Seminar Nasional Pascasarjana XIII – ITS, Surabaya 15 Agustus 2013 ISBN No. 978-979-96700-6-9
Optimalisasi Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) Sebagai Bahan Campuran Beraspal Panas (Asphaltic Concrete) Tipe ACWearing Course (AC-WC) Gradasi Kasar Dengan Aspal Pen 60-70 dan Aspal Modifikasi Jenis TRS 55 (Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang Probolinggo) S. Harahab 1*, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3 Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 1*
[email protected] Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 2 BBPJN V, Kementerian Pekerjaan Umum, Surabaya, Indonesia 3
Abstrak Potensi material hasil kerukan Cold Milling Machine yang disebut sebagai Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai bahan pengganti material untuk penanganan jalan nasional dan provinsi di Jawa Timur cukup besar, diperkirakan ± 50.000 m3 pertahun (Budianto, 2009). Namun penggunaan kembali RAP tadi sangat kecil. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan usaha daur ulang material RAP dari Jalan Pandaan - Malang dan Jalan Pilang – Probolinggo yang diolah kembali dengan Aspal Pen 60 - 70 dan Aspal Modifikasi Elastomer Sintetis dengan campuran agregat bergradasi halus. Karakteristik agregat yang terkandung di dalam RAP memenuhi persyaratan, kecuali gradasinya. Untuk dapat memenuhi persyaratan gradasi, diperlukan penambahan agregat baru yang berasal dari Banyubiru Pasuruan. Hasilnya adalah material RAP dapat digunakan kembali dengan prosentase maksimal 20%. Hal yang membatasi penggunaan RAP adalah nilai rongga dalam campuran/Voids in Mix (VIM) pada kepadatan membal/Percentage Refusal Density (PRD). Dalam upaya meningkatkan nilai VIM PRD, maka pada penelitian ini akan dilakukan pencampuran dengan spesifikasi AC-WC gradasi kasar, berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi 25% RAP dan 75% material baru dalam campuran beraspal panas dengan aspal Pen 60 - 70 dan aspal modifikasi TRS 55 dapat memenuhi persyaratan AC-WC Gradasi Kasar. Kata kunci : Reclaimed Asphalt Pavement Jalan Pandaan – Malang, RAP Pilang - Probolinggo, Banyubiru Pasuruan, Aspal Modifikasi TRS 55, AC-WC Gradasi Kasar
Pada penelitian sebelumnya berdasarkan spesifikasi AC-WC gradasi halus didapat hasil material RAP Pandaan - Malang dan Pilang Probolinggo dapat digunakan kembali dengan prosentase sebesar 20% (Herawati, 2012, Kusmarini, 2012). Hal yang membatasi penggunaan RAP adalah nilai rongga dalam campuran/Voids in Mix (VIM) pada kepadatan membal/Percentage Refusal Density (PRD). Untuk menaikkan nilai VIM PRD, maka pada penelitian ini akan dilakukan pencampuran antara aggregat baru dan RAP agar memenuhi syarat sebagai AC-WC bergradasi kasar.
1. Pendahuluan Bila lapisan perkerasan mencapai indeks permukaan akhir yang berarti perkerasan tersebut dapat dianggap sudah tidak memiliki nilai struktural lagi, maka dilakukan kegiatan pelapisan ulang (overlay) dengan perkerasan baru. Hal ini mengakibatkan bertambahnya elevasi jalan akibat proses pelapisan yang berulang-ulang (Suwantoro, 2010). Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada drainase, elevasi bahu jalan, elevasi kerb, dan perubahan beban yang ditanggung oleh struktur jembatan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan pengupasan aspal lama sebelum dilapis ulang dengan alat Cold Milling Machine. Hasil dari pengupasannya dikenal sebagai Reclaimed Asphalt Pavement (RAP). Potensi Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) hasil Cold Milling Machine untuk penanganan jalan nasional dan jalan provinsi di Jawa Timur cukup besar diperkirakan ± 50.000 m3 pertahun (Budianto H. I., 2009). Akan tetapi penggunaan RAP untuk digunakan kembali sebagai material perkerasan sangat kecil.
