arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Rumah + Laundry : Strategi Privasi pada Ruang Tinggal dan Bekerja Renny Melina
sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi di antara anggota keluarga. Ketika rumah tinggal juga dijadikan sekaligus sebagai tempat kerja, peranan rumah dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya. Sebaliknya, tempat kerja adalah ruang dimana profesionalisme ditegakkan, produktivitas kerja dipacu, kualitas produk dijaga serta memerlukan dukungan tidak hanya penghuni rumah saja yang membutuhkan adanya privasi, tetapi juga pekerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kebutuhan akan privasi ini menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui pemenuhannya pada rumah tinggal yang juga berfungsi sebagai tempat kerja. Tujuan dari perancangan arsitektur adalah memberikan setiap orang privasi sebesar mungkin sesuai yang diinginkannya meskipun hal ini tidak berarti membangun rumah, kantor, sekolah atau bangunan-bangunan umum berupa hierarki ruang atau intimacy gradient, mulai dari ruang yang sangat publik hingga
Gambar 1. Intimacy Gradient
Gambar 2. Intimacy gradient rumah tinggal pada umumnya
Tentunya pada rumah tinggal yang sekaligus merupakan tempat kerja, hierarki ruang atau intimacy gradient ini menjadi tidak sederhana. Apakah intimacy gradient masing-masing tempat masih tetap dipisah atau tidak? Bagaimana pengaturan ruangnya? Hal ini menjadi penting karena akan berkaitan dengan perilaku penghuni rumah dan pekerja di dalam rumah tinggal yang juga merupakan tempat kerja. Salah satu contoh studi kasus rumah yang dijadikan sebagai tempat tinggal 9
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Mereka membuka lapangan pekerjaan yang bergerak di bidang jasa Laundry dan Dry cleaning Laundry ini beroperasi dengan menggunakan sistem kerja tradisional yaitu menggunakan tenaga manusia dan sinar matahari. Klien atau langganannya adalah tetangga yang datang ke rumahnya untuk mengantarkan pakaian kotor yang kemudian setelah bersih akan diantarkan oleh pekerjanya. Akan tetapi, klien utama laundry Pak Giran adalah agen-agen laundry yang berlokasi cukup jauh dari rumahnya, yaitu di daerah Cilincing, Kemayoran, dan Kelapa Gading. Para pekerjalah yang kemudian bertugas menjemput dan mengantar pakaian ke agen-agen tersebut. Dalam laundry ini,
tempat kerja berupa laundry
jawab bagian administrasi. Sedangkan Pak Giran bertugas memantau langsung karyawannya sehingga pada umumnya ia turut melakukan antar jemput pakaian dengan mobil bersama karyawannya.
Total penghuni rumah tinggal ini adalah 11 orang, baik karyawan maupun keluarga. Di bawah ini merupakan pembagian kelompok berdasarkan hubungan penghuni rumah dengan kegiatan bertinggal ataupun bekerja.
