REKONTRUKSI DAN REORIENTASI JIHAD DI ERA KONTEMPORER; KAJIAN TEMATIK ATAS AYAT-AYAT JIHAD Ainol Yaqin (STAIN Pamekasan/
[email protected]) Abstrak: Jihad adalah spirit utama dalam membangun perkembangan dan kemajuan Islam. Tanpa semangat jihad, misi agung Islam itu hanya melayang dalam impian. Untuk itu, spirit jihad mesti selalu menyala dalam dada umat Islam dalam situasi dan kondisi apa pun disepanjang masa. Namun penting digarisbawahi bahwa jihad dalam Islam tidaklah diidentikkan dengan peperangan, pertempuran dan ekspedisi militer, tapi jihad memiliki pengertian yang komprehensif. Jihad dalam pengertian spesifik (peperangan) dapat diimplementasikan jika pihak lawan telah menggoncang stabilitas umat Islam dan sebagai alternatif terakhir. Sebaliknya, dalam kondisi kondusif, aman dan tenteram, jihad semacam itu sama sekali tidak dibenarkan Islam. Bahkan Islam mengecam pelaku tindakan anarkis, kekerasan, penganiyaan, teror, pengeboman dan sebagainya sebagai bentuk kejahatan. Karena itu, pemaknaan atas jihad dan implementasinya bisa berubah dan berkembang dengan memperhatikan konteks, tempat dan waktu. Dalam hal ini, jihad yang relevan dengan konteks Indonesia adalah berjihad dalam bentuk menegakkan keadilan, mengentaskan kemiskinan, menghilangkan kebodohan, menumpas kedhaliman, memberantas KKN dan segala bentuk amar ma’ruf nahi munkar. Inilah upaya jihad yang mesti senantiasa diperjuangkan umat Islam Indonesia dalam rangka menjunjung tinggi agama Islam sepanjang masa. Kata Kunci: Al-Qur’an, Tafsir Tematik, Rekontruksi, Reorientasi dan Jihad Kontemporer
Pendahuluan
dan
penuh
hikmah.
Sayangnya,
Islam adalah agama penebar
belakangan ini ada sebagian umat Islam
kedamaian, keadilan dan rahmat bagi
sendiri telah mencoreng wajah Islam
semesta alam. Agama yang dibawa
sehingga ia diklaim oleh masyarakat
Nabi Muhammad SAW ini didakwahkan
dunia internasional sebagai agama yang
melalui cara-cara yang santun, damai
keras, anarkis dan bahkan terorisme.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 10
terus
Qur‟an Al-karim sebanyak empat puluh
disematkan pada diri Islam selama umat
satu kali. Maknanya bermuara pada
Islam tidak mengubah dan membongkar
mengerahkan seluruh daya upaya dan
paradigma dan ideologinya, terutama
kemampuan
mereka
kesulitan
Pengklaiman
tersebut
akan
yang
fundamentalisme,
berhaluan
serta
menanggung
resiko
yang
akan
dan
diakibatkannya. Kata jihad yang berakar
penyebab
dari kata juhd atau jahd menunjukkan
munculnya gerakan terorisme dalam
varian makna, antara lain; kekuatan,
Islam adalah kekeliruan fatal dalam
kemampuan, kesulitan, kepayahan dan
memahami konsep jihad yang muncul
keletihan.1 Berangkat dari pengertian ini
dari
teks-teks
dapat ditarik pemahaman bahwa jihad
literalis
membutuhkan kekuataan, kemampuan
(tekstual) dan melenceng dari nilai-nilai
dan pengorbanan, baik tenaga, pikiran
luhur Islam. Penafsiran yang keliru
maupun harta. Sementara pelaku jihad
terhadap teks-teks suci melahirkan sikap
dinamakan mujahid, yaitu orang yang
eksklusif dan perilaku destruktif serta
mengerahkan
mengakibatkan klaim kebenaran (truth
kemampuannya dengan sukarela dalam
claim)
berkorban, baik berupa jiwa, harta,
ekstrimisme.
radikalisme
dalam
Diantara
interpretasi
agama
secara
yang
terhadap rigid (kaku),
keras,
tertutup,
dan
dogmatis.
seluruh
daya
dan
tenaga, pikiran dan apa pun yang
Kekerasan,
anarkisme
dan
bersangkut
terorisme bukanlah bagian dari ajaran
dengan
totalitas
diri
manusia.
Islam. Sebaliknya, ia melarang keras
Mayoritas
fuqaha`
(Ahli
fiqh)
dan mengancam dengan hukuman yang
dalam literatur kitab-kitab fiqh memberi
berat bagi pelaku kejahatan, kerusakan
pengertian
di muka bumi dalam bentuk apa pun.
yang khusus. Bahasan jihad dalam fiqh
Islam adalah agama yang menyeru umat
diidentikkan
manusia untuk berjihad menegakkan
pertempuran
keadilan,
Kalangan
kesetaraan,
kesejahteraan,
toleransi,
kemashlahatan,
jihad
dengan
dengan dan
pengertian peperangan,
ekspedisi
Hanafiyah
militer.
mendefinisikan
kasih
jihad adalah berupaya dalam mengajak
sayang (rahmat) dan terbebas dari
orang lain untuk memeluk agama yang
kebodohan. Karena itu, konsep jihad
haq
semestinya
segenap
dimaknai
dan
dipahami
Rekonstruksi Pengertian Jihad jihad
dengan
memeranginya jiwa
dan
harta
dengan terhadap
mereka yang tidak mau menerimanya.2
secara benar dan utuh.
Kata
dan
1
Ibnu Mandhûr, Lisân al-‘Arab, Jld. III (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), hal. 164. 2 Ibnu „Âbidîn, Radd al-Mukhtâr, Juz VI (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), hal. 196.
beragam
bentuknya bisa ditemukan dalam AlOKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 11
Berdekatan
dengan
pengertian
ini,
yang berkemampuan dengan memikul
kalangan Syafi‟iyah mengartikan jihad
senjata, meriam, bom dan alat perang
secara istilah sebagai memerangi orang-
lainnya guna melumpuhkan serangan
orang kafir untuk menegakkan agama
pihak lawan di medan tempur. Akan
3
Islam. Sementara itu, Wahbah al-Zuhaili
tetapi, negara Islam atau mayoritas
mendefinisikan
dengan
muslim yang berada dalam kondisi
kemampuan
kondusif, aman, damai, tenteram dan
dengan mengorbankan jiwa, harta dan
tidak mendapat ancaman pihak luar,
lisan
jihad
jihad
mencurahkan untuk 4
segala memerangi
Meskipun
kafir.
mengarahkan
ulama‟
jihad
peperangan,
orang-orang
dalam
tetapi
fiqh
dalam
wujud
kontak
fisik,
pengeboman dan sebagainya tidaklah
konteks
dibenarkan dalam pandangan Islam.
mereka
Jihad dalam Islam disyariatkan
berpandangan prinsipnya jihad dalam
sepanjang masa, sekalipun bentuk, cara
Islam bersifat defensif bukan ofensif.
dan macamnya berbeda-beda sesuai
Dalam
dengan
artian,
diperintah
umat
dalam
Islam
hanya
mempertahankan
tempat,
dikarenakan
jihad
dan
zaman
merupakan
tegak
dan cara yang legal. Mereka dilarang
konteks ini, Indonesia sebagai negara
keras untuk melakukan penyerangan
berpenduduk mayoritas muslim terbesar
terhadap non muslim yang ber-i‟tikad
di dunia memikul tanggung jawab dalam
damai dengan Islam. Karenanya, umat
berjihad untuk mengebarkan bendera
Islam
Islam
mendapat
izin
dalam
ke
kemajuan
seantero
bersabar atas ancaman, penganiayaan
khususnya di bumi nusantara tidak bisa
dan serangan dari orang-orang kafir.
dibenarkan
pengertian
tersebut
masih
era
Menurut
penulis,
gereja,
di
alam.
