PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN 5E LEARNING CYCLE TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN KERJA ILMIAH FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MALANG TAHUN AJARAN 2013/2014 Riska Puspandini Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Abstrak: Kurikulum 2013 menuntut adanya suatu pendekatan saintifik yang tercakup dalam model-model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan mengaktifkan siswa melalui kerja ilmiah. Pembelajaran fisika di SMAN 7 Malang dengan menggunakan model pembelajaran 5E Learning Cycle belum sesuai dengan yang diharapkan. Prestasi belajar dan kerja ilmiah siswa masih belum memuaskan. Maka dari itu diajukanlah model pembelajaran lain yang berbasis inkuiri, yakni model pembelajaran Inquiry Training. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen control group pre-test post-test. Populasi penelitian ini adalah semua kelas X SMAN 7 Malang. Teknik pemilihan sampel menggunakan Cluster Sampling dimana satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian adalah tes pilihan ganda dan tes kerja ilmiah. Instrumen prestasi belajar siswa berupa tes pilihan ganda dengan reliabilitas sebesar 0,78. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran Inquiry Training dari siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle, dan (2) terdapat perbedaan rata-rata kerja ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training dari siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle. Kata Kunci: Inquiry Training, 5E Learning Cycle, prestasi belajar fisika, kerja ilmiah Abstract: Curriculum 2013 demands a scientific approach that is covered in inquiry learning models in order to improve student achievement and enable the students through the scientific work. Learning physics in SMAN 7 Malang using the 5E Learning Cycle model of learning has not been as expected. Achievement of students learning and scientific work is still not satisfactory. Therefore it is proposed another model of inquiry-based learning, such as learning model Inquiry Training. This study uses experimental design control group pre-test post-test. The population in this study were all class X SMAN 7 Malang. Samples using a cluster sampling technique in which one class into the experimental class and the control class as a class. The research instrument using a multiple-choice test and the test of scientific work. Instruments student achievement using multiple choice tests with reliability of 0,78. The results showed that (1) there is difference of the student achievement of learning with Training Inquiry learning model than students who studied the 5E Learning Cycle learning model, and (2) ) there is difference of the scientific work of students who learned with Training Inquiry learning model than students who learn the 5E learning Cycle learning model Key Word: Inquiry Training, 5E Learning Cycle, Physic Learning Achievement, Scientific Work
Kurikulum 2013 berorientasi pada proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
1
2 untuk berpartisipasi aktif. Kurikulum 2013 juga memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik (Pasal 19 Peraturan Menteri tahun 2013 Nomor 65 tentang Standar Proses). Keseluruhan tuntutan tersebut dapat diraih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) dalam pembelajaran diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif ini dapat di akomodir dengan serangkaian metode ilmiah yang umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Karena itulah pendekatan saintifik sangat sesuai dilaksanakan dengan model-model pembelajaran berbasis inkuiri. Model pembelajaran lain yang berbasis inkuiri adalah inquiry training. Inquiry Training merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori (Koes, 2003:72). Model pembelajaran ini bertitik tolak dari suatu keyakinan tentang kebebasan siswa dalam rangka perkembangan siswa secara independent. Melalui model Inquiry Training ini, siswa akan mendapatkan dampak instruksional berupa proses ilmiah dan strategi untuk inkuiri kreatif, dan dampak sertaan berupa spirit kreativitas, kebebasan otonomi dalam belajar, toleransi ambiguitas dan hakikat tentative pengetahuan. Hal tersebut didapat dari partisipasi aktif siswa dalam rangkaian kegiatan hands-on sehingga menumbuhkan pertanyaan dan siswa akan mencari jawaban tersebut berdasarkan rasa ingin tahunya (Nofasari, 2012:4). Hasil penelitian Pandey dkk (2011) yang berjudul Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Scince Students in India, menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model Inquiry Training yang lebih baik jika dibanding dengan menggunakan model konvensional yang diterapkan di kelas kontrol. Kemudian pada tahun yang sama Syarifudin (2011) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran Inquiry Training mampu meningkatkan kerja ilmiah siswa jika dibandingkan dengan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran ini. Dari uraian alasan dalam latar belakang di atas, maka peneliti menggagas suatu penelitan yang terangkum dalam susunan rencana penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang tahun ajaran 2013/2014. METODE Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen
3 semu (Quasi Experimental Design). Desain eksperimen yang digunakan adalah control group pre-test post-test. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen prestasi belajar siswa dan instrumen Penilaian tes kerja ilmiah. Instrumen prestasi belajar siswa di uji cobakan kepada 35 orang siswa kelas XI SMAN 7 Malang dan kemudian dilakukan standarisasi instrumen berupa pengujian taraf kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal. Dari standarisasi tersebut diperoleh reliabilitas soal sebesar 0,78. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji-t. HASIL PENELITIAN Data yang terkumpul pada penelitian meliputi data tes hasil prestasi belajar siswa dan data hasil tes kerja ilmiah siswa. Data diperoleh dari hasil post-test pada 35 orang siswa di kelas eksperimen dan 35 orang siswa di kelas kontrol. Pada penelitian ini kelas X-IPA 1 sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas X-IPA 2 sebagai kelas kontrol. Data Post-Tes Prestasi Belajar Kelas eksperimen kontrol
Nilai Tertinggi 88,2 82,3
Nilai Terendah 47,1 29,4
Nilai Rata-Rata 70,3 63,8
Standar Deviasi 10,4 12,2
Pada penelitian ini diperoleh thit = 2,359 > 1,995 (ttab) sehingga Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan data prestasi belajar fisika yang antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle. Data Post-Tes Kerja Ilmiah Kelas Eksperimen Kontrol
Nilai Tertinggi 90 85
Nilai Terendah 65 60
Nilai Rata-Rata 78,7 70,8
Standar Deviasi 7,0 7,8
Pada penelitian ini diperoleh thit = 4,287>1,995 (ttab), sehingga hipotesis awal Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan data kerja ilmiah fisika yang sangat signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle
PEMBAHASAN Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajarn Inquiry Training sebesar 70,3 sedangkan nilai rata-rata siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran 5E Learning adalah sebesar 63,8.
