M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 1
TINGKAT KEPEDULIAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Rita Meutia
This research aimed to predict and to explain empirically about the level of awareness and social responsibility toward the corporate value on the manufacturing companies in NAD province. Three major manufacturing companies will be observed with staff and managers as the respondents. 60 questioners were distributed (each company got 20 questioners). The respond rate was 64 percent or 42 questioners were returned. The result shows significant relationship between level of awareness and social responsibility toward corporate value. Corporate value is measured with profitabilty instrument, the size of the company, corporate risk and price earning ratio. Level of awareness and social responsibilities are positively correlated with profitability,the size of the company and price earning ratio while negatively correlated with corporate risk. This research has limitation on internal and external validity, therefore further research is needed. The implication for further research is finding the new indicator in measuring level of awareness and social responsibility, since the existing indicators are explorative. Expanding the scope of research and addition of variables are needed to give better generalization and consistency of results. Keywords: Level of Awareness, Sosial Responsibility, Company Values
Rita Mutia adalah dosen Fakultas Ekonomi Syiah Kuala
1
21
2
Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis menuju arah globalisasi, dampak dari globalisasi tersebut mulai dirasakan oleh masyarakat. Dampak tersebut dapat berupa timbulnya polusi baik polusi udara maupun polusi air, semakin banyak kaum perempuan yang menduduki jabatan penting dalam perusahaan, tuntutan perlindungan konsumen, terdapatnya kaum minoritas (terutama pada perusahaan multinasional), dan lain sebagainya. Akibat dari globalisasi bisnis tersebut, muncul pula berbagai tuntutan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahan dapat dibagi menjadi dua; yaitu inside stakeholders dan outside stakeholders (Pearce & Robinson: 1997). Inside stakeholders (internal) adalah individu atau kelompok pemegang saham dan tenaga kerja. Outside stakeholders (eksternal) meliputi konsumen, pemasok, kreditur, pemerintah, serikat kerja, pesaing, dan masyarakat umum. Pihak eksternal ini merupakan pihak yang paling mendorong atau menekan perusahaan agar memperhatikan tanggung jawab sosialnya. Berbagai issu dari kelompok tersebut harus dipertimbangkan perusahaan dalam pembuatan strateginya. Tanggung jawab sosial muncul akibat adanya modernisasi sehingga dampak negatifnya tidak dapat ditolerir oleh masyarakat. Intervensi manusia pada keseimbangan alam dan sosial yang terlalu jauh sehingga membahayakan manusia dan lingkungan merupakan sesuatu yang mendorong timbulnya tuntutan terhadap tanggung jawab sosial (Sudibyo, 1990). Selain tuntutan dari masyarakat yang merasakan dampak negatif modernisasi, tekanan dari pemerintah juga berperan dalam mendorong perusahaan untuk memperhatikan tanggung jawab sosialnya. Tekanan pemerintah ini diwujudkan dalam berbagai peraturan dan undang-undang yang mengatur perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 148/SK/4/1985 pemerintah mewajibkan adanya pengamanan bahan beracun dan berbahaya di perusahaan industri. Pada bulan Juli 1990 pemerintah membentuk Badan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 3
Pengendalian Dampak Lingkungan melalui Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990. Berdasarkan PP No. 51/1993 pemerintah juga membentuk AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang mengharuskan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek (Satriago, 1996). Undang-undang No.3 tahun 1992 mengatur pemberian jaminan sosial yang diberikan kepada para. tenaga kerja (Nggao, 1996). Pada 15 Mei 1996, pemerintah menyatakan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional (GKUN). Gerakan ini dilakukan untuk membantu para pelaku ekonomi menengah ke bawah (Jebarus, 1996). Perdagangan yang jujur dan bertanggungjawab juga menjadi perhatian masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menerbitkan UU No.7 tahun 1996 yang mengatur perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab (Usahawan, 1997). Tanggung jawab sosial mulai dipertimbangkan oleh perusahaan karena hal tersebut dianggap dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosial akan mempengaruhi persepsi dan keputusan investor. Perhatian perusahaan pada tanggung jawab sosialnya dianggap dapat meningkatkan kepercayaan investor karena dapat mengurangi risiko investasi (Spicer, 1978). Investor akan melakukan investasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi nilai investasi. Perusahaan akan berusaha menyajikan kinerja yang baik terutama kinerja keuangan agar mempunyai nilai bagi investor. Investor yang rasional adalah investor yang dalam membuat keputusan, tindakan yang dipilih adalah yang menghasilkan expected utility tertinggi atau dengan kata lain investor yang rasional adalah yang menghindari risiko ( Scott, 1997). Investor yang menghindari risiko (risk-arverse investor) akan memilih return saham yang lebih tinggi daripada risikonya. Kinerja sosial perusahaan juga mempengaruhi keputusan investor (Spicer, 1978). Spicer
21
4
Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
menguji hubungan antara indeks kinerja polusi (yang mewakili salah satu item tanggung jawab sosial perusahaan) dan karakteristik perusahaan dalam industri kertas. Ia menyimpulkan bahwa pengendalian polusi bermanfaat untuk menilai risiko total dan risiko sistematis perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara indeks polusi dengan variabel ekonomi dan keuangan (profitabilitas, size, risiko total, risiko sistematis, price earning). Banyak penelitian yang menguji hubungan antara antara tanggung jawab sosial dengan keputusan investasi dan kinerja keuangan perusahaan. Shane dan Spicer (1983) menemukan bukti adanya hubungan yang signifikan antara laporan polusi perusahaan dengan return pasar yang lebih rendah. McGuire, Sundgren, dan Schneeweis (1988) menemukan adanya hubungan positif antara ROA dan aset total dengan tanggung jawab sosial. Modernisasi dan globalisasi bisnis sudah mulai berkembang di Indonesia. Munculnya peraturan pengelolaan lingkungan hidup dan ketenagakerjaan memberikan bukti adanya tekanan pemerintah untuk mendorong perusahaan memperhatikan lingkungan dan sosialnya. Seiring dengan kemajuan tersebut, pasar modal di Indonesia juga mengalami perkembangan. Berbagai penelitian seperti diuraikan sebelumnya, telah membuktikan adanya hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangan. Penelitian ini akan menguji kembali hasil penemuan tersebut di Indonesia. Khususnya pada perusahaan manufaktur di Provinsi NAD. Apakah tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan tersebut berhubungan dengan variabel-variabel yang mencerminkan nilai perusahaan? Secara khusus penelitian ini akan menguji hubungan antara tingkat kepedulian tanggung jawab sosial perusahaan dengan indikator ekonomi dan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan yaitu proftabilitas, ukuran perusahaan, risiko, dan rasio price earning. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah: Apakah ada hubungan antara tingkat kepedulian tanggung jawab sosial perusahaan dan indikator keuangan yang
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 5
mencerminkan nilai perusahaan?. Indikator ekonomi dan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi prolitabilitas, ukuran perusahaan, risiko, dan rasio price earning.
Tinjauan Pustaka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ada
saling
ketergantungan
antara
bisnis
dan
masyarakat.
Perusahaan dibentuk untuk menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan masyarakat. Tujuan tersebut menjadi suatu tanggung jawab yang penting bagi perusahaan. (Cannon, 1995). Bisnis hanya akan memberikan sumbangan
kepada
masyarakat
apabila
dijalankan
dengan
efisien,
menguntungkan, dan bertanggung jawab secara sosial. Jacquie L'Etang mengklasifikasikan tanggung jawab sosial menjadi tiga yaitu tanggung jawab langsung (direct reponsibility), tanggung jawab tak langsung (indirect responsibility), dan kedermawanan perusahaan (philanthropy corporate). Tanggung jawab langsung adalah tanggung jawab yang muncul secara langsung dari keberadaan perusahaan dan operasinya yang meliputi tangung jawab pada misi, budaya, tujuan perusahaan, dan aspek-aspek tenaga kerja. Tanggung jawab tak langsung adalah tanggung jawab perusahaan pada masyarakat yaitu tanggung jawab yang muncul dari posisi kekuatan perusahaan dalam masyarakat baik secara individual atau secara kolektif, dan kemampuannya untuk mempengaruhi pemerintah dan media. Jadi tanggung jawab tak langsung merupakan pihak-pihak luar (outside) yang
mengendalikan
aktivitas
perusahaan.
Kedermawanan
perusahaan adalah keinginan dari dalam perusahaan untuk menjadi perusahaan yang baik.
21
6
Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Alasan Munculnya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tekanan-tekanan dari outside stakeholders telah mendorong timbulnya perhatian perusahaan pada tanggung jawab sosialnya. Perusahaan yang ingin mencapai keunggulan dalam bersaing harus memberikan tanggapan proaktif terhadap issu-issu sosial agar mampu bertahan dalam jangka panjang. Pada industri modern, perusahaan yang egosentris akan hancur dalam jangka panjang (Morgan, 1986). Perusahaan yang egosentris membatasi dirinya dengan pengertian yang sempit sehingga tidak dapat proaktif dalam sistem. Modernisasi dan globalisasi menbuat dunia bisnis menjadi semakin kompleks. Dampak dari kompleksitas tersebut adalah meluasnya tanggung jawab perusahaan. Perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada inside stakeholcler, tetapi juga bertanggung jawab pada outsicle stakeholcler. Pentingnya perusahaan memperhatikan tanggung jawab sosial dapat dibahas melalui dua pendekatan yaitu pendekatan normatif dan pendekatan positif (Sudibyo,1990). Dari pendekatan normatif la menyimpulkan bahwa perusahaan seharusnya melakukan kewajiban sosial dan mempertanggungjawabkannya kepada publik. Sumber dari kewajiban pertanggungjawaban sosial berasal dari kontrak sosial (Ramanathan, 1976). Tipgos (1977) menyatakan bahwa perusahaan diciptakan oleh masyarakat melalui proses sosial. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial kepada entitas yang menciptakannya. Pendekatan positif memandang bagaimana perusahaan merespon issu-issu sosial yang muncul di sekitarnya. Masalah tanggung jawab sosial akan muncul pada saat suatu negara memasuki tingkat modernisasi sehingga dampak negatifnya bagi keseimbangan alam dan sosial tidak dapat ditolerir lagi oleh masyarakat. Respon perusahaan terhadap masalah sosial menentukan tingkat kepeduliannya terhadap issu tersebut. Perusahaarn yang tanggap akan masalah tersebut akan proaktif menanggapinya sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Penelitian-penelitian tentang tanggung jawab sosial perusahaan mulai dilakukan setelah munculnya issu-issu mengenai lingkungan. Tanggung jawab
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 7
terhadap lingkungan, banyaknya kaum wanita dan minoritas yang menjadi eksekutif, serta dukungan perusahaan terhadap aktifitas community merupakan faktor-faktor yang mencerminkan tingkat respon perusahaan secara sosial. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan modemisasi, serta globalisasi di Indonesia, kesadaran akan tanggung jawab sosial ini mulai diperhatikan oleh beberapa perusahaan, khususnya perusahaan yang mempunyai dampak sosial yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat mengenai dampak sosial modernisasi dan globalisasi semakin tinggi, sehingga perusahaan yang memperhatikan dampak sosial tersebut akan mendapat perhatian dan kepercayaan di mata masyarakat. Dengan demikian investor juga mulai tertarik untuk menanamkan investasinya pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai kinerja sosial perusahaan yang baik.
Kriteria Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Banyak kriteria yang digunakan dalam merumuskan tanggung jawab sosial perusahaan. Ernst & Ernst (1971) memberikan kriteria tangung jawab sosial perusahaan meliputi lingkungan, energi, praktik bisnis yang fair, sumber daya manusia,
community
involvement,
dan
produk.
Carroll
(1979)
mengelompokkannya menjadi consumerism, environment, discrimination, product safety, occupational safety, dan shareholders. Bradshaw dan Vogel (1981) mengelompokkannya menjadi energy and mineral resources, human resources, land resources, environment, protection, civic participation, dan consumer protection. Kraft (1995) memberikan kriteria tanggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut: community service welfare, constumerism ecology,
equal
opportunity,
legal/ethical
conduct,
public
image,
responsiveness. Herretnans, Akathaporn, dan Mclnries (1993) menggunakan survei tahunan Fortune untuk menilai tanggung jawab sosial perusahaan. Survei tersebut rnenggunakan 8 atribut yaitu kualitas manajemen, kualitas produk atau
21
8
Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
jasa, inovasi, nilai (value) sebagai investasi jangka panjang, kekuatan posisi finansial, kemampuan untuk menarik dan merpertahankan individu yang berpotensi,
tanggung
jawab
terhadap
komunitas
dan
lingkungan,
dan
kebijaksanaan dalam menggunakan aset perusahaan.
Tanggung Jawab Sosial dan Profitabilitas Beberapa literatur menyatakan prediksi yang bertentangan mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial dan profitabilitas. Kebijakan sosial yang proaktif membutuhkan manajemen yang unggul, sehingga perusahaan yang lebih bertanggung jawab cenderung mempunyai manajemen yang lebih baik, dan akhirnya menghasilkan kinerja ekonomi yang lebih baik (Moskowitz,1972; Bowman dan Haire, 1975; Alexander dan Bulchholz, 1978; Spicer, 1978). Riset empiris menunjukkan hubungan positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dan pengukur akuntansi untuk kinerja (Bragdon dan Marlin, 1972; Staw dan Szwaikowski, 1975; Parket dan Elbert, 1975; Bowman dan Haire, 1975; Sturdivant dan Ginter, 1977, Spicer, 1979, Cochran dan Week, 1984; Sturdivant et al, 1985; Wokutch dan Spencer, 1987). Namun ada juga penelitian yang tidak mendukung adanya hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja ekonomi yaitu hasil penelitian Chen dan Metcalf (1980); Aupperle et al (1985); Chakravarthy (1986). Norren (1988) menyimpulkan bahwa manajer perusahaan merupakan pihak yang paling etis, mereka akan dimotivasi secara intrinsik untuk memastikan bahwa perusahaan selalu menjaga tanggung jawab sosialnya. Apabila perusahaan melanggar atau mengabaikan tanggung jawab sosialnya, maka biaya yang dikeluarkan akan sangat tinggi. Secara rasional, manajer perusahaan adalah seseorang yang menghindari risiko (risk averse) sehingga memotivasinya untuk memastikan bahwa perusahaan selalu melakukan investasi dalam tanggung jawab sosialnya.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 9
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diturunkan hipotesis pertama, yaitu: H1:
Tingkat kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya berhubungan secara positif dengan profitabilitas.
Tanggung Jawab Sosial dan Ukuran Perusahaan Selama issu manajemen merupakan fungsi administratif atau fungsi staf, ukuran perusahaan mungkin juga mempengaruhi tingkat pengembangnya (Greening dan Gray: 1994). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan intensitas administratif (Rushing: 1966), diferensial structural (Blau dan Schoenherr: 1971; Kasarda: 1974), formalisasi (Hall, Hass, dan Johnson: 1967), aktifitas politik (Lenway dan Rehbein: 1991). Mc Guire, Sundgren, and Schneeweis (1988) memberikan bukti dari penelitiannya bahwa ROA dan total aset mempunyai hubungan yang positif dengan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang lebih besar mempunyai kemampuan untuk mengembangkan respon administratifnya pada tekanan lingkungan daripada perusahaan kecil. Menurut teori dependensi, perusahaan besar mempunyai sumber daya dan skala yang mencukupi untuk mengantisipasi tekanan lingkungan (Greening dan Gray: 1994). Oleh karena itu, perusahaan yang lebih besar akan mempunyai sumberdaya
yang
mencukupi
untuk
mewujudkan
tanggung
jawab
sosialnya, sehingga hipoteisis kedua dalam penelitian ini adalah: H2:
Tingkat kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya berhubungan secara positif dengan ukuran perusahaan.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan dan Persepsi Investor Investor diasumsikan dapat bertindak dengan kepentingan ekonomis ketika memilih berbagai alternatif investasi saham. Resiko muncul dari timbulnya
21
10 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
biaya tinggi akibat tindakan perusahaan yang merugikan (misalnya pelanggaran peraturan, komplain dari konsumen). Investor akan mencari return maksimum dan dividen dengan pilihan risikonya. Investor yang rasional adalah investor yang memilih tindakan yang dapat menghasilkan utilitas tertinggi yang diharapkan (Scott, 1997). Meningkatnya perhatian publik pada masalah sosial sebagai efek samping dari kegiatan perusahaan menghasilkan dua faktor penting dalam pembuatan keputusan investasi (Spicer, 1978). Pertama, bahwa perhatian publik terhadap efek samping kegiatan perusahaan mengarah pada meningkatnya sangsi pada tipe kegiatan perusahaan. Sangsi yang diterapkan pada kegiatan perusahaan dapat dilakukan oleh undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan hukum, dan tindakan konsumen. Faktor tersebut menyebabkan adanya hlubungan langsung antara tanggung jawab sosial perusahaan dan nilai sekuritasnya, sehingga investor akan mempertimbangkan pembuatan keputusan investasinya. Kedua, meningkatnya jumlah investor yang mempunyai dasar moral atau etika, sehingga mereka akan menghindari investasi dalam kelompok perusahaan tertentu. Longstreth dan Rosenbloom (1973) melakukan penelitian lapangan (field studies) yang meneliti apakah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mempengaruhi keputusan investor. Hasil penelitian Longstreth dan Rosenbloom menyebukan bahwa kira-kira 57% responden mengindikasikan bahwa mereka mempertimbangkan faktor sosial. Belkaoui (1976) menemukan bukti empiris bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan informasi pengendalian polusi dengan return saham. Ingram (1978) juga meneliti relevansi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada investor dengan menilai dampaknya pada return sekuritas. Hasilnya menyatakan bahwa pengungkapan informasi tanggung jawab sosial mempunyai kandungan informasi. John C Andersen dan Alan W Frankle (1980) meneliti apakah ada pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap pasar modal di Amerika. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial mempunyai kandungan informasi (information content) dan pasar mereaksinya dengan positif.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 11
Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah (Ullman: 1976; Alexander dan Buchhhol: 1978; Spicer, 1978a,b). Hasil penelitian Herremans, Akathaporn, dan McInnes (1993) juga menyatakan bahwa reputasi tanggung jawab sosial perusahaan dan risiko totalnya berhubungan secara negatif. Investasi yang berkesinambungan dalam tanggung jawab sosial dapat dipandang sebagai jaminan terhadap ketidakpastian. Jadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial yang lebih tinggi akan mempunyai risiko yang lebih rendah, sehingga hipotesis yang dapat diturunkan adalah: H3:
Tingkat kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya berhubungan secara negatif dengan risiko perusahaan.
H4:
Tingkat kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya berhubungan secara positif dengan rasio price earning
Metode Penelitian Pengumpulan Data Responden pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang ada di Provinsi NAD. Data tingkat kepedulian tanggung jawab sosial perusahaan diperoleh dari kuesioner yang dikirim ke masing-masing perusahaan. Kuesioner akan dikirim kepada manajer tingkat menengah dari perusahaan-perusahaan tersebut. Kuesioner akan dikirim melalui pos dengan disertai perangko balasan untuk mengirimkan jawaban kuesioner kepada peneliti. Apabila dalam waktu dua minggu, kuesioner belum dikembalikan, maka peneliti akan mengirimkan surat pada responden untuk mengingatkan kembali pengisian kuesioner. Data tentang indikator ekonomi dan keuangan yang berupa profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko, dan rasio price earning akan dieksplor dengan melakukan wawancara. Periode sampel untuk pengukur indikator ekonomi yang mencerminkan nilai
21
12 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
perusahaan adalah tahun 1997-1998 dengan alasan pada periode tersebut mulai banyak tekanan yang muncul tentang issu-issu dampak sosial perusahaan. Pengukuran Variabel Tingkat kepedulian tanggung jawab sosial mencerminkan seberapa besar perhatian perusahaan terhadap aspek-aspek sosialnya. Tingkat kepedulian tanggung jawab sosial perusahaan diukur menggunakan instrumen kuesioner dengan skala Likert 7 poin (sangat rendah sampai sangat tinggi). Intrumen diukur reliabilitas dan validitasnya dengan menggunakan koefisien Cronbach alpha dan korelasi product moment Pearson.
Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas diukur dengan rata-rata rasio income pemegang saham per tahun (earning per share).
Ukuran
perusahaan
mencerminkan
besarnya
asset yang
dimiliki
perusahaan. Ukuran perusahaan iukur dengan rata-rata logaritma natural dari besarnya asset total tahunan.
Risiko diukur dengan deviasi standar return saham periodic setiap perusahaan dalam periode sample.
Rasio price earning dihitung dari rata-rata price earning tahunan dalam periode sample.
Model Penelitian Model Penelitian digambarkan sebagai berikut:
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 13
(+ )
(+ )
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(-) (+ )
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Risiko Perusahaan Rasio Price Earning
Analisis Data
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis korelasi Person untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan setiap variable dalam penelitian. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini adalah staf dan manajer pada perusahaan besar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri dari tiga perusahaan besar, masing-masing PT Arun NGL Co, PT Pupuk Iskandar Muda, dan PT Semen Andalas Indonesia.
Responden terdiri dari Staf Administrasi, Staf
Operasional, Kepala Unit, Kepala Bagian/Divisi, dan Manajer. Telah dikirimkan 60 kuesioner (masing-masing perusahaan 20 kuesioner) kepada para reponden dengan tingkat pengembalian (respon rate) 42 kuesioner atau 64%. Tabel 1 berikut menggambarkan jabatan dan pendidikan terakhir responden. Tabel 1 : Karakteristik Responden Nama Perusahaan
Pengiriman Kuesioner
Respon Rate
Jabatan
21
Frek
Pendidikan
Frek
14 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005 PT. Arun NGL Co
20
12 (60%)
PT. Pupuk Iskandar Muda
20
16 (80%)
PT. Semen Andalas Indonesia
20
14 (70%)
Jumlah
60
42 (64%)
Staf Adm Staf Opr Kpl Unit Kpl Bidang/Dvs Manajer Jumlah Staf Adm Staf Opr Kpl Unit Kpl Bidang/Dvs Manajer Jumlah Staf Adm Staf Opr Kpl Unit Kpl Bidang/Dvs Manajer Jumlah
2 2 3 5 12 5 3 2 1 5 16 3 2 2 2 5 14 42
SLTA/Sdrj Diploma III Sarjana Pascasarjana
1 4 3 4
Jumlah SLTA/Sdrj Diploma III Sarjana Pascasarjana
12 2 5 6 3
Jumlah SLTA/Sdrj Diploma III Sarjana Pascasarjana
16 2 3 6 3
Jumlah
14 42
Sumber: Hasil Penelitian, September 2004 Dari tabel tersebut tergambar sebaran kuesioner telah sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya akan dilakukan uji kualitas data dengan melakukan pengujian reliabilitas data.
Pengujian Kualitas Data Untuk menguji kualitas data, telah dilakukan uji keandalan (uji reliabilitas) untuk melihat tingkat kekonsistenan responden dalam mengisi kuesioner. Pada penelitian ini didapat hasil uji reliabilitas untuk item pertanyaan Tingkat Kepedulian dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dikukur dengan 12 item pertanyaan
dengan
menggunakan
7
skala Likert.
Selanjutnya
variabel
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Risiko Perusahaan, dan Rasio Price Earning diukur dengan menggunakan data kualitatif dan kuantatif yang didapat dari infromasi Laporan Keuangan Perusahaan. Data sekunder yang didapat sangat terbatas hanya untuk tahun 2002. Hasil pengujian reliabilitas data dapat dilihat pada tabel 2. Dari hasil pengujian kualitas data tersebut, maka analisa lebih lanjut terhadap data yang
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 15
telah dikumpulkan dapat dilakukan. Analisa yang akan dilakukan adalah pengujian terhadap hipotesis yang telah ditetapkan pada awal penelitian. Pengujian hipotesis terdiri dari 4 (empat) hipotesis yang menyangkut variabel dependen berupa Tingkat Kepedulian dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan variabel independen berupa Nilai Perusahaan yang diukur dengan Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Risiko Perusahaan, dan Rasio Price Earning. Tabel 2 : Uji Reliabilitas Corrected ItemTotal Correlation
Variabel Independen (Variabel Bebas) • Profitabilitas • Ukuran Perusahaan • Risiko Perusahaan • Rasio Price Earning
85,39% 76,39% 48,09% 92,74%
Keterangan
84,99% (Item Delete) -
Dependen (Variabel Terikat) • Tingkat Kepedulian dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (12 item pertanyaan)
87,42%
Cronbach Alpha
87,42%
89,01% (Std Item Alpha)
Sumber: Hasil Penelitian, September 2004 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji hubungan antara masing-masing variable. Hubungan antara masing-masing variabel terlihat paa tabel 3 berikut ini. Tabel 3 : Hubungan Tingkat Kepedulian dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Nilai Perusahaan Variabel Dependen Tingkat
Variabel Indepeden Profitabilitas
21
Pearson Correlations 0,675
Signifikansi (1-tailed) 0,000
16 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Kepedulian dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Ukuran Perusahaan Risiko Perusahaan Rasio Price Earning
0,742 - 0,304 0,443
0,000 0,095 *) 0,042 *)
*) Sig 10% Sumber: Hasil Penelitian, September 2004 Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa semua variabel berhubungan signifikan. Tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan positif dengan profitabilitas, ukuran perusahaan, dan rasio price earning. Sementara tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan hubungan negatif dengan risiko perusahaan. Untuk menguji hipotesis 1 – 4 dilakukan teknik pengujian regresi linear sederhana. Tabel 4 berikut ini menggambarkan hasil pengujian regresi linear untuk masing-masing variabel. Tabel 4 : Pengujian Hipotesis Variabel Tingkat Kepedulian dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Profitabilitas Ukuran Perusahaan Risiko Perusahaan Rasio Price Earning Koefisien Korelasi (R) Koefisien Determinasi F – Hitung Sig. F *) sig 10%
Betha 3,231
0,012 0,023 - 1,307 0,034 : 0,623 : 0,384 : 3,023 : 0,016
Standar Error 1,023
0,501 0,324 1,432 0,223
t-hitung
Sig
5,221
0,000
5,367 5,976 3,887 4,031
0,000 0,000 0,087 *) 0,065 *)
Sumber: Hasil Penelitian, September, 2004 Dari table 4 terlihat bahwa secara parsial, variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, dan rasio price earning berhubung positif dan signifikan dengan tingkat kepedulian dan tanggung jawab perusahaan. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan, maka semakin
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 17
tinggi profitabilitas, ukuran perusahaan, dan rasio price earning. Sementara risiko perusahaan berhubungan negatif dengan tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan, ini berarti semakin tinggi tingkat kepedualian dan tanggung jawab sosial perusahaan maka semakin rendah risiko perusahaan. Dari perhitungan koefisien diterminasi diperoleh nilai sebesar 0,384, ini berarti tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan mampu dijelaskan oleh nilai perusahaan berupa profitablitas, ukuran perusahaan, risiko perusahaan, dan rasio price earning sebesar 38,4% sementara sisanya sebesar 61,6% dijelaskan oleh faktor lain.
