PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 6 KOTA MALANG TAHUN PELAJARAN 2012-2013 PADA MATERI REAKSI REDOKS Rudiyanto, Oktavia Sulistina, Darsono Sigit Universitas Negeri Malang Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRACT: Research purposes is to know: the implementation of method TPS; the influence of the learning method of TPS towards students’ achievement and learning activity; know the relationship between learning activity and learning results. The Data collected using the tests, observation, and analyzed statistically and descriptive. The result showed implementation type TPS goes well, No difference activity learning students between the class experimentation and class control; no difference achievement learning students between the class experimentation and class control; and there is a connection between learning activities with the learning outcomes of students in classroom experiments. ABSTRAK: Tujuan penelitian adalah mengetahui: keterlaksanaan penerapan model TPS; adanya perbedaan pengaruh model TPS pada prestasi dan aktivitas belajar siswa; dan hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi, dan dianalisis secara statistik dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan model TPS berlangsung baik; ada perbedaan aktivitas belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Kata kunci: model pembelajaran tipe tps, prestasi belajar, aktivitas belajar, zreaksi redoks.
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam paling penting yang berguna untuk mengetahui apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit yaitu materi reaksi redoks. Reaksi redoks merupakan salah satu konsep kimia bersifat abstrak dan berjenjang yang diperlukan dalam mempelajari konsep lebih kompleks seperti elektrokimia di kelas XII. Kesukaran siswa dalam mempelajari konsep dapat menimbulkan kesalahan konsep, mulai dari subbab perkembangan pengertian redoks hingga penentuan biloks siswa mengalami kesulitan (Astutik, 2010). Oleh karena itu pada proses pembelajaran materi redoks perlu ditekankan pemahaman teori-teori atau konsep yang menjadi dasar untuk memahami materi secara keseluruhan. Berdasarkan karakteristik materi reaksi redoks, maka praktek pembelajaran hendaknya menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi redoks adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat mengoptimalkan peran siswa dalam berinteraksi sosial dengan siswa yang lain maupun dengan guru, berkomunikasi secara ilmiah dalam suatu kegiatan diskusi, memupuk kerjasama tim, membangun rasa tanggung jawab, memecahkan masalah, dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep kimia (Ibrahim, 2010:80). Dalam penerapan pembelajaran
kooperatif siswa bisa berinteraksi dengan siswa yang lain untuk memperkuat ide yang dimiliki sehingga kesulitan dalam memahami konsep reaksi redoks bisa diminimalisir. Lokasi penelitian ini yaitu di SMAN 6 Kota Malang karena pembelajaran kimia umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa guru dan beberapa siswa yang dilakukan oleh peneliti selama berlangsungnya kegiatan PPL Universitas Negeri Malang 2012-2013. Proses pembelajaran yang berlangsung masih didominasi oleh guru. Saat peneliti menerapkan pembelajaran diskusi kelompok terdapat beberapa masalah diantaranya yaitu dalam bekerja kelompok yang berjumlah 4-5 orang terjadi keramaian yang mengakibatkan kelas menjadi kurang terkontrol serta pada saat berdiskusi hanya mengandalkan beberapa siswa saja dalam bekerja, yang mengakibatkan pembelajaran kurang kondusif. Hal ini menjadi dasar peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) sebagai berikut: 1) Siswa secara mandiri berpikir atau memecahkan masalah dengan tenang, kemudian berpasangan dan berbagi pemikiran atau solusi; 2) Setiap siswa disiapkan untuk kegiatan kolaboratif; bekerja dengan pasangan, mengumpulkan gagasan, dan berbagi pemikiran atau solusi mereka dengan seluruh rekan. Secara tidak langsung, teknik ini membiarkan kelompok belajar dari satu sama lain; 3) Pada tahap konstruksi pengetahuan, para siswa akan menemukan apa yang mereka lakukan; 4) Guru memiliki waktu untuk berpikir dengan baik dan lebih cenderung mendorong elaborasi jawaban asli dan mengajukan pertanyaan yang lebih kompleks; 5) Meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa karena mereka memiliki waktu yang cukup untuk mendiskusikan ide-ide mereka satu sama lain dan karena itu, tanggapan yang diterima lebih sering berupa intelektual singkat karena siswa memiliki kesempatan untuk merefleksikan ide-ide mereka; dan 6) Ada pergeseran positif dalam tingkat pemahaman, kesadaran dan penggunaan strategi pemahaman, aspek bahasa lisan dan sikap (Azlina, 2010:23). Berdasarkan kelebihan model pembelajaran TPS tersebut diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. oleh karena itu tujuan penelitian adalah mengetahui: keterlaksanaan penerapan model TPS; adanya perbedaan pengaruh model TPS pada prestasi dan aktivitas belajar siswa; dan hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa. METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2013. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimental semu dan deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 6 Kota Malang semester genap tahun pelajaran 2012-2013 dengan sampel dipilih menggunakan metode Purpose Cluster Sampling yaitu kelas X 1 sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dan X 3 sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Model pembelajaran konvensional kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pemberian materi oleh guru dengan cara ceramah kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Tahap selanjutnya guru meminta siswa latihan soal dan dibahas diakhir pertemuan. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu guru menyampaikan inti materi, dilanjutkan tahap berpikir (think): guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Pada tahap ini siswa diberikan permasalahan-permasalahan yang harus dipikirkan sebagai pengetahuan awal materi yang akan dipelajari. Tahap berpasangan (pair): guru meminta peserta didik untuk berpasangan guna mendiskusikan jawaban yang telah dipikirkan secara individu, sehingga bisa memperdalam makna dari jawaban tersebut. Hal ini bisa dijadikan tahap tukar pendapat antar siswa dalam satu kelompok. Tahap berbagi (share) merupakan tahapan diskusi kelas yang diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan. Pada tahap ini guru memberikan penguatan atas jawaban dari siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dan siswa bisa membangun pemahamannya sendiri dari tahapan-tahapan pembelajaran yang telah dilalui. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan (silabus, RPP, Handout, dan LKS) dan instrumen pengukuran (tes dan lembar observasi). Instrumen tes berupa soal obyektif berjumlah 20 soal dengan 5 alternatif jawaban, sebelum digunakan, soal tes dilakukan uji validitas, daya beda, taraf kesukaran, dan reliabilitas. Dari hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua soal dinyatakan valid dengan besar reliabilitas sebesar 0,763. Data primer dalam penelitian ini berupa data hasil tes prestasi belajar, hasil observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran TPS, dan hasil observasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data sekunder tersebut berupa nilai ujian dan nilai aktivitas belajar materi sebelumnya, yaitu pada materi elektrolit dan non elektrolit yang diperoleh dari guru SMAN 6 Malang. Analisis data keterlaksanaan model pembelajaran TPS secara deskriptif, data aktivitas belajar dan data prestasi belajar siswa dilakukan uji Mann Whitney U, dan data hubungan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar dilakukan uji korelasi Kendall’s tau-b pada signifikansi α = 0,05. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL Keterlaksanaan Model Pembelajaran TPS Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS dari pertemuan pertama sampai keenam berjalan dengan baik yang ditunjukkan oleh persentase keterlaksanaan dari pertemuan pertama sampai keenam berturut-turut 93,335%, 90%, 93,33%, 96,665%, 100%, dan 100% dengan rata-rata persentase 95,555%. Persentase keterlaksanaan tersebut menunjukkan adanya seberapa besar ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan setiap pertemuan berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap guru yang mengajar. Prestasi Belajar Siswa Uji hipotesis prestasi belajar siswa yang dilakukan dengan uji MannWhitney U menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,839 > 0,05 yang memiliki pengertian H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa yang dibelajarkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak berbeda dengan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional.
Aktivitas Belajar Siswa Uji hipotesis aktivitas belajar siswa yang dilakukan dengan uji MannWhitney U menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil uji Mann-Witney U 0,00 > 0,05 yang memiliki pengertian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ada perbedaan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis kelas eksperimen yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan penerapan model pembelajaran konvensional. Hubungan antara Aktivitas Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Uji hipotesis yang terakhir tentang hubungan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen nilai signifikansi sebesar 0,041 > 0,05. Hal membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar siswa. PEMBAHASAN Keterlaksanaan Model Pembelajaran TPS Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS dari pertemuan pertama sampai keenam berjalan dengan baik. Faktor pendukung keterlaksanaan pembelajaran pada penelitian ini antara lain, siswa yang antusias dalam mengikuti tahapan pembelajaran serta pengelolaan kelas yang cukup baik oleh guru. Sedangkan faktor penghambat keterlaksanaan pembelajaran pada penelitian ini antara lain: 1) Pada pertemuan awal siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dalam proses belajar mengajar; 2) Ada alokasi waktu yang kurang sesuai dengan bobot subbab yang diajarkan sehingga mengakibatkan tahapan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya; dan 3) Berdasarkan lembar observasi masih adanya beberapa siswa yang kurang fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan sekolah yang mengharuskan beberapa siswa meninggalkan kegiatan belajar mengajar dan beberapa siswa yang datang terlambat. Prestasi Belajar Siswa Uji hipotesis prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dibelajarkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak berbeda dengan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya kelompok yang terbentuk terlalu banyak, yang mengakibatkan tidak semua pertanyaan dalam kelompok dijawab oleh guru karena keterbatasan waktu, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak berdampak signifikan pada prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dikemukakan oleh Hartina (dalam Herjunanto, 2012:7) adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya yang rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Lie (2002:45), kekurangan dari TPS sebagai berikut: 