REMAJA DAN PORNOGRAFI: PAPARAN PORNOGRAFI DAN MEDIA MASSA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 25 KOTA PEKANBARU Rumyeni Evawani Elysa Lubis Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau Pekanbaru
[email protected]
Abstract The development of information and communication technology on one slide has brought a positive impact, but on the other slide also brought a negative impact on the development of society especially the teenager. This was particularly caused by a multiplicity of media content which contain elements of pornography. The purpose of the research is to know the influence of exposure to pornography in the media againts the behavior of adolescents. This research using quantitative methods. This research was conduct in the SMPN 25 pekanbaru. The sample of this research consist of 102 person. The result og this study suggest that a simple linear regression coefficient result, obtained value the regression coefficient on this research I y = 2,877 + 0,612x. A constant number of 2,877 and coefficient exposure to pornography in the media as much as 0,612 with t count 1,940 are much greater if compared with t table 1,660 and the level of significance 0,055 smaller than a = 0,05. Calculation based on statistics obtain, the hypothesis for this study is that there are influences between Ha exposure to pornography in the media against the behavior of Junior High School (SMPN) 25) pekanbaru. Based on the test result the cofficient of determonation of the magnitude of the influence that rest of 53,1% the rest of 44,9 were influenced by other factors not seen in this study. Keyword: pornography, mass media, adolescent, behavior Abstrak perkembangan teknologi komunikasi fan informasi di satu sisi telah membawa dampak positif, namun di sisi lain juga membawa efek negatif pada perkembangan masyarakat khususnya remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya konten media yang mengandung unsur-unsur pornograpi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan pornograpi di media massa terhadapa perilaku ramaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Pekanbaru. Sampel dari penelitian ini adalah sebesar 102 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil koefisien regresi linear sederhana, diperoleh nilai koefisien regresi pada penelitian ini adalah Y = 2,877 + 0,612X. bilangan konstanta (a) sebesar 2,877 dan koefisien paparan pornografi di media massa sebesar 0,612 dengan t hitung 1,940 lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel 1,660 dan tingkat signifikansi 0,055 lebih kecil dibandingkan a = 0,05. Berdasarkan perhitungan statistik yang diperoleh, hipotesis untuk penelitian ini adalah Hₐ yaitu terdapat pengaruh antara paparan pornografi di media massa terhadap perilaku siswa SMP Negeri 25 Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil uji koefisien JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
181
determinasi diketahui bahwa besarnya pengaruh tersebut adalah sebesar 53,1% sisanya sebesar 44,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang dilihat dalam penelitian ini. Katakunci: pornografi, media massa, remaja, perilaku
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
182
nafsu
Latar Belakang Media
massa
saat
menampilkan
tayangan
menonjolkan
aspek
ini
banyak
yang
sangat
atau
memancing
hasrat-hasrat
seksual,
dan
dengan
birahi
erotisme,
sendirinya terlibat dalam perbuatan pomografi.
yang
Abad
20
diyakini sangat erat hubungannya dengan
pomografi
yang
meningkatnya
tahun 1950-an telah terjadi ledakan dalam
seksual.
pomografi
berbagai
Kemajuan
kasus
teknologi
kekerasan komunikasi
industri
Kecenderungan
hampir tidak ada kekuatan yang mampu
terjadinya
mengendalikan
disebabkan
melakukan
sensor
terhadap berita maupun hiburan termasuk
teknologi
berita atau tayangan yang termasuk dalam
Disamping
kategori pomografi.
pornografi
Pomografi
berasal
dari
kata
pornē
("prostitute atau pelacuran") dan graphein (tulisan).
Dalam
Encarta
adalah
segala
secara
material
baik
kabar,
tulisan,
foto,
menyebabkan
timbulnya
hasrat-hasrat
seksual.
atau
baru
film,
2004).
budaya
telah
pornografi, teknologi-
sebagai
sarana
distribusi.
patriarkhi,
maraknya
adalah
karena
dan
industrialisasi
unsur atas
pomografi ini (Supartiningsih, 2004).
Perkembangan komunikasi
di
surat
dampak
positif
munculnya
Pengertian
yang
juga
sisi
telah
pada
membawa
perkembangan
adalah
banyaknya
dalam
mengandung
erotik
satu
informasi
dan
membawa
perkembangan
kehidupan masyarakat Namun, di sisi lain
Britannica
pomografi
teknologi
yang
lain-lainnya,
atau
perilaku
sejak
menggambarkan
munculnya
remaja,
penggambaran
dan
peningkatan
sama dinyatakan pula dalam Encyclopedia (2004),
biasa,
Referency
sesuatu
berupa
proliferasi
(Supartiningsih,
ini
komersialisme
Library (Downs: 2005) dinyatakan bahwa pomografi
luar
pomografi
yang terjadi pada saat ini, mengakibatkan
atau
mencatat
efek
negatif
masyarakat
terutama
khususnya
disebabkan
konten
media
unsur-unsur
pada
oleh yang
pomografi.
patung-
Banyak orang khususnya orang tua. yang
patung, film, dan sebaginya, yang dapat
belum menyadari bahwa anak dan remaja
menimbulkan rangsangan seksual. Dengan
di
demikian,
dalam jumlah yang tidak bisa dibayangkan
buku-buku,
gambar,
gambar-gambar,
siapa tulisan,
mengumbar
aurat
pun atau
yang
menyajikan
tayangan
sehingga
yang
menimbulkan
dan
Indonesia
berpotensi
telah
terpapar
menimbulkan
pomografi
kerusakan
otak yang melebihi efek narkoba.