Penutup Kesimpulan Dari hasil analisa data dapat disimpulkan, bahwa tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan dengan nilai perusahaan. Secara partial tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan positif dengan profitabilitas, ukuran perusahaan, dan rasio price earning. Sedangkan risiko perusahaan berhubungan negatif dengan tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan. Secara bersama-sama (simultan) tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan mampu menjelaskan 38,4% nilai perusahaan. Ini membuktikan bahwa hipotesis yang telah disusun sebelumnya dapat diterima. Secara ringkas hasil penelitian ini telah mampu menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu mengetahui tingkat kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Keterbatasan dan Rekomendasi Terlepas dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti berfikir, penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan dan kekurangan. Keterbatasan
21
18 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
tersebut baik yang melekat (controllable) maupun yang tidak melekat (uncontrollable) telah peneliti usahakan untuk ditekan seminimal mungkin. Keterbatasan tersebut terutama disebabkan penggunaan metode survey dan penggunaan kuesioner dengan self rating. Metode survey memiliki keterbatasan yang mengancam validitas internal dalam hal pengisian kuesioner. Penggunaan self rating juga menjadi kendali tersendiri, sehingga masing-masing responden bisa saja mempersepsikan lain untuk jawaban setiap item pertanyaan. Namun demikian kendala ini telah dicoba untuk ditekan dengan menciptakan kuesioner yang baik dan menarik dan menyederhanakan bahasa dalam kuesioner. Namun demikian usaha untuk perbaikan masih tetap harus dilakukan, utamanya bagi peneliti yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini. Keterbatasan lainnya, yaitu instrument yang digunakan masih bersifat eksploratif dengan menciptakan daftar pertanyaan sendiri, hal ini tentu saja akan mempengaruh validitas dan reliabilitas dari data yang dikumpulkan. Diharapkan pada penelitian berikutnya, instrument berupa daftar pertanyaan ini dapat diuji kembali kehandalan dan keabsahannya.
Daftar Pustaka Alexander, G. J. dan Bulchholz. "Corporate Social Responsibility and Stock Market Performance." Academy of Management Journal (1978): hal. 479-486. Andersen John C, dan Frankle Alan W. "Voluntary Social Reporting: An Iso Beta Portfolio Analysis." 772e Accounting Review (Juli 1980): hal. 467-479. Aupperle, K.E., Carrol, A.R., Archiee, B. dan Hatfield, J.D. "An Empirical Examination of the Relationship Between Corporate Social Responsibility and Profitability." Academy of Management Journal (1985): hal. 446-463'. Belkaoui, A. "The Impact of the Disclosure of the Environmental Effects of Organizational Behavior on the Market, Financial Management (Winter 1976): hal. 26-31.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 19
Blau, P., dan Schoenherr, R.777e Structure of'Organizations. New York: Basic Books, 1971. Bowman, E.H., dan Haire, M.A. "A Strategic Posture Toward CSR." California Management Review (1975): hal, 49-58. Bradshaw, T., dan David Vogel. Corporatin and 777eir Critics: Asues and Answer to the Problems of CSR. Me Graw- Hill Book Company, 1981. Bragdon, J.I1, dan Marlin, A.T. IS Pollution Profitable?" Risk Management (April 1972): hal. 9-18. Cannon, T. Corporate Responsibility. Terjemahan Felicia Gerda Najoan. Jakarta: PT-Elex Media Computindo, 1995. Carroll, A.B. "A Three-Dimensional Model of Corporate Performance." Academy of' Management Review 4 (Oktober 1979): hal. 497-505. Chen, K.H., dan Metcalf, R.W. "The Relayionship Between Pollution Control Records ang Financial Indicators Revisited." Accounting Review (1980): hal. 168-177. Greening, D.W., dan Gray, B. "Testing A Model of Organizational Response to Social and Political Issues."Academy of Management Journal 37 (1994): hal. 467-497. IJall, R., Hass, E., dan Johnson,N. "Organizational Size, Complexity, and Formalization."American Sociological Review 32 (1967): hal. 903912. Ingram, R.W. "Investigation of the Information Content of Certain Social Responsibility Discosure."Journal of Accounting Research (Auturn 1978): hal. 270-285. Kasarda, J. "The Structural Implicatons of Social System Size: A Three-level Analysis." American Sociological Review 39 (1974): hal. 19-28. Kraft, K.L, dan Anuson Singhapakdi. "The Relative Importance of Social Responsibility in Determining- Organizational Effestiveness; Student Responses I1." Journal of Business Ethics 14 (1995): hal. 315-326. L'Etang, J. "Ethical Corporate Social Responsibility: A Framework for Managers." Journal of Business Ethics 14 (1995): hat. 125-132.
21
20 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
McGuire, J.A., A. Sundgren, dan T. Schneeweis. "Corporate Social responsibility and Firm Financial Performance." Academy of Management Journal 31 (1988) hat. 854-872. Moskowitz, M.R. "Choosing Socialy Responsible Stocks." Business and Society Review 1 (1972): hat. 71-75. Norren, E. "The Economic of Ethics: A New Perspective on Agency Theory." Accounting, Organizations and .Society (1988): hat. 359-369. Roberts, R. W. "Determinants of Corporate Social responsibility Disclosure: An Aplication of Stakeholder Theory." Accounting, Organizations and-,Society 17 (1992): hat. 595-612. Rushing, W. "Organizational Rules and Surveillance: Propositions in Comparative Organization Analysis." Administrative Science Quarterly 10 (1966): hat 423-443. Satriago, Handry. Himpunan Istilah Lingkungan Untuk Manajemen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. Scott,
William R. Financial International, 1997.
Accounting
Theory.
Prentice
I-tall
Shane, P., dan B.Spicer. "Market Response to Environmental Information Produced Outside the Firm." The Accounting Review 58 (1983):hal. 521-538. Stow, B.M, dan Szwajkowski, E. "The Scarcity-Munificence Component of Organizational Environments and the Commission of Illegal Acts." Administrative Science Quarterly (September 1975):hal. 345-354. Sturdivant, F.D, dan Ginter, J.L. "Corporate Social Responsiveness." California Management Review (Spring 1977): hat. 30-39, Sudihyo, B. "Kemungkinan Pengembangan Akuntansi Pertanggungiawaban Sosial di Indonesia." Jurnal Ekonomi dan Risnis Indonesia No. l (Vol V 1990) hal. 21-37. Ullman, A.A.. "Data in Search of a Theory: A Critical Examination of the Relationship's Among Social Performance, Social Disclosure, and Economic Performance of U.S. Firms." Academy of Management Review 10 (1976):hal. 540-557.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 21
PERSEPSI SUPPLIER TERHADAP PENGADAAN BARANG PT. ARUN NGL. Co, LHOKSEUMAWE
Darmawati
This research study to regarding perception of supplier to purchasing of goods PT. Arun NGL. Co, Lhokseumawe. Its target is to know perception of supplier as a whole to policy’s and also regulations specified side of purchasing PT. Arun NGL. Co. Lhokseumawe in the case of execution of tender or levying of goods. Result of calculation of test of reliabilities able to measure reliability of used independent variable of analysis of rehabilitee with Cronbach Alpha, in the reality rely on pursuant to minimum coefficient above 0,50, Where price of alpha calculate for service 0,9766. Alpha for the stipulating of system of tender and determination of order purchase 0,9770, alpha for the mechanism of comparison of price equal to 0,9397, and policy of agreement price 0,9596 Keywords . Perception, Policy, and Regulation
Darmawati adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
21
21
22 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Pendahuluan Kabupaten Aceh Utara khususnya merupakan salah satu daerah berdirinya proyek-proyek vital yang sangat mendukung
dan mendorong perekonomian
masyarakat Aceh umumnya dan masyarakat Aceh Utara khususnya, sehingga kehadiran pemasok (supplier)
untuk pengadaan barang dan jasa-jasa lainnya
merupakan elemen penting yang harus diperhatikan oleh provit-provit tersebut. Dalam hal ini PT. Arun NGL Co mempunyai fungsi utama dapat menghindari terjadinya tingkat pengangguran yang tinggi karena banyak tenaga supplier yang bernaung dibawah provit tersebut, serta memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan supplier. Kehadiran supplier mempunyai dampak yang sangat positif terhadap perekonomian daerah karena dengan bertambahnya pendapatan supplier yang diterima dari PT. Arun NGL Co maka supplier mempunyai kewajiban yang harus dibayar kepada pemerintah daerah dalam bentuk penerimaan pajak. Berdasarkan Kepres No.42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa lainnya pada instansi pemerintah dan BUMN dimana menjadikan supplier sebagai mitra kerjanya, dan pelaksanaannya mengikuti aturan-aturan atau prosedur yang telah ditetapkan oleh instansi masing-masing. PT. Arun NGL Co merupakan salah satu proyek vital yang terbesar di Lhokseumawe, dimana perusahaan yang mempunyai kualifikasi pengadaan barang dan jasa-jasa lainnya sudah menjadi rekanan tetap pada Provit tersebut. Untuk itu kehadiran supplier sebagai mitra kerja dalam bidang pengadaan barang merupakan faktor penting yang seyogianya perlu dibina dan diperhatikan terhadap keberadaan mitranya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Anggaran yang dikeluarkan oleh PT. Arun NGL Co untuk pembelian barang sangat besar, itu terlihat dari jumlah rata-rata omzet yang diterima supplier per tahun mencapai 500 juta – 1 milyar per perusahaan dan bahkan sebagian lagi 1 milyar – 2 milyar. Pihak Purchasing PT Arun NGL Co dalam hal ini sebagai fasilitator supplier dalam pengadaan barang yang dibutuhkan oleh setiap departemen .
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 23
Jumlah perusahaan yang bergerak di bidang supplier yang terdaftar sebagai rekanan pada PT Arun NGL Co sejumlah 216 perusahaan yang terdari dari berbagai Klasifikasi dan Kualifikasi dengan rincian Kecil – 2 (K-2) sebanyak 189, Kecil – 1 (K-1) sebanyak 27 dan selebihnya golongan Menengah (M) dan Besar (B). Dalam segi pelayanan yang diberikan oleh PT.Arun NGL Co terhadap mitranya
selama ini dapat kita lihat bahwa dengan jumlah supplier
yang
terdaftar cukup banyak dan jadwal berkunjung tidak dibatasi artinya supplier bisa datang mulai hari senin sampai jumat dalam batas jam kerja karyawan, namun jumlah Badge yang disedikan untuk supplier sangat terbatas, hal ini mengakibatkan banyaknya vendor yang tidak bisa masuk dan menghabiskan waktu dengan sia-sia tanpa sampai tujuan walaupun jam dan waktu berkunjung mempunyai toleransi yang cukup besar. Dalam pelaksanaan tender untuk penawaran (Bid) Committee jumlah supplier yang diundang
Daily Purchasing
mencapai 10 supplier, sementara
untuk penawaran Low Value Tender committee (LVTC)
dan Purchasing
Committee (PC) yang diundang mencapai 17 – 20 supplier, hal ini adanya pemerataan Bid, akan tetapi peluang untuk
menang sangat tipis, namun biaya
yang timbul terhadap tender tersebut sangat besar yang diawali dengan pencarian harga, kertas Quotation dan materai, belum termasuk biaya transport dan lainlain yang merupakan biaya rutin yang harus dikeluarkan oleh supplier setiap hari. Dalam proses penawaranpun selama ini berlakunya peraturan dari pihak Manajemen Purchasing Committee dimana setiap penawaran akan dilakukan perbandingan harga (Compare price) oleh bagian kontrol harga (Price Control) yang disebut dengan CQS
(Compare Quotation Summery) artinya setiap
penawaran diundang perusahaan Wesco Singapore dan Wesco Amerika dimana kedua-duanya merupakan mitra PT Arun
Ngl Co. Dalam hal ini
pihak
Purchasing tidak bisa menentukan harga terendah (the lower price) sebagai
21
24 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
pemenang untuk penawaran lokal sebelum harga luar negeri (harga pembanding) masuk, (PP Guide No 0615– 05) Memperhatikan berbagai macam mekanisme dan peraturan yang diterapkan oleh Manajemen Purchasing PT. Arun NGL Co terhadap Supplier dalam hal pengadaan barang mulai dari penerapan sistim tender dan berlakunya sistem perbandingan harga ke luar negeri, kemudian penentuan Purchase Order maka dari analisa tersebut diatas peneliti mengarahkan kepada masalah, Apakah Supplier memiliki persepsi positif terhadap pengadaan barang pada PT.Arun NGL Co sebagai mitra kerjanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji Persepsi Supplier secara keseluruhan terhadap kebijakan dan peraturan-peraturan manajemen purchasing PT. Arun NGL Co dalam pelaksanaan tender terhadap supplier.
Landasan Teoritis Persepsi menjadi penting karena perilaku manusia selalu didasarkan pada realita dari apa yang selalu di tangkap oleh indranya, pengindraan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pada saat terciptanya persepsi. Robins (1996 : 124) mengatakan bahwa persepsi sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan kesan indra mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Kotler (2000: 173) mendefinisikan persepsi adalah suatu proses yang mana seorang memilih, Mengorganisasikan dan menginterprestasikan masukan informasi untuk memilih (membuat gambar dunia yang penuh arti).
Gibson
(1992) menggambarkan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu yang berbed-beda “melihat” barang yang sama dengan cara berbeda.Stevens (1997: 4)
mendefinisikan
Supplier adalah
perusahaan atau individu-individu yang memasok barang-barang dan atau jasajasa ke suatu Perusahaan
atau Instansi. Sedangkan Gaspersz (1994: 265)
menekankan definisi supplier (Pemasok) sebagai badan usaha yang kegiatan utamanya bergerak dibidang pengadaan barang-barang yang tidak hanya
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 25
menyangkut pemasok material dari luar, tetapi termasuk yang berada dalam pabrik yang memasok (work - in – process). Gaspersz (1994: 265) juga menegaskan hubungan Supplier (pemasok) dan Sistem Distribusi Inventori dengan suatu perusahaan (mitranya) dapat dibagi dalam dua golongan yaitu: Hubungan External (External Relationship) Pemasok luar (External Supplier) dapat dipandang sebagai perluasan dari pabrik, kerja sama yang erat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan, meminimumkan Investasi inventori dan meningkatkan efisiensi operasi manufakturing. Ada beberapa prinsip utama yang perlu diperhatikan dalam hubungan Supplier luar adalah: a. Supplier seharusnya diperlakukan sebagai mitra bisnis (pathners), dimana mereka seharusnya mengerti tentang kebutuhan – kebutuhan pabrik, diberikan informasi tentang kebutuhan yang akan datang, menghargai pentingnya kualitas, penyerahan tepat waktu. b. Filosofi Just-In-Time (JIT) mendorong komitmen hubungan jangka panjang dan lebih erat dengan lebih sedikit pemasok. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan mengundang Supplier untuk mengunjungi, mengamati operasi manufakturing, penggunaan material dan bekerja sama untuk mencapai manfaat bersama. c. Melakukan kontak langsung diantara orang-orang pabrik (Shop People) dan pemasok untuk mencegah masalah-masalah lebih lanjut. Dalam hal ini dapat membangun hubungan informal, misalnya dengan menggunakan saluran komunikasi melalui telepon , email atau alat lainnya.
Selanjutnya Kotler (2000 : 208) juga menyatakan khusus untuk specifikasi order untuk order rutin (Order Routin Specification) bahwa setelah diseleksi supplier, buyer melakukan negosiasi untuk final order, spesifikasi, quantity,
21
26 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
delivery time, discount, performance bond dan lain sebagainya. membuat suatu kontrak atau Price Agreement
Buyer akan
(A Blanket Contract) dengan
jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Dengan adanya Price Agreement, Purchasing dengan langsung dapat mengeluarkan Purchase Order (PO) sesuai dengan kebutuhan yang diinginkannya dalam jangka waktu yang relatif cepat. Peter Baily (1998 : 85) memberikan tanggapan bahwa terdapat tiga metode dasar
mengenai
penilaiaan
terhadap
berhubungan , Keputusan dapat diambil
kemampuan
supplier
yang
saling
berdasarkan prestasi (Performance),
Reputasi (Reputation) dan Kunjungan dan Penilaian (Visit and Appraisal).
Metode Penelitian Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis deskriptif. Adapun maksud analisis ini adalah untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik secara factual dan cermat. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data dalam studi ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengetahui jawaban yang solid mengenai persepsi supplier terhadap manajemen purchasing PT. Arun NGL Co, analisis pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Compare Means One-Sample T test. Pengujian hipotesis digunakan uji T, adapun syarat pererimaan hipotesis dilakukan dengan membandingkan T-hitung terhadap T-tabel pada level of significant 95% (alpha = 0,05).
Hasil Penelitian Variabel yang digunakan dalam analisis ini data berikutnya adalah berdasarkan data isian yang masuk dari responden. Tiap variabel disusun dari beberapa pertanyaan yang diperkirakan akan merupakan satu kesatuan yang membentuk variabel tersebut. Sebagai patokan kehandalan sautu angket (reability) dipakai koefisien minimum atau alpha sebesar 0,5 (Malhotra, 1996).
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 27
Analisis koefisien Cronbach alpha, yaitu suatu alat ukur yang banyak dipakai dalam ilmu sosial, yakni suatu indek beta dapat diandalkan (reliability test) skala yang dibuat. Berdasarkan output SPSS dapat dilihat bahwa nilai Cronbach alpha yang didapat cukup besar (mendekati 1). Pendapat di atas dapat diartikan bahwa suatu angket memenuhi reabilitas jika harga alpha hitung lebih besar dari alpha standard (0,5). Jika harga alpha hitung lebih kecil dari 0,5, maka angket di anggap tidak handal. Hasil analisis reabilitas di sajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 1 : Hasil Perhitungan Reliabilitas (n = 83) Persepsi Supplier terhadap Manajemen Purchasing 1 Pelayanan 2 Penetapan sistem tender dan penentuan purchase order 3 Mekanisme Perbandingan harga 4 Kebijakan price agreement Sumber : Hasil penelitian, 2004 No
Jumlah Variabel 8
Alpha
Keterangan
0,9766
Handal
18
0,9770
Handal
8 7
0,9397 0,9536
Handal Handal
Pada penelitian ini, uji reliabilitas alat ukur yang akan digunakan adalah dengan menggunakan cronbach alpha. Statistik ini berguna untuk mengetahui apakah pengukuran yang kita lakukan reliable. Jika nilai Cronbach alpha mendekati 1, ini menunjukkan bahwa pengukuran yang kita gunakan reliable atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada orang dan bentuk pertanyaan yang berbeda. Atau dengan kata lain Cronbach alpha menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada dalam penelitian ini, yang juga dapat dimungkinkan untuk mengukur objek yang sama dengan koefisien di atas. Berdasarkan angka-angka reliabilitas Cronbach alpha
tersebut tanpak
bahwa hampir seluruh pertanyaan yang ada membentuk ukuran yang reliable. Dari tabel di atas terlihat hasil perhitungan uji realibilitas yang dapat mengukur
21
28 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
keandalan dari variabel independen digunakan analisis reabilitas dengan Cronbach alpha, ternyata handal berdasarkan koefisien minimum di atas 0,50 (Nunnally, 1967). Di mana harga alpha hitung untuk pelayanan 0,9766. Alpha untuk penetapan sistem tender dan penentuan purchase order 0,9770, alpha untuk mekanisme perbandingan harga sebesar 0,9397, dan kebijakan price agreement 0,9596. Tabel 2 : Taraf Keberartian Persepsi Supplier Terhadap Pengadaan Barang PT. Arun NGL Co (n = 83) o 1 2 3 4
Persepsi Supplier terhadap Pengadaan Barang Pelayanan Penetapan sistem tender dan penentuan purchase order Mekanisme Perbandingan harga Kebijakan price agreement
Mean
T-hitung
T-tabel
Kesimpulan
3,944
40,414
1,96
3,379
36,769
1,96
3,587
60,429
1,96
3,955
54,785
1,96
Berpengaruh nyata Berpengaruh nyata Berpengaruh nyata Berpengaruh nyata
Sumber : Hasil penelitian, 2004 Untuk mengukur taraf keberartian persepsi responden terhadap manajemen purchasing PT. Arun NGL Co. Aceh Utara. Dengan progaram SPSS mean standard atau nilai patokan yang ditetapkan sama dengan 3,00 dan dianggap kurang setuju. Untuk melihat perbedaan rata-rata (diffreent mean) adalah nilai patokan dikurangi dengan nilai hasil olahan dari penelitian dengan progaram yang sama. Tabel 3 : Rata-rata taraf keberartian Persepsi Supplier (N = 83) Persepsi Supplier terhadap Manajemen Purchasing 1 Pelayanan 2 Penetapan system tender dan penentuan Perchase Order 3 Mekanisme Perbandingan harga 4 Kebijakan Price Agreement Sumber: Hasil Penelitian, 2004 No
Mean 3,93 3,25 3,78 3,95
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 29
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata jawaban responden adalah nilai kurang setuju yaitu 3,00. Untuk persepsi supplier nilai rata-rata responden terhadap pelayanan adalah 3,93, ini berarti jawaban tersebut mendekati nilai likert 4,00 yang berarti bahwa supplier tidak setuju terhadap manajemen purchasing PT. Arun NGL Co saat ini. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa supplier tidak setuju terhadap manajemen purchasing PT. Arun NGL Co dalam menetapkan mekanisme perbandingan harga, kebijakan price agreement dianggap tidak fair. Hal ini terlihat dari jawaban rata-rata untuk kedua variabel ini yaitu 3,78 dan 3,95 dimana keduanya mendekati angka likert 4,00. Khusus untuk variabel penetapan system tender dan penentuan purchase order, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,25, ini dapat kita artikan bahwa supplier masih bisa mentolerir kondisi system tender dan penentuan purchase order yang dijalankan manajemen saat ini. Hal ini dapat dimaklumi karena kalau system tender ini dilakukan secara terbuka, maka supplier lokal tidak akan mampu bersaing secara sehat. Namun perlu diingat bahwa hampir kebanyakan dari supplier berskala menengah dan besar (M1 dan M2) sangat menghendaki system tender dilakukan secara terbuka. Dari hasil perhitungan uji t dengan menggunakan SPSS diperoleh mean persepsi menyeluruh sebesar 3,716. Sedangkan harga mean standar dikatakan persepsi positif yaitu sebesar 3,00. Jika harga mean penelitian menyeluruh dibandingkan dengan harga mean standard ternyata harga mean penelitian lebih besar dari harga mean standar dan hasil pengolahan data. Artinya hasil penelitian jauh lebih baik dari harga patokan. Untuk menguji kehandalan dari mean penelitian, maka digunkan uji t. dari hasil perhitungan ternyata besarnya kehandalan dari mean pelayanan yaitu 3,93, besarnya kehandalan dari mean penerapan sistem tender dan penetapan purchase
21
30 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
order 3,25. Besarnya kehadalan dari mean mekanisme perbandingan harga sebesar 3,78 dan nilai kehandalan dari kebijakan price agreement yaitu 3,95. Sebagai pembanding dari kehandalan mean keseluruhan dari penelitian, maka diambil titik acuan t-tabel pada taraf signifikan alpha 5% (0,05) yaitu sebesar 1,96. Dengan demikian harga t-hitung lebih besar t-tabel pada taraf signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan terjadi penerimaan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan supplier memiliki persepsi negatif terhadap kebijakan dan peraturan pengadaan barang yang ditetapkan oleh pihak purchasing PT. Arun NGL Co.
