JURNAL SOSIAL NUSANTARA (JSN) Volume 1 No.1 Januari 2017 ISSN-p 2549-466X ISSN-e 2549-4767 Email:
[email protected] Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/
RESPON MASYARAKAT TERHADAP PENGARUSUTAMAAN HAK ANAK (PUHA) DI DESA TULO KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Ilmawati Djafara dan Ritha Safithri FISIP Universitas Tadulako
Abstrak Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon orangtua terhadap pengarusutamaan hak anak yang disering disebut PUHA. Sebanyak 10 orang orangtua dengan anak yang memenuhi kriteria penelitian direkrut menjadi responden dengan menggunakan teknik porposive sampling dari 4 dusun yang ada di Desa Tulo Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden belu memiliki pengetahuan apa yang dimaksud dengan hak – hak anak dan bagaimana dengan pengarusutamaan hak – hak anak. Pemahaman tentang bagaimana kedudukan anak dalam keluargadipahami melalui kebiasaan turun temurunyang diajarkan oleh orang tuamereka dan para pendahulunya. Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua di desa Tulo Kecamatan Dolo memiliki respon positif tentang pendidikan seks bagi remaja. Dari hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa orangtua mendukung pengarusutamaan hak – hak Anak (PUHA). Kata kunci: pengarusutamaan hak anak Abstract This research is a descriptive research that aims to identify the parental response to mainstreaming of the right of children which is called PUHA disering. A total of 10 parents with children who meet the criteria of the study were recruited to respondents using the technique of sampling from four hamlets in the village of Tulo Dolo District Sigi District. From the results of the study note that the majority of respondents have a knowledge of what is meant by the rights of children and how to mainstream the rights of children. An understanding of how the position of the child in the family is understood through the hereditary practices taught by their parents and their predecessors. The overall results of the study indicate that parents in the village of Tulo Kecamatan Dolo have a positive response about sex education for adolescents. From the results of this study can be interpreted that parents support the mainstreaming of the rights of the Child (PUHA). Keywords: mainstreaming of children's rights
13 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
A. Pendahuluan
produktif dan tidak kreatif, sedangkan
Latar Belakang
jumlah mereka lebih dari sepertiga
Berdasarkan Konvensi Hak-Hak
penduduk
Indonesia.
Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
pakaian
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada
menjadikan
tanggal
persemaian
20
November
1989
dan
saja
Makanan
belum anak
SDM
sebagai yang
media
berkualitas,
kreatif,
Bab (1) Pasal (1), yang dimaksud dengan
memiliki jiwa nasionalisme dan pekerti
anak adalah setiap orang yang berusia di
luhur. Perlu adanya kesadaran yang
bawah 18 tahun. Undang-Undang nomor
tinggi dan kemauan politik yang kuat
35 Tahun 2014 tentng perubhn 23 tahun
untuk menciptakan lingkungan yang
2002 tentang Perlindungan Anak dalam
peduli
Pasal (1) Ayat (1) juga menyebutkan
kepentingan dan kebutuhan anak.
dan
saing
untuk
diratifikasi Indonesia pada tahun 1990
bahwa anak adalah seseorang yang
berdaya
cukup
dan
responsif
tinggi
yang
terhadap
Terdapat kesenjangan yang lebar
belum berusia 18 tahun, termasuk anak
antara kondisi anak-anak Indonesia saat
yang masih dalam kandungan.
ini dengan kondisi yang seharusnya
Anak merupakan potensi yang
sudah kita capai dalam rentang waktu 63
sangat penting, generasi penerus masa
tahun kemerdekaan bangsa ini. Setiap
depan bangsa, penentu kualitas sumber
kali kita menelaah masalah sosial anak
daya manusia (SDM) Indonesia yang
selalu
akan menjadi pilar utama pembangunan
mendalam, seperti banyak anak-anak
nasional, sehingga perlu ditingkatkan
yang terpaksa menanggung resiko akibat
kualitasnya
dari kelalaian atau ketidakmampuan
dan
mendapatkan
timbul
dalam
yang
perlindungan secara sungguh-sungguh
orang
dari semua elemen masyarakat. Sumber
mereka, kebijakan pemerintah dalam
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
merencanakan pembangunan yang tidak
tidak dapat lahir secara alamiah, bila
peduli anak.
anak dibiarkan tumbuh dan berkembang
dewasa
keprihatinan
melindungi
Perwujudan anak-anak sebagai
tanpa perlindungan, maka mereka akan
generasi
menjadi beban pembangunan karena
muda
yang
berkualitas,
berimplikasi pada perlunya pemberian
akan menjadi generasi yang lemah, tidak
perlindungan khusus terhadap anakanak 14
Jurnal Sosial Nusantara
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
dan hak-hak yang dimilikinya sehingga
pendidikan, perlindungan anak dan
anak-anak bebas berinteraksi dalam
penanggulangan HIV/AIDS.
kehidupan di lingkungan masyarakat.
