dicaliak dari isi teks salawat makah,
makah dengan masyarakat dan sabananyo indak ado kaitanyo jo kematian dilihat dari isi dari urang nan maningga. Karno isi teks teks salawat makah tersebut?
itu
adolah
puji-pujian
kapado
nabi,kaluarga dan para sahabat nabi. Tapi iko
manggambarkan kapado
kahidupan urang nan masih hiduik ka ibadahnyo. (Dilihat dari isi teks salawat makah tersebut, sebenarnya tidak ada kaitan atau hubungannya dengan orang yang meninggal. Karena isi dari teks itu adalah pujian terhadap nabi, keluarga dan para sahabat nabi. Tetapi ini menggambar
kan
hanya
kepada
kehidupan orang yang masih hidup terhadap ibadahnya).
143
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 7. Nara Sumber
No 1
: Nurplas
Hari/tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat -
makah daerah Tabek ?
144
2
Bagaimana keberadaan salawat Sadonyo masyarakat Tabek apobilo ditengah
makah
–
tengah ado kamatian salawat makah taruih
masyarakat?
di hadirkan pado malam harinyo sampai tigo malam baturuik-turuik, artinyo sado masyarakat manarimo kabaradoan salawat makah tu. (Semua masyarakat tabek apabila ada kematian
melaksanakan
salawat
makah pada malam harinya,artinya semua
masyarakat
menerima
keberadaan penyajian salawat makah tersebut). 3
Bagaimana sejarah penamaan dari
nama salawat makah
tersebut? 4
Apakah ada keharusan pada Nan
jaleh
salawat
makah
di
setiap kematian salawat makah kanagarian Tabek taruih diadok an, itu disajikan?
apolai
katiko
acara
kamatian.
Sabanayo nan mangharuskan salawat makah tu indak ado, tapi alah manjadi kabiasaan dek masyrakat Tabek, sahinggo iko saolah-olah manjdi
salah
satu
kebutuhan
masyarakat Tabek. (Yang
jelas
salawat
makah
di
kanagarian Tabek terus di sajikan, apalagi
ketika
Sebenarnya
acara
yang
kematian.
mengharuskan
salawat makah itu tida ada, tapi sudah menjadi
145
kebiasaan oleh masyrakat
Tabek,
sehingga
ini
seolah-olah
menjadi
salah
satu
kebutuhan
masyrakat Tabek). 5
Kapan
salawat
makah
ini Salawat makah disaikan pado malam
disajikan ?
partamo
sampai
malam
katigo
sasudah acara panguburan salasai (Salawat
disajikan
makah
pada
malam pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai). 6
Apakah
salawat
makah Sacaro pasti salawat makah disajikan
disajikan pada acara kematian pado acara kamatian, karano pado saja?
kamatian ko panyaji salawat makah akan tibo dengan sandirinyo. Tapi ado juo diantaro masyarakat Tabek nan manyajikan salawat makah pada acara mando’a lainnyo, sarupo acara salamatan,manyambuik bulan baiak dll,
tapi
masyarakat
itupun
indak
sadonyo
maadoaany,
bedanyo
kalau untuak kamtian urang lah pasti tibo untuak basalawat. (Secara pasti salawat makah disajikan pada acara kematian,karena pada kematian ini penyaji salawat makah akan datang dengan sendirinya. Tapi ada juga masyarakat yang menyajikan salawat makah pada acara lain, misalnya acara selamatan,menyambut bulan baik dll, semua
tapi itupun tidak
masyarakat
melakukannya,
beda dengan salawat makah yang disajikan
pada
acara
kematian,
masyrakat sudah pasti dating untuk bersalawat).
146
7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat disajikan dan struktur penyajian
basamo-samo
dari sacaro sarentak. Urutannyo dimulai
salawat makah? Dan kira-kira dari: berapa
lama
penyajianny? berapa
Dan lama
waktu Pamohonan maaf antaro panyaji jo kira-kira sipangka,
Mambaco
waktu Mambaco
penyajiannya?
Alfatihah,
ayat-ayat
pendek,
mambaco tahlil, basalawat makah, dan ditutuik jo do’a (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama secara serentak. Dengan struktur penyajiannya: Permohonan maaf antara penyaji salawat dengan keluarga almarhum, pembacaan
Alfatihah,
pembacaan
ayat-ayat pendek minimal 3 surat, Tahlil, Penyajian salawat makah, dan ditutup dengan Do’a). panyajian
salawat
makah
pado
malam acara kamatian tu indak sajo sakali dimainkan, bisa mainnyo tigo kali, tapi jo kalompok nan babeda. Itu bisa
salasainyo
sampai
tangah
malam, kiro-kiro sampai jam duo baleh malam, jadi bisa dipakirokan sakali main salawat makah tu bisa sajam
bahkan
bisa
labiah
(penyajian salawat makah pada acara malam kematian tidak saja disajikan satu kali, bisa sampai tiga kali, tapi dengan
kelompok
yang
berbeda.
Apabila
disajikan
ketiganya
bisa
selesai sampai tengah malam, kira-
147
kira sampai jam dua belas (12.00 WIB) malam, jadi bisa diperkirakan sekali penyajian salawat makah bisa satu jam bahkan bisa lebih dari satu jam). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Nan salamoko salawat makah di penyaji dari salawat makah nagari Tabek di sajikan oleh kaum tersebut?
laki-laki sajo. Indak tahu
pastinyo
baa koq indak ado kaum padusi nan manyajikannyo. Mungkin juo dari dulu lah dibiasokan kaum laki-laki, makonyo kini ganjia rasonyo padusi nan manyajikannyo. (Yang selama ini salawat makah di nagari Tabek disajikan oleh
kaum
laki-laki dari masyrakat Tabek. Tidak tahu pastinya kenapa tidak ada kaum perempuan
yang menyajikannya.
Mungkin karena dari dulu sudah dibiasakan kaum laki-laki, makanya sekarang janggal rasanya perempuan yang menyajikannya). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama -
dari salawat makah, apakah ada ketatapan dari iramanya? 10
Apakah fungsi salawat makah Salain baibadah, salawat nan diadok ditengah – tengah masyarakat?
an katiko acara kamatian, bafungsi juo untuak mahibur kaluarga nan ditinggakan almarhum almarhumah. ( Selain beribadah, salawat makah yang diadakan ketika acara kematian, berfungsi
148
jug
untuk
menghibur
keluarga
yang
ditinggalkan
alamrhum/almarhumah). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang penyajian
salawat makah? 12
Apakah hubungan
salawat
Isi Teks salawat makah, sabananyo
makah dengan masyarakat dan indak ado kaitanyo jo urang nan kematian dilihat dari isi dari maningga. Karno isi teks itu adolah teks salawat makah tersebut?
puji-pujian kapado nabi, kaluarga dan para sahabat nabi. Tapi iko manggambarkan kapado kahidupan urang
nan
masih
hiduik
ka
ibadahnyo. (Isi teks salawat makah tersebut, sebenarnya tidak ada kaitan atau hubungannya dengan orang yang meninggal. Karena isi dari teks itu adalah pujian terhadap nabi, keluarga dan para sahabat nabi. Tetapi ini menggambar
kan
hanya
kepada
kehidupan orang yang masih hidup terhadap ibadahnya).
149
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 8. Nara Sumber Hari/tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
No 1
: fitriyadi
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Masyarakat makah
ditengah
–
tengah manarimo
masyarakat?
Tabek
umumnya
kabaradoan
salawat
makah, iko dapek dicaliak dari satiok ado kamatian salawat makah ko taruih diadoan. Tabek
umumnya
(Masyarakat menerima
keberadaan salawat makah ini, ini dapat dilihat dari setiap ada kematian salawat makah ini terus disajikan,).
