Ill. KERANGKA TEORI 3.1. Struktur Pasar. Struktur pasar berpengaruh terhadap perilaku perusahaan. Menurut Shepperd (1990) unsur-unsur struktur pasar adalah (1) banyaknya perusahaan yang melayani suatu pasar, ( 2 ) peranan relatif dari masing masing perusahaan, (3) derajat konsentrasi dari beberapa perusahaan, (4) diferensiasi produk dan atau ( 5 ) peraturan peraturan yang membatasi masuk ataupun keluar suatu perusahaan ke dalam pasar. Peranan relatif dari masing-masing perusahaan diukur dengan indikator pangsa pasar, yaitu
dimana : MS, xi
=
EjLi
=
=
Pangsa pasar perusahaan ke-i ( % I Jumlah kredit yang disalurkan perusahaan ke i (Rp) Total kredit (Rp)
Pangsa pasar merupakan suatu indikator dari derajat monopoli suatu perusahaan.
Semakin tinggi pangsa pasar su-
atu perusahaan maka semakin besar usahaan tersebut.
kekuatan monopoli per-
Apabila suatu perusahaan mempunyai pang-
sa pasar sama dengan satu, maka perusahaan tersebut mempunyai kekuatan monopoli yang sempurna. Profit perusahaan, salah satunya ditentukan oleh pang-
sa pasar.
Semakin besar pangsa pasar suatu perusahaan maka
18 semakin besar keuntungan perusahaan. Hubungan antara pangsa
pasar dengan keuntungan dapat
dituliskan dalam persamaan
berikut :
dimana x
a b
= = =
M
=
rate of return ( % ) competitive rate of return ( % ) slope pangsa pasar ( % )
Nilai a adalah cost of capital perusahaan, yang dapat diartikan sebagai biaya peluang
(opportunity cost) dari uang.
Dengan kata lain, a merupakan keuntungan yang akan diperoleh oleh
investor atas
investasi yang
terbaik dari mo-
-
dalnya. (Shepperd, 1990) Konsentrasi pasar
merupakan
kombinasi pangsa
pasar
dari dua atau lebih perusahaan (dan u m m y a lebih kecil dari 8 perusahaan).
Derajat konsentrasi pasar dapat dijelas-
kan oleh indeks HHI (Hirschman-Hesindahl Index) yaitu : HHI dimana HHI MSi
=
C MS~',
=
Hirschman-Hesindahl Index Pangsa pasar masing-masing perusahaan ( % )
=
Apabila nilai HHI
=
10.000 maka struktur pasar adalah
struktur pasar monopoli, sedangkan struktur pasar yang berkompetisi murni, dimana pangsa pasar masing-masing perusahaan lebih kecil dari l%, maka nilai HHI akan lebih kecil dari 100.
Apabila nilai HHI lebih kecil dari 1000 maka pe-
ngaruh monopoli tidak ada di pasar
19 tersebut dan apabila
nilai HHI lebih besar dari 1800 maka pengaruh monopoli ada
.
di pasar tersebut. (Sheppherd, 1990)
Unsur lain dari struktur pasar adalah barrier to entry (rintangan untuk masuk ke dalam pasar)
.
Rintangan memasuki
pasar dapat disebabkan oleh sifat dari industri itu sendiri, seperti skala usaha yang harus besar atau rintangan yang disebabkan karena adanya suatu peraturan dari pemerintah. Kebijakan pemerintah, khususnya Pakto 27, 1988, merupakan suatu paket deregulasi di bidang perbankan yang memberikan kemudahan dalam pendirian suatu bank di wilayah kecarnatan, khususnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Satu BPR, dapat berdiri ckngan modal disetor sebesar Rp 50 juta. Walaupun ada kemudahan untuk medirikan BPR, khususnya di bidang permodalan, pemerintah masih menetapkan batasan susunan direksi seperti mayoritas direksi harus sudah berpengalaman minimum 1 tahun di industri perbankan (Peraturan pemerintah no 71 tahun 1992).
Hal tersebut dianggap se-
bagai rintangan memasuki pasar uang karena surnber daya manusia yang berpengalaman di lembaga perbankan masih terbatas.
Disamping itu, BPR hanya boleh melayani calon pe-
minjam yang bertempat tinggal di kecamatan dimana BPR tersebut berkedudukan.
Menurut Patten dan Rosengard
20 (1991), fungsi ekonomi
dari sistim perbankan adalah bank menjadi perantara antara penabung dan peminjam. Bank menerima tabungan dan membayar bunga terhadap penabung. Apabila bunga tabungan memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan penempatan dana di tempat lain maka mereka yang mempunyai dana menempatkan dananya di bank. Program pembangunan lembaga perkreditan desa didekati dengan cara pemberian kredit program kepada petani dengan bunga dana
kredit yang bersubsidi, sedangkan sisi pengumpulan ( tabungan)
kurang menciapat perhatian.