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
183
Pornografi di media adalah materi seks di
dengan
masa
media massa yang secara sengaja ditujukan
perkembangan
untuk
mernasuki
memhangkitkan
hasrat
Contoh-contoh pornografi di adalah gambar atau foto
seksual.
media massa wanita dengan
dewasa semua
usia
yang
mengalami
aspek/fungsi
dewasa.
untuk
Penggolongan
remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo, 2004)
terbagi
menjadi
tiga
tahap
yaitu
tidak berpakaian di
remaja awal (usia 13 — 14 tahun), remaja
sampul depan atau di bagian dalam majalah
tengah (usia 15 — 17 tahun), dan remaja
atau
akhir (usia 18 — 21 tahun).
berpakaian minim atau
media
cetak,
menggambarkan
kisah-kisah
yang
hubungan seks di dalam
bcrbagai media cetak, adegan seks di dalam film bioskop. Video atau Video Compact Disc (VCD), dan sebagainya.
bertujuan
merangsang
hasrat
terus
mengkonsumsi mungkin
menerus
pornografi,
ia
melakukan
Pada dasarnya sesuatu yang berbau pornografi
Bila remaja
akan
sangat
terdorong
hubungan
seks
untuk
pada
usia
terlalu dini, dan di luar ikatan pernikahan. Apalagi
pornografi
umumnya
tidak
seksual pembaca atau penonton. Karena
mengajarkan corak hubungan seks yang
itu
bertanggungjawah,
efek
yang
mcnyaksikan adalah
dirasakan
atau
orang
membaca
terbangkitnya
dorongan
yang
pomografi seksual.
mendorong
sehingga
perilaku
potensial
seks
yang
menghasilkan kehamilan
remaja.
Bila seseorang mengkonsumsi pornografi
kehamilan di luar nikah atau penyebaran
sesekali dampaknya mungkin tidak akan
penyakit yang menular melalui hubungan
terlalu
seks, seperti PMS"AIDS.
besar.
Yang
menjadi
masalah
adalah bila orang terdorong untuk terus menerus mengkonsumsi pomografi, yang mengakibatkan menyalurkan
dorongan hasrat
untuk
seksualnya
pun
menjadi besar. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan
adalah
dampak
pomografi
pada kalangan remaja. Menurut Rumini (2004) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak
Beberap para
penelitian menunjukkan
konsumen
mengalami sekali akan
hasil
efek
pornografi kecanduan.
menyukai merasakan
dalam
pornografi, kebutuhan
mencari
dan
pornografi.
Bahkan
pecandu
cenderung
pomografi
seseorang untuk
memperoleh Iebih
dari
akan
arti
terus materi
itu,
mengalami
proses peningkatan (eskalasi) kebutuhan.
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
si
184
Pada
tahun
Pengacara
1986,
Amerika
pomografi
Umum
remaja
menangani
tahun.
Komisi yang
Menyimpulkan
pomografi
telah
melahirkan
hubungan
kausal
dengan
tindakan
anti-sosial
kekerasan ini
seksual.
juga
Selanjutnya,
menyimpulkan
menurunnya
aksi
melahirkan
sejumlah
terhadap
pomografi
kekerasan,
agresi
yang
disertai
yang
2004)
(Soekanto,
Komisi
2005).
seksual,
dan
sangat
(Wirawan.
Selama
ini
sumber
massa
seksual
telah sebagai
yang
lebih
penting dibandingkan orang tua dan teman sebaya,
karena
media
gambaran
yang
keinginan
dan
remaja
(Brown.
2004).
Tayangan
(ASA)
sangat
bahwa
meningkatnya
menyatakan
umumnya
media
informasi
Aliansi
(2006)
dalam
remaja
menempatkan
menonjolkan
Indonesia
bisa
remaja
kausal.
Anak
gilirannya
berupa
mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Selamatkan
pada
reproduksi
akan dapat
karena
pranikah
kesehatan
Di Indonesia, pomografi telah menjadi umum
seksual
membahayakan
Fikawati, 2009).
sangat
17
aktifnya
ketidaktahuan
wanita adalah pemuas nafsu (Suprieti &
yang
sampai
makin
adanya
sikap negatif, seperti halnya mitos bahwa
hal
12
adalah
perilaku
bahwa
hubungan
berusia
Dampaknya
bahwa
tindakan-
yang
laki-laki
massa
lebih
memberikan
baik
mengenai
kebutuhan 2003
erat
dalam
media
aspek
seksualitas Wibowo,
massa
pornografi
diyakini
hubungannya berbagai
yang
dengan
kasus
kekerasan
tanpa
seksual
aturan yang jelas tentang pomografi, juga
Remaja
mencatat
kuat dari luar seperti film-film seks (blue
Indonesia
selain
menjadi
rekor
sebagai
negara
negara
kedua
yang terjadi pada remaja (Cerita Indonesia,
setelah Rusia yang paling rentan penetrasi
sinetron,
pornografi
terhadap
2004).
Saat
populasi
terbesar
pornografi.
(BKKBN,
dan
remaja
merupakan
godaan
dan
serta
pengamatan
yang
Menurut
Report
dalam
ASA
utama
pomografi
Internet.
anak-anak
ini
Final
on
menjadi
sasaran
Attorney
General's
Pornography
Indonesia
tabloid,
games,
(baik dan
2005)
(1986,
konsumen
dari lain-lain)
majalah, adalah
rangsangan
perbuatan
mengakibatkan semakin
bacaan
bergambar dari secara
seksual
pria,
langsung tidak
reaksi—reaksi
mengakibatkan
seksi,
kaum
memuncaknya
panasnya juga
Rangsangan
buku—buku
majalah—rnajalah
terhadap
tetapi
2001).
hanya atau seksual
kematangan
seksual yang lebih cepat pada diri anak
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
185
seksual
(Kartono, 2003). Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2010 merilis data bahwa 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan lagi. Hal tersebut diakibatkan besarnya rasa keingintahuan remaja SMP terhadap seks. Hasil lain dari survey yang dilakukan menunjukkan bahwa 93,7 persen siswa SMP
dan
ciuman,
SMA
21,2
pernah
persen
melakukan
remaja
SMP
dan
31,5
persen
melakukan
onani/manstrubasi. Dari 92 persen responden yang terangsang oleh pornografi sebesar 90,2 persen
terangsang
dalam
film.