3
Bagaimana sejarah penamaan -
150
dari
nama salawat makah
tersebut? 4
Apakah ada keharusan pada Indak
ado
keharusan
nan
setiap kematian salawat makah manatapkan salawat makah ko harus itu disajikan?
di sajikan , tapi lah manjdi tradisi dek masyarakat Tabek bahsonyo satiok kamatian salawat makah ko disajikan. (Tidak
ada
menetapkan
keharusan bahwasanya
yang salawat
makah itu harus disajikan, tetapi sudah
menjadi
masyarakat
tradisi
Tabek
oleh
bahwasanya
setiap ada kematian atau orang yang meninggal
salawat
makah
ini
disajikan). 5
Kapan
salawat
makah
ini Salawat
disajikan ?
malam
makah
disajikan
partamo
sampai
pado malam
katigo sasudah acara panguburan, alasannyo kok diadok an sasudah magrib itu dek karano pado siang harinyo masyarakat banyak nan mancari nafkah.Salawat makah ko juo ado diadokan pado acara do’a lainyo,
dan
iko
juo
dilakukan
sasudah sholat magrib. (Salawat
makah
disajikan
pada
malam pertama sampai pada malam ketiga setelah acara pemakaman, alasannya diadakan setelah sholat magrib karena pada siang hari masyarakat mencari nafkah . Salawat
151
ini juga diadakan untuk acara hajatan lainya, dan juga
dilakukan pada
malam hari setelah sholat magrib). 6
Apakah
salawat
makah Salawat
makah
indak
sajo
disajikan pada acara kematian ditampilkan pado acara kamatian, saja?
tapi acara mando’a lainnyo, kalau untuak acara kamtian lah pasti sadonyo
masyrakat
manyajikan
salawat, tapi kalau untuak acara mando’a lainnyo , indak sadonyo masyrakat nan maadokannyo. (Salawat makah tidak hanya saja ditampilkan pada acara kematian, pada acara hajatan lain nya salawat makah juga disajikan,kalau untuk acara kematian sudah pasti salawat makah ini disajikan
tetapi
kalau
untuk acara hajatan lainya tidak semua
masyarakat
Tabek
melaksanakannya). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat disajikan dan struktur penyajian
basamo-samo
dari sacaro sarentak. Urutannyo dimulai
salawat makah? Dan kira-kira dari: berapa
lama
waktu 1.Pamohonan maaf antaro panyaji
penyajiannya?
jo sipangka 2.Mambaco Alfatihah 3.Mambaco ayat-ayat pendek 4.mambaco tahlil 5.basalawat makah 6.ditutuik jo do’a (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama secara serentak.
152
Dengan struktur penyajiannya: 1.Permohonan maaf antara penyaji salawat dengan keluarga almarhum 2.pembacaan Alfatihah 3.pembacaan
ayat-ayat
pendek
minimal 3 surat 4.Tahlil 5.Penyajian salawat makah 6.ditutup dengan Do’a). Biasonyo lamo panyajian salawat makah labiah kurang sajam. (Biasanya lama penyajian salawat makah lebih kuarang satu jam). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Panyaji salawat makah adalah kaum penyaji dari salawat makah laki-laki yang sudah dewasa dan tersebut?
remaja dari masyrakat Tabek. Nan salamoko alun ado kaum padusi nan manjdi panyaji dari salawat makah, mungkin dari dulu indak dibiasokan. Sampai kinipun masih tatap kaum laki-laki nan manjdi panyaji salawat makah tu. (Penyaji salawat makah adalah kaum laki-laki
umumnya laki-laki yang
sudah dewasa dan
remaja dari
masyrakat Tabek. Yang selama ini belum ada kaum wanita masyarakat Tabek yang menyajikan salawat makah, artinya tidak ada pembiasaan oleh kaum wanitanya. Dan sampai sekarangpun masih kaum laki-laki yang menjdi penyajinya).
153
9
Bagaimanakah fungsi irama dari Ikuik dalam mamainkan salawat salawat makah, apakah ada makah, ketetapan dari iramanya?
rasonyo
tersendiri
nan
ado ado
kepuasan
dalam
diri
pamain salawat makah, jo irama lagu
salawat
kadamaian
makah
dalam
raso
hati,
ado
cieklai
maningkek an kadekatan diri jo agamo. (Ikut
sebagai
penyaji
salawat
makah, merasakan ada kepuasan tersendiri penyaji
yang salawat
ada
dalam
makah,
diri
dengan
nyayian salawat makah rasanya ada kedamaian dalam hati, dan lagi meningkatkan kedekatan diri dengan agama). Irama salawat makah baragamragam, masiang-masiang suku punyo irama surang-surang, tatapi masih dalam bantuak badendang basamosamo. (Irama salawat makah beragamragam,
masing-masing
suku
mempunya irama yang berbeda, tetapi
seperti
nyanyian
paduan
suara). 10
Apakah fungsi salawat makah Salawat makah pado masyarakat ditengah – tengah masyarakat?
Tabek sabananyo untuak manghibur urang nan ditinggaan almarhum, salain dari iramnyo nan manghibur, jo tibo
urang nan barami-rami
karumah nan maningga, kaluarga
154
alamarhum indak maraso surangnyo do. Artinyo masih ado urang nan paduli samo kaluarga nan ditimpo musibah. (Salawat makah ini pada masyarakat Tabek
sebenarnya
adalah
untuk
menghibur orang yang ditinggalkan almarhum, selain dari iramanya yang sedikit menghibur, dengan datangnya beramai-ramai ke rumah orang yang meninggal,
keluarga
almarhum
merasa tidak sendiri. Artinya masih ada orang yang peduli sama keluarga yang ditimpa musibah). 11
Apakah makna yang terkandung Makna dari penyajian salawat makah?
nan
takanduang
dalam
panyajian salawat makah adalah salain baibadah, makna nan lainnyo adolah maningkek an raso kito sabagai makhluk tuhan nan punyo raso paduli jo sasamo kito dan maingekan kito bahsonyo kitopun akan baliak ka baliau juo. (Makna yang terkandung dalam penyajian salawat makah adalah selain dari beribadah, makna yang lainnya adalah meingkatkan rasa kita sebagai makhluk tuhan yang punya rasa peduli dengan sesama dan mengingatkan
kita
bahwasanya
kitapun akan kembali kepada beliau yang menciptakan kita). 12
Apakah hubungan
salawat Salawat
155
makah
tantu
ado
makah dengan masyarakat dan hubungannyo
jo
urang
nan
kematian dilihat dari isi dari maningga , karano jo ba salawat teks salawat makah tersebut?
makah kito manyampaikan do’a kapdo urang nan maningga. (Salawat makah tentu ada hubugan nya dengan kematian, karena dengan bersalawat makah menyampaikan do’a kepada orang yang meninggal).
156
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 9. Nara Sumber Hari/tanggal
: Minggu/02-02-2014
Waktu Wawancara
: 11.00 – Selesai
No 1
: Zulfikar
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Sadonyo masyrakat Tabek satiok ado ditengah
makah
–
tengah kamatian di kanagarian Tabek, pado
masyarakat?
malam harinyo taruih di adokan salawat makah, indak takacuali sia nan
maningga,
masyarakat
Artinyo
Tabek
sadonyo mangakui
kabaradoan salawat makah ko. (Setiap ada kematian di kanagarian Tabek, pada malam harinya selalu akan diadakan salawat makah, tidak ada
terkecuali
meninggalnya. masyarakat
siapa Artiya
Tabek
yang semua
mengakui
keberadaan salawat makah). 3
Bagaimana sejarah penamaan dari
nama salawat makah
tersebut? 4
Apakah ada keharusan pada Indak ado urang nan maharuskan
157
setiap kematian salawat makah salawat makah ko disajikan, tapi iko itu disajikan?
lah manjdi kebiasaan dari dulunyo sahinggo ndak bisa dihilangkan. (Tidak ada orang yang mengharusan salawat makah ini disajikan, tapi ini sudah menjadi kebiasaan dari dulunya , sehingga tidak bisa dihilangkan).
5
Kapan
salawat
makah
ini Apobilo ado urang nan maninnga,
disajikan ?
salawat makah disajikan pado malam partamo Sampai malam katigo sasudah acara panguburan, dek karano kami nan laki-laki ko bakarajo mancari nafkah dari
pagi
sampai
patang.
Dan
salawat makah ko di sajikan dirumah urang nan maningga. ( Apabila ada orang yang meninggal , salawat makah disajikan pada malam pertama sampai malam ketiga setelah acara
pemakamam,
kaum
laki-laki
karena
bekerja
kami
mencari
nafkah dari pagi hingga sore harinya. Dan
salawat
makah
disajikan
dirumah orang yang meninggal.) 6
Apakah
salawat
makah Nan jalehnyo salawat makah ko lah
disajikan pada acara kematian pasti saja?
di
sajikan
katiko
acara
kamatian, kalaupun ado mayrakat Tabek nan manyajikan di hari lain itu jo caro dipanggia lai, sadangkan untuak
acara
kamatian
ko
masyarakat tibo tanpa dipanggia. ( Yang jelas salawat makah ini sudah
158
pasti disajikan ketika acara kematian, kalaupun ada masyrakat Tabek yang menyajikan di hari lain, itu dengan cara diundang, sedangkan untuk acar kematian ini masyrakat datang tanpa diundang). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat makah di mainkan sacaro dan struktur penyajian
dari basamo-samo dirumah urang nan
salawat makah? Dan kira-kira maingga. Salawat makah di awalnyo berapa
lama
waktu adolah
penyajiannya?
mamohon
patunjuak
jo
rahmat Allah SWT untuk kasado kaluarga nan hiduik, dan mamohon dilapangkan azab kubua dan tahinda dari api narako tahadok keluarga nan
lah
maningga,
mammohon
untuak kaluarga nan masih hiduik supayo
manjalani
hiduik
rukun,
damai dan dimurahkan rasaki sarato di
tatp
diberikan
kesehatan.
