-
ISSN 0216 3128
Sunarhadijoso S, dkk
1/5
REKAYASA MODIFIKASI UNIT PENGATUR UDARA PADA SISTEM VAC DI GEDUNG SIKLOTRON P2RR
-
Sunarhadijoso Soenarjo, Suhandar, Aceu Turyana daD Hermanto PusatPengembanganRadioisotopdonRadiofarmaka- BA TAN ABSTRAK Ruang laboratorium di lantai I Gedung Siklotron P2RR perfIl terpelihara pada kondisi udara dengan temperatur antara 22 25°C don kelembaban antara 40 - 50 % . Kondisi udara tersebut diatur don dikendalikan melalui suatu sistem VAC (Ventilation and Air Condition system). Evaluasi sistem VAC di Gedung Siklotron P2RR selama beberapa waktu terakhir menunjukkan adanya penurunan kualitas kinerja yang diindikasikan dengan tidak tercapainya kondisi temperatur dan/atoll kelembaban udara yang diinginkan pada ruang-ruang tertentu. Keadaan ini perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut karena dapat memberikan akibat negatif seperti tidak terpenuhinya kondisi untuk pengoperasian don pemeliharaan fasilitas, menurulll/ya kualitas keselamatan don kenyamanan kerja don lain sebagainya. Sehubungan dengan hal itu, Lelahdilakukan rekayasa modifikasi unit pengatur udara (AHU, Air Handling Unit) melalui perancangan unit pemanas yang dilengkapi dengan perangkat kendali don kontrol operasi yang dapat difungsikan secara sinergis dengan sistem yang sudah ado. Unitpemanas disiapkan daTi bahan nikel-krom dengan kapasitas panas 2000 W don tegangan 220 Voltsebanyak 3 buah, berbentukfin-fin agar pelepasan panas ke udara sekitarnya dapat berlangsung cepat dolI merata. Perangkat kontrol terdiri atas sensor termokopel dolI kontrol temperatur. Sensor termokopel berfungsi untuk mengukur temperatur udara setelah pemanasan, datI selanjutnya hasil pengukuran ditampilkan pada unit display yang merupakan bagian dari kontrol temperatur. Dengan dukungan operasional unit pemanas hasil rekayasa, menggunakan daerah pengukuran 2 buah ruang laboratorium yang dianggap dapat mewakili ruang kerja lainnya, telah dihasilkan perubahan signifikan dan positifkinerja sistem VAC di Gedung Siklotron P2RR, ditandai dengan pencapaian temperatur datI kelembaban udara sesuai dengan yang disyaratkan.
-
ABSTRACT The laboratory areas at Cyclotron Building in CDRR are necessary to be maintained to have air temperature within 22 to 25'C and air humidity within 40 to 50 %. The achievement of air condition is gained and controlled by a VAC (Ventilation and Air Conditioning) system. Evaluation on the working performance of the VAC system in CDRR Cyclotron Building indicated that the operational function of the system was getting worse as shown by air temperature and humidity not anymore meet the requirement specification. It should be solved because some negative effects can arise, i.e. ..operation and maintenance of the facilities is not supported by required air condition, quality of safety and freshness will decrease, etc. Therefore, an engineering modification of air handling unit (AHU) system was performed involving technical design of heater unit completed with guidance and control system, which can be, operated sinergically with the prior existing system. The heater unit consists of 3 finny-heater elements made from nickel-chrome material with a heat capacity of 2,000 Wand a voltage of 220 Veach. The guidance and control system consists of a thermocouple sensor usedfor measuring post heating air temperature, which is then appeared at a display as a part of the control unit. By the operational support of the describing heater unit. /Ising two radioactive laboratories representing the other working areas in the Cyclotron Building, the working pelformance of the VAC system was getting better indicated by achievement of air temperature and humidity as req/lired specification.