karena
adegan
Pornografi
seks
menyebabkan
dorongan seksual tinggi pada responden remaja dan
laki-laki
sebesar
50,1
persen
pada perempuan sebesar 5,1 persen. Hasil
oleh
penelitian
Supriati
lain
dan
yang
dilakukan
Fikawati
(2009)
mengaku pernah aborsi, dan 97 persen
menunjukkan bahwa sejumlah 83,3 persen
remaja SMP dan SMA pernah melihat
remaja
SMPN
film pornon (Kompas, diakses 16 Januari
terpapar
oleh
2012).
terpapar sebanyak efek
Dampak menonton film yang bersifat pornografi
di
VCD
terhadap
perilaku
remaja dan anak-anak adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan. Peristiwa dalam
film
motivasi
dan
merangsang
kaum remaja dan anak-anak untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya, akibatnya remaja dan anak-anak menjadi semakin pesimis terhadap perilaku dan norma yang ada (Rosadi, 2001). Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Roviqoh
(2002)
melaporkan
bahwa
responden
yang
terangsang
setelah
menonton
tayangan
porno
sebesar
di
Kota
pornografi,
paparan
mengalami
Pontianak
telah
dan
yang
dari
79,5 persen mengalami
pornografi. efek
Remaja
paparan
yang
pornografi
sebanyak 19,8 persen berada pada tahap adiksi, dari remaja yang adiksi 69,2 persen berada pada tahap eskalasi 61,1persen berada pada tahap desensitisasi, dan dari yang desensititasi 31,8persen Faktor efek
berada
pada
dominanyang paparan
SMPN kelamin
di
tahap
act
berpengaruh
pornografi
pada
pada
Kota
Pontianak
(laki-laki),
kelas
remaja
adalah (tiga,
out.
jenis waktu
keterpaparan (baru) dan frekuensi paparan (sering). Dampak
negatif
dari
media
terutama
84,4 persen dan sebanyak 2,2 persen
pornografi merupakan hal yang serius untuk
berakhir
ditangani.
dengan
melakukan
hubungan
Makin
meningkatkanya
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
186
jumlah remaja yang terpapar pada unsur-
tersebut
unsur
pendidikan
pornografi
merupakan
suatu
masalah besar yang dapat berkontribusi terhadap
meningkatnya
jumlah
remaja
yang berperilaku seksual aktif. Semakin meningkatnya diakihatkan
prevalensi oleh
penyakit
yang
seksual
aktif
perilaku
pada remaja juga berpengaruh terhadap meningkatnya
permasalahan
pada
kesehatan reproduksi remaja. Sebagaimana dihadapi
kota
memasuki
jenjang
Menengah
Pertama
Sekolah
(SMP). Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah di uraikan di atas, tujuan dari penelitian
ini
pengaruh
paparan
massa
adalah
terhadap
untuk
mengetahui
pornografi perilaku
di
media
remaja
pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 25 kota pekanbaru.
fenomena
oleh
mereka
serupa besar
yang lainnya,
Pekanbaru juga menghadapi masalah yang sama. Perkembangan teknologi
yang
Tiajauan Pustaka Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan
manusia.
sangat pesat menjadikan remaja di Kota
Masa ini merupakan masa perubahan atau
pekanbaru
untuk
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
memiliki dan mengakses media baik cetak
dewasa yang meliputi perubahan biologik,
maupun elektronik. Kondisi ini membuat
peruhahan
remaja
sosial. Di sebagian besar masyarakat dan
memiliki
kemudahan
di
Kota
Pekanbaru
menghindar
dari
paparan
termasuk yang
kandungan biasanya
pornografi
tidak isi
media
budaya
masa
remaja
pomografi.
Remaja
dimulai
pada
usia
mengakses
berakhir
banyak
adalah
bisa
psikologik.
mereka
yang
baru
pada
(Notoatmodjo,
dengan remaja tahap awal dan menengah
merupakan
masa
yaitu
anak-anak
yang
hingga
14
(2004)
Menurut Masa
peralihan dimulai
tahun
remaja
antara saat
masa
terjadinya
mereka sedang memasuki masa pubertas
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun,
sehingga rasa ingin tahu mereka terhadap
yaitu masa menjelang dewasa muda.
seksualitas
sangat
usia
10
18-22
dan
kematangan seksual yaitu antara usia 11
yang
Pada
antara
tahun
tersebut
sesuatu
tahun.
berusia
10-13
umumnya
2007).
Soetjiningsih
yang
peruhahan
pada
usia
menginjak usia remaja atau disebut juga
mereka
dan
berhubungan tinggi.
Pada
dengan usia
Menurut
Widyastuti,
dkk
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
(2009) 187
berdasarkan
sifat
perkembangannya,
atau
masa
(rentang
ciri
perilaku
waktu)
menurut
remaja ada tiga tahap yaitu: a.
cirinya antara lain tampak dan memang lebih
sebaya,
tampak
bebas,
dekat dan
tampak
banyak
dengan
dan
teman
merasa
ingin
memang
lebih
memperhatikan
tuhuhnya
dan
mulai
keadaan
berpikir
b.
Masa
tengah
(13-15
tahun),
dengan ciri-ciri antara lain tampak dan
dengan
mencari
identitas
keinginan
untuk
ketertarikan
pada
pornografi
lukisan
bacaan
sengaja
yang
dirancang
untuk
:
(1)
tulisan birahi
untuk
(2)
dan
bahan
semata-mata
membangkitkan
nafsu
birahi/seks. Selanjutnya
Soebagijo
mengatakan
diri,
1.
ada
berkencan lawan
masyarakat, diantaranya:
dan
violent
pornografi
atau
jenis,
Sexually
2.