Salanjuiknyo mamohon maaf anatara kaluarga nan hadir dan panyaji salawat makah nan hadir. Untuak sataruihnyo panyji salawat makah mambaco alfatihah, mambaco ayatayat
pendek,
mambaco
tahlill,
sasudahtu baru basalawat makah dan terakhirnyo ditutuik jo do’a. (Permohonan petunjuk dan rahmat Allah s.w.t untuk semua keluarga yang
hidup
dan
permohonan
dilapangkan-Nya azab kubur dan terhindar dari api neraka terhadap
159
keluarga
yang
telah
meninggal,
permohonan untuk keluarga yang hidup agar menjalani hidup rukun dan damai,
dimurahkan
rezeki,
didatangkan kesehatan. Ucapan saling berma’afan di antara keluarga yang hadir beserta semua peserta salawat Selanjutnya
makah.
adalah
pembacaan Alfatihah, membaca ayatayat pendek, membaca tahlil, setelah itu baru bersalawat makah dan terakhirnya ditutup dengan do’a) Jo lamo panyajian salawat makah labiah kurang sajam. (Dengan lama penyajian salawat makah lebih kuarang satu jam). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Salawat makah dimainkan oleh kaum penyaji dari salawat makah laki-laki dari masyarakat Tabek, dan tersebut?
iko lah manjadi tradisi dek masyrakat Tabek dari dulunyo. Kaum padusi manjanguak pado siang hari. (Salawat makah disajikan oleh kaum laki-laki dari masyrakat Tabek, dan ini
sudah
masyrakat
menjadi Tabek
tradisi dari
oleh
dulunya..
Kaum perempuan umumnya melayat pada siang hari). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Ikuik
dalam
dari salawat makah, apakah makah, ada ketetapan dari iramanya?
mamainkan
rasonyo
ado
salawat kepuasan
tersendiri nan ado dalam diri pamain salawat
makah,
jo
irama
lagu
salawat makah raso ado kadamaian
160
dalam hati. (Ikut sebagai penyaji salawat makah, merasakan ada kepuasan tersendiri yang ada dalam diri penyaji salawat makah,
dengan
nyayian
salawat
makah rasanya ada kedamaian dalam hati,). Indak ado katatpan irama dalam salawat makahko, sabab, masiangmasiang suku punyo irama surangsurang, tatapi masih dalam bantuak badendang basamo-samo. (Tidak ada keteapan irama dalam salawat, sebab masing-masing suku mempunya
irama
sendiri-sendiri,
tetapi seperti nyanyian paduan suara). 10
Apakah fungsi salawat makah Salawat nan diadok an katiko acara ditengah – tengah masyarakat?
kamatian,
bafungsi
juo
untuak
mahibur kaluarga nan ditinggakan almarhum almarhumah. ( Selain beribadah, salawat makah yang diadakan ketika acara kematian, berfungsi keluarga
juga
untuk
yang
menghibur ditinggalkan
alamrhum/almarhumah). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang Panyajian salawat makah sacaro penyajian basamo-samo dek masyarakat nan
salawat makah?
tibo tanpa di panggia, Nampak bahaso raso kabasamoan nan saliang paduli antaro sasamo,
dari sinan
dapek dicaliak raso kamanusian nan tinggi.
161
(Penyajian salawat makah secara bersama-sama oleh masyrakat yang datang tanpa di undang, tampaklah bahwa rasa kebersamaan yang saling peduli antar sesama, tingkah
laku
dari sikap
yang
demikian
terceminlah rasa kemanusiaan yang tinggi). 12
Apakah hubungan
salawat
Sabananyo
salawat makah indak
makah dengan masyarakat dan ado kaitanyo jo urang nan maningga, kematian dilihat dari isi dari kalau dicaliak dari isi teksnyo. Karno teks salawat makah tersebut?
isi teks itu adolah puji-pujian kapado nabi,kaluarga dan para sahabat nabi. Tapi iko manggambarkan kapado kahidupan urang nan masih hiduik ka ibadahnyo. (Sebenarnya salawat makah tidak ada kaitan atau hubungannya dengan orang yang meninggal,kalau dilihat dari isi teksnya. Karena isi dari teks itu adalah pujian terhadap nabi, keluarga dan para sahabat nabi. Tetapi ini menggambar kan hanya kepada kehidupan orang yang masih hidup terhadap ibadahnya).
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN
162
10. Nara Sumber
: Adriatel.MD
Hari/tanggal
: Selasa/04 Februari
2014 Waktu Wawancara No 1
: 10.00 – Selesai
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat Sacaro jaleh kami indak tahu bilo
makah daerah Tabek ?
adonyo salawat makah ko, tapi manuruik tatuo kami dipakiroan samanjak
Islam
masuak
ka
Minangkabau atau tapeknyo katiko sasudah parang Paderi. (Secara jelas kami tidak mengetahui kapan adanya
salawat makah ini
,tetapi menurut tetua kami dapat diperkirakan semenjak Islam masuk ke Minangkabau atau setelah perang Padri). 2
Bagaimana keberadaan salawat Sampai kini salawat makah masih di makah
ditengah
–
tengah pakai
masyarakat?
dek
masyarakat
Tabek.
Apobilo ado kamtian atau urang nan maningga, salawat makah taruih di sajikan, artinyo salawat makah samo jo suatu kebutuhan dek masyarakat Tabek
untuak
Umumnyo
acara
kamatian.
masyrakat
Tabek
mangakui kabradoan salawat makah sabagai bagian dari budaya daerah Tabek. (Sampai saat sekarang ini salawat makah
masih
masyarakat
163
di
Tabek.
pakai
oleh
Apabila
ada
kematian atau orang yang meninggal, salawat makah ini selalu disajikan, artinya salawat makah adalah suatu kebutuhan oleh masyarakat Tabek untuk acara kematian. Umumnya masyarakat
Tabek
mengakui
keberadaan salawat makah sebagai bagian dari budaya daerah Tabek). 3
Bagaimana sejarah penamaan Manuruik carito nan kami dapek dari
nama salawat makah dari tatuo kami, panamoan salawat
tersebut?
makah diambiak dari asa kitab salawat, dima kitab tu barasa dari Makah, indak itu sajo, asa dari agama Islam adlah Makah, dan manuruik kayakinan
masyrakat
Tabek kitab salawat juo barasa dari Makah. (Menurut cerita yang kami dapat dari tetua kami, penamaan salawat makah diambil dari asal kitab salawat, yang mana kitab itu berasal dari Mekah, bukan hanya itu pusat dari agama islam adalah Mekah, dan menurut keyakinan masyarakat Tabek kitab salawat juga berasal dari Mekah). 4
Apakah ada keharusan pada Aturan lisan ataupun aturan tertulis setiap kematian salawat makah indak itu disajikan?
ado
nan
mangharuskan
salawat makah ko disajikan, tapi alah manjadi suatu kabutuhan yang tidak
bisa
masyarakat
di
tinggalkan
Tabek
Salamoko
bagi di
daerah Tabek, apobilo ado urang
164
nan maningga alah pasti salawat makah ko disajikan tanpa mancaliak sia nan maningga, sadonyo samo mulai dari nan bapangkek sampai ka urang nan biaso-biaso sajo. (Aturan lisan ataupun aturan tertulis tidak
ada
yang
mengharuskan
salawat makah ini disajikan, tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat Tabek, alah menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa di tingalkan. Selama ini di daerah Tabek
apabila
meninggal
ada
sudah
orang pasti
yang
salawat
makah itu disajikan tanpa pandang bulu,artinya tanpa
melihat siapa
orang yang meninggalnya, semuanya sama mulai dari orang yang yang berpangkat sampai pada orang yang hidupnya biasa saja). 5
Kapan
salawat
makah
ini Katiko acara kamatian, salawat
disajikan ?
makah partamo
disajikan
pada
malam
sampai
malam
katigo
sasudah acara pemakaman salasai. ( Ketika acara kematian makah
disajikan
pada
salawat malam
pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai). 6
Apakah
salawat
makah Salawat
makah
indak
sajo
disajikan pada acara kematian ditampilkan pado acara kamatian, saja?
tapi acara mando’a lainnyo, kalau untuak acara kamtian lah pasti
165
sadonyo
masyrakat
manyajikan
salawat, tapi kalau untuak acara mando’a lainnyo , indak sadonyo masyrakat nan maadokannyo. (Salawat makah tidak hanya saja ditampilkan pada acara kematian, pada acara hajatan lain nya salawat makah juga disajikan,kalau untuk acara kematian sudah pasti salawat makah ini disajikan
tetapi
kalau
untuk acara hajatan llainya tidak semua
masyarakat
Tabek
melaksanakannya). 7
Bagaimana bentuk penyajian Panyajian salawat makah di sajikan dan struktur penyajian
dari sacaro basamo-samo, dan surang
salawat makah? Dan kira-kira nan manjadi induak atau panuntun berapa
lama
waktu dari irama salawat makah, nan lain
penyajiannya?
manjdi
anak.