2. Tinjauan pustaka 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan. Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan menjadi (Sukirman, 2007) :
1
Seminar Nasional Pascasarjana XIII – ITS, Surabaya 15 Agustus 2013 ISBN No. 978-979-96700-6-9
dipakai sebagai bahan perkerasan ditunjukkan pada Tabel 2, di bawah ini:
a.
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement). b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement). c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement). Lapisan perkerasan yang banyak dipakai di Indonesia adalah perkerasan jalan tipe Asphaltic Concrete (AC), yang termasuk ke dalam jenis perkerasan lentur (Suwantoro, 2010). Ilustrasi susunan lapisan perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut :
Tabel 2: Ketentuan Agregat Kasar Pengujian Nilai Setara Pasir
Standar SNI 03-4428-1997
Material Lolos Ayakan No. 200 Kadar Lempung Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10 cm)
SNI 03-4428-1997 SNI 3423 : 2008
Nilai Min 70% untuk AC bergradasi kasar Maks. 8% Maks 1%
AASHTO TP-33 atau ASTM C1252-93
Min. 45 Min. 40
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan No.30 (0,60 mm). Selain persyaratan karakteristik agregat, gradasi agregat campuran harus memenuhi amplop gradasi sesuai pada Tabel 3 sebagai berikut:
Gambar 1. Susunan Lapisan Perkerasan Lentur (Sukirman, 2007)
Tabel 3: Amplop Gradasi Agregat Gabungan
Perkerasan AC disusun atas susunan agregat yag diikat oleh aspal. Bahan pengikat aspal dipergunakan sebagai bahan pengikat agregat agar terbentuk perkerasan kedap air (Sukirman, 2007).
Ukuran Ayakan (mm) 37,5 25 19 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,600 0,300 0,150 0,075
2.2 Material Penyusun Perkerasan 2.2.1 Agregat Berdasarkan ukurannya, agregat dibedakan menjadi 3 (Sukirman, 2007), yaitu : Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran lebih besar dari saringan No.8 (2,36 mm). Persyaratan agregat kasar untuk dapat dipakai sebagai bahan perkerasan ditunjukkan pada Tabel 1, di bawah ini:
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
2.2.2 Aspal Aspal adalah material perekat (cementitious) berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Sedangkan bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai suhu tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun (Sukirman, 2007). Jenis aspal yang sering digunakan di indonesia adalah jenis aspal Pen 60 - 70 dan aspal Modifikasi. Menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, aspal yang digunakan harus memenuhi persyaratan sesuai pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 1: Ketentuan Agregat Kasar Pengujian Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat Abrasi dengan
Campuran AC bergradasi kasar
mesin Los
Semua jenis campuran aspal
Angeles
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal Angularitas (kedalaman dari permukaan <10cm)
Standar
Nilai
SNI 3407:2008
Maks.12 % Maks. 30%
SNI 2417:2008
Maks. 40%
SNI 03-2439-1991
Min. 95 %
DoT’s
95/90
Pennsylvania Test Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10cm)
Method, PTM
80/75
No.621 Partikel Pipih dan Lonjong Material lolos Ayakan No.200
ASTM D4791
Maks. 10
Perbandingan 1 :5
%
SNI 03-4142-1996
Maks. 1 %
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Laston (AC) Gradasi Kasar WC BC Base 100 100 100 90 - 100 90 - 100 90 - 100 73 - 90 72 - 90 71 - 90 55 - 76 43 - 63 58 – 80 45 - 66 28 - 39,1 37 - 56 28 - 39,5 19 - 25,6 23 - 34,6 19 - 26,8 13 - 19,1 15 - 22,3 12 - 18,1 9 - 15,5 10 - 16,7 7 - 13,6 6 - 13 7 - 13,7 5 - 11,4 4 - 10 5 – 11 4,5 - 9
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan No. 8 (2,36 mm). Persyaratan agregat halus untuk dapat
2
Seminar Nasional Pascasarjana XIII – ITS, Surabaya 15 Agustus 2013 ISBN No. 978-979-96700-6-9 Tabel 4: Ketentuan Karakteristik Aspal
No.