Daftar Pustaka Baily Peter dan Famer Vavid (1998), Purchasing Principle and Management, Fourth Edition The Pitman Press United Kingdom. Gasperz Vincent (1994), Production Planing and Inventory Control, by PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hamilton Alexander (1992), Annual Of Purchasing Policies and Procedures, New York. Kadarman (2001), Manajemen, PT Binarupa Aksara, Jakarta. Kotler Philip (2000), Marketing Management, The Millenium Edition Philipe Prentice Hall. Malhotra N.K (1996), Marketing Research: an Applied Orientation. 2nd Ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Manullang (1996), Pengantar Manajemen, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Santoso Singgih, dan Tjiptono Fandy (2001), Riset Pemasaran, (Konsep dan Aplikasi dengan SPSS) Oleh PT. Elex Media Komputindo. Stephen P. Robbins (1996), Perilaku Organisasi, Jilid I, By PT. Prenhallindo Jakarta. Stevens J.M. and Grant J.P. (1994), The Purchasing Marketing Interface, Associated Bissiness Prigrames, London.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 31
KETERKAITAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS TENAGA KERJA
Rusydi Abubakar
This research aim to know and analyze how sliver related of training and education to strategy development of labor quality. In its analysis more conducted with bibliography study and is conceptual. Problem of training and education of course is not problem trifles, of course become very absolute matter which really have to be paid attention and careful seriously, because representing the part of strategy development of labor quality which is have estuary to human resource strategy where its nucleus; core draw up reliable labor in order to attainment of organizational target or company. The yield of study indicate that training and education in internal context very be of benefit to company or organization, because with this training and education employees, staff member or can improve the quality, so that can do work or duty given by company. Keywords : Education, Training, Development of Quality
Rusydi Abubakar adalah benar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
31
21
32 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Pendahuluan Strategi pengembangan kualitas tenaga kerja
pada intinya merupakan
strategi pengembangan sumber daya manusia untuk memberdayakan para pekerja agar dapat mengerjakan pekerjaannya secara paripurna atau mendekati keparipurnaan. Ia merupakan kebijakan yang sangat strategis, terutama bila dikaitkan dengan upaya menghadapi tantangan era globalisasi yang sangat ramai diwarnai dengan berbagai persaingan yang ketat. Batas-batas suatu negara sekarang ini menjadi tidak jelas, tuntutan untuk mewujudkan kualitas produk dan jasa yang bersaing ini, secara faktual akan menguras sumber daya manusia yang dimiliki. Sementara itu untuk tetap eksis, sebuah organisasi atau perusahaan harus secepatnya menerapkan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja yang optimal dapat dicapai melalui penerapan strategi pengembangan sumber daya manusia dengan memperhatikan secara serius penanganan pada kualitas tenaga kerja. Berdasarkan
pengalaman
organisasi-organisasi
atau
perusahaan-
perusahaan besar seperti Green Peace, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup), General Motors,
KIA Motors, Hyundai, Exxon-Mobil, Caltex, dan lain-lain,
dimana mereka melakukan investasi di bidang sumber daya manusia. Prioritas ini sangat logis terutama karena manusia, dalam hal ini adalah tenaga kerja, memiliki kemampuan untuk berfikir secara rasional sehingga dapat mengembangkan kualitas dirinya kearah yang lebih optimal, disamping itu si tenaga kerja juga memiliki kemampuan menghadapi dan mengantisipasi berbagai kemungkinan ancaman terhadap kelangsungan hidup suatu organisasi atau perusahaan, bertahan terhadap persaingan dan sekaligus mampu mengelola dan mengolah sumber daya yang dimiliki. Keberhasilan investasi di bidang sumber daya manusia telah dibuktikan oleh organisasi dan perusahaan besar di atas sehingga mampu menyadarkan banyak pihak tentang arti strategis dari pengembangan sumber daya manusia dalam mengantarkan organisasi atau perusahaan tersebut pada kemajuan yang kini mereka rasakan.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 33
Kunci keberhasilan investasi di bidang sumber daya manusia oleh organisasi atau perusahaan ini adalah terletak pada kemampuan mereka meningkatkan kualitas para pegawai atau tenaga kerjanya melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan (diklat). Kita menyadari bahwa selama ini pendidikan formal di berbagai negara berkembang masih belum digarap secara optimal. Akibatnya sektor Pendidikan bukan saja belum mampu sepenuhnya melahirkan lulusan-lulusan yang bermutu tinggi pada semua tingkatan, tetapi juga program Pendidikan belum sepenuhnya menjawab kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas yang tersedia di pasar tenaga kerja. Ini berarti bahwa ijazah formal belum begitu significant dalam mengantarkan para tenaga kerja menjadi tenaga kerja yang benar-benar professional tanpa on the job training dan program pengembangan sumber daya manusia pada lembaga yang terkait. Menyadari kondisi yang demikian, pada tingkat mikro, baik itu organisasi pemerintahan atau Ornop (Organisasi Non Pemerintah) maupun swasta yang bergerak di bidang industri dan jasa, dalam rangka meningkatkan kualitas pegawai atau
tenaga
kerjanya
sehingga
lebih
professional
adalah
dengan
menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan, dimana di dalam suatu perusahaan, program ini diperuntukkan bagi setiap tenaga kerja, baik tenaga kerja baru maupun lama. Ini berarti bahwa organisasi atau perusahaan dapat berharap memperoleh hasil yang maksimal apabila tenaga kerja yang berada di dalamnya memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik. Dengan demikian, mengikutsertakan tenaga kerja dalam program pendidikan dan pelatihan mempunyai keterkaitan yang erat dengan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja. Dalam organisasi yang berorientasi kepada profit, strategi pengembangan tenaga kerja sangat diperlukan karena melalui strategi ini organisasi dapat memacu tenaga kerja untuk memiliki kemampuan,
21
34 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
keterampilan dan keahlian pada bidangnya masing-masing sehingga organisasi tersebut dapat menghasilkan output yang sesuai dengan keinginan organisasi dan ini otomatis daapat meningkatkan pertumbuhan organisasi tersebut. Dengan adanya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan oleh organisasi atau perusahaan maka ability atau kemampuan tenaga kerja dapat dikembangkan, khususnya kemampuan yang diperlukan oleh organisasi atau perusahaan tersebut. Untuk itu, pendidikan dan pelatihan menjadi faktor penentu dalam strategi pengembangan kualitas tenaga kerja. Karena dengan diklat inilah diharapkan organisasi atau perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia mereka. Penekanan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas sekarang, sedangkan pengembangan menekankan peningkatan kemampuan melaksanakan tugas baru dimasa depan. Akan tetapi karena keterkaitan keduanya sangat erat, perbedaaan aksentuasi tersebut bukanlah hal yang perlu ditonjolkan meskipun perlu mendapat perhatian. Dengan kata lain, pelatihan adalaah suatu bentuk investasi jangka pendek sedangkan pengembangan merupakan investasi sumber daya untuk jangka panjang. Seberapa erat keterkaitkan pendidikan dan pelatihan terhadap strategi pengembangan kualitas tenaga kerja, hal ini diharapkan dapat terjawab melalui pembahasan studi literatur berikut ini. Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas melalui studi perbandingan literatur ini adalah keterkaitkan pendidikan dan pelatihan (diklat) terhadap strategi pengembangan kualitas tenaga kerja. Adapun
permasalahan
yang dapat diidentifikasikan adalah : Seberapa erat keterkaitkan pendidikan dan pelatihan terhadap strategi pengembangan kualitas tenaga kerja.
Tinjauan Pustaka Pendidikan dan Pelatihan Pengertian Pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah sebagai upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan sumber
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 35
daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan keterampilan manusia, dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas (Soekidjo Notoatmodjo, 1994 : 27). Menanggapi pengertian ini arti diklat menjadi sangat luas. Konsep pengembangan sumber daya manusia yang menjadi alasan dilaksanakannya diklat mengisyaratkan bahwa diklat yang dilaksanakan tidak sekedar untuk mempersiapkan tenaga kerja menjadi lebih terampil dalam melaksanakan pekerjaan yang sekarang, tetapi juga sekaligus mempersiapkan tenaga kerja untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar dikemudian hari. Ini berarti pengembangan kualitas tenaga kerja tidak akan berhenti dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan pada saat
tenaga kerja tersebut sudah
memperoleh tanggungjawab yang lebih besar. Manakala ditelaah secara lebih mendalam, arti dan tujuan diklat yang diutarakan di atas, arti dan tujuan diklat berbeda dengan arti dan tujuan pelatihan dan arti tujuan Pendidikan . Menurut Webster, Education is the knowledge or skill obtained or developed by such a process, selanjut dikatakan, education is the process of training and development the knowledge, skill, mind, character etc, especially formal schooling. Ini berarti bahwa Pendidikan merupakan pengembangan atau perolehan pengetahuan atau keahlian melalui semacam proses. Dan Pendidikan adalah proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keahlian, pikiran, karakter dan lain-lain, khusus pada sekolah formal. Menurut Coser at all, education is the deliberate, formal transfer of knowledge, skill and values from one person to another. Bahwa Pendidikan adalah pemindahan formal ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai dari satu individu ke individu lainnya, yang dilakukan secara sengaja. Menurut Edwin B. Flippo, Education is concerned
21
with increasing
36 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
general knowledge and understanding of our total environment. (Hasibuan, S. P. ,Malayu :2001:69). Pendidikan adalah sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh. Sementara itu disamping pendidikan, pelatihan juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan perusahaan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003:250), Training can :
Increase employees’ knowledge of foreign competitors and culture, which is critical for success in foreign markets.
Help ensure that employees have the basis skills to work with new technology, such as robots and computer-assisted manufacturing processes.
Help employess understand how to work effectively in teams to contribute to product and service quality.
Ensure that the company’s culture emphasizes innovation, creativity, and learning.
Ensure employment security by providing new ways for employees to contribute to the company when their jobs change, their interest change, or their skills become absolete.
Prepare employees to accept and work more effectively with each other, particularly with minorities and woman. Ini berarti bahwa pelatihan diselenggarakan oleh perusahaan bermanfaat
untuk meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar, membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan teknologi baru, membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas, memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas dan pembelajaran, menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 37
dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut, selanjutnya pelatihan dapat mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para wanita. Pelatihan mempunyai definisi sendiri, menurut Robbins, Stephen P, (2001:282), Training meant formal training that’s planned in advanced and has a structured format. Ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur. Menurut Bernardin dan Russell (1998:172), Training is defined as any attempt to improve employee performance on a currently held job or one related to it. This usually means changes in spesific knowledges, skills, attitudes, or behaviors. To be effective, training should involve a learning experience, be a planned organizational activity, and be designed in response to identified needs. Jadi pelatihan didefinisikan sebagai berbagai usaha pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini biasanya berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian, dan pengetahuan yang khusus atau spesifik. Dan agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan harus mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman-pengalaman, pelatihan harus menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang didalam menanggapi kebutuhankebutuhan yang teridentifikasi. Menurut Dessler (edisi terjemahan:1997:263), Pelatihan memberikan karyawan baru atau lama suatu keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Dengan demikian pelatihan berarti menunjukkan seorang masinis bagaimana mengoperasikan mesin barunya, bagi seorang juru jual baru, bagaimana menjual produk perusahaannya, atau bagi seorang penyelia baru bagaimana mewawancarai dan menilai karyawan.
21
38 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Jadi pelatihan berfokus pada keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan karyawan sekarang, pengembangan karyawan dan manajemen mengikuti pelatihan yang bersifat jangka panjang. Dimana arahnya adalah mengembangkan karyawan sekarang dan yang akan datang untuk tugastugas masa depan dengan organisasi atau memecahkan masalah organisasi menyangkut misalnya, komunikasi antar departemen yang kurang bagus. Menurut Edwin B. Flippo, Training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job (Hasibuan,S.P.,Malayu :2001:70). Latihan adalah suatu usaha untuk peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Menurut Andrew F. Sikula, Training ia a short term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which nonmanagerial personel learn technical knowledge and skill for definite purpose (Hasibuan,S.P.,Malayu :2001:70). Pelatihan adalah suatu proses Pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawn operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.
Strategi Pengembangan Kualitas Tenaga Kerja Menurut Wheelen dan Hunger (2000:12), A strategy of corporation forms a comprehensive master plan starting how the corporation will achieve its mission and objective. Ini berarti bahwa strategi suatu korporasi membentuk suatu master plan secara komprehensif yang dimulai dengan bagaimana korporasi tersebut akan dapat mencapai misi dan tujuannya. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja, dimana sebenarnya ini merupakan strategi pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.Saat ini suatu organisasi atau perusahaan perlu
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 39
mengembangkan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja yang tepat untuk waktu dan tempat serta kondisi yang tepat pula Selama ini kita sering melihat bahwa perhatian terhadap tenaga kerja sangat minim, pengembangan kualitas hanya sering terfokus pada staf dan levellevel manajemen yang ada pada organisasi atau perusahaan. Melihat fenomena ini maka para pakar ilmu manajemen
mengembangkan suatu
strategi yang juga
memfokuskan perhatian pada para tenaga kerja, yaitu Total Quality Management (Manajemen Kualitas Terpadu). Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003:26), Total Quality Management is a cooperative from of doing business that relies on the talents ang capabilities of both labor and management to continually and productivity. Ini berarti bahwa dalam TQM
harus terdapat suatu kerjasama dalam
melakukan aktivitas bisnis yang bersandar pada keahlian dan kecakapan yang terus dikembangkan guna meningkatkan produktivitas. Selanjutnya, ditekankan bahwa, Every employee in the company receives training in quality. Jadi setiap pekerja harus menerima pelatihan-pelatihan didalam pengembangan kualitas. Menurut Hasibuan S.P. Malayu (2001:68), Pengembangan (development) merupakan fungsi operasional kedua dari manajemen sumber daya manusia. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual,
dan
moral
karyawan
sesuai
dengan
kebutuhan
pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan pelatihan bertujuan meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan.
Metodologi Melalui studi pustaka dilakukan untuk mendalami tinjauan teoritis dan aspek lain yang berkaitan dengan topik yang sedang dikaji
21
40 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan uraian teoritis di depan, terlihat dengan jelas bahwa dalam penanganan sumber daya manusia yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan, terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan pelatihan terhadap strategi pengembangan kualitas tenaga kerja. Organisasi atau perusahaan tentunya menyadari bahwa mereka memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan ini tentunya memerlukan dukungan dari segala lini yang ada di dalam organisasi atau perusahaan Persoalan pendidikan dan pelatihan tentu bukanlah persoalan main-main, ini tentu menjadi hal yang sangat absolut yang benar-benar harus diperhatikan dan dicermati secara serius karena merupakan bagian dari strategi pengembangan kualitas tenaga kerja yang bermuara pada strategi sumber daya manusia dimana intinya adalah mempersiapkan para tenaga kerja yang handal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Suatu perusahaan yang bergerak di bidang engineering misalnya, perlu mengirim tenaga kerja untuk belajar teknik-teknik rekayasa tercanggih, untuk itu jika ilmu dan keahlian yang diperlukan mengharuskan perusahaan untuk mengirim tenaga kerja tersebut belajar di luar negeri maka perusahaan harus melakukannya agar perusahaan perusahaan dapat mengikuti perkembangan teknik rekayasa di dunia sehingga produk yang dihasilkan tidak ketinggalan zaman, bahkan jika tersedia anggaran yang cukup maka tidak ada salahnya perusahaan tersebut menginvestasikan dana untuk mengembangan mesin-mesin dan peralatan-peralatan baru. Sebagai suatu contoh, pada tanggal 3 Januari 2003 yang baru lalu, di Bali, PT TELKOM Indonesia meluncurkan suatu produk telpon genggam produksi PT TELKOM. Telpon genggam dengan tingkat kecanggihan yang tinggi ini mengedepan teknologi yang tentu akan sangat diminati oleh para pemakainya, hal ini dikarenakan bentuknya yang tidak kalah dengan jenis telpon genggam produksi Nokia, Siemens, Samsung dan produk ini juga memiliki suara yang
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 41
sangat jernih, disamping itu kinerjanya juga seperti telpon rumah, para pelanggan hanya membayar abodemen dan untuk penggunaannya menggunakan pulsa lokal. Semua ini merupakan hasil yang dipetik PT TELKOM dikarenakan strategi pengembangan kualitas tenaga kerjanya yang berupa pengiriman para pegawainya ke negara-negara luar yang terkenal dengan kemampuan industri telekomunikasinya seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura dan juga mengirim tenaga kerjanya ke negara yang baru maju industri pertelekomunikasiannya seperti Korea Selatan Yang kesemuanya itu ditujukan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang pembuatan peralatan pertelekomunikasian. Dan hasil dari strategi ini meskipun belum dapat diukur dari segi ekonomisnya karena baru diluncurkan, tetapi jelas telah menunjukkan langkah maju sekaligus mengangkat citra pertelekomunikasian Indonesia di mata dunia. Demikian juga dengan yang dilakukan organisasi-organisasi NGO di Indonesia, meskipun terkadang mereka kesulitan dalam pendanaan untuk pengembangan kualitas anggotanya, tetapi mereka dapat melakukan pendekatanpendekatan dengan NGO-NGO asing yang dewasa ini sering memberikan bantuan berupa fasilitas biaya pendidikan bagi para anggota NGO, tidak saja di dalam negeri bahkan di seluruh dunia. Semuanya ini bermuara pada pemahaman betapa pentingnya pengembangan kualitas tenaga kerja, pegawai dan juga anggota organisasi. Meskipun demikian, program Pendidikan ini tidak semata-mata hanya menambah ilmu dan keahlian di bangku pendidikan formal, rotasi jabatan yang dilakukan juga merupakan media bagi pengembangan pengetahuan dan keahlian, dengan mengetahui semua bidang yang ada pada organisasi atau perusahaan maka si tenaga kerja tersebut tentu tidak canggung lagi apabila ia dipromosikan untuk dapat naik jabatannya. Apa yang disampaikan oleh
Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright
(2003:250), adalah sangat tepat terutama pada dunia sekarang ini yang sedang
21
42 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
dilanda demam globalisasi, bahwa pelatihan diselenggarakan oleh perusahaan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar, membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan teknologi baru, membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas, memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas dan pembelajaran, menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut, selanjutnya pelatihan dapat mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para wanita, Semua ini dengan jelas menunjukkan pentingnya pelatihan bagi pencerahan perusahaan untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Yang perlu disampaikan disini bahwa untuk mencapai pengembangan yang ada pada organisasi terutama dalam hal peningkatan kualitas tenaga kerja manusia ada baiknya dalam pembahasan ini disampaikan bahwa menurut Hasibuan S.P. Malayu (2001:77), metode pengembangan terdiri atas : 1. Metode Pelatihan (Training); Dimana metode ini berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagai factor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat Pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta, dan lain-lain. 2. Metode Pendidikan (Education); Dimana metode ini untuk meningkatkan keahlian dan kecakapan tenaga kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Ini mendeskripsikan secara jelas bahwa strategi pengembangan kualitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya organisasi atau perusahaan melaksanakan atau mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerjanya. Tentu ada variabel lain yang tercakup dalam variabel pengembangan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 43
kualitas tenaga kerja, tetapi variable pendidikan dan pelatihan dirasakan sebagai variabel yang menjadi ujung tombak terdepan bagi strategi pengembangan kualitas tenaga kerja. Strategi ini sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya pendidikan dan pelatihan dijalankan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Sebagai mana diketahui bahwa strategi sifatnya jangka panjang maka pengembangan kualitas sumber daya manusia yang ada sebenarnya adalah untuk mempersiapkan organisasi atau perusahaan dalam menghadapi tantangan masa depan yang terkadang sangat sulit untuk diprediksikan karena pada era globalisasi ini, seolah-olah seluruh negara telah termarginalkan, artinya satu kejadian saja menimpa suatu negara bisa berimbas pada banyak negara, apa yang terjadi di penghujung
tahun 1990-an merupakan bukti sejarah yang membenarkan
pernyataan ini. Dan Indonesia adalah korban dari imbas krisis moneter yang terjadi di Thailand dan juga Korea Selatan. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, sudah saatnya suatu organisasi baik itu organisasi kecil hingga organisasi besar dan juga perusahaan kecil dan besar sudah mulai harus memperhatikan secara lebih serius lagi persoalan pengembangan kualitas tenaga kerja. Sudah saatnya mereka menerapkan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja secara lebih dini agar mampu mengantisipasi kemungkinan buruk yang sewaktu-waktu bisa menimpa mereka terutama dengan memfokuskan perhatian pada pendidikan dan pelatihan para tenaga kerja. Apa yang dilakukan oleh PT TELKOM, seperti yang dikemukakan di atas merupakan suatu langkah bagus yang juga mesti diikuti oleh organisasi atau perusahaan lain agar tidak tergilas oleh laju kompetisi global yang kian ketat. Semua ini menunjukkan kepada kita, dengan berdasarkan teori-teori dan juga pengalaman-pengalaman organisasi dan perusahaan yang di paparkan di muka menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan pelatihan terhadap strategi pengembangan kualitas tenaga kerja.
21
44 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Penutup Kesimpulan 1.
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu aktivitas yang semestinya harus dilakukan oleh setiap organisasi atau perusahaan untuk menghadapi persaingan, baik lokal maupun global yang sedang dan akan dihadapi dimasa yang akan datang.
2.
Pendidikan dan pelatihan, dalam konteks internal sebenarnya sangat bermanfaat bagi organisasi atau perusahaan karena dengan pendidikan dan pelatihan ini para tenaga kerja, karyawan atau anggota dapat meningkatkan kualitas diri mereka sehingga dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. Dan ini tentunya sangat baik bagi perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan.
3.
Pendidikan dan pelatihan merupakan ujung tombak bagi keberhasilan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja yang sedang dilaksanakan oleh suatu organisasi atau perusahaan.
4.
Berdasarkan teori dan pengalaman yang dipaparkan menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara pendidikan dan pelatihan terhadapan strategi pengembangan kualitas tenaga kerja.
Daftar Pustaka Bernardin And Russell, 1998, Human Resource Management, Second Edition, Singapore, McGraw-Hill Book Co Hasibuan, S.P., Malayu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta, Bumi Aksara Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, 2003, Human Resource Management, International Edition, New York, The McGraw-hill Companies, Inc. Robbins, P., Stephen, 2001, Organizational Behavior, Ninth Edition, New Jersey, Prentice-Hall, Inc. Siagian, S.P., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, Jakarta, Perpustakaan Nasional Wheelen And Hunger, 2000, Strategic Management and Business Policy, International Edition, New Jersey, Prentice-Hall, Inc.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 45
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN PERUM PEGADAIAN (Studi Kasus Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh)
M. Haykal, R. Hannamara Furqan Nur, dan Rusydi
This research to know to know there relation between earnings, education, and family responsibility amount to exploiting of service activities of Perum Pegadaian, despitefully, to know social factor of society economics which is very have an effect on to exploiting of service activities of Perum Pegadaian. Data in this research used by primary data and data of secondary. Primary data obtained data is direct the than responder through questioner by spreading of equate to responder taken as sample. While secondary data obtained of the book literature : magazine, books, and relevant institution related to research. Result of Research show that, coefficient value of determinacy (R2) equal to 0,8628 this means influence of free variable (variable independent) namely earnings, education, and responsibility amount to variable tied ( dependent Variable) that is level of service activities of big enough Perum Pegadaian where ability of variable independent influence dependent variable equal to 86,28% while the rest equal to 13,72% influenced by other factor outside model. From result of data processing also obtained by adj. R2 equal to 0,8554 having a meaning of that independent variable relation slivering with variable tied equal to 85, 54%. First model or both showing that as a whole earnings factor very significant influence society in exploiting of service of Pengadaian where at first model level of coefficient equal to 0,7825. While when seen at result of model both showing the level of coefficient equal to 0,8715, with coefficient of determinacy R2 equal to 75,95%. At others t- count show real influence of goodness at first model and also second model. Although better first model, but both significant with value each of 14,691 and 13,533. Keywords : Earnings, Education, and Social Factor of Society Economics M. Haykal adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh R. Hannamara Furqan Nur adalah dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe Rusydi adalah dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe
45
21
46 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Dalam setiap perkembangan selalu diikuti oleh pembangunan yang terus meningkat baik dibidang sosial, ekonomi, politik, budaya maupun pertahanan keamanan. Dari keseluruhan pembangunan tersebut, pembangunan ekonomi tetap menjadi perioritas utama. Hal ini disebabkan karena pembangunan ekonomi sangat erat hubungannya dengan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat
sebagai
komponen
yang
menikmati
pembangunan
mengharapkan pelayanan yang menyenangkan dan memuaskan dari segenap aparatur pemerintah. Dari semua bentuk pelayanan pemerintah pada dasarnya ada dua komponen yaitu sosial dan ekonomi. Istilah tersebut untuk menyatakan berbagai bentuk pelayanan yang disediakan oleh pemerintah seluruhnya atau sebagian dengan tujuan pokok untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tujuan pokok ini lebih ditekankan pada tujuan secara langsung berwujut sumbangan nyata terhadap hasil produksi atau membawa secara langsung adanya keuntungan finansial.(Conyers : 1991: 57) Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan hadirnya sebuah lembaga pegadaian yang tangguh, yang dapat membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan ekonomi rumah tangga. Dalam hal ini kebutuhan akan jasa usaha pegadaian merupakan salah satu sarana finansial dalam tata kehidupan perekonomian nasional, yang kehadirannya sangat dibutuhkan untuk membantu golongan ekonomi lemah agar bisa tumbuh dan berkembang secara mandiri. Berbicara masalah kebutuhan hidup dan kemiskinan, berarti berhubungan dengan masalah-masalah sosial masyarakat. Dalam hal ini berhubungan dengan faktor sosial ekonomi menyangkut dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mencapai keinginan-keinginannya manusia rela melakukan apapun, baik itu bekerja keras, selalu mengharapkan bantuan orang lain, sampai kepada hal-hal yang bisa merugikan dirinya sendiri. Tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah dalam berbagai bidang dapat memberikan bumi yang subur bagi para pengijon, tengkulak-tengkulak,
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 47
pelepas uang di kota, hal ini karena adanya akumulasi uang yang berhadapan dengan kemiskinan sebagai kondisi lawannya. ( Adinugroho : 1994 : 256) Praktek-praktek riba dan ijon itu sangat merugikan rakyat, oleh sebab itu, pemerintah
tidak
memperbolehkan
pekerjaan-pekerjaan
semacam
itu
dilaksanakan. Dipihk lain pemberantasannya sangat sukar dilaksanakan. Dengan adanya Perum Pegadaian ini, kebutuhan-kebutuhan akan uang dapat disediakan oleh Perum Pegadaian dengan syarat-syarat yang jauh lebih ringan dan longgar. Untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh ketangan para pelepas uang (pengijon) atau tukang rentenir yang bunganya relatif tinggi, maka Perum Pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang berharga. Meminjam uang ke Perum Pegadaian bukan saja karena prosedurnya yang mudah dan cepat, tetapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan jika dibandingkan dengan para pelepas uang atau pelepas ijon. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari Perum Pegadaian dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan motto “Menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Jika seseorang membutuhkan dana, sebenarnya dapat diajukan ke berbagai sumber dana seperti lembaga keuangan non bank atau ke bank. Akan tetapi kendala utamanya adalah prosedur dan persyaratan yang lebih sulit, dokumen yang harus lengkap, membuat masyarakat agak mengalami kesulitan. Begitu pula dengan jaminan yang diberikan harus barang-barang tertentu, karena tidak semua barang dapat dijadikan jaminan di bank. Namun di pengadaian masyarakat cukup datang ke kantor Pengadaian terdekat dengan membawa jaminan barang tertentu, maka uang pinjamanpun keluar. Besarnya jumlah pinjaman tergantung dari jaminan yang diberikan. Semakin besar nilainya maka semakin besar pula pinjaman yang dapat diperoleh.