Salawat
maka
disajikan bantuak malagu basamosamonan sacaro spontan suaronyo samo,
kalupun
ado
suaronan
tadanga lain itu saolah-olah manjadi suara duo dan nyaman tadanga di talingo. Urutan panyajian salawat makah: 1.Mamohon salawat
maaf
makah
dari kapado
panyaji pihak
sipangka atau kapado almarhum, dan kesalahan bilo ado diantaro panyaji salawat makah indak bisa hadir katiko acara panguburan. 2.Sasudah acara mamohon maaf
166
dilanjuikan jo mambaco Alfatihah 3.Mambaco ayat pendek minimal tigo surek 4.Dilanjuikan jo tahlil 5.Nan kalimo baru basalawat makah 6.Terakhir ditutuik jo do’a (Penyajian salawat makah di sajikan secara bersama – sama dan salah seorang manjadi induk atau penuntun dari iramanya salawat makah, dan yang lain menjadi anak. Salawat makah
disajikan
seperti
paduan
suara,yang secara spontan suaranya atau nada yang dibawakan sama, Kalau
pun
ada
beberapa
yang
memakai suara lain itu seolah –olah menjadi
suara
dua,dan
akan
terdengar harmoni atau selaras. Dengan struktur penyajiannya: 1.Permohonan maaf dari penyaji salawat makah kepada keluarga yang ditinggalkan
baik
itu
kesalahan
kepada almarhum, dan kesalahan bila ada diantara penyaji salawat makah yang tidak bisa hadir pada acara pemakamannya 2.pembacaan Alfatihah 3.pembacaan
ayat-ayat
minimal 3 surat 4.Tahlil 5.Penyajian salawat makah 6.ditutup dengan Do’a)
167
pendek
Lamonyo salawat makah disajikan labiah salawat
kurang makah
sajam.
Pamain
mambaco
teks
salawat makah sasuai jo harinyo, saba pado teks salawat makah tu lah ado pambagian baconyo sasuai jo malam atau harinyo. (Lama
penyajian salawat makah
lebih kurang satu jam. Penyaji salawat makah salawat
makah
menyajikan teks sesuai
dengan
harinya, karena pada teks salawat makah tersebut sudah ada pembagian bacaannya berdasarkan malamnya atau harinya) . 8
Siapa saja yang boleh menjadi Panyaji salawat makah adalah kaum penyaji dari salawat makah laki-laki masyrakat Tabek, tidak tersebut?
dibatasi untuk umuanyo. Sabananyo indak ado larangan untuak kaum padusi makah,
sabagai tapi
panyaji karano
salawat ado
partimbangan babarapo hal dari segi agama, sarupo suaro padusi tamasuak aurat untuak manyajikan salawat makah di hadapan urang banyak, makonyo kaum padusi hanyo sabagai panikmat sajo. (Penyaji salawat makah adalah kaum laki-laki masyarakat Tabek , tidak dibatasi untuk umurnya. Sebenarnya tidak ada larangan juga untuk kaum ibu atau wanita
168
sebagai penyaji
salawat makah,tetapi karena ada pertimbangan beberapa hal dari segi agama,
misalnya
suara
wanita
termasuk aurat untuk melagukan salawat makah di hadapan majlis, makanya kaum wanita hanya sebagai penikmat saja). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Dalam manyajikan salawat makah,
dari salawat makah, apakah ada taraso ketetapan dari iramanya?
sanang
kiro-kiro.
Dek
iramanyo mambuek awak laruik dalam
basalawat.
iramanyo
Koq
baragam
masalah masiang-
masiang kalompok, karano indak ado katetapan dalam Kadang
irama
banuansa dimasuakan
lagu-lagu
islam juo
iramanyo.
maso ka
nan kini
dalamnyo.
Bantuaknyo iramanyo dibuek dima urang kasanang mandangakannyo. ( Ikut dalam menyajikan salawat makah terasa senang di hati. Karena irama
dari
salawat
makah
itu
membuat kta larut dalam bersalawat. Irama
dari
salawat
makah
ini
beragam masing-masing kelompok, karena tidak ada ketetapan dalam iramanya. Terkadang irama nyanyi yang bernuansa Islam dalam
salawat
makah
dibawakan tersebut.
Kelihatannya iramanya dibuat untuk orang senang mendengarkannya). 10
Apakah fungsi salawat makah Kalau dicaliak dari panyajian nan
169
ditengah – tengah masyarakat?
manganduang nyanyian akan ado mambarikan
raso
katanangan
untuak urang nan ditinggakan dek almarhum, karano kaluarga akan tahanyuik
pado
salawat
nan
disajikan. (Kalau dilihat dari penyajiannya yang mengandung irama nyanyian akan sedikit memberikan ketenangan bagi orang yang ditinggalkan oleh almarhum karena keluarga akan terlena dengan nyanyian yang di sajikan
pada
salawat
makah
tersebut). 11
Apakah makna yang terkandung Makna
nan
dari penyajian salawat makah?
makah
salawat
takanduang adolah
pado raso
kabasamoaan jo raso kakaluargaan. Raso kapadulian antaro sasamo manusia sabagi makhluk Tuhan. (Makna yang terkandung salawat
makah
pada
Adalah
rasa
solidaritas yaitu rasa kebersamaan dan
rasa
kekelurgaan
.
Rasa
kepedulian antar sesame manusia sebagai makhluk Tuhan). 12
Apakah hubungan
salawat Sahubuangan jo panyajian salawat
makah dengan masyarakat dan makah kop ado ritual kamatian, kito kematian dilihat dari isi dari akan teks salawat makah tersebut?
mangiro ado kaitannyo jo
urang nan maningga. Kaitan antaro salawat makah jo urang nan maningga indak ado, hanyo sajo dalam panyajiannyo ado
170
saketek kaitannyo jo urang nan maningga, sarupo pado saat tarakhir dibacokan do’a supayo urang nan maningga diampuni dosonyo. (Sehubungan
dengan
peyajian
salawat makah ini pada acara ritual kematian,kita
akan
mengira
ada
kaitannya atau hubungannya dengan orang yang meninggal. Kaitan antara salawat makah dengan orang yg meninggal tidak ada hanya saja dalam struktur
penyajiannya
ada sedikit berkaitan dengan orang yang meninggal seperti pada saat terakhir dibacaa\kan do’a semoga almarhum diampuni dosanaya).
171
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 11. Nara Sumber
: Irman
Hari/tanggal
: Selasa/04 Februari
2014 Waktu Wawancara No 1
: 10.00 – Selesai
Pertanyaan
Hasil Wawancara
Bagaimana sejarah salawat Sacaro jaleh, indak tahu bilo adonyo makah daerah Tabek ?
salawat
makah
ko,
karano
alah
manjadi tradisi dari nan tadahulu. Tapi
ado
samanjak
juo
nan
mangecekan
Islam
masuak
ka
Minangkabau. (Secara jelas tidak mengetahui kapan adanya salawat makah di kanagarian tabek, karena sudah menjadi tradisi dari yang terdahulu. Tetapi ada juga yang mengatakan semenjak Islam masuk ke Minangkabau). 2
Bagaimana
keberadaan Kabaradoan salawat makah dinagari
salawat makah ditengah – Tabek, tengah masyarakat?
Satiok
kanagarian
ado
Tabek,
kamatian pado
di
malam
harinyo taruih di adokan salawat makah, indak
takacuali sia nan
maningga,
Artinyo
masyarakat
Tabek
sadonyo mangakui
kabradoan salawat makah ko. (Keberadaan salawat makah di nagari
172
Tabek,
setiap
ada
kematian
di
kanagarian Tabek, pada malam harinya selalu akan diadakan salawat makah, tidak
ada
terkecuali
meninggalnya. masyarakat
siapa
Artiya Tabek
yang semua
mengakui
keberadaan salawat makah). 3
Bagaimana sejarah penamaan Manuruik dari
carito
nan
tadahulu,
nama salawat makah diambiak dari asa kitab salawat ko.
tersebut?