Salah satu aspek penting untuk
Sesuai dengan isi UU No 35 Tahun 2014
melihat kualitas anak adalah dari sisi
perubahan atas undang- undang nomor 23
Tahun
2002
Pasal
4
pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas
tentang
Pendidikan
Perlindungan Anak, bahwa setiap anak
tahun yang berstatus sekolah sebesar
berkembang, dan berpartisipasi secara sesuai
dengan
harkat
92,3 persen. Meskipun persentase anak
dan
usia sekolah yang masih bersekolah
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari
kekerasan
cukup tinggi, namun kualitas dari anak
dan
tersebut juga harus ditingkatkan demi
diskriminasi. Undang-undang tersebut
terciptanya sumber daya manusia yang
merupakan bentuk dari hasil ratifikasi
berkualitas bagi bangsa dan negara di
Convention on the Rights of the Child (CRC).
Konvensi
ini
masa mendatang. Hal ini dikarenakan
merupakan
masih adanya permasalahan terbatasnya
instrumen Internasional di bidang Hak
akses pendidikan berkualitas bagi anak,
Asasi Manusia dengan cakupan hak yang
terutama bagi anak keluarga miskin dan
paling komprehensif. CRC terdiri dari 54
di masyarakat terpencil. Dampaknya
pasal yang hingga saat ini dikenal
dapat
sebagai satu-satunya konvensi di bidang
hukum,
dan politik maupun hak-hak ekonomi,
semakin
eksploitasi
(termasuk
trafficking), dan diskriminasi terhadap
sosial dan budaya. Berbagai kebijakan
anak. Dilihat dari sisi kesehatan, angka
untuk anak juga telah dibuat oleh
kematian bayi (AKB) pada tahun 2015
pemerintah diantaranya adalah Program
sebesar 16 kematian bayi per 1.000
Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) mencakup
dari
jumlah anak yang bermasalah dengan
anak yang mencakup baik hak-hak sipil
didalamnya
terlihat
meningkatnya kasus-kasus kekerasan,
Hak Asasi Manusia khususnya bagi anak-
yang
Kebudayaan
menunjukkan bahwa anak usia 5-17
berhak untuk dapat hidup, tumbuh, wajar
dan
kelahiran
empat
hidup.
Angka
tersebut
dibawah dari target MDGs (23 kematian
program besar yaitu bidang kesehatan,
bayi per 1.000 kelahiran hidup) yang ingin 15
Jurnal Sosial Nusantara
dicapai
pada
tahun
2015.
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
Sementara pada tahun yang sama, Angka
lingkungan yang ramah dan aman bagi
Kematian Balita adalah sebesar
anak. Di samping itu, perlindungan
per
1.000 kelahiran hidup, sedangkan target
khusus anak dari berbagai
MDGs pada tahun 2015 adalah 32
kekerasan,
kematian balita per 1.000 kelahiran
eksploitasi,
hidup. Indikator lainnya adalah status
penanganannya masih belum optimal.
gizi anak, berdasarkan hasil Riset
Hal ini antara lain terlihat dari jumlah
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010,
anak yang memerlukan perlindungan
prevalensi Balita Kurang Gizi (BKG) pada
khusus adalah 7 persen termasuk anak
tahun 2010 adalah sebesar 17,9 persen
berkebutuhan khusus dan pekerja anak.
yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk
Pekerja anak yang masih tinggi berkisar
dan 13 persen gizi kurang.
1,73 persen. Data tersebut berdasarkan
anak
diantaranya
perdagangan dan
anak,
diskriminasi
dari Dinas Sosial dan Tenaga kerja.
Dalam hubungan secara sosial, masalah
tindak
adalah
Disisi lain belum terpenuhinya
diskriminasi, kekerasan, eksploitasi, dan
hak sipil anak, dimana anak yang
penelantaran
memiliki akte kelahiran baru sekitar 27
anak.
Hasil
Survei
Kekerasan Terhadap Perempuan dan
persen,
Anak (2015) oleh menunjukkan sebesar
mempunyai
0,10 persen anak-anak mendapatkan
alasan 6 persen tidak melengkapi
kekerasan dalam rumah tangga dalam
persyaratan kepemilikan akte dan 2
berbagai
persennya
bentuk.
Hal
tersebut
65
persen akte
lainnya
kelahiran
tidak
tidak dengan
mengetahui
menunjukkan bahwa keluarga, yang
pentingnyan akte bagi anak . Hal ini
seharusnya menjadi tempat aman bagi
mencerminkan belum terpenuhinya hak
anak dan memberikan perlindungan
anak terhadap identitasnya dan masih
bagi anak justru menjadi tempat anak
lemahnya
mendapatkan
registrasi kelahiran. Tidak dimilikinya
tindak
kekerasan.
system
atau
Maraknya kasus kekerasan terhadap
akta
anak, baik di lingkungan keluarga atau
ketidakjelasan identitas anak, yang akan
lingkungan umum menunjukkan masih
membawa sejumlah implikasi seperti
minimnya perlindungan terhadap anak.
diskriminasi,
Hal ini menunjukkan pula masih jauhnya
terhadap pelayanan dasar pendidikan
16 Jurnal Sosial Nusantara
kelahiran
pendataan
tidak
menyebabkan
memiliki
akses
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
dan kesehatan, rawan menjadi korban
Perlindungan
perdagangan manusia, mudah dijadikan
Pendidikan,
pekerja anak, rawan menjadi korban
Tenaga
kejahatan seksual, dan lain-lain.