Nonviolent degradation,
menampakkan
kebebasan
teman
sebaya
memiliki
citra
peranan)
terhadap
diri, lebih
(gambaran,
dalam
domination,
perasaan
cinta,
humiliation.
di
keadaan, dapat
3.
memiliki
Nonviolent dimana
produk
adegan
hubungan
Menurut Soebagijo (dalam Supriyati & Fikawati,
perempuan.
bentuk
produk
seksual
atau
media yang
yang
segala
4.
tidak
kekerasan
dalam
terdapat
unsur
nondegrading
materials,
Nudity,
media
yang
seksual
ataupun
tanpa
pelecehan
yaitu materi
memuat unsur terhadap
pornografi
dalam
adalah
materi
bentuk fiksi.
bernuansa
mengeksploitasikan
unsur
and
kekerasan
adalah
Meskipun
dalamnya
Pornografi
pornografi
subordinaton
melecehkan perempuan.
kemampuan berpikir khayal atau abstrak
2008),
depiciling
materi seks yang disajikan akan tetapi
selektif,
dirinya,
materi
menyertakan
material
menguanakan
pengungkapan
yaitu
kekerasan.
cirinya
adalah
material, dengan
or
mewujudkan
sebagai
atau nafsu
Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri-
mencari
Indonesia
membangkitkan
timbul perasaan cinta yang mendalam. c.
bahasa
jenis muatan pornografi yang terdapat di
remaja
ingin
Sedangkan.
gambaran tingkah laku yang secara erotis
yang
khayal (abstrak).
manusia.
kamus
merumuskan
Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri-
merasa
seksual
5.
Child
pomogarafi
Pornography yang
menampilkan
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
anak188
anak dan remaja sebagai modelnya (dalam
Pornografi di Media Massa
Supriyati & Fikawati. 2009).
Media massa yang mengandung unsur
Media Massa Menurut Cangara. media adalah sarana atau
alat
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada
khalayak,
sedangkan
definisi
media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber
kepada
menggunakan
khalayak alat-alat
dengan komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio. dan
televisi
(Cangara.
2003).
Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bila media
massa
merupakan
media
yang digunakan dalam penyampaian pesan dari komunikator
kepada
khalayak
yang
berjumlah besar secara serempak. Media
massa
pada
pomografi
yang
dasarnya
dapat
dan
pemahaman
massa
dan
majalah.
dalam
mengenai
dapat
2007).
Soemirat,
dan
gaya
seks
hidup
terdapat remaja
juga
di
seksual.
seksual.
Seperti
bebas,
media
menjadi
kehidupan
yang
perlahan
pribadi
banyak
membentuk
yang
terobsesi
secara seksual. Menurut Armando (2004), yang
mengandung
jenis media
unsur
pornografi
adalah: 1) Media audio (dengar) seperti siaran radio.
lain yang dapat diakses di a.
lagu-lagu
intemet:
lagu-lagu
mengandung suara-suara
lirik yang
bunyi-bunyian atau yang
diasosiasikan
elektronik
media
yang mengandung
mesum,
dapat
dengan
kegiatan
seksual b.
massa adalah radio siaran dan televisi (Karlimah,
seks
kehidupan
media
yang rnemenuhi kriteria sebagai media
siaran
remaja,
Pesan-pesan
memenuhi
Sedangkan hentuk
banyak
telah menjadi sumber pembelajaran utama
kriteria sebagai media massa adalah surat kabar
ini
berkembang telah menjadi referensi pengetahuan
massa cetak dan media massa elektronik. massa
saat
kaset, CD, telepon, ragam
dibagi menjadi dua kategori. yakni media
Media
yang
Program atau
Komala,
radio
pendengar
dinuma
penyiar
berbicara
dengan
gaya mesum c.
d.
Jasa layanan pembicaraan dengan gaya mesum Dan sebagainya
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
189
2)
Media
audio-visual
b.
(pandang-dengar)
Gambar.
foto
layar
artis
lebar, video, laser disk. VCD, DVD,
yang
game
tarik seksual
seperti
audio
program
televisi,
komputer, visual
film
atau
ragam
media
lainnya
yang
dapat
c.
Film-film
yang
adegan
seks
artis
yang
tampil minim,
Adegan
d.
dengan
atau
tidak
seolah-olah
tidak)
pertunjukan
dimana
penyanyi,
penari
latar
musisi
atau
hadir
dan
majalah,
tabloid.
novel
populer, iklan
gerak
atau
yang
daya
tarik
komik
mengisahkan
atau
yang
menggambarkan
adegan seks dengan cara sedemikian
buku
(karya
buku
bilboard,
cerita.
sastra,
non-filtsi)
lukisan,
atau
menggambarkan
artikel
foto,
yang
aktivitas
seks
atau
yang
terperinci
memang dibuat dengan cara yang sedemikian merangsang
rupa hasrat
seksual. Perilaku Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa
yang
atau bahkan media permainan seperti kartun:
pembaca
cetak
dengan
Media visual (pandang) sepeni koran,
secara
media
menonjolkan
Fiksi
musik
membangkitkan syahwat penonton
Berita,
gaya
rupa sehingga membangkitkan hasrat
tampilan
a.
dengan
seksual
menampilkan
berpakaian
komik,
di
yang
mengandung
atau
(atau
3)
atau
menampilkan artis dengan gaya
berpakaian
b.
tampil
seks
dapat membangkitkan daya
lklan
diakses di intemet: a.
yang
adegan
untuk seksual
Indonesia
adalah
individu
yang
(sikap),
tidak
Menurut perilaku
tanggapan terwujud
saja
dapat
reaksi
dalam
gerakan
atau
ucapan.
badan
Raklimat
atau
(2003)
karakteristik
diklasifikasikan
dalam
3
komponen sebagai berikut: a)
Komponen
intelektual
yang
yang
kognitif,
yaitu
berkaitan
dengan
diketahui
Komponen
oleh
individu.
apa
yang
Ini
merupakan dipercayai
dapat
lain
yang
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
oleh berupa
pengetahuan, pandangan, keyakinan, hal
apa
manusia.
kognitif
representasi
aspek
atau
berhubungan
190
dengan bagaimana
orang
mempersepsi
hipotesis.