Dimano
masyarakat
Tabek
manggangap asa kitab ko dari Makah. (Menurut cerita dari nenek moyang kami terdahulu, nama salawat makah ini diambil dari asal kitab salawat tersebut yang dianggap bersal dari kota Mekah). 4
Apakah ada keharusan pada Indak ado aturan nan mangharuskan setiap
kematian
makah itu disajikan?
salawat salawat makah itu dilaksanakan, tapi salawat
makahko
lah
manjadi
kabudayaan atau tradisi masyrakat Tabek dari dulunyo. (Tidak ada aturan yang mengharuskan salawat makah itu untuk dilaksanakan , tetapi ini sudah menjadi kebudayaan atau tradisi masyarakat Tabek dari dulunya). 5
Kapan salawat makah ini Salawat makah disajikan pado malam disajikan ?
hari, biasonyo sasudah sholat magrib, dek karano siang hari ko urang bakarajo. Salawat makah ko ado harihari
nyo,
partamo
katiko
ado
kamatian, diadok an tigo malam
173
baturuik-turuik,
kaduo
kok
ado
manjuah hari,maampek puluah hari, ciek lai acara mando’a lainnyo, dan iko hanyo samalam itu sajo. (Salawat makah disajikan pada malam hari, biasanya sesudah sholat magrib, ini
karena
masyarakat
pada yang
siang
harinya
menjadi
penyaji
salawat makah itu bekerja mencari nafkah. Salawat makah ini ada hari penyajiannya, kematian,
pertama
diadakan
ketika tiga
ada
malam
berturut-turut, kedua ketika menujuh hari,empat puluh hari kematian, dan lagi ketika acara hajatan lainya, dan ini hanya satu malam saja). 6
Apakah
salawat
makah Sarupo nan dijalehan tadi, salawat
disajikan pada acara kematian makah ko indak sajo untuak acar saja?
kamatian sajo, ado pulo di sajikan urang katiko manujuah hari,ampek puluah hari, mando’a salamatan, dan manyambuik bulan baiak. (Seperti yang sudah dijelaskan diatas, salawat makah tidak hanya disajikan pada acara kematian saja, ada pula yang
disajikan
hari,empat
puluh
ketika
menujuh
hari
kematian,
hajatan selametan, dan
menyambut
bulan baik). 7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat dan struktur penyajian
disajikan
basamo-samo
dari sacaro sarentak, dirumah urang nan
salawat makah? Dan kira-kira maningga. Urutannyo dimulai dari:
174
berapa
lama
waktu Partamo :Pamohonan maaf antaro
penyajiannya?
panyaji jo sipangka, kaduo: mambaco Alfatihah, katigo: mambaco ayat-ayat pendek, kaampek: mambaco tahlil, limo: basalawat makah dan nan kaanam: ditutuik jo do’a. Disajikan labiah kuarang sajam. (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama secara serentak, dirumah urang nan maninnga. Dengan struktur penyajiannya: Pertama : permohonan maaf antara penyaji
salawat
almarhum,
dengan
kedua:
keluarga pembacaan
Alfatihah, Ketiga: pembacaan ayatayat pendek minimal 3 surat, keempat: tahlil,
Kelima:
penyajian
salawat
makah, dan terakhir ditutup dengan Do’a). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Salawat makah dimainkan oleh kaum penyaji dari salawat makah laki-laki dari masyarakat Tabek, dan tersebut?
iko lah manjadi tradisi dek masyrakat Tabek dari dulunyo. Kaum padusi manjanguak pado siang hari. (Salawat makah disajikan oleh kaum laki-laki dari masyrakat Tabek, dan ini sudah menjadi tradisi oleh masyrakat Tabek dari dulunya. Kaum perempuan umumnya melayat pada siang hari).
9
Bagaimanakah fungsi irama Panyajian salawat makah nan barupo dari salawat makah, apakah nyanyian, mabuek kito sanang dalam ada ketetapan dari iramanya?
basalawat, indak sajo untuak nan
175
manyajikan tapi rasono sanang juo untuak nan mandangakan. Dan kalau tantang
iramanyo,
indak
ado
katatapan, iko tagantuang jo urag nan manjdi komandonyo, nan lain tingga maikuik an sajo lai. (Irama salawat makah yang berupa nyanyian, membuat kita senang dalam bersalawat, tidak saja bagi penyaji tetapi
juga
bagi
mendengarkannya.
yang
Dan
kalau
mengenai ketetapan iramanya, tidak ada ketetapan, ini tergantung kepada orang yang menjadi komandonya, yang lain tinggal mengikuti saja). 10
Apakah fungsi salawat makah Kegiatan
salawat
makah
ko
ditengah – tengah masyarakat? marupokan salah satu ungkapan raso baduka
ka
kaluarga
almarhum/almarhumah,
dengan
adonyo salawat makah, kaluarga nan ditinggakan maraso tanang hadirnyo
panyaji
salawat
jiwa, makah
barami-rami ka rumah duka, bisa saketek manghilangkan raso duka. (Salawat makah merupakan salah satu ungkapan rasa turut berduka cita terhadap
keluarga
almarhum/almarhumah,dengan adanya salawat
makah
keluarga
yang
ditinggalkan merasakan ketenangan jiwa,hadirnya penyaji salawat makah beramai- ramai kerumah duka bisa
176
sedikit menghilangkan rasa dukanya). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang Salain baibadah, makna nan lainnyo penyajian nan ado di kegiatan salawat makah ko
salawat makah?
adolah
maningkek
an
raso
kito
sabagai makhluk tuhan nan punyo raso paduli jo sasamo kito dan maingekan kito bahsonyo kitopun akan baliak ka baliau juo. (Selain dari beribadah, makna yang lainnya yang terdapat dalam kegiatan salawat makah ini adalah meingkatkan rasa kita sebagai makhluk tuhan yang punya rasa peduli dengan sesama dan mengingatkan
kita
bahwasanya
kitapun akan kembali kepada beliau yang menciptakan kita). 12
Apakah hubungan
salawat
Teks
salawat
makah
barisi
makah dengan masyarakat dan sanjuangan kapado nabi,kaluarga,dan kematian dilihat dari isi dari para sahabat nabi , sabananyo indak teks salawat makah tersebut?
ado kaitanyo jo urang nan maningga. Tapi iko
manggambarkan kapado
kahidupan urang nan masih hiduik ka ibadahnyo. (Teks
salawat
makah
berisikan
sanjuangan kepada nabi, keluarga dan para sahabat nabi,
sebenarnya tidak
ada kaitan atau hubungannya dengan orang yang meninggal. Tetapi ini menggambar
kan
hanya
kepada
kehidupan orang yang masih hidup terhadap ibadahnya).
177
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 12. Nara Sumber Hari/tanggal
: RA.Dtk.Talanai Sati : Selasa/04 Februari
2014 Waktu Wawancara No
: 10.00 – Selesai
Pertanyaan
Hasil Wawancara
178
1
Bagaimana
sejarah
salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Apobilo ado kamtian atau urang nan ditengah
makah
–
tengah maningga,
masyarakat?
makah
sampai
masih
kini
di
salawat
pakai
dek
masyarakat Tabek., salawat makah taruih di sajikan, artinyo salawat makah samo jo suatu kebutuhan dek masyarakat
Tabek
untuak
kamatian.
Umumnyo
acara
masyrakat
Tabek mangakui kabaradoan salawat makah sabagai bagian dari budaya daerah Tabek. (Apabila ada kematian atau orang yang
meninggal,
sampai
saat
sekarang ini salawat makah masih di pakai
oleh
masyarakat
Tabek.
Salawat makah ini selalu disajikan, artinya salawat makah adalah suatu kebutuhan oleh masyarakat Tabek untuk acara kematian. Umumnya masyarakat
Tabek
mengakui
keberadaan salawat makah sebagai bagian dari budaya daerah Tabek). 3
Bagaimana sejarah penamaan Dek kitab salawat ko dianggap dari
nama salawat makah datang dari nagari Makah, bisa jadi
tersebut?
namo kitab salawat nan dipakai dek urang Tabek ko diambiak dari situ. ( Karena kitab salawat ini dianggap bersala dari negeri Mekah. Bisa jadi nama kitab salawat yang dipakai oleh masyarakat Tabek ini diambil dari
179
sana). 4
Apakah ada keharusan pada Manjadi kaharusan indak ado, tapi setiap kematian salawat makah satiok ado kamatian, masyarakat itu disajikan?
Tabek indak ado nan makomandokan akan tibo surang karumah urang nan maningga untuak basalawat. Jadi indak
ado
raso
tapaso
dalam
manyajikan salawat makah tu. (Menjadi keharusan tidak ada , tetapi setiap
ada
kematian
masyarakat
Tabek tanpa di komandokan akan datang dengan sendirinya ke rumah orang
yang
meninggal
untuk
bersalawat. Jadi tidak adanya unsur keterpaksaan
dalam
melaksakan
salawat tersebut). 5
Kapan
salawat
makah
ini Karano siang hari pado umumnyo
disajikan ?
masyarakat
Tabek
nan
laki-laki
bakarajo mancari makan, salawat makah disajikan pado malam hari, biasonyo sasudah sholat magrib, katiko ado kamatian, diadok an tigo malam baturuik-turuik, kaduo kok ado manjuah hari,maampek puluah hari, ciek lai acara mando’a lainnyo, dan iko hanyo samalam itu sajo. (Karena
pada
siang
harinya
masyarakat yang menjadi penyaji salawat makah itu bekerja mencari nafkah, salawat makah disajikan pada malam hari, biasanya sesudah sholat magrib, salawat makah ini ada hari
180
penyajiannya, pertama ketika ada kematian,
diadakan
tiga
malam
berturut-turut, kedua ketika menujuh hari,empat puluh hari kematian, dan lagi ketika acara hajatan lainya, dan ini hanya satu malam saja). 6
Apakah
salawat
makah Salawat makah dimainkan indak sajo
disajikan pada acara kematian pado acara kamatian, salawat makah saja?
bisa juo dimainkan katiko acara mando’a, sarupo manyambuik bulan baiak,manujuah hari, sampai maapek puluah hari kematian. (Salawat makah di sajikan tidak saja pada acara kematian, salawat makah juga bisa disajikan ketika acara berdo’a
menyambut
bulan
baik,
menujuh hari,bahkan sampai pada acara empat puluh hari peringatan kematian). 7
Bagaimana bentuk penyajian Langkah dan struktur penyajian lama
partamo:
nan
dari dikarajoan adolah: kalau untuak
salawat makah? Dan kira-kira acara berapa
nan
waktu hanyo
penyajiannya?
kamatian,
pihak
manunggu
sipangka
kadatangan
panyaji atau pamain salawat makah, tapi kalau untuk acara mando’a lainnya pamain salawat makah ko harus dipanggia sacaro lisan labiah dulu, sarato dunsanak dan tetangga, baitu
pulo
urang
siaknyo,
dek
masyarakat nan maadok an hajatan tu.