Akibatnya pem-
biayaan proyek pembangunan selalu bersumber dari dana pemerintah. Kebijakan ini tidak sejalan dengan fungsi ekonomi dari sisitim perbankan. Bunga pinjaman ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran kredit.
Menurut Stevens dan Jabara (1988) bunga
pinjaman yang tinggi di pedesaan disebabkan oleh permintaan dan penawaran kredit yang tidak elastis (inelastis), seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran terhadap suku bunga Misalkanlah permintaan dan penawaran
kredit di
pe-
desaan masing-masing digambarkan oleh kurva Dl dan kurva S1. Dengan kedua kurva tersebut m k a keseirnbangan tercapai pada titik A, dimana suku bunga pinjartan blah rl dan jumlah kredit yang tersedia adalah
Q1.
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah memerlukan masukan yang teknologinya lebih produktip. Untuk memenuhi masukan tersebut, petani membutuhkan modal kerja yang lebih besar.
Untuk memenuhi modal kerja terse-
but maka petani memerlukan kredit yang lebih besar, akibatnya kurva permintaan kredit akan bergeser ke kanan. Disamping itu dengan penggunaan teknologi yang lebih maju maka kurva produksi akan bergeser ke atas, kurva produksi marginal juga bergeser ke atas, yang berarti pro-
duktivitas dari masukan
(input) menjadi lebih besar,
hingga permintaan masukan menjadi lebih besar
.
22 se-
Karena ma-
sukan ini dibeli dengan menggunakan kredit, maka kurva permintaan kredit juga
akan bergeser ke kanan dan lebih elas-
tis dibandingkan dengan kurva permintaan terdahulu seperti yang tercermin pada kurva D2.
Apabila
kurva permintaan
adalah Dz dan kurva penawaran kredit adalah SI, maka keseimbangan terjadi pada titik B, dimana bunga pinjaman adalah
r2 dan jumlah dana yang tersedia Q2. jumlah dana yang tersedia lebih besar
Bunga pinjaman dan jika dibandingkan
dengan bunga pinjaman dan jumlah dana pada
keseimbangan
sebelumnya. Menurut Stevens dan Jabara (1988), bunga pinjaman dapat menjadi lebih rendah dengan cara menggeser kurva penawaran (supply) kredit yang lebih elastis ke kanan. Pergeseran kurva penawaran ini ke kanan dapat ditempuh dengan
cara (1) memperluas sumber-sumber kredit di pedesaan. Semakin banyak sumber kredit maka kurva penawaran kredit akan bergeser ke kanan, yang berarti pada tingkat bunga pinjaman yang sama besar maka jumlah kredit yang tersedia akan lebih besar. ada.
( 2 ) memperbanyak
jenis-jenis pelayanan yang sudah
Semakin banyak jenis pelayanan yang dapat diberikan
bank (tabungan, deposito, kredit, pengriman uang) maka semakin besar nasabah yang dapat dilayani bank, yang berarti
lembaga perkreditan
desa
menjadi
alat
untuk
24 menyalurkan
kredit dibandingkan dengan pengembangan sistim lembaga keuangan desa.
Adapun pengaruh dari kebijakan perkreditan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Pengaruh pembatasan bunga pinjaman terhadap konsumen dan produsen Misalkanlah permintaan dan penawaran kredit dicerminkan masing-masing oleh kurva D dan kurva S. untuk memudahkan analisis misalkan pula bank
( i n t e m e d i e r ) dan kredit macet
Disamping itu, biaya
adalah nol.
perantara Dengan
asumsi ini maka suku bunga simpanan akan sama besar dengan bunga pinjaman.
Apabila pasar kredit mempunyai
struktur
pasar yang bersaing sernpurna maka keseimbangan akan terjadi pada titik E, dimana jumlah dana yang terhimpun (dipinjamkan) sebesar Q. re
.
dan suku bunga simpanan (pinjaman) sebesar
25
Sebelum tanggal 1 Juni 1983, Bank Indonesia menetapkan besar
suku bunga pinjaman
di setiap bank.
Misalkan suku
bunga pinjaman yang ditetapkan oleh BI adalah rl.
Akibat-
nya kurva penawaran kredit adalah kurva penawaran SAK,
di-
mana keseimbangan akan tercapai pada tingkat suku bunga rl dan jumlah kredit
Qk.
Kebijakan tersebut menyebabkan suku
bunga yang dibayar konsumen lebih rendah dan jumlah kredit yang diterima konsumen lebih besar jika dibandingkan dengan suku bunga dan jumlah kredit di pasar bersaing sempurna. Konsumen diuntungkan dengan bertambahnya surplus konsumen ( consumer
mengalami
surplus) sebesar r,EKArl sedangkan bank (produsen)
kerugian dengan
berkurangnya
(producer surplus) sebesar r,rlAE.
surplus
produsen
Tetapi pada tingkat suku
bunga rl, jumlah dana yang dapat dihimpun bank Q,, yang lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah dana yang dapat dihimpun bank apabila tidak ada pengaturan bunga pinjaman. Hal ini disebabkan pada tingkat bunga simpanan rl, masyarakat kurang bersedia menabung di bank sebab suku bunga r1 dianggap masih terlalu rendah.