Jenis Pengujian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penetrasi pada 25°C (dmm) Viskositas 135°C (cSt) Titik Lembek (°C) Indeks Penetrasi 4) Duktilitas pada 25°C, (cm) Titik Nyala (°C) Kelarutan dlm Toluene (%) Berat Jenis
9.
10. 11. 12. 13. 14. 15.
Metoda Pengujian
SNI 06-2456-1991 SNI 06-6441-2000 SNI 06-2434-1991 SNI-06-2432-1991 SNI-06-2433-1991 ASTM D5546 SNI-06-2441-1991 ASTM D 5976 part Stabilitas Penyimpanan (°C) 6.1 Pengujian Residu hasil TFOT atau RTFOT : Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 SNI 06-2456-1991 4) Indeks Penetrasi Keelastisan setelah AASHTO T 301-98 Pengembalian (%) Duktilitas pada 25°C (cm) SNI 062432-1991 Partikel yang lebih halus dari 150 micron (µm) (%)
Tipe I Aspal Pen. 6070
Aspal Modifikasi Elastomer Sintetis
60-70 385 >48 > -1,0 >100 >232 >99 >1,0
Min.40 < 3000(5) >54 > 0,4 > 100 >232 >99 >1,0
-
<2,2
< 0.8 2) > 54 > -1,0
< 0.8 3) ≥54 > 0,4
-
> 60
> 100
B. Pengujian Kepadatan Membal (Refusal Density) Kepadatan membal dimaksudkan sebagai kepadatan tertinggi (maksimum) yang dapat dicapai, sehingga campuran tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi. Kepadatan membal adalah masa per satuan volume termasuk rongga contoh uji yang dipadatkan sampai membal (Dachlan, 2007). Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, untuk menentukan kepadatan membal (refusal density), disarankan menggunakan penumbuk bergetar (vibratory hammer), agar pecahnya butiran agregat dalam campuran dapat dihindari. Jika digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan berdiamater 6 inci dan 400 untuk cetakan berdiamater 4 inci.
Min. 95(1)
C. Pengujian Stabilitas Dinamis Pengujian stabilitas dinamis menggunakan alat Wheel Tracking Machine. Pengujian ini memerlukan benda uji dengan ukuran 300 mm x 300 mm x 50 mm yang sudah dipadatkan dengan segment roller compactor dalam suatu cetakan baja, dan kemudian dibiarkan dingin selama 24 jam. Selanjutnya pengujian dilakukan dengan cara melewatkan solid rubber tyred wheel dengan gerakan maju-mundur sepanjang benda uji dengan kecepatan 42 ± 1 putaran/menit. Mesin penguji ini distel pada beban tertentu sehingga menghasilkan tekanan kontak 5,5 ± 0,15 kg/cm2 yang setara dengan beban gandar 8,16 ton atau tekanan kontak 6,4 ± 0,15 kg/cm2 yang setara dengan beban gandar 10 ton (Budianto, 2009). Karakteristik yang harus dimiliki oleh campuran beton aspal antara lain dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut.
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
2.3 Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) adalah material hasil pengupasan perkerasan aspal dengan alat Cold Milling Machine atau material hasil pemrosesan ulang perkerasan yang berisi agregat dan aspal. Material ini timbul jika perkerasan aspal dikupas untuk rekonstruksi, pelapisan ulang atau untuk mengakses jaringan utilitas yang tertanam dibawahnya. Jika dikupas dan disaring dengan baik, RAP mengandung agregat yang bermutu tinggi dan bergradasi baik (NAPA, 1996).
2.4 Pemeriksaan Campuran Aspal Dan Agregat A. Pengujian Marshall Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Marshall Test juga digunakan untuk menentukan ketahanan (stability) campuran aspal dengan agregat terhadap kelelahan plastis (flows). • Ketahanan (stability) Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelahan plastis, yang dinyatakan dalam kilogram. • Kelelahan plastis (flows) Keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,1 inci.
Tabel 5: Sifat-sifat Campuran Aspal Beton
Sifat-sifat Campuran Kadar aspal efektif (%) Penyerapan aspal (%)
Maks.