Kaduo:manyampaikan
lafadh
niaik, kalau untuk acara kamatian
181
manyampaikan kapado
permohonan
pihak
maaf
sipangka,baiak
kasalahan kapado almarhum atau pun kasalahan pihak masyarakat nan indak
bisa
tibo
katiko
panguburan.sataruihnyo
acara
mamohon
supayo yang hiduik di agaiah rahmat oleh Allah SWT. Katigo: mambaco Alfatihah diawali jo bazikir dek urang siak. Kaampek: Mambaco ayat pendek minimal tigo surek. Kalimo Tahlil
basamo-samo.
Kaanam:mambaco
kitab
salawat
makah, dan nan tarkhir ditutuik jo do’a. Dan lamo panyajiannyo kirokiro labiah kurang sajam. (Langkah
yang
pertama
yang
dikerjakan adalah: kalau untuk acara kematian, pihak rumah duka hanya menunggu
kedatangan
penyaji
salawat makah, tapi kalau untuk acara do’a lainnya, pihak penyaji harus diundang secara lisan terlebih dahulu beserta family dan tetangga untuk datang menghadiri hajatan dirumah penyelenggara hajat tersebut. Kedua menyampaikan lafadh niat, kalau untuk acara kematian adalah menyampaikan
permohonan
maaf
pada pihak almarhum atas kesalahan penyaji kepada almarhum atau pun kepada keluarga atas ketidak hadiran
182
masyarakat dalam menyelenggarakan pemakamam. Alfatihah
Ketiga:
yang
membaca
diawali
dengan
pembacaan zikir oleh salah seorang yang ahli dalam salawat. Keempat: membaca ayat pendek minimal tiga surat. Kelima: Tahlil secara bersamasama. Keenam: Pembacaan kitab salawat makah , terakhir ditutup dengan pembacaan do’a. Dan lama penyajian nya kira-kira labih kuarng satu jam). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Panyaji salawat makah adalah kaum penyaji dari salawat makah laki-laki tersebut?
masyrakat
Tabek,
tidak
dibatasi untuk umuanyo. Sabananyo indak ado larangan untuak kaum padusi
sabagai
panyaji
salawat
makah,tapi indak dibiasokan dari dulu, dan iko lah manjadi tradisi masyrakat Tabek. (Penyaji salawat makah adalah kaum laki-laki masyarakat Tabek , tidak dibatasi untuk umurnya. Sebenarnya tidak ada larangan juga untuk kaum ibu atau wanita
sebagai penyaji
salawat makah, tapi tidak dibiasakan dari dahulu dan ini sudah menjadi tradisi masyarakat Tabek). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Sabagai panyaji salawat makah,
dari salawat makah, apakah mandendangkan ada ketetapan dari iramanya?
makah
mambuek awak labiah manghayati salawat
183
salawat
nan
dibaokan,
ado
katanangan jiwa dalam manyanjuang nabi kito. Manganai iramanyo indak ado katatapan dalam iramanyo, nan mambuek iramanyo saragam dalam panyajian tu tagantuang dek urang nan
partamo
nan
manjadi
komandonyo. (Sebagai penyaji salawat makah, menyanyikan
salawat
makah
mmembuat kita lebih menghayati salawat yang kita bawakan, ada ketenangan jiwa dalam menyanjung nabi kita. Mengenai iramanya, tidak ada ketetapan dalam iramanya, yang membuat iramanya seragam dalam penyajian itu, tergantung oelh orang yang
pertama
yang
menjadi
komandonya). 10
Apakah fungsi salawat makah Salawat nan diadok an katiko acara ditengah – tengah masyarakat?
kamatian,
bafungsi
juo
untuak
mahibur kaluarga nan ditinggakan almarhum almarhumah. (Salawat makah yang diadakan ketika acara kematian, berfungsi juga untuk menghibur
keluarga
yang
ditinggalkan alamrhum/almarhumah). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang Dalam panyajian salawat makah jo penyajian barami-
salawat makah?
rami,
mambakikan
sumangaik untuak bangkit dari raso sadiah nan mandalam nan dialami oleh
anggota
ditinggakan.
184
keluarga
nan
(Dalam penyajian salawat makah dengan kebersamaan membangkitkan semangat
untuk
bangkit
dari
keterpurukan mental yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yang sedang berduka). 12
Apakah hubungan
salawat
Sabananyo
salawat makah indak
makah dengan masyarakat dan ado kaitanyo jo urang nan maningga, kematian dilihat dari isi dari kalau dicaliak dari isi teksnyo. Karno teks salawat makah tersebut?
isi teks itu adolah puji-pujian kapado nabi,kaluarga dan para sahabat nabi. Tapi iko manggambarkan kapado kahidupan urang nan masih hiduik ka ibadahnyo. (Sebenarnya salawat makah tidak ada kaitan atau hubungannya dengan orang yang meninggal,kalau dilihat dari isi teksnya. Karena isi dari teks itu adalah pujian terhadap nabi, keluarga dan para sahabat nabi. Tetapi ini menggambar kan hanya kepada kehidupan orang yang masih hidup terhadap ibadahnya).
185
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 13. Nara Sumber
: Yunizarman
Hari/tanggal
: Jum’at/21 februari
Waktu Wawancara
: 20.00 – Selesai
2014 No 1
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Salawat
186
makah
sampai
kini
di
ditengah
makah
–
tengah daerah Tabek masih di sajikan,
masyarakat?
apolai
untuak
acara
kamatian,
artinyo salawat makah lah manjadi salah satu budaya masyarakat Tabek nan indak mungkin di hilangkan. (Salawat makah sampai sekarang ini di daerah Tabek masih di sajikan , apalagi untuk acara kematian, artinya salawat makah sudah menjadi salah satu budaya masyrakat Tabek yang tidak mungkin dihilangkan). 3
Bagaimana sejarah penamaan dari
nama salawat makah
tersebut? 4
Apakah ada keharusan pada Indak
ado
keharusan
nan
setiap kematian salawat makah manatapkan salawat makah ko harus itu disajikan?
di sajikan , tapi lah manjdi tradisi dek masyarakat Tabek bahsonyo satiok kamatian salawat makah ko disajikan. (Tidak
ada
menetapkan
keharusan bahwasanya
yang salawat
makah itu harus disajikan, tetapi sudah
menjadi
tradisi
oleh
masyarakat Tabek bahwasanya setiap ada
kematian
meninggal
atau
salawat
orang
yang
makah
ini
disajikan). 5
Kapan salawat makah ini
Salawat
disajikan ?
acara partamo
makah
disajikan
katiko
kamatian,
pado
malam
malam
katigo
sampai
sasudah acara panguburan, Salawat
187
makah ko juo ado diadokan pado acara do’a lainyo, dan iko juo dilakukan sasudah sholat magrib. (Salawat makah disajikan ketika acar kematian,
pada
malam
pertama
sampai pada malam ketiga setelah acara pemakaman, dengan alasan diadakan
setelah
sholat
magrib.
Salawat ini juga diadakan untuk acara
hajatan
lainya,
dan
juga
dilakukan pada malam hari setelah sholat magrib). 6
Apakah
salawat
makah Salawat makah ko lah pasti di
disajikan pada acara kematian sajikan katiko acara kamatian, tapi saja?
ado juo mayrakat Tabek nan manyajikan di hari lain sarupo acara manujuah hari,ampek puluah hari dan mando’a lainyo. ( Salawat makah ini sudah pasti disajikan ketika acara kematian, tapi ada juga masyrakat Tabek yang menyajikan di hari lain, sarupo menujuh hari,empat puluh hari dan hajatan lainya).
7
Bagaimana bentuk penyajian Salawat makah disajikan sacaro dan struktur penyajian
dari basamo-samo, tapi ado surang nan
salawat makah? Dan kira-kira manjadi komando irama salawat berapa
lama
waktu makah, nan lain maikuik sacaro
penyajiannya?
basomo-samo. disajikan
sarupo
basamo-samo.