PENDAHULUAN
A
rea Gedung Siklotron di Pusat Pengembangan Radioisotop clan Radiofarmaka (P2RR) BAT AN, Serpong, terbagi menjadi 3 daerah kerja dengan spesifikasi persyaratan tekanan udara yang berbeda antara satu daerah kerja dengan daerah kerja lainnya, sesuai dengan peruntukan masing-masing daerah kerja [I] . Daerah kerja dengan potensi kontaminasi keradioaktifan yang lebih tinggi mempunyai pcrsyaratan tckanan udara yang lebih rendah untuk mcnccgah tcljadinya penyebaran kontaminasi keradioaktifan. Presiding
Pertemuan
Daerah kerja 1 merapakan daerah kerja dengan potensi kontaminasi keradioaktifan yang paling tinggi, me1iputi ruang bagian dalam Hot Cell clan boks proses. Daerah kerja 2 adalah daerah kerja radioaktif di luar daerah kerja 1, yang terbagi atas beberapa area, yaitu area cave siklotron clan penunjangnya, area pelayanan Hot Cell, area laboratorium clan daerah kerja radioaktif lainnya. Daerah kerja 3 merupakan daerah kerja tak aktif, meliputi area ruang perkantoran (ruang duduk), kamar kecil, lobby clan ruang kerja tak aktif lainnya.
daD Presentasilimiah Penelitian Dasar lImn Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
daD Teknologi Nuklir
-
ISSN 0216 3128
116
Hal renting lainnya yang harus diperhatikan pacta penetapan persyaratan kondisi udara dalam laboratorium radioaktif clan ruang kerja pacta umumnya adalah temperatur dan kelembaban udara. Kedua besaran kondisi udara ini berkaitan dengan penyegaran udara untuk mendukung kenyamanan clan keselamatan kerja [2] maupun pemenuhan kondisi pengoperasian clan perawatan sistem clan peralatan [3] . Temperatur udara perIn
-
dipertahankan
pacta rentang 22
kelembaban rentang 40
udara perIn dipertahankan pacta 50 % untuk daerah peralatan clan
-
25°C, sedangkan
laboratoriumaktif, serta antara 40
- 70 % untuk
daerah kerja tak aktif Pencapaian kondisi udara tersebut diatur clan dikendalikan melalui suatu sistem instalasi pengkondisian udara yang secara luas dikenal dengan sebutan sistem VAC (Ventilation and Air Conditioning sistem). Evaluasi kinerja sistem VAC di Gedung Siklotron P2RR selama beberapa waktu terakhir menunjukkan adanya penurunan kualitas kinerja yang diindikasikan dengan tidak tercapainya kondisi temperatur dan/alan kelembaban udara yang diinginkan pacta ruang-ruang tertentu pacta masing-masing daerah kerja. Keadaan ini perIn mendapatkan penanganan lebih lanjut karena dapat memberikan beberapa akibat negatif, misalnya tidak terpenuhinya kondisi untuk pemeliharaan clan pengoperasian fasilitas, menurunnya kualitas keselamatan clan kenyamanan kerja clan lain sebagainya. Salah satu upaya penanganan yang dilakukan adalah rekayasa modifikasi unit pengatur udara (AHU, Air Handling Unit) melalui perancangan unit pemanas yang dilengkapi dengan perangkat kendali clan kontrol operasi yang dapat difungsikan secara sinergis dengan sistem yang sudah acta. Dengan rekayasa modifikasi ini diharapkan kapabilitas fungsi kinerja sistem VAC di Gedung Siklotron P2RR dapat dipulihkan clan ditingkatkan sehingga kondisi udara dalam daerah kerja dapat terpelihara memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Sunarhadijoso
