LABORATORY DIAGNOSTIC HIV AND AIDS Prof. DR. Dr. Ratna Akbari Ganie, Ganie, SpPK,, FISH SpPK CLINICAL PATHOLOGY DEPARTMENT MEDICAL FACULTY USU / RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
Tujuan pemeriksaan Menegakkan diagnosis Menentukan angka kesakitan, kesakitan, infeksi HIV AIDS (surveillance) Mengamankan darah transfusi Transplantasi jaringan
WHO menentukan diagnosis HIV dan AIDS berdasarkan gejala klinis dan jenis tes pemeriksaan Gejala klinis HIV dan AIDS menurut tahapan dari WHO dimulai pada tahun 1990 kemudian diperbaharui bulan September 2005 Kondisi ini erat kaitannya dengan infeksi oportunistik.. oportunistik
Perkembangan HIV menurut WHO, dibagi dalam 4 stadium: Stadium I Infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS, pada tahap ini pengidap HIV tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi (serokonversi serokonversi)) Stadium II Termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang berulang,, pada fase ini belum nampak gejala tetapi virus tetap aktif
Stadium III Fase simptomatik, simptomatik, termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan sebulan,, infeksi bakteri parah, parah, dan tuberkulosis Stadium IV AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang 200
Struktur HIV
Fig 19.28, buku medical microbiology hal 243
HIV replication cycle
Patogenesis HIV/AIDS
Fig 19.33, hal 245, medical microbiology
Clinical features and progression of HIV infection
Beberapa tes HIV Pemeriksaan dasar: dasar: – FBC (full blood count) – Pem. Pem. fungsi hati – Pem Pem.. fungsi ginjal ginjal:: ureum dan kreatinin – Analisa urin – Pem. Pem. feses lengkap
Pemeriksaan penunjang – Tes antibodi terhadap HIV – Viral load – CD4/CD8
FULL BLOOD COUNT (FBC) Hb Eritrosit Hematokrit Leukosit Trombosit Hitung jenis – Neutrofil – Limfosit – Monosit – Eosinofil – Basofil LED
Ini sangat tergantung pada stadium HIV dan AIDS, sehingga diperlukan pemeriksaan yang lain sebagai pemeriksaan dasar
Tes antibodi terhadap HIV Tes menggunakan bahan whole blood Antibodi dihasilkan setelah seorang terinfeksi HIV lebih kurang 3-8 minggu Window period (tahap jendela jendela), ), dimana pada saat ini antibodi belum terdeteksi Pada tahap window period kemungkinan bisa dilakukan pemeriksaan antigen ataupun pemeriksaan viral load
Beberapa jenis tes antibodi HIV Rapid test ELISA Western Blotting
Rapid test Material provided: – SD BIOLINE HIVHIV-1/2 test device/ Multi Multi-device/strip/POCT – Optional: Lancet, alcohol swab and capillaru pipette (20 µl/drop) – Assay diluent
Test procedure I. Blood specimen (with a lancet): 1. Pierce with sterile lancet provided 2. Take a 20 µl capillary pipette provided, draw blood into the capillary pipette to black line 3. Add 20 µl of drawn blood into the sample well (s) 4. Add 4 drops of assay diluent into the sample well (s)
II. Blood (by venipucture), plasma or serum specimen 1. Add 10 µl of plasma or serum (20 (20 µl of blood) into the sample well (s) 2. Add 4 drops of assay diluent into the sample well (s)
ELISA
PEMERIKSAAN ELISA
Humoral component : Penderita HIV ( + ) membentuk antibodi antiantienvelope antibodi gp120, anti anti--p24 antibodi Metode pemeriksaan :- ELISA (KUANTITASI) - Rapid test (KUALITASI) HIV Antigen ELISA mendeteksi HIV core Antigen (p24) merupakan mayor antigen . HIV antibodi terhadap protein gp120 dan p24
Pemeriksaan antibodi → Induplo ( cek ulang dengan duplikasi ) untuk menghindari teknikal error dan false positif. Hasil : Reaktif → pemeriksaan konfirmasi menggunakan metode Western Blotting (Immunoblotting) . False positif jarang terjadi. Kekurangan : - Memerlukan waktu yang lama - Membutuhkan Staff yang terlatih - Memerlukan biaya yang relatif mahal
Western Blotting (Confirmation Test)
•Untuk tujuan surveilans, surveilans, reagen yang dipilih harus memiliki sensitivitas >99%, dan spesifisitas reagen berikutnya >98%, dan untuk reagen ketiga spesifisitas >95% Strategi III (Rapid Test) untuk pasien
asymptomatic •Semua regensia yang dipakai harus terdaftar di DepKes RI.
