Penggilingan Padi Menggunakan
Rice Milling Unit Buku saku ini merupakan ringkasan dari Laporan Tugas Akhir Politeknik Agroindustri yang berjudul “Evaluasi Ekonomi Penggilingan Padi Menggunakan Rice Milling Unit di PT.Mertju Buana Sumedang”. Buku ini ditujukan untuk peserta sidang Tugas Akhir agar dapat berbagi ilmu pengetahuan. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis memohon maaf dan berterima kasih kepada pihak yang mendukung tulisan ini. Semoga bermanfaat.
Penggilingan Padi Menggunakan
Rice Milling Unit
Terima kasih saya kepada :
Penggilingan Padi Menggunakan
Rice Milling Unit Buku saku ini merupakan ringkasan dari Laporan Tugas Akhir Politeknik Agroindustri yang berjudul “Evaluasi Ekonomi Penggilingan Padi Menggunakan Rice Milling Unit di PT.Mertju Buana Sumedang”. Buku ini ditujukan untuk peserta sidang Tugas Akhir agar dapat berbagi ilmu pengetahuan. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis memohon maaf dan berterima kasih kepada pihak yang mendukung tulisan ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih saya kepada :
Penggilingan Padi Menggunakan
Rice Milling Unit
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Evaluasi Ekonomi Penggilingan Padi Menggunakan Rice Milling Unit di PT. Mertjubuana Kec. Tomo, Kab. Sumedang,, Jawa Barat. Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis tak lepas dari hambatan, rintangan dan kesulitan, oleh karena itu penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang mendukung hingga selesainya penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Selain karena masalah teknis, juga masalah keterbatasan informasi yang diperlukan hingga banyak hal dalam Laporan ini belum dapat diuraikan secara lengkap. Untuk lebih meningkatkan mutu penulisan dan materi pengetahuan yang disampaikan, dengan rendah hati penulis memohon saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun
Beras adalah sumber karbohidrat utama bagi sebagian penduduk Asia, untuk mendapatkan beras tersebut harus melalui tahapan-tahapan yang sistematis sehingga memperoleh hasil yang optimal. Pengamatan dilakukan pada pabrik penggilingan padi di Kecamatan Tomo, Sumedang, Jawa Barat dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan usaha suatu pabrik penggilingan padi menggunakan metode analisa usaha. Dari hasil praktek didapatkan hasil perhitungan evaluasi ekonomi antara lain POT (Pay Out Time) 4 tahun yakni dalam jangka waktu 4 tahun modal sudah dapat dikembalikan, ROI (Return Of Investment) 23%/tahun, BEP (Break Even Point) harga yaitu pada Rp 7.371 sedangkan BEP produksi yaitu pada 51.421 kg beras kepala, dan BCR (Benefit Cost Ratio) yaitu 1,23 yakni usaha ini layak untuk dikembangkan. Selain dari hal tersebut, penulis juga melakukan analisis terhadap mutu dari hasil penggilingan dan membandingkannya dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BSN (Badan Standarisasi Nasional) yaitu SNI 6128:2008 tentang mutu beras. Dari hasil praktek saya dapatkan bahwa mutu beras yang dihasilkan oleh PT.Mertju Buana mendekati mutu I dalam Standar Nasional Indonesia. Ini semua bertujuan untuk memperbaiki mutu beras yang dihasilkan pabrik penggilingan sehingga dapat lebih mensejahterakan kehidupan pengusaha dan petani di sekitarnya.
Sukamandi, 12 Oktober 2011
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan bahan pangan terutama beras, banyak ditemui problematika yang kerap kali menjadi masalah. Pertumbuhan penduduk Indonesia sangat tinggi yaitu 2% per tahun dan penyusutan lahan pertanian akibat adanya alih fungsi lahan. Dan tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia yang terus meningkat. Oleh karenanya pemerintah Indonesia mengambil kebijakan dengan cara mengimpor beras untuk mengatasinya. Semakin maraknya beras impor di pasar-pasar domestik, ternyata produksi beras dalam negeri mempunyai daya saing yang rendah. Oleh karena itu, agar beras produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar global, maka mutu dan efisiensi proses pengolahannya harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan mutu beras dalam negeri, banyak hal yang harus kita perbaiki, diantaranya meminimalisir tingkat kehilangan gabah baik saat pemanenan, perontokan, maupun saat penggilingan. Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi mutu beras yang dihasilkan antara lain adalah (1) mutu gabah sebagai bahan baku, (2) teknik pengeringan, (3) teknik penggilingan, dan (4) sumber daya manusia.
1.2. Kerangka Pemikiran Penggilingan padi merupakan kegiatan terakhir dari seluruh tahapan budidaya padi yang dimulai dari penanaman di lapangan, perawatan tanaman, panen, dan pascapanen. Tahapan-tahapan penggilingan meliputi pengadaan bahan baku, pengeringan, pemecah kulit, penyosohan, pengayakan, pemutihan, pengepakan, penyimpanan, distribusi dan pemasaran. Selain mutu tinggi, ada hal yang harus diperhatikan, yaitu analisis ekonomi dari proses produksi tersebut. Harga penjualan sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku dan biaya proses penggilingan. Masalah terbesar saat ini adalah sulitnya bahan baku (gabah) yang sesuai dengan kepentingan pabrik karena bahan baku tersebut bersifat musiman sedangkan operasional pabrik harus kontinyu dan kebutuhan akan beras terus diperlukan. Melalui masalah inilah penulis ingin membandingkan antara mutu yang dihasilkan pabrik dengan mutu berdasarkan SNI 6128:2008. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui metode mengatasi masalah pengadaan bahan baku sehingga kontinyuitas produksi penggilingan tetap lancar dan terjaga.
1.3. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari praktek magang yang penulis lakukan adalah : 1. Untuk mempelajari sistem penggilingan padi yang efektif dan efisien agar mendapatkan mutu beras giling berkualitas baik. 2. Membekali ilmu kepada penulis agar dapat mengembangkan penggilingan padi di kampung halaman kelak. Adapun tujuan dari praktek magang yang penulis lakukan adalah : 1. Mengevaluasi nilai ekonomi sistem usaha penggilingan padi menengah. 2. Mengevaluasi mutu beras giling pada pabrik penggilingan padi dan membandingkan dengan standar mutu beras giling SNI.
2.2. Penanganan Pascapanen Pascapanen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan (pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan sampai hasil tersebut sampai siap untuk dipasarkan (Anonim 1986). Sesuai dengan pengertian tersebut untuk komoditas padi khususnya, tahapan dalam pascapanen padi meliputi pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, pengolahan, transportasi, standarisasi mutu, dan penanganan produk sisa (limbah).
Gambar : Diagram alir pascapanen padi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi (Oryza sativa L.)
Klasifikasi tanaman padi dalam dunia tumbuhtumbuhan adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Devisio : Spermatophyta Sub devisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Graminales Famili : Gramineae Sub Family : Poaceae Genus : Oryza Species: Oryza sativa L. Dari 20 spesies anggota genus Oryza terdapat dua jenis padi yang sering dibudidayakan orang yaitu Oryza sativa dan Oryza glabemma Steund (Suparyono dan Setyono 1996). Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di Propinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia sudah dimulai 7.000 tahun yang lalu.Tahapan budidaya tanaman padi hampir sama dengan budidaya tanaman lain pada umumnya, yaitu dimulai dari persiapan benih, persemaian, penanaman, perawatan tanaman, dan pemanenan.
