RELEVANSI NILAI DARI DIVIDEN DAN ASET TAKBERWUJUD Stephen Setiawan Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
[email protected] Abstrak
Penelitian ini menganalisis relevansi nilai dari dividen dan aset takberwujud, serta dampak dari pengadopsian IFRS terhadap relevansi nilai dari aset takberwujud menggunakan data dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Penelitian ini menggunakan model data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen, aset takberwujud, dan goodwill memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap harga saham. Pengadopsian IFRS tidak terbukti memiliki dampak positif terhadap relevansi nilai dari aset takberwujud dan goodwill. Pada analisis tambahan, ditemukan bahwa aset takberwujud teridentifikasi dan dividen memiliki relevansi nilai yang paling signifikan dibandingkan dengan variabel independen lain yang merupakan bagian dari nilai buku dan laba. Value Relevance of Dividends and Intangible Assets Abstract The purpose of this research is to analyze the value relevance of dividends and intangible assets, and the effect of IFRS adoption on the value relevance of intangibles using a sample of manufacturing firms listed on the Indonesia Stock Exchange over the period 2007-2012. This research employs the panel data model. The results indicate that dividends, intangible assets, and goodwill are positively and significantly associated with stock price. IFRS adoption is not found to have a positive effect on the value relevance of intangible assets and goodwill. In an additional analysis, dividends and identifiable intangible assets are found to be the most value-relevant components of earnings and book value, respectively. Keywords: value relevance, dividends, intangible assets, IFRS adoption Pendahuluan
Dalam mengambil keputusan investasi, seorang investor akan mengacu pada laporan keuangan sebuah perusahaan sebagai pertimbangan. Pengambilan keputusan sering mengacu kepada informasi akuntansi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Keputusan investor ini pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham. Efek positif dari informasi akuntansi disebut relevansi nilai. Penelitian untuk mengetahui relevansi nilai dari informasi akuntansi pertama kali dilakukan oleh Ball & Brown (1968). Mereka menemukan bukti yang mendukung bahwa laba memiliki asosiasi dengan return saham. Mereka juga menemukan bahwa pengaruh
1 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
abnormal return tahunan lebih besar daripada pengaruh perubahan arus kas, sehingga bisa dikatakan arus kas lebih tidak akurat dalam menjelaskan abnormal return daripada laba yang berbasis akrual. Mengikuti Ball dan Brown, banyak penelitian yang mempelajari relative informativeness dari laba dan arus kas, dengan tambahan variabel informasi akuntansi lain yang relevan atau hanya mengulang penelitian yang sama pada pasar yang berbeda. Penelitianpenelitian serupa berusaha meneliti hubungan antara tingkat imbal balik saham yang disebabkan oleh informasi akuntansi dan kejadian-kejadian ekonomis yang memiliki relevansi nilai. Hasil penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh informasi akuntansi yang diterbitkan perusahaan terhadap perubahan harga saham dapat diuji secara empiris, yakni dengan mengestimasi laba akuntansi yang tidak terduga dan mengkorelasikannya dengan perubahan harga saham yang tak terduga (Al-Hares, 2012). Bursa Efek Indonesia didirikan pada tahun 1912 dan merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya. BEI merupakan satu-satunya bursa efek di Indonesia, dan mewajibkan seluruh perusahaan yang listing di BEI untuk mematuhi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru yang mengadopsi International Financial Reporting Standards (IFRS). Setelah mengadopsi IFRS, penyimpangan dalam pelaporan keuangan diperbolehkan dalam batas-batas yang diperkenankan, tidak seperti ketika menggunakan Generally Acceptable Accounting Principles (GAAP) (Al-Hares, 2012). Oleh karena itu, pada negara-negara yang menggunakan IFRS, information content dari informasi akuntansi bisa berbeda-beda. Al-Hares (2012) mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan di Kuwait cenderung terkonsentrasi pada sekelompok pemegang saham utama, yakni pemerintah, keluarga yang dominan, serta investor institusional. Kondisi ini mirip dengan struktur kepemilikan di Indonesia (Utama & Siregar, 2005). Menurut Al-Hares (2012), kelompok-kelompok pemegang saham ini dapat mempengaruhi tingkat dan kualitas pengungkapan dalam laporan keuangan, serta menggunakan pengaruhnya untuk mempengaruhi keputusan pembagian dividen perusahaan, sehingga mempengaruhi relevansi nilai dari informasi akuntansi. Sebagai contoh, penelitian Al-Kuwari (2009) menyediakan bukti bahwa kepemilikan pemerintah memiliki efek signifikan dalam mendorong pembayaran dividen untuk perusahaan-perusahaan yang listing di bursa efek GCC. Penelitian ini juga mengungkap bahwa perusahaan-perusahaan ini sering sekali mengubah kebijakan pembagian dividen, serta tidak didasarkan pada tujuan jangka panjang. Dengan karakteristik seperti ini, ditambah dengan penegakkan hukum yang lemah, mungkin saja konten informasi dari variabel akuntansi, dalam hal ini dividen, dapat berbeda dari penelitian di negara yang lebih maju.
