Respons Pemupukan N, P, K dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun pada Tanaman Muda Kelapa Sawit
Response of N, P, K and Mg Fertilization to Nutrients Contents in Soil and Leaf Young Oil Palm YULIANUS R. MATANA DAN NURHAINI MASHUD Balai Penelitian Tanaman Palma Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001
E-mail:
[email protected]
Diterima 21 Januari 2015 / Direvisi 21 April 2015 / Disetujui 4 Mei 2015
ABSTRAK Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg dalam tanah dan jaringan daun tanaman kelapa sawit TBM sebelum dan setelah pemupukan. Penelitian dilakukan tahun 2014 selama satu tahun di Kebun Percobaan Sitiung, Kabupaten Darmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yang di uji. Faktor pertama (A) adalah delapan varietas unggul kelapa sawit, yang tergolong Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) umur dua tahun, yaitu DMP, DMK, PPKS-Dumpy, PPKS-LTC, PPKS (SMB), PPKS-540, Tania Selatana 1 (TS1) dan Tania Selatan 3 ( TS3). Faktor kedua (B) adalah dosis pupuk, yaitu 1) 500 g Urea, 200 g SP 36, 500 g KCl, 1000 g Kiserit, 2) 500 g Urea, 100 g SP36, 500 g KCl, 750 g Kiserit, 3) 1500 g Urea, 750 g SP36, 1375 g KCl, 1250 g Kiserit, 4) 500 g Urea, 200 g SP36, 500 g KCl, 1750 g Kiserit, 5) 250 g Urea, 100 g SP36, 250 KCl, 500 g Kiserit dan 6) 750 g Urea, 300 g SP36, 750 KCl, 1500 g Kiserit. Analisis kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg menggunakan daun nomor sembilan dan tanah diambil pada kedalaman 30 cm secara komposit, masing-masing sebanyak 32 contoh daun dan tanah sebelum pemupukan dan 24 contoh daun dan tanah setelah pemupukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pemupukan kandungan unsur hara N dan P pada lahan penelitian dalam taraf defisiensi, K pada taraf defisiensi hingga optimum, dan Mg pada taraf optimum. Setelah pemupukan, kandungan unsur hara N pada sebagian besar lahan masih tetap defisiensi. Kalium pada sebagian besar lahan dan Mg pada semua lahan penelitian pada taraf optimum. Sebelum pemupukan, kandungan unsur hara K dalam jaringan daun delapan varietas kelapa sawit dalam taraf defisiensi, P pada taraf defisiensi hingga berlebihan dan Mg pada taraf optimum. Setelah pemupukan, kandungan unsur hara N pada sebagian besar varietas masih pada taraf defisiensi, P pada sebagian besar varietas berlebihan serta K dan Mg pada semua varietas pada taraf optimum. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa respons tanaman kelapa sawit terhadap pemupukan berbeda menurut varietas. Tingkat kemasaman (pH) tanah tergolong sangat rendah atau tanah bersifat sangat masam, sehingga dilakukan pengapuran menggunakan dolomit sebelum pemupukan. Setelah pengapuran terjadi peningkatan pH tanah, tetapi masih tergolong rendah, atau tanah masih bersifat sangat masam. Oleh karena itu, pengapuran perlu dilakukan di lokasi penelitian. Kata kunci : Status hara, kelapa sawit, analisa tanah, analisa daun, defisiensi hara.
ABSTRACT The research was conducted in order to determine the nutrients content of N, P, K, and Mg in the soil and leaf tissue of young oil palm. The study was conducted in 2014 for one year at the Sitiung Experimental Garden, Darmasraya regency, West Sumatra Province. The study was using a randomized block design with two factors. The first factor (A) were eight superior varieties with age two years-old, namely DMP, DMK, PPKS-Dumpy, PPKS-LTC, PPKS-SMB, PPKS-540, TS1 and TS3. The second factor is fertilizer dosages 1) 500 g Urea, 200 g SP 36, 500 g KCl, 1000 g Kiserit, 2) 500 g Urea, 100 g SP36, 500 g KCl, 750 g Kiserit, 3) 1500 g Urea, 750 g SP36, 1375 g KCl, 1250 g Kiserit, 4) 500 g Urea, 200 g SP36, 500 g KCl, 1750 g Kiserit, 5) 250 g Urea, 100 g SP36, 250 KCl, 500 g Kiserit dan 6) 750 g Urea, 300 g SP36, 750 KCl, 1500 g Kiserit. For the analysis of the nutrient content of N, P, K and Mg, leaf samples were taken on leaf number nine and soil samples were taken at a depth of 30 cm in the composite method, 32 leaf and soil samples before fertilization and 24 leaf samples soil. The results showed that before fertilization the nutrient content of N and P in the soil in deficiency level, K on the deficiency to optimum levels, and Mg at an optimum level. After fertilization, the nutrient content of N in the almost all of the area is still deficient. Potassium at most area and Mg in all area of research at the optimum level. Before fertilization, the nutrient content of K in the leaf tissue of eight varieties of oil palm in the deficiency level, P deficiency to excessive level and Mg at the optimum level. After fertilization, the nutrient content of N in most varieties are still at the level of deficiency, P on most varieties in the excessive level as well as, K and Mg in all varieties at optimum level. Results of this study indicated that the response of oil palm to fertilization differs according to varieties. The level of soil acidity (pH) is very low or the soil is very acidic, therefore liming using dolomite were done before fertilization. After liming increased soil pH, but is still relatively low, or the soil is still very acidic. Therefore, liming in the area need to be done again. Keywords : Nutrien status, oil palm, soil analysis, leaf analysis, nutrient content.