terlepas dari ruang AHU clan bercampur dengan udara dalam ruang laboratorium dapat mencapai temperatur clan kelembaban yang tertentu. Bila sistem peruanas yang acta tidak mampu menaikkan suhu aliran udara, maka udara yang dilepaskan dari ruang AHU akan cenderung terlalu dingin clan lembab. Tetapi hila pemanasan kembali berlangsung secara berlebihan maka scleras dari ruang AHU akan dihasilkan udara dengan temperatur relatif tinggi yang juga akan menirnbulkan gangguan pacta kenyamanan kerja. Karena itu diperlukan sistem peruanas yang dilengkapi dengan perangkat kontrol yang berfungsi mengatur clan mengendalikan proses pemanasan udara yang terjadi. Dalam perancangan rekayasa modifikasi ini, unit pemanas disiapkan dari bahan nikel-krom dengan kapasitas panas 2000 W clantegangan 220 V sebanyak 3 buah. Masing-masing unit pemanas berbentuk fin-fin agar pelepasan panas ke udara sekitamya dapat berlangsung cepat clanmerata. Perangkat kontrol dirancang terdiri atas sensor termokopel clan kontrol temperatur. Sensor terrmokopel berfungsi untuk mengukur temperatur udara yang dilepas dari ruang AHU sesudah pemanasan, clan selanjutnya basil pengukuran ditampilkan pacta unit display yang merupakan bagian dari kontrol temperatur. Kontrol temperatur yang digunakan adalah tire TZ4M dengan spesifikasi teknis ditunjukkan pacta Tabel 1[4] Tabel I. Beberapa spesifikasi teknis panting dari unit kontrol temperature No 1 2 3
6
SPISIFIKASI Model dan berat Catu dava Rentang operasi tegangan Konsumsi dava Metode display (tamoilan) Sensor inpllt
7
Kontrololltpllt
4 5
TAT A KERJA
URAIAN TZ4M (270 g) 100 240 V (ae), 50 60 Hz 90 1 1 0 % rata-rata tegangan
-
-
6 VA 7 segmen LEO Tegangan : I - 5 V (de), 0 - 10 V (de) Arus : 4 - 20 mA (de) Relay Olltpllt:250 V (ae), 3 A, SPOT SSR Olltpllt: 12 V(de):I: 2 V, 30 mA maks Glllplit arus : 4 20 mA(de), oembebanan maksimum 600 5 55 Hz, 0,55 mm amplitude ganda Dada oosisi X, Y, Z. 35 - 85 % RH
-
8
Perancallgall
S, dkk.
Sistem. 9
Rancangan rekayasa modifikasi unit pengatur udara (AHU) didasarkan pacta fenomena bahwa hila udara yang masuk ke dalam ruang AHU diturunkan temperatllrnya maka akan tejadi kenaikan kelembaban udara. Kelembaban udara ini dikurangi dengan me\ewatkan udara dingintersebut pacta suatu sistem moisture trap, clan selanjutnya udara dingin yang telah melewati moisture trap dinaikkan kembali temperaturnya agar pacta saar
10
Kemampuan mekanik Kelembaban ambang Resistansi isolasi
-
100 M min. (500 V de)
Ketiga unit pemanas dirancang beroperasi secara bergantian pacta selang waktu tertentu, diatur dengan pengatur \Vaktu, relay clan kontaktor, secara otomatis. Apabila temperartur udara dalam ruang AHU telah mencapai sebagaimana ditentukan (I.elting temperature), kontaktor akan mematikan
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar lImn Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
Sunarhadijoso
ISSN 0216- 3128
S, dkk.
peruanas clan hila temperatur udara lebih rendah dari setting tennperature maka kontaktor akan menghidupkan kembali unit peruanas. Konstruksi
Unit Pemanas dun Unit Kontrol.
Unit peruanas dipasangkan pada dudukan yang ditempatkan di ruang AHU, menempel pada kerangka AHU. Untuk pengencangan dudukan pada kerangka AHU maupun pengencangan unit pemanas pada dudukan digunakan beberapa mur clanbaut pengikat. Sensor termokopel ditempatkan pada dudukan yang dipasang pada ducting VAC, sedangkan kontrol temperatur dipasang pada boks panel yang ditempatkan pada dinding tembok di luar ruang AHU. Rangkaian kontrol temperatur ini terdiri dan beberapa komponen utarna, antara lain : komponen kontrol, 3 buah pengatur waktu, 3 buah kontaktor, 1 buah relay, 4 buah MCB clan 3 buah lampu indicator. Sistem pengkabelan dipasangkan pada pipapipa konduit yang diklemkan pada kerangka AHU clan dinding tembok boks panel. Pada Gambar 1 ditunjukkan skema ruang AHU sebelum clan sesudah pemasangan unit peruanas. Sebagai sebuah sistem sekunder yang ditambahkan pada sistem utama yang ada, maka keseluruhan unit rekayasa modifikasi ini hanya dapat dioperasikan jika sistem utama dalam keadaan sedang dioperasikan.
117
kondisi pompa chiller, sistem chiller maupun AHU pada sistem utarna dalam keadaan ON. Dengan demikian unit basil rekayasa ini hanya dapat dioperasikan melalui fungsi operasi sistem VAC yang ada, sebaliknya sistem VAC yang ada dapat tetap dioperasikan tanpa dukungan operational unit basil rekayasa. Protokol operasional tersebut memungkinkan petugas untuk dapat mengamati sejauh mana perubahan kondisi udara yang teejadi pada keadaan tanpa dan dengan pengoperasian unit basil rekayasa. Uji fungsi operasi unit basil rekayasa mengikuti diagram alir seperti ditunjukkan pada Gambar 2, dengan pengaturan temperatur udara dalam ruang AHU maksimum 18°Cclanpengaturan waktu pemanasan masing-masng clemen pernanas selama 10 menit. Keberbasilan uji fungsi operasi diindikasikan dengan berfungsinya sinyal indicator peruanas, indicator pengatur waktu maupun sensor pengukur temperatur udara, sebagaimana diharapkan.
!AI
,
fill 6
1 z.rlloor.3.0>11"""'" 5.thdt-. '-_.7._"-"""
4.-....
Gambar 2. Diagram alir uji fungsi operasional unit basil rekayasa.
7
Gambar I. Skema tala letak unit peruanas clan sensor termokopel di ruang AHU. [A]. Ruang AHU sebelum pemasangan unit pemanas basil rekayasa. [B]. Ruang AHU sesudah pemasangan unit peruanas basil rekayasa. Pellgujiall
FlIllgsi
operasiollal.
Operasional keseluruhan unit perekayasaan ini hanya dapat dilaksanakan
Prosiding
Pertemuan
basil pada
Pengukuran
kondisi
udara.
Pengukuran kondisi udara dilakukan pada dua keadaan, yaitu dalam keadaan sistem VAC beroperasi normal tanpa pengoperasian unit hasil rekayasa clan dalam keadaan sistem VAC beroperasi disertai dengan operasional unit basil rekayasa. Ruang yang dijadikan daerah pengukuran adalah Ruang R-CIOI clan Ruang RC1O7, yang lokasinya dalam struktur Gcdung Siklotron berada di lantai I. Kcdua ruang ini
dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar lImn Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
dan Teknologi Nuklir
-
ISSN 0216 3128
118
Sunarhadijoso S, dkk.
dijadikan pilihan sebagai daerah pengulllfan dengan pertimbangan bahwa lokasi kedua ruang dianggap cutup mewakili ruangan lain secara keseluruhan dan kedua ruang tersebut mempunyai frekuensi paling tinggi untuk pemakaian sebagai ruang kerja dengan potensi kontaminasi keradioaktifan yang besar.
udara yang diakibatkan oleh adanya pemanasan oleh unit pemanas yang ditempatkan di ruang AHH Selanjutnya basil pengukuran ditampilkan pada unit display yang merupakan bagian dari kontrol temperatur. Rangkaian gabungan sistem kontrol, termokopel dan unit pemanas ditunjukkan pada Gambar 4
Besaran kondisi udara yang diukur meliputi kecepatan aliran udara, temperatur dan kelembaban udara sebagai fungsi dari putaran motor blower. Pengukuran dilakukan minimal pada 30 menit pasca pengoperasian sistem AHU untuk menjamin bahwa pada saat pengukuran telah terjadi pencampuran homogen antara udara dari ruang AHU dengan udara di loaf ruang AHU.
Rangkaian unit basil modifIkasi ini mempunyai konstruksi yang kompak (ringkas, tidak tersebar), berfungsi sinergis dengan sistem yang sudah ada, sekaligus merupakan penyempurnaan dari sistem sebelunmya, mudah dalam pengoperasian dan pengendalian operasionalnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Unit sistem kontrol ditempatkan dalam boks panel yang dipasang pada dinding tembok dengan ketinggian sekitar I m di atas lantai. Tampak bagian dalam dari hots panel dengan unit sistem kontrol yang telah terpasang ditunjukkan pada Gambar 3.A. Unit kontrol ini dilengkapi dengan 3 buah lampu indicator status yang fungsi operasionalnya akan terlihat dalam keadaan pintu boks panel tertutup (Gambar 3.B). Lampu indicator paling kiri berwama merah menunjukkan status operasional Pemanas-I, lampu indicator yang di tengah berwarna rolling menunjukkan status operasional Pemanas-2, dan lampu indicator paling kanan berwarna hijau menunjukkan status operasional Pemanas-3. Pada saat salah satu unit peruanas beroperasi, maka lampu indicator yang bersangkutan akan menyala.