Jumlah tumbukan per bidang Rongga dalam campuran (%) Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Rongga Terisi Aspal (%) Stabilitas Marshall (kg) Pelelehan (mm) Marshall Quotient (kg/mm) Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan membal (refusal) Stabilitas Dinamis, lintasan/mm
Untuk benda uji marshall, pemadatan dilakukan sebanyak 2 x 75 tumbukan, dengan menggunakan penumbuk Marshall. Cetakan benda uji Marshall mempunyai ukuran diameter 101,6 mm dan tinggi 63,5 mm.
Min.
Lapis Aus Laston Laston Halus Kasar Modifikasi 5,1 4,3 4,5 1,2 1,2 75 3,5
Maks.
5,0
5,5
Min.
15
15
Min. Min. Maks. Min. Min.
65 800 3 250
65 1000 3 300
Min.
Min. Min.
90
2,5 -
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
3
75 3,0
90
2,5 2500
Seminar Nasional Pascasarjana XIII – ITS, Surabaya 15 Agustus 2013 ISBN No. 978-979-96700-6-9
4. Hasil Pengujian material meliputi pengujian agregat dan pengujian aspal. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut: A. Agregat yang terkandung dalam RAP dan agregat baru memenuhi seluruh persyarataan sesuai dengan Tabel 6 dan Tabel 7 berikut ini:
3. Metodologi Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas: A. Material RAP yang berasal dari hasil cold milling Jalan Nasional Pandaan – Malang dan Jalan Nasional Pilang – Probolinggo. B. Agregat kasar dan agregat halus yang berasal dari Banyubiru Pasuruan. Hal ini sesuai dengan asal agregat dari penelitian sebelumnya (Herawati, 2012, Kusmarini, 2012). C. Aspal Pen 60 - 70 yang ditambahkan bahan anti stripping agent dan aspal Modifikasi jenis TRS 55.
Tabel 6: Hasil Pengujian Agregat RAP
Kegiatan penelitian ini secara garis besar dibagi dalam dua tahapan, yaitu : A. Tahapan penelitian material (RAP, agregat baru, Aspal Pen 60 - 70 dan aspal Modifikasi TRS 55) dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Persiapan (Pengumpulan material RAP dan material baru) 2. Mencari kadar aspal di dalam RAP. 3. Memisahkan agregat dan aspal yang terkandung dalam RAP. 4. Melakukan pengujian gradasi dan sifat fisik agregat RAP yang didapat dari proses 3. 5. Melakukan pengujian sifat fisik aspal RAP yang didapat dari proses 3. 6. Melakukan pengujian gradasi dan sifat fisik agregat baru. 7. Melakukan pengujian sifat fisik aspal baru (aspal Pen 60 - 70 dan aspal Modifikasi TRS 55). B. Tahapan penelitian, dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Melakukan re-gradasi terhadap gradasi agregat RAP agar memenuhi amplop gradasi dengan cara menambahkan agregat baru. 2. Melakukan penghitungan penambahan jumlah aspal baru yang dipergunakan dalam campuran. 3. Menambahkam bahan Anti Stripping Agent pada aspal Pen 60-70 sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga 2010. 4. Pembuatan benda uji. 5. Pengujian Marshall, membal (refusal) campuran dan uji stabilitas dinamis (wheel tracking) pada benda uji dengan aspal Modifikasi TRS 55. 6. Hasil dan kesimpulan.
No.
Uraian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Berat Jenis gr/cm3 Penyerapan Air (%) Kekekalan bentuk aggregat Abrasi Los terhadapdengan larutan mesin natrium Kelekatan aggregat terhadap Angeles (%) sulfat (%) dan magnesium Angularitas aspal (%) (%) Partikel Pipih dan Lonjong
RAP Pandaan 2,64 1,59% 6,47% 22,46% >95 96,29 1,21
RAP Pilang 2,635 0,82% 7,86% 22,54% >95 98,14 1,13
Persyaratan Max. 3,0 Max. 12 Max. 30 Min. 95 Min. 90 Max. 10
Sumber (%): Hasil Pengujian Tabel 7: Hasil Pengujian Agregat Baru No.
Hasil
Uraian
Pengujian 3
Persyaratan
1.
Berat Jenis gr/cm
2,71
-
2.
Penyerapan Air (%)
1,51%
Max. 3,0
3.