23
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31
PENDAHULUAN Kelapa sawit sangat responsif terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Lingkungan tersebut adalah genetik tanaman, iklim, dan tanah. Tanah merupakan faktor utama, karena tanah harus mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Oleh karena itu, tanah harus dipupuk. Pemupukan diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Pohan, 2010). Pemberian pupuk harus didasarkan pada kebutuhan tanaman dan karakteristik wilayah lahan tersebut (Webb et al., 2011). Unsur hara yang dibutuhkan tanaman terdiri atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit, tetapi harus selalu tersedia dalam jaringan tanaman, antara lain Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (Bo), Molibdenum (Mo), Klorida (Cl), dan Seng (Zn) (Pohan, 2010). Menurut Febriana (2009), gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan salah satu atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak. Nitrogen yang diserap oleh tanaman dirombak menjadi asam amino, yang dalam metabolisme selanjutnya membentuk protein dan asam nukleat. Selain itu, N menjadi bagian integral dari klorofil dan merupakan komponen utama tanaman yang menyerap cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis (Barker dan Pilbeam, 2007). Gejala defisiensi N terlihat pertama kali pada daun-daun tua, yaitu daun berwarna hijau pucat, dan kemudian menjadi kuning pucat atau kuning cerah (klorosis), dan selanjutnya daun mengalami nekrosis (Goh dan Hardter 2003). Fosfor adalah unsur hara esensial dalam reaksi biokimia termasuk fotosintesis dan respirasi. Fosfor merupakan komponen utama dari adenosin difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP) digunakan untuk mensuplai energi dalam reaksi biokimia pada tumbuhan. Fosfor adalah komponen struktural fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, koenzim, dan phosphorprotein. Defi-
24
siensi P dalam tanaman menyebabkan ratio akar terhadap pucuk lebih besar yang disebabkan oleh proporsi asimilat untuk partumbuhan akar yang dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan pucuk (Goh dan Hardter 2003). Unsur hara K pada tanaman kelapa sawit penting untuk penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Pemberian K mampu meningkatkan biomassa kering tanaman nilam dengan sumber K yang berbeda, yaitu KCl dan K2SO4 (Syakir dan Gusmaini, 2012). Defisiensi unsur hara K terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejala defisiensi unsur K timbul bercak transparan pada daun, lalu daun mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl. Unsur hara Mg berfungsi dalam proses fotosintesis. Pemupukan Mg mampu meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, bobot brangkasan basah dan kering bibit kelapa sawit pada tanah Ultisol dan Oxisol (Kasno dan Nurjaya, 2011). Sumber unsur hara Mg adalah kapur dolomit dan pupuk kiserit. Unsur hara Mg merupakan bagian dari molekul klorofil dan berasosiasi dengan unsur P untuk pembentukan senyawa fosfolid yang berfungsi dalam produksi minyak sawit (Simatupang, 2010). Menurut Ratnasari (2009) kebutuhan unsur hara dan kemampuan tanah menyediakan unsur hara merupakan dasar penetapan dosis pupuk yang tepat. Analisis unsur hara tidak hanya menetapkan kandungan unsur hara dalam bagian tanaman, tetapi juga tentang keterkaitan antara kandungan hara tanaman dan pertumbuhannya. Setiap lahan tanaman kelapa sawit mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg dalam tanah dan jaringan daun tanaman kelapa sawit TBM sebelum dan setelah pemupukan.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada tahun 2014 selama satu tahun di Kebun Percobaan Sitiung, Kabupaten Darmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yang diuji. Faktor pertama (A) adalah Varietas kelapa sawit. Delapan varietas kelapa sawit yang tergolong Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) umur dua tahun, yaitu Dami Mas Putih (DMP), Dami Mas Kuning (DMK), PPKS Dumpy, PPKS Langkat (LTC), PPKS 540 dan PPKS Simalungun (SMB), Tania Selatan 1 (TS1), Tania Selatan 3 (TS3). Faktor kedua (B) adalah
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun …….. (Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)
Status Unsur Hara Nitrogen (N)
taraf dosis pupuk, yaitu: 1) 500 g Urea, 200 g SP 36, 500 g KCl, 1000 g Kiserit, 2) 500 g Urea, 100 g SP36, 500 g KCl, 750 g Kiserit, 3) 1500 g Urea, 750 g SP36, 1375 g KCl, 1250 g Kiserit, 4) 500 g Urea, 200 g SP36, 500 g KCl, 1750 g Kiserit, 5) 250 g Urea, 100 g SP36, 250 KCl, 500 g Kiserit dan 6) 750 g Urea, 300 g SP36, 750 KCl, 1500 g Kiserit. Untuk meningkatkan pH tanah dilakukan pengapuran dengan Dolomit. Untuk analisis unsur hara N, P, K, dan Mg, contoh daun diambil pada daun nomor sembilan. Pengambilan contoh daun dilakukan sebelum jam sembilan pagi. Contoh daun diambil pada bagian tengah pelepah daun, masing-masing lima anak daun pada sisi kiri dan kanan. Penentuan pohon contoh dilakukan secara acak di dalam kelompok. Contoh tanah diambil pada kedalaman 30 cm secara komposit. Daun dan tanah diambil sebanyak 32 contoh pada awal penelitian dan 24 contoh pada akhir penelitian. Analisis unsur hara daun kelapa sawit dan tanah dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Hasil analisis tanah sebelum pemupukan menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N tergolong sangat rendah (defisiensi), yaitu berkisar 0,10-0,18%. Kandungan unsur hara N di lahan yang ditanami varietas PPKS-Dumpy dan varietas PPKS 540 paling rendah, yaitu 0,10% sedangkan varietas TS3 mempunyai kandungan unsur hara N tertinggi, yaitu 0,18%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan hara N di setiap lokasi penelitian berbeda. Keadaan ini diduga disebabkan topografi lokasi penelitian bergelombang sehingga mempengaruhi kandungan unsur hara N di setiap lokasi. Menurut Balai Penelitian Tanah (2009) kandungan N dalam tanah berkisar 0,100,18% tergolong rendah, sehingga diperlukan penambahan unsur hara N melalui pemupukan. Defisiensi unsur hara N dapat menyebabkan perkembangan dan fungsi kloroplas terganggu sehingga pertumbuhan tanaman kelapa sawit lambat dan terlihat kerdil. Behera et al. (2015) menyatakan bahwa defisiensi unsur hara mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit sehingga produksi dan kualitas buah rendah. Setelah pemupukan, terjadi peningkatan kandungan unsur hara N menjadi 0,11-0,90% yang termasuk kriteria rendah hingga sangat tinggi. Sebagian besar lahan penelitian mempunyai kandungan unsur hara N masih tergolong rendah, sedangkan pada lahan yang ditanami kelapa sawit varietas DMK dan DMP kandungan unsur hara N sangat tinggi, yaitu 0,8 – 0,9%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kandungan unsur hara Nitrogen pada lahan yang ditanami varietas Dami Mas Kuning (DMK) sebesar 0,76%, diikuti varietas Dami Mas Putih (DMP) sebesar 69% (Gambar 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian pupuk meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah dan jaringan daun kelapa sawit. Peningkatan kandungan unsur hara ini diikuti oleh perbaikan pertumbuhan delapan varietas kelapa sawit. Hasil analisis kandungan hara dalam tanah dan jaringan daun kelapa sawit TBM sebelum dan setelah pemupukan disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2, sedangkan Tabel 3 menampilkan tingkat kemasaman pH tanah sebelum dan setelah pemupukan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi dosis pupuk dengan varietas kelapa sawit terhadap kandungan hara daun dan tanah kelapa sawit.
Tabel 1. Kandungan N, P, K, dan Mg dalam tanah sebelum dan setelah pemupukan. Table 1. Soil nutrients content of N, P, K, and Mg before and after fertilization. Varietas Variety
DMP
N Sebelum Setelah Pemupukan Pemupukan Before After fertlization fertilization ……………%.................... 0,11 0,80
P K Mg Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Before After Before After Before After fertlization fertilization fertlization fertilization fertlization fertilization …………………………………………ppm ……….................................................. 3,35 8,07 25,75 28,33 15,73 18,27
DMK
0,14
0,90
3,98
4,83
14,25
19,67
16,90
18,87
PPKS Dumpy
0,10
0,11
3,20
3,93
27,75
31,00
11,08
15,73
PPKS LTC
0,13
0,15
3,60
4,00
23.75
25,15
10,28
12,03
PPKS 540
0,10
0,12
4,40
5,63
13,00
16,10
11,85
12,50
PPKS SMB
0,11
0,17
3,00
3,47
12,00
13,33
15,05
16,27
TS1
0,14
0,18
4,33
5,13
32,00
35,13
10,18
12,80
TS3
0,18
0,19
4,18
5,90
28,50
29,66
10,70
11,97
25
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31
Gambar 1. Kandungan unsur hara N, P, K dan Mg dalam tanah. Figure 1. Nitrogen, Phosphor, Potassium and Magnesium nutrient content in the soil.
Tabel 2. Kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg dalam jaringan daun tanaman sawit TBM sebelum dan setelah pemupukan. Table 2. N, P, K, and Mg nutrient content of young oil palm leaves before and after fertilization.
Varietas variety
N P K Mg Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Before After Before After Before After Before After fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization …………………………………………………………. % …………………………………………………………..
DMP
1,47
1,83
0,10
0,80
0,22
1,15
0,32
0,41
DMK
1,19
1,87
0,12
0,22
0,36
1,35
0,34
0,41
PPKS-Dumpy
1,23
1,86
0,23
0,49
0,26
1,55
0,28
0,36
PPKS-LTC
2,02
2,99
0,35
0,49
0,46
1,39
0,29
0,34
TS1
1,85
2,27
0,10
0,20
0,29
1,63
0,21
0,29
TS3
1,86
2,33
0,10
0,21
0,28
1,62
0,23
0,41
PPKS-540
2,09
2,56
0,14
0,31
0,40
1,56
0,35
0,66
PPKS-SMB
1,62
2,07
0,62
0,73
0,36
1,33
0,29
0,34
Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang ditanami kedua varietas tersebut sangat respon terhadap pemberian pupuk urea sebagai sumber unsur hara N. Varietas PPKS LTC memiliki kandungan unsur hara N yang tertinggi, yaitu 0,97% diikuti varietas Dami Mas Kuning 0,68% (Gambar 2). Hal ini mengindikasikan bahwa semua varietas kelapa sawit yang diuji mempunyai kemampuan yang berbeda dalam merespon pupuk yang diberikan.
26
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk meningkatkan kandungan unsur hara K dan Mg dalam jaringan daun kelapa sawit. Varietas TS 1 memiliki kandungan K yang tertinggi (1,67%) sedangkan varietas PPKS 540 memilki kandungan Mg tertinggi dalam jaringan daun (0,31%).
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun …….. (Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)
Gambar 2. Kandungan unsur hara N, P, K dan Mg di jaringan daun kelapa sawit. Figure 2. Nutrients content of Nitrogen, Phosphor, Potassium and Magnesium of oil palm leaves. Hal yang sama terjadi pada lahan yang diberi unsur hara K dan Mg. Pemberian kedua unsur hara ini mampu meningkatan kandungan unsur hara K dan Mg dalam tanah. Lahan yang ditanami varietas DMK memiliki kandungan K tertinggi (5,42 ppm) sedangkan unsur hara Mg tertinggi pada lahan yang ditanami Varietas PPKS Dumpy tertinggi (4,65 ppm). Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum pemupukan kadar unsur hara N dalam jaringan daun kelapa sawit berada pada kisaran 1,19-2,09% yang tergolong defisiensi. Hasil ini sejalan dengan hasil analisis kandungan hara N dalam tanah yang termasuk kriteria rendah. Semua varietas mengalami defisiensi unsur hara N sebelum pemupukan, namun setelah pemupukan, kandungan unsur hara N dalam jaringan daun mengalami peningkatan, yaitu berkisar 1,83-2,99%. Peningkatan kandungan unsur hara dalam jaringan daun sekitar 0,97% setelah dilaksanakan pemupukan. Kandungan unsur hara N optimum ditemukan pada dua varietas, yaitu varietas PPKS LTC, dan PPKS 540. Hal ini menunjukkan bahwa respon setiap varietas kelapa sawit berbeda-beda terhadap pemupukan. Sebelum pemupukan, kandungan unsur hara N dalam jaringan daun varietas PPKS-LTC dan PPKS-540 adalah rendah (2,022,09%), namun setelah pemupukan, kandungan
hara N termasuk kriteria optimum (2,56-2,99). Hal ini diduga pupuk yang diberikan dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal, namun ada juga unsur hara N yang mengalami penguapan serta pen-cucian. Pada awal penelitian semua tanaman sawit secara visual memiliki pertumbuhan yang tidak vigor dengan daun yang berwarna hijau kusam (Gambar 3). Namun setelah dilaksanakan pemupukan, pertumbuhan tanaman vigor, dengan warna daun hijau tua (Gambar 4). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat respon terhadap pemupukan.
Gambar 3. Kondisi pertanaman kelapa sawit sebelum pemupukan. Figure 3. Oilpalm plantation condition before fertilization.
27
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31
Gambar 4. Kondisi pertanaman kelapa sawit setelah pemupukan. Figure 4. Oilpalm plantation condition after fertilization. Status Unsur Hara Fosfor (P) Fosfor dalam tanah sebelum pemupukan berada pada kisaran 3,00-4,40 ppm, dan menurut Balai Penelitian Tanah (2009) kandungan unsur hara ini tergolong sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemupukan P, kandungan unsur hara P dalam tanah meningkat, tetapi sebagian besar lahan penelitian masih rendah, bahkan sebagian lahan masih sangat rendah dan hanya lahan yang ditanami kelapa sawit varietas DMP yang memiliki kandungan unsur hara P optimum (8,07%). Ketersediaan unsur hara P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Kemasaman tanah (pH) <5 menyebabkan ke-larutan Al dan Fe yang tinggi sehingga dapat berpresipitasi dengan P sehingga ketersedian unsur hara P terhambat dan mengakibatkan P dalam tanah tidak tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian memiliki pH tanah sangat rendah (Tabel 3). Pada kondisi pH tanah yang sangat rendah maka kandungan P yang tersedia untuk tanaman sangat rendah. Faktor lain yang diduga menyebabkan kandungan unsur hara P tanah rendah adalah (1) pencucian atau masih terikatnya unsur hara P oleh kation-kation yang ada dalam tanah sehingga tidak tersedia. (2) adanya aktivitas mikroba yang mengubah P-anorganik menjadi Porganik. Lahan kelapa sawit merupakan lahan bekas hutan sekunder sehingga diduga kandungan mikroorganismenya tinggi. Pemupukan dapat meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah. Setelah pemupukan SP36 terjadi peningkatan unsur hara P dengan kisaran 3,47-8,87 ppm. Selain pemberian pupuk, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar fosfor dalam tanah adalah pemberian kapur dan bahan organik (Kasno et al., 2009).
28
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum pemupukan jaringan daun kelapa sawit memiliki kandungan P berkisar 0,10-0,62% yang termasuk kriteria defisiensi hingga optimum. Varietas kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara P, yaitu varietas DMP, DMK, TS 1, TS 3 dan PPKS 540, sedangkan varietas yang memiliki kandungan unsur hara P optimum, yaitu varietas PPKS Dumpy, PPKS LTC dan PPKS SMB. Namun setelah dilaksanakan pemupukan, unsur hara P dalam jaringan daun semua varietas mengalami peningkatan menjadi 0,20-0,73% dan termasuk kriteria tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan kadar unsur hara P dalam jaringan daun kelapa sawit. Pemupukan dapat meningkatkan kadar unsur hara N dan P dalam daun kelapa sawit serta meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Lahan yang ditanami varietas DMP juga memiliki kemampuan yang sangat baik dalam merespon unsur hara P yang diberikan dalam bentuk pupuk SP36. Status Unsur Hara Kalium (K) Kalium termasuk salah satu unsur hara yang esensial untuk tanaman dan umumnya tanaman menyerap dalam bentuk ion K+.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan unsur hara K dalam tanah sebelum pemupukan umumnya berkisar (12-32 ppm) yang menurut Balai Penelitian Tanah (2009) termasuk kriteria rendah hingga sedang. Lahan yang ditanami varietas DMK, PPKS 540 dan PPKS SMB mempunyai kandungan unsur hara K yang tergolong rendah, sedangkan lahan yang ditanami lima varietas lainnya, yaitu DMP, PPKS LTC, TS 1 , TS 3 dan PPKS Dumpy mempunyai kandungan hara K yang tergolong sedang. Setelah dilaksanakan pemupukan, kandungan unsur hara K dalam tanah mengalami peningkatan menjadi 13,33- 35,13 ppm. Lahan yang ditanami varietas DMK mengalami peningkatan kandungan unsur hara K tertinggi, yaitu 5,42 ppm, tetapi masih tergolong rendah sedangkan lahan yang ditanami varietas TS 3 mengalami peningkatan kandungan unsur hara K terendah, yaitu 1,16 ppm namun tergolong kriteria tinggi. Hasil analisis tanah ini didukung oleh data kandungan unsur hara K dalam jaringan daun kelapa sawit sebelum pemupukan, yaitu semua varietas kelapa sawit yang diuji mengalami defisiensi unsur hara K (0,22-0,46%) (Tabel 2). Namun setelah pemupukan, kandungan unsur hara K mengalami peningkatan yang drastis dari keadaan defisiensi, yaitu 0,22-0,46% menjadi tinggi sekitar 1,15-1,63%. Setelah pemupukan unsur hara K daun
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun …….. (Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)
tertinggi diperoleh pada varietas TS1 dan TS3 sekitar 1,34%, sedangkan varietas DMP dan PPKS LTC mengalami peningkatan kadar K terendah, yaitu sekitar 0,93%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemupukan K dalam bentuk KCl dapat meningkatkan kandungan unsur hara K daun pada semua varietas kelapa sawit yang diuji. Menurut Halim (2012) peningkatan kandungan hara K dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang kelapa sawit. Menurut Imogie et al. (2012) unsur hara K sangat menentukan kualitas tandan buah segar kelapa sawit. Status unsur Hara Magnesium (Mg) Sebelum pemupukan kan-dungan unsur hara Mg dalam tanah sekitar 10,18-16,90 ppm dan menurut Balai Penelitian Tanah, 2009 termasuk kriteria sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahan perkebunan sawit di KP. Sitiung mengandung unsur hara Mg tergolong sedang, artinya unsur hara Mg dalam jumlah yang cukup untuk diserap oleh tanaman. Namun demikian pemberian pupuk perlu tetap dilaksanakan untuk mempertahankan kesubuaran tanah. Kandungan unsur hara Mg dalam tanah mengalami peningkatan sebesar 11,97-18,87 ppm setelah pemupukan. Peningkatan kadar Mg dalam tanah yang tertinggi terdapat pada lahan yang ditanami varietas PPKS Dumpy sebesar 4,65 ppm sedangkan yang terendah pada varietas PPKS 540 sekitar 0,65 ppm. Adanya perbedaan kandungan unsur hara Mg diduga karena topogarafi lahan yang bergelombang sehingga kandungan hara Mg berbeda. Menurut Anggraini et al. (2009) kandungan Mg pada lahan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kemiringan lahan. Kondisi lahan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, jika unsur hara dalam keadaan cukup, maka akan memberikan dampak yang baik pada awal pertumbuhan tanaman (Hakim et al., 1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas DMP, DMK dan PPKS 540 mempunyai kandungan unsur hara Mg tergolong optimum sedang-kan varietas PPKS Dumpy, PPKS LTC, TS 1, TS3 dan varietas PPKS SMB mengalami defisiensi Mg sehingga diperlukan penambahan unsur hara ini melalui pemupukan. Pupuk kiserit digunakan untuk menambah unsur hara Mg. Setelah pemu-pukan, kandungan unsur hara Mg pada semua varietas kelapa sawit mengalami peningkatan menjadi 0,29-0,66% yang termasuk kriteria optimum, kecuali varietas TS1 yang masih tergolong defisiensi (0,29%). Hal ini mengindikasikan bahwa 87,5% varietas kelapa sawit yang diuji
sangat respon terhadap pemupukan Mg. Respon pemupukan sangat dipengaruhi oleh varietas tanaman. Varietas PPKS 540 memiliki respon yang tertinggi terhadap pemupukan Mg dengan indikator peningkatan kandungan Mg tertinggi dalam jaringan daun. Hasil ini sejalan dengan analisis tanah sebelum dan setelah pemupukan yang menunjukkan bahwa pada lahan yang ditanami varietas PPKS 540 kandungan hara Mg tertinggi jika dibandingkan dengan yang lainnya. Zaenal (2010) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit harus dipupuk agar produksi meningkat dan stabilitas tanaman terjaga. Menurut Anggraini et al. (2009), pemberian pupuk Mg dapat meningkatkan tandan buah segar kelapa sawit. pH tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lahan di lokasi penelitian bersifat sangat masam dengan pH 3,93-4,25 sebelum pengapuran. Pengapuran berperan untuk meningkatkan pH tanah dan meningkatkan kualitas sifat fisik lahan. Lapisan topsoil di KP. Sitiung sangat tipis yang disebabkan pada saat pembukaan lahan, sebagian lapisan topsoil ikut terangkat. Setelah pengapuran, pH tanah meningkat menjadi 4,07-4,37, tanah masih bersifat masam (Tabel 3). Lahan yang ditanami varietas kelapa sawit yang diuji mengalami peningkatan pH tanah, kecuali lahan yang ditanami varietas Dumpy mengalami penurunan pH. Kemasaman tanah (pH) mempengaruhi ketersedian unsur hara yang ada dalam tanah. Darwis (2012) menyatakan bahwa unsur hara dalam tanah dipengaruhi Tabel 3. Kemasaman (pH) tanah di perkebunan kelapa sawit KP. Sitiung. Table 3. Soil pH at oil palm plantation in Sitiung Experimental Garden. Varietas Varieties
pH tanah Soil pH Sebelum pemupukan Before fertilization 4,00
Setelah pemupukan After fertilization 4,37
DM Kuning
4,00
4,17
Dumpy
4,25
4,07
LTC
3,93
4,10
TS1
3,95
4,07
TS3
3,93
4,23
540
4,00
4,17
SMB
4,00
4,10
DM Putih
29
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31
oleh pH tanah, aerasi, konsentrasi masing-masing unsur hara, sehingga terjadi interaksi hara. Hal ini diduga jumlah kapur yang diberikan belum dapat meningkatkan pH tanah sehingga pengapuran tetap dilakukan. Masalah utama pada lahan sangat masam adalah pengikatan unsur hara P serta keracunan Al, Mn dan kadang-kadang Fe (Fazrin et al., 2014 ). Ketersedian unsur hara K dalam tanah makin rendah jika kandungan Al dalam tanah dalam konsentrasi tinggi sehingga gula reduksi pada perakaran dan tajuk tanaman menjadi rendah (Supena et al., 2013). Reaksi–reaksi masam yang terjadi dalam tanah mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaruh secara langsung ialah ion H+ dapat bersifat racun bagi tanaman jika dalam konsentrasi yang tinggi. Pengaruh tidak langsung adalah melalui kelarutan, dan ketersediaan unsur hara yang ada dalam tanah (Nurmegawati et al., 2014). Kemasaman (pH) tanah juga mempengaruhi perkembangan mikroorganisme tanah seperti bakteri nitrifikasi. Bakteri ini hanya dapat berkembang baik pada pH tanah lebih dari 5,5 (Kirnandi et al., 2014). Pohan (2010) menyatakan bahwa lahanlahan kelapa sawit harus memiliki pH tanah yang optimum sekitar 5-6 sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pH tanah yang optimum tersebut maka lokasi masih perlu dilakukan pengapuran.
KESIMPULAN Pada awal pelaksanaan penelitian, lahan di KP. Sitiung yang ditanami delapan varietas unggul kelapa sawit, dalam keadaan defisiensi unsur hara N (0,10-0,18%) dan P (3,00-4,40 ppm), unsur hara K pada taraf defisiensi (12,0-14,25 ppm) dan optimum (23,75-28,5 ppm), serta Mg pada taraf optimum (10,18-16,9 ppm). Setelah pemupukan, terjadi peningkatan kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg, namun sebagian lahan masih dalam taraf defisiensi, hanya kandungan N pada lahan yang ditanami varietas DMP dan DMK pada taraf tinggi (0,8-0,9%). Kandungan unsur hara P pada lahan yang ditanami varietas DMK, PPKS Dumpy, PPKS LTC, PPKS 540, PPKS SMB, TS1 dan TS3 masih dalam taraf defisiensi, sedangkan kandungan unsur hara P pada lahan yang ditanami varietas DMP dalam taraf optimum. Kandungan unsur hara K pada lahan yang ditanami varietas PPKS SMB dan PPKS Dumpy masih dalam keadaan defisiensi (13,33-19,67 ppm), sedangkan lahan yang ditanami enam varietas lainnya, kan-
30
dungan unsur hara K dalam taraf optimum (28,3335,13 ppm). Kandungan unsur hara Mg pada seluruh lahan penelitian tetap dalam taraf optimum (10,18-15,73 ppm). Sebelum pemupukan, kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg dalam jaringan daun delapan varietas kelapa sawit yang diuji sangat bervariasi. Unsur hara N dan K dalam taraf defisiensi (1,622,09% dan 0,22-0,44), unsur hara P dalam keadaan defisiensi (0,10-0,14%), optimum (0,23%) dan berlebih (0,23-0,62%). Unsur hara Mg dalam taraf optimum (0,21-0,35%). Setelah pemupukan terjadi peningkatan kandungan empat unsur hara tersebut. Kandungan unsur hara N dari varietas DMP, DMK, PPKS Dumpy, PPKS SMB, TS1 dan TS3 masih dalam taraf defisiensi (1,83-2,33%), sedangkan kandungan unsur hara N dalam jaringan daun varietas PPKS 540 dan PPKS LTC dalam taraf optimum (2,56-2,99%). Unsur hara P varietas TS1, TS3 dan DMK dalam taraf optimum (0,20-0,22%), serta pada varietas PPKS 540, PPKS Dumpy, PPKS LTC, PPKS SMB dan DMP dalam taraf berlebih (0,31-0,80%). Unsur hara K dan Mg pada semua varietas dalam taraf optimum (1,151,63% dan 0,29-0,66%). Sebelum pemupukan lahan perkebunan kelapa sawit di KP. Sitiung bersifat sangat masam dengan pH 3,93-4,25. Setelah pemupukan terjadi peningkatan pH menjadi 4,07-4,37, artinya tanah masih bersifat sangat masam. Oleh karena itu, lahan tersebut masih perlu dilakukan pengapuran.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan Litbang Pertanian yang telah menyediakan dana penelitian sehingga penelitian dapat dilaksanakan. Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Kebun Percobaan Sitiung, Ir. Sadar beserta staf yang turut membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, D., F. Barchia dan Y. Erfeieni. 2009. Hubungan berat tandan buah segar kelapa sawit dengan Ca, Mg dan KTK tanah pada Ultisol Bengkulu. Akta Agresia 12 (2) : 173176. Barker, A.V., and D.J. Pilbeam. 2007. Plant Nutrition. New York: CRC Press. Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Petunjuk Teknis Edisi 2. Hal 211. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun …….. (Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)