(Sobur, 2003). b)
dari faktor sosiopsikologis. Menurut Sobur
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(2003), komponen
Ho
Komponen afektif, yakni aspek
emosional
afektif merupakan
: Tidak terdapat pengaruh paparan
perasaan yang menyangkut aspek emosional
pornografi di media massa dengan
terhadap
perilaku
sebagai atau
objek.
Objek
sesuatu tidak,
yang
dirasakan
menyenangkan
berkualitas
balk
Komponen visional
yang
kebiasaan Sobur
konatif,
atau
kemauan
kecenderungan
Komponen
seseorang,
maupun
ini
berisi
atau
untuk
negatif.
tendensi bereaksi
untuk sesuatu
dengan cara tertentu.
Pertama
Sekolah
(SMP)
Negeri
: terdapat pengaruh paparan pornografi di
media
remaja
massa
Sekolah
dengan
perilaku
Menengah
Pertama
(SMP) Negeri 25 Kota Pekanbaru
bahwa adalah
tindakan
positif
Ha
bertindak.
konatif
pada
25 Kota Pekanbaru
dengan
mengatakan
komponen
bertindak
aspek
berhubungan
(2003)
baik
adalah
remaja
Menengah
atau
buruk, dan lain-lain. c)
kesimpulan dalam menerima dan menolak
Metode Penelitian Penelitian kuantitatif. yang suatu
ini
Riset
menggunakan kuantitatif
menggambarkan masalah
yang
atau
adalah
metode riset
menjelaskan
hasilnya
dapat
digeneralisasikan (Kriyantono, 2007).
Hipotesis
hipotesis diperlukan sejumlah data, baik
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Pekanbaru. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah karena SMPN 25 merupakan salah satu SMPN di Kota Pekanbaru yang memperoleh akreditasi A.
yang
Populasi dan Sampel
Hipotesis
merupakan
keterangan
sementara dari suatu fakta yang dapat diamati
(Nazir,
2005).
mendukung
bertentangan
dengan
Untuk
menguji
maupun
yang
hipotesis.
Data
tersebut akan diolah dengan teknik atau perhitungan
statistik,
guna
memperoleh
Menurut Singarimbun dan Effendy (2005) populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi bisa berupa orang, organisasi, kata-kata dan kalimat, simbol-simbol
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
191
nonverbal. surat kabar, radio, televisi, iklan, dan lainnyn (Kriyantono. 2007). Dari daftar SMPN di seluruh Kota Pekanbaru yaitu 36 SMPN yang tersebar dalam 12 kecamatan diambil secara acak I buah SMPN yang dianggap mewakili kriteria Sekolah dengan Akreditasi A. SMPN yang terpilih sebagai objek dalam penelitian ini adalah SMPN 25 kota Pekanbaru. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 25 Pekanbaru yang berjumlah 1019 orang.
Sampel
dari
penelitian
ini
dijelaskan
dalam tabel I berikut ini: Tabel 1 Sampel Siswa SMPN 25 Kota Pekanbaru NO
Kelas
Jumlah Siswa
Sample (10%)
1
VII
315
32
2
VII
361
36
3
IX
343
34
Total
1019
102
Sumber: Data Olahan, 2012 Mengingat besarnya jumlah populasi dalam
penelitian
ini
menggunakan
maka
sampel
mempermudah
pengamatan
peneliti
Daritabel
1
terlihat
bahwa
dari
untuk
keseluruhan jumlah siswa SMPN 25 Kota
objek
Pekanbaru
yaitu
sebanyak
1019.
(2007),
sampel
sebanyak
102
sampel adalah sebagian dari keseluruhan
persen.
Jumlah
sampel
objek atau fenomena yang akan diamati.
persen dianggap memadai (Rakhmat, 2009).
penelitian.
Menurut
Kriyantono
Jenis sampel yang akan digunakan dalam. penelitian
ini
adalah
stratified
sampling
atau sampling berstrata. Dalam teknik ini, populasi
dikelompokkan
kclompok
atau
kategori
ke
dalam
yang
disebut
strata. Strata ini bisa berupa usia, kota, jenis kclamin, agama, tingkat penghasilan. dan sebagainya (Kriyantono, 2007). Jenis proportional
stray
fed
sampling
dipilih
dalam penelitian ini. Dimana, setiap strata diambil jumlah yang proporsional dengan besar setiap strata adalah 10 persen.
siswa
Diambil atau
10
sebanyak
10
Hasil Dan Pembahasan Karakteristik Responden Karakteristik responden adalah merupakan ciri-ciri yang dimiliki responden pada penelitian ini. Dari segi karakteristik individual responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dari jumlah populasi 1019 siswa dengan sample Usia Responden penelitian
yang ini
terlihat
dalam
dikelompokkan
dalam
rentang usia 12 — 15 tahun. Responden dengan
usia
13
tahun
mendominasi
responden penelitian ini yaitu sejumlah 35 orang
dengan
Selanjutnya
persentase
usia
14
34,3
persen.
tahun
adalah
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
192
responden terhanyak kedua sebesar 34 orang atau 33.3 person label 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia 12 13 14 15 >15 Jumlah
Jumlah 16 35 34 16 1 102
Presentasi (%) 15,7 34,3 33,3 15,7 0,9 100
Sumber: Data yang Diolah, 2012 Jadi, dari kamkteristik usia
yang
dipaparkan pada table 5 dapat disimpulkan bahwa
responden
sebagain
besar
didominasi usia 13 dan 14 tahun. Rentang usia 13-14 tahun ini adalah merupakan rentang usia yang dominan pada siswasiswa sekolah menengah pertama seperti di SMPN 25 Kota Pekanbanru.
Dari
karakteristik
berdasarkan
jenis
perempuan
mendominasi
kelamin
ini
ternyata
dengan
besaran
57,8 person. Deskripsi Variabel X (Paparan Pornografi di Media Massa) Terpaan Pornografi di Media Tabel 7 menunjukkan tanggapan responden media.
terhadap
Ada
menyatakan
terpaan
52
orang
bahwa
pornografi responden
mereka
di yang
sangat
tidak
setuju sering melihat dan atau menonton, dari
atau
media
membaca massa.
seseorang
dapat
konten
pornografi
Pada
tanggapan
dikatan
sering
di ini
terpapar
konten pornografi jika lebih dari 3 ( tiga)
Jenis Kelamin
kali
Selanjutnya responden juga dikelompokkan bcrdasarkan jenis kelamin. Dan table 6 diketahui bahwa 102 siswa yang menjadi sample penelitian ini temyata siswa-siswa yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 43 orang atau sebesar 42.2 person. Responden yang berjenis kelamin peremptan ada sebanyak 59 orang atau sebesar 57,8 persen.
menonton,
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase (%)
Laki-Laki
43
42,2
Perempuan
59
57,8
Jumlah
102
100
dalam
seminggu dan
melihat
atau
dan
membaca
atau konten
pornografi di media massa. Pada poin satu ini skor yang diperoleh sebesar 35%. ini masuk pada kategori tidak setuju. Namun demikian ada satu orang responden yang menyatakan sangat setuju dan enam orang yang menyakatan setuju. label 7 Tanggapan Responden Terhadap Terpaan Pornografi di Media
Tabel 6 Karakteristik Responden Bersdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data yang Diolah. 2012
responden
N o
Pernyatan
1
Saya sering (lebih dari 3 kali dalam seminggu) atau menonton,
Jawaban S S R T ST S T S 1 6 1 30 52 3
Total
%
180
3 5
2
dan atau membaca konten pornografi di media massa Dalam sekali melihat, mendengar, dan atau membaca konten pornografi saya menghabisk an waktu paling sedikit 1 jam
Tabel 8 Tanggapan Responden Terhadap Isi Media No
1
3 1 29 57 2
168
3 2
1
2
Sumber: Data yang diolah, 2012
Selanjutnya
3
responden
menanggapi
tentang durasi waktu yang dihabiskan untuk
melihat,
membaca
mendengar,
konten
dan
pomografi
atau
4
dengan
menghabiskan waktu paling sedikit I jam. ada 57 orang responden yang menyatakan
5
sangal tidak setuju dan 29 orang lainnya menyatakan tidak setuju. 6
Jenis Media Pada responden
penelitian
juga
terhadap
isi
dilihat dari
tanggapan
media.
Dari
7
tabel 8 diketahui bahwa media yang selalu digunakan
untuk
melihat,
menonton
dan 8
mendengar
isinya
yang
pornografi
jika
dilihat
diperoleh
dari
masing-masing
dari
mengandung skor
yang
pertanyaan
masuk pada kategori kurang setuju (skor 41%) dan tidk setuju (skor 28% s/d 40%).
9
Jenis Media
Saya membaca tulisan melihat gambar pornografi di majalah Saya membaca tulisan melihat gambar pornografi di surat kabar Saya membaca tulisan dan melihat gambar pornografi di tabloid Saya membaca tulisan dan melihat gambar pornografi di komik Saya melihat adegan pornografi melalui foto/gambar Saya membaca cerita yang mengandung pornografi novel Saya menonton adegan pornografi di televisi Saya mendengar cerita yang mengandung pornografi di radio Saya menonton adegan pornografi di video/VCD/D VD
Jawaban s s j s t s j p 0 4 3 2 40 6 2
To tal
Skor (%)
208
40
0
7 1 2 57 8 0
159
31
0
3 9 2 67 3
152
30
0
9 2 2 50 2 1
193
38
1
5 2 2 41 9 5
208
41
0
4 1 1 67 5 6
160
31
1
1 1 2 50 0 5 6
192
38
0
5 1 1 75 2 0
151
30
0
4 1 1 65 6 7
163
32
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
194
10
11
12
Saya menonton adegan yang mengandung pornografi di games dan atau games online Saya mengakses konten pornografi di internet Sya melihat dan atau menonton gambar dan adegan pornografi di hanphone
1
197
8 2 2 46 0 7
38
terikat.
label
tanggapan
9
memperlihatkan
responden
terhadap
hasil
perilaku
remaja dari asperk ognitifnya. Dari table 2
145
8 3 9 81
1
184
8 1 1 57 8 8
tersebut
diketahui
membaca,
melihat
pornografi
di
bahwa
dengan
atau
menonton
massa
responden
28
36
dan
media
menjadi tahu berbagai macam perilaku seksual mendapatkan skor sebesar 48%, ini termasuk dalam kategori kurang setuju.
Sumber: Data yang Diolah. 2012
Dari
tabel
8
dapat dilihat bahwa walaupun setiap poin tanggapan berada
terhadap
pada
kurang
isi
kategori
setuju
Tabel 9 Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Remaja Aspek Kognitif
tersebut
media tidak
Pernyataan
1
Dengan membaca, melihat dan atau menonton pornografi di media massa saja menjadi tahu berbagai macam perilaku seksual Dengan membaca, melihat dan atau menonton pornografi di media massa saya menjadi memahami berbagai macam perilaku seksual
tersebut
setuju
diketahui
No
dan bahwa
responden pernah terpapar isi media yang mengandung
prnografi.
Skor
tertinggi
ada pada tanggapan no.5 yaitu 41 persen dimana
responden
setidaknya
pernah
terpapar isi media mengandung pornografi melalui foto atuapun gambar. Selanjutnya di
majalah
(skor
komik,VCD/DVD
40%),
mendapat
skor
televisi, yang
sama (skor 38%), dimana responden terpapar pomografi. Deskripsi Variabel Y (Peri laku Remaja) Aspek Kogaitif Aspek kognitif adalah merupakan sub indicator dari perilaku (remaja) pada peneltian ini yang merupakan varibel
2
Aspek memahami membaca,
Jawaban SS S R TS ST S 5 18 23 22 34
244
48
1 23 22 23 33
242
47
kognitif
dengan
perilaku melihat
Total Skor
dan
indicator
seksual atau
Skor (%)
dari
menonton
pornografi di media massa juga berada pada kategori kurang setuju yaitu dengan skor 47 persen. Dan jawaban responden
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
195
terlihat
bahwa
ada
satu
orang
pornografi
yang
di
menjawab sangat setuju dan 23 orang setuju.
massa 3
Aspek Afektif
varibel
Melihat,
0
menonton dan
Aspek afektif adalah indikator kedua dari
media
perilaku.