188
Salawat
makah
badendang
Salawat
makah
disajikan
ado
urutannyo, indak langsuang sajo mandendangkan salawat makah tu. Urutannyo mulai dari mamohon maaf dari panyaji salawat makah ka pihak sipangka. Isi dari mamohon maaf ko kalau seandainyo ado dari pihak panyaji nan babuek salah, baiak ka alamarhum ataupun kapado kaluarga
almarhum.
Baitu
pulo
pihak sipangka mamohon maaf pulo ka panyaji kalau seandinyo ado pulo kasalahan nan di buek dek si almarhum maupun dari kaluarga almarhum. Barikuiknyo mambaco Alfatihah
diawali
talabiah
dahulu,
juo
jo
sasudah
zikir tu
mambaco ayat pendek, ayat pendek ko buliah labiah dari tigo surek, tapi minimal
tigo
pendek.Salanjuiknyo
ayat mambaco
tahlil,baru setelah tahlil mambaco atau
mandendangkan
salawat
makah, dan tarakhir baru ditutuik jo do’a. (Salawat makah di sajikan secara bersama – sama dan salah seorang manjadi komando atau penuntun dari iramanya salawat makah, dan yang lain megikuti secara bersama-sama. Salawat makah disajikan seperti nyanyian kelompok. Salawat makah
189
tidak lansung disajikan, tetapi ada urutannya mulai dari: permohonan maaf, yang isisnya, permohonan maaf dari penyaji salawat makah kepada keluarga yang ditinggalkan baik itu kesalahan kepada almarhum dan kesalahan bila ada diantara penyaji salawat makah . Berikutnya pembacaan Alfatihah yang diawali dengan zikir terlebih dahulu. Setelah itu baru pembacaan ayat-ayat pendek minimal 3 surat boleh lebih dari tiga surat. Selanjutnya mambaca
tahlil,
baru masuk pada membaca kitab atau nyanyian
salawat
dan
makah
terakhir ditutup dengan Do’a). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Sabanayo larangan untuak kaum penyaji dari salawat makah padusi tersebut?
sabagai
panyaji
salawat
makah indak ado tacantum dalam kitab
salawat
makah.
Tapi,lagu
salawat makah harus ditampilkan jo suaro kareh sahinggo managangkan urek lihea, dan mamerahkan muko, makonyo ekspresi itu indak pas untuak
kaum
padusi
Minang
dissstangah urang rami. (Sebenarnya
pelarangan
kaum
perempuan sebagai penyanyi salawat makah tidak tercantum dalam kitab salawat makah itu sendiri. Namun, oleh karena nyanyian salawat makah ini harus ditampilkan dengan suara
190
keras sehingga menegangkan urat leher, dan memerahkan muka, maka ekspresi ini tidak etis untuk kaum perempuan
Minang
di
tengah
khalayak ramai). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Ikuik dalam manyajikan salawat
dari salawat makah, apakah ada makah, ketetapan dari iramanya?
rasonyo
tersendiri
nan
ado ado
kepuasan
dalam
diri
pamain salawat makah, jo irama lagu
salawat
kadamaian
makah
dalam
raso
hati,
ado
cieklai
maningkek an kadekatan diri jo agamo. (Ikut sebagai penyaji salawat makah, merasakan ada kepuasan tersendiri yang ada dalam diri penyaji salawat makah, dengan nyayian
salawat
makah rasanya ada kedamaian dalam hati,
dan
lagi
meningkatkan
kedekatan diri dengan agama). Dan kalau tantang iramanyo, indak ado katatapan, iko tagantuang jo urag nan manjdi komandonyo, nan lain tingga maikuik an sajo lai. (Dan
kalau
tentang
ketetapan
iramanya, tidak ada ketetapan, ini tergantung
kepada
orang
menjadi komandonya, yang
yang lain
tinggal mengikuti saja). 10
Apakah fungsi salawat makah Jo salawat makah ko, rasonyo kito ditengah – tengah masyarakat?
bisa
manghibur
kaluarga
ditiggakan alamarhum.
191
nan
(Dengan salawat makah ini , rasanya bisa
menghibur
kelarga
yang
ditinggalkan alamarhum). 11
Apakah
makna
terkandung
dari
yang penyajian
salawat makah? 12
Apakah hubungan
salawat Basananduang salawat makah, kito
makah dengan masyarakat dan manyampaikan do’a kapado kematian dilihat dari isi dari untuak teks salawat makah tersebut?
Allah
jujuangan
kito
nabi
Muhammad
S.A.W.
jo
kito
mamintakan
tampek
nan
layak
untuak
nabi
jo
umatnya,
tamasuaklah urang nan maningga nan kito basalawat dirumahnyo. Salawat
makah
hubungannyo
jo
tantu
ado
urang
nan
maningga , karano jo ba salawat makah kito manyampaikan do’a kapdo urang nan maningga. (Bersenandung salawat makah, kita menyampaikan do’a kepada Allah untuk
junjungan
kito
nabi
Muhammad S.A.W
dengan kita
memintakan
yang
tempat
layak
untuk nabi dan umatnya, termasuklah orang yang meninggal yang kita bersalawat makah
dirumahnya.
tentu
ada
Salawat
hubugan
nya
dengan kematian, karena dengan bersalawat makah menyampaikan do’a kepada orang yang meninggal.
192
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN SALAWAT MAKAH DALAM PROSESI KEMATIAN DI DAERAH TABEK KECAMATAN PARIANGAN 14. Nara Sumber
: Akmal Taufik
Hari/tanggal
: Jum’at/21 februari
2014 Waktu Wawancara No 1
: 20.00 – Selesai
Pertanyaan Bagaimana
sejarah
Hasil Wawancara salawat -
makah daerah Tabek ? 2
Bagaimana keberadaan salawat Sampai kini salawat makah masih di makah
ditengah
–
tengah pakai
masyarakat?
masyarakat
Tabek.
Apobilo ado kamtian atau urang nan
193
dek
maningga, salawat makah taruih di sajikan. Umumnyo masyrakat Tabek mangakui kabradoan salawat makah sabagai bagian dari budaya daerah Tabek. (Sampai saat sekarang ini salawat makah
masih
masyarakat
di
Tabek.
pakai
oleh
Apabila
ada
kematian atau orang yang meninggal, salawat makah ini selalu disajikan. Umumnya
masyarakat
Tabek
mengakui keberadaan salawat makah sebagai bagian dari budaya daerah Tabek). 3
Bagaimana sejarah penamaan Manuruik carito nan kami dapek dari
nama salawat makah dari tatuo kami, panamoan salawat
tersebut?
makah diambiak dari asa kitab salawat, dima kitab tu barasa dari Makah. (Menurut cerita yang kami dapat dari tetua kami, penamaan salawat makah diambil dari asal kitab salawat, yang mana kitab itu berasal dari Mekah).
4
Apakah ada keharusan pada Indak
ado
nan
mangharuskan
setiap kematian salawat makah salawat makah ko disajikan, tapi itu disajikan?
alah manjadi suatu kabutuhan yang indak bisa
di
tingga
masyarakat
Tabek
an
Salamoko
bagi di
daerah Tabek, apobilo ado urang nan maningga alah pasti salawat makah ko disajikan tanpa mancaliak sia nan maningga, sadonyo samo
194
mulai dari nan bapangkek sampai ka urang nan biaso-biaso sajo. (Tidak
ada
yang
mengharuskan
salawat makah ini disajikan, tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat Tabek, alah menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa di tingalkan. Selama ini di daerah Tabek
apabila
meninggal
ada
sudah
orang pasti
yang
salawat
makah itu disajikan tanpa pandang bulu,artinya tanpa
melihat siapa
orang yang meninggalnya, semuanya sama mulai dari orang yang yang berpangkat sampai pada orang yang hidupnya biasa saja). 5
Kapan salawat makah ini
Salawat makah di sajikan ketika ada
disajikan ?
orang yang makah
meninggal. Salawat
disajikan
partamo katigosasudah
pada
malam
sampai
malam
acara
pemakaman
salasai. (Salawat makah disajikan ketika ada orang makah
yang
meniggal.
disajikan
pada
Salawat malam
pertama sampai malam ketiga setelah acara pemakaman selesai). 6
Apakah
salawat
makah Salawat
makah
indak
sajo
disajikan pada acara kematian ditampilkan pado acara kamatian, saja?
tapi acara mando’a lainnyo, kalau untuak acara kamtian lah pasti sadonyo
195
masyrakat
manyajikan
salawat, tapi kalau untuak acara mando’a lainnyo , indak sadonyo masyrakat nan maadokannyo. (Salawat makah tidak hanya saja ditampilkan pada acara kematian, pada acara hajatan lain nya salawat makah juga disajikan,kalau untuk acara kematian sudah pasti salawat makah ini disajikan
tetapi
kalau
untuk acara hajatan llainya tidak semua
masyarakat
Tabek
melaksanakannya). 7
Bagaimana bentuk penyajian
Panyajian salawat makah di sajikan
dan struktur penyajian dari
sacaro basamo-samo, dan surang
salawat makah? Dan kira-kira
nan manjadi induak atau panuntun
berapa lama waktu
dari irama salawat makah, nan lain
penyajiannya?
manjdi
anak.