Apabila suku bunga taburigan
rendah maka kegiatan menabung menjadi kurang menguntungkan dibandingkan dengan kalau mereka menginvestasikan dananya di luar perbankan.
Untuk memenuhi kebutuhan kredit masya-
rakat sebesar Qk maka pemerintah harus menyediakan dana sebesar (Qk
-
Qa). Dengan demikian kebijakan tersebut membuat
26 pembiayaan program-program pembangunan sebagian besar sela-
lu bersumber dari pemerintah. Kebijakan kredit sebelum 1 Juni 1983 adalah pagu kredit dan bunga pinjaman ditentukan secara bersamaan.
Misal-
kanlah suku bunga pinjaman ditetapkan sebesar rl dan pagu kredit sebesar Qp,
seperti yang terdapat pada Gambar 3 di
bawah ini.
Gambar 3 .
Pengaruh pembatasan suku bunga pinjaman dan pagu kredit terhadap Iconsumen dan produsen
Apabila pemerintah menetapkan suku bunga pinjaman adalah sebesar r, maka terjadi kelebihan permintaan (91- Q,)
.
Supaya pasar mencapai keseimbangan maka pemerintah harus
.
menyediakan kekurangan kredit (Q1- Qa)
Apabila kebijakan
pemerintah menetapkan pagu kredit setiap bank adalah Q,, maka kelebihan permintaan kredit tetap terjadi sebesar (Ql QP)
-
27
Dari gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa untuk memperoleh kredit maka konsumen bersedia membayar pada tingkat suku bunga pinjaman r,,
yaitu perpotongan kurva permintaan
D dengan kurva penawaran kredit ACBJ. Tetapi dilain pihak, apabila jumlah kredit hanya sebesar
a,
yaitu batas pagu
kredit yang ditetapkan oleh pemerintah maka suku bunga kredit yang dibayar konsumen sebesar rl, yaitu suku bunga kredit yang ditentukan pemerintah. yang beruntung
mendapatkan
Dengan demikian konsumen
kredit
akan memperoleh
rente
.
ekonomi sebesar (r2-r~) Lalu, siapa yang akan menikmati rente ekonomi tersebut, penerima kredit atau pemberi kredit?
Secara efektif,
penerima kredit jarang menilanati rente ekonomi dari bunga kredit
yang murah
karena penerima
kredit
akan
bersedia
mengorbankan rente ekonomi yang mereka terima asal mereka dapat memperoleh kredit. Dengan demikian, kredit program yang murah akan dinilunati pemberi kredit, atau mereka yang terlibat secara langsung dalam penentuan alokasi kredit. Krisis minyak mengakibatkan penerimaan pemerintah untuk membiayai program-program pembangunan menjadi berkurang dan mendorong pemerintah untuk mencari sumber dana lain, khususnya yang berasal dari dalam negeri seperti pajak dan tabungan.
Hal tersebut mendorong pemerintah mengeluarkan
deregulasi 1 Juni 1983.
28
Salah satu isi kebijakan deregulasi 1 Juni 1983 adalah Bank Indonesia tidak menetapkan lagi besar pagu kredit dan suku bunga pinjaman untuk masing-masing bank, sehingga keseimbangan pasar terjadi di titik E (Gambar 3), dimana suku bunga pinjaman dan jumlah kredit berturut-turut adalah re dan
Pada keseimbangan baru, tingkat suku bunga r, lebih
Q.,
besar dari rl dan jumlah dana yang dapat dihimpun bank lebih besar dari
Q,
Q.,
Deregulasi 1 Juni 1983 juga menetapkan bahwa kredit likuiditas BI yang dapat diberikan kepada setiap bank dibatasi.
Akibatnya lembaga perbankan yang selama ini mengan-
dalkan BI untuk membiayai proyek-proyek nasabah mereka, sudah harus memikirkan
sumber dananya sendiri. Bank mulai
bersaing menghimpun dana dari masyarakat dan bank akan lebih berhati-hati menyalurkan kredit kepada nasabah.
Apa-
bila selama ini resiko dari penyaluran kredit ada di Bank Indonesia, maka sejak deregulasi 1 Juni 1983, resiko telah bergeser dari Bank Indonesia ke masing-masing bank penyelenggara.
Pengaruh deregulasi 1 Juni 1983 lainnya adalah
masyarakat akan semakin berhati hati mengajukan permohonan kredit karena pinjaman sebagai pemberian yang tidak perlu dikembalikan tidak berlaku lagi. Kebijakan 1 Juni 1983, merangsang masyarakat untuk menabung.
Setiap rupiah yang mereka tabung, akan memperoleh
29
balas jasa simpanan sebesar i,.
Semakin besar tabungan da-
lam negeri maka
proyek proyek pembangunan
semakin besar
yang dapat dilaksanakan. Walapun demikian, disamping bunga tabungan maka tingkat tabungan juga dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauan masyarakat untuk menabung
serta terse-
dianya lembaga-lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat. Kernampuan menabung ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat dan pengeluaran konsumsi. tukan oleh faktor budaya dan
Kemauan menabung diten-
sosial lainnya. Kesempatan
masyarakat untuk menabung ditentukan oleh ketersediaan lembaga
keuangan, kemudahan berhubungan dengan lembaga ter-
sebut dan tersedianya jenis-jenis produk perbankan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Padmanabhan, 1988). Persaingan antar lembaga keuangan semakin besar dengan keluarnya deregulasi perbankan dan moneter pada tanggal 27 Oktober 1988.
Salah satu dari isi kebijakan Pakto 27, 1988
adalah pemerintah memberikan kemudahan pendirian bank. Khusus, di pasar kredit pedesaan, BRI yang selama ini memonopoli kredit formal mulai menghadapi pesaing dari lembaga keuangan baru yaitu Bank Perkreditan Rakyat ( B P R ) . Dengan adanya persaingan diantara lembaga keuangan, setiap bank akan dipaksa untuk beroperasi secara efisien. Efisiensi bank akan tercermin pada biaya marginal bank yang semakin rendah.
Biaya marginal bank ya
30
geser kurva penawaran kredit ke kanan, seperti yang tercermin pada pergeseran kurva hingga
SSo
tercapai keseimbangan pada
pinjaman
adalah
dipinjamkan
Q3.
menjadi kurva S&,
se-
titik D, dimana bunga
r3 dan jumlah dana
yang
tersedia
untuk
Keseimbangan baru ini menunjukkan bahwa
dana yang dapat dihimpun lembaga perbankan menjadi
lebih
besar dan bunga kredit yang diberikan akan menjadi lebih mur ah. Menurut Suyatno dkk
(1991) ada 6 faktor yang membe-
dakan bunga pinjaman antara satu jenis kredit dengan kredit lainnya. kredit
.
Keenam faktor itu adalah
(1) Jangka waktu
Kredit yang berjangka panjang akan dibebani bunga
pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan kredit yang mempunyai jangka waktu pendek.
(2) Kualitas jaminan. Kre-
dit yang mempunyai kualitas jaminan yang tinggi (mudah dicairkan, nilai tidak mengalami penurunan dan mudah diperjual belikan) mempunyai bunga pinjaman yang semakin murah. ( 3 ) Reputasi perusahaan.
peminjam maka
Semakin baik reputasi perusahaan
semakin rendah bunga
produk yang dihasilkan.
pinjaman.
(4) Jenis
Perusahaan yang berada di industri
kompetitip memiliki bunga pinjaman yang lebih mahal dibandingkan bunga pinjaman perusahaan yang memproduksi barang eksklusif
.
(5) Hubungan baik.
Semakin lama perusahaan ber-
hubungan dengan bank, dengan catatan transaksi yang baik,
31
maka bunga pinjaman lebih murah dibandingkan dengan bunga pinjaman perusahaan yang baru berhubungan dengan bank. Jaminan pihak ketiga. Jaminan tambahan dari pihak
(6)
ketiga
yang cukup bonafide akan membuat bunga pinjaman semakin murah.
Dari keenam faktor yang diuraikan di atas terlihat
bahwa penentuan suku bunga pinjaman berkaitan erat dengan Semakin kecil resi-
faktor resiko yang dihadapi oleh bank.
ko yang dihadapi bank maka semakin rendah bunga pinjaman yang dibebankan kepada nasabah,
Resiko yang dihadapi bank
adalah kemungkinan gagalnya nasabah mengernbalikan pinjaman. Menurut Moll
( 1989)
bunga
pinjaman
biaya operasional dan margin keuntungan.
ditentukan oleh Biaya operasional
dari suatu lembaga keuangan ditentukan oleh tiga komponen yakni biaya modal, biaya administrasi dan biaya karena adanya kelalaian pinjaman (kredit macet)
.
Biaya modal adalah
bunga terhadap simpanan yang dibayar kepada penabung ataupun biaya peluang dari modal disetor,
Disamping itu, modal
yang tersedia tidak dapat dipinjamkan semuanya, karena bank harus menjaga likuiditasnya.
Hal ini berarti bahwa biaya
modal akan semakin besar apabila modal yang dipinjamkan semakin kecil. Menurut Suyatno (19911, ada dua konsep yang sering digunakan dalam menghitung biaya dana
(cost of f u n d )
yaitu
konsep biaya marginal (Marginal c o s t c o n c e p t ) dan biaya da-
32
na rata-rata tertimbang (Weight average cost of fund concept)
.