2 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Di sisi lain, karena perekonomian berkembang menjadi knowledge-based dan technology-intensive, aset takberwujud menjadi faktor yang menentukan nilai perusahaan (Canibao et al., 1999). Kieso et al., (2008) menyatakan bahwa proporsi aset berwujud terhadap total aset mengalami penurunan yang signifikan dalam 50 tahun terakhir di Amerika Serikat. Proporsi aset berwujud terhadap total aset turun dari 80% di 1955 menjadi 50% di 2004. Ini berarti proporsi aset takberwujud terhadap total aset telah mengalami kenaikan yang cukup drastis dalam 50 tahun. Lebih lanjut, Ribeiro dan Tironi (2006) menyatakan bahwa selama 25 tahun terakhir, aset takberwujud telah melampaui aset berwujud sebagai penentu nilai perusahaan yang paling relevan dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Meningkatnya peran aset takberwujud dalam operasional dan keberhasilan perusahaan membuat pelaporan aset takberwujud menjadi sangat penting. Hal ini memicu beberapa penelitian untuk menguji relevansi nilai dari aset takberwujud. Beberapa studi yang berfokus pada relevansi nilai dari aset tak berwujud menemukan bahwa perkiraan nilai aset takberwujud pada laporan keuangan memiliki asosiasi positif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan pada berbagai jenis aset takberwujud dan nilai merk (Barth et al., 2001). Beberapa studi menyimpulkan bahwa relevansi nilai dari informasi akuntansi berupa laba dan nilai buku semakin menurun dalam dekade terakhir, karena peningkatan jumlah aset takberwujud yang tidak diungkapkan (Lev & Zarowin, 1999). Penelitian-penelitian yang dilakukan menemukan hasil yang berbeda-beda mengenai relevansi nilai aset takberwujud (Brown et al., 1999; Lev & Zarowin, 1999). Hasil yang berbeda-beda ini disebabkan oleh filosofi pelaporan keuangan dan praktik pengukuran akuntansi yang berbeda-beda di setiap negara (Harris et al., 1994). Oliveira (2010) menganalisis relevansi nilai dari jumlah aset takberwujud dan goodwill yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan nonfinansial yang tercatat di Portuguese Stock Exchange. Mereka menggunakan data panel untuk mengetahui dampak konvergensi sistem akuntansi ke IFRS di tahun 2005. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, menurut peraturan yang baru ini, perusahaan tidak diperkenankan mengakui beberapa jenis aset takberwujud dan mengamortisasi goodwill. Penelitian ini menemukan bahwa laba, goodwill, serta aset takberwujud lainnya secara signifikan memiliki asosiasi dengan harga saham. Model-model dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan model valuasi Feltham dan Ohlson (1995) yang digunakan baik dalam jurnal Oliveira (2010) untuk meneliti relevansi nilai dari aset takberwujud maupun Al-Hares (2012) untuk dividen. Model Feltham dan Ohlson (1995), yang sering digunakan dalam penelitian relevansi nilai, menyatakan
3 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
bahwa nilai pasar sebuah perusahaan merupakan fungsi linier dari nilai buku dan laba. Model Oliveira (2012) memecah variabel nilai buku pada model valuasi Ohlson (1995), sedangkan Al-Hares (2012) memecah variabel laba pada model tersebut. Karena model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan antara model yang dipakai dalam kedua jurnal tersebut, penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya di Indonesia. Kebanyakan penelitian sebelumnya hanya meneliti relevansi nilai salah satu variabel akuntansi dividen atau aset takberwujud. Untuk menganalisis lebih jauh mengenai relevansi nilai dari dividen dan aset takberwujud, akan dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui komponen mana dari variabel nilai buku dan laba yang memiliki relevansi nilai yang paling signifikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah nilai buku memiliki pengaruh positif terhadap harga saham? a. Apakah nilai buku aset takberwujud memiliki pengaruh positif terhadap harga saham? b. Apakah nilai buku goodwill memiliki pengaruh positif terhadap harga saham? c. Apakah nilai tangible book value memiliki pengaruh positif terhadap harga saham? d. Manakah dari ketiga bagian dari variabel nilai buku di atas yang memiliki relevansi nilai paling tinggi? 2. Apakah laba memiliki pengaruh positif terhadap harga saham? a. Apakah dividen memiliki pengaruh positif terhadap harga saham ketika digunakan untuk menggantikan variabel laba pada model valuasi? b. Apakah laba ditahan memiliki pengaruh positif terhadap harga saham ketika variabel laba dipecah menjadi laba ditahan dan dividen? c. Manakah dari kedua bagian dari variabel laba di atas yang memiliki relevansi nilai paling tinggi? 3. Apakah penerapan PSAK 19 revisi 2009 memiliki pengaruh positif terhadap relevansi nilai aset takberwujud? Tinjauan Teoretis Ohlson (1995) menemukan bahwa nilai pasar sebuah perusahaan merupakan fungsi linier dari nilai buku dan nilai sekarang dari perkiraan laba abnormal. Laba abnormal di sini diartikan sebagai laba sekarang dikurangi capital charge (yang sama dengan risk free rate) dikalikan dengan nilai buku. Ohlson mengusulkan asumsi tambahan, yaitu bahwa nilai
4 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
perusahaan merupakan persamaan linear dari nilai buku dari ekuitas, surplus laba bersih, serta dividen. Feltham dan Ohlson (1995) melanjutkan penelitian ini dan membuat model dari nilai perusahaan dan data akuntansi dari aktivitas operasional dan keuangan perusahaan. Modelmodel yang kembangkan oleh Feltham dan Ohlson (1995) memberikan landasan teoretis untuk menggambarkan hubungan antara angka-angka akuntansi dengan nilai pasar perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pertama yang akan dibuktikan adalah: H1:
Nilai buku memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
H2:
Laba memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Bernard (1995) mempelajari relevansi nilai dari dividen menggunakan data dari
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat periode 1978-1993. Bernard membandingkan explanatory power dari dua model. Dalam model yang pertama, nilai pasar adalah fungsi dari nilai buku dan perkiraan laba selama empat tahun kedepan. Dalam model yang kedua, Bernard mengganti variabel nilai buku dan perkiraan laba dengan perkiraan dividen. Bernard menyimpulkan bahwa perkiraan variabel akuntansi (nilai buku dan laba) menjelaskan 68% dari variasi cross-sectional dari nilai pasar, sedangkan explanatory power dari dividen hanya 29%. Brief dan Zarowin (1999) menyatakan bahwa penelitian Bernard (1995) memberikan motivasi/dasar untuk menggantikan variabel laba dengan dividen dalam model valuasi yang menghubungkan antara harga saham dengan nilai buku dan dividen. Mereka berpendapat bahwa menggunakan dividen sebagai substitusi dari laba dalam persamaan valuasi bisa digunakan untuk menguji temuan Modigliani dan Miller (1959) yang menyatakan bahwa dividen bisa memiliki korelasi yang lebih besar dengan potensi laba daripada laba sekarang perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis selanjutnya yang akan dibuktikan adalah: H3:
Dividen memiliki pengaruh positif terhadap harga saham ketika digunakan untuk menggantikan variabel laba pada model valuasi. Sehubungan dengan pandangan Brief dan Zarowin (1999) mengenai laba permanen