Gambar 3. Unit sistem kontrol basil rekayasa didalam hots panel [A] dan boks panel dengan lampu indikator dalam keadaan tertutup[B]
Sistem dengan sensor dalam ducling berguna untuk
.
kontrol ini dihubungkan langsung tcrmokopel yang ditempatkan di ruang AHU. Sensor termokopel mendeteksi perubahan temperatur
Presiding
Pertemuan
Gambar 4. Rangkaian gabungan sistem kontrol, termokopel dan unit peruanas. Unit ini dapat langsung dioperasikan segera setelah sistem VAC Gedung Siklotron dioperasikan, dan dapat juga hanya difungsikan sebagai back-up manakala kondisi udara yang dihasilkan oleh sistem utama tidak memenuhi kebutuhan. Unit ini tidak memberikan inforrnasi mengenai laju alir udara dan kelembaban udara dalam ruang AHU. Kedua besaran kondisi udara tersebut diukur hanya pada ruang alan daerah kerja terkait dengan menggunakan alaI ukur tersendiri yang terpisah dari unit basil rekayasa ini. Akan tetapi dengan mengukur laju alir dan kelembaban udara pada keadaan sebelum dan sesudah unit basil rekayasa dioperasikan, akan dapat diidentifikasi sejauh mana unit basil rekayasa tersebut mempengaruhi laju alir dan kelembaban udara. Hasil pengukuran laju alir udara dalam kedua ruang daerah pengukuran (R-CIOI dan RCIO7) ditunjukkan pada Gambar 5. Terlihat bahwa laju alir udara dalam masing-masing ruang tidak dipengaruhi secara signifikan dengan pengoperasian unit hasil rekayasa. Laju alir udara dalam ruang R-CIO7 terlihat lebih rendah dibandingkan laju alir udara dalam ruang R-CIOI karena jarak terhadap lokasi fan (blower) memang
dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar lImo Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
dan Teknologi Nuklir
Sunarhadijoso
119
ISSN 0216 - 3128
S, dkk.
lebih jauh, Di samping itu jumlah beh,kan dueling pada arab ruang R-Cl07 juga lebih banyak dibandingkan dengan belokan dueling pada arab ruang R-C 101.
bahwa tanpadukungan operasional unit peruanas basil rekayasa maka besaran kelembaban udara sebagairnana disyaratkan,
yaitu antara 40
tidak dapat dipenuhi.
temperatur udara ideal antara 22 .
300
,.
~
250
~ 200
i,!! 150 100
.. .2.