Kepolisian, Pengadilan Negeri, Lembaga
umum: berlaku untuk semuanya, utuh:
dari KHA adalah adanya hak asasi yang
tidak boleh dirampas oleh orang lain
dimiliki anak dan ada tanggung jawab
atau diberikan meskipun secara sukarela
Negara-Pemerintah-Masyarakat-dan
dan setara: berlaku sama tidak ada
Orangtua untuk kepentingan terbaik
tingkatan hak yang lebih tinggi. Majelis
bagi anak agar meningkatnya efektivitas perlindungan
optimal.
Kemudian
Umum
anak
yang
November 1989 (pada peringatan 30 tahun Deklarasi Hak-Hak Asasi Anak).
mengatur
Konvensi ini berlaku pada tanggal 2
tentang Hak dan Kewajiban Anak, serta
September 1990 setelah jumlah negara
kewajiban dan tanggug jawab negara,
yang meratifikasinya mencapai syarat.
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan
Sampai dengan Desember 2008, 193
orangtua. Di samping itu juga diatur asuh,
negara terlah meratifikasinya, meliputi
perwalian,
keseluruhan
pengasuhan dan pengangkatan anak,
PBB,
serta penyelenggaraan perlindungan. berbagai Kementerian/Lembaga terkait, Pemberdayaan
Kementerian Perempuan
kecuali
negara-negara
anggota
Amerika Serikat
dan
Somalia.
Permasalahan anak telah direspon oleh lain
Bangsa-Bangsa
untuk penandatangan pada tanggal 20
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Anak
Perserikatan
mengadopsi konvensi ini dan terbuka
KHA
dikuatkan dengan terbitnya Undang
antara
HAM,
asasi manusia, dimana HAM bersifat
25 Agustus 1990 dimana substansi inti
kuasa
dan
bagian yang tak terpisahkan dari hak
melalui Keppres 36/1990 pada tanggal
tentang
Hukum
Negeri,
Hak anak adalah merupakan
meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA)
Perlindungan
Kerja,
Dalam
di tingkat nasional maupun wilayah.
Pada tahun 1990 Indonesia telah
secara
Agama,
Kesehatan,
donor dan lembaga kesejahteraan sosial
Tinjauan Pustaka
penyelenggaraan
Anak,
Sebagaimana diuraikan dalam
Sosial,
Child and Family Services Review
dan
process, ada tiga variabel kesejahteraan.
17 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
Tiga
variabel
kesejahteraan
khusus
adalah
perlindungan
yang
dikonseptualisasikan dalam kerangka
diberikan kepada anak dalam situasi
berikut yaitu: Pertama, kesejahteraan
darurat, anak yang berhadapan dengan
dalam
memiliki
hukum, anak dari kelompok minoritas
peningkatan kapasitas untuk memenuhi
dan terisolasi, anak yang dieksploitasi
kebutuhan anak-anak mereka. Konsep
secara ekonomi dan/atau seksual, anak
ini mencakup pertimbangan kebutuhan
yang
dan
menjadi
arti
keluarga
pelayanan
kepada
anak-anak,
diperdagangkan, korban
anak
yang
penyalahgunaan
orangtua, dan orangtua asuh serta
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
keterlibatan anak-anak, remaja, dan
adiktif lainnya (napza), anak korban
keluarga dalam perencanaan pemecahan
penculikan,
masalah. Dalam hal ini kunjungan
anak
pekerja sosial dengan anak-anak dan
dan/atau
orangtua merupakan hal yang penting,
menyandang cacat, dan anak korban
karena hasil penelitian pada 52 negara
perlakuan salah dan penelantaran.
bagian dan teritori telah menemukan secara
statistik
kegiatan
antara
dan
hasil
keselamatan
perdagangan,
kekerasan
mental,
baik
fisik
anak
program
perlindunaga
anak
yang
dan juga
nmeniliki Azas dan Tujuan Perlindungan
kunjungan petugas sosial dengan anakanak
korban
Pelaksanaan
hubungan yang kuat dan positif yang signifikan
penjualan,
dan
kesejahteraan anak.
Anak.
Penyelenggaraan perlindungan
anak
berazaskan
Pancasila
dan
berlandaskan Undang Undang Dasar
Di Indonesia, Perlindungan Anak
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
diatur dalam Undang Undang Nomor 23
serta prinsip-prinsip dasar Konvensi
Tahun 2002 yaitu segala kegiatan untuk
Hak-Hak
menjamin dan melindungi anak dan hak-
diskriminasi; kepentingan yang terbaik
haknya agar dapat hidup, tumbuh,
bagi
berkembang, dan berpartisipasi, secara
kelangsungan
optimal sesuai dengan harkat dan
perkembangan;
martabat kemanusiaan, serta mendapat
terhadap pendapat anak.
perlindungan
dari
kekerasan
dan
Anak
anak;
meliputi:
hak
untuk hidup,
dan
non hidup, dan
penghargaan
Pengarusutamaan Hak Anak yang
diskriminasi. Sedangkan Perlindungan
selanjutnya 18
Jurnal Sosial Nusantara
disebut
PUHA
adalah
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
strategi
perlindungan
anak
dengan
pengintegrasian hak-hak anak ke dalam
mengintegrasikan hak anak ke dalam
penyusunan
peraturan
setiap kegiatan pembangunan yang sejak
undangan, kebijakan, program, kegiatan
penyusunan
perencanaan,
dan
penganggaran,
pelaksanaan,
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
anggaran,
mulai
dari
pemantauan
peraturan
prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
kebijakan, dengan
program,
dan
kegiatan
menerapkan meningkatkan
prinsip
pijakan
pembangunan
maksud
Tataran makro adalah perundangan dan
menjadikan
kebijakan strategis. Perencanaan dalam program jangka pendek, menengah dan
sebagai pertimbangan utama dari para keputusan
panjang merupakan tataran meso. Pada
perencanaan
tataran
pembangunan di nasional, propinsi dan kabupaten/kota. terinspirasi
upaya
kembang
mengakselerasi
Strategi PUHA merupakan salah
dengan
dilakukan secara rasional dan sistematis tumbuh
kembang
anak
aspek
tercermin
dan
PUHA
selalu
diawali
dengan analisis situasi anak, dilanjutkan
yang
perlindungan
bahwa
benar-benar
Proses
dalam RPJMN 2004-2009. Strategi PUHA
mencapai
dapat
terpadu.
satu strategi yang telah dimasukan
untuk
harus
perlindungan dan tumbuh kembang anak
strategi
anak
membuktikan
gender dalam semua bidang.
sebagai
kegiatan-
mencapai perlindungan dan tumbuh
terwujudnya kesetaraan dan keadilan
diartikan
mencakup
pada anak. PUHA sebagai strategi untuk
dari
Pengarusutamaan Gender (PUG) yang merupakan
mikro
kegiatan dan anggaran yang berpihak
Istilah
pengarusutamaan
suatu
tataran yakni makro, meso dan mikro.
pemenuhan dan perlindungan hak anak pengambil
menyusun
Strategi PUHA mencakup tiga
bagi anak, perlu dikembangkan strategi dengan
dalam
kebijakan dan program.
yang berpihak pada kepentingan terbaik PUHA
dengan
PUHA dijadikan sebagai batasan dan
kepentingan terbaik bagi anak. Dalam upaya
evaluasi
tahap
pemantauan, dan evaluasi dari berbagai perundangan-undangan,
dan
perundang-
perencanaan
program,
pelaksanaan dan pemantauan, serta
dan
evaluasi program. Setiap tahapan PUHA
melalui 19
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
selalu mempertimbangkan prinsip -
mendeskripsikan
prinsip hak anak., yaitu :1. Tahap
suatu fenomena yang terjadi dilapangan,
Analisis Situasi Anak; Tahap analisis
melalui kata-kata dalam tulisan dan
situasi anak dimaksudkan untuk menilai
menjelaskan dengan mendalam studi
besaran masalah dan akar masalah dari
sosiologi tentang respon masyarakat
setiap isu anak berdasarkan situasi
terhadap pengaarusutamaan hak anak di
terakhir sehingga dapat dikembangkan
Desa Tulo Kecamatan Dolo
berbagai kebijakan dan program yang dengan
tepat
sesuai
adalah Masyarakat Desa Tulo yang
target
diwakili oleh orang tua atau kepala
pemenuhan hak anak yang disepakati, 2. Tahapan
perencanaan;
keluarga yang memiliki anak remaja,
tahapan
yaitu usia 0 sampai 18 tahun. Penentuan
perencanaan meliputi penentuan situasi anak
yang
akan
berdasarkan
dicapai
pada
informan dalam penelitian dilakukan
(vision)
dengan tekhnik purposive yakni memilih
kesenjangan
orang-orang
pemenuhan hak anak hasil analisis situasi
anak
pada
tahap
1,
berupa
informan kunci, yaitu: Kepala Desa dan Tokoh masyarakat yang ada di Desa Tulo
(outcomes) yang perubahan
dapat
memiliki anak dan ditambahkan dengan
pemenuhan hak anak yang meliputi biasanya
yang
ditentukan sebanyak 10 orang tua yang
program pembangunan sebagai upaya tujuan
tertentu
menjelaskan masalah penelitian ini
dan
dilanjutkan dengan penentuan prioritas
penentuan
menjelaskan
Unit analisis dalam penelitian ini
menjawab kebutuhan pemenuhan hak anak
atau
Kecamatan Dolo.
KAP,
keluaran (outputs) yang mendorong
Salah satu teknik pengumpulan
pencapaian outcomes, kegiatan sebagai
data adalah dengan melakukan focus
proses
masukan
gruop diskusi atau diskusi terfokus pada
menjadi keluaran yang berkualitas, dan
salah satu objek permasalahan. Sebagai
diakhir
tahap untuk memperoleh masukan,
untuk
mengubah
dengan
pengembangan
gagasan serta
masukan.
yang lebih
komperhensif menyangkut kepentingan
B. Metode Penelitian
segenap
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
arahan
masyarakat
yang berkaitan
dengan persoalan KTP, kegiatan FGD
Penelitian kualitatif untuk
penting 20
Jurnal Sosial Nusantara
untuk
dilakukan.
Dalam
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
penelitian ini, peneliti mengumpulkan
pengumpulan
data dari berbagai sumber antara lain
Sesudah pengumpulan data, kemudian
buku-buku yang relevan, informasi dan
bergerak di antara data reduksi, data
keterangan berupa pendapat, tanggapan,
display, dan conclusing drawing dengan
serta pandangan yang diperoleh dari
menggunakan waktu yang tersisa bagi
informan. Sedangkan pengumpulan data
penelitian.
melalui
teknik
wawancara.
Data
yang
dapat
Hak anak adalah merupakan
menunjang
bagian yang tak terpisahkan dari hak
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian metode
ini
kualitatif
asasi
menggunakan
manusia,
dimana
Hak
Asasi
Manusia tersebut bersifat umum, yang
tujuan
berarti berlaku untuk semuanya, utuh
mendapatkan data yang rinci dan
yang berarti tidak boleh dirampas oleh
mendalam
Data
orang lain atau diberikan kepada orang
merupakan kumpulan fakta atau angka
lain meskipun secara sukarela dan setara
atau
dapat
yang berarti berlaku sama tidak ada
dipercaya kebenarannya sehingga dapat
tingkatan hak yang lebih tinggi. Hak-hak
dgunakan sebagai dasar untuk menarik
anak adalah bagian dari hak asasi
suatu kesimpulan (Syofian Siregar 2013
manusia
:16).
dilindungi, dipenuhi, dan dijamin oleh
segala
dengan
berlangsung.
C. Hasil Dan Pembahasan
dikumpulkan oleh peneliti merupakan data-data
data
dari
informan.
sesuatu
yang
orang
Analisa data yang digunakan
Pemberdayaan
analisis interaktif (Interactive Model of
komponen pengumpul
di
antara
dengan data
&
Eglantyne Jebb. Lahirnya hak-hak ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
ketiga
melindungi dan memperjuangkan masa
komponen
selama
Perempuan
oleh seorang tokoh perempuan bernama
serta
verivikasinya. Dalam bentuk ini peneliti bergerak
masyarakat,
pertama kali dibentuk pada tahun 1923
yaitu : reduksi data, penyajian data dan
tetap
keluarga,
dimajukan,
Perlindungan Anak RI). Hak-hak ini
Analisys) yang memiliki tiga komponen kesimpulan
tua,
wajib
pemerintah, dan negara (Kementerian
dalam penelitian ini adalah model
penarikan
yang
depan anak. Lebih spesifik, tujuan
proses
penerapan hak-hak tersebut adalah 21
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
untuk menjamin terpenuhinya hak-hak
ini diharuskan untuk melaporkan dan
anak
tumbuh,
hadir di hadapan Komite Hak-Hak Anak
berkembang, dan berpartisipasi secara
secara berkala untuk mengevaluasi
optimal sesuai dengan harkat dan
kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam
martabat kemanusiaan, serta terlindung
mengimplementasikan Konvensi ini dan
dari kekerasan dan diskriminasi, demi
status hak-hak anak dalam negara
terwujudnya
yang
tersebut. Laporan-laporan tiap negara
dan
beserta pandangan tertulis komite dapat
agar
berkualitas,
dapat
anak
hidup,
Indonesia
berakhlak
mulia,
sejahtera.
diakses di situs web komite.
Konvensi
Hak-Hak
Anak
Meskipun
demikian
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Bahasa
perkembangannya, ternyata hak – hak
Inggris: United Nations Convention on
anak ini belum sepenuhnya diketahui
the Rights of the Child) adalah sebuah
dan dipahami oleh masyarakat, dari hasil
konvensi internasional yang mengatur
FGD dan wawancara yang dilakukan di
hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial,
lokasi
dan kulural anak-anak. Negara-negara
tersebut, salah seorang responden yaitu
yang meratifikasi konvensi internasional
ibu Endang menyatakan:
ini terikat untuk menjalankannya sesuai
penelitian
didapatkan
hal
anggota-
“kami belum pernah mendengar bahwa anak itu punya hak, yang saya tau anak itu adalah tanggung jawab orangtua untuk membesarkan, memberi makan, kasih sekolah, belikan baju, dan lainlain…”
anggotanya terdiri dari berbagai negara
Kemudian pernyataan berikut dari
di seluruh dunia. Setiap tahun, Komite ini
ibu Ros, yang menyatakan sebagai
memberikan laporan kepada Komite
berikut:
dengan
hukum
internasional.
