EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERCOBAAN AWAL (STARTER EXPERIMENT APPROACH) PADA MATERI TEKANAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 13 MALANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Rizki Wahyu Prismayuda Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Proses pembelajaran IPA dimaksudkan sebagai sarana melatih peserta didik agar dapat menguasai pengetahuan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan yang dilakukan, serta memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif.Berdasarkan keterangan dari beberapa peserta didik SMP Negeri 13 Malang, diketahui bahwa selama ini mata pelajaran fisika masih dianggap paling sulit untuk dipelajari karena peserta didik kurang turut aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan di SMP Negeri 13 malang. Teknik cluster random sampling digunakan untuk memperoleh kelas VIII F sebagai kelas eksperimen yang melakukan pembelajaran dengan starter experiment approach sedangkan kelas VIII C sebagai kelas kontrol melakukan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sebelum hasil penelitian dianalisis dengan uji-t pihak kanan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji peningkatan hasil belajar diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar fisika peserta didik pada materi tekanan dengan pendekatan percobaan awal adalah 66,07 dengan gain sebesar 0,27 sedangkan rata-rata hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran konvensional adalah 60,09 dengan gain sebesar 0,17. Dari uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji-t dihasilkan 2,68 dengan . Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil belajar fisika dengan pendekatan percobaan awal pada materi tekanan efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 13 Malang tahun pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Starter Experiment Approach, hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan mencari tahu gejala-gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya menuntut penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran IPA dipandang penting untuk diajarkan karena berguna dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran IPA memiliki tujuan khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi (Depdiknas,2013). Dari uraian di atas tampak bahwa proses pembelajaran IPA (fisika) dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih peserta didik agar dapat menguasai pengetahuan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan yang dilakukan, serta memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Berdasarkan keterangan dari beberapa peserta didik SMP Negeri 13 Malang, diketahui bahwa selama ini mata pelajaran fisika masih dianggap paling sulit untuk dipelajari karena peserta didik tidak turut aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang digunakan masih menggunakan guru sebagai tokoh utama sekaligus satu-satunya pemberi informasi dalam proses
pembelajaran sedangkan tidak semua peserta didik memiliki buku paket sebagai pemberi informasi lain. Peserta didik hanya memperoleh informasi mengenai materi fisika dari apa yang telah dituliskan guru. Hal ini berdampak besar pada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Berkenaan dengan permasalahan tersebut, agar peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar fisika khususnya materi tekanan dapat dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Motivasi merupakan langkah awal dari proses pembelajaran yang penting karena motivasi mengarahkan tindakan yang akan dilakukan pada tahap-tahap proses pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu peneliti memilih Pendekatan Percobaan Awal (Starter Expriment Approach). Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) merupakan pembelajaran yang berangkat dari pengamatan dan biasanya mencakup berbagai strategi pembelajaran sehingga lebih memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk memahami konsep dan prinsip fisika. Menurut Benny Suprapto Brotosiswoyo (2000:1-9) dengan menggunakan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach), ada kecenderungan guru dapat memunculkan kemampuan dasar/umum fisika yang dimiliki peserta didik yakni metodologi, konseptual, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial melalui pengamatan langsung maupun tidak langsung, kesadaran tentang skala besaran (sense of scale), memahami bahasa simbolik matematis, memahami kerangka logika taat azas (logical self consistency) dari hukum alam, memahami interferensi logis, memahami hukum sebab akibat, merumuskan pemodelan matematis, serta membangun konsep. Oleh karena itu dengan menggunakan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) dalam proses pembelajaran dapat menciptakan outcome pendidikan yang berkualitas. Pembelajaran fisika dengan menggunakan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) dapat membantu memperjelas materi pelajaran fisika, sehingga lebih mudah diterima oleh peserta didik. Melalui pendekatan ini peserta didik diarahkan dalam pelaksanaan pengamatan dan percobaan sampai menemukan konsep. Metode Penelitian Desain Penelitian Desain eksprimen yang digunakan adalah Pretest-posstest Control Group (Arikunto, 2005:210) seperti berikut. Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen KELAS PRETEST PERLAKUAN POSTEST Eksperimen 53,275 Starter Experiment Approach 66,07692 Kontrol 51,707 Konvensional 60,09756 Keterangan: : Perlakuan terhadap kelas eksperimen dengan menggunakan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) : perlakuan terhadap kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional : pretest kelas eksperimen : pretest kelas kontrol : postest kelas eksperimen : postest kelas kontrol
Populasi dan Sampel penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 13 Malang tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari delapan kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII F yang berjumlah 40 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C berjumlah 41 peserta didik sebagai kelas kontrol. Instrumen Pengukuran Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes penguasaan konsep berupa pertanyaan terbuka (tes objektif) yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik. Instrumen tes berupa pertanyaan pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan mencakup materi KD 5.5 menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen penelitian sebelum diujikan harus diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak, diketahui analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Validitas dan Reabilitas Disusun berdasarkan indikator suatu kompetensi dasar. Arikunto (2006:59) menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas soal tes digunakan rumus korelasi point biserial, yang rumusnya sebagai berikut (Arikunto, 2006:170).