50
:J
0
~~ 800 1000 1200 Puta,an mote' blowa, (rpm)
600
--LRju --L~u
81;' R-C1O1IK'11 eli, R.C107 [1<.1]
-4-LIIjU --LIIjU
1400
ali, R-CIOI (K-2] alir R.C107 [1<-2]
Gambar 5. Hasil pengukuran laju aliI udara dalam ruang R-ClOl clanR-CIO7. K-l : Tanpa pengoperasian unit basil rekayasa. K-2: Dengan pengoperasian unit hasil rekayasa. Jarak terhadap lokasi fan (blower) yang lebih jauh yang disertai dengan jumlah belokan dueting yang .lebih banyak, menimbulkan faktor gesekan udara dengan dinding dueting yang lebih besar sehingga laju aliI udara terukur lebih rendah. Secara umum pada kedua ruang didapati kesarnaan yang logis, yaitu bahwa pertambahan kecepatan putaran motor blower akan menghasilkan pertambahan laju aliI udara. Putaran motor blower memberikan pengaruh penurunan kelembaban udara walaupun tidak terlihat cukup signifikan. Seperti terlihat pada Gambar 6, dalam keadaan tanpa clan dengan dioperasikannya unit peruanas basil rekayasa, pola penurunan kelembaban udara dengan dinaikkannya putara motor blower tidak terlalu tajam, ditandai dengan kerniringan kurva kelembaban udara yang tidak terlalu besar. Fenomena penurunan kelembaban udara lebih terlihat jelas sebagai akibat dioperasikannya unit pemanas basil rekayasa. Diduga pengoperasian unit peruanas basil rekayasa mengakibatkan peningkatan kereaktifan moisture trap yang meningkatkan kapabilitas penangkapan molekul danJatau uap air. Pada ruang R-CIOI yang semula kelembaban udara terukur antara 50,3 % sampai 55,6 % berkurang menjadi 40,4 % sampai 49,3 % dengan dioperasikannya unit pemanas basil rekayasa, sedangkan pada ruang R-CI07 diperoleh penurunan kelembaban udara dari 50,7 % sampai 55,3 % menjadi sekitar 40,4 % sampai 47,4 %. Pada Tabel 2 ditunjukkan resume pencapaian besaran temperatur clan kelembaban udara pada berbagai pengaturan putaran motor blower antara 7S0 sampai 13S0 rpm. Terlihat Prosiding
Pertemuan
- 50
%,
Pada ruang R-ClOl,
-
25°C barn dapat
dicapai pada putaran motor blower sebesar 1200 rpm atau lebih. Pengoperasian blower dengan putaran motor yang lebih tinggi akan mendorong potensi kelelahan motor clan resiko kerusakan komponen AHU yang lebih besar. Di sisi lain, dengan putaran motor blower yang lebih kecil dari 1200 rpm, dihasilkan temperatur udara ruang yang lebih rendah clari 22°C, clan keadaan ini dirasakan terlalu dingin bagi kebanyakan pekerja. Dengan dukungan operasional unit basil rekayasa, temperatur clankelembaban udara yang disyaratkan (22
-
25°C clan 40
-
50 %) telah dapat dipenuhi
pada putaran motor blower sebesar 750 rpm. tIJ r'
'
~ so 2
w
~ . a-I
ill.-4t--"
~ , "
..
:\II
, ,
4IJE
~
~
\
1
)t1~"
r
~ JO
a P'
~-~~-~~~~~:
!=!
"'~
~ I" 0, (j(o)
\D;:)
,...........-. !{O
0
It!)', r"'r.u",...",bl"",,(,,,n~
-+-l'rnl'.udaI. R~'OIIK.II -.-1'"",.00.1;..".(><);[1<,.1) -o-k~M.,.J",-.it':10t[K-( """~lm.oo.ud;nI('OO]IK.I.
1bJ)
141»
~"'I' 1>da.. 1<,101IK-II """.",t..r.M.l<."IK-ll _~"'udoa-.RCK>lIK-21 ""_mud>n.R.('mIK-lj
I 1
1'
Gambar 6. Hasil pengukuran temperatur clan kelembaban udara dalam ruang R-CIOI clan R-CI07. K-l : Tanpa pengoperasian unit basil rekayasa. K-2 : Dengan pengoperasian unit basil rekayasa.
KESIMPULAN Perangkat peruanas basil rekayasa modifikasi pada unit pengatur udara Gedung Siklotron P2RR, dengan dilengkapi sistem kendali clan kontrol, telah dapat dipasang clan difungsikan sebagaimana yang diharapkan. Fungsi operasional unit basil rekayasa ini dapat meningkatkan kapabilitas fungsi kinerja sistem VAC di Gedung Siklotron P2RR. Unit basil rekayasa ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap laju aliI udara, tetapi memberikan pengaruh nyata pada pencapaian besaran temperatur clan kelembaban udara dalam ruang atau daerah kerja. Kondisi temperatur udara antara 22 - 2SoC clan kelembaban udara antara 40 SO % dapat dipenuhi pada putaran motor blower AHU sebesar 7S0 rpm.
daD Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
daD Teknologi Nuklir
-
ISSN 0216 3128
120 Tsbel2. Putaran motor blower (rpm) 750 825 900 975 1050 1125 1200 1275 1350
Pencapaian besaran temperatur clan kelembaban udara pads R-ClOI dan RC 107 dengan clan tanpa operasional unit basil rekayasa.