Pelaksanaan konvensi ini diawasi oleh Komite Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa
Ketiga
Majelis
Bangsa-Bangsa
yang
Umum
Perserikatan
yang
juga
“yang saya tau, anak itu harus dengar kata orangtua, tidak boleh nakal apalagi ba bantah orang tua, anak itu harus bantu orang tua kerja dirumah dan dikebun…jadi kita jadi orang harus ajar anak supaya jadi anak yang baik, tidak boleh jadi anak yang nakal…”
akan
mendengar pernyataan ketua Komite Hak-Hak Anak dan mengadopsi resolusi mengenai Hak-Hak Anak. Pemerintah negara yang telah meratifikasi konvensi
22 Jurnal Sosial Nusantara
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
Dari wawancara dengan Kepala
harus
Desa sebagai informan kunci, didapatkan
mempunyai
nama
serta
kewarganegaraan.
keterangan bahwa memang di desa Tulo
Berkaitan dengan hak sipil anak
selama ini belum pernah diadakan
ini, peneliti fokus pada kepemilikan akte
pelaksanaan sosialisasi tentang Hak –
lahir bagi anak dan hak anak untuk
Hak Anak ataupun sosialisasi Undang –
mengeluarkan pendapat di desa Tulo.
Undang nomor 23 tahun 20002 tentang
Dari hasil focus group diskusi yang
Perlindungan Anak. Padahal diketahui
dilaksanakan,
bersama bahwa Negara kita sudah
berikut
pernyataan
peserta FGD, salah satunya pernyataan
termasuk Negara yang telah melakukan
ibu Hadijah:
ratifikasi Konvensi Hak – Hak Anak dan
“anakku semua dibuatkan akte kelahiran, karena kalo mo maso sekolah SD itu jadi syarat wajib jadi semua anakku diurus semua akte lahirnya”
Undang – Undang Perlindungan Anak telah ada sejak tahun 2002 yang lalu bahkan telah diperbaharui pada tahun 2014 yang lalu. Hal ini menunjukkan
Demikian
bahwa sosialisasi tentang kebijakan
pula
pernyataan
ibu
Mastia, sebagai berikut:
Keberadaan hak-hak anak di masyarakat
melakukan
“saya baru tau ini kalo itu akte lahir harus ada karna hak anak, selama ini juga saya dan suami urus akte untuk keperluan anak sekolah, urusnya juga tidak jauh Cuma di kantor camat dekat dari desa kami”
pelanggaran hak-hak anak, pemerintah
Hal tersebut juga dikuatkan oleh
belum seluruhnya diketahui. Kurangnya sosialisasi mengenai hak-hak tersebut membuat masyarakat tanpa disadari sesungguhnya belum
juga
menyentuh
keseluruh
Kepala Desa, bahwa masyarakat desa
masyarakat.
memang selama ini mengurus akte lahir anak atau surat tanda kenal lahir,
Kepemilikan akte kelahiran juga merupakan
salah satu bukti
hanyalah
telah
untuk
keperluan
masuk
sekolah anak – anak mereka. Setiap anak
terpenuhinya hak memiliki identitas
berhak
sebagai anak. Pasal (9) konvensi PBB
untuk
diakui
kewarganegaraannya oleh suatu bangsa
mengenai hak-hak anak menentukan
secara
bahwa semua anak harus didaftarkan
resmi
melalui
penerbitan
dokumen kewarganegaraan, meliputi
segera setelah kelahirannya dan juga 23
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
akta
kelahiran
dan
kartu
tanda
masyarakat
desa
Tulo.
Dari
hasil
penduduk. Dokumen-dokumen tersebut
wawancara yang dilakukan terhadap
penting untuk menjamin hak-haknya
informan, didapatkan data bahwa tidak
mendapatkan
pekerjaan
semua anak usia dini di desa mengikuti
yang layak, pelayanan kesehatan yang
sekolah atau pendidikan di sekolah
memadai, dan hak sosial politik saat
PAUD.
pemilihan umum.
tersedianya sekolah atau gedung untuk
pendidikan,
tetangga dan pada umumnya ke desa
menjadi anak dahulu, anak pada masa
Kotapulu. Demikian pernyataan salah
menentukan
seorang responden, ibu Multi sebagai
pilihan sendiri dan punya pendapat
berikut:
sendiri. Berikut ini pernyataan salah seporang responden, ibu Nita sebagai
“saya mengikutkan anakku untuk masuk sekolah PAUD dan TK di desa Kotapulu, karena di desa kami ini belum ada sekolah PAUD dan TK, memang repot harus antar ke sekolah yang jauh, tapi apa boleh buat, biar saya repot tetap harus antar dan jaga anak yang sekolah di PAUD”.
berikut: “Anak sekarang sudah pintar semua bicara dia kalah orang tua, kalo ada dorang punya mau banyak sekali alasannya dorang supaya orang tua ikut maunya, anak-anak sekarang susah sudah mo di paksa ikut maunya orang tua, dorang rasa sudah bisa atur hidup sendiri padahal kita orang tua juga maunya yang baik untuk anak-anak, jadi biar saja dorang ikut maunya kita orang tua kurang ba kasih ingat supaya jangan salah langkah “
Sedangkan
untuk perkawinan
usia dini, menurut keterangan dari Kepala Desa sudah jarang terjadi, karena anak – anak banyak yang melanjutkan sekolah dan kesadaran masyarakat atas tidak baiknya perkawinan yang terjadi
Hak
diusia dini mulai meningkat serta aturan
Lingkungan
yang mengatur usia perkawinan. Hal ini
keluarga dan pengasuhan alternatif
yang menyebabkan perkawinan usia dini
anak,
pada
sudah jarang terjadi, meskipun ada yang
pendidikan anak usia dini (PAUD) dan
harus menikah diusia dini karena
perkawinan usia dini yang terjadi di
beberapa alasan. Masyarakat juga sudah
berikutnya,
dengan
tidak
untuk sekolah PAUD, harus ke desa
sekarang berbeda dengan masa mereka
Berkaitan
disebabkan
mereka akan mengikutkan anaknya
berpendapat bahwa anak – anak zaman
kebanyakan
ini
sekolah PAUD di desa ini. Jadi apabila
Berkaitan dengan hak anak untuk
sekarang
Hal
yaitu
peneliti
hak
memfokuskan
24 Jurnal Sosial Nusantara
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
ada yang menerima sosialisasi tentang
dalam keadaan apapun berdasarkan
pentingnya melakukan perkawinan pada
manfaat dan arti penting pendidikan
usia yang tepat dn pentingnya mengatur
bagi anak dalam korelasinya sebagai
usia perkawinan yang dilakukan oleh
mahkluk individu dan sosial.
lembaga pemerintahan.
Deklarasi
tentang
Hak
atas
Hak atas kesehatan dasar ini, di
Pembangunan (Deny Slamet Pribadi,
desa Tulo untuk penolong kelahiran
2007) menyatakan bahwa pendidikan
sudah sebagian besar masyarakat yang
merupakan prasyarat bagi terciptanya
melakukan
tenaga
pembangunan ekonomi sosial, budaya,
kesehatan yang terlatih, meskipun masih
dan politik dalam usaha peningkatan
ada
yang
taraf hidup manusia dalam proses
dukun
pembangunan berdasarkan peran aktif
beranak. Angka kematian Bayi dan
serta kebebasan. Selanjutnya, Komite
kematian
Hak
persalinan
sebagian
mengandalkan ibu
pada
masyarakat pada
tenaga
melahirkan
beberapa
Ekonomi,
Sosial,
dan
Budaya
tahun terakhir juga sudah menunjukkan
menekankan arti penting hak atas
penurunan kasus, bahkan tahun 2015
pendidikan sebagai kendaraan utama
tidak ada tercatat angka kematian ibu
untuk
melahirkan.
memberdayakan secara
(ASI), dari hasil FGD yang dilakukan
dari
aktif
dan
total
dalam
ASI
Partisipasi sekolah merupakan
kepada bayinya, kecuali memang ibu
indikator yang digunakan untuk melihat
tersebut tidak memiliki produksi ASI
akses masyarakat terhadap pendidikan
yang
khususnya bagi penduduk usia sekolah.
mencukupi,
memberikan
anak-anak
pembangunan komunitas sosialnya.
didapatkan data bahwa rata-rata ibu melahirkan
dan
kemiskinan, sarana untuk berpartisipasi
Untuk pemberian Air Susu Ibu
yang
meningkatkan
maka
diberikan
Di desa Tulo angka partisipasi sekolah
pengganti ASI. Hak
anak
atas
cukup baik, hal ini dibuktikan dari rata-
pendidikan
rata anak mencapai tingkat pendidikan
merupakan salah satu hak asasi manusia yang
fundamental
pada kategori wajib belajar 9 tahun,
sehingga
dengan kata lain bahwa sebagian besar
keberadaannya tidak dapat dikurangi 25
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
anak – anak di desa Tulo sampai pada
membuat masyarakat tanpa disadari
jenjang pendidikan lanjutan pertama
sesungguhnya
atau tingkat Sekolah Menengah Pertama.
pelanggaran hak-hak anak. Setiap
Lokasi sekolah yang jauh dan sulit
anak
dijangkau dapat menjadi penghambat
kesempatan
upaya peningkatan kualitas pengajaran
tumbuh,
peserta didik. Pembangunan sekolah
berpartisipasi secara wajar sesuai
diupayakan supaya terletak pada lokasi
dengan
yang mudah dijangkau, atau tersedia
kemanusiaan
sarana transportasi yang memadai.
perlindungan dari kekerasan dan
Kemudahan akses dari dan menuju ke
diskriminasi.
sekolah
dapat
menjadi
indikator
2.
pemerataan fasilitas sarana pendidikan.
