REGENERASI MINYAK JELANTAH DENGAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT Sri Kadarwati*, Sri Wahyuni Prodi Kimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang *Email:
[email protected]
Abstract: The society service activity about regeneration of used cooking oil using natural zeolite was carried out. This activity was aimed to improve society’s knowledge about the danger of used cooking oil, introduce the regeneration method using natural zeolite and its use in regeneration process, and improve the society’s skill in regenerating it to fresh cooking oil in accordance to standard quality of SNI. This activity was conducted through methodological steps, involving identification and field observation, organizing, workshop and information, action and evaluation programs. It can be concluded that there is enhancement of society’s knowledge about the danger of used cooking oil without regeneration. This improves their health by not reusing it. They has mastered the simple technique to regenerate it using natural zeolite. The evaluation and laboratory analysis results shows that acid and peroxide number of the regenerated one significantly decrease. It means that it safely can be reused. Abstrak: Telah dilakukan kegiatan tentang regenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan minyak jelantah, manfaat zeolit alam dalam regenerasi minyak jelantah, mengenalkan metode regenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam, dan menambah keterampilan masyarakat dalam mengolah minyak jelantah menjadi minyak goreng segar sesuai standar mutu SNI. Kegiatan ini dilakukan dengan langkah metodologis yang meliputi identifikasi dan observasi lapangan, pengorganisasian, penyuluhan dan pelatihan, program aksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya minyak jelantah tanpa proses regenerasi yang selanjutnya akan meningkatkan kesadarannya akan kesehatan dengan tidak lagi menggunakan minyak jelantah tanpa proses regenerasi. Masyarakat telah menguasai teknik regenerasi sederhana minyak jelantah dengan memanfaatkan zeolit alam. Hasil evaluasi dan analisis laboratorium terhadap minyak goreng hasil regenerasi menunjukkan penurunan angka asam dan bilangan peroksida secara signifikan, sehingga layak untuk digunakan kembali. Kata kunci: regenerasi, kesehatan, minyak jelantah, zeolit alam
PENDAHULUAN Kegiatan memasak merupakan kegiatan rutin yang seringkali tidak bisa dihindari. Sebagai akibatnya, urusan minyak goreng merupakan hal yang juga tidak terhindarkan, termasuk penggunaan minyak jelantah yang kadang diikuti dengan pencampuran minyak jelantah dengan minyak goreng segar. Hal ini dikarenakan himpitan ekonomi masyarakat Indonesia, tak terkecuali warga Mangunsari mengingat harga minyak goreng segar serta bahan pokok lain yang kian melambung. Mereka tidak mengetahui bahwa keadaan sema-cam itu justru akan menurunkan kualitas minyak goreng segar. Minyak goreng merupakan ester gliserol dengan asam-asam lemak, yang diperoleh de-
ngan cara memurnikan minyak nabati. Menurut Ketaren (1986), hampir semua minyak goreng murni mengandung tidak kurang dari 98% trigliserida dan 2% komponen nontrigliserida (0,5% digliserida, 0,1% asam lemak bebas, 0,3% sterol, 0,1% tokoferol dan fosfolipid), serta sejumlah komponen zat warna dalam jumlah hanya beberapa ppm. Komposisi asam lemak dalam minyak goreng sangat besar pengaruhnya dalam proses menggoreng makanan. Minyak nabati yang mempunyai kandungan asam lemak tak jenuh sangat tinggi biasanya tidak digunakan sebgai minyak goreng karena mudah teroksidasi, terdekomposisi dan cepat mengalami polimerisasi, kecuali jika dilakukan hidrogenasi untuk mengurangi komponen asam lemak tak jenuh yang tidak stabil pada suhu tinggi (Ong dan
Kuch, 1992). Menurut Blumethal (1991), Mazza dan Qi (1992), serta Tyagi dan Vabistha (1966), selama proses penggorengan, terjadi penurunan kualitas serta nilai gizi makanan yang digoreng dan minyak gorengnya, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, apalagi jika minyak goreng digunakan berulang-ulang. Kualitas minyak goreng yang telah menurun ditandai dengan telah terpecahnya trigliserida menjadi komponen volatil dan non volatil yang larut dalam minyak, dan akan mempengaruhi bau dan cita rasa makanan yang digoreng dalam minyak tersebut (Yates dan Caldwell, 1992). Trigliserida yang terkandung dalam minyak merupakan komponen non polar, sedangkan hasil degradasi minyak goreng berupa komponen-komponen yang bersifat polar yang terdiri dari asam lemak bebas, monodigliserida, dan trigliserida teroksidasi (Yates dan Caldwell, 1992). Minyak goreng seperti ini akan memiliki sifat karsinogenik (penyebab tumbuhnya sel kanker), sehingga tidak aman lagi untuk dipakai. Makanan yang digoreng mengalami proses pematangan karena proses transfer panas dan transfer massa (Blumethal, 1991; Firestone, dkk., 1991), karena minyak goreng berfungsi sebagai media transfer panas. Blumethal (1991) berpendapat bahwa minyak goreng segar (yang belum pernah digunakan) mempunyai kapasitas panas yang tinggi, tetapi akan berkurang ketika digunakan. Menurutnya, selama digunakan untuk menggoreng ada energi yang hilang, selanjutnya konduktivitas panas akan meningkat drastis pada minyak yang telah digunakan. Upaya untuk mengolah minyak jelantah dalam rangka penghematan, namun tidak membahayakan kesehatan serta mudah dilakukan sangat diperlukan. Salah satunya dengan melakukan regenerasi menggunakan adsorben tertentu. Menurut Yates dan Caldwell (1993) serta White (1993), hampir semua adsorben yang mengandung silikat kecuali karbon aktif dan alumina mampu mengadsorpsi hampir semua komponen polar dalam minyak goreng yang terbentuk selama proses penggorengan. Salah satu bahan alami bersilika yang dapat digunakan sebagai adsorben adalah zeolit alam. Zeolit alam dapat digunakan sebagai adsorben pada proses pemurnian minyak kedelai dan minyak kelapa sawit karena dapat mengadsorpsi zat warna, protein, asam lemak bebas dan phospolipid. Zeolit alam relatif mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah cukup besar di Indonesia. Zeolit dikenal sebagai adsorben dengan selektivitas yang tinggi.