Gambar 4. Tabel 1 : Tabel pembagian kelompok berdasarkan hubungan penghuni rumah dengan kegiatan bertinggal ataupun bekerja
Tabel di atas memperlihatkan bahwa ketika rumah tinggal ini tidak digunakan sebagai tempat kerja, hanya kelompok 1 dan 2 saja yang hadir di rumah tinggal. Dengan banyaknya penghuni dan kebutuhan privasi yang berbeda-beda, perilaku yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan privasi dan pembentukan ruang yang terjadi di rumah ini menarik untuk diteliti. Sejak awal pembangunan, rumah ini telah direncanakan oleh pemiliknya untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus tempat bekerja. Alasan utamanya adalah untuk menghemat biaya dan agar setiap hari dapat memantau karyawan dengan lebih karena semua pekerjanya berjenis kelamin pria dan tinggal bersama di rumahnya. Dengan demikian, salah satu tujuan perencanaan awal pembangunan rumah ini adalah menjaga kebutuhan privasi keluarga dan karyawan dengan cara memisahkan ruang bertinggal dan bekerja. 10
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Pemisahan Ruang Bertinggal dan Bekerja Pemisahan ruang bertinggal dan bekerja tersebut dilakukan dengan memisahkan lantai tempat mereka beraktivitas, yang terdiri dari lantai 1 sebagai tempat bertinggal sedangkan lantai 2 dan 3 sebagai tempat bekerja. Pemisahan ruang digunakan bagi orang yang memutuskan rumah juga difungsikan sebagai tempat kerja adalah dengan adanya ruang yang terpisah dan memberi batasan untuk
Gambar 4. Skematik pengaturan ruang bertinggal dan bekerja berdasarkan lantai
Selain itu, terdapat pemisahan akses dan sirkulasi untuk kegiatan bertinggal dan bekerja, yang sudah dilakukan sejak saat penghuni melewati pagar rumah. Akses menuju tempat kerja adalah tangga yang ada di ruang tamu sedangkan akses masuk menuju tempat tinggal adalah melewati garasi terlebih dahulu yang kemudian berujung pintu ruang keluarga. Sirkulasi pun tak luput untuk dibuat terpisah. Terdapat dua buah sirkulasi vertikal berupa tangga, yakni di area depan dan di belakang rumah. Pekerja hanya dapat menggunakan tangga yang terletak di area depan rumah untuk ke area kerjanya. Sedangkan penghuni dapat menggunakan kedua tangga tersebut untuk ke area kerjanya sesuai kebutuhan.
Akan tetapi dalam kesehariannya, pemisahan ini tidak benar-benar terjadi kelompok dan penataan objek yang ada di dalamnya, maka pengaturan ruang bertinggal dan bekerja akan menjadi berbeda. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi, yaitu adanya kebutuhan ruang yang tidak terduga. Akibatnya terdapat penggabungan fungsi ruang antara kegiatan bekerja dan bertinggal sekaligus maupun adanya pergeseran fungsi ruang yang sudah ada sebelumnya. 11
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Penggabungan Fungsi Ruang Dengan adanya penggabungan fungsi ruang, ditemukan adanya pembentukan teritori di ruang bersama tersebut sebagai upaya pemenuhan kebutuhan privasi. Pengaturan yang terkait dengan teritori adalah pengaturan yang membentuk teritori berupa posisi ruang, memberi ruang untuk beraktivitas dan pengaturan Di rumah ini ditemukan adanya pengaturan perabotan untuk memberikan pengaturan perabotan yang mempengaruhi teritori. Berikut adalah beberapa contoh peletakan perabot yang mengubah privasi dalam penggunaan ruang. Contoh pertama adalah adanya peletakan sepeda motor di ruang keluarga. Hampir setiap hari pekerja dapat memasuki ruang keluarga ketika akan mengantar jemput pakaian ke agen-agen dengan menggunakan motor yang kemudian diletakkan di dalam ruang keluarga. Hal ini dikarenakan tidak semua kendaraan cukup diparkirkan di dalam garasi. Pengaturan yang kemudian selalu dilakukan adalah berupa peletakan motor yang bersisian dengan karpet di ruang keluarga. Karpet berfungsi sebagai pemberi “sinyal” bahwa motor tidak boleh memasuki ruang keluarga hingga melewati batas tersebut. Sehingga ketika tidak digunakan, keberadaan motor hanya dapat berada di area itu saja. Peletakan motor pada ruang keluarga tidak mengganggu area bersantai keluarga, selain itu juga mempermudah pekerja untuk mengeluarkan dan memasukkan motor. Ketika ada sepatu yang diletakkan di depan pintu, pekerja akan mengalami sedikit kesulitan untuk mengeluarkan dan memasukkan motor, sehingga harus menyingkirkan sepatu terlebih dahulu. Pengaturan perabot ini juga ditunjukkan oleh adanya kulkas di ruang keluarga. Kulkas ini memudahkan pekerja untuk mengambil es batu dari kulkas. Kadangkadang pekerja menggunakan tangga di area belakang rumah untuk mencapai kulkas. Selain keberadaan kulkas dan motor yang memungkinkan pertemuan antar keluarga dan karyawan, ruang keluarga ini juga dapat digunakan bersama karena adanya event-event tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan bekerja. Contoh event Yanti beserta suami.