4 Model pembelajaran inquiry training lebih terstruktur dari model pembelajaran 5E Learning Cycle dan memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif bertanya. Model pembelajaran inquiry training digunakan untuk mendorong siswa agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi. Siswa akan lebih tertarik terhadap materi yang disampaikan lewat serangkaian metode ilmiah yang tersusun secara runtut. Guru mengawali pembelajaran dengan menampilkan puzzling event. Ketika menghadapi permasalahan tersebut, siswa akan termotivasi untuk memecahkan puzzle tersebut secara alamiah (Ihedioha and Osu, 2012:35).Keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap siswa terhadap materi pelajaran. Tingginya prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran Inquiry Training dibandingkan dengan kelas kontrol disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: 1. Siswa dihadapkan dengan puzzling event sehingga motivasi siswa lebih tinggi dalam belajar. 2. Siswa diberi kesempatan dan aktif bertanya dan mengumpulkan informasi dari guru melalui pertanyaan “Ya” atau “Tidak” dan mulai mengonstruksi pengetahuan awalnya dengan puzzling event yang baru mereka temui. 3. Guru menjelaskan tahapan pembelajaran di awal pembelajaran sehingga siswa memiliki gambaran tentang apa yang akan mereka lakukan dan memudahkan kegiatan pada hari tersebut. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Hayati dan Susanti (2013) menunjukkan bahwa model pembelajaran Inquiry Training sangat efektif dalam meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik. Model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Kerja Ilmiah Siswa Model pembelajaran Inquiry Training memberikan pengaruh secara langsung pada kerja ilmiah siswa dimana siswa menjadi lebih aktif dan antusias. Setiapan tahapan kerja ilmiah pada model pembelajaran Inquiry Training lebih terstruktur sehingga membantu terasahnya keterampilan kerja ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja ilmiah siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi secara sangat signifikan dari siswa yang belajar menggunakan model 5E Learning Cycle. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah sebesar 78,7 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 70,8. Tingginya kerja ilmiah siswa yang belajar dengan model pembelajaran Inquiry Training dibandingkan dengan kelas kontrol disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam mencerna suatu fenomena makin terasah karena biasa dihadapkan dengan puzzling event. 2. Kemampuan bertanya siswa menjadi lebih tinggi karena dalam proses pembelajaran siswa diberikan alokasi waktu tersendiri untuk mengajukan pertanyaan. 3. Kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis lebih baik.
5 4. Kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil percobaan lebih baik. Hal ini disebabkan dalam percobaan, siswa dapat mengetahui tujuan percobaan dan mampu merumuskan hipotesis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarifudin (2011) yang menunjukan bahwa penerapan pembelajaran model latihan inkuiri (Inquiry Training) dapat meningkatkan kerja ilmiah siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari dasil penelitian dapat ditarik kesmpulan bahwa; 1. Prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle. 2. Kerja ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E Learning Cycle. Saran Model Pembelajaran Inquiry Training dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar dan kerja ilmiah siswa. Dalam pembelajaran perlu diperhatikan pula alokasi waktu mengingat pembelajaran ini memerlukan waktu yang relatif lebih panjang. Model pembelajaran ini juga dapat dikombinasikan dengan metode-metode lain seperti metode pemberian tugas. Dan bagi peneliti lain diharapkan kepada untuk melakukan penelitian sejenis terhadap materi lain di lokasi yang berbeda dengan memperbaiki kelemahan pada penelitian ini terutama yang berkaitan dengan kerja ilmiah. DAFTAR RUJUKAN Ihedioha, S.A., Osu, B.O. 2012. Comparative Effectiveness of Inductive Inquiry and Transmitter of Knowledge Models on Secondary School Students’ Achievement on Circle Geometry and Trigonometry. Bulletin of Society for Mathematical Services and Standards, (Online), 1(3): 33-46, (http://www.ijmsea.com), diakses 18 Juli 2014. Koes H, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang. Nofasari, Ista. 2012. Penerapan Pembelajaran Model Pelatihan Inkuiri (Inquiry Training Model) Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 8 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Pandey, A., Nanda, G.K., Ranjan, V. 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Scince Students in India. Journal of Innovative Research in Education, (online) 1(1): 7-20, (http://www.grpjournal.org), diakses 23 Januari 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Nomor 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013. Syarifudin, M.R. 2011. Implementasi Pembelajaran Model Latihan Inkuiri (Inquiry Training Model) Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika
6 siswa kelas VIIIE SMPN 18 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang