RIBA Disampaikan dalam “Kajian Intelektual Notaris Islam (KINI)”, pada hari Sabtu, 6 Mei 2017.
AH. AZHARUDDIN LATHIF, M.Ag, MH Dosen Fak. Syariah dan Hukum UIN Jakarta Pengurus BPH DSN-MUI HP. 081283727346, email:
[email protected] 1
RIBA AGENDA 1. Pengertian Riba 2. Larangan Riba Dalam Al-Qur’an, Hadits, Kitab Samawy, dan Pendapat para Ulama 3. 9 Alasan dan jawaban: Interest bukan riba 4. Macam-Macam Riba 5. Perbedaan Bunga (Riba) dan Bagi Hasil 6. Perbedaan Al-Bay dan Riba 7. Hikmah Larangan Riba 8. Sumber Bacaan 2
PENGERTIAN RIBA Riba (Arabic: )رباarti Bahasa ialah tambah (az-Ziyadah), tumbuh (al-Numuw) , naik (alirtifa’) dan tinggi (al-’uluw). (Umar Ibn Abd Aziz al-Mutruk)
Pengertian riba adalah tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi (al-amwal al-ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok utang dengan imbalan penangguhan pembayaran secara mutlak (Fatwa DSN-MUI No. 80/2011) 3
TAHAPAN PENGHARAMAN RIBA 1
• Membandingan antara zakat dan riba • Memuji zakat dan mencela riba • Surat Arruum: 39
2
• Mendiskripsikan praktik riba dikalangan Yahudi • Praktik Riba yang dipraktikan Yahudi adalah Zulm (aniaya) • Surat An- nisaa: 160-161
3 4
• Larangan praktik Riba yang berlipat ganda (tradisi Arab Jahiliyah) • Surat Ali Imran: 130
• Larangan tegas (perintah meninggalkan) berbagai bentuk Riba • Surat Al-baqarah: 278-279
DALIL LARANGAN RIBA
Arruum: 39 “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar ia bertambah pada harta manusia, maka pada sisi Allah itu tidak bertambah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang yang melipatgandakan (pahalanya).”
Annisaa: 160-161 Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan diatas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.
5
ISLAM
Ali Imran: 130 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Al-baqarah: 278-279 “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
6
ISLAM
Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda: “Mereka semuanya sama“ (HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW berkata: “Pada malam perjalananku Mi’raj, aku melihat orang-orang yang perutnya seperti rumah, didalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima riba.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: “Riba itu memiliki tujuh puluh tingkatan, adapun tingkat yang paling rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan 7 ibunya sendiri.”
YUNANI Plato (427-347 SM): Bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas
dalam masyarakat. Bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan miskin
Aristoteles (384-322 SM): Fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange)
bukan alat menghasilkan tambahan melalui bunga “….Istilah riba, yang berarti lahirnya uang dari uang, diterapkan kepada pengembangbiakan uang karena analogi keturunan dan orang tua. Dibanding dengan semua cara mendapatkan uang, cara seperti ini adalah yang paling tidak alami” (Politics, 1258) 8
YAHUDI Kitab Eksodus (Keluaran) 22: 25 “Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau bebankan bunga terhadapnya.”
Kitab Deuteronomy (Ulangan) 23: 19 “Janganlah engkau membungakan uang kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan.”
Kitab Levicitus (Imamat) 35: 7 “Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan dengan meminta riba.”
Lukas 6: 35 “Cintailah musuhmu… dan janganlah meminjamkan kepada mereka dengan berharap untuk mendapatkan sesuatu (yang lebih)” 9
KRISTEN Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap orang-orang jahat” (Lukas 6:34-35 Karena tidak disebutkan secara jelas, timbul berbagai tanggapan dan tafsiran tentang boleh tidaknya melakukan praktek pembungaan. Pandangan para sarjana Kristen terhadap praktek pembungaan terbagi pada tiga periode, yaitu Pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII): Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV): Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI- Tahun 1836): 10
KRISTEN Pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII): Larangan mengambil bunga merujuk kepada Old Testament yang juga diimani oleh orang Kristen. St. Basil (329-379) St. Gregory dari Nyssa (335-395) St. John Chrysostom (344-407) St. Ambrose St. Augustine St. Alsem dari Centerbury (1033-1109)
Larangan yang dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang (Canon) Council of Elvira (Spanyol tahun 306) Council of Arles (tahun 314) First Council of Nicaea (tahun 325) Council of Carthage (tahun 345) & Council of Aix la Chapelle (789) Council of Latern (1179) Council of Lyons (1274) Council of Vienne (1311)
11
KRISTEN Kesimpulan Pandangan para Pendeta Awal (Abad I-XII): Bunga adalah semua bentuk yang diminta sebagai imbalan yang melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awal. Mengambil bunga adalah suatu dosa yang dilarang baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan melebihi apa yang dipinjamkan adalah suatu dosa. Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya. Harga barang yang tinggi untuk penjualan secara kredit juga merupakan bunga yang terselubung.