Konsep biaya Marginal berdasarkan biaya yang harus
dibayar bank kepada pihak ketiga apabila bank ingin mendapatkan dana dari pasar uang. rata-rata struktur
Sedangkan konsep biaya dana
tertimbang, menghitung sumber
dana
deposito dan tabungan.
yang
biaya
dimiliki
dana
bank
berdasarkan
seperti
giro,
Jenis sumber dana akan berpengaruh
terhadap bunga simpanan dan cadangan waj ib (Reserve requi rement) yang harus dipenuhi bank.
Sebagi contoh, giro ada-
lah sumber dana yang paling murah, tetapi mempunyai cadangan wajib yang besar.
Cadangan wajib yang ditentukan oleh
BI untuk giro adalah 15%, sedangkan untuk deposito dan tabungan masing-masing 5% (Suyatno, 19911.
Berdasarkan kom-
posisi dana yang dimiliki bank dan sesuai dengan pendapat Suyatno (1991) maka biaya dana (cost of fund) efektif dari bank dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut. COF
=
a x B J G + b x Bw, + c x B ~ a b (100-CWG) (100-CWD) (100-CWT)
dimana : COF a b C
BJG
B*P Btab
CWG CWD CWT
Biaya dana efektif ( % ) Dana yang bersumber dari giro ( % ) Dana yang bersumber dari deposito ( % ) Dana yang bersumber dari tabungan I%) Balas Jasa Giro ( $ 1 Bunga Deposit0 ( % ) Bunga tabungan ( % ) Cadangan Wajib Giro ( % ) Cadangan Wajib Deposto ( % ) Cadangan Waj ib Tabungan ( % )
33
Komponen kedua dari bunga pinjaman adalah biaya administrasi yaitu biaya tenaga kerja, biaya kantor,'
biaya ge-
dung, biaya perjalanan ataupun biaya mengumpulkan informasi.
Sedangkan kornponen ketiga dari bunga pinjaman adalah
kelalaian pinjaman.
Biaya kelalaian pinjaman adalah biaya
yang dikeluarkan untuk premi asuransi atau cadangan kelalaian pinjaman taan
.
apabila kelalaian pinjaman menjadi
Dengan demikian, mengikuti konsep Moll
kenya-
(1989) bunga
pinjaman dapat dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini yaitu :
dimana : i c u a d
= = = =
=
bunga pinjaman ( % ) biaya modal ( % ) banyaknya modal yang dipinjamakan biaya administrasi ( % ) kelalaian pinjaman ( % )
(%)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa semakin besar kelalaian pinjaman dan biaya
administrasi, serta semakin
kecil modal yang dapat dipinjamkan maka bunga kredit akan semakin besar dan sebaliknya. Dengan mengasumsikan bahwa pasar kredit adalah pasar yang bersaing sempurna, maka setiap lembaga keuangan akan berusaha memperkecil biaya administrasi dan kelalaian pinjaman.
Lembaga keuangan yang dapat mengelola komponen bi-
aya administrasi dan kelalaian pinjaman dengan baik, sehingga kedua biaya tersebut menjadi rendah, maka
lembaga
34 tersebut akan mampu bersaing dan beroperasi di pasar kredit
pedesaan . Sebagai alternatif terhadap pandangan monopoli, Holf dan Stiglitz
( 1990)
melihat pasar kredit dengan paradigma
pelaksanaan dan informasi yang tidak sempurna.
Paradigma
ini didasarkan pada 3 hal, yakni: 1. Masing-masing peminjam
mempunyai
peluang
yang
berbeda
dalam mengalami kegagalan. Penentuan resiko masing masing peminjam membutuhkan sejumlah biaya.
Masalah ini
dikenal dengan masalah seleksi. 2. Untuk
menjamin
bahwa
peminjam
benar-benar
menggunakan
kredit sesuai dengan permohonan, bank membutuhkan sejumlah biaya.
Penggunaan pinjaman yang sesuai dengan per-
mohonan kredit dapat menjamin pengembalian kredit. Masalah ini dikenal dengan masalah insentif, 3. Sulit untuk memaksa peminjam membayar kembali kreditnya.
Masalah ini dikenal dengan masalah pelaksanaan. Paradigma ini mengatakan bahwa respons pasar terhadap problema-problema di atas dapat bersifat
tunggal ataupun
kombinasi dari ketiganya dalam menerangkan ciri-ciri pasar uang pedesaan.
Karena itu mereka harus dimasukkan dalam
perspektif kebijakan untuk perencanaan interfensi khususnya di pasar uang pedesaan.
35
Paradigma informasi yang tidak sempurna lebih menekankan bentuk kontrak dengan penekanan utama terhadap syarat syarat
kontrak
(Bardhan, 1989).
dan
kondisi
dari
persetujuan
kontrak
Secara konseptual dapat dibedakan dua ti-
pe mekanisme yaitu mekanisme langsung dan mekanisme tidak langsung.
Mekanisme
tidak langsung beranjak
dari model
kontrak antara peminjam dan yang memberi pinjaman. Peminjam memberikan respon terhadap isi kontrak sesuai dengan kepentingan yang terbaik bagi dirinya.