21
48 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Untuk mengatasi masalah ini pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui lembaga pegadaian. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tujuan lembaga pegadaian yaitu:
1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijakan program pemerintah dibidang ekonomi pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran pinjamam atas dasar hukum gadai. 2. Mencegah praktek ijon, pegadaian gelap,riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Dari tujuan perum pegadaian tersebut dapat disimpulkan bahwa lembaga pegadaian didirikan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat dari praktek lintah darat yang sangat menyengsarakan masyarakat. karena itu pembangunan ekonomi tanpa diikuti dengan pembangunan sosial sangat sulit untuk mencapai keberhasilan , hal ini disebabkan karena komponen sosial memberikan sumbangan penting bagi tujuan ekonomi dan akan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Selanjutnya keterbukaan masyarakat untuk menerima pelayanan jasa yang diberikan oleh pihak perum pegadaian adalah merupakan partisipasi masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan pemerintah untuk memberikan pelayanan dan perlindungan, serta usaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: (a) Bagaimana hubungan antara pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan jasa perum pegadaian? (b) Faktor-faktor sosial ekonomi apakah yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan jasa perum pegadaian? Berdasarkan identisifikasi masalah di atas penelitian ini bertujuan (a) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan jasa perum pegadaian (b) Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan jasa perum pegadaian.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 49
Landasan Tioritis Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meningkat dan akan terus mencapai puncak pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok sumur tua. Demikian juga dengan tabungan yaitu pada kelompok umur muda dan pertengahan akan tinggi dan pada saat umur tua tabungan akan menurun. (Suparmoko 1990:68) Faktor sosial terutama pendidikan dan jumlah anggota keluarga dapat juga mempengaruhi pendapatan seseorang. Jumlah anggota keluarga yang lebih banyak mendorong setiap kepala keluarga untuk mencari nafkah yang lebih banyak untuk memenuhi segala kebutuhannya. Hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara selain faktor-faktor ekonomi faktor-faktor sosial juga mempunyai peranan yang penting sekali. Faktor sosial sering dilupakan dan dianggap enteng, tetapi tidak jarang pula faktor sosial yang kurang dipertimbangkan akan dapat menimbulkan suatu hambatan utama dalam mencapai tujuan pembangunan. Faktor sosial ini diantaranya adalah: keamanan, adat istiadat, politik, agama, sistim pemerintahan dan sebagainya.(Suparmoko 1990: 186) Dari kedua hal di atas, berarti pembangunan ekonomi harus berjalan seimbang dengan pembangunan sosial, demi lancarnya proses pencapaian sasaran pembangunan dalam negara dan tercapainya kesejahteraan yang diharapkan oleh masyarakat. Kedudukan (status) dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, yang berhubungan dengan orang-orang lain dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompokkelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial
21
50 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Soekanto, 1997 : 216). Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu: 1. Ascribed – status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula. 2. Achieved – status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini diperoleh
tidak atas dasar
kelahiran, tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja hal mana tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuantujuannya. Misalnya setiap orang bisa menjadi hakim, asalkan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, seperti telah menempuh beberapa jenis pendidikan tertentu, syarat-syarat kepegawaian dan seterusnya. Setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang akan dapat menumbuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahun, kesalehan dalam agama, atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, dianggap oleh masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas, mereka yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. ( Soemarjan 1994: 253). Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat 1. Pendidikan Pendidikan di banyak negara merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan, hal ini disebabkan karena adanya korelasi positif antara tingkat
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 51
pendidikan seseorang dengan penghasilan selama hidup. Tingkat penghasilan sangat dipengaruhi oleh lamanya tahun memperoleh pendidikan. Melalui pendidikan
warga
masyarakat
mendapat
kesempatan
untuk
membina
kemampuannya dan mengatur kehidupannya secara wajar. Jadi pendidikan yang dicapai masyarakat merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat diukur dengan persentase jumlah penduduk yang memperoleh pendidikan. Ukuran yang lebih umum dan sederhana adalah persentase jumlah penduduk yang dapat membaca dan menulis. Makin tinggi persentase jumlah ukuran pendidikan maka semakin sejahtera dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan semakin tidak sejahtera. Selanjutnya ukuran tersebut di atas ditentukan oleh banyaknya faktorfaktor yang paling nyata yaitu tinggi rendahnya tingkat ekonomi masyarakat tersebut. Pada lingkungan masyarakat yang ekonominya rendah cenderung tingkat pendidikannya rendah. Lingkungan sosial akibat keadaan ekonomi yang rendah seringkali menghambat tingkat pendidikan masyarakat tersebut.
2. Pendapatan dan Pola Konsumsi. Konsumsi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan, oleh karena itu suatu keluarga akan tetap memenuhi nilai kebutuhan konsumsi minimumnya walaupun pendapatanya kurang karena mereka harus mempertahankan kehidupannya. Sebesar apapun pendapatan seseorang itu ia akan berusaha untuk mendapatkan makanan yang memadai. Setelah semua kebutuhan akan makanan terpenuhi, maka kebutuhanpun akan beralih kepada selain makanan.Dengan demikian jelas bahwa semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka persentase pengeluaran untuk konsumsi akan semakin sedikit.
21
52 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Pelayanan Perum Pegadaian 1. Pelayanan dan Pengadaian Pelayanan merupakan penunjang pemasaran suatu produk dan sekaligus dapat dilihat sebagai pusat keseluruhan paket produksi untuk memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan. Ada pendapat bahwa penerapan pelayanan yang baik dengan sendirinya akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan demikian pelayanan merupakan penunjang produk utama yang ditawarkan pada pelanggan atau pasar (Nangoi, 1998 : 46). Pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek vital dalam rangka bertahan di dalam arena bisnis dan memenangkan persaingan-persaingan dan setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang semakin baik . Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit kepada masyarakat
dengn corak khusus, yaitu secara hukum gadai.
Pengertian hukum gadai adalah kewajiban calon peminjam untuk menyerahkan harta geraknya (sebagai agunan) kepada kantor Cabang Pegadaia, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk melakukan penjualan (lelang). Harta gerak meliputi hampir seluruh jenis barang bergerak, misalnya perhiasan, barang elektronika, sepeda motor, kain dan sebagainya. Pengertian pelelangan adalah penjualan barang agunan oleh Perum Pegadaian apabila batas waktu perjanjian kredit habis, nasabah tidak menebus barang tersebut. (Subagyo, 1997:88).
2. Kredit Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti “ cedere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit (kreditur) adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerima kepercayaan (debitur) sehingga mempunyai kewajiban untuk membayarnya sesuai jangka waktu.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 53
Pengertian pinjaman menurut Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Jadi dapat disimpulkan kredit adalah sebagai suatu hak, di mana hak-hak tersebut berdasarkan pada pertimbangan seperlunya dan juga terkandung di dalamnya kewajiban melunasi. Pinjaman diberikan kepada setiap orang (sepanjang memiliki barang agunan yang memenuhi syarat ), dan dilaksanankan dengan prosedur yang sangat sederhana.
Fungsi, Sifat dan Tujuan Perum Pegadaian Perum pegadaian adalah suatu lembaga yang menjalankan operasional aktif dalam bidang pengkreditan dengan menerima jaminan barang bergerak sebagai agunan. Pegadaian telah menjadi sarana penting dalam pemerintahan dalam pemberian pinjaman atas dasar hokum gadai kepada masyarakat luas dan untuk memberantas lintah darat. Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara dalam lingkungan Departemen Keuangan yang dibawahi oleh suatu direksi yang berada dan bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan, yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Direktorat Jenderal Moneter sesuai kewenangan yang diberikan Menteri Keuangan.
Dalam melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan termasuk rencana kerja dan anggaran perusahaan adalah Menteri Keuangan dibantu oleh Dewan Pengawas yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.(Kasmir, 1998:
220 )
Sifat Perum Pegadaian adalah menyediakan layanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan atas prinsip pengelolaan perusahaan. Tujuan Pokok Perusahaan adalah menyalurkan uang pinjaman atas
21
54 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
dasar hukum gadai dan usaha yang berhubungan dengan tujuan perusahaan atas persetujuan Menteri seperti yang dicantumkan dalam PP Nomor 10 tahun 1990: a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijakan program pemerintah dibidang ekonomi pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran pinjamam atas dasar hukum gadai. b. Mencegah praktek ijon, pegadaian gelap,riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Produk Jasa yang Ditawarkan Perum Pegadaian a. Jasa gadai Merupakan fasilitas pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur mudah, aman dan cepat. Hampir semua jenis barang bergerak dapat dijadikan jaminan seperti ; perhiasan, kendaraan, barang elektronik, mesin-mesin dan tekstil. b. Jasa Taksiran Bagi masyarakat yang ingin menaksir berapa nilai riil barang-barang berharga seperti emas, intan, berlian, mobil, televisi dan barang-barang lainnya, hal ini berguna bagi masyarakat yang ingin menjual barang tersebut atau hanya sekedar ingin mengetahui jumlah kekayaanya. c. Jasa Titipan barang Bagi masyarakat yang ingin menitip barang-barang
berharganya. Jasa
penitipan ini diberikan untuk memberikan rasa aman kepada pemiliknya dari kehilangan, kebakaran atau kecurian. d. Memberikan Kredit Pemberian kredit ini terutama bagi karyawan yang mempunyai penghasilan tetap. Pembayaran pinjaman dilakukan dengan memotong gaji peminjam secara bulanan. e. Galeri 24 Yaitu tempat penjualan perhiasan emas ekslusif yang terjamin sekali kualitas dan keasliannya. Jadi usaha pokok Pegadaian pada dasarnya merupakan usaha
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 55
peminjaman uang dengan sistem gadai, sedangkan usaha lainnya merupakan usaha penunjang kegiatan pokok Perum Pegadaian tersebut.
Kebijaksanaan Pelayanan Perum Pegadaian a. Jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat dijadikan jaminan oleh Perum Pegadaian adalah sebagai berikut: -
Barang-barang atau benda-benda perhiasan antara lain emas, perak, intan, berlian, platina, jam.
-
Barang-barang berupa kendaraan seperti mobil, sepeda motor, sepeda biasa (termasuk becak).
-
Barang-barang elektronika antara lain televisi, radio, radio tape, video, komputer, kulkas, tustel, mesin tik.
-
Mesin – mesin seperti mesin jahit, mesin kapal motor
-
Barang – barang keperluan rumah tangga, barang tekstil berupa pakaian, permadani, kain batik serta barang-barang pecah belah.
Dengan catatan bahwa semua barang-barang yang dijaminkan harus dalam kondisi baik, dalam arti masih dapat dipergunakan atau bernilai. Hal ini bagi pegadaian penting mengingat apabila nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman, maka barang jaminan akan dilelang sebagai penggantinya. (Kasmir, 1998: 225) b. Persentase barang jaminan menurut jenis barang bergerak dapat dilihat pada tabel dibawah 1 c. Pembagian golongan barang jaminan menurut besar uang jaminan dapat dilhat pada table 3 d. d. Besarnya sewa modal, jangka waktu pelunasan, serta waktu lelang setiap golongan ditetapkan sesuai tabel 4
21
56 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Tabel 1 : Persentase Besarnya Taksiran Menurut Jenis Barang Bergerak yang Dinilai oleh Perum Pegadaian No
Jenis Barang Bergerak
1 2 3 4 5 6 7
Persentase Taksiran
Berlian Logam Mulia (Emas) Tekstil Jam dan Arloji Kenderaan Bermotor/ sepeda Elektronika Lain-lain (gerabah)
45% 88% 83% 73% 93% 73% 63% s/d 83%
Sumber : Perum Pegadaian, Tahun 2003 Selanjutnya dari hasil taksiran tersebut, besarnya uang pinjaman yang akan diberikan dikalikan dengan persentase tertentu berdasarkan golongannya, dapat dilihat dalam tabel 2 Tabel 2 : Persentase Uang Pinjaman Terhadap Taksiran Golongan
Persentase uang pinjaman Terhadap Taksiran
A B C D Sumber : Perum Pegadaian, 2003
91% 89% 89% 89%
Tabel 3 : Golongan Barang Jaminan Menurut Besar Uang Jaminan Golongan
Besarnya Uang Pinjaman
Tenggang Waktu
A
Rp. (5.000 – 40.000)
4 bulan
B
Rp. (40.500 – 150.000)
4 bulan
C
Rp. (151.000 – 500.000)
4 bulan
D
Rp. (505.000 – 2.500.000)
4 bulan
D
Rp. (2.505.000 – 10.000.000)
D
Rp > 10.000.000
Sumber : Perum Pegadaian, 2003
4 bulan 4 bulan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 57
Penggolongan dari A sampai dengan D tersebut didasarkan atas besarnya jumlah uang pinjaman yang diberikan. Tabel 4 : Sewa Modal , Jangka Waktu Pelunasan, Maksimum Dipungut, Waktu Lelang.
1,25%
Jangka Waktu Pelunasan 4 Bulan
Maksimum Dipungut 10,0%
Lelang Bulan Ke: 5
B
1,75%
4 Bulan
14,0%
5
C
1,75%
4 Bulan
14,0%
5
D
1,75%
4 Bulan
14,0%
5
D
1,60%
4 Bulan
12,8%
5
D
1,60%
4 Bulan
12,0%
5
Golongan
Sewa Modal
A
Sumber : Perum Pegadaian, Tahun 2003 Penelitian sebelumnya Niwal (2000) dalam tulisannya menyatakan bahwa yang mempergunakan pelayanan jasa perum pegadaian adalah masyarakat golongan ekonomi menengah keatas dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi ( perguruan tinggi), disebabkan oleh faktor lokasi daerah penelitian yang berada di daerah perkotaan. Pada tingkat keyakinan 99% secara parsial sosial ekonomi masyarakat yang paling berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan pelayanan jasa Perum Pegadaian adalah tingkat pendidikan, sedangkan jumlah pendapatan dan tanggungan keluarga tidak mempengaruhi secara nyata terhadap pemanfaatan pelayanan jasa Perum Pegadaian, tetapi mempunyai hubungan yang positif pada tingkat keyakinan 99%. Menurut (Inayati: 1997) mengatakan bahwa secara umum kredit yang diberikan oleh pegadaian didominasi oleh golongan pedagang, hal ini berarti kredit yang disalurkan oleh pegadaian lebih bersifat produktif dari pada uantuk tujuan konsumtif. Kondisi ini tidak lepas dari kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan industri-industri kecil.
21
58 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Dari hasil penelitian dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan pendapatan nasabah Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh. Hal ini berarti Perum Pegadaian tidak perlu diragukan lagi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Metode Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penelitian menurut (Macdonal.1990 :24) penelitian adalah : kegiatan yang sistimatik yang dimaksudkan untuk menambah pengetahuan baru atas pengetahuan yang sudah ada dengan cara yang dapat dikomunikasikan dan dapat di nilai kembali. Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh, yaitu pada Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh. Objek yang diteliti adalah masalah sosial ekonomi masyarakat khususnya nasabah dalam pemanfaatan pelayanan jasa Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh, yang menjadi populasi adalah masyarakat Kota Banda Aceh . Model penentuan sampel dilakukan dengan acak sederhana karena dianggap populasi homogen. Dengan cara demikian sampel dianggap dapat mewakili semua populasi. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 60 orang. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitiasn ini penulis menggunakan data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner dengan cara penyebaran angket kepada responden yang dijadikan sampel. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku literatur : majalah, bukubuku, dan instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Perusahaan Umum Pegadaian adalah sebuah lembaga keuangan non- bank yang tertua di Indonesia, dan bertugas membina pola perkreditan dan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 59
penyaluran kredit baik yang bersifat konsumtif maupun yang bersifat produktif , serta menggunakan hukum gadai untuk mendapatkan kredit.
Kredit adalah sebuah perjanjian pinjaman uang ( dihitung dalam rupiah) antara pemberi dan penerima pinjaman, dimana penerima pinjaman berkewajiban melunasi beserta sewa modal.
Pendapatan nasabah adalah penerimaan yang diperoleh nasabah baik berupa uang ataupun barang dalam satuan rupiah/bulan yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan.
Pendidikan nasabah yaitu tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh nasabah disekolah negeri ataupun swasta dengan mendapatkan ijazah.
Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan /dibiayai oleh kepala keluarga.
Pelayanan Jasa Perum Pegadaian adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan Perum Pegadaian kepada masyarakat sesuai dengan yang di perlukannya dalam hal ini yaitu memberikan pinjaman kredit menurut hukum gadai untuk mengatasi kesulitan ekonomi setiap nasabah (masyarakat)
Model Analisis Data Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan analisis Ordinary Least Square (OLS) untuk memenuhi pengujian hipotesis atau mencari koefisien regresi melalui rumus: Y = α + β1X1 + β2X2+β 3X3 + µi Dimana : Y X1 X2 X3 α β1,β2,β3 µi
= Pelayanan jasa perum pegadaian = Pendapatan nasabah (rupiah) = Pendidikan nasabah (tahun) = Tanggungan keluarga (jiwa) = Intercept/ konstanta = Koefisien regresi = error term
21
60 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Hasil Penelitian Di
Kota
Banda
Aceh
akhir-akhir ini nama
pengadaian
mulai
diperhitungkan seiring dengan semakin aktifnya pihak pegadaian mempromosikan dirinya ke tengah masyarakat. Pengadaian tidak lagi dikenal sebagai lembaga keuangan untuk kaum menengah kebawah tetapi lebih dikenal sebagai lembaga keuangan non bank yang tercepat dan termudah dalam proses pemberian kredit dan administrasinya. Hal ini merupkan salah satu promosi terhebat dari pegadaian dalam bersaing dengan lembaga perkreditan lainnya guna menarik nasabah dalam pemanfaatan jasa Perum Pegadaian. Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh memiliki prospek yang cukup baik sebagai salah satu alternatif dalam memperoleh kredit bagi masyarakat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah dana pinjaman yang diberikan oleh pegadaian seperti tertera pada tabel VI.1. Terlihat bahwa realisasi kredit kepada masyarakat meningkat dari Rp 1.508.418.500,- pada tahun 1991 menjadi Rp. 8.678.995.000,- tahun 2001, atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 17,24 persen. Sementara itu, pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 53,91 persen. Kemudian pada tahun-tahun selanjudnya pemanfaatan pelayanan jasa Perum Pegadaian mengalami pertumbuhan stabil. Tabel 5 : Perkembanan Realisasi Jumlah Kredit Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh Tahun 1994 – 2004 Realisasi Kredit Pertumbuhan (Rp) (%) 1994 1.508.418.500 1995 1.995.253.500 32,27 1996 2.850.035.000 42,84 1997 3.936.329.700 38,11 1998 6.058.701.000 53,91 1999 6.522.365.000 7,65 2000 6.998.000.000 7,29 2001 7.238.855.000 3,44 2002 7.659.560.000 5,81 2003 8.253.010.000 7,75 2004 8.678.995.000 5,16 Sumber: Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh (diolah), 2004 Tahun
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 61
Gambar 1 : Perkembangan Realisasi Jumlah Kredit Jasa Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh Tahun 1994 - 2004 10000000000 9000000000 8000000000 7000000000 6000000000 5000000000 4000000000 3000000000 2000000000 1000000000 0 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Peranan Perum Pegadaian dalam pembangunan bangsa dan negara melalui misinya yaitu menyalurkan kredit kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai Perum Pegadaian 10/1990 pasal 5 ayat 2 disebutkan Perum Pegadaian sebagai salah satu BUMN. Peranan Perum Pegadaian dalam menunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan sektor lainnya terlihat dari kegiatan penyaluran kredit atas dasar hukum gadai yang setiap tahunnya mengalami trend meningkat dan dapat mencegah praktek ijon, pegadaian gelap, rentenir, praktek riba, dan bentuk pinjaman lain yang tidak wajar. Dari data yang ditunjukkan di atas dapat digambarkan keberhasilan yang dicapai oleh Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh dalam penyaluran omzet kredit yang meningkat setiap tahunnya, khususnya pada tahun 2004 dimana terjadi kenaikan sebesar 53,91 persen dari tahun sebelumnya 1997. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat Aceh yang meningkat ditambah lagi letak kantor
21
62 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005 pengadaian yang mengalami perubahan total dengan berpindahnya kantor lama ke kantor baru sejak April 1997 menyebabkan masyarakat tidak ragu lagi datang ke pegadaian.