Tes HIV Viral Load PCR Metode PCR menyediakan suatu mekanisme untuk mendeteksi target organisme dengan konsentrasi yang sangat kecil dengan spesifisitas yang tinggi dan dibuat tiruannya berlipat ganda sehingga ada tidaknya virus dan bakteri spesifik serta mutasi materi genetik dapat dideteksi
Tahapan Proses PCR Pre – PCR : Preparasi reagensia Preparasi spesimen : isolasi isolasi// purifikasi DNA/ RNA PCR : proses amplifikasi Denaturasi (pemisahan rantai DNA) Annealing (penempelan (penempelan primer) Extension (pemanjangan (pemanjangan oleh enzim) enzim) Post – PCR : Deteksi// Analisa Hasil PCR Deteksi
Viral load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan dalam setiap mililiter darah Semakin banyak jumlah partikel virus HIV di dalam darah, semakin cepat selsel-sel CD4 dihancurkan dan semakin cepat pasien menuju ke arah AIDS
Viral load HIV dapat diukur dengan PCR, salah satu metode PCR yang digunakan saat ini adalah dengan COBAS AMPLICORTM Analyzer Process Steps Dalam proses amplifikasi target sekuen digandakan berulangberulang-ulang sehingga didapat jutaan kopi yang dinamakan amplikon. Hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai copies/mL atau dalam perhitungan matematik logaritma atau ‘log’
Misalnya hasil pasien X adalah 173.000 copies/mL=log 5,24 atau pelaporan dalam satuan International Unit= 88.230 IU/mL=log 4,946 Viral load (VL) menunjukkan tingginya replikasi HIV dan kecepatan penghancuran CD4 dan tinggi rendahnya VL menunjukkan cepatcepat-lambatnya perjalanan penyakit dan kematian
Pengukuran CD4+ Pengukuran cellular component : Target cell adalah T.helper (CD4+) Normal :CD4+ :65 % dan CD8+ : 35% dari total TT-cell Pada penderita AIDS konsentrasi CD4+ menurun secara drastis drastis.. Konsentrasi CD4+ dihubungkan dengan konsentrasi CD8 Menyebabkan rasio CD4+ / CD8 terbalik pada HIV / AIDS
TEKNIK PEMERIKSAAN CD4+ Cara Immunophenotyping menggunakan Flow Cytometri dan Cell sorter Prinsip : Menggabungkan kemampuan alat untuk mengindentifikasi karakteristik masing masing-masing permukaan cell dengan kemampuan memisahkan cell yang berada dalam suatu suspensi menurut karakteristik masing masing-masing dengan menggunakan satu atau lebih Probe yang sesuai secara automatis melalui suatu celah yang diteruskan oleh seberkas sinar laser.
Sinar laser
Cell
Sinyal elektronik detector cell
Detector → dicatat sebagai karakteristik cell yang bersangkutan → Identifikasi jenis cell → aktivitas cell → Jumlah cell dalam populasi campuran
Diagnosis HIV pada bayi Infeksi HIV dapat terjadi pada bayi selama kehamilan,, saat melahirkan, kehamilan melahirkan, dan waktu menyusui Hasil tes HIV positif pada seorang anak berusia 18 bulan ke atas berarti anak tersebut terinfeksi HIV Tes virus HIV (RNA virus) dengan alat PCR dapat dipakai untuk diagnosa HIV pada bayi
WHO mengusulkan Tes Viral Load untuk diagnosa infeksi HIV pada bayi sebaiknya dilakukan pada usia 6 minggu ke atas Untuk menghindari negatif palsu sebaiknya dilakukan dua tes virus untuk konfirmasi bahwa anak tidak terinfeksi Sebaiknya tes antibodi juga harus dilakukan setelah anak berusia 18 bulan sebagai konfirmasi ulang
Tes antibodi HIV yang positif pada anak berusia 18 bulan ke atas berarti anak terinfeksi HIV Tes PCR HIV yang negatif pada anak belum berusia enam minggu tidak meyakinkan bahwa anak tidak terinfeksi HIV Anak dengan tes PCR HIV negatif yang mengembangkan gejala penyakit terkait HIV sebaiknya dites PCR HIV ulang (Antiretroviral therapy of HIV infection in infants and children in resourceresource-limited setting setting,, WHO 2006 )
Untuk para klinisi dalam memantau progresivitas penyakit, diperlukan pemeriksaan : CD4 CD4+ (immunophenotyping) Viral Load (PCR)