Kekekalan bentuk
9,77%
Max. 12
22,8%
Max. 30
>95
Min. 95
aggregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat (%) 4.
Abrasi dengan mesin Los Angeles (%)
5.
Kelekatan aggregat terhadap aspal (%)
6.
Angularitas (%)
7.
Partikel Pipih dan
97,38
Min. 90
1,43
Max. 10
Sumber : Hasil Pengujian
B.
Aspal yang terkandung dalam RAP mempunyai nilai penetrasi dan daktilitas yang berada di bawah persyaratan sesuai Tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8: Hasil Pengujian Aspal RAP No. 1
Uraian Kadar aspal dalam
RAP
RAP
Pandaan Pilang 4,63
Persyaratan
4,15
-
campuran ( %) 2
Penetrasi pada 25 °C (dmm)
21
19
60-70
3
Viskositas 135 °C (cSt)
1950
2300
≥ 385
4
Titik Lembek (°C)
57,5
65,5
≥ 48
5
Daktilitas pada 25°C (cm)
24
19
≥ 100
6
Berat Jenis (gr/cm3)
1,056
1,058
≥ 1,0
Sumber : Hasil Pengujian
4
Seminar Nasional Pascasarjana XIII – ITS, Surabaya 15 Agustus 2013 ISBN No. 978-979-96700-6-9
C.
Benda uji dengan prosentase RAP 30%, penambahannya adalah 10% agregat kasar, 40% agregat sedang, 19% agregat halus serta 1% semen.
Aspal baru memenuhi persyaratan sesuai dengan Tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9: Hasil Pengujian Aspal Baru
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian
Penetrasi pada 25°C (dmm) Viskositas 135°C (cSt) Titik Lembek (°C) Indeks Penetrasi Daktilitas pada 25°C (cm) Titik Nyala (°C) Kelarutan dalam Toluene 3 Berat (%) Jenis (gr/cm ) Pengujian hasil TFOT 9 Berat yang hilang (%) 10 Penetrasi (%) Sumber : Hasil Pengujian
D.
Aspal
Aspal
Persyaratan
Pen 6062 70 393 49,1 > 100 240 99,81 1,033
Mod. 55 1525 57,7 0,7996 > 140 344 99,81 1,036
60-70/Min 40 ≥ 385/<3000 ≥ 48/>54 ≥ 0,1/>0,4 ≥ 100 ≥ 232 ≥ 99 ≥ 1,0
0,026 88
0,030 95,003
≤ 0,8 ≥ 54
Hasil pengujian Marshall, membal (refusal) dan wheel tracking terhadap benda uji tersebut adalah sebagai berikut: A. Pada pengujian terhadap benda uji dengan kadar RAP Pandaan – Malang 25% dengan aspal Pen 60 - 70 didapatkan semua kadar aspal rencana memenuhi persyaratan, sehingga didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) campuran tersebut adalah 6,0%. Sesuai pada Gambar 3 di bawah ini:
Agregat yang terkandung dalam RAP tidak masuk dalam amplop gradasi yang dipersyaratkan di dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, sesuai Gambar 2 sebagai berikut: Gambar 3. Hasil Pengujian Benda Uji dengan Kadar RAP Pandaan 25% dengan Aspal Pen 60-70
B. Pada pengujian terhadap benda uji dengan kadar RAP Pilang – Probolinggo 25% dengan Aspal Modifikasi jenis TRS 55 didapatkan semua kadar aspal rencana memenuhi persyaratan sehingga didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) campuran tersebut adalah 5,9%. Sesuai dengan Gambar 4 di bawah ini:
Gambar 2. Gradasi Agregat
Berdasarkan gradasi RAP yang telah didapat, maka diperlukan penambahan agregat baru, yaitu: 1) Pada benda uji dengan campuran RAP dari Jalan Nasional Pandaan – Malang (Aspal Pen 60 - 70) Benda uji dengan prosentase RAP 25%, penambahannya adalah 12% agregat kasar, 45% agregat sedang, 17% agregat halus serta 1% semen. Benda uji dengan prosentase RAP 30%, penambahannya adalah 12% agregat kasar, 39% agregat sedang, 18% agregat halus serta 1% semen.
