BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang desa wisata berwawasan lingkungan dan dikaitkan dengan beberapa aspek sosial, ekonomi dan budaya maka didapatkan kriteria-kriteria desain arsitektur untuk masyarakat, yaitu : 1.
Peningkatan
kualitas
lingkungan
(prinsip
pembangunan
berwawasan
lingkungan), dengan kriteria desain : a) Membuat rancangan yang menyatu dengan alam, dengan seminimal mungkin merusak tatanan lingkungan yang ada. Desain mengikuti bentuk lahan. dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang terdapat di kawasan tersebut b) Pembagian zoning yang jelas antara wilayah konservasi, wilayah transisi (ladang dan hutan produksi) dan wilayah pengembangan fasilitas desa. 2.
Pelayanan terhadap masyarakat (perbaikan dan penambahan fasilitas rumah tinggal dan fasilitas umum), dengan kriteria desain : a) Perbaikan fasilitas utama yang dianggap tidak layak. b) Perbaikan pada beberapa rumah warga yang sudah rusak, dengan masih mempertahankan bentuk asli bangunan c) Mengkonservasi sejumlah fasilitas umum warga yang memiliki nilai budaya dan arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi bangunan tersebut menjadi fungsi yang lebih ekonomis. d) Mengkonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan fasilitas-fasilitas wisata e) Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa tanpa harus merubah bentuk arsitektur desa
107
3.
Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini. b) Desain homestay yang terstruktur dengan optimalisasi lahan, memunyai view yang baik sehingga mampu menembus pasar internasional dalam hal parawisata. c) Desain homestay mengikuti bangunan sekitar dengan konstruksi rumah panggung dan menggunakan bahan dan material yang banyak terdapat di kawasan d) Mengkombinasikan bentukan modern dan
tradisional dalam tatan
interior maka tatanan interior. e) Pembedaan
type homestay berdasarkan jenis wisatawan, wisatawan
petualang dan wisatawan plesiran. f) Menggunakan potensi alam utama berupa sungai sebagai akses utama dan menciptakan event-event menarik yang dapat menarik wisatawan untuk datang g) Mengajak wisatawan untuk ikut berpartisipasi dalam reality life warga kampung dengan mengikuti beberapa aktifitas masyarakat kampung sehari-hari (misalnya mengikuti perburuan, bercocok tanam, dan mempelajari teknik untuk membuat perahu sampan, dll) h) Memberikan point of view sebagai hasil akhir tujuan dengan menggunakan sirkulasi linear seperti pada Kampung Nias yang memberikan Rumah Kepala Adat sebagai akhir perjalanan pengunjung. 4.
Image pada kawasan
yang akan dihasilkan tanpa merusak budaya asal
setempat, dengan kriteria desain : a) Harus ada ruang-ruang perantara (intermediate zone) yang menyatukan ruang luar dan ruang dalam. b) Bentukan desain yang baru tetapi asal-usul dari desain masih bisa diselidiki (berasal dari budaya dan adaptasi lingkungan setempat. 108
c) Menghadirkan hal-hal yang didambakan wisatawan, seperti suasana relaksasi dan tenang, keindahan alam, keunikan tradisi dan kekayaan budaya masyarakat setempat. 5.
Penyelesaian Pada Kawasan Perbatasan a) Penyelesaian pada kawasan perbatasan guna menjamin keamanan dan keutuhan NKRI. b) Membangun infrastruktur yang penting di daerah perbatasan yang berkaitan dengan proses lintas batas negara.
5.2. Desain kampung wisata bagi masyarakat dengan kriteria terpilih Desain
yang cocok untuk masyarakat yang tinggal pada daerah
perbatasan ini adalah desain yang berpatokan pada pola sustainable tourism dimana terdapat perlindungan terhadap inti (area konservasi yang berupa Kampung Labang) dengan area komersial (homestay dan resort) dengan menggunakan wilayah transisi berupa daerah agro wisata yang bertujuan memperkenalkan sistem kebudayaan/cara hidup masyarakat setempat dan mengangkat kesejahteraan hidup masyarakat di daerah perbatasan. Desain yang diusulkan :
Gambar 4.52 Konsep desain yang diusulkan
Pola kampung masih menyerupai bentuk kampung aslinya (eksisting) dengan melakukan penambahan beberapa fasilitas-fasilitas yang ada yaitu : 1. Penambahan fasilitas penerima pada zona pengembangan berupa dermaga transit yang bertujuan untuk menampung para pengendara kendaraan sungai (long boat) yang sedang melakukan perjalanan jauh. Selain itu
109
berfungsi sebagai elemen penarik sebagai pusat kegiatan utama masyarakat untuk melakukan pemeran-pameran kebudayaan. 2. Penambahan fasilitas berupa pasar bersama yang menampung segala hasil kerajinan setempat, fasilitas ini dikelola dan dikoordinir oleh masyarakat sendiri. 3. Penambahan
fasilitas
berupa
wilayah
petualangan
alam
dimana
wiasatawan dapat menikmati alam dengan melakukan perjalanan masuk hutan, melakukan kegiatan berladang dan berkebun seperti yang dilakukan penduduk sehari-hari. 4. Penambahan fasilitas seperti homestay dan resort untuk mengakomodasi pengunjung yang datang ke wilayah tersebut.
5.3. Solusi desain kawasan perbatasan berkaitan dengan masalah pertahanan dan keamanan nasional Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah di daerah perbatasan yang berhubungan dengan pertahanan dan kemanan nasional adalah : 1.
Pengembangan prasarana dan sarana ekonomi perbatasan (transportasi, Pelabuhan (Dermaga) , kantor administrasi pemerintah ,komunikasi dan sumber energi berbasis lokal) yang mampu mendobrak keterisolasian dan ketertinggalan daerah perbatasan sehingga tidak beralih ke negara lain.
2.
Pengembangkan pusat-pusat promosi investasi dan budaya yang memadai untuk kawasan perbatasan dalam hal ini pengembangan desa tradisonal menjadi kampung wisata, yang mampu mengangkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan
110
5.4. Peranan desain dalam mengatasi masalah masalah desain kampung wisata yang ada Desain Kampung Wisata Labang mampu mengendalikan toko-toko kecil yang dapat merusak keaslian desa adat, hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruang-ruang yang tidak terpakai (ruang di bawah rumah panggung) sebagai ruang untuk menampilkan kerajinan yang dihasilkan. Tidak seperti pada kasus Desa Sade dimana rumah tinggal dirusak keasliannya oleh toko-toko souvenir yang berada di daerah tersebut. Desain Kampung Wisata Labang ini juga mampu menjadi suatu percontohan kampung wisata yang sukses walaupun berada pada posisi perbatasan, hal ini diselesaikan dengan diberikannya elemen-elemen penarik pengunjung agar datang ke kampung wisata tersebut, peningkatan beberapa fasilitas-fasilitas yang dianggap penting.
111
Halaman Ini Sengaja Dibiarkan Kosong
112