Selain itu keberhasilan yang dialami oleh Perum Pegadaian ini bukan saja dirasakan oleh golongan menengah ke atas tetapi juga menyentuh golongan menengah kebawah. Kondisi ini tercermin pada peningkatan kebutuhan kredit per nasabah yang mencapai lebih dari 100 persen dari tahun awal. Sementara itu, terlihat juga bahwa sebagian besar pelanggan Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh adalah mereka yang bekerja disektor ekonomi produktif dan berukuran kecil. Diantaranya adalah petani, nelayan, tenaga kerja sektor industri kecil, pedagang kecil dan lain-lain. Ini berarti pelanggan lembaga keuangan ini adalah masyarakat berpenghasilan rendah. telah mampu meningkatkan mutu dan kualitas barang jaminan yang dimiliki. Tabel 6 : Perkembangan Nasabah Dalam Pemanfaatan Pelayanan Jasa Perum Pegadaian Menurut Lapangan Usaha, tahun 1994-2004 Tahun
Petani 1994 1.811 1995 1.953 1996 1.345 1997 2.284 1998 5.042 1999 5.343 2000 5.992 2001 7.001 2002 8.359 2003 7.038 2004 7.141 Pertumbuhan ratarata tiap tahun (%)
% 7,84 (0,31) 69,81 120,75 5,97 12,15 16,84 19,40 (15,80) 1,46 13,28
Perkembangan Nasabah Menurut Lapangan Usaha Nelayan % Industri % Dagang % 1.317 2.799 7.410 1.910 1.330 8.960 20,92 45,02 (52,25) 1.118 1.165 8.784 (1,96) (41,46) (21,41) 3.160 182,64 1.374 17,94 9.225 5,02 4.442 40,57 1.408 2,47 9.638 9,72 5.528 1.428 4,48 24,45 1,42 10.070 5.880 1.849 8,45 6,37 29,48 10.921 8.563 45,63 2.009 8,65 11.392 4,31 11.658 2.491 9,59 36,14 23,99 12.485 13.264 13,78 2.912 16,90 12.999 4,12 13.509 3.014 4,13 1,85 3,50 13.536 23,57
0,68
Lainnya % 3.130 4.908 56,81 9.733 98,31 9.373 (0,37) 8.859 (5,80) 4.885 (44,52) 5.112 4,65 5.209 1,90 5.667 8,79 6.331 11,72 6.485 2,43
5,63
6,85
Total 16.467 19.065 22.143 25.416 28.925 27.254 29.754 34.174 40.660 42.551 43.685 9,27
Sumber : Kantor Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh (diolah), 2004 Secara umum, penyaluran kredit didominasi oleh golongan pedagang dan para nelayan, dimana pada tahun 2004 jumlah masing-masing nasabah adalah 13.536 jiwa dan 13.509 jiwa. Sementara itu dari sisi pertumbuhan rata-rata tiap tahun yang tertinggi adalah nelayan sebesar 23,57 persen, diikuti oleh pelaku usaha sektor petanian sebesar 13,28 persen kemudian pedagang, para usaha sektor industri, dan usaha lainnya masing-masing secara berututan adalah 5,63 persen,
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 63
0,68 persen, dan 6,85 persen. Sedangkan pertumbuhan rata-rata secara keseluruhan sebesar 9,27 persen. Perkembangan nasabah dalam pemanfaatan pelayanan jasa perum pegadaian secara keseluruhan memperlihatkan perkembangan yang positif. Dari hasil perhitungan pertumbuhan pertahun seperti terlihat pada tabel IV.2, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan nasabah justru terjadi pada kondisi ekonomi sedang mengalami krisis. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia pada tahun 1995 pernah mengalami krisis walaupun tidak separah konsisi setelah Juli 1997 (awal krisis). Sebagai gambaran pada tahun 1995 nasabah sektor pertanian mengalami pertumbuhan mencapai 120,75 persen, atau meningkat dari tahun 1994 2.284 jiwa menjadi 5.042 jiwa. Untuk nelayan pertumbuhannya sebesar 40,57 persen. Sementara sejak Juli 1997 pertumbuhan nasabah mengalami pertumbuhan positif, kecuali untuk pertanian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 15,80 pada tahun 1998. Peningkatan nasabah/permintaan kredit Perum Pegadaian pada masa krisis diperkirakan akibat tekanan ekonomi yang dialami oleh sebagian besar pelaku usaha tersebut (umumnya golongan ekonomi lemah). Saat seperti ini peran Perum Pegadaian sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama golongan ekonomi lemah untuk mencari kredit. Gambar 2 Perkembangan Nasabah Dalam Pemanfaatan Pelayanan Jasa Perum Pegadaian Tahun 1994 - 2004 50000 40000 30000 20000 10000 0
21
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
64 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Karakteristik Responden Jumlah populasi (nasabah) menurut catatan terakhir kantor Pegadaian Cabang Banda Aceh sampai Desember 2004 sebanyak 43.685 orang. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah sebannyak 60 orang terdiri dari 30 orang laki-laki dan 30 perempuan. Umur responden lebih kecil dari 25 tahun sebanyak 37 orang, atau sebanyak 61,70 persen, umur antara 26 sampai 35 tahun 14 orang, atau 23,30 persen, dan 37 sampai 45 tahun berjumlah 9 orang, atau 15,00 persen. Pekerjaan responden petani sebanyak 11 orang, atau 18,30 persen, nelayan 16 orang, atau 26,70 persen, pedagang 23 orang atau 38,30 persen, dan sisanya 10 orang, atau 16,70 persen yang bekerja disektor lainnya. Dibidang pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SLTA dan sarjana masing-masing sebanyak 33 orang (55 persen) dan 18 orang (30 persen) dan sisanya 15 persen terdistribusi untuk SD 1,70 persen, SLTP 5 persen, dan Deploma sebanyak 8,30 persen. Pendapatan responden juga menunjukkan sangat bervariasi, terdapat 6 orang, atau 10 persen berpendapatan lebih kecil dari Rp. 200.000, 14 orang (23,30 persen) berpendapatan sebanyak 201.000 sampai 400.000, pendapatan responden terbanyak berpendapatan antara 401.000 sampai 1.000.000 sebanyak 32 orang, atau 53,40 persen, dan sisanya sebanyak 8 orang atau 13,3 persen berpendapatan lebih besar dari Rp.1.000.000. Tanggungan keluarga adalah tanggung jawab responden untuk memenuhi kebutuhan baik anak, istri, dan famili yang tinggal dalam satu rumah. Tabel 4.3 memperlihatkan tanggungan responden 24 orang atau 40 persen memiliki tanggungan 1 orang, 8,30 persen memiliki tanggugnan sebanyak 2 orang, 21,70 persen memiliki tanggungan 3 orang, 23,30 persen memiliki 4 orang tanggungan. Sedangkan sisanya 4 orang atau 6,7% memiliki tanggungan lebih dari 4 orang Dari hasil ini juga terjawab bahwa hanya 22 orang responden, atau 36,70 persen mereka menjawab pendapatan tersebut mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, sebagian besar responden menjawab kadang-kadang yaitu sebanyak
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 65
31 orang, atau 51,70 persen, dan sisanya sebanyak 11,70 persen menjawab pendapatannya tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Status rumah responden menyewa sebanyak 46,70 persen, milik sendiri 45,00 persen, dan sisanya 8,30 persen menumpang. Sementara itu, bentuk rumah responden sederhana (papan) 30 orang, semi permanen 19 orang, dan permanen 11 orang. Responden yang mempunyai sarana komunikasi seperti Radio,TV, Parabola, dan telpon, 15 persen responden tidak memiliki alat komunikasi, responden yang memiliki sebagian sebanyak 45 orang, dan 40 persen responden menjawab memiliki semua peralatan alat komunikasi. Disisi lain terdapat 16,70 persen responden memiliki sepeda, 76,70 persen memiliki sepeda motor, dan hanya 6,70 persen responden memiliki mobil. Analisis Hasil Regresi Hasil estimasi model regresi yang memakai tiga variabel bebas dan satu variabel terikat disajikan dalam empat versi berdasarkan model yang digunakan. Keempat model yang akan dibahas terdiri dari satu model berganda dan tiga model regresi linier sederhana. Model pertama adalah pengaruh pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan responden terhadap jumlah pinjaman. Model kedua dan seterusnya merupakan
pengaruh pervariabel bebas (pendapatan,
pendidikan, jumlah tanggungan) tersebut terhadap pelayanan jasa Perum Pegadaian (jumlah pinjaman), masing-masing sebagai model kedua, ketiga dan keempat. Namun hasil olahan data model kedua, ketiga dan keempat hanya berfungsi sebagai alat bandingan diantara variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini. Adapun alat pengolahan yang digunakan adalah SPSS : Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jasa Perum Pegadaian Hasil olahan data yang menyajikan hasil estimasi pengaruh pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap pelayanan jasa Perum Pegadaian (jumlah pinjaman) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
21
66 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Tabel 7 : Hasil Estimasi Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Ekonomi (Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Tanggungan) Terhadap Pelayanan Jasa Perum Pegadaian
Variabel
T-Statistik 11 DF 0,7825 14,691 0,3254 6,417 0,0639 1,226 - 637.522,50 -3,841 R2-Adjusted = 0,8554 Koefisien
X1 X2 X3 Konstanta R2 = 0,8628
Sumber : Hasil Olahan Data dengan SPSS, 2004 Dari Tabel 7 di atas diperoleh Model sebagai berikut : Y = - 637.522,50 + 0,7825X1 + 0,3254X2+ 0,0639X3
Berdasarkan
model
tersebut
terlihat bahwa nilai variabel konstanta
sebesar minus (637.522,50) serta nilai koefisien Pendapatan (X1), Pendidikan (X2), dan Jumlah Tanggungan (X3) masing-masing sebesar 0,7825, 0,3254 dan 0,0639. Ini artinya apabila variabel independen (X1,X2,X3) dianggap sama dengan nol maka besarnya pelayanan jasa (jumlah pinjaman) Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh sebesar nilai konstantanya yaitu sebesar 637.522,50 Nilai konstanta yang negatif berarti bila variabel bebas diabaikan, maka jasa pegadaian yang diharapkan sulit untuk didapatkan. Hal ini beralasan karena pihak Perum Pegadaian sangat memperhatikan pendapatan
(dalam
bentuk
jaminan
barang
berharga),
disamping
juga
memperhatikan pendidikan responden, jumlah tanggungan. Nilai tersebut juga dapat dijelaskan bahwa bukan terjadi penambahan pelayanan jasa Perum Pegadaian melainkan harus melakukan pinjaman pada orang atau lembaga keuangan lain untuk memenuhi kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh pengguna jasa Perum Pegadaian. Kemudian nilai koefisien pada pendapatan responden yaitu sebesar 0,7825 ini artinya setiap perubahan 1% akan mempengaruhi perubahan jumlah pelayanan jasa Perum Pegadaian pada cabang Banda Aceh sebesar 0,7825 %, atau bila
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 67
terjadi perubahan dalam pendapatan sebesar 100%,- maka akan menyebabkan perubahan dalam pelayanan jasa (jumlah pinjaman) sebesar Rp. 78,25,- dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah. Nilai koefisien pada Pendidikan yaitu sebesar 0,3254 ini berarti setiap perubahan jenjang pendidikan baik dari SD ke SLTP, SLTP ke SLTA, maupun SLTA ke Perguruan Tinggi akan mempengaruhi besar kecilnya pelayanan yang diberikan oleh Perum Pegadaian terhadap pengguna jasa Perum Pegadaian sebesar Rp 0,3254 setiap perobahan jenjang pendidikan. Sementara itu, dari jumlah tanggungan juga memberikan pengaruh positif artinya bila dari responden mempunyai jumlah tanggung lebih banyak, akan mempengaruhi jumlah pinjaman yang akan diberikan, walaupun tidak sebaik pengaruh pendapatan dan jenjang pendidikan. Jumlah tanggungan keluarga responden hanya berelastisitas sebesar 0,06389, artinya bila terjadi peningkatan dalam jumlah tanggungan sebesar 1 orang maka akan menyebabkan peningkatan dalam pelayanan jasa Perum Pegadaian sebesar 0,06389. Dari tabel di atas juga diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8628 ini berarti pengaruh variabel bebas (independent variable) yakni pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap Variabel terikat (dependent Variable) yaitu besarnya pelayanan jasa Perum Pegadaian cukup besar di mana kemampuan independent variabel mempengaruhi dependent variable sebesar 86,28 persen sedangkan sisanya sebesar 13,72 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Dari hasil pengolahan data juga diperoleh adj. R2 sebesar 0,8554 yang bermakna bahwa keeratan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 85, 54 persen. Dari hasil pengolahan data juga diketahui variabel-variabel yang sangat mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan jasa Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh. Bila dilihat baik dengan model pertama atau kedua memperlihatkan bahwa secara keseluruhan faktor pendapatan sangat signifikan
21
68 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan jasa pengadaian dimana pada model pertama besarnya koefisien sebesar 0,7825. Sedangkan bila dilihat pada hasil olahan model kedua memperlihatkan besarnya koefisien sebesar 0,8715, dengan koefisien determinasi R2 sebesar 75,95 %. Di Pihak lain t-hitung memperlihatkan pengaruh nyata baik pada model pertama maupun model kedua. Walaupun model pertama lebih baik, namun keduanya signifikan dengan nilai masing-masing sebesar 14,691 dan 13,533. Untuk pendidikan (X2) besarnya koefisien pada model pertama sebesar 0,3254 dan meningkat menjadi 0,4940 pada model ketiga. Dengan t-hitung masingmasing sebesar 6,417 dan 4,327 masih signifikan bila dibandingkan dengan t-tabel yaitu sebesar 1,96 bila dilihat dari segi koefisien Determinasi (R2) pada model ketiga tidak signifikan yaitu sebesar 49,40 persen. Model keempat yaitu pengaruh jumlah tanggungan responden terhadap pelayanan jasa pengadaian memperlihatkan bahwa variabel ini dengan koefisien masing-masing sebesar 0,0639 dan 0,3147 dengan t-hitung mengalami peningkatan dari 1,226 (model pertama) menjadi 2,525 pada model kedua. Sedangkan koefisien determinasi merupakan indikator yang menunjukkan besarnya variasi pengaruh varibel bebas (X3) terhadap variabel terikat (Y) yaitu sebesar 31,47 persen. Angka ini bermakna bahwa jumlah tanggungan tidak begitu signifikan pengaruhnya terhadap pelayanan jasa Perum Pegadaian Cabang Banda Aceh. Berdasarkan kriteria diatas dapat dikatakan bahwa variabel pendapatan (X1) secara keseluruhan merupakan faktor sosial ekonomi yang sangat mempengaruhi pelayanan jasa Perum Pegadaian. Dan selanjudnya variabel pendidikan (X2) lebih signifikan bila dibandingkan dengan variabel jumlah tanggungan (X3).
Penutup
Kesimpulan 1). Perum Pegadaian berkali-kali mengalami perubahan, sejak dari Bank Van Lenning, Lecentiestelsel, Pachtelstel, Pegadaian Negeri, Perusahaan Negara
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 69
Pegadaian, Jawatan Pegadaian hingga kina bernama Perusahaan Umum Pegadaian (Perum Pegadaian ). Perubahan ini lebih ditekankan pada aspek manfaat yang dapat diperoleh oleh masyarakat, namun fungsinya sebagai lembaga keuangan non bank yang secara resmi menyalurkan dana tidak pernah berubah. 2). Perum Pegadaian merupakan lembaga yang melayani peminjaman yang mendesak secara tunai dengan menggunakan hukum gadai. Disamping tidak melihat kemana kredit digunakan oleh nasabah ( Perum Pegadaian tidak mengontrol pemakaian kredit oleh nasabah seperti pada lembaga perbankan umumnya. 3). Prospek Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan semakin mantap seiring dengan semakin aktif untuk mendekatkan diri pada masyarakat. Kondisi ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah nasabah sebanyak 16.467 jiwa pada tahun 1994 meningkat menjadi 43.685 jiwa, atau mengalami pertumbuhan rata-rata tiap tahun sebesar 9,27 persen. perkembangan nasabah juga diikuti dengan peningkatan jumlah pinjaman yaitu sebesar Rp.1.508.418.500 pada tahun 1994 menjadi sebesar Rp. 8.678.995.000
pada tahun 2004, atau
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 17,24 persen. 4). Dari hasil analisis dan estimasi diperoleh model pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat terhadap pemanfaatan jasa pelayanan Perum Pegadaian yaitu sebagai berikut : Y = - 637.522,50 + 0,7825X1 + 0,3254X2+ 0,0639X3. Terlihat bahwa semua variabel peubah (X1,X2,X3) berkorelasi positif terhadap variabel terikat (Y). Hasil olahan data juga memperlihatkan hubungan antara variabel (koefisien determinasi) sebesar
86,28 persen
mampu dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sementara dari segi t-hitung untuk masing-masing varibel bebas secara berututan adalah sebesar 14,69, 6,42, dan 1,23.
21
70 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
5). Dengan tingkat keyakinan sebesar 99 persen, hasil reggresi diperoleh baik secara aggregate maupun parsial bahwa faktor sosial ekonomi masyarakat yang paling nyata pengaruhnya terhadap pemanfaatan pelayanan jasa Perum Pegadaian secara berturut-turut adalah tingkat pendapatan (X1), pendidikan (X2), sedangakan jumlah tanggungan relatif kurang signifikan terhadap pemanfaatan jasa Perum Pegadaian, namun berkorelasi positif terhadap jumlah pinjaman.
Saran-Saran 1). Hasil
pengamatan
didapat
bahwa
pelayanan
yang
diberikan
oleh
pegawai/petugas Perum Pegadaian kepada nasabah cukup memuaskan. Namun demikian diperlukan inovasi-inovasi baru guna mempercepat akses pelayanan baik penggunaan alat-alat seperti komputer dan hal-hal lain yang dirasakan masih relatif kurang memadai guna peningkatan pelayanan kepada masyarakat untuk lebih mudah dalam menjangkau pemanfaatan jasa Perum Pegadaian. 2). Hal yang sangat mendesak untuk dilakukan saat ini adalah menarik perhatian masyarakat dalam pemanfaatan jasa Perum Pegadaian seperti promosi lembaga ini di berbagai media massa, melakukan pendekatan-pendekatan secara kekeluargaan dengan para nasabah dan juga masyarakat umum sebagai calon nasabah potensial, termasuk melakukan undian-undian berhadiah kepada nasabah guna memancing masyarakat untuk lebih memanfaatkan Perum Pegadaian. 3). Umumnya masyarakat di daerah ini bekerja pada pagi hari, sehingga menyebabkan tidak sempatnya masyarakat untuk memanfaatkan jasa Perum Pegadaian, dimana selama ini pelayanan dimulai dari pukul 0.8.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Mengingat akan hal tersebut, dirasa perlu adanya penambahan jam pelayanan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 71
Daftar Pustaka
Adinugroho, Cipto, 1994. “Perbankan Masalah Perkreditan”. PT. Pradya Paramita, Jakarta. Aswandi, 2001. “Kiat Menangani Keluhan Pelanggan”. Warta Pegadaian, Kupang. Kasmir, 1998, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT. Grafindo Persada, Jakarta. Koentjaraningrat, 1997. “Metode-metode Penelitian Masyarakat”. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nangoi, Ranald, 1998. “Menentukan Strategi Pemasaran dalam Menghadapi Persaingan”. Rajawali Pers, Jakarta. Niwal, Anita, 2000. “Studi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pemanfaatan Pelayanan Jasa Perum Pegadaian”, Skripsi, Medan. Rosyidi, Suherman, 1998. “Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro”. PT. Rajawali Pers, Jakarta. Soekanto, Soejono, 1997. “Sosiologi Suatu Pengantar”. Rajawali Pers, Jakarta. Selo Soemarjan dan Soeleman Soemantri, 1994. “Setangkai Bunga Sosiologi”. FEUI, Jakarta. Subagyo, Rudy Badrudin, Astuti Pernamawati AL-Kiravi, 1997. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. STIE YKPN, Yogyakarta. Suparmoko M, 1990. “Pengantar Ekonomi Makro”. BPFE, Yogyakarta.
21
72 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
Muhammad Nasir (Politeknik Negeri Lhokseumawe) Target of this Research is to analyse relation between education factor and training to officer performance as well as to know most dominant factor influence employees performance Politeknik Negeri Lhokseumawe While withdrawal of sample conducted by Purposive Random Sampling. Population in this research that is 453 people and becoming this research responder counted 100 responder. Instrument in this research that is questioner, using scale of Likert with index assess from one up to five. Later; Then obtained data in analysis through approach qualitative and quantitative. Result of research with method of OLS ( Ordinary Least Squares) obtained the following result : Y = 0,264 + 0,00435X1 + 0,331X2. yielded by Estimation coefficient is significant after trust more than 95%. From result of equation estimation obtained value of constant equal to 0,264. This value have a meaning of that level of officer performance equal to 0,264. If assumed observation variable value ( X1 and of X2) valuable zero. Coefficient of X1 is 0,00435 meaning if education variable equal to 1 set of hence officer performance also will mount 0,00435 set of with constant assumed other factor assumption, this matter indicate that ability of change in variable of X1 inelastic its change to officer performance variable (Y). Appreciation factor ( X2) have coefficient equal to 0,331, matter this means if variable of training mount equal to 1 set of, hence satisfaction of job also will mount 0,331 set of with constant assumed other factor assumption. Correlation coefficient among free variable with variable tied from equation of linear regression equal to 0,989 ( R= 0.989). determinacy coefficient obtained equal to 0,98 (= 0.978) or 97,8% change of officer performance influenced by training and education, whereas only 2,2% influenced by other factors outside factors which have been mentioned above which didn’t perceive in this research. Effort improve satisfaction of employees job cannot be conducted be glued certain method, however expected by totally. Keywords : Education, Training, and Performance
Muhammad Nasir adalah dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe 72
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 73
Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang peranannya dirasakan semakin penting bagi pengembangan. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi bermanfaat
bukan saja mengadakan penyesuaian
gerak
langkah organisasi atas perubahan iklim usaha yang begitu cepat, namun tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi tersebut memungkinkan organisasi untuk melakukan antisipasi terhadap kemungkinan berbagai perubahan dalam lingkungan. Pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk peningkatan produktivitas, mencegah keusangan pegawai dan mempersiapkan pegawai untuk bisa menerima tugas atau jabatan yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Pengembangan karier termasuk pendidikan dan pelatihan menekankan kepada manusianya, yaitu usaha untuk meningkatkan
nilai pegawai yang mencakup
peningkatan kemampuan, selalu bisa menyesuaikan diri dengan perubahan, dan siap untuk mengemban tugas atau jabatan yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Disamping itu pengembangan individu juga bermanfaat bagi organisasi, yaitu : peningkatan produktifitas, peningkatan moral, pengurangan biaya dan stabilitas serta fleksibilitas organisasi untuk menyesuaikan diri dengan persyaratan-persyaratan eksternal yang berubah. Peningkatan kinerja merupakan hal yang bersifat individual, setiap individu akan menghasilkan tingkat kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan rasa tanggung jawab yang mereka miliki. Semakin banyak kebutuhan, keinginan, dan hasrat karyawan yang terpenuhi maka semakin tinggi tingkat kinerja karyawan. Politeknik Negeri Lhokseumawe telah menjalankan peran, tugas dan kewajiban selama hampir 15 tahun, Politeknik Negeri Lhokseumawe saat ini mempunyai bidang keteknikan dan juga ketataniagaan. Sesuai dengan spesifikasinya, maka Politeknik diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang
21
74 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
timbul dalam masyarakat khususnya dalam bidang keteknikan. Disamping itu juga tidak melupakan masalah sosial lainnya terutama mengenai tanggung jawab moral bangsa serta kehidupan sosial masyarakat dilingkungannya. Tenaga dosen merupakan bagian yang terpenting dari proses belajar mengajar di Politeknik Negeri Lhokseumawe. Tenaga teknisi membantu tugas tenaga-tenaga dosen dalam proses belajar mengajar di laboratorium maupun bengkel. Tenaga pustakawan merupakan tenaga dengan jabatan fungsional yang bertugas di perpustakaan. Tenaga administrasi merupakan tenaga yang bertugas kerumah tanggaan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hingga saat ini (tahun 2004) jumlah karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe adalah sebanyak 234 orang dosen dan tenaga administrasi, teknisi, dan pustakawan berjumlah sebanyak 219 orang. Jenjang
Pelatihan yang
dilaksanakan pelatihan formal, dan non formal, sumber pelaksanaan pendidikan dan pelatihan selama ini adalah dari bantuan pemerintah/Depdiknas. Bantuan NAD I dan NAD II serta sumber bantuan Lain. Tempat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan selama ini di Unsyiah, ITB Bandung, ITS Surabaya Malaysia, Medan, Undana, UGM, Malang, Perancis, dan lain-lain. Selain dari bantuan ini, ada juga karyawan yang melanjutkan pendidikan dengan biaya sendiri dengan dengan persyaratan tidak menggangu kegiatan kerja di kantor. Politeknik menetapkan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi setiap karyawan untuk bisa mengikuti program pendidikan dan pelatihan. agar setiap karyawan dapat memenuhi standar yang ditetapkan sesuai dengan jabatan maupun tanggung jawab yang diembankan. Adapun yang menjadi perumusan masalah, berdasarkan latar belakang penelitian adalah (a) Bagaimana pengaruh faktor Pendidikan dan faktor Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe? (b) Faktor apa yang paling
dominan
mempengaruhi
kinerja
karyawan
Politeknik
Negeri
Lhokseumawe?. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : (a) Untuk mengetahui besarnya pengaruh Pendidikan dan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 75
Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe, (b) Untuk mengetahui faktor
yang paling dominan
mempengaruhi Kinerja pegawai
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Landasan Teoritis
Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu aktivitas dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja pegawai. Ada berbagai pengertian tentang pendidikan dan pelatihan yang dikemukakan oleh para ahli dibidang pendidikan maupun para ahli Manajemen sumber daya manusia Hasbullah (2001:1),” Pendidikan ialah usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Kemudian, Bernardin dan Russell (1993:297),” mengungkapkan bahwa pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, sedangkan pendidikan adalah untuk meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas keseluruhan lingkungan.” Definisi pendidikan dan pelatihan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan pengertian pendidikan dan pelatihan, sebagai berikut : a) bahwa pendidikan dan pelatihan itu tidak lain adalah merupakan suatu usaha manajemen sumber daya manusia b) Bahwa usaha itu dilakukan secara sadar c) Bahwa usaha itu dilakukan oleh orang-orang yang merasa bertanggung jawab kepada hari depan siswa d) Bahwa usaha itu selalu menuju kearah suatu tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai atau karyawan e) Bahwa usaha itu perlu dilaksanakan secara teratur dan sistematis
21
76 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
f) Pelatihan sifatnya hanya meningkatkan, mengubah kinerja tertentu dan bersifat rutin.
Tujuan Pendidikan dan Pelatihan Menurut
Flippo (1992 :215)” Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi
organisasi berupa : meningkatkan produktifitas, peningkatan moral, pengurangan biaya, dan stabilitas serta fleksibilitas
organisasi yang makin besar, untuk
menyesuiakan diri dengan persyaratan-persyaratan ekstern yang berubah. Bagi individu, dapat memenuhi kebutuhan dalam usaha mencari pekerjaan yang bermakna bagi karier seumur hidup.” Kemudian Hasbullah (2001:3) mengatakan bahwa tujuan Pendidikan dan pelatihan adalah untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan dan Pelatihan. Dari beberapa pendapat tentang tujuan pendidikan dan pelatihan di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan merupakan dasar untuk melakukan desain program pendidikan dan pelatihan. Disamping itu menunjukkan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan adalah untuk memenuhi kepentingan organisasi dan individu. Dari tujuan dan pelatihan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau perubahan tingkah laku pada para pegawai atau karyawan. Dengan meningkatnya pengetahuan, keterampilan yang dimiliki, maka akan meningkatkan produktifitas karena adanya peningkatan kualitas, peningkatan moral, dan peningkatan penguasaan pekerjaan. Juga diharapkan melalui pendidikan dan pelatihan ini pegawai dapat selalu mengikuti perkembangan, dan bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Pendidikan dan Pelatihan merupakan salah satu bentuk penghargaan secara tidak langsung, yang diberikan perusahaan bagi pegawai karena diberikan kesempatan. Disamping itu pendidikan juga sangat berguna bagi perencanaan sumberdaya manusia, diantaranya untuk melakukan promosi, maupun rekrutmen.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 77
Persyaratan masuk pendidikan Mengingat bahwa peran peserta juga menentukan keberhasilan pendidikan dan pelatihan, yaitu sebagai yang akan dibentuk maka agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan perlu dipilih calon-calon peserta yang memiliki potensi sesuai dengan tujuan program pendidikan. Menurut Musanef (1996:15), tujuan seleksi adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan suatu gambaran umum dari pribadi calon peserta. 2. Untuk mendapatkan ketegasan apakah calon peserta memenuhi syarat yang diminta dan untuk menilai kecakapannya 3. Untuk mendapatkan kesan tentang watak dan kepribadiannya 4. Apakah harus diberikan prioritas atau tidak, misal seseorang yang disamping memenuhi syarat juga mempunyai keahlian khusus yang amat berguna bagi kepentingan organisasi 5. Untuk menentukan calon peserta mana yang harus terus dicalonkan dan dipanggil guna mengikuti ujian-ujian selanjutnya.
Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Menurut
Ali
(1992:2),
“Kurikulum
merupakan
suatu
rancangan
pendidikan bagi pengalaman belajar di sekolah. Kurikulum merupakan rancangan induk yang meliputi semua pengalaman sekolah yang didalamnya teritegrasi nilainilai, filsafat, keyakinan serta pelaksanaan pendidikan. Dari pendapat tersebut kurikulum menyangkut kegiatan menerima dan menyatakan hasil belajar, pengalaman individual dan kelompok, pengalaman langsung atau tidak langsung, pengalaman belajar yang sederhana dan belajar tingkat tinggi, pengalaman belajar dengan atau tampa menggunakan alat. Kurikulum sebagai rencana pelajaran, yaitu kurikulum dalam bentuk rencana tentang sejumlah mata pelajaran atau bahan ajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk dipelajari siswa, yang mengikuti pada lembaga
21
78 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
pendidikan tersebut. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah. Pengalaman belajar itu bisa berupa mempelajari mata pelajaran, dan bisa pula berbagai kegiatan lain yang dianggap dapat memberi pengalaman belajar yang bermanfaat. Kurikulum sebagai rencana belajar merupakan kurikulum yang lebih rasional dibanding kedua jenis di atas. Pengertian kurikulum sebagai rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk dipelajari oleh siswa selama mengikuti pendidikan di suatu sekolah.
Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Untuk menilai keberhasilan pendidikan dan pelatihan ada berbagai ukuran, sesuai dengan tujuan dari perusahaan. Menurut Milkovich & Boudreau (1991:428) “ ada dua criteria dalam evaluasi pendidikan dan Pelatihan yaitu criteria internal dan eksternal”. Kriteria internal dikaitkan dengan isi atau materi program pendidikan dan pelatihan yang diberikan. Kriteria tersebut umumnya digunakan untuk mengevaluasi reaksi dari peserta mengenai program pendidikan dan pelatihan yang diikuti. Kriteria eksternal, dikaitkan dengan tujuan diadakan pendidikan dan pelatihan. Ukuran yang digunakan dengan melihat : kinerja karyawan atau perusahaan, perubahan volume penjualan, serta kenaikan atau menurunnya biaya.
Pengertian Kinerja Handoko (1998:135) mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan kerja yang dilaksanakan karyawan selama masa tertentu. Dalam pengertian yang hampir bersamaan di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:503), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
dan
kemampuan kerja berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah sesuatu prestasi kerja yang diperlihatkan oleh karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 79
Tujuan Penilaian Kinerja Setiap organisasi memiliki tujuan masing-masing dalam menilai kinerja karyawannya, Robbins (1996 :258) menyatakan bahwa tujuan dari penilai kinerja adalah untuk : 1. Menghitung kompensasi yang akan diberikan kepada karyawan 2. Memberikan upah balik kepada karyawan 3. Merupakan pelatihan bagi karyawan 4. Menentukan promosi bagi karyawan 5. Merupakan bagian perencanaan sumber daya manusia 6. Mengambil
keputusan
tentang
keberadaan
karyawan
apakah
akan
dipertahankan atau dikeluarkan 7. Merupakan riset organisasi P. Siagian (1996: 97) secara singkat menyatakan bahwa penilaian kinerja karyawan bertujuan untuk mengetahui prestasi para karyawan dimasa lalu, melainkan sekaligus untuk mengintensifikasikan potensi mereka untuk melakukan tugas baru termasuk melalui promosi, alih tugas dan alih wilayah kerja dimasa depan.
Jenis-jenis kriteria Kinerja Kriteria kinerja menggambarkan dimensi-dimensi yang digunakan mengevaluasi kinerja seseorang baik itu seseorang pemegang jabatan, karyawan biasa ataupun suatu tim. Dimensi-dimensi itu merupakan harapan kinerja yang berusaha dipenuhi individu dan tim guna mencapai tujuan organisasi Robbins (1996:159) menyatakan bahwa untuk menilai kinerja maka perlu dilihat tiga kriteria kinerja, yaitu : 1. Hasil tugas individual; merupakan hasil akhir yang diperlihatkan oleh karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan
21
80 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
2. Prilaku; Penetapan criteria kinerja melalui kelompok lebih mudah dievaluasi dari pada individual, karena bila criteria kinerja individual terdapat banyak sekali prilaku yang harus dievaluasi 3. Ciri; criteria yang ketiga ini sukar dievaluasi karena tidak ada ketetapan khusus, dalam criteria ciri, kinerja dievaluasi dengan kalimat-kalimat yang bermakna ganda seperti
sikap yang baik, bergerak dengan cepat dan
sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Karyawan merupakan individu yang berbeda antara satu dengan lainnya. Karena perbedaan tersebut setiap orang memiliki beberapa hal yang berbeda dalam memandang suatu persoalan. Begitu juga dengan kinerja. Beberapa karyawan menganggap bahwa faktor yang paling mempengaruhi kinerja mereka adalah besarnya gaji/upah. Sebagian besar lainnya menyatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi adalah penghargaan yang diberikan oleh organisasi tidak saja dalam bentuk gaji/upah juga penghargaan sebagai bagian dari suatu organisasi. Menurut Handoko ( 1998:139) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal berasal dari diri pribadi karyawan yaitu berupa motivasi. Sementara itu faktor eksternal berasal dari luar pribadi karyawan. Faktor eksternal berupa penempatan, pendidikan, gaji, penghargaan dan kepuasan kerja.
Metode Penelitian
Objek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Politeknik Negeri Lhokseumawe
Aceh
Utara, Ruang lingkup penelitian ini mengenai Pengaruh pendidikan dan Pelatihan dalam peningkatan Kinerja Karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Populasi dan Pengambilan Sampel
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 81
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf pengajar dan pegawai (Staf administrasi dan teknisi baik pada jejang jurusan maupun pada akademik, keuangan dan umum, perlengkapan, dan humas) total populasi adalah 234 staf pengajar dan 219 pegawai jadi total populasi adalah 453. Sedangkan sampel penelitian di pilih sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga dihasilkan sampel yang Representatif dari populasi tersebut. Sebagai langkah pertama dari penentuan sampel adalah membuat batasanbatasan dan ciri-ciri populasi. Semakin banyak karakteristik yang ada pada populasi maka semakin sedikit subjek yang tercakup dalam populasi dan berlaku sebaliknya. Oleh karena pertimbangan tersebut, maka penarikan sampel dilakukan secara Purposive Random Sampling yaitu sebanyak 100 responden
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara : a. Wawancara (interview), yaitu Tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait, sebagai nara sumber dari data yang penulis perlukan. b. Angket (kuestioner), yaitu dengan mengajukan seperangkat pertanyaanpertanyaan yang akan dijawab, oleh pihak-pihak nara sumber.
Operasional Variabel Adapun variabel-variabel penelitian yang akan diteliti adalah : a. Kinerja pegawai : yang dimaksud dengan Kinerja dalam penelitian ini adalah Usaha yang dilakukan organisasi untuk meningkatkan
kinerja pegawai.
Ukuran yang digunakan dengan peralatan skala likert b. Pendidikan, Usaha meningkatkan pengetahuan secara umum dan yang menyangkut perluasan wawasan keseluruhan dii ukur dengan skala likert. c. Pelatihan, Usaha peningkatan kemampuan atau ketrampilan dalam bidang operasional diiukur dengan skala likert.
21
82 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Metode Analisis data Pengujian hubungan sebab akibat dilakukan dengan menggunakan peralatan statistik Regresi Linier (Linier Regression) guna melihat seberapa besar peranan Pendidikan
dan Pelatihan
terhadap kinerja karyawan. Adapun
persamaan regresinya adalah sebagai berikut :. Y = β0 + β1X1+ β2X2 + e Dimana : Y X1 X2 β0 β1, β2 e
= Kinerja pegawai = Pendidikan = Pelatihan = Konstanta = Koefisien regresi = Error term
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Politeknik Negeri Lhokseumawe
didirikan tanggal 5 Oktober 1987,
kampus berlokasi di Buketrata Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Politeknik ini dibangun oleh Pemerintah RI, melalui proyek bantuan Bank Dunia XIII. Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud no. 100/0/1997 tanggal 9 Mei 1997, Politeknik Negeri Lhokseumawe dinyatakan kemandiriannya menjadi perguruan Tinggi Negeri. Sebelumnya sejak tahun 1987 Politeknik Negeri Lhokseumawe berada di bawah kelembagaan Universitas Syiah Kuala, yang mana pada saat itu bernama Politeknik Universitas Syiah Kuala. Pada awal Pendiriannya, Politeknik Negeri Lhokseumawe hanya memiliki pegawai Administrasi sebanyak 10 orang yang ditugaskan oleh Universitas Syiah Kuala. Beberapa orang calon tenaga edukatif dipersiapkan untuk pembukaan jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin dan Teknik Kimia. Pada tahap ini organisasi Politeknik Negeri Lhokseumawe dibina oleh Rektor Universitas Syiah Kuala dan dilaksanakan oleh seorang direktur yang dibantu oleh kepala-kepala bidang dan ketua-ketua jurusan.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 83
Pada
tahun
1987,
Politeknik
Negeri
Lhokseumawe
memulai
pendidikannya dengan 3 Jurusan yaitu : Teknik Sipil, Teknik Mesin dan Teknik Kimia. Tahun 1988 berdiri jurusan Teknik Listrik, Kemudian tahun 1989 jurusan tersebut diganti nama menjadi Jurusan Teknik Elektro dengan 2 program studi yaitu : Teknik Listrik dan Teknik Telekomunikasi. Pada tahun 1992 di tambah 1 program studi teknik
Elektronika. Pada tahun 1998 Politeknik Negeri
Lhokseumawe menambah 3 program Studi baru yaitu : Akutansi, Keuangan Perbankan dan Administrasi Bisnis dan ini berada dibawah Jurusan Tata Niaga.
Perkembangan Pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe
dalam melaksanakan aktivitasnya
didukung oleh sejumlah dosen dan karyawan ditempatkan berdasarkan porsi keahlian masing-masing. Untuk lebih jelasnya jumlah dosen berdasarkan jurusan pada Politeknik Negeri Lhokseumawe, dapat diperlihatkan pada tabel 1. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh rektorat yang dituangkan dalam program pengembangan Politeknik Negeri Lhokseumawe tahun 2003 jumlah staf pengajar sampai saat ini berjumlah 221 dosen tetap dan dibantu oleh 13 orang dosen tidak tetap. Sementara itu, jumlah karyawan administrasi, teknisi, dan pustakawan hingga saat ini berjumlah 219 orang. Jumlah karyawan administrasi sebanyak 119 orang , teknisi sebanyak 81 orang dan sisanya 11 orang adalah karyawan pustaka. Dilihat dari golongan terdapat 3 orang dengan golongan IIId dan IIIb dan hanya 1 orang dengan pangkat IIIc. Seterusnya 11 orang IIIa. Pada jenjang pendidikan deploma III dijumpai karyawan dengan pangkat II d serta II b masing-masing 12 dan 2 orang. Pada jenjang pendidikan SLTA dijumpai pegawai yang berpangkat sudah III b sebanyak 14 orang. Dan pangakat yang lebih banyak tersebar pada golongan IIc dengan kualifikasi ijazah setingkat SLTA.
21
84 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Tabel 1 : Jumlah Staf Pengajar pada Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun 2003 No
Dosen
Jurusan Tetap
Luar bisa
Total
1
Teknik Sipil
44
1
45
2
Teknik Kimia
38
2
40
3
Teknik Mesin
38
0
38
4
Teknik Elektro
50
5
55
5
Tata Niaga Jumlah
51 221
5 13
56 234
Sumber: Laporan Tahunan Politeknik Negeri Lhokseumawe, (diolah) tahun 2003
Tempat pelaksanaan Diklat PIM dilaksanakan oleh lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi. Adapun program pendidikan dan pelatihan lainnya bertujuan untuk memberikan pengetahuan maupun keterampilan, sesuai dengan tugas sekarang agar selalu bisa menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelaksanaan program ini diselenggarakan dalam bentuk penataran, seminar maupun bentuk pelatihan-pelatihan lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Tabel 2 : Jumlah Pegawai yang telah mengikuti, Pendidikan dan Pelatihan Tahun 1998 - 2003
Pendidikan Pelatihan Total Staf Non- Staf Staf Non- Staf pengajar Pengajar pengajar Pengajar 1998 6 17 12 35 1999 7 3 26 12 48 2000 5 2 33 15 55 2001 6 5 34 11 56 2002 4 3 27 19 53 2003 8 6 31 22 67 Jumlah 36 19 168 91 314 Sumber: Loporan Tahunan Politeknik Negeri Lhokseumawe, (diolah), 2003 Tahun
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 85
Tercatat 36 orang staf pendidikan sudah dikirim untuk melanjutkan pendidikan pada jejang yang lebih tinggi, disamping itu juga politeknik sudah mengirim karyawan untuk pendidikan sebanyak 19 orang sejak 6 tahun terakhir ini. Sementara itu, pada pelatihan juga dilakukan pembenahan-pembenahan guna meningkatkan jumlah staf pengajar dan karyawan dalam meningkatkan ilmu pengetahun. Untuk pelatihan jumlah dosen yang sudah mengikuti training, kursus dan lain-lainnya
tercatat sebanyak 168 orang dan karyawan sebanyak 91 orang.
Khusus untuk pelatihan keahlian khusus, setiap tahun ada program yang menawarkan tenaga administri, teknisi dan dosen untuk dikirim keluar daerah. Misalnya ke Bandung dan Surabaya.
Analisis Data Frekuensi Jumlah responden yang menjadi objek penelitian ini berjumlah 100 orang, yang semuanya merupakan pegawai baik PNS Politeknik Negeri Lhokseumawe, Pembahasan tentang karakteristik responden diperlukan untuk memberikan gambaran yang jelas kondisi riel responden yang diteliti.
Tabel IV.5
memperlihatkan bahwa rata-rata umur responden yang diteliti adalah usia dewasa dan produktif. Atau secara umum berada pada interval 25 – 45 tahun. Responden terbanyak pada interval 25 – 30 tahun, setara dengan 35 persen. Karakteristik lain dari responden adalah jenis kelamin. Dari hasil penelitian dijumpai frekuensi responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan. Responden laki-laki mencapai 71 responden atau 71 persen. Sedangkan sisanya 29 responden, atau 29 persen berjenis kelamin perempuan. Secara lebih jelas mengenai karakteristik jenis kelamin, jenjang pendidikan, kedudukan pada
jurusan, kedudukan tugas ditampilkan secara
bersamaan dalam tabel berikut.
21
86 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Selain karakteristik jenis kelamin, tabel di atas juga memperlihatkan karakteristik jenjang pendidikan tertinggi pernah responden ikuti. Ini bertujuan untuk mengetahui apakah posisi tempat responden bekerja sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Kesalahan dalam menempatkan pegawai tentu akan berdampak pada kinerja pegawai itu sendiri. Penempatan pegawai sesuai dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki akan memberi semangat yang lebih bagi pegawai untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang berlatar belakang pendidikan formal sarjana berjumlah 54 responden atau 54 persen, 16 responden berpendidikan magister (S2). Sisanya tersebar pada tingkat SLTA dan deploma masing-masing 13 dan 17 responden. Posisi kerja responden terbagi pada
kedudukan tugas pegawai dan
pegawai jurusan. Hasil pemilihan sampel, ternyata 4 persen bekerja pada kepegawaian, 5 persen Keuangan, 5 persen akademik , 6 persen perencanaan, 11 persen administrasi Umum, 6 Persen UPT, 28 persen Teknisi, 5 persen pustaka, Sementara sebagian besar (30 persen) adalah dosen. Responden terbanyak bekerja pada fakultas jurusan yaitu mencapai rata-rata 11 hingga 13 persen.
Analisis Data Kualitatif Kinerja Pegawai Pada tahap pertama akan dilakukan pembahasan mengenai variabel terikat (Y) yang menganalisa terhadap 5 pertanyaan. Kinerja pegawai merupakan salah satu faktor penting dalam menilai keberhasilan sebuah institusi termasuk juga lembaga yang penulis teliti ini. Dalam artian bahwa kinerja pegawai berkorelasi positif terhadap keberhasilan organisasi yang selanjutnya berdampak positif pada peningkatan tujuan utama dari sebuah pendidikan tinggi yaitu tridarma perguruan tinggi. Untuk kinerja pegawai ini dapat dijelaskan dalam sebuah penjelasan melalui pendekatan analisis kuantitatif dengan metode skala likert.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 87
Tabel 3 : Tabel Frekuensi Kinerja Pegawai (n = 100) No 1 2 3 4 5
Pertanyaan/pendapat
SM
Diklat sudah sesuai dengan yang diharapkan Penunjukan pegawai pada suatu jabatan berdasarkan prestasi Penghargaan yang diberikan sudah sesaui dengan prestasi kerja Lamanya promosi sesudah mengikuti pendidikan dan pelatihan Kebebasan dalam memilih bentuk pendidikan dan pelatihan
Frekuensi Jawaban M CM TM STM
RataRata
32
55
13
0
0
4,19
45
51
0
4
0
4,37
29
49
17
5
0
4,02
4
45
37
5
9
3,30
24
64
12
0
0
4,12
rerata Sumber : Data Primer (diolah), 2003 Ket : SM (Sangat Meningkat), M (Meningkat), CM (Cukup Meningkat), TP (Tidak Meningkat) dan STM (Sangat Tidak Meningkat)
Hasil Analisis juga memperlihatkan bahwa; Pertama, setelah mengikuti diklat apakah terjadi peningkatan tugas yang dibebankan oleh lembaga pada Bapak/Ibu. Dalam hal ini dari 100 orang responden yang diteliti dijumpai 87 orang atau 52 persen responden mengatakan dapat meningkat dan meningkat dengan pendapat ini. Kedua, apakah penunjukan pegawai sudah sesuai dnegan prestasi kerja, mencapai 96 persen berada pada kondisi sesuai dan sangat sesuai. Ketiga, mengenai penghargaan yang diberikan oleh Politeknik sudah sesuai dengan prestasi kerja, dalam hal ini relatif baik yaitu 78 persen di atas rata-rata. Pemberian kebebasan dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan khususnya untuk mengembangkan diri dalam membantu meningkatkan kinerja pegawai merupakan hal yang sangat diperlukan dan penting diperhatikan. Karena tanpa pemberian kebebasan dalam memilih kondisi yang sesuai, maka diperkirakan akan menghasilkan kinerja yang buruk. Hasil pengumpulan data diolah dan dianalisa secara frekuensi, dijumpai untuk 64 persen setuju (sangat ada) dan 24 persen sangat setuju dengan kebijakan atasan dan sisanya 12 persen menjawab cukup.
21
88 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai A. Variabel Pendidikan
Faktor Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dalam memicu semangat kerja pegawai. Urgensitas faktor ini dapat dijumpai pada item pertanyaan pertama yang berkenaan dengan materi pendidikan sesuai dengan tujuan program. Hal ini ditanggapi dengan jawaban yang mengatakan sangat sesuai 49 persen dan 47 persen sesuai, selebihnya sedang (cukup sesuai). Hal yang sangat bervariasi terlihat pada kesesuai pendidikan dengan jalur pendidikan sebelumnya. Terdapat 13 persen responden merasa sangat tidak sesuai dan 25 persen lainnya tidak sesuai serta 33 persen menjawab cukup sesaui. Hanya sebagian kecil dari responden yang sangat sesuai (4%) dan 25 persen merasa sesuai. Tabel 4 : Tabel Frekuensi Pendidikan (n = 100) No 1 2 3 4 5 6
Pertanyaan/pendapat Kesesuai materi tes dengan tujuan program Pendidikan yang ditugaskan sesuai dengan jalur pendidikan Kesesuain kurukulum pendidikan dengan tujuan progaram pendidikan Kesesuai metode dengan kemampuan tenaga pengajar Sistem evaluasi atau penilaian Kompetensi tenaga pengajar
SM
Frekuensi Jawaban M CM TM STM
Ratarata
49
47
4
0
0
4,45
4
25
33
25
13
2,82
49
43
8
0
0
4,41
41
51
8
0
0
4,25
49 4
43 25
8 0 33 25 Rerata
0 13
4,41 2,82 4,07
Sumber : Data Primer (diolah), 2003 Ket : SM (Sangat Meningkat), M (Meningkat), CM (Cukup Meningkat), TP (Tidak Meningkat) dan STM (Sangat Tidak Meningkat)
Berdasarkan banyaknya responden yang merasa tidak sesuai apabila disebutkan kesusuai kurikulum pendidikan dengan tujuan program pendidikan. Menunjukkan bahwa adanya keinginan dari pegawai terdapat kesusuai antara kurikulum dengan tujuan program. Selanjutnya mengenai hal ini dapat dilihat pada frekuensi responden yang merasa tidak merasa sangat sesuai 4 persen, 25 persen mengatakan sesuai dan 33 persen cukup sesuai. Dan sisanya mencapai 38
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 89
persen merasa tidak sesuai bahkan sangat tidak sesuai masing-masing 25 dan 13 persen.
B. Variabel Pelatihan Faktor Pelatihan sangat berperan dalam memicu peningkatan kinerja pegawai. Variabel ini dapat ditelusuri melalui penilaian kesusuaian antara pelatihan dengan materi yang diberkan. Untuk ini 64 persen responden sesuai dan 28 lainnya sangat sesuai dan sisanya adalah cukup sesuai. Selanjutnya untuk pertanyaan kesusuaian antara metode pengajaran dnegan tujuan program pelatihan relatif sudah sangat baik. Namun pada petanyaan metode tersebut sesuai pula dengan keinginan atau harapan bapak/ibu dalam upaya meningkatkan semangat belajar masih dijumpai responden yang merasa tidak sesuai. Hal ini diperlihatkan terdapat 14 persen responden yang tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Menyangkut dengan materi pengajaran sudah sesuai dengan kemampuan tenaga pengajar. Untuk ini dijumpai 37 persen merasa sangat sesuai dan selebihnya pegawai yang menjadi sampel merasa sesuai dan 4 persen cukup sesuai. Hal yang perlu mendapat sorotan adalah pada masalah evaluasi proses belajar mengajar, Pertama menganai tes pertengahan dan yang kedua tes pada akhir program. Untuk yang pertama 9 persen sangat tidak sesuai dan 5 persen tidak sesuai. Kemudia untuk yang kedua dan merupakan pertanyaan terakhir hampir semua responden mengatakan bahwa pada akhir progaram pelatihan selalu diadakan tes. Tabel 5 : Tabel Frekuensi Pelatihan ( n= 100 ) No 1 2
Pertanyaan/pendapat
SM
Dalam melaksanakan pelatihan, materi yang diberikan sesuai dengan tugas/pekerjaan yang anda laksanakan Adakah kesesuaian antara metode pengajaran dengan tujuan program
21
Frekuensi Jawaban M CM TM STM
Ratarata
28
64
8
0
0
4,20
33
63
4
0
0
4,29
90 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
3 4
5
6
pelatihan Apakah metode tersebut sesuai pula dengan keinginan atau harapan anda Apakah ada materi yang tidak sesuai dnegan kemampuan tenaga pengajar Untuk mengevaluasi proses belajar mengajar biasanya selalu diadakan tes, adakah tes yang dilakukan di pertengahan program pelatihan Adakah tes yang dilaksanakan diakhir program selalu diadakan
54
38
8
0
0
4,46
37
59
4
0
0
4,33
66
16
4
5
9
4,25
55
45
0
0
0
4,55
Rerata
4,31
Sumber : Data Primer (diolah), 2003 Ket : SM (Sangat Meningkat), M (Meningkat), CM (Cukup Meningkat), TP (Tidak Meningkat) dan STM (Sangat Tidak Meningkat)
Uji Reliabilitas Data Kualitatif Uji reabilitas dilakukan untuk memastikan instrumen tersebut merupakan alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Uji reabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang sama atau disebut juga Internal Consistency Realibility. Pada penelitian ini, uji reliabilitas alat ukur yang akan digunakan adalah dengan menggunakan cronbach alpha. Statistik tersebut berguna untuk mengetahui apakah pengukuran yang kita lakukan reliable. Jika nilai Cronbach alpha mendekati 1, ini menunjukkan bahwa pengukuran yang kita gunakan reliable atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada orang dan bentuk pertanyaan yang berbeda. Atau dengan kata lain Cronbach alpha menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada dalam penelitian ini, yang juga dapat dimungkinkan untuk mengukur objek yang sama dengan koefisien di atas 0,50 (Nunnally, 1967) atau Maholtra mensyaratkan minimum 0,60. Seperti yang sudah dijelaskan dalam metode penelitian, agar kuesioner yang diberikan dapat dinilai kehandalannya, digunakan analisis reliabilitas berdasarkan koefisien Cronbach alpha, yaitu suatu alat ukur yang banyak dipakai dalam ilmu sosial, yakni suatu indek beta dapat diandalkan (reliability test) skala
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 91
yang dibuat. Berdasarkan output SPSS terlihat nilai Cronbach Alpha cukup besar (mendekati 1) yaitu seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini : Tabel 6 : Hasil Perhitungan Reliabilitas Variabel Bebas dan Terikat (n = 100)
No
Variabel Penelitian
Jumlah Item
Alpha
Keterangan
1
Pendidikan
6
0,8001
Handal
2
Pelatihan
6
0,6404
Handal
3
Kinerja Pegawai
5
0,9312
Handal
Sumber : Hasil penelitian, (diolah) 2003 Berdasarkan angka-angka reliabilitas Cronbach alpha
tersebut terlihat
bahwa baik variabel Bebas maupun terikat seluruh item-item pembentuknya menghasilkan ukuran yang reliable. Dari tabel di atas merekomendasikan hasil uji realibilitas dari variabel tersebut valid. Ini dikukung oleh analisis reabilitas dengan Cronbach alpha, ternyata handal sesuai dengan koefisien minimum di atas 0,50 (Nunnally, 1967). Tabel 7 : Taraf Keberartian (n = 100)
Variabel Penelitian
Mean
Std. Error mean
T-hitung
T-tabel
Kesimpulan
1
Pendidikan
4,006
0,148
59,034
1,96
Signifikan
2
Pelatihan
3,818
0,199
55,057
1,96
Signifikan
3
Kinerja Pegawai
4,347
0,158
70,934
1,96
Signifikan
No
Sumber : Hasil penelitian, 2003 (diolah) Untuk mengukur taraf keberartian persepsi responde, maka digunakan mean standard atau nilai patokan yang ditetapkan sama dengan 3,00 dan dianggap
21
92 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
netral. Untuk melihat perbedaan rata-rata (diffrent mean) adalah nilai patokan dikurangi dengan nilai hasil olahan dari penelitian dengan program yang sama. Dari hasil perhitungan uji t dengan menggunakan SPSS diperoleh mean persepsi menyeluruh lebih besar 4. Sedangkan harga mean standar dikatakan persepsi positif yaitu sebesar 3,00. jika harga mean penelitian menyeluruh dibandingkan dengan harga mean standard ternyata harga mean penelitian lebih besar dari harga mean standard yang ditetapkan hasil pengolahan data. Artinya hasil penelitian jauh lebih baik dari harga patokan. Untuk menguji kehandalan dari mean penelitian, maka digunakan uji t. Dari hasil perhitungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai ternyata secara umum berpengaruh nyata. Untuk pendidikan dari mean wewenang yaitu 4,173 dan mean pelatihan 4,317. Sementara itu, untuk variabel terikat nilai mean 4,167. Sebagai pembanding dari kehandalan mean keseluruhan dari penelitian, maka diambil titik acuan t-tabel pada taraf signifikan alpha 5% (0,05) yaitu sebesar 1,96. dengan demikian harga t-hitung lebih besar dari harga t-tabel pada taraf signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan responden memiliki persepsi positif.
Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe Berdasarkan estimasi terhadap persamaan model, diperoleh hasil sebagai berikut : Y = 0,264 + 0,00435X1 + 0,331X2..Koefisien estimasi yang dihasilkan signifikan pada selang kepercayaan (SK) lebih dari 95 persen. Dari hasil estimasi persamaan diperoleh nilai konstanta sebesar 0,264. Nilai ini bermakna bahwa besarnya kinerja pegawai sebesar 0,264. Jika diasumsikan nilai variabel observasi (X1 dan X2) bernilai nol.. Koefisien X1 adalah 0,00435 yang berarti apabila variabel pendidikan meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai juga akan meningkat 0,435 persen dengan asumsi faktor yang lain dianggap konstan. Faktor pelatihan (X2) memiliki koefisien sebesar 0,331, hal ini berarti apabila variabel pelatihan
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 93
meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai juga akan meningkat 0,331 satuan dengan asumsi faktor yang lain dianggap konstan. Tabel 8 : Hasil Analisis Koefisien Reggresi Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe
Variabel
B
T Statistik
Standard Error
X1
0,004350
2,811
0,024
X2
0,331
11,914
0,028
KONSTANTA
0,264
12,289
0,021
R = 0,989
R2 = 0,978
F = 845,061
Sumber : Data Primer (diolah), 2003 Ket : Signifikan 95% Selanjutnya koefisien multiple korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat dari persamaan regresi linier adalah sebesar 0,989 (R= 0.989) yang artinya keeratan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas adalah sebesar 98,9%. Dengan perkataan lain, hasil perhitungan korelasi itu menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang erat antara besarnya peningkatan kinerja pegawai disatu pihak dengan variabel pendidikan dan pelatihan. Keofisien determinasi diperoleh sebesar 0,98 (= 0.978) atau 97,8% perubahan kinerja pegawai dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan, sementara hanya 2,2 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas yang tidak teramati dalam penelitian ini.
Uji Simultan (Signifikansi Fisher test) Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan (over all test ratio) antara vartiabel terikat dengan variabel bebas digunakan statistik uji F (F test). Pada level of significant 95% dengan derajat keabsahan df
21
(k-1) (n-k-1)
yaitu
94 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
F(0,05) df (5) (100). Hasil pengujian membuktikan bahwa F table sebesar 4,41 jauh lebih kecil dari Fhitung yaitu 845,061. Nilai ini mencerminkan bahwa terjadi penolakan terhadap Ho, yang bermakna penerimaan hipotesis Hi. Berarti variabel-variabel penjelas secara keseluhuhan berpengaruh nyata terhadap kinerja pegawai atau dapat dikatakan variabel pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Uji Parsial (Signifikansi t-test) Tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa penentuan nilai kritis dalam pengujian hipotesis terhadap koefesien regresi dengan distribusi tabel normal dengan memperhatikan tingkat Signifikansi (α) yang digunakan 5 %. Nilai kritis untuk pengujian sampel digunakan (n) = 100 dan variabel (k) = 2 jadi dfnya = (nk) = 97 dan α = 0,05. tabel distribusi t (normal) = 1,960. Nilai t
hitung
dari setiap koefesien regresi variabel independen lebih besar
daripada t tabel pada tingkat Signifikansi 5 %. Keputusannya menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis (Hi) untuk menguji variabel independen. Artinya dalam pengujian ini dapat dibuktikan secara statistik bahwa koefesien regresi X1 dan X2 berbeda dengan nol, sehingga kedua variabel independen tersebut di atas berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Dengan demikian variabel bebas berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Penutup
Kesimpulan 1. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara umum kinerja pegawai Poiteknik Negeri Lhokseumawe dipengaruhi peningkatan pendidikan dan pelatihan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian menghasilkan model sesuai dengan teori. Maknanya bahwa semua variabel bebas berkorelasi positif dalam meningkatkan kinerja pegawai. 2. Pada tingkat kesalahan (alpha) = 5 persen yang digunakan menunjukkan bahwa variabel terikat (kinerja pegawai) mampu dijelaskan oleh variabel
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 95
bebas (R2) sebesar 97,80 persen. Untuk menguji koefisien determinasi tersebut digunakan uji F (Fisher) pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat keabsahan df
(k-1) (n-k-1)
yaitu F(0,05) df
(5) (100).
Hasil pengujian membuktikan
bahwa F table sebesar 4,41 jauh lebih kecil dari Fhitung yaitu 845,061. Ini berarti variabel-variabel penjelas secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap kepuasan kerja pegawai. 3. Nilai t hitung dari setiap koefesien regresi variabel independen lebih besar daripada t tabel pada tingkat Signifikansi 5 %. Keputusannya menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis (Hi). 4. Pengujian variabel independen dapat dibuktikan secara statistik bahwa koefesien regresi X1 dan X2 berbeda dengan nol, sehingga kedua variabel independen, berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Dengan demikian variabel bebas berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe. 5. Berdasarkan hasil regresi juga menjelaskan bahwa variabel pelatihan adalah variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja pegawai, hal ini dapat dilihat pada koefisien regresi antara X1 (pendidikan) dengan X2 (pelatihan) yaitu masing – masing adalah 0,00435 dan 0,331.
Saran-Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian dan estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti sangat menentukan dalam memicu peningkatan kinerja karyawan. Oleh sebab itu tidak ada salahnya bila dalam upaya memperbaiki kinerja karyawan perlu diperhatikan variabel pendidikan dan model-model pelatihan yang relevan dengan ilmu dari staf pengajar dan karyawan. 2. Terlihat bahwa faktor-faktor yang menjadi variabel bebas saling terkait, artinya setiap variabel saling mendukung, walaupun pada setiap faktor tidak
21
96 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
menunjukkan pengaruh yang sama. Hal ini menandakan bahwa dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai tidak dapat dilakukan dengan terpaku pada metode tertentu, akan tetapi diharapkan secara menyeluruh. 3. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat direkomendasikan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karenya diharapkan kepada pimpinan di lembaga ini supaya dapat mengirimkan staf pengajarnya untuk mengambil pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal yang sama juga untuk bidang pelatihan, untuk hal ini diharapkan dapat dipilih model-model yang relevan dan dalam mendukung peningkatkan kinerja pegawai Politeknik Negeri Lhokseumawe dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Bernardin & Russel, 1993. Human Resources Management An Experiential Aprroach New York, MC Graw Hill.Inc Flippo Edwin.B. 1992. Management Personalia, ed enam, Jakarta, Erlangga Hani Handoko, 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, edisi kedua Yokyakarta, BPF Indrakusuma.A.D. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan, sebuah tinjauan tioritis Malang, FKIP. Musanef, 1996. Management Kepegawaian di Indonesia Jilid I, Jakarta. PT.Gunung Agung Milkovich George T. John W. Bouedreu, 1992. Human Resources Management, Boston Homewood. ILL Muhammad Ali.H.,1992. Pengembangan Kurikulum Sekolah, Bandung, Penerbit PT. Sinar Notoatmojo, Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta, Reneka Cipta Nur Alam dan Harmon harun, 2003. Himpunan Undang-Undang Kepegawaian, Jakarta PT.Raja Grafindo Persada Sudarwan, Danim 1995, Media Komunikasi pendidikan, Jakarta, Reneka Cipta Stephen P. Robbin, 1996, Manajemen, Edisi 6, Phehallindo.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 97
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJUALAN PRODUK M-BANKING PADA PT. BNI CABANG LHOKSEMAWE
Siti Maimunah
This research to know factors what influencing sale of M-Banking at Bank of BNI Branch Lhokseumawe as well as resistances description what faced in sale of MBanking at Bank of BNI Branch Lhokseumawe during the time. This research use data of secondary obtained of relevant institution that is PT BNI Tbk Branch Lhokseumawe. Beside that writer also conduct research of bibliography like books, magazine, journal and others to obtain; get strong bases and also according to in writing. Pursuant to result of estimation met by variable of constant have coefficient equal to 1,827. Variable promotion coefficient equal to 0,204, coefficient of variable amenity equal to 0,001093 this represent variable with smallest coefficient. For a while for the variable of freshmen and security equal to 0,387 and secret variable equal to 0,194. Level of influence of each variable conducted with testing value of R2. Pursuant to result of examination, hence found value of R equal to 0,935 meaning that influence of observation variable to variable dependent if conducted to each 0,935 ( 93,5%) the rest equal to 0.065 (6,5%) influenced by other factors. Meanwhile of value of R2 equal to 0,875, while the rest equal to 0,125 (12,5%) influenced by other factor which didn’t entered in model. Optimal of information technology in transaction of BNI Mobile so that executed transaction remain to date to up and as according to client expectation. Including also, developing promotion together with operator side phone cellular in socializing Mobile Banking at common society. Keywords : Sale, M-Banking, Informatics Technology
Siti Maimunah adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
97
21
98 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Pendahuluan
Industri perbankan kembali pulih pasca krisis moneter yang menimpa negeri kita perlahan-lahan mulai bangkit dengan injeksi dari rekapitulasi seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia. Produk-produk jasa dan pelayanan pada bank-bank belakangan ini semakin marak dikemas dan dikreasi sedemikian rupa untuk memikat nasabah baru sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Dalam Konteks, produk perbankan bekerjasama dengan operator telepon genggam mengembangkan M-Banking.
Pesatnya perkembangan teknologi
telepon genggam kuhususnya “Global system for mobile communication” (GSM), bahkan jauh dengan pertumbuhan telepon jaringan kabel (Fixed Line) Koloborasi industri perbankan dengan operator telepon selular yang mengemas layanan perbankan lewat telepon selular, sebuah layanan terkini hasil pengembangan dari electronic commerce (e-commerce).
Layanan ini tumbuh
karena adanya potensi pasar yang besar baik dilihat dari sisi perbankan dan operator telepon selular sehingga mempertemukan kedua industri ini untuk mengembangkan layanan mobile banking singkatnya M-Banking. Pelanggan selular maupun nasabah bank akan mendapatkan banyak kemudahan khususnya yang berurusan dengan transaksi, perbankan maupun operator sendiri akan berusaha memberikan tawaran yang menarik kepada nasabah dan pelanggan operator. M-banking dikembangkan pertama sekali pada tahun 2000, saat ini hampir 15 bank akan mengadopsi inovasi teknologi ini menjadi sebuah layanan wajib. Target pasar yang demikian besar akan sangat disayangkan apabila tidak digarap secara optimal. Dari nilai signifikannya sampai saat ini M-Banking belum memberikan pengaruh terhadap “revenue”, akan tetapi untuk layanan yang akan datang merupakan lahan bisnis yang paling efisien dan murah dari segi biaya investasi dan operasionalnya. Sebagai gambaran standar internasional memperkirakan bahwa biaya transaksi melalui ATM sampai dengan 40 sen USD atau setara dengan Rp.3.200, sedangkan melalui konter tunai sebesar USD.1.00 (Rp.8.200), tetapi melalui m-
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi......... 99
banking hanya 1 sen USD (Rp.80,-), akan rugi sekali apalagi layanan ini tidak dikelola secara optimal. Sisi investasi jelas biaya akan dapat dihemat, tetapi karena layanan ini masih tergolong awam akan memerlukan waktu dan pembelajaran pasar agar dapat lebih terima oleh masyarakat. Anggapan masyarakat awam M-Banking masih terlalu dini untuk dipakai, peranan perbankan harus lebih giat mempromosikan kepada pasar secara mendetail seperti keamanan bertransaksi, kemudahan-kemudahan, efisiensi dan efektivitas waktu pemakai. Pengamat tekhnologi informasi berpendapat M-Banking dari sisi keamanan tidak perlu ditakuti hanya saja pendekatannya harus lebih manusiawi (kultural), sehingga pelan tapi pasti konsumen akan merasa kecanduan, medel ini disebut “low hanging fruits” yang berarti tekhnologi diperkenalkan secara evolutif dan kultural. Hambatan terbesar untuk menggenjot pemasaran M-Banking itu adalah bagaimana meyakinkan konsumen bahwa M-Banking tersebut aman dan mudah, serta menciptakan pola kerjasama yang terintegrasi dengan operator dalam mengenalkan M-Banking. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: (a) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penjualan MBanking pada Bank BNI Cabang Lhokseumawe?, (b) Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam penjualan M-Banking pada Bank BNI Cabang Lhokseumawe selama ini?. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : (a) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penjualan MBanking pada Bank BNI Cabang Lhokseumawe, (b) Untuk mengetahui hambatanhambatan apa yang dihadapi dalam penjualan M-Banking pada Bank BNI Cabang Lhokseumawe selama ini.
21
100 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Tinjuan Tioritis
BNI Mobile BNI Mobile merupakan salah satu layanan channel electronic terbaru yang saat ini dimiliki Bank BNI. Dengan BNI Mobile, transaksi perbankan via PhonePlus dapat dilaksanakan kapan dan dimana saja tanpa batas dengan menggunakan fasilitas IVR, CSR, dan SMS. Sementara ini untuk dapat mendukung transaksi tersebut masih dibatasi dengan menggunakan kartu HALO (abondement) dengan Navigator64 dan Telkomsel dengan menggunakan SIM Card terbaru, yaitu Multimedia Card (MMC). Menurut buku petunjuk BNI Mobile yang dikeluarkan oleh PT. BNI (2003:4) terdapat 3 kemudahan utama dalam mengakses produk ini dengan PhonePlus yaitu : a) Time, layanan tanpa henti yang dapat melayani selama 24 jam; b) Place, siap melayani nasabah dimanapun tanpa nasabah harus beranjak dari tempatnya; dan c) Privacy, melakukan sendiri sehingga terjaga kerahasiaan dan transaksi yang dilakukan dapat dikontrol langsung. Akses BNI Mobile dengan PhonePlus keluaran terbaru (phase 2 +) dengan fasilitas dual Band dan menggunakan Short Message Service (SMS) melalui menu transaksi di HP. BNI Mobile dapat memberikan beberapa manfaat bagi BNI diantaranya adalah menambah alternatif channel bagi nasabah, mengurangi transaksi di depan teller dan ATM, dan meningkatkan image bahwa Bank BNI merupakan bank yang responsif dalam memenuhi kebutuhan nasabahnya.
Bank dan Kegiatannya Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tangal 10 November 1998 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian di tersebut di atas dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........101
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Adapun sumber-sumber dana bank yaitu :
1. Dana Sendiri Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri yaitu modal setoran dari pemegang saham. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari : a. Setoran modal dari pemegang saham. b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya ada cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada pemegang sahamnya. c. Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.
2. Dana dari Masyarakat. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk : a. Simpanan Giro (Demand Deposit) Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa ; Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet biro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
21
102 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Sedangkan simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu. b. Tabungan (Saving) Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, giro bilyet dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. c. Simpanan Deposito Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, bahwa deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank. Sementara itu, sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan.
3. Dana dari lembaga lainnya Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian dana. Pencarian dari sumber ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh melalui : a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank
Indonesia
kepada
bank-bank
yang
mengalami
kesulitan
likuiditasnya. b. Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........103
Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatannya bank dapat dibedakan antara kegiatan-bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas daripada bank perkreditan rakyat. Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah : 1. Kegiatan-kegiatan Bank Umum a. Menghimpun dana dari Masyarakat (Funding) dalam bentuk ; Simpanan Giro (Demand Deposite), Simpanan Tabungan (Saving Deposit), Simpanan Deposito (Time Deposit). b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk ; Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja dan Kredit Perdagangan. c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti ; Transfer, inkaso, kliring, dan lain-lain. 2. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Menghimpun dana dalam bentuk ; simpanan tabungan dan simpanan deposito. b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk ; kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit perdagangan. c. Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat yaitu ; menerima simpanan giro, mengikuti kliring, melakukan kegiatan valuta asing dan melakukan kegiatan perasuransian. 3. Kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing. Kegiatan bank umum campuran dan bank asing di Indonesia dewasa ini adalah: a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima simpanan dalam bentuk simpanan tabungan. b. Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti ; perdagangan internasional, bidang industri dan produksi, penanaman
21
104 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
modal asing/campuran, kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional. c. Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum seperti ; transfer, kliring, inkaso dan jasa bank umum lainnya. Produk Terdapat beberapa pergertian yang hampir bersamaan dalam pendifinisian menganai produk yang dikemukakan oleh para ahli. Misalnya menurut Assauri (1992:182) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi, dan gagasan atau buah pikiran. Sependapat dengan ini juga seperti Amstrong (1996:9) mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk dapat mencakup objek fisik, jasa,orang, tempat organisasi dan gagasan. Sementara itu, menurut Kotler (2000:12), produk adalah sesuatu yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Dalam seuatu produk ada beberapa factor yang terkandung di dalamnya yaitu ; Mutu/kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada, gaya (style) merek (brand names), pengemasan (packanging), ukuran (size), jenis (produk line), macam (produk items), jaminan (wranties) dan pelayan (service). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar baik berbentuk barang secara nyata atau berupa jasa yang tidak dapat diukur secara tepat.
Metode Penelitian
Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian adalah suatu proses yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........105
atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan tertentu (Suryabrata, 1997 : 59). Untuk menjawab permasalahan dibutuhkan data-data dan informasi yang dapat diperoleh dengan berbagai cara. Guna mendapatkan data dan informasi penulis melakukan penelitian langsung pada Bank BNI Cabang Lhokseumawe. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi Peningkatan Penjualan Jasa BNI Mobile. Oleh karena itu, variabel yang diamati meliputi variabel-variabel yang berkenaan Promosi, kemudahan, keamanan dan kenyamanan serta kerahasiaan yang diberikan selama produk ini diluncurkan di BNI Cabang Lhokseumawe.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumenter yaitu dengan memanfaatkan laporan penjualan bulanan dari unit pemasaran. Data penjualan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mulai dari Februari 2003, sejak diluncurkan sampai dengan September 2003. Untuk memperoleh data atau informasi lain guna memperkuat pembahasan penelitian ini, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara : a. Library Research, adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui bukubuku, majalah, artikel, buletin dan literatur lain berkaitan dengan objek yang akan dibahas. b. Field Research, adalah metode penelitian yang dilaksanakan secara langsung pada objek penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang sifatnya nyata. Sedangkan data yang akan diperoleh dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
Interview adalah suatu cara dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait.
21
106 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian yang dianggap tepat dan dapat melengkapi informasi yang diperlukan.
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara menyusun sejumlah pertanyaan. Item-item pertanyaan dirancang sedemikian rupa guna mendapatkan data yang realibel dan valid. Pertanyaan tersebut diberikan dan diisi oleh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Populasi dan Sampel Produk BNI Mobile merupakan produk terbaru yang diluncurkan oleh pihak manajemen Bank BNI Cabang Lhokseumawe yang masih perkembangan penjualannya masih sangat terbatas, disebabkan kurangnya informasi yang mudah dipahami oleh kalangan masyarakat Kota Lhokseumawe. Oleh karena itu populasi dari pengguna produk ini masih sangat terbatas pada kalangan tertentu terutama hanya pada masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas. Sehingga dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh pengguna yang telah ada ditambah dengan nasabah potensial pengguna produk BNI Mobile. Dari sekian banyak populasi tersebut di ambil 75 orang sebagai sampel penelitian dengan menggunakan teknik sampel berstrata (stratifiet sampling). Pengambilan sampel diambil dari nasabah yang berpendidikan menengah ke atas, demikian juga dengan berpendapatan di atas 1 juta rupiah ke atas.
Definisi Operasional Variabel Adapun variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Perkembangan Pejualan BNI Mobile Yaitu besarnya reward yang diperoleh dari hasil penjualan produk ini, yaitu hasil dari usaha (operating income) yang dihasilkan dari selisih perbandingan pendapatan (revenue) dan biaya-biaya usaha (operating expenses). Variabel
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........107
penelitian ini bertindak sebagai variabel terikat (dependent variable) dan nilainya diukur dalam satuan rupiah. b. Promosi Suatu usaha pemasaran yang dilakukan oleh seseorang, badan usaha maupun lembaga bisnis lainnya dalam memperkenalkan produk yang diluncurkan kepada masyarakat sebagai konsumen. Dalam penelitian ini variable promosi diukur dengan menanyakan kepada responden sejauhmana penilaian yang diberikan terhadap promosi yang dilakukan oleh Bank BNI Cabang Lhokseumawe. Ukuran yang diberikan ditetapkan dengan data koding. c. Kemudahan Kemudahan merupakan pendapat atau persepsi responden tentang produk BNI Mobile, data ini dalam bentuk data ordinal. Oleh karenanya data ini dibuat dalam skala likert. kemudahan bertindak sebagai variabel bebas (independent variable). d. Keamanan dan Kenyamanan Keamanan dan kenyamanan (safety and security) adalah persepsi responden dalam
menilai sejauhmana penggunaan
produk
BNI Mobile
dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, data ini dalam bentuk data ordinal. Oleh karenanya data ini dibuat dalam skala likert. kemudahan bertindak sebagai variabel bebas (independent variable). e. Kerahasiaan Kerahasiaan merupakan pendapat atau persepsi responden tentang produk BNI Mobile
apakah
dapat
menjamin
kerahasiaan
setiap
transaksi
yang
dilaksanakan oleh penggunanya, data ini dalam bentuk data ordinal. Oleh karenanya data ini dibuat dalam skala likert. kemudahan bertindak sebagai variabel bebas (independent variable).
21
108 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Metode Analisa Data Berdasarkan pada masalah, tujuan penelitian, serta memperhatikan sifatsifat data yang dikumpulkan, maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik inferensial. Teknik analisis statistik infrensial digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan antara variabel penelitian. Sehingga digunakan analisis regresi untuk mengetahui besaran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji taraf siknifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat akan digunakan uji F dan uji t. Untuk
mengetahui
besarnya
peran
variabel
penelitian
terhadap
peningkatan penjualan BNI Mobile, dilakukan dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda guna melihat sejauh mana hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Baik pengujian maupun penganalisaan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = βo + β1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + εi Dimana : Y = Perkembangan Penjualan BNI Mobile X1 = Promosi. X2 = Kemudahan. X3 = Keamanan dan Kenyamanan. X4 = Kerahasian. βo = Konstanta = koefisien regresi (parameter yang diestimasi) β1-4 εi = Error term Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisa regresi dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan besarnya koefisien regresi dari persamaan regresi yang telah dikemukakan di atas.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........109
2. Mencari besarnya nilai determinasi atau r2 yang merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya persentase hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. 3. Melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian untuk menentukan tingkat signifikansi setiap variabel besarnya (X) secara individu dengan menggunakan uji t. berdasarkan perhitungan yang dilakukan apabila Thitung lebih besar dibandingkan dengan Ttabel, maka Ho ditolak dan Hi di terima. Kesimpulan dari keadaan ini adalah terbukti variabel-variabel observasi mempengaruhi perkembangan penjualan BNI Mobile. 4. Melakukan uji F guna menentukan tingkat signifikansi secara keseluruhan. Pada tingkat keyakinan (level of significant) sebesar 95%. Pengujian hipotesis dengan uji F dilakukan dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho tolak dan Hi di diterima. Kesimpulan yang dapat diambil adalah secara simultant bahwa signifikan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent variable).
Hasil dan Pembahasan
Perkembangan Penjualan Produk M-Banking Pengguna produk M-Banking masih sangat terbatas oleh segmen tertentu. Hal ini selain disebabkan produk ini merupakan produk yang masih baru dan menggunakan teknologi yang cukup canggih. Sejak produk ini diluncurkan dan di pasarkan pada Cabang Lhokseumawe penjualan produk M-Banking belum memperlihatkan hasil yang signifikan, empat bulan sejak dipasarkan situasi daerah yang belum stabil sangat mempengaruhi penjualan karena pada bulan Mei 2003 diberlakukannya darurat militer di Propinsi NAD.