Gambar 4. Hasil Pengujian Benda Uji dengan Kadar RAP Pilang 25% dengan Aspal Modifikasi TRS 55
Hasil pengujian wheel tracking pada Kadar Aspal Optimum adalah sebesar 5250 lintasan/mm, sehingga memenuhi syarat.
2) Pada benda uji dengan campuran RAP dari Jalan Nasional Pilang – Probolinggo (Aspal Modifikasi TRS 55) Benda uji dengan prosentase RAP 25%, penambahannya adalah 10% agregat kasar, 43% agregat sedang, 21% agregat halus serta 1% semen.
C. Pada pengujian terhadap benda uji dengan kadar RAP Pandaan – Malang 30% dengan aspal Pen 60 - 70 tidak ada kadar aspal rencana yang memenuhi persyaratan sehingga tidak didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) pada campuran tersebut. Sesuai pada Gambar 5 di bawah ini:
5
Seminar Nasional Pascasarjana XIII – ITS, Surabaya 15 Agustus 2013 ISBN No. 978-979-96700-6-9
Kesesuaian Mutu Perkerasan Jalan Beraspal, Balitbang Dept. Pekerjaan Umum, Jakarta. Herawati, Netty (2012), Analisis Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (Rap) Sebagai Bahan Campuran Beraspal Panas (Asphaltic Concrete) Dengan Menggunakan Aspal Modifikasi (Studi Kasus Jalan Nasional Pilang – Probolinggo), Tesis Master, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kusmarini, E.P. (2012), Analisis Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (Rap) Sebagai Bahan Campuran Beraspal Panas (Asphaltic Concrete) Dengan Menggunakan Aspal Pen 60-70 (Studi Kasus Jalan Nasional Gemekan – Jombang dan Jalan Nasional Pandaan – Malang),Tesis Master,Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Sukirman, Silvia (2007), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. Suwantoro (2010), Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold Milling Untuk Daur Ulang Lapisan Perkerasan Jalan Beton Aspal Type AC (Asphalt Concrete), ITS, Surabaya.
Kepadatan Stabilitas VMA VFB VIM 2x75 VIM PRD Kelelehan MQ Stab. Sisa 4,90
5,40
5,90
6,40
6,90
Kadar aspal, %
Gambar 5. Hasil Pengujian Benda Uji dengan Kadar RAP Pandaan 30% dengan Aspal Pen 60-70
D. Pada pengujian terhadap benda uji dengan kadar RAP Pilang – Probolinggo 30% dengan Aspal Modifikasi jenis TRS 55 tidak ada kadar aspal rencana yang memenuhi persyaratan sehingga tidak didapatkan nilai Kadar Aspal optimum (KAO) pada campuran tersebut. Sesuai pada Gambar 6 di bawah ini: Kepadatan
KAO
Stabilitas
Kepadatan
VMA
VFB
VFB
VIMmarshall
VIM 2x75
VMA
VIM PRD
VIMprd Stabilitas
Kelelehan
Kelelehan MQ
MQ
Stab.Sisa
Stab. sisa 4,90
5,40
5,90 Kadar aspal, %
6,40
6,90
Tebal film
Gambar 6. Hasil Pengujian Benda Uji dengan Kadar RAP Pilang 30% dengan Aspal Modifikasi TRS 55
5. Kesimpulan Penggunaan spesifikasi campuran bergradasi kasar sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina marga 2010 dapat meningkatkan nilai VIM PRD apabila dibandingkan dengan campuran bergradasi halus, sehingga mampu meningkatkan prosentase penggunaan RAP pada campuran beraspal panas. Penggunaan RAP sebesar 25% dapat memenuhi persyaratan AC-WC gradasi kasar yang menghasilkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 6,0% dengan aspal Pen 60 - 70 dan 5,9% dengan aspal Modifikasi jenis TRS 55.
6. Daftar Pustaka Budianto, Herry, Ir, M.Sc. (2009), Menuju Jalan Yang Andal, PT. Cakra Daya Sakti, Surabaya. Dachlan, A.T. (2007),Uji Kepadatan Membal (Refusal Density) Untuk Meningkatkan
6