tidak memiliki akses ke dalam wilayah. Bisa berupa dinding, pintu dan pagar pada suatu bangunan 12
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Area mencuci dan menjemur untuk keluarga juga terdapat pada lantai 2 yang hampir keseluruhan ruangnya digunakan untuk kegiatan bekerja. Agar tidak bercampur dengan pakaian-pakaian milik orang lain, Pak Giran memberikan batasan berupa dinding setinggi 1 m di bagian ujung lantai 2. Hal ini memperlihatkan adanya usaha pemilik rumah untuk tetap memberikan batasan antara kedua area tersebut, sehingga pakaian untuk kebutuhan bertinggal tidak bercampur dengan pakaian kebutuhan bekerja. Pemakaian ruang bersama lain yang ditemui di lantai 2 adalah adanya perabotan milik kebutuhan bertinggal berupa peralatan memasak, walaupun dapur terletak di lantai 1. Hal ini dikarenakan pembantu yang berfungsi sebagai pendukung kedua kegiatan bertinggal dan bekerja memiliki caranya sendiri untuk meletakkan peralatan memasak. Dapur yang berukuran cukup sempit di lantai 1 tidak mencukupi untuk meletakkan semua peralatan memasak. Karena itu, peralatan memasak berupa wajan dan wadah lainnya yang berukuran cukup besar menggunakan peralatan tersebut, pembantu akan mengambilnya terlebih dahulu di lantai 2 dengan menggunakan tangga area belakang rumah. Area bertinggal yang terletak di lantai 2, secara keseluruhan tidak mengganggu kegiatan bekerja yang ada di lantai ini. Pengaturan ruang yang terpisah dan akses yang mudah untuk mencapai area bertinggal di lantai 2, mengakibatkan berpengaruh besar terhadap tidak adanya persinggungan teritori ini. Contoh pengaturan berdasarkan perbedaan waktu ini dapat dilihat pada area bertinggal dan bekerja karyawan. Pada saat pembantu meletakkan peralatan makan tersebut umumnya hanya digunakan untuk meletakkan makanan, sehingga lebih bebas untuk dijadikan tempat menyimpan peralatan oleh pembantu. Pekerja tidak makan di area tersebut, mereka lebih menyukai makan di area pakaian yang sudah siap diantar karena di area tersebut terdapat televisi. Dengan demikian pekerja bisa makan dengan bebas sambil beristirahat atau bersantai. Area pakaian tersebut juga digunakan oleh pekerja yang tinggal di rumah ini sebagai area tidur mereka. Pada waktu kerja, area tidur tersebut tidak terlihat sama sekali, karena area tidur mereka hanya berupa sebuah tikar yang digulung ketika waktu kerja . Pada malam hari, tikar tersebut ditata di dalam area ini dan dimanfaatkan bersama. Maka dapat disimpulkan bahwa area karyawan ini dapat digunakan untuk kegiatan bekerja dan untuk kegiatan bertinggal bagi karyawan namun terdapat perbedaan kebutuhan berdasarkan waktu sehingga ruangnya ruang di antara pekerja itu sendiri.
13
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pemakaian keseluruhan ruang bersama di rumah ini hadir karena adanya kebutuhan ruang yang tidak terduga dalam praktik keseharian. Pemakaian ruang bersama ini bisa dibedakan privasi terhadap pelanggaran. Pelanggaran yang dirasakan bisa terdapat pada kedua kegiatan ataupun salah satu kegiatan saja. Pergeseran Fungsi Ruang Pergeseran fungsi ruang diakibatkan karena adanya pertumbuhan dalam kebutuhan ruang untuk bekerja. Salah satu ruang yang fungsinya bergeser sekarang digunakan untuk kebutuhan bekerja. Maka terdapat pergeseran fungsi ruang yang dapat terlihat berdasarkan penjelasan di bawah ini. Di ruang tamu, terdapat objek-objek yang berkaitan dengan kebutuhan bekerja. Selain itu, juga terdapat sepatu-sepatu para pekerja yang disusun di atas tangga. Pak Giran makan siang di area ini, keberadaan objek-objek kebutuhan bekerja tersebut tetap berada di area ini. Hal ini menunjukkan bahwa area ini menjadi area untuk kebutuhan bekerja berdasarkan kuantitas personalisasi dan durasi pemakaiannya.
