REHABILITASI DAN KONSERVASI DAERAH HULU SUNGAI CITARUM
Oleh: Wahyu Sukiman Komar Kosasih Achmad Pranusetya
Latar Belakang • Degradasi hutan dan lahan di Indonesia telah mencapai angka seluas 100,7 juta hektar, • 59,2 juta hektar terjadi di dalam kawasan hutan. Secara kumulatif, • laju kerusakan hutan dan lahan diperkirakan telah mencapai angka 2,83 juta hektar per tahun (Dephut 2005). • Dampak langsung dari peningkatan laju kerusakan hutan dan lahan tersebut adalah terjadinya bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor, serta kekeringan • Dampak tak langsung laju degradasi hutan dan lahan juga telah menyebabkan berbagai kerugian ekonomi dan sosial yang akut, diantaranya adalah terjadinya kerusakan infrastruktur jalan, jembatan dan berbagai fasilitas umum dan sosial
Maksud dan Tujuan kajian
• Maksud, membuat model keterpaduan dalam upaya pengelolaan DAS Citarum hulu. • Tujuan dari kajian ini adalah melihat, mengidentifikasi dan mencari solusi penanganan DAS Citarum Bagian Hulu dalam rangka mencegah bencana banjir, erosi, longsor dan kekeringan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sasaran Lokasi dan Target Spesifik • Sasaran lokasi adalah DAS Citarum Bagian Hulu dengan luas keseluruhan 5.827,7 Ha yang meliputi Kecamatan Pacet, Kecamatan Ibun dan Kecamatan Kertasari • Target spesifik kajian DAS Citarum Hulu ditetapkan berdasarkan tiga isu strategis yaitu : lingkungan, sosial ekonomi, dan kebijakan, • Permasalahan substansi dan formal yang menjadi target spesifik bagi perumusan rencana pembangunan model kolaborasi DAS Citarum Hulu , adalah sebagai berikut : - Karakteristik DAS Citarum Hulu - Lahan Kritis - Daerah rawan bencana/kejadian banjir dan longsor Masalah sosial-ekonomi dan kelembagaan
Alur pikir Rencana Pembangunan model Kolaborasi DAS Citarum Hulu
DAS Citarum Hulu Formulasi Perm substantif Formal
Aspek Dasar 1. Biofisik 2. Sosial Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Karakteristik DAS Lahan Kritis Pola Pemanfaatan hutan Erosi dan aliran Permukaan Penggunaan air tanah Daerah Rawan Banjir Masalah sosek kelembagaan Tata ruang dan lahan Perm Hulu Dan hilir Komplik Perm sumberdaya alam
Pendekatan dasar 1.
2. 3.
Kebijakan (Polcy
Aproach) Teknis (Tekhnical Approach) Sosial (Partisipatory)
METODOLOGI KAJIAN. Data dan Informasi Sekunder a. Merupakan data yang diperoleh melalui kajian kepustakaan, laporan laporan maupun data informasi penunjang yang relevan. Data tersebut diperoleh dari berbagai instansi terkait dan berkompeten dengan pengelolaan DAS Citarum Data dan Informasi Primer. b. Data tersebut diperoleh melalui pengumpulan data/informasi langsung di lokasi sasaran. Data yang dikumpulkan : Data Sosial ekonomi dan budaya, data tentang kelola lahan , data serta informasi terkait kelola usaha. Metode Pengumpulan Data/Informasi c. Metode yang digunakan adalah wawancara dan pengamatan di lapangan.
GAMBARAN UMUN DAS CITARUM HULU •Citarum hulu berfungsi sebagai penerima, penampung dan penyimpan air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya untuk kemudian dialirkan melalui sungai ke laut •Citarum yang meliputi areal seluas 6.080 Km², panjang 270 km dan melintasi beberapa wilayah kabupaten/kota (Bandung, Cianjur, Purwakarta, dan Karawang),. •permasalahan sekitar DAS Citarum Hulu, yang meliputi 3 Kecamatan yaitu, Paseh, Ibun dan Kertasari Kabupaten Bandung harus segera diselesaikan karena merupakan hulu dari Sungai Citarum yang sangat berpengaruh terhadap hilirnya •tingkat pendidikan masyarakat pendidikannya SD. Sehingga pemahaman terhadap kawasan lindung cenderung rendah.
Permasalahan dan Solusi Permasalahan • Kemiringan dan kekritisan lahan maka peruntukan lahan umumnya lebih cocok untuk konservasi dari pada lahan pertanian • Penyempitan lahan konservasi ini dikarenakan sedikitnya lahan untuk budidaya pertanian mengingat persentase angka kepemilikan lahan oleh masyarakat kecil sekali. • Perkembangan penduduk sudah tidak seimbang dengan daya dukung lahan yang tersedia hal ini dikarenakan angka kelahiran sudah tidak terkontrol. • Teknik pengolahan tanah yang salah. Masyarakat menerapkan pola budidaya yang tidak sesuai kaidah konservasi • Tingginya limbah pertanian dan peternakan karena tidak adanya pengolahan limbah yang memadai yang menyebabkan kesehatan lingkungan dan masyarakat terancam.