Untuk mengurangi ke-
gagalan proyek dan pengembalian kredit maka pemberi pinjaman meminta informasi mengenai resiko proyek dan membayar kreditnya dengan sumber daya apapun yang dimilikinya. Mekanisme langsung tergantung pada biaya yang dikeluarkan pemberi pinjaman dalam menyeleksi permohonan dan pemberian kredit.
Suku bunga yang tinggi menggambarkan bi-
aya seleksi yang besar. bungan
personal,
Mekanisme langsung
kredit
perdagangan)
akan
(melalui humenimbulkan
struktur kompetisi monopolistik, suku bunga sesuai dengan segmen-segmen yang berbeda di pasar uang pedesaan. Ciri
utama
pasar
uangl adalah
dibiayai mempunyai kemungkinan gagal.
setiap
proyek
yang
Apabila proyek yang
dibiayai gagal maka pengembalian kredit akan menjadi gagal.
Teori ini merupakan teori mekanisme tidak langsung dan dikutip dari Hoff dan Stiglitz (1990, ha1 238-240)
36
Kemungkinan pengembalian kredit menjadi gaga1
(
kredit
macet) tergantung kepada hasil kotor proyek dikurangi biaya pokok dan bunga pinjaman.
Semakin tinggi resiko suatu pro-
yek yang dibiayai maka peluang suatu kredit menjadi macet semakin
besar
dan
semakin
pinjaman menderita kerugian.
besar
pula
peluang
pemberi
Dilain pihak semakin tinggi
resiko suatu proyek maka semakin besar semakin besar hasil yang diharapkan si peminjam.
Apabila
sipeminjam adalah
penghindar resiko (risk eventer) maka peminjam akan lebih menyukai proyek dengan rata-rata hasil yang lebih rendah tetapi resiko kecil dibandingkan dengan proyek yang memberikan rata rata hasil yang lebih besar tetapi mempunyai resiko besar. Salah satu konsekuensi dari kriteria kegagalan pengembalian pinjaman adalah bahwa perubahan suku bunga akan mengubah komposisi proyek yang dibiayai.
Dengan memperhi-
tungkan resiko, maka pada tingkat bunga tertentu peminjam hanya akan membiayai proyek-proyek yang memberikan hasil bersih positif.
Dengan kata lain, untuk suatu kumpulan
proyek yang memberikan hasil sama besar tetapi mempunyai resiko yang berbeda, maka suku bunga pinjaman akan dipakai sebagai kriteria terhadap pemilihan proyek yang akan dilaksanakan. Suatu proyek
akan dilaksanakan apabila pada
tingkat bunga pinjaman yang berlaku nilai harapan proyek
37
memberikan hasil bersih sama dengan nol. nga
pinjaman
naik maka
proyek
Apabila suku bu-
tersebut
akan memberikan
hasil negatif artinya proyek tersebut akan mempunyai resiko lebih
besar.
Karenanya
proyek-proyek
yang
datang
dari
kelompok ini secara rata-rata mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan proyek yang mempunyai suku bunga rendah
. Pemberi pinjaman tidak pernah dapat melihat sepenuhnya
resiko dari kredit yang diberikan.
Untuk setiap tingkat
suku bunga, peminjam terdiri dari proyek-proyek yang mempunyai resiko berbeda-beda.
Disamping itu pemberi pinjaman
juga mengetahui, bahwa komposisi proyek yang dibiayai akan berubah
sesuai dengan perubahan tingkat suku bunga
berlaku.
yang
Suku bunga mempunyai peran ganda yaitu sebagai
harga dan sekaligus sebagai alat pengatur komposisi resiko portofolio.
Sebagai contoh, apabila ada kelebihan permin-
taan pinjaman pada tingkat suku bunga tertentu, analisis ekonomi klasik mengatakan bahwa harga akan naik untuk menghilangkan kelebihan permintaan tersebut dan suku bunga yang lebih tinggi akan memberikan hasil yang lebih besar bagi pemberi pinjaman jika faktor resiko diabaikan.
Tetapi suku
bunga yang tinggi, membuat resiko semakin besar dan akibatnya peluang pendapatan
kredit menjadi macet karena naiknya bunga
semakin besar. pinjaman
akan
Naiknya
diimbangi
38
dengan naiknya peluangkredit menjadi macet.
Pada kasus se-
perti ini ada kemungkinan pemberi pinjaman mempertahankan suku bunga yang cukup rendah dengan komposisi resiko yang diinginkannya dan mereka melakukan penjatahan kredit. Analisis di atas menunjukkan bahwa pemberi pinjaman dalam situasi yang kompetisinya terbataspun tidak dapat menaikkan bunga
pinjaman begitu
tinggi,
sehingga mereka
akan me-
ngambil semua surplus dari hasil pinjaman. Disamping mekanisme tidak langsung, pemberi pinjaman dapat juga memakai mekanisme langsung dan mengawasi secara langsung perilaku peminjam.