Dengan adanya pergeseran fungsi ruang tamu tersebut, tamu yang datang akan kemudian juga bergeser fungsinya menjadi area yang dapat dimasuki oleh orang lain selain penghuni. 14
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Pembentukan Intimacy Gradient. Kehadiran Intimacy gradient atau dapat juga disebut privacy gradient adalah untuk mengatur sequence di dalam suatu bangunan yang dipengaruhi oleh adanya urutan gerak manusia yang boleh memasuki suatu area tertentu maupun yang tidak boleh sama sekali. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian ruang oleh tiap kelompok dan pembentukan teritori yang ada di rumah tersebut. Semakin bersifat privat, maka semakin sedikit orang yang boleh memasuki area tersebut. Di bawah ini adalah skema intimacy gradient yang terbentuk pada rumah ini.
Gambar 10. Intimacy gradient
Penentuan area yang bersifat privat adalah area yang hanya digunakan oleh area yang digunakan oleh kelompok 1, 2, 3, dan 4. Sedangkan area semi publik adalah area yang digunakan oleh semua kelompok. Dan yang terakhir adalah area publik yang memungkinkan semua kelompok atau di luar kelompok untuk menggunakan area tersebut. Secara keseluruhan rumah memiliki intimacy gradient yang terdiri dari publik, semi publik, semi privat, hingga privat. Sifat-sifat dari ruang tersebut tidak ditentukan oleh kegiatan yang berlangsung di dalamnya, melainkan ditentukan oleh pengguna ruang yang ada di dalamnya. Salah satu contohnya adalah ruang masuk ke ruang ini dikarenakan ruang tamu sudah digunakan untuk bekerja. Sehingga, jika pada umumnya selama ini yang kita ketahui ruang keluarga di rumah tinggal merupakan semi privat, maka ruang keluarga di rumah tinggal yang sekaligus merupakan tempat bekerja dapat saja tidak bersifat semi privat. Dari penjelasan di atas, maka pemenuhan kebutuhan privasi di dalam rumah tinggal yang sekaligus merupakan tempat kerja dapat dijelaskan dengan hubungan-hubungan pada skema berikut.
Gambar 11. Skema strategi kebutuhan privasi
15
arsitektur.net 2011 vol. 5 no. 1
Kesimpulan Ketika dikaitkan dengan adanya latar belakang pembangunan rumah, kebutuhan ruang untuk peletakan perabot, dan kebutuhan ruang untuk berinteraksi, terjadi adaptasi oleh pengguna ruang untuk memisahkan fungsi ruang tersebut dengan adanya penggabungan dan pergeseran fungsi ruang agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Adaptasi ruang mempengaruhi kebutuhan privasi. Kebutuhan privasi tersebut kemudian diupayakan untuk dipenuhi dengan adanya pengaturan ruang dan pengaturan waktu penggunaan ruang. Pengaturan ruang yang dilakukan orientasi ruang, posisi ruang, dan personalisasi. Sedangkan pengaturan waktu dilakukan agar dapat menggunakan ruang yang sama untuk kebutuhan yang berbeda secara bergantian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terlihat adanya upaya dari penghuni rumah untuk memenuhi kebutuhan privasinya ketika kegiatan bekerja dan bertinggal digabungkan. Pemenuhan kebutuhan privasi dapat dilihat melalui pembentukan teritori berupa pemisahan fungsi ruang bertinggal dan bekerja. Pembentukan intimacy gradient yang terlihat akibat adanya pembentukan teritori pada rumah tinggal yang juga merupakan tempat kerja pun tidak dipisahkan berdasarkan kegiatannya, melainkan berdasarkan pelaku-pelaku yang bisa menggunakan ruang-ruang yang ada di rumah tersebut. Referensi A pattern language. New York : Oxford University Press. Environmental psychology (5th ed.) Arsitektur dan perilaku manusia Grasindo.
rumah-usaha-alias-rumha-desain-rumah-entrepreneur-yang-banyak-disuka Public and private spaces of the city. New York : Human territories: how we behave in spacetime
16