Pemanenan Penetapan waktu panen padi yang paling mudah adalah melalui metode optimalisasi. Dengan metode ini padi dipanen pada saat malai berumur 30-35 hari, terhitung sejak hari sesudah berbunga. Tandatandanya adalah 95% malai tampak menguning dan kadar air gabah berkisar antara 21-26%, butir hijau rendah, dan mutu gabah relative tinggi Proses panen umumnya meliputi proses pemotongan, pengumpulan, pengangkutan, perontokan, dan pembersihan. Perontokan Gabah Perontokan padi bertujuan untuk melepaskan bulir gabah dari malainya dengan prinsip memberikan pukulan terhadap malai tersebut. Perontokan padi dapat dilakukan dengan cara diinjak-injak, pukul/geding, banting/gebot, menggunakan pedal thresher dan mesin perontok. Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) panen seperti Reaper, Thresher, Stripper, atau Combine Harvester dan alat perontokan lebih efisien dan efektif karena kapasitas kerja mesin panen lebih tinggi dibandingkan dengan cara panen tradisional secara manual, namun untuk dapat menggunakan alat tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan tertentu.
Standar Mutu Beras Nasional Untuk melindungi produsen dalam negeri dan komsumen beras, maka perlu diterapkan standar mutu beras yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dalam bentuk Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 6128:2008. Persyaratan Umum - Bebas hama dan Penyakit yang hidup - Bebas bau apek, asam atau bau-bau asing lainnya. - Bersih dari campuran dedak katul - Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kima yang membahayakan baik secara visual maupun secara organik. Persyaratan Khusus No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Komponen mutu Derajat sosoh Kadar air Butir kepala Butir patah Butir menir Butir merah Butir kuning Mengapur Benda asing Butir gabah CVL
Mutu I Min (%) 100 Maks (%) 14 Maks (%) 95 Maks (%) 5 Maks (%) 0 Maks (%) 0 Maks (%) 0 Maks (%) 0 Maks (%) 0 (Maks) 0 Butir/100g 0 Maks (%) Satuan
Mutu II 100 14 89 10 1 1 1 1 0,02 1 3
Mutu III 95 14 78 20 2 2 2 2 0,02 1 5
Mutu IV 95 14 73 25 2 3 3 3 0,05 2 5
Mutu V 85 15 60 35 5 3 5 5 0,20 3 6
Profil Perusahaan PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang merupakan perusahaan yang melakukan produksi beras dengan dua kegiatan utama, yaitu penggilingan beras dan budidaya padi. PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang beralamat di Jalan Raya Sumedang Majalengka Desa Tolengas Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang. Perusahaan didukung dengan penggunaan mesin rice milling modern yang berkemampuan 6 ton/jam Gabah Kering Giling (GKG) dari padi pilihan baik yang dikelola melalui kerjasama kemitraan petani. Selain penggilingan beras PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang juga membudidayakan padi dengan menggunakan pupuk semi organik. PT. Mertju Buana Cabang Sumedang hingga saat ini telah menjadi perusahaan percontohan bagi beberapa perusahaan lain yang bergerak di bidang produksi beras. Berikut ini adalah gambaran PT.Mertju Buana.
Daya Guna Hasil Padi Dalam proses pengolahan hasil pertanian akan dihasilkan produk utama (product), Produk Samping (by product) dan produk sisa atau limbah (waste). Pada agroindustri padi dengan bahan baku gabah, sebagai produk utamanya adalah beras giling dan benih, sedangkan produk samping berupa menir dan bekatul, serta sebagai produk sisa atau limbah adalah jerami dan sekam Pemanfaatan produk samping dan produk sisa bertujuan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan, menekan biaya produksi, membuka lapangan kerja baru, dan meingkatkan perekonomian masyarakat sekitar
Gambar 10. Skema Daya Guna Hasil Padi
Proses Produksi Pengadaan Gabah Gabah yang diterima oleh PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang berasal dari dua sumber yaitu : petani perorangan dan petani mitra. Gabah yang berasal dari petani perorangan dan petani mitra diperoleh oleh perusahaan dengan cara mencari gabah ke petani dan petani mitra. Dalam kegiatan pencarian gabah, tim pengadaan dibantu oleh karyawan atau pegawai lain. PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang menerima dua macam gabah yaitu gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Gabah kering panen (GKP) adalah gabah kering hasil langsung dari panen tanpa proses pengeringan lebih lanjut. Sedangkan gabah kering giling (GKG) adalah gabah yang siap untuk langsung digiling. Penentuan harga pada saat pembelian gabah antara pihak PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang dan pihak petani adalah dengan cara kesepakatan atas dasar kualitas gabah. Kualitas gabah yang diterima oleh PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang memiliki klasifikasi standar yang jelas.
4.3.1. Pengeringan Sebelum gabah dikeringkan, ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh gabah. Gabah yang baru datang dari lapangan langsung ditimbang dan dilakukan pengambilan sampel untuk kebutuhan analisis mutu. Apabila spesifikasi gabah telah sesuai dengan surat keterangan dari lapangan, maka akan dilakukan proses pengayakan gabah. Pengayakan bertujuan untuk mengurangi kotoran yang ikut terbawa dari lapangan seperti jerami, daun, kertas, dan lain lain. Dari hasil ayakan kedua, gabah diangkat lagi menggunakan elevator menuju silo pengering (dryer). Drayer diisi sampai kapasitas maksimal yaitu 27 ton/dryer. PT. Mertju Buana memiliki 5 unit mesin 0 pengering. Pengeringan dilakukan pada suhu 70 C dengan kenaikan suhu yang bertahap hingga memperoleh suhu tersebut. Suhu panas tersebut diperoleh dari tungku pemanas berbahan bakar sekam. Setelah mendapakan kadar air yang diharapkan, gabah lalu dikeluarkan dari dryer dan dicurahkan ke dalam silo penampung menggunakan elevator. Pencurahan dalam silo ini bertujuan untuk mendinginkan gabah setelah diberi suhu panas melalui proses, yang disebut tempering time. Tempering time ini berlansung 1-2 hari.
Penyimpanan Gabah Setelah pengeringan, gabah disimpan terlebih dahulu untuk sementara sebelum diproses lebih lanjut. Penyimpanan ini bertujuan untuk menyediakan stok gabah yang kontinyu. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan gabah ini agar gabah tetap berada dalam keadaan baik dalam jangka waktu simpan tertentu yaitu : (1) kondisi gabah sebelum disimpan, (2) kadar air gabah, (3) wadah penyimpan, dan (4) ruang penyimpanan. Penyimpanan gabah yang dilakukan di PT. Mertju Buana menggunakan karung dengan kapasitas 45 kg/karung. Karung tersebut ditempatkan diatas palet kayu agar ada jarak antar lantai dengan karung. Untuk menjaga mutu gabah, dilakukan monitoring terhadap gabah secara berkala. Pada umumnya monitoring dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan pengambilan sampel. Apabila terlihat adanya gangguan terutama dari hama gudang maka dilakukan tindakan fumigasi untuk mengendalikan hama tersebut. Adapun ambang kendali dari pada hama gudang yaitu maksimal 3 hama/3 kg sampel. Bila hama mencapai bahkan lebih dari angka tersebut, maka harus segera dilakukan tindakan fumigasi untuk mengendalikannya.
Penggilingan Penggilingan merupakan tahapan paling penting dari proses ini. PT. Mertju Buana menggunakan Rice Miling Unit dengan menggunakan sistem kontinyu. Mesin penggilingan yang digunakan adalah CRM Buivanngo berkapasitas 6 ton/jam.
Husker
Pre cleaner (Pembersihan) Proses penggilingan diawali dengan penimbangan gabah sebelum dimasukkan ke dalam in late pertama. Dari in late tersebut gabah diangkat oleh elevator menuju mesin pertama yaitu pre cleaner. Pre cleaner adalah alat yang digunakan untuk membersihkan gabah dari kotoran yang masih tersisa dari ayakan pertama. Gabah utuh akan diangkat kembali oleh elevator menuju timbangan automatis. 4.3.4.1. Timbangan Timbangan beroperasi berdasarkan prinsip load-cell. Panel kontrol dihubungkan dengan sebuah komputer dan akan mencetak laporan berat setiap kali bahan baku melewati timbangan.
Setelah gabah kering giling tersebut ditimbang, lalu gabah tersebut langsung dicurahkan ke hopper mesin pecah kulit (husker). Husker adalah mesin pemecah kulit gabah agar beras terpisah dari kulitnya. PT. Mertju Buana memiliki 2 unit Husker untuk mempercepat kinerja penggilingan. Mesin ini menghasilkan beras pecah kulit (BPK). Kulit gabah dipecahkan dengan menggunakan dua Rubber Roll yang berputar searah dengan kecepatan putaran yang berbeda. Aspirator Setelah keluar dari husker, maka beras pecah kulit dan sekam masih bercampur. Oleh karena itu, RMU dilengkapi dengan aspirator yaitu mesin pemisah antara beras pecah kuit dengan sekam. Husk Aspirator menggunakan tenaga angin untuk meniup aliran bahan baku yang jatuh dari tahap paddy husker menjadi tiga bagian material yaitu beras pecah kulit, butiran-butiran yang belum matang dan sekam. Bagian-bagian tersebut di keluarkan dengan menggunakan Screws Conveyor.
Separator Proses selanjutnya adalah gabah masuk ke dalam mesin separator. Separator adalah mesin pemisah antara beras pecah kulit dengan gabah. Beras pecah kulit akan menuju ke mesin selanjutnya yaitu de stoner yang berada tepat di bawah separator sedangkan bulir gabah kembali ke husker untuk proses pemecahan kulit kembali. Paddy Separator digunakan untuk memisahkan gabah yang masih tercampur dengan beras pecah kulit. De-Stoner De stoner adalah mesin pemisah batu dari beras pecah kulit. Mesin ini memiliki tujuan memperkecil persentase benda asing terutama batu dan logam lainnya. Destoner dirangcang berdasarkan perbedaan density bebatuan dan density beras/gabah dengan menggunakan saringan maju-mundur bersamaan dengan tenaga dorong angin yang lewat lubanglubang saringan untuk memisahkan pebatuan dan beras/gabah.
Rice Cooler Angin ditiup dari arah bawah ke atas masuk ke dalam cooler lewat serangkaian inverted Vee. Sebuah rotary valve pada bagian bahan keluar berfungsi mencegah angin keluar pada bagian bawah cooler. Proses pendinginan berlangsung selama 2 jam untuk menghindar beras dapat mengeras dan pecah. Rotary Shifter Rotary Shifter digunakan untuk memisahkan beras pecah yang masih tercampur dalam beras dengan menggunakan beberapa buah screen stainless steel yang memiliki permukaan bergelombang dan lubang-lubang berbentuk square (kotak). Length Grader Length Grader digunakan untuk memisahkan beras pecah yang masih tercampur di dalam beras. Sebuah drum dari stainless steel yang berbentuk slinder. Di permukaan dalam drum memiliki lekukan- lekukan dengan ukuran yang berbeda sehingga dapat mengeluarkan berbagai ukuran beras pecah.
Whitening Whitening adalah mesin pemutih beras. Mesin ini berfungsi mengikis lapisan aleuron dari BPK sehingga lapisan aleuron dan perikap terpisahkan dari beras sehingga tampak lebih putih. Proses pemutihan ini dilakukan dua kali dengan metode yang sama namun mesin yang berbeda. Mesin ini akan menghasilkan beras putih dan dedak kasar. Setelah melalui mesin ini, beras akan terlihat putih namun masih agak kusam. Beras diasah di antara permukaan sebuah batu Emery dan batang-batang karet (Rubber bar). Angin ditiup masuk lewat lubang-lubang deket rubber bar untuk menurunkan suhu panas dan untuk mengeluarkan dedak. Polisher Polisher ini adalah proses pengikisan lapisan aleuron yang lebih dalam lagi dari beras tersebut sehingga menghasilkan dedak halus. Proses ini dilakukan dua kali dengan dua mesin berbeda dan metode yang sama. Pada proses ini, digunakan air untuk membersihkan beras sehingga beras benar-benar putih.