Hasil
di
41
155
30
massa
kategori kurang setuju (dengan skor 41%)
perasaan
ada
210
media
membuat
demikian
3
atau
bahwa skor yang diperoleh adalah pada
Namun
32
pornografi
angket terhadap responden maka diketahui
33%).
162
membaca
penyebaran
dan tidak setuju (dengan skor 30% s/d
4 1 22 63
saya senang 4
Saya
1
satu
merasa
orang responden yang menjawab sangat setuju
senang
1 1 30 43 26
setelah
bahwa
timbul
ataupun
keinginan
menonton
untuk
pomografi
melihat
melihat,
berulang
menonton, dan
kali. Dan juga ada satu orang responden yang
menyatakan
sangat
ataupun
menonton
melihat
setuju
atau
membaca
jika
pornografi di
pornografi
media
massa
membuat dia merasa terangsang. hal ini juga disetujui oleh 12 orang responden
Pernyataan
Saya
Jawaban S S R T ST S S S 0 4 1 24 59
menyukai
4 1 13 71 4
perilaku
Total
Skor
seksual
Skor
(%)
seperti yang
33
saya lihat,
168
5
baca
Sumber: Data yang Diolah, 2012
pornografi media
massa saya ingin berulangkali melihat, menonton atau
membaca
dan
atau tonton
dan bacaan
dan
0
melakukan
tanyangan
2
media
saya untuk
gambar,
di
di
mendorong
Tabel 10 Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Remaja Aspek Afektif
1
Pornografi
massa
lainnya.
No
5
1
5 1 19 64 3
166
32
Aspek Konatif Selanjutnya pada aspek konatif pada sub indikator yang menyatakan Setelah melihat, menonton, dan atau membaca pornografi di media massa membuat responden ingin mengkoleksi berbagai jenis pornografi di media massa menjadi koleksi pribadinya mendapatkan besaran nilai pada skor 28 persen. Hanya tiga orang yang menyatakan setuju dengan
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
196
pernyataan tersebut dan sebanyak 72 orang menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 11 Tanggapan Responden Terhadapa Perilaku Remaja Aspek Konotatif No
1
Pernyataan
Setelah melihat,
Jawaban S S R T ST S S S 3 5 21 73
Pada sub indikator kedua dari aspek konatif ini pemyataan Setelah melihat, menonton, dan atau membaca pornografi di
media
massa
membuat
responden
Total
Skor
Skor
(%)
sering menghayalkan adegan seperti yang
142
28
dilihat, tonton, dan dibacanya ternyata ada
0
satu orang responden yang menyatakan
menonton, dan
atau
sangat
setuju,
Sembilan
(9)
orang
membaca
menyatakan setuju, Sembilan belas orang
pornografi di media massa
menyatakan
ragu-ragu
dan
selebihnya
membuat saya
menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
ingin mengkoleksi
setuju. Sementara itu untuk sub indicator
berbagai jenis
ketiga
pornografi di media massa
dari
aspek
konatif
ini
yang
menyatakan responden pernah melakukan
menjadi
perilaku seksual seperti yang saya lihat,
koleksi pribadi saya 2
baca, dan tonton di media massa mendapat
Setelah
1 9 1 23 5 0
melihat,
185
36
tanggapan
9
menonton, dan
setuju
dari
empat
orang.
Namun skor yang diperoleh dari indicator
atau
ini hanya mendapat nilai 26 persen.
membaca pornografi di
Ujl Regresi linear Sederhana
media massa
Uji regresi linear sederhana yang telah
membuat saya
sering
dilakukan
dalam
penelitian
ini
dapat
menghayalkan
dilihat pada tabel 12 di bawah ini:
adegan seperti yang
saya
lihat,
tonton
Tabel 12 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
dan baca 3
Saya pernah
0 4 4 14 80
136
26
No
Variabel
melakukan perilaku seksual seperti yang
saya
lihat, baca dan tonton
di
media massa
Sumber: data olahan, 2013
Koefisen
T
T
Regresi
Hitung
Tabel
1
Konstanta
2,877
1,940
2
Paparan
0,612
10,632
pornografi
Sumber: Data yang Diolah, 2013
1,660
Signifikansi
0,055 0,000
Berdasarkan koefisien diperoleh
tabel
regresi nilai
12
terlihat
linear
hasil
sederhana,
koefisien
regresi
pada
ini
menunjukkan
pengertian
perilaku siswa (y) dipengaruhi sebesar 53.1 % oleh paparan pomografi di media
penelitian ini adalah Y = 2.877+ 0,612X.
massa
Bilangan konstanta (a) sebesar 2,877 dan
dijelaskan
koefisien paparan pomografi di media
penelitian ini.
massa sebesar 0.612 dengan t hitung 1,940
Kesimpulan
(x).
sedangkan oleh
faktor
tabel 1,660 dan tingkat signifikansi 0,055
ini
lebih
0.05.
dan
yang
menjadi
sumber
diperoleh. hipotesis untuk penelitian ini
mengenai
seks
adalah H. yaitu terdapat pengaruh antara
Pesan-pesan
kehidupan
paparan
gaya
seks
dibanding
Berdasarkan
perhitungan
pornografi
di
a
=
statistik
media
massa
telah
menjadi
hidup
terdapat
Kota Pekanbaru
remaja
Uji Koefisien Determinasi (R2)
secara seksual.