Salawat
maka
disajikan bantuak malagu basamosamonan sacaro spontan suaronyo samo, Urutan panyajian salawat makah: 1.Mamohon salawat
maaf
makah
dari kapado
panyaji pihak
sipangka atau kapado almarhum, dan kesalahan bilo ado diantaro panyaji salawat makah indak bisa hadir katiko acara panguburan. 2.Sasudah acara mamohon maaf dilanjuikan jo mambaco Alfatihah 3.Mambaco ayat pendek minimal tigo surek 4.Dilanjuikan jo tahlil
196
5.Nan kalimo baru basalawat makah 6.Terakhir ditutuik jo do’a (Penyajian salawat makah di sajikan secara bersama – sama dan salah seorang manjadi induk atau penuntun dari iramanya salawat makah, dan yang lain menjadi anak. Salawat makah
disajikan
seperti
paduan
suara,yang secara spontan suaranya atau nada yang dibawakana sama, Dengan struktur penyajiannya: 1.Permohonan maaf dari penyaji salawat makah kepada keluarga yang ditinggalkan
baik
itu
kesalahan
kepada almarhum, dan kesalahan bila ada diantara penyaji salawat makah yang tidak bisa hadir pada acara pemakamannya 2.pembacaan Alfatihah 3.pembacaan
ayat-ayat
pendek
minimal 3 surat 4.Tahlil 5.Penyajian salawat makah 6.ditutup dengan Do’a). Kalau salawat makah dimulai siap magrib,
bisa
sajo
salasainyo
manjalang sumbayang isa, itu mulai dari mamohon maaf ka sipangka, mambaco alfatihah, surat pendek, mambaco tahlil, baru masuak pado mambaco salawat makah terakhirnyo pado do’a.
197
sampai
(Kalau
salawat
dimulai
makah
selesai sholat magrib, biasanya akan selesai
menjelang
sholat
Isya,
dimulai dari permohonan maaf pada keluarga
yang
ditinggalkan,
membaca alfatihah, membaca surat pendek, membaca tahlil, membaca teks salawat makah dan terakhir membaca do’a). 8
Siapa saja yang boleh menjadi Sabananyo
indak
ado
larangan
penyaji dari salawat makah untuak kaum padusi sabagai panyaji tersebut?
salawat makah, tapi karano ado partimbangan babarapo hal dari segi agama, sarupo suaro padusi tamasuak aurat untuak manyajikan salawat makah di hadapan urang banyak, makonyo kaum padusi hanyo sabagai panikmat sajo. Dan nan manjadi panyaji salawat makah adalah kaum laki-laki masyrakat Tabek,
tidak
dibatasi
untuk
umuanyo. (Sebenarnya tidak ada larangan juga untuk kaum ibu atau wanita sebagai penyaji salawat makah,tetapi karena ada pertimbangan beberapa hal dari segi agama, misalnya suara wanita termasuk aurat untuk melagukan salawat makah di hadapan majlis, makanya kaum wanita hanya sebagai penikmat saja. Dan yang menjadi penyaji salawat makah adalah kaum
198
laki-laki masyarakat Tabek , tidak dibatasi untuk umurnya.). 9
Bagaimanakah
fungsi
irama Ikuik manyajikan salawat makah,
dari salawat makah, apakah ada taraso ketetapan dari iramanya?
sanang
kiro-kiro.
Dek
iramanyo mambuek awak laruik dalam
basalawat.
iramanyo
Koq
baragam
masalah masiang-
masiang kalompok, karano indak ado katetapan dalam Kadang
irama
banuansa dimasuakan
lagu-lagu
islam juo
iramanyo. nan
maso ka
kini
dalamnyo.
Bantuaknyo iramanyo dibuek dima urang kasanang mandangakannyo. ( Ikut dalam menyajikan salawat makah terasa senang di hati. Karena irama
dari
salawat
makah
itu
membuat kita larut dalam bersalawat. Irama
dari
salawat
makah
ini
beragam masing-masing kelompok, karena tidak ada ketetapan dalam iramanya. Terkadang irama nyanyi yang bernuansa Islam dalam
salawat
makah
dibawakan tersebut.
Kelihatannya iramanya dibuat untuk orang senang mendengarkannya). 10
Apakah fungsi salawat makah Jo salawat makah ko, rasonyo kito ditengah – tengah masyarakat?
bisa
manghibur
kaluarga
nan
ditiggakan alamarhum. (Dengan salawat makah ini , rasanya bisa
menghibur
kelarga
ditinggalkan alamarhum).
199
yang
11
Apakah makna yang terkandung Dalam panyajian salawat makah dari penyajian salawat makah?
sacaro
basamo-samo
masyarakat panggia,
nan
tibo
Nampak
dek
tanpa
bahaso
di raso
kabasamoan nan saliang paduli antaro sasamo,
dari sinan dapek
dicaliak raso kamanusian nan tinggi. (Dalam penyajian salawat makah secara bersama-sama oleh masyrakat yang
datang
tanpa
di
undang,
tampaklah bahwa rasa kebersamaan yang saling peduli antar sesama, dari sikap tingkah laku yang demikian terceminlah rasa kemanusiaan yang tinggi). 12
Apakah hubungan
salawat Jo
basalawat
makah,
kito
makah dengan masyarakat dan manyampaikan do’a kapado Allah kematian dilihat dari isi dari untuak teks salawat makah tersebut?
jujuangan
kito
nabi
Muhammad
S.A.W.
jo
kito
mamintakan
tampek
nan
layak
untuak
nabi
jo
umatnya,
tamasuaklah urang nan maningga nan kito basalawat dirumahnyo. Salawat
makah
hubungannyo
jo
tantu
ado
urang
nan
maningga , karano jo ba salawat makah kito manyampaikan do’a kapado urang nan maningga. (Dengan
bersalawat
,
kita
menyampaikan do’a kepada Allah untuk
junjungan
Muhammad S.A.W
200
kito
nabi
dengan kita
memintakan
tempat
yang
layak
untuk nabi dan umatnya, termasuklah orang yang meninggal yang kita bersalawat makah
dirumahnya.
tentu
ada
Salawat
hubugan
nya
dengan kematian, karena dengan salawat makah menyampaikan do’a kepada orang yang meninggal.
201
LAMPIRAN 4 GLOSARIUM
Adat istiadat
Berbagai kelaziman yang terdapat di
:
suatu
nagari atau luhak atau suatu
kawasan
yang
mungkin
saja
tidak
terdapat pada kawasan lain Adat salingka nagari
Kebiasaan yang terjadi pada sekitar
:
daerah tertentu di Minangkabau.
Baadat balimbago
Arti ba adat di sini artinya memiliki aturan dan nilai, maupun norma yang jelas.
Sedangkan
berarti
balimbago
memiliki institusi dan pranata yang jelas, serta terdapatnya struktur sosial yang akan menjalankan sistem sosial dalam berkehidupan di nagari Tabek tersebut. Bundo Kanduang
Seorang ratu, yang kedudukannya tidak
:
dapat dibeli ataupun diminta, Bundo kanduang sebagaipemimpin yang harus menjadi
contoh
keluarga, nagari,
dan
panutan
kaum,maupun perempuan
bagi
masyarakat
yang
dituakan,
dihormati, disegani, di Minangkabau. Niniak Mamak
Saudara laki-laki dari Ibu dan semua saudara yang satu kaum dan yang sapasukuan
Kaba baiak baimbauan, kaba
Untuk khabar berita yang baik akan
buruak bahambauan
diberitahukan dan untuk khabar yang buruk masyarakat akan datang dengan sendirinya tanpa di beritahukan.
202
RIWAYAT SINGKAT PENULIS Nama
: Rosita
Tempat/Tanggal Lahir
: Cupak, 15 Desember 1978
Program Studi
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kosentrasi
: Seni Budaya
Pekerjaan
: Guru Seni Budaya ( MAN Koto Baru Solok)
No HP
: 085274421258
Pendidikan
:
Sekolah Dasar
: SD INPRES 73/78 Cupak Kec.Gunung Talang Kab.Solok
SLTP
: SMP N Cupak Kec.Gunung Talang Kab.Solok
SLTA
: SMA N Gunung Talang Kab.Solok
Sarjana ( S1)
: STSI Padang Panjang/Akta IV
Alamat
:
Email
:
[email protected]
Rumah
: Dusun Gantiang Jorong Sei.Rotan Cupak Kec. Gunung Talang Kab. Solok
203