dan transitory, Skinner dan Soltes (2008) menyajikan bukti bahwa dividen dapat dijadikan sumber informasi mengenai kualitas laba. Laba yang dianggap berkualitas tinggi adalah laba yang kemungkinan besar dapat dipertahankan di masa depan. Mereka berargumen bahwa keputusan pembagian dividen didasarkan oleh penilaian manajemen terhadap laba yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang di masa depan. Mereka memandang bahwa laba yang
5 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
dibagikan sebagai dividen sebagai komponen yang permanen, serta laba ditahan sebagai komponen transitory. Mereka berpendapat bahwa peningkatan laba yang dinilai permanen dapat menyebabkan kenaikan jumlah dividen yang dibagikan, sedangkan laba yang dinilai transitory tidak menyebabkan kenaikan jumlah dividen. Untuk menguji relevansi nilai dari dividen secara lebih mendalam, Al-Hares (2012) memecah variabel laba menjadi dividen serta laba ditahan untuk memisahkan efek komponen laba permanen dari transitory. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis selanjutnya yang akan dibuktikan adalah: H4:
Laba ditahan memiliki pengaruh positif terhadap harga saham ketika variabel
laba dipecah menjadi laba ditahan dan dividen. Beberapa studi yang berfokus pada relevansi nilai dari aset tak berwujud menemukan bahwa perkiraan nilai aset takberwujud pada laporan keuangan memiliki asosiasi positif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan pada berbagai jenis aset takberwujud dan nilai merk (Barth et al., 2001). Di lain pihak, beberapa studi menyimpulkan bahwa relevansi nilai dari informasi akuntansi berupa laba dan nilai buku semakin menurun dalam dekade terakhir, karena peningkatan jumlah aset takberwujud yang tidak diungkapkan (Lev & Zarowin, 1999). Bugeja dan Gallery (2006) di Australia meneliti relevansi nilai dari goodwill yang merupakan salah satu aset takberwujud yang memiliki masa manfaat tidak terbatas. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa goodwill yang diakuisisi dalam tahun penelitian dan dua tahun sebelumnya memiliki asosiasi positif dengan nilai pasar perusahaan. Sesuai dengan Oliveira (2010), untuk meneliti relevansi nilai dari aset takberwujud serta goodwill, nilai buku perusahaan dipecah menjadi tangible book value (BV-IA), aset takberwujud yang teridentifikasi (IIA), dan goodwill. Oliveira (2010) menemukan bahwa setelah dipecah, IIA dan goodwill memiliki pengaruh positif dan signifikan pada harga saham, sementara itu (BV-IA) meskipun memiliki koefisien yang positif tetapi tidak signifikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis selanjutnya yang akan dibuktikan adalah: H5:
Aset takberwujud memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
H6:
Tangible Book Value memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
H7:
Goodwill memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Dahmash, Durand, dan Watson (2009) meneliti relevansi nilai dan keandalan goodwill
dan aset takberwujud yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan di Australia pada masa pengaplikasian standar GAAP. Penelitian ini menemukan bahwa memang benar bahwa aset takberwujud dan goodwill yang dilaporkan dengan standar GAAP memiliki relevansi nilai, tetapi mereka menemukan bahwa nilai yang dilaporkan memiliki bias atau
6 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
kecenderungan tertentu. Lebih lanjut, diungkapkan bahwa konvergensi ke IAS dan IFRS diperkirakan akan mengurangi bias dari pelaporan aset takberwujud. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis terakhir yang akan diuji adalah: H8:
Penerapan PSAK 19 revisi 2009 memiliki pengaruh positif terhadap relevansi
nilai aset takberwujud. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah data perusahaan manufaktur dari tahun 2007-2012. Sesuai dengan penelitian Oliveira (2010), perusahaan dengan nilai buku ekuitas yang negatif, serta nilai buku dari aset takberwujud dan goodwill yang negatif, dikeluarkan dari sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Seluruh data dari variabel dependen dan independen didapatkan melalui Datastream maupun Reuters Knowledge. Sesuai dengan penelitian Oliveira (2010) dan Al-Hares (2010), model yang akan diuji pertama kali adalah relevansi nilai dari nilai buku dan laba. Relevansi nilai tersebut diuji dengan model yang dikembangkan oleh Ohlson (1995). Model tersebut menguji hubungan positif antara nilai buku dan laba terhadap nilai pasar perusahaan. Model 1 MVit = α0 + α1 BVit+ α2Eit + εit Model pertama tersebut kemudian dikembangkan dengan memecah variabel nilai buku ekuitas (BV) menjadi tangible book value (BV-IA), aset takberwujud yang teridentifikasi dan goodwill. Oleh karena itu, Model 2 ini menguji hubungan positif antara tangible book value (BV-IA), aset takberwujud yang teridentifikasi dan goodwill, serta dividen sebagai pengganti variabel laba (Al-Hares, 2012) pada Model 1, terhadap nilai pasar perusahaan. Model 2 MVit = α0+ α1ASit + α2(BV-IA)it + α3AS*(BV-IA)it + α4IIAit + α5AS*IIAit + α6Git+ α7AS*Git + α8Dit + εit Model 3 menguji hubungan positif antara nilai buku dari aset berwujud, aset takberwujud yang teridentifikasi dan goodwill, serta dividen dan laba ditahan sebagai penjabaran dari variabel laba pada Model 1, terhadap nilai pasar perusahaan. Dalam model ini, variabel laba (E) dipecah menjadi dua bagian yaitu laba ditahan (E-D) dan laba yang
7 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
dibagikan sebagai dividen (D). Hal ini dilakukan untuk memisahkan efek dari komponen laba yang permanen (D), dari komponen laba yang transitory (E-D). Model 3 MVit = α0 + α1 ASit + α2(BV-IA)it + α3AS*(BV-IA)it + α4Dit+ α5(Eit - Dit) +α6IIAit +
α7AS*IIAit + α8Gi+ α9AS*Git + εi Variabel Terikat MV Variabel Bebas Nilai Buku (BVit) (BV-IA)it Eit Dit (E-D)it
AS
Git AS*(BV-IA) AS*IIA AS*G
: Nilai pasar dari ekuitas (market value of equity) pada 31 Maret : Nilai buku dari ekuitas (book value of equity) pada tanggal neraca : Tangible Book Value (nilai buku perusahaan dengan aset takberwujud netto) pada akhir tahun : Laba (Earnings) laba bersih sebelum extraordinary item yang dilaporkan dalam laporan keuangan pada akhir tahun : Dividen yang diumumkan atau dibayar dalam tahun tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan pada akhir tahun : Laba ditahan dihitung dengan cara mengurangkan laba dengan dividen yang dibayar atau diumumkan dibagi dengan jumlah saham beredar. : Variabel dummy untuk sistem akuntansi yang bernilai 0 apabila sistem yang dipakai masih GAAP, dan bernilai 1 apabila sistem yang dipakai adalah IFRS. : Goodwill yang diakui di neraca pada akhir tahun. : Interaksi Sistem Akuntansi dengan Tangible BV : Interaksi Sistem Akuntansi dengan aset takberwujud yang teridentifikasi : Interaksi Sistem Akuntansi dengan Goodwill
Hasil Penelitian Jumlah saham beredar digunakan sebagai deflator/pembagi dari semua variabel yang diteliti supaya nilainya tidak terlalu besar. Tabel 1 pada halaman 9 berisi statistik deskriptif dari seluruh variabel. Rata-rata dari dividen yang dibagikan oleh perusahaan sampel sebesar 112,65 dengan standar deviasi sebesar 767,38. Median yang bernilai 0 menandakan masih banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen. Sementara itu, nilai dari variabel aset takberwujud dan goodwill memiliki rata-rata masing-masing sebesar 8,240 dan 2,736 serta median yang sama-sama bernilai 0. Dengan rata-rata yang mendekati median yang bernilai 0, dapat dikatakan perusahaan sampel lebih banyak yang tidak memiliki aset takberwujud dan goodwill yang dilaporkan di laporan keuangannya.
8 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel MV BV E AS (BV-IA) IIA G D (E-D) AS*(BV-IA) AS*IIA AS*G
N 586 586 586 586 586 586 586 586 586 586 586 586
Mean 2.020,20 1.253,70 262,37 0,35 1.139,19 8,24 2,73 112,65 149,72 417,83 3,28 0,87
Std. Dev. 6.861,29 2.459,02 891,20 0,47 2.484,40 41,41 9,55 767,38 325,19 1.483,96 30,12 4,93
Min 23,52 6,53 -124,45 0,00 -3315,25 0,00 0,00 0,00 -124,45 -3.088,90 0,00 0,00
Max 74.000,00 28.628,44 16.158,42 1,00 28.628,44 676,94 68,50 16.280,97 2.102,68 13.759,55 676,94 46,00
Median 354,00 403,95 41,71 0,00 398,30 0,00 0,00 0,00 29,26 0,00 0,00 0,00
Pada panel data yang diteliti, banyak perusahaan sampel mencantumkan nilai aset takberwujud dan goodwill dengan nilai nominal yang sama atau nol pada beberapa tahun berturut-turut. Hanya 43 dari 116 (37,06%) perusahaan yang nilai aset takberwujud di laporan keuangannya tidak nol dan meng-update nilainya setiap tahun. Ini mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan sampel masih banyak yang belum memberikan perlakuan akuntansi yang sesuai standar. Hasil regresi dari Model 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4 di bawah ini. Tabel 2 Hasil Regresi Model 1 MVit = α0 + α1 BVit+ α2Eit + εit Variabel Independen
Ekspektasi Tanda + + ?
Sampel Koefisien Signifikansi 1,21488 0,000*** 4,131664 0,000*** -552,7967 0,002** 0,5700 100,74 0,0000*** 0,0000*** 116
BV E Konstanta Adj. R2 F-stat Prob>F Prob>chi2 (α1 > α2) N(Sampel) ***Signifikan pada level 1% **Signifikan pada level 5% *Signifikan pada level 10% MV adalah nilai pasar perusahaan, BV adalah nilai buku perusahaan, E adalah laba.
9 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Tabel 3 Hasil Regresi Model 2 MVit = α0+ α1ASit + α2(BV-IA)it + α3AS*(BV-IA)it + α4IIAit + α5AS*IIAit + α6Git+ α7AS*Git + α8Dit + εit Sampel Variabel Independen Ekspektasi Tanda Koefisien Signifikansi AS ? -75,03107 0,816 (BV-IA) + 1,186535 0,000*** AS*(BV-IA) + 0,4923865 0,000*** IIA + 72,23231 0,000*** AS*IIA + 63,71393 0,000*** G + 96,28291 0,000*** AS*G + 53,51248 0,095* D + 3,740198 0,000*** Konstanta ? -214,8564 0,245 2 Adj. R 0,6607 F-test 32,11 Prob>F 0,0000*** 0,0000*** Prob>chi2 (α1 > α2) N(Sampel) 116 ***Signifikan pada level 1% **Signifikan pada level 5% *Signifikan pada level 10% MV adalah nilai pasar perusahaan, AS adalah variabel dummy untuk sistem akuntansi, (BVIA) adalah tangible book value, IIA adalah identifiable intangible assets, G adalah goodwill, D adalah dividen.
Tabel 4 Hasil Regresi Model 3 MVit = α0 + α1 ASit + α2(BV-IA)it + α3AS*(BV-IA)it + α4Dit+ α5(Eit - Dit) +α6IIAit + α7AS*IIAit + α8Gi+ α9AS*Git + εit Sampel Variabel Independen Ekspektasi Tanda Koefisien Signifikansi AS ? -3,195416 0,992 (BV-IA) + 1,024278 0,000*** AS*(BV-IA) + 0,4696139 0,000*** IIA + 76,20108 0,000*** AS*IIA + 67,72948 0,000*** G + 98,55379 0,000*** AS*G + 57,8343 0,068* D + 3,697387 0,000*** (E-D) + 1,875224 0,000*** Konstanta ? -68,47467 0,081* Adj. R2 0,6329 F-test 31,76
10 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Prob>F 0,0000*** Prob>chi2 (α1 > α2) 0,0000*** N(Sampel) 116 ***Signifikan pada level 1% **Signifikan pada level 5% *Signifikan pada level 10% MV adalah nilai pasar perusahaan, AS adalah variabel dummy untuk sistem akuntansi, (BVIA) adalah tangible book value, IIA adalah identifiable intangible assets, G adalah goodwill, D adalah dividen, (E-D) adalah laba ditahan.
Pembahasan Tabel 3 pada halaman 8 menunjukkan hasil regresi dari Model 2 yang bertujuan membuktikan bahwa dividen memiliki pengaruh positif kepada nilai pasar perusahaan. Sesuai dengan penelitian Al-Hares (2012), di Model 2 variabel dividen (D) menggantikan variabel laba (E) di Model 1. Hipotesis 3 memprediksi bahwa dividen memiliki relevansi nilai ketika dipakai untuk menggantikan variabel laba pada model valuasi. Koefisien dari D adalah 3,740198 dengan signifikansi pada level 1%, yang menandakan bahwa dividen mempengaruhi harga saham secara positif dan signifikan. Hasil regresi dari Model 2 ini sejalan dengan Hipotesis 3. Hal ini mengkonfirmasi hasil penelitian oleh Al-Hares (2012) serta Brief dan Zarowin (1999) yang menemukan bahwa ketika dividen digunakan sebagai pengganti variabel laba dalam model valuasi, dividen memiliki pengaruh positif pada harga saham. Hasil ini juga menunjukkan bahwa dividen dapat memiliki sebagian dari efek nilai buku dan laba terhadap saham, sehingga dividen dalam model valuasi dapat dikatakan sebagai indikator yang efektif dari komponen laba yang permanen, sesuai yang dikemukakan oleh Brief dan Zarowin (1999). Pada Hipotesis 4, ketika variabel laba dipecah menjadi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham (D) serta laba ditahan (E-D) maka kedua variabel hasil pecahan variabel laba ini menjadi value relevant atau memiliki pengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan. Hasil dari regresi Model 3 di tabel 4 menunjukkan bahwa koefisien variabel (ED) sebesar 1,875224 serta koefisien variabel D sebesar 3,697387. Kedua variabel memiliki signifikansi pada level 1%. Dengan demikian, dapat dikatakan variabel (E-D) serta D yang merupakan pecahan dari variabel laba terbukti memiliki pengaruh positif yang signifikan. Dari hasil regresi tersebut, Hipotesis 4 diterima.
11 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Hal ini mengkonfirmasi hasil penelitian oleh Al-Hares (2012) yang menemukan bahwa ketika komponen laba dalam model valuasi dipecah menjadi dividen dan laba ditahan, kedua variabel hasil pecahan variabel laba ini juga menjadi value relevant. Hasil ini juga konsisten dengan Skinner dan Soltes (2008) yang menyajikan bukti bahwa dividen dapat dijadikan sumber informasi mengenai kualitas laba. Mereka berargumen bahwa laba yang dibagikan dalam bentuk dividen dapat dianggap oleh investor sebagai akibat dari kenaikan laba yang sifatnya permanen, serta laba yang tidak dibagikan sebagai transitory. Untuk melihat relevansi nilai dari aset takberwujud, di Model 2 variabel nilai buku perusahaan di Model 1 dipecah menjadi tangible book value (BV-IA), goodwill, serta identifiable intangible assets. Tabel 3 dan 4 menunjukkan hasil regresi dari Model 2 dan Model 3 yang bertujuan membuktikan bahwa aset takberwujud memiliki pengaruh positif kepada nilai pasar perusahaan, mengacu pada penelitian Oliveira (2010). Untuk variabel aset takberwujud yang dapat diidentifikasi (IIA), hasil regresi sudah sesuai dengan perkiraan awal. Koefisien dari variabel IIA di Model 2 sebesar 72,23231 serta di Model 3 sebesar 76,20108, keduanya signifikan pada level 1%. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa aset takberwujud yang dapat diidentifikasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, dapat disimpulkan hasil regresi untuk variabel IIA ini sudah sesuai dengan prediksi pada Hipotesis 5. Sementara itu, koefisien dari variabel (BV-IA) di Model 2 sebesar 1,186535 serta di Model 3 sebesar 1,024278, keduanya signifikan pada level 1%. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa variabel (BV-IA) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham, agak berbeda dengan hasil penelitian Oliveira (2010) yang menemukan bahwa tangible book value memiliki koefisien yang positif tetapi tidak signifikan. Meskipun demikian, karena koefisien dari hasil regresi untuk variabel (BV-IA) ini masih positif, hasil ini masih sesuai dengan prediksi pada Hipotesis 6. Hasil regresi untuk variabel goodwill (G) menunjukkan bahwa koefisien dari variabel G di Model 2 sebesar 96,28291, di Model 3 sebesar 98,55379 dan keduanya signifikan pada level 1%. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa goodwill yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan memiliki efek positif yang signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil ini sudah sesuai dengan prediksi pada Hipotesis 7. Hasil ini sesuai dengan penemuan oleh Oliveira (2010) dan Dahmash et al. (2009), serta Bugeja (2006) yang menganalisis relevansi nilai dari jumlah aset takberwujud dan goodwill yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Penelitian ini menemukan bahwa di pasar modal Indonesia, aset takberwujud secara signifikan juga memiliki asosiasi dengan harga
12 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
saham. Apabila kita melihat statistik deskriptif yang sudah dijelaskan sebelumnya, median dari variabel IIA bernilai 0. Ini berarti masih banyak perusahaan sampel yang belum mengakui aset takberwujud dalam laporan keuangannya secara benar. Dengan penjelasan dari temuan di atas, perusahaan disarankan untuk menyajikan aset takberwujud dan goodwill dalam laporan keuangannya secara akurat supaya investor dapat memperhitungkannya dalam pengambilan keputusan. Hipotesis 8 ingin membuktikan hubungan antara implementasi PSAK 19 pada relevansi nilai dari aset takberwujud. Hubungan ini dapat kita lihat dari peningkatan atau penurunan signifikansi dari hasil regresi variabel-variabel AS*(BV-IA), AS*G, dan AS*IIA sebagai variabel interaksi antara sistem akuntansi dengan masing-masing variabel. Selain perubahan signifikansi, hubungan ini juga dapat kita lihat dari perubahan koefisien hasil regresi (Oliveira, 2010; Morricone et al., 2009). AS adalah variabel dummy yang bernilai 1 (sistem akuntansi IFRS) untuk observasi setelah berlakunya PSAK 19 revisi 2010 yaitu setelah tanggal 1 Januari 2011, dan bernilai 0 (sistem akuntansi GAAP) untuk observasi sebelum 1 Januari 2011. Koefisien hasil regresi variabel AS pada Model 2 dan 3 adalah -75,03107 dan -3,195416, keduanya tidak signifikan. Hasil ini sesuai dengan penemuan Oliveira (2010) yang menemukan bahwa koefisien AS bernilai negatif dan tidak signifikan. Ini menandakan bahwa sistem akuntansi yang dipakai tidak secara signifikan mempengaruhi harga saham. Variabel AS*IIA adalah variabel interaksi antara sistem akuntansi dengan aset takberwujud yang dapat diidentifikasi. Koefisien hasil regresi untuk variabel AS*IIA adalah 63,71393 pada Model 2, dan 67,72948 pada Model 3, keduanya signifikan pada level 1%. Meskipun koefisiennya sedikit lebih kecil, hasil ini mirip dengan hasil regresi variabel IIA pada Model 2 dan Model 3, yang keduanya positif dan signifikan pada level 1% seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengadopsian sistem akuntansi IFRS tidak mempengaruhi relevansi nilai dari aset takberwujud yang dapat diidentifikasi. Variabel AS*(BV-IA) adalah variabel interaksi antara sistem akuntansi dengan tangible book value. Koefisien hasil regresi untuk variabel AS*(BV-IA) adalah 0,4923865 pada Model 2, dan 0,4696139 pada Model 3, keduanya signifikan pada level 1%. Hasil ini mirip dengan hasil regresi variabel (BV-IA) pada Model 2 dan Model 3, yang keduanya positif dan signifikan pada level 1% seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengadopsian sistem akuntansi IFRS tidak mempengaruhi relevansi nilai dari tangible book value.