Tangki Thickness Grader digunakan untuk memisahkan beras/material lain yang berukuran tipis keluar dari bagian beras utuh (produck akhir). Control Feeder Control Feeder adalah mesin untuk mengontrol sejumlah material melewati dia dalam sekian waktu yang ditentukan. Biasanya ditempatkan pada tangki output material. Digunakan secara bersamaan untuk mengontrol persentase campuran semua ukuran beras. Timbangan Shutter Scale digunakan untuk menimbang output product dari mesin giling (CRM) seperti gabah, jagung, kacang, dll. Timbangan beroperasi berdasarkan prinsip load-cell. Panel kontrol terhubungkan dengan sebuah komputer dan akan mencetak laporan berat setiap kali melewati timbangan.
Pengemasan Dari tabung penyimpanan sementara, beras dibawa oleh konveyor dan elevator menuju timbangan otomatis. Namun, untuk menambah keakuratan timbangan, selain timbangan otomatis digunakan juga timbangan manual. Setelah proses timbangan selesai, apabila pengemas berupa karung maka langsung dijahit sedangkan bila kemasan berupa kantong plastik maka digunakan mesin pres listik untuk merekatkan plastik tersebut. Pemasaran Untuk memasarkan beras, PT. Mertju Buana mencari pelanggan tetap sehingga ada pasar yang kontinyu. Pada umumnya, beras dipasarkan ke pasar modern seperti super market. Untuk menjaga kepercayaan pasar dan konsumen, PT. Mertju Buana harus tetap menjaga mutu agar terus berkualitas.
Analisis Mutu Dari contoh kerja, diambillan contoh analisa yaitu 100 g. contoh analisa tersebut dipisahkan antara bulir utuh, bulir hijau, bulir hampa, dll. Setelah bulir-bulir tersebut dipisahkan lalu ditimbang untuk mendapatkan persentase dari setiap bagian tersebut. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Komponen mutu
Satuan
Derajat sosoh Min (%) Kadar air Maks (%) Butir kepala Maks (%) Butir patah Maks (%) Butir menir Maks (%) Butir merah Maks (%) Butir kuning / rusak Maks (%) Butir mengapur Maks (%) Benda asing Maks (%) Butir gabah (Maks) Butir/100g Campuran varietas lain Maks (%)
PT. MB 100 14,8 82,2 16,2 1,6 0 0,1 0,5 0 0 0
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 10 dari 11 katagori sudah memenuhi syarat mutu SNI pada mutu I, namun persyaratan kadar air masih lebih tinggi dari ketentuan. Kadar air beras yang dihasilkan PT. Mertjubuana adalah 14,8% sedangkan untuk mencapai standar mutu SNI harus mencapai 14,0%.
Pengendalian Hama Gudang Ada beberapa jenis hama gudang yang sering menyerang pada pabrik penggilingan beras. Hama umumnya berupa serangga yang menyerang gabah dan beras. 1. Kumbang Bubuk Beras Sitophilus orizae Kumbang bubuk beras tergolong hama primer dan paling dominan menimbulkan kerusakan pada beras dalam penyimpanan. Spesies tersebut bersifat kosmopolit, dengan penyebaran di daerah tropis dan subtropis produsen padi. Serangga dewasa dapat hidup antara 3 – 5 bulan. Suhu udara optimum bagi perkembangan serangga adalah 27oC – 30oC dan kelembaban 75% 15%. 2. Ngengat Beras Corcyra cephalonica Stadia larva merupakan hama primer beras dan kerusakan diperparah oleh aktifitas bersarangnya yang membentuk ruangan-ruangan kecil sebagai tempat tinggal. Secara morfologi, ngengat tersebut berwarna coklat pucat, panjang tubuh 12-15 mm, rentang sayap depan 15-25 mm, antena sedang, kepala memiliki dua tonjolan kecil sehingga sekilas menyerupai bangunan segitiga.