Dalam
berperang setelah dalam waktu lama
Menurut penulis, jihad dalam
jihad
Islam.
spirit
benteng agama dengan segala upaya
baru
dan
waktu
dengan
tempat
wisata
kontemporer membombardir dan
tempat
dapat
bertamasya para non muslim. Karena
diberlakukan ketika negara berpenduduk
non muslim yang berada di bumi pertiwi
mayoritas Islam dihujani serangan dari
tergolong
kafir
dzimmi
pihak non muslim. Dalam konteks ini,
dihormati
dan
dilindungi.
jihad dalam bentuk kontak fisik sudah
negara kita termasuk kategori dar al-
menjadi kewajiban bagi setiap muslim
salm (negara kondisi damai), kewajiban
yang
mesti
Sekalipun
jihad tetap berada di pundak umat Islam Indonesia. Tentunya, bentuk jihad di sini
3
Kementerian wakaf dan urusan agama, al-Mausû’ah al-Fiqhiyah, Juz XVI (Kuwait: alSalâsil, 1983), hal. 124. 4 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuhu, Juz VI (Beirut: Dâr al-Fikr, 1985), hal. 413.
disesuaikan dengan konteks yang mesti diperjuangkan di negara ini. Berjihad
untuk menegakkan keadilan, OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 12
mengentaskan
kemiskinan,
perusakan,
penganiayaan
dan
menghilangkan kebodohan, menumpas
sebagainya. Tetapi, ia meliputi segala
kezaliman,
bentuk perbuatan yang mengandung
memberantas
KKN
dan
segala bentuk amar ma’ruf nahi munkar.
kebaikan
Inilah upaya jihad yang selalu mesti
maksimal dalam rangka meninggikan
diperjuangkan umat Islam Indonesia
ajaran Islam, menegakkan keadilan dan
dalam rangka menjunjung tinggi agama
kebenaran, menumpas kebathilan dan
Islam sepanjang masa.
melawan
yang
diupayakan
kedhaliman
serta
secara
segala
Dalam terminologis Islam, jihad
bentuk Amar Ma’ruf Nahi Mungkar oleh
bisa didefinisikan sebagai perjuangan
karena itu, semangat jihad harus terus
secara
dalam
menyala dalam dada umat Islam secara
dan
terus-menerus, baik dalam kondisi aman
bersungguh-sungguh
mencurahkan
segenap
potensi
kemampuan yang dimiliki untuk meraih
maupun
tujuan, terutama dalam menghadapi
merupakan urat nadi tegak dan majunya
musuh
menyuarakan
agama Islam. Sebaliknya, bila semangat
kebenaran, menebarkan kebaikan dan
jihad telah meredup dari jiwa umat
maupun
untuk
5
situasi
perang,
karena
ia
keluhuran. Oleh karena itu, tidak semua
Islam, maka gairah dalam meraih hidup
kata jihad yang termaktub dalam Al-
yang lebih baik dan maju akan merosot.
Qur‟an diarahkan dalam arti berperang
Hal
di jalan Allah. Sebab didapati sejumlah
kemunduran dan ketertinggalan umat
kata jihad dalam ayat-ayat Al-Qur‟an
Islam itu sendiri.
ini
akan
berdampak
pada
yang menunjukkan makna bersungguhsungguh
untuk
memperoleh
tujuan
Ayat-ayat Jihad
secara mutlak. Pengertian jihad yang bersifat umum ini dapat
Surah al-Baqarah Ayat 218
ditemukan َّ إِنَّ الَّذٌِنَ آ َم ُنوا َوالَّذٌِنَ هَاجَ رُوا وَ جَ ا َه ُدوا فًِ س َِبٌ ِل ك َ َِّللاِ أُولَئ َّ َّللا َو َّللا ُ َغفُو ٌر رَ حٌِ ٌم ِ َّ ٌَرْ ُجونَ رَ حْ َم َة
dalam 39 ayat, diantaranya dalam surah Al-Nahl ayat 110, Al-Nur ayat 53, AlFurqan ayat 52 dan Al-Fatir ayat 43.
Kata هَاجَ رُواmerupakan bentuk fi‟il
Mayoritas kata jihad yang tertera pada
madhi yang terambil dari kata الهجر.
pengertian umum. Dalam pengertian,
Bentuk mashdarnya adalah المهاجرةyang
makna jihad bersifat general tidak hanya
mengandung arti meninggalkan tanah
tersekat
air dan keluarga. Kata َوجَ ا َه ُدواmerupakan bentuk
dalam
Al-Qur‟an
pertempuran,
pada
mengarah
peperangan,
penumpahan
darah,
fi‟il madhi yang terambil dari kata الجهد. Bentuk mashdarnya adalah المجاهدةyang
5
Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr alManâr, Juz VI (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1999), hal. 307.
memiliki arti masyakkat (kesukaran, OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 13
kesulitan, kemelaratan). Menurut Rasyid
Surah al-Ma`idah Ayat 35
Ridha berjihad tidaklah terbatas pada َّ ٌَا أَ ٌُّهَا الَّذٌِنَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا َّللاَ َوا ْب َت ُغوا إِلَ ٌْ ِه ا ْلوَ سِ ٌلَ َة وَ جَ ا ِه ُدوا َفًِ س َِبٌلِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحون
berperang di medan tempur.6 Setelah
Allah
menjelaskan
keadaan kaum musyrikin dan hukum bagi murtaddin kemudian menerangkan
Kata ا ْل َوسِ ٌلَ َةberarti setiap sesuatu
balasan baik bagi kaum mukminin yang
yang bisa dijadikan instrumen dalam
berhijrah dan para mujahid. Ayat di atas
mewujudkan apa yang diimpikan. Kata ا ْل َوسِ ٌلَ َةjuga dapat diartikan dengan tempat
mengabarkan senantiasa
kriteria
manusia
mengharap
dan
yang
menuju
tertinggi
di
surga,
yaitu
tempat
ridha Allah, yaitu orang-orang yang
Rasulullah SAW. Di surga yang letaknya
beriman dengan keimanan yang benar,
berdekatan dengan „Arsy.8
berhijrah, yakni meninggalkan tanah air
Al-Raghib
menyatakan
ا ْل َوسِ ٌلَ َة
dan keluarganya bersama Rasulullah
adalah melakukan suatu perantara yang
atau
mengantarkan pada sesuatu dengan
berhijrah
kebenaran
dan
dengan
menegakkan
meninggikan
agama
permohonan secara sungguh-sungguh.
Allah agar memperoleh yang baik dan
Hakikat washilah menuju Allah adalah
lebih baik, dan berjihad, yakni berjuang
dengan memelihara jalan menuju Allah
tanpa batas akhir dengan mengerahkan
melalui
segenap yang dipunyai hingga tercapai
melaksanakan
ilmu,
beribadah
dan
syari‟at
apa yang diperjuangkan, baik dengan
Islam. Sedangkan dalam lisan al-„Arab, ا ْل َوسِ ٌلَ َة
sepenuh jiwa, harta atau apapun yang
diartikan sesuatu yang bisa dijadikan
dimilikimya dalam melawan orang-orang
sarana pada sesuatu lain dan pendekat
kafir yang memusuhi Islam. Perjuangan
padanya.9 Kata فًِ سَبٌِلِ ِهadalah jalan yang
dan pengorbanan yang mereka lakukan dilandasi
niat
yang
dalam
menuju
Allah,
kebajikan. Sebab itu, maka segala daya
pantas
upaya yang dikerahkan manusia yang
diberikan apa yang mereka harapkan,
dilakukan dengan tujuan menyuarakan,
yakni
menegakkan dan membela kebenaran,
memperjuangkannya sehingga
mereka
mengapai
luhur di
jalan
sangatlah
keberuntungan
dan
7
kebahagiaan.
kebajikan
kebenaran,
bisa
kebaikan
dinamakan
dan
jihad
6
Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr alManâr, Juz II, h. 320; Ahmad Mushthafâ alMarâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz II (Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-„Arabî, t.t), hal. 131. 7 Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr alManâr, Juz II, h. 320; Ahmad Mushthafâ alMarâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz II, hal. 137.