13 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Hasil ini mengkonfirmasi Oliveira (2010) yang menemukan perubahan sistem akuntansi ke IFRS tidak memiliki dampak pada relevansi nilai dari aset takberwujud secara keseluruhan. Hal ini dibuktikan dengan koefisien hasil regresi yang menurun meskipun masih positif dan signifikan, dari variabel IIA ke AS*IIA. Tidak signifikannya perubahan sistem akuntansi ke IFRS ini tidak sesuai dengan pendapat Dahmash et al. (2009) yang menyatakan bahwa bahwa konvergensi ke IAS dan IFRS diperkirakan akan mengurangi bias dari pelaporan aset takberwujud, sehingga meningkatkan keandalan (dan pada akhirnya relevansi nilai dari) pelaporan aset takberwujud. Penjelasan yang mungkin mendasari hasil ini adalah diskresi manajemen mengenai impairment test (Morricone et al., 2009). Morricone (2009) menyatakan, implementasi dari standar akuntansi masih dipengaruhi oleh perilaku pelaporan masing-masing perusahaan, sehingga sangat tergantung pada faktor-faktor institusional setempat. Peran regulator sangat dibutuhkan untuk merumuskan kebijakan yang sesuai untuk keadaan lokal namun sejalan dengan kerangka IFRS sehingga dapat meningkatkan relevansi nilai dari aset takberwujud. Pandangan Morricone (2009) dapat menjelaskan keadaan di Indonesia. Menurut statistik deskriptif yang sudah dijelaskan di atas, banyak perusahaan sampel yang mencantumkan nilai aset takberwujud dan goodwill dengan nilai nominal yang sama atau nol pada beberapa tahun berturut-turut. Hanya 43 dari 116 (37,06%) perusahaan sampel yang nilai aset takberwujud di laporan keuangannya tidak nol dan terlihat meng-update nilainya setiap tahun. Ini mengindikasikan bahwa manajemen dari perusahaan sampel masih banyak yang belum menerapkan perlakuan akuntansi yang sesuai dengan standar. Variabel AS*G adalah variabel interaksi antara sistem akuntansi dengan goodwill. Koefisien hasil regresi untuk variabel AS*G adalah 96,28291 pada Model 2, dan 57,8343 pada Model 3, keduanya signifikan pada level 10%. Hasil ini agak berbeda dengan hasil regresi variabel G pada Model 2 dan Model 3, yang keduanya positif dan signifikan pada level 1% seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Karena signifikansi variabel goodwill menurun setelah berinteraksi dengan variabel AS, dapat dikatakan pengadopsian IFRS mengurangi relevansi nilai dari goodwill. Dengan penjelasan tersebut dan penjelasan sebelumnya di atas, dapat disimpulkan bahwa konvergensi ke IFRS tidak memiliki efek positif terhadap relevansi nilai dari goodwill sebagai bagian dari aset takberwujud, sehingga Hipotesis 8 ditolak. Hasil ini berbeda dengan penemuan Oliveira (2010) yang menemukan adanya peningkatan relevansi nilai dari goodwill akibat pengadopsian IFRS walaupun perubahan sistem akuntansi ke IFRS tidak memiliki dampak pada relevansi nilai dari aset takberwujud
14 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
secara keseluruhan. Penjelasan yang mungkin mendasari hal ini adalah goodwill yang dilaporkan oleh kebanyakan perusahaan yang diteliti sudah lebih dari dua tahun, sehingga mengakibatkan penurunan relevansi nilai dari goodwill. Hal ini sesuai dengan penemuan Bugeja dan Gallery (2006) di Australia yang menemukan bahwa goodwill memiliki hubungan signifikan dan positif ketika nilai goodwill tersebut diakuisisi dua tahun sebelum investor mengambil keputusan. Penjelasan lain yang mungkin mengakibatkan penurunan relevansi nilai dari goodwill setelah pengadopsian prinsip yang mirip dengan IFRS dalam akuntansi goodwill US GAAP dikemukakan oleh Li dan Sloan (2009). Mereka meneliti dampak perubahan sistem akuntansi goodwill US GAAP yang tadinya diamortisasi menjadi tes periodik untuk mendeteksi penurunan nilai. Penelitian di pasar modal Amerika ini menemukan bahwa perlakuan akuntansi yang baru ini menyebabkan jumlah goodwill yang dilaporkan cenderung lebih besar
dari
seharusnya.