Respon
juga
berhak
melakukan mendapatkan
yang
sama
untuk
berkembang,
dan
harkat
dan
martabat
serta
mendapat
masyarakat
terhadap
Pengarusutamaan Hak Anak yang
Karena di desa Tulo tidak terdapat
selanjutnya disebut PUHA dirasakan
sekolah lanjutan SMP dan SMA, maka hal
cukup baik, dimana PUHA adalah
ini juga menjadi kendala anak – anak di
strategi perlindungan anak dengan
desa melanjutkan kejenjang pendidikan
mengintegrasikan
yang lebih tinggi.
hak
anak
ke
dalam setiap kegiatan pembangunan
Untuk masalah yang berakitan
yang
sejak
penyusunan
dengan hak atas perlindungan khusus di
perencanaan,
desa Tulo, dari hasil wawancara dan
pelaksanaan,
Fokus group diskusi yang dilaksanakan,
evaluasi dari berbagai peraturan
belum didapatkan kasus atau kejadian
perundangan-undangan, kebijakan,
yang berkaitan dengan hal tersebut.
program,
pemantauan,
dan
kegiatan
dan
dengan
menerapkan prinsip kepentingan
D. Kesimpulan Dan Saran
terbaik bagi anak.
Kesimpulan 1.
penganggaran,
anak
Saran
Keberadaan
hak-hak
di
masyarakat
belum
seluruhnya
diketahui.
Kurangnya
sosialisasi
ditentukan oleh anak-anak, olehnya
mengenai
hak-hak
tersebut
semestinya sejak usia dini, anak-
1. Masa
26 Jurnal Sosial Nusantara
depan
suatu
bangsa
Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap ….
anak sudah harus diperkenalkan
2005. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.
dengan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka harus diperkenalkan
perannya
Burhan Bungin, 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
dalam
proses pembangunan bangsa. Salah satu
caranya
adalah
memberikan informasi
Burhan, Merina. (1999). ”Kondisi Lingkungan Bermain Anak di Kotakota Besar Sebagai Dampak Proses Urbanisasi”. Tokyo: Tokyo Institute of Technology
dengan
mendapatkan
yang
sesuai
dengan
usianya, didengarkan dan dilibatkan
Burhan Bungin, 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
diri
mereka.
Pemenuhan hak anak seharusnya memberi kesempatan pada anak
Christina, A., (2007). Peran sekolah dalam memberikan penngetahuan kesehatan reproduksi remaja pada siswa. Surabaya: Universitas Airlangga.
untuk berperan aktif mencapai citacitanya dan berperan memajukan bangsanya.
Dagun M. Save. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta.
2. Sosialisasi tentang Hak – Hak Anak dan Sosialisasi Undang – Undang
Dadang Sulaeman,1995. Psikologi Remaja. Bandung : Manjar Maju.
tentang Perlindungan Anak harus lebih banyak dilakukan dan menjadi tanggung
jawab
De
bersama
pemerintah dan masyarakat.
Jong.1984. Sosiologi Pendidikan. Yogjakarta : Sangkala Pusat
Departemen Kesehatan RI. (2003). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes.RI.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabet B. Hurlock.1993.Psikologi Suatu Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
Ahmad Abu, 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Alimatul Qibtiyah. 2006. Paradigma Pendidikan Seksualitas. Penerbit Kurnia Kalam Semesta.
Faisal Sanapiah, 2009. Format-Format Penelitian Sosial.Jakarta : Rajawali Pers
Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. 27 Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
Johnson, Victoria, dkk. (2002). Anakanak Membangun Kesadaran Kritis. Jakarta: Read Book.
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak. Jakarta : Rhineka Cipta.
Lexy. J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.]
Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta.Raja Grafindo Persada.
Mudyahardjo Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT.Rhineka Cipta.
Muladi Wibowo. 2004. Remaja dan Pendidik Sebaya. Surakarta: UNIBA PRES.
Sutinah, Bagong Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana.
Patilima, Hamid. (2004). Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota – Studi Kasus Di Kelurahan Kwitan, Jakarta Pusat. (Tesis). Jakarta: Kajian Pengembangan Perkotaan, Pascasarjana Universitas Indonesia
Sutopo H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sarlito Wirawan Sarwono dan Amisiamsidar. 1986. Peranan Orang Tua dalamPendidikan Seks. Jakarta: Rajawali.
28 Jurnal Sosial Nusantara