koefisien
determinasi
pada
lain
referensi
pemahaman
terhadap perilaku siswa SMP Negeri 25
Uji
sisanya
(44.9) di
luar
Pornografi di media massa pada saat
lebih besar jika dibandingkan dengan t
kecil
bahwa
di
Dari
remaja.
telah utama
kehidupan
seksual.
seksual,
seperti
yang
banyak
bebas.
media
perlahan
pribadi
hasil
juga
pembelajaran dan
menjadi
pengetahuan
yang
penelitian
terobsesi
yang
dipaparkan
ini:
paparan pornografi di media massa pada
Model
R
R Square
Model Sumamaryᵇ Adjusted R Std. Erro of Square
siswa-siswa Negeri Durbin
the Estimate
Watson
1
.728ᵃ
.531
.526
4.917
1.776
Sumber: Data yang Diolah, 2012
dapat
disimpulkan bahwa nilai R= 0,728 (R square)
(SMPN)
menunjukkan dipengaruhi media
25
bahwa oleh
massa
Menengah
sebesar
Pertama Pekanbaru
perilaku
paparan
bahwa
remaja
pornografi
53.1%,
di
sedangkan
sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang
Berdasarkan tabel model summary
koefisien determinasi
Sekolah
diketahui
telah
penelitian ini tampak pada tabel 13 berikut
Tabel 13 Hasil uji Koefisien Determinasi (R²)
sebelumnya
membentuk
dan
(adalah
sebesar 0 531 adalah pengkuadratan dari
tidak dilihat dalam penelitian ini. Daftar Pustaka Arikunto,
Suharsimi,
2005.
Maruyemen
Penelilian. Jakarta: Rineka Cipta
koefisien korelasi, atau 0,728x 0,728). Hal
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
198
Armando, Ade. 2004. Mengupas Batas
Kriyantono.
Pornografi.
Praktis
Jakarta:
Meneg
Riser
Pemberdayaan Perempuan
Kencana
Azwar, S., 2001. Sikap Manusia Teori dan
Lesmana,
Pengukuran.
Youakarta:
BKKBN.
2004.
Anak
Pornografi.
Diunduh
14
Pelajar.
Media
Indonesia
Rentan
Notoatmodjo,
2012
dari
don
1995.
Massa".
Ilmu
2007.
Teknik
Komutrikasi
Tjipta.
Pustaka
Januari
Rachmat.
"Pornografi
Jakarta:
2007.
dalam
Puspa
Promosi
Perilaku.
Jakarta:
Swara Kesehatan
Rineka
PATH.
pihp?aid=53 I.
Remaja:Membangun
Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian
Bermakna". Diunduh 14 Januari 2012 dari
Kuantitatif.
http://www.path.org.
Cangara,
Hailed.
Koniunikast
Prenada
2003.
Media
Pengantar
Jakarta:
Raja
Ilmu
Grafinso
"Kesehatan
Cipta
http://hqweb0 I . bkkbn . go. idfart icle_detail.
Jakarta:
1998.
Jakarta:
Reproduksi
Perubahan
Yang
Rosadi, I. 2001. "Hukum Islam rentang sewa
meryewakaset
video
compac
disk
Persada
(VCD) (Studi di rental VCD Kelurahan
Cerita Remaja Indonesia, 2001. Materi yang
Sukarame I Bandar Lammpung". Diunduh
menonjolkan
I4
14
Seks
di
Januari 2012
Media.
Diunduh
dari
Januari 2012
dari
http://digilib.gunadarma.ac.id/go.php?id=l
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/
aptiain-gdl-sl-2001-ismail-650-hukum.
mblmateriseksual.html
Rakhmat,
Dariyo,
Agues,
Perkembengan
2004.
Remaja".
"Psikologi Bogor:
Galia
Indonesia. Downs,
2005.
Komunikasi.
A.
Encarta
Microsoft
Psikologi
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
‘’Pornography".
Reference
Corporation.
Library All
rights
Anak
dan
Remaja".
Ulbert.
reserved. 1993-2004
Sosial.
Bandung:
Gujarati D. 2006. Ekonometrika Dasar. J
Press
akarta : Erlangga
Singarimbun,
K.,
2003.
Patologi
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
sosial.
Jakarta
:
Rineka
Cipta. Silalahi,
Kartono,
2003.
Rumini & Sundari, 2004. "Perkembangan Donald
Microsoft
Jalaluddin.
2006.
M.
Metode
Universitas
&
Penelitian Parahyangan
Effendi
S. 2005.
Metode Penelitian Survei Jakarta: LP3S Sobur,
Alex.
2003.
Psikologi
Umum.
Bandung: Pustaka Setia.
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
199
Soekanto.
S.
Supriati,
Euis
Angka". Diunduh 12 Januari 2012 dari
"Efek
Paparan
http://asa-
Remaja
SMP
Negeri
Kota
Pontianak
indonesia.comiasa/index.php?itemid=4
Tahun
2008’’,
dalam
Jurnal
Makara.
Soetjiningsih,
2004.
Sosial Humaniora, Vol. 13, No. 1 : 48-56.
Remaja
Permasalahannya.
dan
2005.
"Remaja
dalam
Tumbuhkembang Jakarta:
Sagung Seto Sugiyono,
2007.
Metode
Penelitian
2004.
Masalah Pornografi inplikasinya Susial
dalam
"Melacak
dan Pornoaksi
Terhadap Jurnal
Filsafat,
Sandra
Pornografi
Wibowo.
A.,
Reproduksi
Remaja
Keluarnya".
Fikawati,
2004. dan
Diunduh
2009.
Terhadap
"Permasalahan Alternatif
Jalan
Januari
2012
14
dari http://www.bkkbn.go.id.
Administrasi. Bandung: Alfabeta Supartiningsih.
&
Akar
Widyastuti,
serta
Reproduksi.
Yani.
dkk.
2009.
Yogyakarta:
Kesehatan Fitramay
Nilai-Nilai Jilid
36,
Nomor I, April 2004
JURNAL CHARTA HUMANIKA Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN 2354-6956
200