Karena
investor
tidak
tahu
sejauh
mana
perusahaan
menggelembungkan nilai goodwill yang dilaporkan di laporan keuangan, goodwill memiliki dampak yang rendah terhadap harga saham. Analisis Tambahan Selain menggunakan pendekatan Al-Hares (2012) dan Oliveira (2010), pada penelitian ini dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui komponen mana yang paling signifikan atau value-relevant dari masing-masing komponen nilai buku dan laba. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai R2 dari Model 1 yang diregresi ulang dengan mengganti variabel nilai buku atau laba dengan variabel D, (E-D), IIA, G, dan (BV-IA) secara bergantian. Untuk memastikan bahwa model yang memiliki nilai R2 lebih tinggi memang signifikan secara statistik, kita akan melihat nilai Prob>F dari masing-masing model yang diregresi. Semakin kecil nilai Prob>F, semakin signifikan model tersebut. Vuong Test juga dilakukan untuk memastikan bahwa salah satu model lebih baik daripada model lainnya. Vuong statistic yang bernilai positif berarti model pertama yang diuji merupakan model yang lebih baik daripada model kedua (Vuong, 1989). Apabila p-value dari Vuong statistic bernilai kurang dari 5%, dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai R2 dari kedua model signifikan secara statistik. Hasil dari Vuong Test dapat dilihat pada lampiran. Nilai R2 pada persamaan-persamaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.5 pada halaman 16. Model valuasi yang terdiri dari nilai buku dan dividen memiliki R2 yang paling tinggi sebesar 0,5968. Model yang terdiri dari nilai buku dan laba ditahan, memiliki R2 sebesar 0,5007. Karena nilai Prob>F dari kedua model sama-sama 0,0000, dapat disimpulkan bahwa
15 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
memang model valuasi dengan dividen memiliki explanatory power yang lebih besar daripada model dengan laba keseluruhan karena memiliki R2 yang lebih tinggi. Tabel 5 Nilai R2 Hasil Regresi untuk Analisis Tambahan Model 1: MVit = α0 + α1 BVit+ α2Eit + εit
Variabel yang Diganti
Persamaan yang Diregresi
Prob>F Adj.R2
Laba (E)
MVit = α0 +α1 BVit+α2Dit + εit MVit = α0 +α1 BVit+α2(E-D)it + εit
0,0000 0,5968 0,0000 0,5007
MVit = α0 +α1 IIAit+ α2Eit + εit Nilai Buku MVit = α0 +α1 (BV-IA)it+α2Eit + (BV) εit MVit = α0 +α1 Git+ α2Eit + εit **Signifikan pada level 5%
0,0000 0,5818 0,0000 0,5608 0,0000 0,5783
Vuong Test 2,8709** in favor of model with D 1,1213 in favor of model with IIA
Vuong test dilakukan untuk menguji mana model yang lebih baik antara model dengan dividen (model pertama) dan model dengan laba ditahan (model kedua). Vuong statistic bernilai 2,8709 dengan
p-value sebesar 0,0041 (lebih kecil dari 5%). Dapat
disimpulkan bahwa model dengan dividen merupakan model yang lebih baik dan beda nilai R2 kedua model secara statistik signifikan. Ini mengkonfirmasi temuan Brief dan Zarowin (1999) bahwa dividen memiliki explanatory power yang lebih besar daripada laba secara keseluruhan. Penjelasan yang mungkin mendasari hal ini adalah pendapat Skinner dan Soltes (2008) yang menyatakan bahwa dividen dibagikan akibat laba yang dianggap permanen. Investor yang belum mempertimbangkan
dividen
dalam
pengambilan
keputusan
disarankan
untuk
memperhitungkan dividen dalam keputusan investasinya, karena dividen terbukti memiliki relevansi nilai. Selain dividen, model valuasi yang terdiri dari nilai buku aset takberwujud teridentifikasi dan laba juga memiliki R2 yang cukup tinggi sebesar 0,5818. Nilai R2 ini lebih tinggi dari model valuasi yang terdiri dari tangible BV dan laba sebesar 0,5608. Nilai Prob>F dari kedua model sama-sama 0,0000. Vuong test dilakukan untuk menguji mana model yang lebih baik antara model dengan aset takberwujud teridentifikasi (model pertama) dan model dengan goodwill (model kedua). Vuong statistic bernilai 1,1213 dengan p-value 0,2622. Dapat disimpulkan bahwa model dengan IIA merupakan model yang lebih baik meskipun perbedaan R2 belum
16 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
signifikan secara statistik. Ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya perusahaan yang melaporkan nilai aset takberwujud (hanya 37,06% dari perusahaan yang nilai aset takberwujudnya tidak nol). Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis relevansi nilai dari data akuntansi, khususnya dividen dan aset takberwujud, serta implikasi dari pengadopsian IFRS dalam PSAK yang baru. Menggunakan data dari perusahaan manufaktur yang listed di BEI tahun 2007-2012, model dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan persamaan valuasi Ohlson (1995) yang digunakan dalam jurnal Oliveira (2010) untuk meneliti relevansi nilai dari aset takberwujud maupun Al-Hares (2012) untuk dividen. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai buku dari ekuitas pemegang saham memiliki relevansi nilai. Hal ini mengkonfirmasi penemuan-penemuan sebelumnya oleh Ohlson (1995), Al-Hares (2012), serta Oliveira (2010) bahwa nilai buku memiliki hubungan positif dengan harga saham di pasar saham yang sedang berkembang. a. Nilai buku aset takberwujud yang dapat diidentifikasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil ini sesuai dengan penemuan oleh Oliveira (2010) dan Dahmash et al. (2009) yang menganalisis relevansi nilai dari jumlah aset takberwujud yang dilaporkan dalam laporan keuangan. b. Nilai buku tangible book value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Meskipun hasil ini agak berbeda adalah hasil regresi dari variabel (BV-IA) pada Oliveira (2010) yang menunjukkan bahwa tangible book value memiliki pengaruh yang tidak signifikan, hasil ini masih sejalan dengan Oliveira (2010) karena efeknya positif terhadap harga saham. c. Nilai buku goodwill yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan memiliki efek positif yang signifikan terhadap harga saham. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian-penelitian sebelumnya (Oliveira, 2010; Dahmash et al., 2009; Bugeja, 2006) mengenai dampak positif dan signifikan dari goodwill terhadap harga saham. d. Pada
analisis
tambahan,
ditemukan
bahwa
variabel
aset
takberwujud
teridentifikasi memiliki relevansi nilai yang paling besar dibandingkan komponen
17 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