Behera, S.K., B.N. Rao, K. Suresh, K. Manajo. 2015. Soil nutrient status and leaf nutrient in oil palm (Elaeis guineensis Jacq) Plantations grown on Southern Plateau of India. Jurnal National Academis Science, India B. Biologi Science. 7 hlm. Darwis, A. 2012. Optimasi dosis pupuk N dan fosfor pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pembibitan utama. Tesis. Pascasarjana Institut Petanain Bogor.61 hlm. Febriana, R. 2009. Pengelolan pemupukan tanaman sawit di perkebunan PT. Sari Loka I (PT Astra Agro Lestari, Tbk), kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 110 hlm. Farzrin, A.D., C. Hanum, dan Irsal. 2014. Kadar, N, P dan K tanah pada tanaman kelapa sawit menghasilkan dengan berbagai komposisi penanaman tanaman sela di bawah tegakan. Jurnal Online Argo-Teknologi No 2 (3): 9 hlm. Goh, K.J., R. Hardter. 2003. General oil palm nutrition in International Planters Conference on Management for Enhanced Profitability in Plantations. Kuala Lumpur, Kuala Lumpur, 24–26 October 1994. Kuala Lumpur; ISP 1994.hlm 190-230. Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, H.H. Bailey. 1989. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung. 488 hlm. Imogie, A.E., P.O. Oviasogie, B.O. Ejedegba, C.V. Udosen. 2012. Effect of potassium (K) source on oil palm yield at Okomu Oil Palm plc, ovia North L.G.A of Edo State. International Journal Of Plant Research 2 (1) : 35-38. Kasno, A., I.G.M Subiksa dan S. Dwiningsih. 2009. Pengaruh pemupukan P terhadap pembentukan fosfat tanah dan hasil jagung pada Typic plintudults dan placic Petraquepst. Jurnal Tanah dan Iklim. 29: 15-23. Kasno, A. dan Nurjaya. 2011. Pengaruh pupuk kiserit terhadap pertumbuhan kelapa sawit dan produktivitas tanah. Jurnal Penelitian Tanaman Industri . 17 (4) :133-139.
Kirnandi, A.J., A. Zuraida, Ilhamiyah. 2014. Survei status kesuburan tanah di lahan usahatani padi lahan pasang surut Kabupaten Banjar. Jurnal Media Sains 7 (1) : 53-59. Nurmegawati, Afrizon dan D. Sugandi. 2014. Kajian kesuburan tanah perkebunan karet rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 20 (1) : 17-26. Pohan, I. 2010. Panduan lengkap kelapa sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. ISBN 979-489-995-X. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hlm. Ratnasari. 2009. Kalibrasi kadar hara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan dengan menggunakan metode sekat pertumbuhan terbaik. Skripsi. IPB, Bogor. 61 hlm. Sholihatun, F., E.T.S. Putara dan D. Kastono. 2014. Induksi ketahanan kekeringan delapan hibrida kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dengan boron. Jurnal Vegetalika 3(3) :14-26. Simatupang, S. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Perkebunan PT Sari Aditya Loka 1 (PT Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten Merangin, Jambi. Skripsi. IPB, Bogor. 86 hlm. Supena, N., A. Soegianto, L. Soetopo, Y. Yenni dan A.R. Purba. 2013. Tanggap varitas kelapa sawit terhadap cekaman Alumunium. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit No 21 (2) : 64-74. Syakir, M. dan Gusmaini. 2012. Pengaruh penggunaan sumber pupuk Kalium terhadap produksi dan mutu minyak tanaman nilam. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 18(2): 60-65. Webb, M.J, P.N. Nelson, L.G. Rogers, G.N. Curry. 2011. Site specific fertilizer recommendation for oil palm smallholders information from large plantations. Jurnal Plant Nutrion Soil Science. 174 : 311-320. Zaenal. 2010. Pengelolan pembibitan kelapa sawit dengan aspek khusus seleksi bibit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), unit usaha Marihat, Sumatera Utara. Skripsi. IPB, Bogor. 114 hlm.
31