Pemberi pinjaman dapat lang-
sung menghentikan pemberian pinjaman apabila peminjam melanggar syarat syarat pinjaman. Untuk membuat mekanisme langsung efektif maka pemeberi pinjaman membutuhkan sejumlah biaya pengawasan.
Hal ini
akan menambah total biaya, yang pada akhirnya akan menaikkan bunga pinjaman.
Lembaga yang dapat menekan biaya pe-
ngawasan akan beroperasi lebih efektif dan effisien. Pelepas uang merupakan sebagai contoh yang dapat menekan biaya mekanisme langsung.
Pelepas uang akan beroperasi dalam
wilayah terbatas, dimana mereka masih dapat mengawasi nasabahnya dan mereka jarang ditemukan beroperasi di luar wilayah tempat tinggalnya (Aleem, 1990). T e o r i i n i d i k u t i p d a r i H o f f dan S t i g l i z t (1990, ha1 240-245)
39
Beberapa bentuk dari mekanisme langsung adalah kredit ''
yang dibatasi wilayah tempat tinggal, kredit keluarga, kredit yang dihubungkan dengan transaksi di pasar lain, seperti yang kredit yang diberikan pedagang.
Di Banglades, Gra-
meen Bank melakukan modifikasi pemberian kredit, yaitu pemberian kredit ke individu-individu menjadi individu-kelompok.
Calon nasabah membuat kelompok sendiri, di mana ma-
sing masing anggota kelompok secara individu menjadi penjamin bagi anggota kelompoknya.
Apabila ada salah seorang
anggota kelompok yang belum membayar lunas kreditnya maka anggota kelompok lainnya tidak dapat memohon kredit. Ternyata, metoda pemberian kredit secara kelompok sangat berhasil, sebab pengawasan langsung bergeser dari bank ke anggota kelompok sehingga biaya pengawasan bank menjadi kecil. 3.2. Fungsi Biaya dan Skala Usaha
Bank atau lembaga keuangan dilihat sebagai suatu perusahaan yang menggunakan bahan-bahan masukan
(seperti te-
naga kerja dan kapital) untuk menghasilkan luaran simpanan dan pinjaman).
( seperti
Dengan demikian ada suatu hubungan
antara luaran dan masukan. Misalkan
suatu
fungsi produksi Q adalah masukan
=
hubungan
masukan-luaran
dalam
suatu
(xi) dimana Q adalah luaran dan
f
.
x
(i= 1,. .,n) dan f menyatakan suatu fungsi.
Fungsi kebalikan
40 (inverse) dari fungsi produksi tersebut
dapat dituliskan x
=
.
f-I(Q)
Misalkan, hargaLharga bahan
masukan adalah Ri, maka total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan luaran dapat dinyatakan sebagai TC
x,
Apabila
disubsitusikan
fungsi produksi
maka
dengan
total
biaya
fungsi
=
I: % xi.
kebalikan
(TC) dapat
dari
dituliskan
dalam suatu bentuk persamaan :
E'ungsi biaya adalah biaya minimum untuk memproduksi suatu keluaran selama periode tertentu, yang dinyatakan sebagai fungsi dari harga masukan dan luaran. Secara matematis fungsi biaya dapat dituliskan sebagai berikut : C(R,Q) dimana C R
= =
Q =
x
=
=
min { R.x x 2 0.
: x
E
V(Q) 1 ,
Fungsi biaya Harga bahan masukan luaran yang dihasilkan bahan masukan
Persamaan fungsi biaya
di
atas mengasumsikan bahwa
harga input adalah eksogenus dan given untuk masing-masing produsen.
Disamping itu, fungsi biaya mempunyai sifat-si-
fat sebagai berikut (Chambers, 1988) :
1 Untuk setiap R > O dan Q>O.
Sifat ini menyatakan bahwa
tidaklah mungkin untuk menghasilkan luaran tanpa suatu
2
Jika R'>R, maka c ( R ' , Q ) ~c (R,Q )
41 Hal ini berarti apabila
.
harga bahan masukan naik maka, biaya tidak dapat turun. 3 Cekung ke bawah dan kontinu dalam R
4 C (tR,Q )
=
t c (R,Q )
.
Apabila harga bahan masukan berubah
secara proporsional, maka komposisi bahan masukan yang dipakai tidak berubah. 5 Jika Q ~ Q ' maka c (R,Q )
c (R,Q ' )
2
.
Apabila
luaran yang
dihasilkan bertambah maka biaya tidak mungkin turun. 6
C (R,0 )
=
Semua bahan masukan adalah bersifat vari-
0.
abel, atau biaya tetap tidak ada. 7 Jika fungsi biaya dapat diturunkan terhadap R, maka ber-
dasarkan kaidah Sheppard's lemma, haruslah : xi (RI Q)
=
EC (R,Q )
/a,
: fungsi permintaan bahan masukan.