21
110 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Perkembangan penjualan produk M-Banking di Kota Lhokseumawe selama bulan Februari sampai dengan September 2003 selengkapnya akan disajikan dalam tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 : Perkembangan Penjualan Produk M-Banking Bank BNI Cabang Lhokseumawe Periode Februari – September 2003
No Bulan Penjualan 1 Februari 4 2 Maret 2 3 April 2 4 Mei 2 5 Juni 2 6 Juli 2 7 Agustus 1 8 September 0 Jumlah 15 Sumber : Bank BNI Cabang Lhokseumawe, 2003
Persentase 26,66 13,33 13,33 13,33 13,33 13,33 6,66 0 100,00
Analisis Frekuensi Data Penelitian A. Promosi Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan promosi yang dilakukan oleh pihak manajemen Bank BNI Cabang Lhokseumawe dalam menjual produk MBanking kepada masyarakat Kota Lhokseumawe dilakukan dengan menanyakan langsung kepada pihak pengguna dalam hal ini nasabah Bank BNI Cabang Lhokseumawe yang menjadi responden penelitian dengan mengajukan empat pertanyaan yang berhubungan dengan variabel promosi; yaitu: QX101. Dalam memasarkan produk M-Banking Bank BNI sudah menyebarkan informasi yang cukup kepada masyarakat. QX102. Bank BNI telah menerapkan system periklanan yang tepat untuk meningkatkan penjualan produk M-Banking. QX103. Promosi yang diterapkan Bank BNI dalam meningkatkan penjualan MBanking tidak hanya membatasi kepada kalangan masyarakat tertentu. QX104. Promosi mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan penjualan setiap produk yang dikeluarkan oleh Bank BNI.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........111
Tabel di 2 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan dari 75 responden yang menjawab 4 pertanyaan yang diajukan sehingga total jawaban yang terkumpul sebanyak 300 jawaban. Dari 300 jawaban yang terkumpul tersebut, jawaban yang paling banyak adalah setuju dengan frekuensi 107 jawaban (35,67%), kurang setuju 104 jawaban (34,67%), sangat setuju 48 jawaban (16%) dan jawaban yang tidak setuju sebanyak 41 jawaban (13,67%). Jawaban-jawaban sangat setuju yang paling banyak dijumpai pada pertanyaan QX103 tentang Promosi yang diterapkan Bank BNI dalam meningkatkan penjualan M-Banking tidak hanya membatasi kepada kalangan masyarakat tertentu saja dengan frekuensi jawaban mencapai 23 orang (30,7%) dari 75 responden. Sementara jawaban setuju paling
banyak dijumpai pada
QX104 mencapai 50 orang (66,7%), jawaban kurang setuju paling banyak dijumpai pada QX101 mencapai 49 orang (65,3%) dan jawaban tidak setuju paling banyak dijumpai pada QX102 yaitu 29 orang (38,7%). Tabel 2 : Rekapitulasi Jawaban Responden Atas Pertanyaan Penelitian Tentang Variabel Promosi
Responsibility
Total
No
Variabel Promosi
1
QX101
-
16
49
10
2
QX102
8
15
23
3
QX103
23
26
4
QX104
17
Total Persentase
Sangat Setuju
Setuju Kurang Tidak Sgt Tdk Setuju Setuju Setuju
F
%
-
75
25
29
-
75
25
24
2
-
75
25
50
8
-
-
75
25
48
107
104
41
-
300
100
16,0%
35,7%
34,7%
13,7%
-
100%
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah), 2003
21
112 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
B. Kemudahan Untuk mengetahui sejauhmana kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pihak manajemen Bank BNI Cabang Lhokseumawe kepada nasabah dalam menjual produk M-Banking kepada masyarakat Kota Lhokseumawe dilakukan dengan menanyakan langsung kepada pihak pengguna dalam hal ini nasabah Bank BNI Cabang Lhokseumawe yang menjadi responden penelitian dengan mengajukan empat pertanyaan yang berhubungan dengan variabel kemudahan; yaitu: QX201. Produk M-Banking dapat digunakan dengan mudah dalam setiap transaksi. QX202. Dalam
menggunakan
produk
M-Banking
nasabah
Bank
BNI
mendapatkan pelayanan yang prima. QX203. Tidak memerlukan proses administrasi yang sulit untuk mendaftarkan diri sebagai pengguna M-Banking. QX204. Transaksi yang dilakukan dengan M-Banking dapat dengan waktu yang cepat dan efisien. Tabel 3 : Rekapitulasi Jawaban Responden Atas Pertanyaan Penelitian Tentang Variabel Kemudahan
No
Variabel Kemudahan Sangat Setuju
Responsibility
Total
Setuju Kurang Tidak Sgt Tdk Setuju Setuju Setuju
F
%
1
QX201
-
38
37
-
-
75
25
2
QX202
13
56
6
-
-
75
25
3
QX203
23
52
-
-
-
75
25
4
QX204
4
50
17
4
-
75
25
Total
40
196
60
4
-
300
100
Persentase
13,3%
65,3%
20,0%
1,3%
-
100%
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah), 2003
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........113
C. Keamanan dan Kenyamanan Untuk mengetahui sejauhmana keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh pihak manajemen Bank BNI Cabang Lhokseumawe dalam menjual produk M-Banking dilakukan dengan menanyakan langsung kepada pihak pengguna dalam hal ini nasabah Bank BNI Cabang Lhokseumawe yang menjadi responden penelitian dengan mengajukan empat pertanyaan yang berhubungan dengan variabel keamanan dan kenyamanan; yaitu: QX301. Nasabah yang menggunakan produk M-Banking terjamin keamanannya dalam melakukan transaksi. QX302. Transaksi dapat dilakukan dengan penuh kenyamanan oleh setiap nasabah Bank BNI pada setiap waktu. QX303. Transaksi dengan M-Banking dapat menghindarkan nasabah bank BNI dari kecurangan-kecurangan yang dilakukan pihak ketiga. QX304. Bank
BNI memberi jaminan
penuh
bagi
nasabahnya,
dengan
menyediakan produk M-Banking dengan perlindungan teknologi tinggi. Tabel 4 : Rekapitulasi Jawaban Responden Atas Pertanyaan Penelitian Tentang Variabel Keamanan dan Kenyamanan
Variabel No Keamanan dan Sangat Kenyamanan Setuju
Responsibility
Total
Setuju Kurang Tidak Sgt Tdk Setuju Setuju Setuju
F
%
1
QX301
13
44
18
-
-
75
25
2
QX302
24
38
13
-
-
75
25
3
QX303
15
54
6
-
-
75
25
4
QX304
41
34
-
-
-
75
25
Total
93
170
37
-
-
300
100
Persentase
31,3%
56,7%
12,0%
-
-
100%
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah), 2003
21
114 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
Secara garis besar dapat dideskripsikan bahwa untuk jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam variabel keamanan dan kenyamanan dari 300 jawaban yang diberikan oleh 75 responden, 170 jawaban (56,7%) diantaranya menjawab setuju, 93 jawaban (31,3%) menjawab sangat setuju dan 37 jawaban (12%) lainnya menjawab kurang setuju. Jawangan sangat setuju yang paling banyak dijumpai pada pertanyaan keempat atau QX304.
D. Kerahasiaan Untuk mengetahui sejauhmana kerahasiaan nasabah dapat dijaga oleh pihak manajemen Bank BNI Cabang Lhokseumawe dalam menjual produk MBanking kepada masyarakat Kota Lhokseumawe dilakukan dengan menanyakan langsung kepada pihak pengguna dalam hal ini nasabah Bank BNI Cabang Lhokseumawe yang menjadi responden penelitian dengan mengajukan empat pertanyaan yang berhubungan dengan variabel kerahasiaan; yaitu: QX401. Kerahasiaan dalam melakukan transaksi dapat meningkatkan penjualan produk M-Banking Bank BNI QX402. Transaksi yang dilakukan seorang nasabah tidak harus melalui operator di Bank BNI. QX403. Transaksi yang dilakukan dengan M-Banking tidak dibatasi harus dalam lokasi tertentu. QX404. Bank BNI menjamin kerahasiaan setiap transaksi yang dilakukan nasabahnya.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........115
Tabel 5 : Rekapitulasi Jawaban Responden Atas Pertanyaan Penelitian Tentang Variabel Kerahasiaan
Responsibility
Total
No
Variabel Kerahasiaan
1
QX401
45
23
7
-
2
QX402
20
35
20
3
QX403
-
45
4
QX404
21
Total Persentase
Sangat Setuju
Setuju Kurang Tidak Sgt Tdk Setuju Setuju Setuju
F
%
-
75
25
-
-
75
25
30
-
-
75
25
35
19
-
-
75
25
86
138
76
-
-
300
100
28,7%
46,0%
25,3%
-
-
100%
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah), 2003 Sebagaimana halnya jawaban yang diberikan responden pada variabel keamanan dan kenyamanan di atas, pada variabel kerahasiaan ini juga hanya dijumpai tiga jenis penilaian yaitu sangat setuju 86 jawaban (28,7%), setuju 138 jawaban (46%) dan kurang setuju 76 jawaban (25,3%). Jawaban-jawaban yang diberikan responden atas setiap pertanyaan dari masing-masing variabel menunjukkan baik atau buruknya apa yang dilakukan pihak manajemen Bank BNI dari variabel-variabel yang dimasukkan dalam model penelitian ini. Selanjunya untuk memudahkan melihat perbedaan respon yang diberikan oleh responden terhadap variabel-variabel yang diteliti akan ditampilkan dalam tabel berikut: Walaupun secara umum jawaban yang diberikan dominan menjawab setuju, namun dapat dilihat perbedaan jawaban misalnya pada promosi sangat banyak dijumpai responden yang menjawab kurang setuju bahkan tidak setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa responden masih menilai bahwa promosi yang
21
116 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
dijalankan pihak manajemen Bank BNI Cabang Lhokseumawe masih kurang optimal. Hal ini mungkin terjadi karena produk M-Banking masih merupakan produk yang baru, sehingga promosi masih terbatas. Tabel 6 : Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Penelitian
Responsibility
Total
No
Variabel
Sangat Setuju
1
Promosi
48
107
104
41
2
Kemudahan
40
196
60
3
Keamanan dan Kenyaman
93
170
4
Kerahasiaan
86
Total Jawaban Persentase
Setuju Kurang Tidak Sgt Tdk Setuju Setuju Setuju
F
%
-
300
25
4
-
300
25
36
-
-
300
25
138
76
-
-
300
25
267
611
277
45
0
1200 100
22,3%
50,9%
23,1%
3,7%
-
100%
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah), 2003
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan Variabel-variabel yang diduga dapat mempengaruhi penjualan Produk MBanking Bank BNI Cabang Lhokseumawe, dicoba rumuskan dalam sebuah model penelitian.
Seberapa
besar
kontribusi
masing-masing
variabel
dapat
mempengaruhi penjualan produk M-Banking, telah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan alat analisis regresi berganda. Hasil pengolahan data-data penelitian secara lengkap dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........117
Tabel 7 : Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penjualan Produk M-Banking Bank BNI Cabang Lhokseumawe
Variabel
Koefisien
Thitung
Std. Error
Konstanta
1,827
2,269
0,805
X1
0,204
2,283
0,072
X2
1,093E-02
1,060
0,182
X3
0,387
3,224
0,120
X4
0,194
2,232
0,087
Ttabel = 1,960
Fhit = 121,942
Df = 75 – 4 – 1 = 70
R = 0,935 R2 = 0,875
Ftab =
4,826
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah), 2003 Berdasarkan data-data hasil pengolahan yang disajikan dalam tabel 7 di atas memperlihatkan bahwa koefisien elastisitas masing-masing variabel observasi berada pada posisi inelastis dan hanya konstanta yang mempunyai koefisien elastis. Keadaan ini menunjukkan bahwa peningkatan dalam hal promosi, kemudahan, keamanan dan kenyamanan serta kerahasiaan mengalami perubahan lebih kecil dalam mempengaruhi penjualan produk M-Banking Bank BNI Cabang Lhokseumawe. Data-data dari tabel di atas bila dimasukkan dalam model penelitian, maka hasilnya adalah: Y=
1,827 + 0,204X1 + 1,093E-02X2 + 0,387X3 + 0,194X4
Dari formulasi model di atas maka variabel konstanta mempunyai koefisien sebesar 1,827 yang berarti bahwa apabila variabel-variabel observasi tidak mengalami perubahan, maka dapat penjualan produk M-Banking sebesar 18,27%. Sementara koefisien variabel promosi sebesar 0,204 yang berarti bahwa apabila promosi ditingkatkan 1 (100%) hanya mampu meningkatkan penjualan
21
118 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
sebesar 1,204 (20,4%), koefisien variabel kemudahan sebesar 1,093E-02 (001,093) yang berarti bahwa apabila kemudahan ditingkatkan sebesar 1 (100%) hanya mampu meningkatkan penjualan sebesar 1,093E-02 (001,09%) dan ini merupakan variabel yang mempunyai koefisien elastisitas paling kecil dari semua variabel yang diobservasi. Sementara koefisien variabel keamanan dan kenyamanan sebesar 0,387 yang berarti bahwa apabila keamanan dan kenyaman bagi nasabah dalam menggunakan produk ini dapat ditingkatkan 1 (100%) mampu meningkatkan penjualan sebesar 0,387 (38,7%). Koefisien variabel kerahasiaan sebesar 0,194 yang berarti bahwa apabila kerahasiaan dalam melakukan transaksi dapat dijaga dan ditingkatkan sebesar 1 (100%) maka hanya akan mampu meningkatkan penjualan sebesar 0,194 (19,4%). Untuk melihat besarnya pengaruh dari faktor promosi (X1), kemudahan (X2), keamanan dan kenyamanan (X3) serta kerahasiaan (X4) dilakukan dengan menguji nilai r2. berdasarkan hasil pengujian, maka ditemukan nilai r sebesar 0,935 yang berarti bahwa pengaruh variabel observasi terhadap dependen variabel apabila dilakukan untuk masing-masing variabel sebesar 0,935 (93,5%) sisanya sebesar 0,065 (6,5%) dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sementara itu nilai r2 sebesar 0,875 yang berarti bahwa apabila variabel-variabel observasi diuji secara serempak hanya mampu mempengaruhi penjualan sebesar 0,875 (87,5%) sedangkan sisanya sebesar 0,125 (12,5%) lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam bab dua penelitian ini, maka penulis mencoba untuk membuktikan kebenaran dan dugaandugaan mengenai hasil penelitian ini. Pembuktian pertama dilakukan dengan menguji t dimana apabila nilai t-hitung masing-masing variabel lebih besar dari nilai kritis t-tabel, maka hipotesis dianggap benar. Nilai t-hitung masing-masing variabel adalah 2,832(X1), 1,060(X2), 3,224(X3) dan 2,232(X4) apabila dibandingkan dengan nilai kritis t-tabel pada df = n-k-1 (75-4-1=70) sebesar 1,960 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........119
promosi (X1), keamanan dan kenyamanan (X3) dan kerahasiaan (X4) mempunyai signifikansi pengaruh yang baik dalam meningkatkan penjualan produk MBanking Bank BNI Cabang Lhokseumawe, hanya saja hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel kemudahan (X2) tidak dapat menunjukkan signifikansinya dalam mempengaruhi penjualan, sehingga variabel ini tidak bisa dijadikan estimator dalam meningkatkan penjualan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila dilakukan pengujian masing-masing variabel dengan uji t, maka hasilnya hipotesis yang dirumuskan pada bab sebelumnya tidak semuanya benar karena masih terdapat variabel yang tidak dapat menjelaskan signifikansinya dalam mempengaruhi dependen variabel. Sehingga harus dilakukan pengujian dengan metode lain agar hasilnya lebih baik. Pembuktian kedua dilakukan dengan pengujian secara serempak (over all) terhadap semua variabel yang diobservasi dengan uji F. Hasil pengujian ditemukan bahwa nilai F-test sebesar 121,942 jauh lebih besar dibandingkan nilai kritis F-tabel yang hanya sebesar 4,826 dengan demikian pengujian ini telah memenuhi syarat untuk menerima hipotesis nol (Ho) dan menolak hipotesis alternatif (Hi).
Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Berdasarkan hasil penelitian, penulis tidak banyak menjumpai hambatanhambatan yang berarti dalam penjualan produk M-Banking Bank BNI Cabang Lhokseumawe. Hambatan-hambatan terjadi hanya karena waktu, mengingat produk ini masih sangat baru sehingga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Beberapa hambatan yang dihadapi oleh pihak manajemen Bank BNI dalam memasarkan produk ini antara lain;
21
120 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
A. Hambatan Internal
Masih kurang efektifnya promosi dan informasi kepada massyarakat luas mengenai adanya produk baru Bank BNI yang mampu bekerja secara otomatis.
Kurang berfungsinya secara optimal pusat pelayanan nasabah yang menggunakan produk M-Banking ini.
B. Hambatan Eksternal
Rendahnya animo masyarakat dalam menerima produk-produk yang masih baru.
Faktor lingkungan dan kebiasaan hidup masyarakat telah menyebabkan kurang beraninya masyarakat untuk mencoba menggunakan produkproduk yang masih baru.
Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa produk ini hanya diciptakan untuk kalangan masyarakat yang kelas ekonomi tertentu, sehingga banyak masyarakat yang tidak berani untuk menggunakan produk M-Banking.
Penutup
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan,antara lain : 1. Pihak manajemen bank BNI telah meluncurkan suatu produk baru yang diberi nama BNI Mobile. Produk ini diluncurkan untuk memenuhi tuntutan pasar terhadap fasilitas dengan kemampuan tehnologi tinggi, yang memberi kemudahan bagi pengguna dalam bertransaksi. 2. Pengguna produk BNI Mobile masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan produk ini masih tergolong baru, jika informasi cepat diserap pasar diyakini produk ini akan mengalami peningkatan penjualan yang signifikan.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........121
3. Variabel-variabel independen yang diobservasi meliputi promosi, kemudahan, keamanan, dan kenyamanan serta variabel kerahasiaan.Pada setiap varibel diajukan empat pertanyaanyang dibagi kepada 75 orang responden. Sehingga apabila total pertanyaan dikalikan dengan responden,maka pada setiap variabel akan dijumpai 300 jawaban. 4. Hasil penelitian dijumpai variabel konstanta mempunyai koefisien sebesar 1,827. Koefisien variabel promosi sebesar 0,204,koefisien varibel kemudahan sebesar 0,001093 ini merupakan variabel dengan koefisien terkecil. Sementara untuk variabel keamanan dan kenyamanan sebesar 0,387 dan variabel kerahasiaan sebesar 0,194. Hal ini berartibahwa apabila variabel–variabel independen yang diobservasi ditingkatkan sebesar 1 persen akan mampu meningkatkan penjualan produk BNI Mobile sebesar nilai koefisien masingmasing variabel. 5. Besarnya pengaruh masing-masing variabel dilakukan dengan menguji nilai r2. Berdasarkan hasil pengujian ,maka ditemukan nilai r sebesar 0,935 yang berarti bahwa pengaruh variabel observasi terhadap dependen variabel apabila dilakukan untuk masing-masing 0,935 (93,5%) sisanya sebesar 0.065 (6,5 %) dipengaruhi oleh faktor lainnya.Sementara itu nilai r 2 sebesar 0,875 yang berarti bahwa apabil faktor-faktor diobservasi diuji secara serempak hanya mampu mempengaruhi penjualan sebesar 0,875 (87,5%)sedangkan sisanya sebesar 0,125 (12,5%) lainnya dipengaruhi faktor yang tidak dimasukkana dalam modelpenelitian. 6. Nilai T- hitung masing-masing variabel adalah 2,832 (x1) , 1,060 (x2), 3,224 (X3), dan 2,232(X4) apabila dibandingkan dengan nilai kritis t- tabel paa df = n-k-1 (75-4-1=70) sebesar 1,960 maka dapat disimpulkan bahwa variabel promosi (X1), keamanan dan kenyamanan (X3) dan kerahasiaan (X4) mempunyai signifikansi pengaruh yang baiik dlam meningkatkan penjualan produk BNI Mobile Cabang Lhokseumawe, hanya saja hasil penelitian
21
122 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
menunjukkana bahwa variabel kemudahan (X2) tidak dapat menunjukaan signifikansinya dalam mempengaruhi penjualan produk tersebut.Dengan demikian apabila dilakukan pengujian masing-masing variabel dengan uji t, maka hipotesis yang dirumuskan tidak semuanya benar . Namun pada pengujian uji F, Hipotesis yang dirumuskan dapat dibuktikan.
Saran - saran Dari
kesimpulan penelitian diatas, ada beberapa saran yang dapat
diberikan antara lain: 1. Dari hasil pendapat responden, atas faktor promosi, kemudahan ,keamanan dan kenyamana serta faktor kerahasiaan dan jjuga faktor lainnya , maka disarankan kepada pihak manajemen Bank BNI uuntuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pelayanan dan terutama memberi informasi tentang berbagai kemudahan yang akan didapatkan denganan menggunakan produk BNI Mobile ini 2. Mengembangkan Instrumen transaksi yang disediakan BNIMobile sehingga lebih lengkap dan menjadi BNI Mobile terkemuka 3. Mengoptimalkan tehnologi informasi dalam transaksi BNI Mobile sehingga transaksi yang dilaksanakan tetap up to date dan sesuai dengan harapan nasabah. 4. Membangun promosi bersama dengan pihak operator telepon seluler dalam mensosialisasikan Mobile Banking pada masyarakat umum 5. Konsistensi promosi dari manajemen Bank BNI terhadap produk BNI Mobile sehingga nasabah menjadi lebih loyal terhadap produk Bank BNI. Daftar Pustaka
Assauri, Sofyan. 1987. Manajemen Pemasaran : Dasar, konsep dan Strategi, Jakarta : Rajawali. -------------------- 1993 Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Empat, Jakarta: LP Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........123
Amstrong, G (1997) Principle of Marketing, 7 Prentice-Hall, Inc
th
ed. Englewood Cliffs, NJ:
Gitosudarmo, Indriyo .1994. Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE. Hardjosoedarmo, Soewarso .1996. Total Quality Management, Edisi Revisi, Yogyakarta : Andi. Irawan dan Swastha, Basu .1983. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta : Liberty. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementaasi dan Kontrol, Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2, Jakarta : PT. Prenhallindo. Nitisemito, Alex. S. 1981. Marketing, Jakarta : Chalia Indonesia. Paul dan Gultinan. 1987. Marketing Manajemen : Analisis, Planning, Implementation and Control, Practice – New Delhi Privade Limited. Stanton, William J. 1994. Prinsip Pemasaran, Edisi Ketuju Jilid ke 1, Jakarta : Erlangga. Wijaya, F dan Irawan. 1994. Pemasaran 2000, Yogyakarta : BPFE.
21
124 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 1, Nomor 11, Januari 2005
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan harus merupakan tulisan asli dari hasil penelitian, telaah pustaka, laboratorium, pengalaman lapangan atau gagasan yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 2. Tulisan yang dimuat dalam Majalah Ilmiah E-Mabis berasal dari bidang IlmuIlmu Ekonomi, Manajemen dan Bisnis. 3. Naskah diketik dengan perangkat lunak pengolahan kata Microsolft Word yang dicetak pada satu permukaan (tidak dibolak-balik) kertas berukuran A-4 putih 80 gram /m2, dengan jarak 1,5 spasi (kecuali abstrak), dengan tata letak porfraif, serta jarak margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm. Panjang naskah 6-10 halaman, termasuk halaman dan tabel. 4. Naskah yang termasuk katagori penelitian, disusun dengan urutan sebagai berikut : a. Judul : diusahakan singkat dan mencerminkan isi penelitian/karya ilmiah, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. b. Nama Penulis : ditulis dibawah judul, tanpa gelar kesarjanaan. Jika penulis lebih dari satu orang hendaknya diurutkan dan diberi angka Arab di akhir nama masing-masing penulis. Angka-angka Arab tersebut diberi keterangan sebagai catatan kaki pada halaman pertama, lengkap dengan alamat lembaga penulis c. Abstrak : ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, diketik satu spasi dan maksimum 150 kata. Dibawah abstrak dicantumkan kata kunci (key-words) antara 3-5 frasa (phrase) d. Pendahuluan : (tanpa subjudul, berisi : Latara Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Tinjauan Pustaka) e. Metode Penelitian (alat/bahan, cara penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis) f. Hasil dan Pembahasan : menguraikan hasil yang diperoleh, disertai pembahsan baik dalam bentuk tabel, grafik dan gambar g. Kesimpulan dan Saran h. Daftar Pustaka i. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 5. Naskah yang termasuk katagori non penelitian/konseptual, disusun dengan urutan sebagai berikut a. Judul ( sama dengan poin 4.a) b. Nama Penulis (sama dengan poin 4.b) c. Abstrak (sama dengan poin 4.c) d. Pendahuluan (berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Sedikit Tinjauan Pustaka. Tidak dipecah menjadi anak sub judul, tetapi dalam bentuk alinea saja) e. Pembahasan (Isi Informasi/pemikiran ilmiah penulis) f. Kesimpulan dan Saran (saran tidak merupakan keharusan) g. Daftar pustaka
M. Hayal,Faktor-faktor Sosial Ekonomi Masyarakat yang Mempengaruhi.........125
6. Naskah tidak diperkenankan memakai lampiran 7. Daftar pustaka yang ditampilkan hanya yang benar-benar diacu/dikutip saja: penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang secara kronologis: a. Untuk buku : nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit. Judul Buku jilid, edisi. tempat/kota penerbit : nama penerbit b. Untuk karangan/artikel dalam pertemuan ilmiah atau seminar nama pokok dan inisial pengarang, tahun “Judul Karangan”. Singkatan nama pertemuan (penyelenggara). Waktu;tempat/kota pertemuan. c. Untuk karangan/artikel dalam majalah atau jurnal : nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul karangang : nama majalah atau jurnal. Jilid (nomor) halaman permulaan dan akhir. d. Untuk tulisan dari internet : nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul tulisan. Nama jurnal atau majalah/sumberlainnya. (online), vol.,no., (alamat sumber rujukan dan tanggal diakses) 8. Naskah yang dikirim ke redaksi rangkap 2 (asli dan foto copynya) dan disertakan disketnya selambat-lambatnya 3(tiga) minggu sebelum penertbitan 9. Dewan redaksi dapat mengubah dan mengoreksi bahasa dan istilah, tanpa merubah isi dan maknanya dengan atau tanpa memberitahukan penulis. 10. Dewan redaksi dapat menolak naskah yang dianggap tidak memenuhi persyarat. Alamat Redaksi : Fakultas Ekonomi Univesitas Malikussaleh. Jl. Tgk. Chik Di Tiro No 26 Lhokseumawe. Tlp. (0645) 41373, 40915, Fax. (0645) 44450.
21