laba dan nilai buku lainnya. Hasil ini mengkonfirmasi penemuan Ribeiro dan Tironi (2006). 2. Laba memiliki relevansi nilai. Hal ini mengkonfirmasi penemuan-penemuan sebelumnya oleh Ohlson (1995), Al-Hares (2012), serta Oliveira (2010) bahwa laba memiliki hubungan positif dengan harga saham di pasar saham yang sedang berkembang. a. Dividen memiliki relevansi nilai ketika dipakai untuk menggantikan variabel laba pada model valuasi. Hal ini mengkonfirmasi hasil penelitian oleh Al-Hares (2012) serta Brief dan Zarowin (1999) yang menemukan bahwa ketika dividen digunakan sebagai pengganti variabel laba dalam model valuasi, dividen memiliki pengaruh positif pada harga saham. b. Ketika variabel laba dipecah menjadi dividen serta laba ditahan maka kedua variabel hasil pecahan variabel laba ini menjadi value relevant atau memiliki pengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan. Hal ini mengkonfirmasi hasil penelitian oleh Al-Hares (2012) yang menemukan bahwa ketika komponen laba dalam model valuasi dipecah menjadi dividen dan laba ditahan, kedua variabel hasil pecahan variabel laba ini juga menjadi value relevant. c. Pada analisis tambahan, ditemukan bahwa variabel dividen memiliki relevansi nilai yang paling besar dibandingkan komponen laba ditahan. Hasil ini mengkonfirmasi penemuan-penemuan Brief dan Zarowin (1999). 3. Pengadopsian sistem akuntansi IFRS tidak memiliki dampak positif pada relevansi nilai dari aset takberwujud. Hasil ini mengkonfirmasi Oliveira (2010) yang menemukan perubahan sistem akuntansi ke IFRS tidak memiliki dampak positif pada relevansi nilai dari aset takberwujud secara keseluruhan namun memiliki efek positif pada relevansi nilai goodwill.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Perusahaan sampel yang digunakan hanya terbatas pada 135 perusahaan manufaktur, menyebabkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisir untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI secara keseluruhan. Penelitian ini tidak memasukkan perusahaan yang bergerak selain di industri manufaktur sehingga penelitian ini tidak mencerminkan relevansi nilai dari dividen dan aset takberwujud yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan selain industri tersebut. Model yang digunakan hanya memasukkan variabel-variabel independen yang sudah digunakan pada jurnal acuan. Penelitian ini masih belum menggunakan proxy variabel yang
18 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
lengkap karena keterbatasan waktu dan akses data sehingga masih ada beberapa model yang bisa menggunakan proxy yang lebih lengkap. Penelitian ini hanya menggunakan data akuntansi yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan dalam periode 2007-2012, sehingga hanya dapat menggambarkan efek dari IFRS dalam jangka pendek setelah diadopsi. Ada kemungkinan bahwa efek pengadopsian IFRS belum sempurna dalam periode ini, sehingga dampak negatif dari pengadopsian IFRS terhadap relevansi nilai dari aset takberwujud ini hanya sementara. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih luas dengan periode yang lebih lama untuk mengetahui efek pengadopsian IFRS di tahun-tahun berikutnya. Penelitian dapat dilakukan dengan jenis industri yang lebih luas supaya lebih menggambarkan kondisi pasar secara lebih umum. Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan banyak variabel akuntansi lain yang mungkin belum pernah diteliti untuk memperkaya pengetahuan mengenai pasar modal dan variabel akuntansi yang dapat mempengaruhi harga saham. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dividen memiliki pengaruh positif pada harga saham. Investor dapat menggunakan dividen sebagai proxy atau bagian dari komponen laba perusahaan yang permanen dalam melakukan valuasi saham. Selain dividen, aset takberwujud juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini menunjukkan bahwa goodwill memiliki relevansi nilai yang rendah setelah pengadopsian IFRS. Selain itu, mayoritas perusahaan sampel belum melaporkan goodwill yang tercatat di laporan keuangannya secara benar. Karena itu, regulator disarankan merumuskan peraturan yang dapat memperbaiki perilaku pelaporan goodwill perusahaan. Hasil dari analisis tambahan menunjukkan bahwa dividen memiliki pengaruh positif pada harga saham lebih kuat daripada laba ditahan. Regulator disarankan untuk membuat kebijakan yang dapat mencegah kebijakan pembagian dividen yang memberikan anggapan yang salah mengenai kualitas laba perusahaan. Penelitian ini memberikan insight bagi manajemen dalam pengambilan keputusan pembagian dividen bahwa dividen juga dapat digunakan oleh investor sebagai pendekatan dalam valuasi saham. Oleh karena itu, kebijakan pembagian dividen harus ditentukan dengan hati-hati. Manajemen disarankan untuk melakukan uji atas penurunan nilai untuk aset takberwujud yang dimiliki perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku agar tidak memberikan kesan yang salah bagi investor. Ini penting untuk mempertahankan relevansi nilai dari informasi akuntansi yang terdapat di laporan keuangan.
19 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014
Daftar Referensi Al-Hares, Osama M., AbuGhazaleh, Naser M., Haddad, Ayman E. (2012). Value relevance of earnings, book value, and dividends in an emerging capital market: Kuwait evidence. Global Finance Journal, 23, 221-234. Ball, R., & Brown, P. (1968). An empirical evaluation of accounting income numbers. Journal of Accounting Research, 6, 159–178. Barth, M., Beaver, W. H., & Landsman, W. (2001). The relevance of the value relevance literature for financial accounting standard setting: another view. Journal of Accounting and Economics, 31, 77–104. Bernard, V. L. (1995). The Feltham–Ohlson framework: Implication for empiricists. Contemporary Accounting Research, 11, 733–747. Brief, R., & Zarowin, P. (1999). The value relevance of dividends, book value and earnings. Working paper no. 99-3. New York University Department of Accounting. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=173629. Bugeja, M., & Gallery, N. (2006). Is older goodwill value relevant? Accounting and Finance, 46, 519–535. Canibao, L., Covarsi, M. G. A., Sanchez, M.P. (2004). The value relevance and managerial implications of intangibles: a literature review. Journal of Accounting Literature, 49, 35-45. Dahmash, F., Durand, R., & Watson, J. (2009). The value relevance and reliability of reported goodwill and identifiable intangible assets. British Accounting Review, 41, 120–137. Feltham, G. A., & Ohlson, J. A. (1995). Valuation and clean surplus accounting for operating and financial activities. Contemporary Accounting Research, 11, 689–731. Kothari, S. P., & Zimmerman, J. L. (1995). Price and return models. Journal of Accounting and Economics, 20, 155–192. Lev, B., & Ohlson, J. A. (1982). Market-based empirical research in accounting: A review interpretation and extension. Journal of Accounting Research, 20, 249–322. Lev, B. & Zarowin, P. (1999). The boundaries of financial reporting and how to extend them. Journal of Accounting Research, 37, 353–385. Li, K. K. & Sloan, R. G. (2009). Has goodwill accounting gone bad? Working paper. : Haas School of Business, University of California Berkeley. Modigliani, F., & Miller, M. H. (1959). The cost of capital, corporation finance and the theory of investment. The American Economic Review, 49, 655–669. Morricone, S., Oriani, R., & Sobrero, M. (2009). The value relevance of intangible assets and the mandatory adoption of IFRS. Working paper.: SSRN. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1600725
20 Relevansi nilai…, Stephen Setiawan, FE UI, 2014