8
Isma`îl ibn „Umr ibn Katsîr, Tafsîr alQur’ân al-‘Adhîm, Jld III(Riyadh: Dâr Thayyibah, 1999), hal. 103. 9 Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsir alManar, Jld VI, hal. 369.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 14
fîsabîlillah.10 Dengan demikian, jihad
menginterpretasi
fîsabîlillah
sebagai
beragam cara yang dapat digunakan
berjihad dengan segala sarana yang
untuk mendekatkan diri kepada ridha
bertujuan untuk merengkuh ridha Allah
Allah. Namun, menurutnya yang perlu
dalam
diperhatikan
bisa
dipahami
rangka
mengesakan-Nya,
bahwa
cara
terbentang
tersebut
haruslah
membumikan rasa aman, kasih sayang
sejalan dengan tuntunan Al-Qur‟an dan
pada makhluk-Nya dan menciptakan
al-Sunnah.
keadilan sosial di pentas dunia. Ayat
ini
Muhammad Rasyîd Ridhâ dan
berkenaan
dengan
Mushthafâ al-Marâghî menginterpretasi
ajakan yang diperuntukkan pada orang-
ayat ini dengan perintah berjuang dalam
orang yang baru mendapatkan secercah
menahan dan mengekang hawa nafsu
pancaran cahaya iman yang menerangi
guna mengerahkannya pada jalan yang
hatinya
senantiasa
benar menurut tuntunan syara‟. Begitu
meredup
pula, bernilai jihad dengan berbuat dan
dengan bertakwa kepada Allah swt.
menegakkan keadilan terhadap sesama
Keimanan
manusia meskipun berlainan agama
untuk
memeliharanya itu
agar
tidak
terus
terjaga
dan
meningkat dengan cara melaksanakan
serta
segala
menciptakan suasana damai, tenteram,
perintah-Nya
dan
menjauhi
berupaya
sungguh-sungguh
larangan-Nya.
Disamping
itu,
ayat
harmonis dalam seluruh lini kehidupan
tersebut
memerintahkan
umat
umat manusia. Disamping itu, ayat di
juga
manusia dalam berkomitmen mencari
atas
cara dan jalan yang benar guna meraih
menghadapi musuh-musuh Islam yang
ridha-Nya
dengan
melawan
melakukan
amal
menaati
dan
perbuatan
yang
juga
Islam.
perintah dan
berjuang
mengganggu
Sangat
penting
dalam dakwah
diperhatikan
diridhai-Nya dalam rangka mendekatkan
bahwa titah perintah jihad ditujukan
diri kepada-Nya. Begitu pula, berisi
pada mereka yang mengganggu dan
perintah berjihad di jalan Allah, yakni
membuat mudharat/bahaya pada umat
dengan
Islam
mencurahkan
segenap
kemampuan lahir maupun bathin untuk menegakkan
nilai-nilai
dalam
dakwahnya.
menyebarkan
Sementara
ajaran-Nya,
misi
11
itu,
ulama‟
termasuk objek jihad adalah melawan
menjadikan ayat ini sebagai landasan
hawa
dalil
nafsu
supaya
memperoleh
keberuntungan dunia maupun akhirat. Dalam
ranah
ini,
Ibnu
dalam
kebolehan
bertawasul
(mendekatkan diri kepada Allah dengan
Abbâs 11
Muhammad Husain al-Thaba`thaba‟î, al-Mîzan fî Tafsîr al-Qur’ân, Jld V (Beirut: Mu`assis al-„Alamî, 1991), h. 335;Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr, Jld VI, h. 307; alMarâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. II, hal. 109.
10
Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsir alManâr, Jld VI, h. 370; al-Marâghî, Tafsîr alMarâghî, Jld. II, hal. 109.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 15
menyebut nama Nabi SAW. Dan para
mengimani alam ghaib, seperti malaikat,
wali). Hal ini dilakukan dengan penuh
hari kebangkitan dan balasan. Selain itu,
harap do‟a yang dipanjatkan dapat
mempercayai
diijabah Allah swt. Akan tetapi, bila
diwahyukan yang memuat ajaran-ajaran
dalam berdo‟a percaya bahwa sang wali
akidah, ibadah, adab, syari‟ah, hukum
memberinya apa yang diminta sekalipun
siyasah (politik Islam) dan madaniyah
tidak diizinkan Allah atau apa yang tidak
(perdata Islam).13
kitab-kitab
yang
pantas diperolehnya, maka perbuatan
Yang dimaksud jihad dengan
semacam ini dilarang syara‟. Sebaliknya,
harta pada ayat ini terdapat dua bentuk,
jika ia memohon kepada Allah dengan
yaitu 1) Îjâbî, yakni menafkahkan harta
didasari pada kecintaan pada orang
untuk
yang diyakini lebih dekat kepadaNya,
membutuhkannya, dipergunakan biaya
dan percaya bahwa Allah semata yang
hijrah
dapat
mengabulkan
do‟a,
maka
menolong dan
dalam
agama Allah.
12
permohonan seperti dibenarkan syara‟.
orang-orang rangka
Dan 2)
yang
membela
Salbî, yakni
kelapangan hati mujahid pada harta yang
Surah al-Anfal Ayat 72
ia
halamannya
tinggalkan
di
ketika
keluar
kampung menuju
medan jihadnya. Demikian halnya, jihad ًِإِنَّ الَّذٌِنَ آ َم ُنوا َوهَاجَ رُوا وَ جَ ا َه ُدوا ِبأ َ ْم َوال ِِه ْم َوأَ ْنفُسِ ِه ْم ف َّ ٌل …َِّللا ِ س َِب
dengan jiwa ada dua bentuk, yaitu 1) Memerangi gagah
Kaum mukminin pada masa Nabi
musuh-musuh
berani
dan
tidak
dengan terbersit
sedikitpun rasa takut dalam dadanya
SAW. terpetakan pada empat macam,
sekalipun
yaitu: 1) Orang-orang yang berhijrah
dihadapinya berjumlah lebih banyak,
sebelum terjadi perang Badar, 2) Kaum
dan 2) Berjihad dalam memikul kesulitan
Anshar yang berdomisili di Madinah dan
yang bertumpuk dan ancaman-ancaman
melindungi
yang datang dari pihak lawan.14
Nabi
SAW.,
3)
Kaum
jumlah
lawan
yang
mukminin yang tidak ikut berhijrah, dan 4) Orang-orang mukmin yang berhijrah sesudah
perdamaian
Surah al-Taubah ayat 19
Hudaibiyah.
Golongan yang termulia adalah yang pertama, mereka mengimani setiap yang disampaikan Nabi SAW. yang berisi ajaran tauhid, menyucikan Allah dan
13
Muhammad Rasyîd Ridhâ, Manâr, Jld X, hal. 122; al-Marâghî, Marâghî, Jld. X, hal. 41. 14 Muhammad Rasyîd Ridhâ, Manâr, Jld X, hal. 122; al-Marâghî, Marâghî, Jld. X, hal. 42.
meyakini sifat-sifat-Nya. Mereka juga 12
Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr alManâr, Jld VI, hal. 372.
Tafsîr alTafsîr alTafsîr alTafsîr al-
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 16
َّ ِج ِد ا ْلحَ رَ ام َك َمنْ آمَنَ ب ِاَّلل ِ ْأَجَ َع ْل ُت ْم سِ َقا ٌَ َة ا ْلحَ ا ِّج َو ِعمَارَ َة ا ْل َمس ِ َّ ََّللاِ و َّ َّللاِ ال ٌَسْ َتوُ ونَ ِع ْن َد َّ َوا ْلٌ َْوم اآلخ ِِر َوجَ ا َه َد فًِ س َِبٌ ِل ُ َّللا ِ َّ ال ٌَ ْهدِي ا ْل َق ْو َم َالظالِمٌِن
Sebelum ayat ini membicarakan tentang
perbedaan
menyangkut
beberapa
sebab
turun
riwayat
masjid
al-Haram.
Kemudian Allah menegaskan bahwa
ini,
keduanya tidaklah sama; orang-orang
diantaranya adalah sebuah riwayat yang
yang memiliki tugas memberi minuman
dirawikan oleh Muslim dan Abû Daud
kepada orang-orang yang mengerjakan
dari sahabat Nabi SAW. al-Nu‟mân Ibnu
ibadah
Basyîr bahwa pada suatu hari (hari
memakmurkan masjid al-Haram yang
jum‟at) ia duduk dekat mimbar Nabi
tidak terbersit keimanan kepada Allah,
bersama
dengan
haji
dan
diantara
mereka
kepada Allah dan hari akhir serta
menyatakan: “Saya tidak peduli bila
berjihad di jalan Allah. Secara jelas disini
tidak
pekerjaan
Allah membedakan keduanya karena
setelah memeluk Islam kecuali bila tidak
orang-orang musyrik mempersekutukan
memberi minum
Allah, dan selalu melanggar perintahNya
mengerjakan
sahabat
jamaah haji.”
lainnya
memakmurkan Sahabat
lain
satu
berkata: Masjid
juga
Dan
“bahkan
serta
al-Haram.”
angkat
yang
bertugas
sahabat.
seorang
orang-orang
yang
orang
Salah
beberapa
ayat
kaum
musyrikin dan kaum mukminin dalam hal memakmurkan
Terdapat
antara
mengerjakan
beriman
laranganNya.
Sedangkan orang-orang mukmin secara
bicara:
tulus ikhlas dalam berjihad di jalan Allah dalam mencapai ridhaNya.16
“Bahkan berjihad di jalan Allah, lebih baik dari apa yang kalian lakukan.” Kemudian,
sahabat
Umar
yang
Surah al-Taubah Ayat 20
mendengar percakapan mereka secara tegas
menegurnya
setelah
usai
menghampiri
dan
َّللا بِأ َ ْم َوال ِِه ْم ِ َّ ٌل ِ ِالَّذٌِنَ آ َم ُنوا َوهَاجَ رُوا َوجَ ا َه ُدوا فًِ سَب َك ُه ُم ا ْل َفائِ ُزون َ َِّللا َوأُولَئ ِ َّ َوأَ ْنفُسِ ِه ْم أَعْ َظ ُم دَرَ جَ ًة ِع ْن َد
menjanjikan
shalat
Jum‟at
akan
baginda
Nabi
untuk
menanyakan langsung kepada beliau.
Pada
Dalam waktu tidak begitu lama, setelah
ditegaskan bahwa kaum musyrikin dan
usai
mukminin
shalat
turunlah
ayat
ini
memaparkan titik perbedaan pendapat
ayat
sebelumnya
tidaklah
sama,
sudah di
sini
dipertegas kembali mengenai siapakah
15
tersebut.
yang paling mulia. Ayat ini secara jelas 16
Ibrahîm bin „Umr al-Biqâ‟î, Nazdmu alDurar fî Tanâsub al-Âyât wa as-Suwar, Juz III (Kairo: Dâr al-Kitab al-Islami, t.t ), hal. 416; Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr, Jld X, hal. 264; al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. X. hal. 77.
15
Isma`îl ibn ‘Umr ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adhîm, Jld IV, hal. 122; Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr, Jld X, hal. 258; alMarâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. X, hal. 77.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 17
menerangkan bahwa orang-orang yang
lisan, jihad dengan tangan dan jihad
beriman dengan iman yang benar serta
menghunuskan pedang serta alat-alat
membuktikan
perang lainnya dalam meluluhlantakkan
melakukan
iman
mereka
perintah
dan
dengan menjauhi
musuh. Kata الغلظةberarti kasar dan keras
larangan Allah dan Rasul-Nya. Mereka lebih
agung
derajatnya
kedudukannya
dan
dalam
dalam berbuat. 18
tinggi
tingkatan
Ayat di atas menyeru pada Nabi
kesempurnaan dan keutamaan, serta
Muhammad
lebih banyak pahala yang diperolehnya
dengan beragam cara yang relevan
daripada orang-orang yang bertugas
lantaran
memberi
diacuhkan dan dilecehkan oleh orang-
minum
jama‟ah
haji
dan
SAW.
ajakan
dan
tuntunannya
orang
itu, mereka berhijrah dari Mekah ke
diperintahkan untuk melawan orang-
Madinah serta berjihad di jalan Allah
orang
dengan mengorbankan harta benda dan
menderang menolak dakwah Nabi SAW
diri mereka. Karena perjuangan dan
dan berjihad juga guna meruntuhkan
pengorbanannya derajat mereka lebih
topeng kepalsuan orang-orang munafik
mulia dihadapan Allah daripada orang-
yang menyelipkan dalam hati mereka
orang yang tidak melakukan perbuatan
kekufuran atau punya maksud buruk
mulia tersebut.
dan
berjihad
memakmurkan masjid al-haram. Selain
17
kafir
dalam
kafir
munafik.
yang
Beliau
secara
terang
pada baginda Nabi dan agama Islam. Akan
Surah al-Taubah Ayat 73
tetapi,
dalam
Allah
berjihad
menggarisbawahi
haruslah
dilakukan
melalui cara relevan dengan tuntunan ْ ٌَا أَ ٌُّهَا ال َّن ِبًُّ جَ ا ِه ِد ا ْل ُك َّفارَ َوا ْل ُم َنا ِفقٌِنَ َو اغل ُ ْظ َعلٌَ ِْه ْم َومَأْ َوا ُه ْم جَ َه َّن ُم َوبِ ْئسَ ا ْلمَصِ ٌ ُر
Al-Qur‟an. Allah juga mengingatkan pada Nabi SAW. untuk bersikap keras kepada
Kata الجهادdan المجاهدةberarti mencurahkan
segenap
daya
mereka karena kepribadian beliau yang
upaya
lemahlembut
agar
dalam melawan musuh. Jihad ada tiga
penghalang
sehingga
macam, yaitu a) Berjihad melawan
bersikap
musuh yang nyata, b) Berjihad melawan
yang
syaithan, dan c) Berjihad menundukkan
agama ternodai. Perintah bersikap keras
hawa nafsu. Sementara alat dalam
bagi Nabi SAW., terhadap orang-orang
berjihad dapat berbentuk menegakkan
munafik dikarenakan perangai mereka
hujjah dan dalil dengan menggunakan
bersebrangan dengan perangai orang-
17
18
Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. X, hal. 78.
tegas
dapat
tidak
menjadi
tidak
mampu
menghadapi
mereka
berdampak
keagungan
Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. X, hal. 162.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 18
orang
mukmin.
beliau
keletihan,
lemah
sebagainya. Kesemua kata jihad yang
lembut terhadap orang-orang mukmin,
termaktub dalam Al-Qur‟an berjumlah
tidak berkata-kata kotor, kasar apalagi
sekitar empat puluh kali dalam berbagai
bersikap keras dan berhati baja. Namun,
bentuknya, pada prinsipnya bermuara
beliau
diperintahkan
Padahal
untuk
dianjurkan
terhadap
bersikap
kesukaran,
kesulitan
dan
berlapang
dada
pada pengertian mencurahkan segenap
mereka.
Para
kemampuan
kesalahan
atau
bersedia
mufassir bervariasi pandangan dalam
pengorbanan.
memahami perintah jihad dalam ayat ini.
dinamakan mujahid, yakni orang yang
Ada yang menafsiri dalam pengertian,
mencurahkan segenap kemampuan dan
berjihadlah
menggunakan
rela berkorban dengan nyawa, tenaga,
senjata dalam melawan orang-orang
pikiran, harta benda dan segala apa pun
kafir
dalam
yang dimilikinya. Mujahid dapat pula
menghadapi orang munafik serta tidak
mengandung pengertian orang yang
bersikap
berupaya
dan
dengan dengan
lidah
kelemahlembutan
pada
Orang
yang
memikul berjihad
sungguh-sungguh
dalam
mereka. Ada juga yang mengemukakan
menundukkan nafsunya demi menaati
bahwa perintah berjihad terhadap orang
Allah.20
munafik dengan tangan atau lidah dan
Perintah jihad pada ayat di atas
setidak-tidaknya menampakkan wajah
diperuntukkan
masam terhadap mereka. Sedangkan
segenap kemampuan secara totalitas
berjihad
pada
pada
orang
kafir
dengan
jalan
dalam Allah.
mengerahkan Berjihad
harus
pedang. Apa pula yang menyatakan
dilakukan dengan kesungguhan untuk
bahwa jihad melawan orang munafik
menegakkan kalimat Allah, menumpas
dengan menjatuhkan sanksi hukum atas
musuh dan menundukkan hawa nafsu
dosa dan perbuatan keji mereka.