Solusi Pemberdayaan masyarakat • Penyuluhan, pelatihan, pendampingan masyarakat. Dengan menggulirkan program alih komoditas ( pengembangan tanaman keras dan multicrop dengan rumput ternak) pengembangan rumput bergizi tinggi, pengadaan ternak sapi perah). • Pembuatan model-model pertanian berbasis agrobisnis dan berwawasan konservasi dan pelatihan bidang-bidang usaha pertanian • Menyadarkan masyarakat melalui pndekatan agama, kampanye lingkungan dan penegakan disiplin, kegiatan reaktualisasi ajaran agama dalam pemghelolaan lingkungan Sumberdaya air • Pengembangan tanaman keras di kawasan konservasi dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berupa buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya • Pengolahan limbah ternak dan penggunaan pupuk organik dan PHT alami dan penggunaan pupuk organik
Lanjutan….. • Social budaya - Penyelenggraan dan pengadaan sarana dan prasrana pendidikan non formal - Peningkatan muatan local pendidikan budidaya ternak ruminansia dan muatan local pendidikan pertanian berbasis konservasi - Meningkatkan pemahaman serta tokoh dan lembaga keagamaan dalam pengembangan kearifan local melalui pemberdayaan lembaga keagamaan
• Ekonomi - Model-model pertanian berbasis agrobisnis diataranya Pengembangan tanaman keras di kawasan konservasi dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berupa buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya, serta pelatihan bidangbidang usaha tani - pertanian terpadu, bantuan pemasaran, penerapan teknologi tepat guna (TTG) dan pelatihan usaha dan keterampilan. -
Kesimpulan • Program pemerintah maupun pemerintah daerah seperti GERHAN dan GRLK masih diperlukan , karena dengan program tersebut lahan kritis dapat dihutankan kembali. • Lemahnya penegakan hukum, sehingga perambahan hutan terus terjadi. • Terjadinya perambahan hutan konservasi oleh masyarakat,yang diubah menjadi lahan pertanian / perkebunan • Rendahnya pengetahuan atau ketidak pedulian masyarakat terhadap pentingnya peranan sungai bagi kehidupan. • Rendahnya pendidikan dan ketrampilan masyarakat, sehingga diversifikasi pertanian tidak ada.
SARAN - Perlu ditingkatkan upaya untuk penguatan koordinasi, penyamaan persepsi tentang pioritas progam pemerintah dan pemerintah daerah seperti GERHAN, GRLK dan program lainnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat - Model-model pertanian berbasis agrobisnis diataranya pengembangan tanaman keras di kawasan konservasi dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berupa buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya, seperti penanaman pohon aren yang cocok diintegrasikan dengan ternak sapi perah. Mengadakan penyuluhan dan pelatihan pendampingan masyarakat dengan penerapan insentif dan disinsentif. Dilakukan pemberian penghargaan bagi masyarakat yang berprestasi dalam penjagaan lingkungan sehingga mampu mendorong program konservasi secara swadaya.
Komposisi kimia gula Aren, Gula Tebu dan gula siwalan No.
Sipat kimia
Gula Aren
Gula Tebu
Gula siwalan
1
Kadar air
9,16
10,30
8,61
2
Sukrosa
84,31
71,89
76,85
3
Gula pereduksi
0,53
3,70
1,86
4
Lemak
0,11
0,15
0,19
5
Protein
2,28
0,06
1,04
6
Total mineral
3,66
5,04
3,15
7
Kalsium
1,35
1,64
0,86
8
Posfor
1,37
0,06
0,01
Sumber : BPTP Banten 2005
Beberapa aspek yang mendukung pernyataan ini : • Budidaya tanaman - Perlu Pembuatan model-model pertanian berbasis agrobisnis dan berwawasan konservasi - Dapat membantu pelestrarian dari kepunahan - peluang tambahan bagi masyarakat sekitar • Aspek lingkungan - Tanaman aren akan menggunakan lahan kritis -Areal tersebut akan menjadi penghijauan dan resapan air dan menghindarkan masyarakat dari bahaya banjir, kekeringan dan longsor • Aspek pendapatan - Sebagai tanaman yang multiguna berpeluang sumber penghasilan bagi masyarakat - Dengan asumsi seluas 100 Ha terdapat 15.000 pohon. Apabila produksi gula aren 30.000 kg berarti terdapat potensi pendapatan sebesar Rp. 210.000.000/ hari tanaman ini belum termasuk penghasilan ikutannya • Aspek tenaga kerja - seluas 100 Ha diperkirakan dapat menampung tenaga kerja 1000 orang sebagai penyadap gula aren, belum termasuk tenaga kerja di bidang produski
Buah Aren dengan jenis unggul
Tanaman aren tumbuh subur pada semak-semak
Ilustrasi Pengembangan Aren dengan ternak
Gula Aren yang Enak rasanyna
Sistem Penyadapan yang konpensional
Kebun ren dengan pipanisasi masa depan
Nira Aren hasil pipanisasi Mengalir dengan deras
Kolang Kaling yang enak rasanya