1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor; 2) Lebih sedikit ide yang muncul; dan 3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Aktivitas Belajar Siswa Uji hipotesis aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ada perbedaan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis kelas eksperimen yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan penerapan model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan aktivitas belajar siswa pada penelitian ini sesuai dengan kelebihan model pembelajaran TPS yaitu sebagai berikut: 1) Siswa secara mandiri berpikir atau memecahkan masalah dengan tenang, kemudian berpasangan dan berbagi pemikiran atau solusi; 2) Setiap siswa disiapkan untuk kegiatan kolaboratif, bekerja dengan pasangan, mengumpulkan gagasan, dan berbagi pemikiran atau solusi mereka dengan seluruh rekan; 3) Meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa karena mereka memiliki waktu yang cukup untuk mendiskusikan ide-ide mereka satu sama lain dan karena itu, tanggapan yang diterima lebih sering berupa intelektual singkat karena siswa memiliki kesempatan untuk merefleksikan ide-ide mereka; dan 4) Ada pergeseran positif dalam aspek bahasa lisan dan sikap (Azlina, 2010:23). Keunggulan lain dari model pembelajaran TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa dan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok (Lie, 2002:45). Jadi bisa disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS bisa meningkatkan aktifitas belajar. Hubungan antara Aktivitas Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Uji hipotesis yang terakhir tentang hubungan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Gagne (dalam Suprijono, 2011:2) mengatakan bahwa “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Dari sini jelas bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar. Dari sini jelas bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar. Hal ini didukung oleh Travers (dalam Suprijono, 2011:2) mengatakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Model pembelajaran kooperatif disamping mengembangkan hasil belajar akademik, juga efektif untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa. Dengan adanya aktivitas belajar yang tinggi maka siswa diduga akan lebih siap dan sanggup untuk mengikuti pembelajaran dengan optimal, dan diharapkan akan mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah (Maryamah, 2011). PENUTUP Kesimpulan Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas X SMAN 6 Malang dengan materi pokok reaksi redoks telah berlangsung baik
sesuai RPP; (2) Ada perbedaan aktivitas belajar siswa kelas X SMAN 6 Kota Malang antara kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pembelajaran konvensional; (3) Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa kelas X SMAN X 6 Kota Malang antara kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pembelajaran konvensional; (4) Ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa di kelas X SMAN 6 Kota Malang pada kelas eksperimen dan tidak ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa di kelas X SMAN 6 Kota Malang pada kelas kontrol. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut: (1) Hasil penelitian di SMAN 6 Kota Malang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) baik digunakan untuk membelajarkan materi lain dalam pembelajaran kimia yang memiliki karakteristik serupa dengan reaksi redoks misalnya elektrokimia dan (2) Penelitian ini hanya mengkaji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar dan aktivitas belajar, sehingga perlu dikaji pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan variabel-variabel yang lainnya, misalnya pada motivasi belajar siswa, pemahaman konsep, kemampuan berdiskusi siswa, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. DAFTAR RUJUKAN Astutik, Trining Puji, 2010. Identifikasi konsep sukar dan kesalahan konsep reaksi redoks pasa siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi. (Online), (http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/ detail/identifikasi-konsep-sukar-dan-kesalahan-konsep-reaksi-redoks-pasasiswa-sma-laboratorium-universitas-negeri-malang-trining-puji-astutik46442.html), diakses tanggal 18 April 2013). Azlina, N.A.N. 2010. CETLs : Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Through the Use of Think-Pair-Share Techniques. IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 7. (Online), (www.IJCSI.org), diakses 11 April 2013. Herjunanto, Dhimas Luthfi. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Genuksuran Purwodadi Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.Skripsi.(Online), (http://repository.library.uksw. edu/handle/123456789/789), diakses tanggal 13 Maret 2013). Ibrahim, A. R. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Think Pair And Share pada Mata Kuliah Kimia Dasar 1. FORUM MIPA Universitas Sriwijaya Vol. 13 No. 2 Edisi Juli 2010. (Online), diakses tanggal 13 Maret 2013. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning “Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas”. Jakarta: PT Gramedia. Maryamah, Mimin. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Aktivitas
Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mojolaban Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis. (Online), (http://tp.pasca.uns.ac.id/?p=34), diakses 18 April 2013. Moehnilabib, dkk. 1997. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: UM Press & Lemlit. Sukmadinata, N.S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning “Teori & Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta: Pustaka Belajar.