19
sehingga tetap berada dalam garis-garis ketaatan. Hal itu selayaknya dilakukan
Surah al-Hajj ayat 78
kalian
sebagai
bentuk
mensyukuri
limpahan nikmat dengan memilihnya ًِجهَا ِد ِه ه َُو اجْ َتبَا ُك ْم َومَا جَ َع َل َعلَ ٌْ ُك ْم ف ِ َّ ًَِوجَ ا ِه ُدوا ف ِ َّللا حَ َّق …ٌن مِنْ حَ رَ ٍج ِملَّ َة أَ ِبٌ ُك ْم إِ ْبرَ اهٌِ َم ِ ال ِّد
sebagai umat pertengahan (moderat), dan
memuliakan,
mengistimewakan
kalian dengan Rasul yang paling mulia Kata جهَا ِد ِ berakar dari kata الجهد yang mengandung beragam makna, diantaranya:
upaya,
dan syari‟at yang paling sempurna. Allah
kesungguhan, 20
Jalâluddin as-Suyûthi, ad-Durru alMantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma`tsûr, Jld. X (Kairo: Markaz Hajr li al-Buhûts wa ad-Dirâsah alIslâmiah, t.t ), hal. 546.
19
Isma`îl ibn „Umr ibn Katsîr, Tafsîr alQur’ân al-‘Adhîm, Jld IV, hal. 178; Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr, Jld X, hal. 636.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 19
juga memberikan beberapa kemudahan
keilmiahan 22
Qur‟an.
dalam menjalani ajaran agama Islam. Dalam pengertian, Allah tidak mensyari‟at
hukum
Islam
dan
keagungan
isi
Al-
Ayat ini juga mengisyaratkan
untuk menyuarakan kebenaran dalam
yang
menekuk
orang-orang
yang
berbuat
menyebabkan kesulitan dan kesukaran
kedhaliman di muka bumi, sebagaimana
bagi
dalam
ditekankan dalam sabda Nabi: Jihad
justru
yang paling utama adalah menyuarakan
memberikan kemudahan di setiap kasus
keadilan pada pemimpin yang dhalim
yang
(bertindak tidak adil).
umat
Islam
mengamalkannya,
tetapi
menyukarkan
melaksanakannya.
Oleh
dalam karena
itu,
Ayat
di atas menitiktekankan
berpegang teguhlah pada tali agama
urgensi menyebarkan dakwah Islam
Islam,
tidak
melalui pendekatan ilmiah dan dialogis.
menetapkan kesulitan sedikitpun pada
Kandungan ayat ini sangat relevan
agama
yang
dalam penyebaran dakwah Islam di era
dimuliakan dan diagungkan oleh seluruh
sekarang, karena saat ini merupakan
pemeluk agama samawi (agama yang
zaman teknologi informatika sehingga
bersumber pada wahyu). Nabi yang
senjata yang handal dalam mensyi‟arkan
menyerukan
agama Islam ke seluruh penjuru dunia
sebagaimana nabi
Ibrahim.
akidah
Dia Nabi
tauhid
pada
umatnya dan melunturkan penyembalan
dengan
21
berhala.
memanfaatkan
kecanggihan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memahamkan ajaran Islam yang luhur
Surah al-Furqan Ayat 52
pada nonmuslim dengan mematahkan persepsi
جهَا ًدا َك ِبٌرً ا ِ َفال ُتطِ ِع ا ْل َكاف ِِرٌنَ وَ جَ اه ِْد ُه ْم ِب ِه
dan
mereka
meluruskan
terhadap
Islam
penilaian
yang
pada
pripsipnya tuduhan mereka sama sekali Perintah jihad pada ayat di ayat
tidak sejalan dengan nilai-nilai ajaran
bukanlah dalam bentuk kontak fisik
Islam yang telah digariskan dalam Al-
dengan mengangkat senjata, melainkan
Qur‟an
dimaksudkan berjihad melalui pesan-
serangan
pesan
menyebarkan fitnah dan menghinakan
kandungan
Al-Qur‟an.
Allah
dan
al-sunnah. musuh
Menghadapi
Islam
yang
memerintahkan pada Nabi Muhammad 22
Muhammad Haqqî al-Busûwî, Tafsîr Ruh al-Bayân, Jld VI (Beirut: Dâr Ihya` al-Turâst al-„Arabi, 1989), h. 227. Lihat juga Muhammad alAlûsî, Ruh al-Ma’ânî, Jld VII (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, t.t), hal. 26; Abu Bakar al-Suyûthî, adDurru al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma`tsûr, Jld V, hal. 135; Isma`îl ibn „Umr ibn Katsîr, Tafsîr alQur‟ân al-„Adhîm, Jld. VI, hal. 116; Ibrahîm bin „Umr al-Biqâ‟î, Nazdmu al-Durar fî Tanâsub alÂyât wa as-Suwar, Jld. XIII, hsl. 405.
SAW. dalam menghadapi orang-orang kafir dengan menguraikan keotentikan,
21
al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. XVII, hal. 149; Ibrahîm bin „Umr al-Biqâ‟î, Nazdmu alDurar fî Tanâsub al-Âyât wa as-Suwar, Juz XIII, hal. 101.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 20
ajaran Islam jauh lebih tinggi derajatnya
nonmuslim
daripada berjuang dengan mengangkat
Seperti Mus‟ab Ibn Musayyab masuk
senjata.
Sebab,
Islam lantaran getaran sir (rahasia) Al-
nampak
jelas
sedangkan bersifat
lawan
bersenjata
agama
Islam.
hadapan
mata,
Qur‟an, Abu Jahal yang amat membenci
intelektual
Islam
Islam dan sangat memusuhi Nabi SAW.
mengakibatkan
akhirnya meluluh dan melunak hatinya
di
samar
bahaya
musuh
menganut
yang
terhadap
Islam
serta tidak meneruskan misi buruknya
dikarenakan bisa memecahbelah umat
lantaran mendengan lantunan ayat Al-
Islam
Qur‟an. Begitu pula, sahabat Umar yang
dan
agama
meruntuhkan
sendi-sendi
agama Islam.
berpengai keras, berhati batu menjadi
Ayat ini juga menjadi bukti bahwa
tidak berdaya dan bertekuk tutut di
jihad tidah identik dengan mengangkat
hadapan Al-Qur‟an.
senjata. Ayat ini turun sewaktu Nabi
Lebih
lanjut,
ayat
ini
masih berada di Mekkah dalam situasi
menyarankan pada umat Islam agar
umat Islam masih minoritas, belum
tidak
memiliki kekuatan dari aspek finansial.
menghadapi
Akan tetapi, beliau tetap diperintahkan
nonmuslim sehingga mereka tunduk dan
berjihad, dalam arti mengerahkan segala
menerima kebenaran dan keagungan Al-
kemampuan
menghadapi
Qur‟an. Selain itu, untuk membuka mata
ancaman dan gangguan orang-orang
hati mereka (nonmuslim) dapat juga
kafir dengan pendekatan untaian kata-
dengan mengajaknya dalam merenungi
kata bijak yang menyentuh relung hati
ayat-ayat
dan
eksistensi,
dalam
nalar
logika
ilmiah,
bukanlah
merasa
letih, hujatan
payah
dalam
dan
ejekan
kauniyah keesaan
(tanda-tanda dan
kekuasaan
dengan senjata yang bisa melukai fisik
Allah yang terbentang di alam semesta),
atau bahkan menelan banyak korban
yaitu
jiwa. Dengan demikian, perintah jihad
mentadabburi
pada ayat tersebut bukan perintah untuk
tumbuhan-tumbuhan, perubahan malam
berperang.
berjihad
siang, yang pada akhirnya dimungkinkan
menghadapi orang-orang kafir melalui
bisa menyingkap mata hati mereka.
penyampaian
Al-
Demikianlah pandangan para mufassir
dan
terhadap ayat di atas, seperti al-Qâsî,
Qur‟an
Tetapi pesan
dengan
argumentasi
perintah
kandungan
nalar
yang
logika
logis
sehingga
dengan
Mushthafâ
menimbulkan daya tarik pada mereka
Hawwâ.