Selanjutnya nilai
dikonsultasikan dengan harga kritik Instrumen penelitian yang valid mempunyai antara 0,2-0,6 dengan taraf signifikan 0,05. Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keajegan atau kemantapan hasil dari hasil pengukuran terhadap hal yang sama. Hasil pengukuran ini diharapkan akan sama apabila pengukuran diulang. Untuk mengetahui reliabilitas tes objektif digunakan persamaan Kuder-Rihardson (KR20), yaitu (Sumarna Surapranata, 2004:114-115): pengukuran 0,644 dan termasuk dalam kriteria tinggi.
Besarnya reabilitas hasil
Teknik Analisis Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yakni data tahap awal dan data tahap akhir. Data tahap awal diperoleh dari nilai ulangan harian sebelum dikenai perlakuan dan data tahap akhir diperoleh setelah dikenai perlakuan. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol belum dikenai perlakuan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji chi-kuadrat dengan persamaan
diperoleh hasil
19,95 dan 18,31. Hal ini dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi mengikuti normal, sedangkan hasil perhitungan uji normalitas data akhir kelas kontrol didapat 9,34 dan 24,99. Hal ini dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan dengan persamaan
dengan hasil
0,40 dan 0,59. Hal ini dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi homogen. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan uji varians. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menghitung rata-rata ( ) 2) Menghitung varians ( ) dengan rumus:
3) Menghitung F dengan rumus:
4) Membandingkan dengan ½ (nb-1) (nk-1) dan dk = k-1 apabila maka data berdistribusi homogen. (Sudjana, 2002:250) Uji Hipotesis Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji pihak kanan) Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut.
<
Keterangan: : rata-rata kelas eksperimen : rata-rata kelas control Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus: dan
dengan (Arikunto, 2006:239-241) Keterangan: : skor rata-rata dari kelas eksperimen : skor rata-rata dari kelas kontrol : jumlah kelas eksperimen : jumlah kelas kontrol : varians kelas eksperimen :varians kelas kontrol : varians gabungan Maka, (2,68) > (1,99) berarti Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika peserta didik yang diajar melalui Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) lebih tinggi daripada hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan membandingkan hasil uji-t antara dengan dapat diketahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis penelitian hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian kesamaan hasil belajar menggunakan uji-t satu pihak.
Rumusan hipotesis nol (
) dan hiotesis alternatif (
) sebagai berikut.
H0 : Ada perbedaan yang signifikan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ha : Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil analisis uji kesamaan hasil belajar diperoleh harga 2,68 dan harga 1,99, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan pendekatan percobaan awal lebih tinggi daripada hasil belajar fisika peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penutup Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Perhitungan uji peningkatan hasil belajar peserta didik diketahui bahwa pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan pendekatan percobaan awal mempunyai ratarata hasil pretest sebesar 53,28 dan rata-rata hasil posttest sebesar 66,08 dengan gain 0,27, sedangkan kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan pembelejaran konvensional mempunyai rata-rata hasil pretest sebesar 51,71 dan rata-rata hasil posttest sebesar 60,10 dengan gain sebesar 0,17. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar fisika pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai hasil belajar fisika pada kelas kontrol. 2. Perhitungan uji-t didapat berarti Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain hasil belajar fisika kelas eksperimen lebih efektif daripada hasil belajar fisika kelas kontrol. Daftar Pustaka Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. 2005. Managemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Benny S. Brotosiswoyo. 2000. Pembelajaran MIPA diperguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Clark, D. 2000. Learning Domain or Bloom’s Taxonomy. [Online]. Tersedia: http://www.skagitwatershed.org/ donclark/hrd/bloom.html. [24 September 2013]. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. Ikip Semarang. Departemen Pendidikan Nasional, 2013. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Jakarta: Depdiknas. Djamara, Syaful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Handayanto, S.K. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang. Margono, S. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP, Jakarta: PPGSM, Dirjen Dikti, Depdiknas. Semiawan, Conny. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: PT. Gramedia. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta. Suratno. 2008. Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan SEA (Starter Exeriment Approach)di SMPN 2 Jember. [Online]. Tersedia: http://www.ipotes.wordpress.com/2008/05/24/pendekatan_starter-eksperimenpse/_pdf. [24 September 2013]. Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis Validitas, Reabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sukandi, Ujang. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online]. Terseddia: http://www.sunartobs.wordpress.com/2009/03/02. [19 Januari 2014]. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. 2005. Pengantar pendidikan, Jakarta.: PT. Rineka Cipta.