12
KRISTEN Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV): Robert of Courcon (1152-1218), William Auxxerre (1160-1220), St.Raymond of Pennafore (1180-1278), St.Bonaventure (1221-1274) St.Thomas Aquinas (1225-1274) Bunga dibedakan menjadi interest dan usury Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan konsep keadilan Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau tidaknya tergantung niat si pemberi hutang.
13
KRISTEN Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI- Tahun 1836): John Calvin (1509-1564) Charles du Moulin (1500-1566) Claude Saumaise (1588-1653) Martin Luther (1483-1546) Melancthon (1497-1560) Zwingli (1484-1531) Dosa apabila bunga memberatkan Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles) Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi Jangan mengambil bunga dari orang miskin 14
BUNGA BANK: PANDANGAN DUNIA ISLAM Dewan Studi Islam AlAzhar, Cairo Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba yang diharamkan.(Konferensi DSI AlAzhar, Muharram 1385 H/ Mei 1965 M)
Rabithah Alam Islamy Bunga bank yang berlaku dalam perbankan konvensional adalah riba yang diharamkan. (Keputusan No. 6 Sidang ke 9, Mekkah 12-19 Rajab 1406 H)
Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam Seluruh tambahan dan bunga atas pinjaman yang jatuh tempo dan nasabah tidak mampu membayarnya, demikian pula tambahan (atau bunga) atas pinjaman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan No. 10 Majelis Majma’ Fiqih Islamy, Koneferensi OKI ke II, 22-28 Desembeer 1985)
15
BUNGA BANK: PANDANGAN ULAMA INDONESIA Nahdhatul Ulama Sebagian ulama mengatakan bunga sama dengan riba, sebagian lain mengatakan tidak sama dan sebagian lain mengatakan syubhat. Rekomendasi: Agar PB NU mendirikan bank Islam NU dengan sistem tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar Lampung, 1992)
Muhammadiyah Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik nagara kepada nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara “mustasyabihat.” Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam (Lajnah Tarjih Sidoarjo, 1968)
16
BUNGA BANK: PANDANGAN ULAMA INDONESIA Majelis Ulama Indonesia 1)Bunga bank sama dengan riba 2) tidak sama dengan riba 3) Syubhat. MUI harus mendirikan bank alternatif. (Lokakarya Alim Ulama, Cisarua 1991)
Lajnah Ulama Komisi Fatwa se Indonesia, Majelis Ulama Indonesia 1)Bunga bank sama dengan riba (Silaknas MUI, 16 Desember 2003)
17
9 Alasan Yang Mengatakan Interest Bukan Riba Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal hukumnya Hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang, adapun suku bunga yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost) atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pengolahan dana tersebut Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan bunganya dilarang adapun yang produktif tidak demikian Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barangbarang lainnya oleh karena itu dapat disewakan dan diambil upah atasnya
Alasan Yang Mengatakan Interest Bukan Riba Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang mengakibatkan menyusutnya nilai uang Bunga diberikan atas dasar abstinence Sejumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang sama pada suatu masa nanti. Oleh karena itu bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan nilai ini Bank, demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai lembaga hukum tidak termasuk teritorial hukum taklif
Diskusi ( 1 ) Darurat
9Alasan
Pembahasan yang jelas akan pengertian darurat yang dinyatakan oleh syara dan bukan pengertian sehari-hari akan istilah ini Pembatasan yang pasti akan pengambilan dispensasi darurat ini, sesuai dengan metodologi usul fiqh. Terutama penerapan Al Qawaid Al Fiqhiah seputar kadar darurat.
Diskusi ( 2 ) Berlipat Ganda
9Alasan
Pemahaman kembali surat Ali Imran 130 secara cermat, mengkaitkannya dengan spirit ayat-ayat riba lainnya secara komprehensif, demikian juga fase-fase pelarangan riba secara menyeluruh Memahami secara mendalam makna mafhum mukhalafah dalam pemahaman teks-teks Qur’an & Sunnah, jenis-jenisnya, serta syaratsyarat pengambilan hukum daripadanya.
Diskusi ( 3 ) Opportunity Cost
9Alasan
Menghilangkan asumsi sepihak dalam urusan Ganti Rugi dimana deposan secara dimuka mengharuskan keuntungan minimal dalam proyek debitur (paling minimal sama dengan suku bunga) Dimana hal ini tidak demikian manakala si deposan yaitu menangani sendiri proyeknya yaitu kemungkinan untung rugi dalam usaha Tidak menghilangkan mendapatkan keuntungan prinsip bagi hasil
kesempatan dari proyek
untuk dengan
Diskusi
9Alasan
( 4 ) Konsumtif - Produktif
Dapat dipastikan bahwa imbalan produksi marginal dari dana senantiasa lebih besar dari suku bunga Dapatkah dipertahankan bahwa bentuk-bentuk kredit di jaman pra Islam adalah seluruhnya konsumtif mengingat luasnya jaringan perdagangan Arab dengan India dan Cina, yang memerlukan suplai produksi yang memadai dimana kredit untuk tujuan tersebut adalah suatu persyaratan utama
Diskusi
9Alasan
( 5 ) Uang sebagai komoditi
Memahami sifat-sifat khusus yang dimiliki uang dan kemungkinan penyamaannya dengan komoditi lain terutama kepercayaan masyarakat kepadanya dan daya tukar yang dimilikinya serta sanksi hukum atas penolakannya Mendefinisikan kembali pengertian sewa terutama perbedaannya dari pinjam-meminjam Kalau dalam keadaan normal (tidak ada inflasi), apakah uang seperti komoditi lainnya katakanlah rumah mengalami penyusutan nilai karena dipergunakan sehingga berhak atas sewa untuk mengimbangi penyusutan nilai tersebut Sejauh mana bisa keluar dari Riba Al Fadl
Diskusi ( 6 ) Inflasi
9Alasan
Memantau roda ekonomi dari atas dan bawah, dalam artian tidak hanya inflasi tetapi juga deflasi dimana perekonomian mengalami masa lesu yang memaksa produsen untuk menjual produksinya mendekati biaya produksi yang pada gilirannya akan menurunkan daya beli uang Tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari prinsip bagi hasil, yang tidak jarang melebihi tingkat inflasi Mengukur sejauh mana sifat-sifat yang dimiliki inflasi dapat dijadikan sebagai illah dalam Hukum dengan menggunakan standar syarar-syarat Illah yang telah menjadi konsesus dalam methodologi Ushul Fiqh
Diskusi ( 7 ) Abstinence
9Alasan
Standar apa yang digunakan untuk mengukur unsur “Pengobatan” (dengan penundaan konsumsi) dari teori bunga Abstinence Seandainya standar telah didapatkan bagaimana menentukan suku yang “adil” bagi kedua belah pihak
Dapatkah hal ini menjadi illah dalam Hukum sesuai dengan Rules of Games Ushul Fiqh ? Tidak menghilangkan kemungkinan laba dari investasi bagi hasil selama masih “penundaan”.
Diskusi
9Alasan
( 8 ) Time Preference Theory Menganalisa Filsafat Time Preference Theory yang menyatakan bahwa “saat ini lebih berharga dari masa yang akan datang”, bukankah setiap orang menabung dan belajar beranggapan bahwa hari depan harus lebih baik dari hari ini ? Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya praktek asuransi dimana pemegang polis mengorbankan masa kini untuk kenyamanan masa depan.
Diskusi
9Alasan
( 9 ) Badan Hukum dan Hukum Taklif Apakah yang dimaksud Juridique ?
dengan “Dela Personnalite
Dari catatan sejarah apakah tidak pernah terjadi adanya suatu perkumpulan individu yang mendapatkan perizinan dari pihak yang berwenang untuk memberikan jasa-jasa tertentu, sebelum masa Rasulullah. Sehingga ketika ayatayat Riba turun ia berada di luar jangkauannya ? Apakah konsekuensi dari tidak termasuknya Badan Hukum dalam khitab Taklif berarti bebas dari segala tuntutan hukum ?
MACAM-MACAM RIBA Fadl
Jual Beli Barang2 Ribawi: (emas, Perak, Gandum bulat, gandum panjang, Kurma, dan garam), Salah satu obyek lebih banyak (kualitas) dari yang lain
Nasa’
Jual beli barang ribawi yang penyerahan obyeknya tidak secara tunai (Jual beli mata uang yang berbeda secara tidak tunai (forward, swap, dan option)
Nasiah
Utang-piutang dengan manfaat/keuntungan (Investasi)
Jahiliyah
Utang-piutang, dimana kreditur mengenakan tambahan (dari jumlah 29 hutang) bila debitur pada saat jatuh tempo tidak bisa membayar kewajibannya (Katu Kredit)
Jual Beli
RIBA
Hutang Piutang
mengambil tambahan
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung
Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.
30
Perbedaan Al-Bay dan Riba Abu al A’la al Mawdudi memberikan empat perbedaan mendasar antara Al-Bay (perdagangan) dan riba, yaitu:
Pertama: Dalam perdagangan, pembeli dan penjual melakukan pertukaran atas dasar kesetaraan, bagi pembeli mendapatkan keuntungan dari apa yang ia telah beli dari vendor, sementara yang kedua mendapat keuntungan dalam pertimbangan kerja dan waktu yang dihabiskan dalam pengadaan komoditas itu untuk pembeli Sementara itu, pada transaksi riba tidak ada pembagian keuntungan antara kedua belah pihak atas dasar kesetaraan. Kreditor mendapatkan untuk dirinya sendiri yang pasti jumlah uang untuk pinjaman, tetapi semua debitur pasti mendapatkan waktu untuk menggunakan uang, sementara waktu tidak selalu mendapatkan keuntungan dirinya 31
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):
Kedua: Dalam perdagangan, seberapapun besar keuntungan yang diminta vendor dari pembeli, ia hanya sekali mendapatkannya. Sementara itu, pada transaksi riba, kreditur tidak berhenti untuk menuntut bunganya sepanjang pokoknya belum dikembalikan.
32
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan): ketiga: Dalam perdagangan, saat sebuah komoditi dipertukarkan untuk suatu harga, transaksi tersebut selesai. Pembeli tidak memberikan apa-apa setelah transaksi tersebut kepada penjual. Dalam transaksi menyewa, baik rumah, tanah, atau benda/barnag lain, barang yang disewa tetap utuh dan dikembalikan kepada pemilik setelah itu. Hanya untuk manfaat dari barang tersebut yang harus dibayar sewanya oleh penyewa kepada pemilik. Sementara itu, dalam riba, debitur benar-benar menghabiskan jumlah yang dipinjam dari kreditur dan harus mengembalikan jumlah yang sama dengan tambahan dalam bentuk bunga.
33
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):
Keempat: Dalam perdagangan, profesi dan kerajinan tangan, seseorang memperoleh manfaat setelah menjalani kerja, kesulitan, atau oleh keterampilan atau seni. Sebaliknya, dalam transaksi riba, kreditor hanya meminjamkan sejumlah surplus yang dimilikinya dan tanpa kerja / usaha / kesulitan, menjadi mitra tetap dalam memperoleh hasil (bunga) dari debitur.
34
Hikmah Dibalik Pelarangan riba 1. 2. 3. 4.
Penghapusan ketidakadilan/Kedhaliman Himbauan untuk bekerjasama Semangat persaudaraan Mengenai riba al fadl: mendorong transisi masyarakat dari sistem barter ke sistem moneter 5. Uang, sebagai ukuran yang sempurna nilai dan alat tukar, dimana pertukaran berjalan atas dasar keadilan serta mengurangi penipuan
35
SUMBER BACAAN 1.
Abdullah Ibn Muhammad Ibn Hasan al-Sa’dy, Al-Riba fi al-Mu’amalat alMashrafiyah al-Mu’ashiarah 2. Umar Ibn Abdul Azis al Mutrk, Al-Riba wa al-Mu’amalat al-Mashrafiyyah, Fi Nadri al-Syaria’ah al-Islamiyah 3. Yusuf Qaradawi, Fawaid al-Bunuk hiya al-Riba al-Haram 4. Abu-A’la al-Maududi, Riba 5. Ali Jum’ah Muhammad dkk, Fatawa al-Mu’amalat al-Maaliyah: Al-Qurudh wa al-Riba 6. Abdul Azhim Jalal Abu Zaid, Fiqh Riba 7. Ahmad Salim Milhim, At-Ta’min al-Islamy 8. M. Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik 9. Adiwarman Kariim, Analisis Fiqh dan Keuangan 10. M. Syakir Sula, Asuransi Syariah: Konsep dan Sistem Operasional 11. Engku Rabiah Adawiyah Engku Ali dan hassan Scoott P. Odierno, Essential Guide to Takaful (Islamic Insurance) 12. Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Takaful and Insurance (Compared)