memikirkan
alam,
dan
bintang-bintang,
al-Marâghî
dan
Sa‟îd
23
dalam mengetahui dan memeluk agama 23
Muhammad Jamâluddîn al-Qâsî, Mahâsin al-Ta`wîl, Jld VII (Beirut: Dâr al-Kutub alIlmiah, 1997), hal. 432; Sulaimân Ibn „Umar, alFutûhât al-Ilâhiyah, Jld. III (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994), hal. 364; Sa‟îd Hawwa, al-`Asâs fî al-
Islam. Strategi dakwah Islam semacam ini terbukti membuahkan hasil yang
cemerlang dengan masuknya sebagian OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 21
pahala kebaikan mencapai tujuh ratus Surat al-Ankabut Ayat 6
kali lipat, membalas amal buruk dengan hukuman
ََن ا ْلعَالَمٌِن َ َّ ََّو َمنْ جَ ا َه َد َفإِ َّنمَا ٌُجَ ا ِه ُد لِ َن ْفسِ ِه إِن ِ َّللا لَ َغنًٌِّ ع
yang
setimpal 25
mengampuninya.
atau
pun
Disamping itu, Allah
swt menyarankan pada para mujahid Kata جَ ا َه َدberarti mengerahkan
agar
tidak
memupuskan
niat
dan
segala kemampuan dalam berjihad di
menghentikan langkahnya di tengah
medan perang atau berjihad melawan
jalan untuk menuntut imbalan. Sebab,
24
nafsu.
Dia Maha Kaya dan pasti menepati janji-
Ayat
sebelumnya
Nya.26
membahas
tentang janji baik kepada yang taat dalam
memotivasi
untuk
Arti jihad dalam ayat ini bukanlah
senantiasa
dimaksudkan
mengangkat
beramal shaleh. Untuk mempertegas hal
sebab
itu, ayat ini menyatakan bahwa siapa
mengangkat senjata di medan perang
pun yang berjihad, yakni mengerahkan
diizinkan setelah Nabi SAW. berhijrah ke
segala kemampuan untuk melakukan
Madinah.
amal shaleh sehingga ia berkomitmen
diwahyukan sewaktu Nabi SAW belum
dalam
berhijrah. al-Biqâ‟î memaknai kata jihad
berlomba
kebajikan. manfaat
Sebab, dan
melaksanakan pada
perintah
senjata,
perang
Sementara
dengan
ayat
ini
hakikatnya
pada ayat ini berarti mujâhadah, yang
jihadnya
mempunyai arti “upaya kuat dalam
kebaikan
berpulang pada dirinya sendiri. Secuil
melawan
pun upaya dan aktivitas jihadnya tidak
nafsu.”. Oleh karena itu, obyek jihad
berdampak manfaat atau dibutuhkan
pada ayat tersebut tidak disebut, dan
Allah
dikarenakan
swt.
Sekalipun
Dia
tidak
dan
menundukkan
hal
itulah
hawa
maka
yang
membutuhkan pada seluruh makhluk,
disebut memperoleh manfaatnya adalah
namun
kata nafs lantaran nafsu yang menjadi
karena
kebaikan-Nya dengan
kasih
sayang
memberikan
dan
balasan
sebaik-baiknya pada
biang
orang-
pendorong
kepada
lembah
kemaksiatan dan kemunkaran.
orang yang beriman dan beramal shalih, yaitu berupa menghapus seburuk-buruk
Surah al-Ankabut Ayat 69
perbuatan yang mereka pernah perbuat, menerima berjumlah
amal
kebajikan
sedikit,
ََّللا لَمَعَ ا ْلمُحْ سِ نٌِن َ َّ ََّوالَّذٌِنَ جَ ا َه ُدوا فٌِ َنا لَ َن ْه ِد ٌَ َّن ُه ْم ُس ُبلَ َنا َوإِن
meskipun
melipatgandakan 25
Isma`îl ibn „Umr ibn Katsîr, Tafsîr alQur’ân al-‘Adhîm, Jld VI, 264; al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz XX, hal. 115. 26 Ibrahîm bin „Umr al-Biqâ‟î, Nazdmu alDurar fî Tanâsub al-Âyât wa as-Suwar, Jld. XIV, hal. 393.
Tafsîr, Jld. VII (Kairo: Dâr al-Salâm, 2003), hal. 3871. 24 Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz XX, hal. 114.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 22
jihad terakbar adalah berjihad melawan سبل
Kata
merupakan
bentuk
hawa nafsu dalam rangka menaati Allah.27
jamak dari kata سبٌلyang berarti jalan. Kata سبٌلbila disandarkan pada kata
Dari sini dapat dimengerti jihad
Allah, seperti sabîlillah (jalan Allah)
memiliki beragam bentuk dan buahnya.
maka
Jihad
mengindikasikan
jalan-jalan
bisa
mengandung
pengertian
ketaatan, kebaikan, ibadah dan segala
melawan orang-orang kafir, munafiq,
bentuk amal yang mengantarkan pada
syaitan, hawa nafsu dan sabagainya.
ridha
demikian,
Begitu pula, ia bisa mencakup segala
bersedekah adalah sabîlillah, berhaji,
aktivitas kebajikan, seperti menuntut
berumrah, berzakat, berpuasa, menuntut
ilmu
ilmu dan segala amal baik termasuk
menyuarakan keadilan, kesejahteraan
kategori sabîlillah.
dan menegakkannya, menciptakan rasa
Allah.
Dengan
Ayat ini berisi pujian pada orang-
dan
aman,
menyebarkannya,
kasih
sayang
dan
orang mukmin dan menjanjikan jalan
menebarkannya, melawan kebathilan,
kemudahan
pada
penganiayaan sampai ke akar-akarnya
mereka. Para mujahid dengan sepenuh
dan seterusnya. Dengan demikian, apa
hati
segenap
pun profesi dan aktivitas seseorang bisa
secara
bersungguh-
menjadikannya sebagai medan jihad.
menanggung
kesukaran
Jihad profesor, dosen dan guru adalah
sehingga tetap berada di jalan yang
penyebaran dan pemanfaatan ilmunya;
benar
pemimpin adalah pengayoman pada
dan
kebagiaan
mencurahkan
kemampuannya sungguh
karena
mendasari
aktivitas
jihadnya hanya ditujukan mengharap
rakyatnya,
ridha Allah swt semata. Karena niat
pemerataan
yang
bisnisman/pengusaha
luhur
itu
maka
Allah
swt
penegakan
keadilan
dan
kesejahteraan;
menunjukkan mereka dan menuntunnya
persaingan
ke arah aneka jalan kedamaian dan
pelayan publik adalah pengabdian dan
ketenteraman.
pelayanannya; TNI dan Polisi adalah
Al-Marâghî
mengemukakan
sehat
adalah
penjagaan
dan
kejujurannya;
kedaulatan
Negara,
bahwa jihad pada ayat ini bukan hanya
penertiban keamanan dan penaklukan
terbatas dalam memerangi orang-orang
penjahat
kafir saja, melainkan mencakup pada;
Kesemuanya itu, apapun bentuk jihad
menolong
pelaku
dan siapa pun lawannya, harus dilandasi
pelaku
niat karena Allah dan diperjuangkan
kebathilan,
agama,
menolak
melumpuhkan
dan
musuh
yang
dhalim.
kedhaliman. Menurutnya, jihad yang agung adalah menyuruh pada kebajikan
27
Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz XXI,
dan mencegah kemungkaran, sedang hal. 23. OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 23
secara
berkesinambungan
sampai
dan c. Manusia yang dipilih menjadi
membuahkan hasil yang sempurna.
kekasih-Nya dan selalu mendekat padaNya.28
Imam al-Râzî memahami ayat ini dengan nalar logika yang mendalam
Sehaluan pemahaman dengan
sebagaimana dituangkan dalam karya
al-Râzî, apa yang dituliskan oleh Abû
monumentalnya,
Al-Kabîr.