Xi
Skala usaha dapat dihitung dari fungsi biaya dengan cara mendiffrensialkan biaya yaitu SU
=
rata-rata
3su
luaran,
13ln~/dln~~. Apabila nilai SU lebih besar dari
satu, maka terjadi diseconomis Artinya
terhadap
perusahaan
sudah
of
scale pada perusahaan.
beroperasi
pada
daerah
= d ~ c / a Q= ~ ( c / Q ) / & . npabila fungsi itu diminimumkan maka [ ( Q &/%Q) TC ] = 0 atau Q = C. Dengan menggandakan ruas kiri clan kanan 1 / maka ~ alnc/& = 1
-
&/a
dimana
42
pertambahan biaya rata-rata lebih besar dari pertambahan luaran. Apabila
SU
1, rnaka industri berada dal&n fase
=
constant return to scale, yang berarti pertambahan biaya rata-rata sama dengan pertambahan luaran. Apabila SU lebih kecil dari satu maka terdapat economis of scale pada perusahaan, yang berarti perusahaan masih dapat meningkatkan produksinya karena pertambahan biaya rata-rata masih lebih kecil dari pertambahan luaran. Persarnaan
pangsa
masukan (cost share
=
pengeluaran
untuk
setiap
bahan
Si) dapat dituliskan sebagai :
Si = xi Ri / C
Dengan
mensubsitusikan
fungsi
pennintaan
input
terhadap
fungsi pangsa pengeluaran, maka akan diperoleh : Si
=
X / C
Ri/ai.
Atau
Si = 6LnC / &nRi
Fungsi biaya translog adalah bentuk fungsi biaya yang sering digunakan.
Untuk 2 keluaran dan 2 input maka fungsi
biaya translog dapat dituliskan sebagai : Ln C
=
+ alLnQl+ azLnQ2 + PILnRl+ &LnR2
+
+ 3syZZ(~n~2)2 + y12 (LnQ1, (LnQ2) % y l l(L~Q~)'
43 Dengan fungsi biaya translog, maka persamaan fungsi
pangsa pengeluaran untuk 2 output dan 2 input dapat ditulis sebagai berikut : Sj
=
&nC/&nRj
Karena jumlah pangsa pengeluaran haruslah sama dengan satu, maka G S 3
=
1.
Dengan fungsi biaya translog, maka skala
ekonomi dihitung dengan : ES
=
dLnC/&nQ1
+ &nC/&nQZ
(Cuevas, 1989).
3.3. Hipotesis Berdasarkan
identifikasi
masalah,
tujuan penelitian
dan kerangka teori di atas maka diajukan beberapa hipotesis. Pakto 27, 1988 merupakan suatu kebijakan yang memperrnudah dan mengurangi barrier to entry di pasar kredit, menambah lembaga keuangan dan menciptakan persaingan di antara lembaga keuangan, sehingga semua penduduk mempunyai kesempatan yang sama untuk membanfaatkan ditan. (rul
lembaga perkre-
Tetapi, adanya perbedaan tujuan dan aturan main
es of game) di masing-masing lembaga keuangan mengaki-
batkan penduduk desa mempunyai kesempatan yang berbeda da-
lam memanfaatkan lembaga perkreditan, seperti syarat menjadi nasabah atau anggota, maksimum nilai pinjaman, agunan
44
kredit, yang dapat menimbulkan segmentasi pasar. Dengan dernikian hipotesis yang bisa dirumuskan adalah: 1. Pasar kredit pedesaan di Tapanuli Utara masih cenderung
bersifat monopoli. 2. Walaupun derajat persaingan lembaga keuangan pedesaan di
suatu wilayah semakin besar, masih mungkin terjadi segmentasi pasar.
Segmen pasar yang berbeda menyebabkan
bunga pinjaman yang berbeda. Untuk mempertahankan
keberadaannya di pasar
kredit,
maka masing masing lembaga akan menekan biaya operasional serendah mungkin.
Apabila biaya operasi tetap tinggi maka
lembaga tersebut tidak mampu bersaing dengan kompetitornya. Hipotesis yang bisa dirumuskan adalah : 3.
Kinerja lembaga keuangan pedesaan di wilayah persaingan yang tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan kinerja lembaga keuangan pedesaan di wilayah yang rnempunyai persaingan yang rendah. Masing-masing jenis lembaga keuangan berbeda dalam ca-
ra operasional, seperti syarat menjadi nasabah atau anggota, status kepemilikan, tujuan pinjaman yang dapat dilayani. aya.
Hal tersebut akan menimbulkan perbedaan struktur biHipotesis yang dapat dirumuskan :
4. Ada hubungan antara jenis lembaga keuangan struktur bi-
aya.
45 Setiap Lembaga keuangan berusaha memperoleh keuntungan
maksimum.
Apabi la pertambahan luaran
besar dari biaya masukan terus menambah
masukan.
(output
masih lebih
(input) maka lembaga keuangan akan
Hipotesis
yang dapat
dirumuskan
adalah : 5. Skala Usaha
lembaga keuangan sudah berada pada keadaan
constant return to scale.