Rendemen beras kepala yang dihasilkan oleh penggilingan modern sangat tinggi yaitu dapat dilihat pada diagram berikut :
Dari hasil analisis rendemen beras kepala didapatkan 57% yang dihitung dari keseluruhan padi dan 82,2% bila dihitung dari beras yang telah digiling. Hal ini menunjukkan bahwa beras yang dihasilkan PT. Mertju Buana mempunyai rendemen yang tinggi.
Evaluasi Ekonomi Input
ROI (Return on Investment) 𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑹𝑶𝑰 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕 Rp 102.833.155 𝑹𝑶𝑰 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% Rp 437.080.823 𝑹𝑶𝑰 = 23 %/bulan BEP (Break Even Point) BEP Harga 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 Rp 437.080.823 𝐵𝐸𝑃 = = = 𝑅𝑝 7.371 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 59296 𝑘𝑔
Output
BEP Produksi 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 Rp 437.080.823 𝐵𝐸𝑃 = = = 51.421 𝑘𝑔 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑅𝑝 8.500 BCR (Benefit Cost Ratio) 𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 Rp 539.913.978 𝑩𝑪𝑹 = = = 𝟏, 𝟐𝟑 𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕 Rp 437.080.823
Keuntungan 𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 = 𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 − 𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕 = Rp 539.913.978 – Rp 437.080.823 = Rp 102.833.155 POT (Pay Out Time) 𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕 Rp 437.080.823 𝑷𝑶𝑻 = = = 𝟒 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 Rp 102.833.155
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Penggilingan padi yang dilaksanakan di PT.Metjubuana sudah sangat kompleks dengan menggunakan mesin moderen, mulai dari mesin pengering berbahan bakar sekam dan Rice Millling Unit. Perusahaan ini baru dibangun pada tahun 2007. Oleh karena itu, perusahaan masih dalam keadaan membangun baik sarana prasarana dan managemen. 2. Mutu beras yang dihasilkan PT. Mertju Buana mendekati dalam kelas I yaitu beras premium yang dihasikan sangat berkwalitas dengan beras patah yang relatif rendah. 3. Berdasarkan hasil evaluasi ekonomi, menunjukkan bahwa PT. Mertju Buana layak mengembangkan usahanya dengan BCR 1,23. 5.2. Saran 1. Pola kerjasama (mitra) yang sebelumnya telah dirancang agar dapat dilaksanakan dan di tingkatkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku berupa gabah. 2. Metode penyimpanan gabah harus diperbaiki, sebaiknya menggunakan metode FIFO (First In Ferst Out) sehingga kwalitas dari gabah dapat terjaga dan serangan hama gudang dapat diminimalisir.
Dari hasil analisis usaha yang didapatkan, dapat diketahui bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan dikarenakan angka BCR 1,23 yakni apabila modal yang dikeluarkan Rp 1,- maka total pendapatan adalalh Rp 1,23,-. Keseluruhan modal tersebut akan dapat dikembalikan selama 23 tahun sesuai dengan perhitungan POT yang dilakukan.
Elradhie Nour Ambiya, lahir di Banda Aceh 10 Maret 1991, dibesarkan di Saree oleh orang tua bernama Suardi Ishak dan almh. Mushallina. Oleh karena konflik berkepanjangan, kami memilih pulang ke Banda saat saya kelas 5 SD. Saya melanjutkan sekolah dasar di Darussalam hingga hampir tamat MTsN. Oleh karena Tsunami yang menerjang Banda Aceh, selepas tamat MTsN 4 Rukoh saya memilih kembali ke Saree di SPPSPMA Saree-Aceh. Setamat di SPMA saya mendaptkan beasiswa kuliah di Politeknik Agroidustri hingga sekarang. Untuk menyelesaikan pendidikan, saya harus melakukan praktikum. Dengan dibantu oleh beberapa pihak, akhirnya saya dapat melaksanakan praktikum di PT.Mertju Buana Sumedang selama satu bulan. Sepulang dari praktek tersebut saya menyusun laporan dan meringkasnya dalam buku ini. Semoga Bermanfaat.