Sulaimân al-Darânî memaparkan bahwa
menjelaskan
berjihad bukan hanya memerangi orang-
menyangkut perintah dan ajakan pada
orang kafir. Namun, cakupan obyek
umat
jihad sangat luas dan general, yaitu
Menurutnya,
ayat
manusia
bukti-bukti
Al-Tafsîr ini
dalam
eksistensi,
kekuasaan
Allah
kosmos.
merenungkan keesaan
melalui
Perenungan
dan
berjihad
ayat-ayat
agama,
melawan
orang-orang yang berbuat kebathilan,
akan
menumpas orang-orang dhalim, dan
mengantarkan umat manusia menuju
menyuruh pada kebaikan dan mencegah
perolehan ilmu yang luas. Yang menjadi
pada kemungkaran juga termasuk dalam
obyek jihad di sini adalah tanda-tanda
lapangan
kekuasaan dan kebesaran-Nya yang
setiap orang yang bersungguh-sungguh
terbentang di jagad raya. Seolah-olah
dalam
ayat ini menganjurkan manusia untuk
berjuang melawan kekufuran (dalam
senantiasa menelaah tanpa kenal putus
segala
asa,
dalam
bijaksana (hikmah), dialog konstruktif
ilmu
(mau‟idhah hasanah) dan berkomunikasi
pengetahuan sehingga berujung pada
guna meraih keadaan yang lebih baik
munculnya keyakinan dan ma‟rifat akan
(mujadalah
kebesaran dan keluasan ilmu-ilmu Allah
berjihad pada setiap apa pun yang mesti
swt.
diberantas
tidak
merasa
mengarungi
ini
membela
letih
samudera
Sebab
itu,
Tuhan
akan
jihad.29
Dengan
melakukan
kebajikan,
bentuknya)
billti dan
demikian,
hiya
seperti
melalui
sikap
ahsan)
diperbaiki
serta
dengan
menempatkan derajat yang tinggi bagi
sesuatu atau keadaan yang lebih baik.
mereka
Perbuatan semacam ini juga dinilai
yang
merenungkan
sungguh-sungguh
tanda-tanda
eksistensi,
sebentuk jihad fisabilillah. Selain itu,
keesaan dan kekuasaan-Nya melalui
juga termasuk jihad adalah berjuang
ayat-ayat qur’aniyah maupun kauniyah.
dalam menghadapi gejolak hawa nafsu
al-Râzî
di kala ditimpa suatu musibah demi
mengemukakan
manusia
terpetakan pada tiga macam, yaitu a. Ada yang jauh dan tidak berupaya untuk mendekat pada-Nya, yakni orang-orang
28
Muhammad bin „Umar ar-Râzî, alTafsîr al-Kabîr aw Mafâtif al-Ghaib, Jld XIII, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2004), hal. 95. 29 al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Jld. VII, h. 22; Sulaimân Ibn „Umar, al-Futûhât al-Ilâhiyah, Jld. Jld. III, hal. 87.
kafir. b. Ada yang mendekatkan diri pada-Nya dengan nadhar (merenungkan
ayat-ayat qur’aniyah maupun kauniyah), OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 24
ridha-Nya.30
memperoleh
al-Biqâ‟î
meninggikan ajaran-ajarannya. Karena
memahami ayat ini dengan menyatakan
itu,
bahwa
bersusah
keberuntungan yang melimpah di dunia,
amal-amal
berupa kemuliaan dalam pembelaan
kebaikan pada hakikatnya ia berjihad
agama, perlawanan pada musuh dan
untuk kebaikan dirinya, karena manfaat
perolehan harta ghanimah. Sedang di
dan buah amal baiknya akan mereka
akhirat,
menuainya di dunia dan bahkan di
keberuntungan dalam bentuk ampunan
akhirat kelak. Menurutnya, kata jihad
dosa, ridha Rabb-Nya, kemuliaan di
pada
surga
orang-orang
payah
dalam
ayat
melakukan
ini
mujâhadah,
yang
berkisar
yaitu
dalam
upaya
arti
sungguh-
mereka
akan
mereka
tempat
keberuntungan
memperoleh
mendapatkan
yang yang
kekal. sangat
Inilah agung.
sungguh melawan gejolak hawa nafsu.
Lebih lanjut, al-Marâghî menyatakan
Karena
jihad
kata
tersebut
tidak
disebut
memiliki
beranekaragam,
objeknya maka sasarannya itu umum,
diantaranya
tidak terfokus pada memerangi orang-
melawan musuh di medan perang untuk
31
orang kafir.
adalah
jihad
dalam
menegakkan agama, jihad meluluhkan dan mengekang nafsu dari keinginan-
Surah ash-Shaf ayat 10-11
keinginan yang hina, jihad antara nafsu dan makhluk dengan tidak bersikap
ب ٍ جٌ ُك ْم مِنْ َع َذا ِ ٌَا أَ ٌُّهَا الَّذٌِنَ آ َم ُنوا َه ْل أَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى تِجَ ارَ ٍة ُت ْن َّ ٌل َِّللا ِ َّ ِ) ُت ْؤ ِم ُنونَ ب01( أَل ٌٍِم ِ ِاَّلل وَ رَ سُولِ ِه وَ ُتجَ ا ِه ُدونَ فًِ سَب َِبأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنفُسِ ُك ْم َذلِ ُك ْم َخ ٌْ ٌر لَ ُك ْم إِنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ لَ ُمون
karus terhadap harta-harta yang mereka miliki dan berprilaku belas kasih pada mereka, jihad antara diri seseorang dengan dunia dengan tidak membabi
Ayat beberapa digapai
di
atas
keuntungan oleh
para
memaparkan
buta dalam mengumpulkan materi dunia
yang
mesti
serta tidak menggunakan harta di jalan
mujahid
yang
yang tidak dibenarkan syara‟ dan tidak diterima akal sehat.32
bersungguh-sungguh merelakan harta dan jiwanya dikorbankan di jalan Allah
Ayat ini juga memberikan pesan
swt. Mereka memiliki iman yang kokoh,
bahwa kebahagiaan hakiki bisa diraih
memurnikan niat hanya Allah semata
dengan empat macam, yaitu a. iman.
dalam beramal dan berjihad dengan jiwa
Cahaya iman dapat menyelamatkan
dan
manusia dari gelapnya kekufuran, b.
harta
menyebarkan
di
jalan agama
Allah
dengan
Islam
dan
taqwa. Hati yang dihiasi taqwa kepada Allah
swt
bisa
membentengi
diri
30
Sulaimân Ibn „Umar, al-Futûhât alIlâhiyah, Jld. Jld. III, hal. 87. 31 Ibrahîm bin „Umr al-Biqâ‟î, Nazdmu alDurar fî Tanâsub al-Âyât wa as-Suwar, Jld. XIV, hal. 481.
32
Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz XXVIII, hal. 90.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 25
seseorang dari berbuat maksiat, c.
pada hiruk pikuk perkara duniawi, dan 3.
mencari
Jihad al-ruh, yaitu berjihad dengan
wasilah.
Seseorang
yang
berbuat dengan mengikuti jejak ulama‟
memusnahkan
maka ia mesti selamat dari tipu daya
menjadi tabir penghalang antara hamba
dunia yang hina, d. jihad di jalan Allah
dengan Rabb-Nya).35
wujud
(hal-hal
yang
swt. Dengan berjihad seseorang dapat terselamatkan dari gelapnya wujud dan akan merengkuh cahaya syuhud. Al-Râzî
Surah al-Hujurat Ayat 15
33
mengutarakan
اَّلل َورَ سُولِ ِه ُث َّم ِ َّ إِ َّنمَا ا ْلم ُْؤ ِم ُنونَ الَّذٌِنَ آ َم ُنوا ِب َّ َوجَ ا َه ُدوا ِبأ َ ْم َوال ِِه ْم َوأَ ْنفُسِ ِه ْم فًِ س َِبٌ ِل َِّللا الصَّا ِدقُون
لَ ْم ٌَرْ َتابُوا َ ِأُو َلئ ُك ُهم
bahwa
jihad ada tiga macam, yaitu 1) jihad melawan nafsu, yakni mengalahkan dan condong pada kenikmatan-kenikmatan
َّ ٌل Kata َِّللا ِ س َِبbisa dipahami dengan jalan yang paling agung menuju Allah swt,
dunia
dengan cara memerangi orang kafir dan
menundukkan nafsu serta mencegahnya yang
keinginan
fana
syahwat,
dan 2)
keinginanjihad
pada
segala
bentuk
amal
ibadah
yang
makhluk, yakni dengan cara tidak rakus
membutuhkan pengorbanan harta dan
pada yang didapati dan dimiliki mereka
jiwa.36
dan tidak mengemis belas kasihnya, 3) jihad
menghadapi
dunia,
Ayat ini membicarakan orang-
yakni
orang yang mempunyai keimanan yang
menjadikan dunia sebagai ladang amal
sempurna. Orang-orang mukmin yang
kebajikan guna menggapai kebahagiaan
memiliki
34
di alam akhirat.