N.
T ANP A PENGOPERASIAN UNI1 DENGANPENGOPERASIAN HASIL REKA YASA UNIT HASIL REKA YASA Kelembaban Kelembaban Temperatur Temperatur eC) (%) (OC) (%) R-C1O7 R-C1O1 R-CI07 R-ClOI R-CI07 R-CI0l R-CI07 R-CI0l 23,5 49,3 47,4 22,3 55,6 55,3 22,1 21,0 23,6 48,1 47,1 22,4 54,4 54,9 22,3 21,2 23,9 47,7 46,5 22,6 53,9 54,5 22,5 21,4 45,3 45,2 22,8 24,4 22,7 53,2 53,7 21,5 24,5 44,6 44,5 22,9 52,8 53,1 23,2 21,7 52,9 24,7 43,2 43,2 23,3 51,7 23,8 21,8 24,9 42,3 42,5 23,5 51,3 52,3 24,5 22,1 25,1 41,5 41,6 23,8 50,6 51,4 24,8 22,3 40,4 40,4 23,9 50,3 50,7 25,3 25,3 22,4
KESIMPULAN
TANYAJAWAB
Perangkat pemanas basil rekayasa modifikasi pada unit pengatur udara Gedung Siklotron P2RR, dengan dilengkapi sistem kendali clan kontrol, telah dapat dipasang clan difungsikan sebagaimana yang diharapkan. Fungsi operasional unit basil rekayasa ini dapat meningkatkan kapabilitas fungsi kinerja sistem VAC di Gedung Siklotron P2RR. Unit basil rekayasa ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap laju aliI udara, tetapi memberikan pengaruh nyata pada pencapaian besaran temperatur clan kelembaban udara dalam ruang atau daerah kerja. Kondisi temperatur udara antara 22 - 25°C clan kelembaban udara antara 40 50 % dapat dipenuhi pada putaran motor blower AHU sebesar 750 rpm.
PUST AKA 1. I. KACHEF, J. CAHILL, V.T. HUYNH, P. WOLFSHAGEN, "Nuclear Mechano Electronic Installation, Conceptual Design Description: Building C"
2. W. ARISMUNANDAR, H.SAITO, "Penyegaran Udara", PT. Pradnya Paramita, Jakarta (1981). 3. W.F. STOECKER, J.W. JONES, "Refrigerasi clanPengkondisian Udara", (Terjemahan), Erlangga, Jakarta (1992). 4. ANONIM, "Temperature Controller TZ4M/TZ4L Series Manual, Dokume Leaflet, Autonic (tak berangka tahun).
Prosiding
Sunarhadijoso S, dkk.
Pertemuan
Suprapto ~
Untuk sistem pengkondisian udara kondisi nyaman pada suhu ( 24 sid 26 )OC clan RH :t 50 %. Sedangkan kelembaban absulut tidak dipengaruhi oleh pemanasan maupun pendinginan tetapi dengan kondensasi atau penambahan uap air, apa kaitannya pemanasan dengan kelembaban.
~
Suhu udara dapat diatur dengan thermostat untuk penghematan tanpa pemanasan, mohon penjelasan mengapa dipanaskan.
Sunarhadijoso
.
Jawaban baikut sekaligus menjawab pertanyaan 1 don 2. Betul kelembaban absolut tidak dipengaruhi oleh pemanasan. Data don persyamtan yang disajikan adalah dimaksudkan sebagai RH (relative humidity = kelembaban relatif). Untuk ruang peralatan / instrumentasi sebaiknya 40-50%, untuk ruang duduk bisa sampai 40-70%. Fungsi pemanas udam (yang telah relatif kering karena kondensasi don pelepasan air) adalah menaikkan temperatur udara dingin agar palla soot teljadi pencampllran udam dari ruang AHU dengan udara dalam ruang dihasilkan udam yang tidak terlalll dingin ( dan dengan demikian kelembaban relatif yti'ng tidak terlalll tinggi).
dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
dan Teknologi Nuklir