iman
yang
hanyasanya orang-orang yang beriman
Seirama dengan paparan ayat di
kepada Allah swt dan Rasulullah SAW
atas adalah tafsiran dalam surah al-Hajj
dengan
kemantapan
ayat
seluruh
sifat-sifat
39:
sempurna
“Berjihadlah
karena
Allah
hati
meyakini
kesempurnaanNya
dengan sebenarnya”. Berjihad pada ayat
dan mengimani terhadap apa yang
ini meliputi segala bentuk macam jihad,
disampaikan
antara lain adalah 1. Jihad al-nafs, yaitu
Disamping
berjihad dengan membersihkan jiwa dari
membuktikan
sifat-sifat tercela, 2. Jihad al-qalbi, yaitu
melalui
berjihad dengan menjernihkan hati dan
menyuarakan
mengekangnya
kebenaran dengan rela mengorbankan
dari
ketergantungan
Rasulullah itu,
mereka
kekokohan
berjihad dan
SAW. juga imannya
dalam
rangka
memperjuangkan
harta dan jiwanya demi menaati dan 33
Muhammad Haqqî al-Busûwî, Tafsîr Ruh al-Bayân, Jld. II, hal. 338. 34 Muhammad bin „Umar ar-Râzî, alTafsîr al-Kabîr wa Mafâtif al-Ghaib, Jld. XV, hal. 317.
35
Muhammad Ma’ânî, hal. 202.
al-Alûsî,
Ruh
36
al-
Ibrahîm bin „Umr al-Biqâ‟î, Nazdmu alDurar fî Tanâsub al-Âyât wa as-Suwar, Jld XVIII, hal. 390.
OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 26
meraih
ridha
keteguhan
Allah
iman
dan
swt.37
Karena
Selain itu, juga termasuk jihad adalah
amal
mereka
berjuang dalam menghadapi gejolak
sehingga dikatakan sebagai orang-orang
hawa
yang
musibah demi memperoleh ridha-Nya.
benar
dalam
ucapan
dan
perbuatannya.
nafsu
di kala
ditimpa suatu
Jihad yang agung adalah menyuruh pada
Penutup
kebajikan
dan
mencegah
kemungkaran, sedang jihad terakbar
Salah satu ajaran Islam yang
adalah berjihad melawan hawa nafsu
harus selalu eksis dijalankan oleh umat
dalam rangka menaati Allah swt. Dari
Islam disepanjang masa adalah jihad.
sini
Kata jihad meliputi dua pengertian, yaitu
memiliki beragam bentuk dan buahnya.
pengertian
Jihad
spesifik
dan
pengertian
dapat
dimengerti
bisa
bahwa
mengandung
jihad
pengertian
universal. Pengertian pertama mengarah
melawan orang-orang kafir, munafiq,
pada berjuang dengan mencurahkan
syaitan, hawa nafsu dan sabagainya.
segenap tenaga, harta dan bahkan jiwa
Begitu pula, ia bisa mencakup segala
untuk
aktivitas kebajikan, seperti menuntut
memerangi
orang-orang
kafir.
Pengertian semacam ini yang lazim
ilmu
ditemukan dalam literatur kitab-kitab
menyuarakan keadilan, kesejahteraan
fiqh. Sementara pengertian universal
dan menegakkannya, menciptakan rasa
mencakup pada berjihad dalam segala
aman,
macam
aspek
menebarkannya, melawan kebathilan,
kehidupan. Dengan demikian, setiap
penganiayaan sampai ke akar-akarnya
orang yang bersungguh-sungguh dalam
dan seterusnya. Dengan demikian, apa
melakukan kebajikan, seperti berjuang
pun profesi dan aktivitas seseorang bisa
melawan
dijadikannya sebagai medan jihad. Jihad
kebajikan
di
semua
kemungkaran,
keburukan,
dan
menyebarkannya,
kasih
profesor,
melalui sikap bijaksana (hikmah), dialog
penyebaran dan pemanfaatan ilmunya;
hasanah)
(mau’idhah
dan
dan
rakyatnya,
yang lebih baik (mujadalah billti hiya
pemerataan
ahsan) serta berjihad pada setiap apa
bisnisman/pengusaha
pun
persaingan
mesti
diberantas
adalah
pemimpin adalah pengayoman pada
berkomunikasi guna meraih keadaan
yang
guru
dan
kejahatan (dalam segala bentuknya) kontruktif
dosen
sayang
dan
penegakan
keadilan
dan
kesejahteraan; sehat
dan
adalah kejujurannya;
diperbaiki dengan sesuatu atau keadaan
pelayan publik adalah pengabdian dan
yang lebih baik. Perbuatan semacam ini
pelayanannya; TNI dan Polisi adalah
juga dinilai sebentuk jihad fîsabîlillah.
penjagaan
37
al-Marâghî, XXVI, hal. 147.
kedaulatan
Negara,
penertiban keamanan dan penaklukan Tafsîr
al-Marâghî,
Juz
penjahat dan musuh yang dhalim. OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 27
Kesemuanya itu, apapun bentuk jihad
Ar-Râzî, Muhammad bin „Umar. al-Tafsîr al-Kabîr aw Mafâtif al-Ghaib, Jld XIII, XV. Beirut: Dar al-Kutub alIlmiah, 2004.
dan siapa pun lawannya, harus dilandasi niat karena Allah swt dan diperjuangkan secara
berkesinambungan
sampai
membuahkan hasil yang sempurna.
As-Suyûthi, Jalâluddin. ad-Durru alMantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma`tsûr, Jld. V, X. Kairo: Markaz Hajr li alBuhûts wa ad-Dirâsah alIslâmiah, t.t.
Daftar Pustaka „Âbidîn, Ibnu. Radd al-Mukhtâr, Juz VI. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003.
Hawwa, Sa‟îd. al-`Asâs fî al-Tafsîr, Jld. VII. Kairo: Dâr al-Salâm, 2003.
„Umar, Sulaimân Ibn. al-Futûhât alIlâhiyah, Jld. III. Beirut: Dâr alFikr, 1994.
Katsîr, Isma`îl ibn „Umr ibn. Tafsîr alQur’ân al-‘Adhîm, Jld III, IV, VI. Riyadh: Dâr Thayyibah, 1999.
Agama, Kementerian Wakaf dan Urusan. al-Mausû’ah al-Fiqhiyah, Juz XVI. Kuwait: al-Salâsil, 1983.
Mandhûr, Ibnu. Lisân al-‘Arab, Jld. III. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 2003.
Al-Biqâ‟î, Ibrahîm bin „Umr. Nazdmu alDurar fî Tanâsub al-Âyât wa asSuwar, Juz III, XIII, XIV, XVIII. Kairo: Dâr al-Kitab al-Islami, t.t.
Ridhâ, Muhammad Rasyîd. Tafsîr alManâr, Juz, II, VI, X. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1999.
Al-Busûwî, Muhammad Haqqî. Tafsîr Ruh al-Bayân, Jld, II, VI. Beirut: Dâr Ihya` al-Turâst al-„Arabi, 1989. Al-Marâghî, Ahmad Mushthafâ. Tafsîr alMarâghî, Juz II, VII, X, XVII, XX, XXI, XXVI, XXVIII. Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-„Arabî, t.t. Al-Qâsî, Muhammad Jamâluddîn. Mahâsin al-Ta`wîl, Jld VII. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1997. Al-Thaba`thaba‟î, Muhammad Husain. al-Mîzan fî Tafsîr al-Qur’ân, Jld V. Beirut: Mu`assis al-„Alamî, 1991. Al-Zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuhu, Juz VI. Beirut: Dâr alFikr, 1985. OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. 1, Tahun 1, Mei 2016 28