Jika dua molekul berbeda melewati pori-pori zeolit, adsorpsi zeolit terhadap masing masing molekul memiliki kecenderungan yang berbeda. Jika bentuk dua melokul berbeda maka bentuk dan ukuran yang tidak sesuai dengan dimensi pori-pori zeolit tidak dapat melewati pori-pori zeolit tersebut. Zeolit mempunyai ciri-ciri utama yaitu kerangka [(Al,Si)O2]n yang selalu terbuka. Keterbukaan struktur ini dihasil-kan dalam pembentukan saluran rongga dengan ukuran garis tengah yang berbeda beda. Molekul dengan ukuran yang tepat dapat terperangkap dalam lubang tersebut, dan sifat inilah yang memungkinkan penggunaannya sebagai adsorben yang selektif (Cotton dan Wilkinson, 1988). Zeolit juga memiliki sifat yang fleksibel artinya dapat diubah sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Hal ini disebabkan zeolit mempnyai kation yang dapat dipertukarkan dengan kation lain. Zeolit tidak hanya mampu mengadsorpsi zat tunggal, melainkan juga dapat memisahkan campuran berdasarkan ukuran molekul, polaritas, jenis ikatan karbon (jenuh atau tak jenuh) dan masa molekul. Jika seluruh molekul dari campuran yang akan dipisahkan berukuran cukup kecil sehingga dapat melewati lubang pori, maka komponen yang memilik polaritas yang lebih kuat atau ketidakjenuhan yang lebih tinggi atau komponen volatil yang lebih sedikit akan teradsorpsi dan terikat lebih kuat. Dengan demikian zeolit mempunyai selektivitas yang tinggi dibandingkan dengan adsorpsi dengan adsorben yang lainnya (Tsitsishvili, dkk, 1992). Zeolit termasuk tektosilikat dalam tipe silikat tanah. Zeolit mempunyai susunan atom dan bentuk molekul yang hampir sama dengan lempung, sehingga adsorpsi senyawa organik pada zeolit dan mekanismenya dalam mengadsorpsi senyawa organik tersebut juga hampir sama dengan lempung. Penyerapan senyawa organik oleh komponen lempung terjadi karena adanya ikatan– ikatan fisik hidrogen elektrostatis dan koordinasi yang terlibat dalam proses tersebut. Ikatan fisik akibat tarikan–tarikan gaya London van der Waals, terjadi pada permukaan luar. Ikatan hidrogen dapat terjadi jika senyawa memiliki gugus = NH atau -OH yang dapat dilarutkan ke–Opada permukaan lempung. Ikatan elektrostatik terjadi antara kation dan anion organik dan lempung. Ikatan koordinasi meng-hasilkan pembentukan senyawa kompleks (Tan, 1992). Menurut Greenland dalam Tan (1992), lempung dan bahan organik dapat membentuk kompleks, meskipun mekanismenya secara pasti
belum diketahui, reaksi hipotetiknya disajikan pada Gambar 1. Si Al OH + HO Si
O
Si COOH
Al O
O
COOH + H2O
Si
Gambar 1. Reaksi Pembentukan Kompleks Lempung dan Bahan Organik Reaksi pada Gambar 1 menunjukkan penambahan suatu gugus asam (COOH) pada permukaan lempung yang mernyumbangkan suatu muatan negatif yang kuat kepada lempung tersebut. Oleh karena itu, potensi permukaan kompleks lempung organik lebih besar daripada untuk lempung saja. Akibatnya potensial elektrokinetik menjadi lebih besar. Ini berakibat meningkatkan kapasitas peptisasi lempung (Tan, 1992). Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan minyak jelantah, menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat zeolit alam dalam proses pengolahan minyak jelantah, mengenalkan metode pengolahan minyak jelantah menggunakan zeolit alam, menambah keterampilan masyarakat dalam mengolah minyak jelantah menjadi minyak goreng segar sesuai standar mutu SNI 01-3741-199501–0014–1987. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah ditemukan suatu metode pengolahan minyak jelantah menjadi minyak goreng segar sesuai standar mutu SNI 01-3741-199501–0014–1987, masyarakat dapat menerapkan penggunaan zeolit alam dalam proses pengolahan minyak jelantah, membuka peluang usaha baru dalam pengolahan minyak jelantah bagi yang berminat, menambah kesadaran masyarakat akan bahaya minyak jelantah, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. METODE Kegiatan penerapan IPTEKS regenerasi minyak jelantah ini dilakukan dengan melakukan langkah metodologis yang meliputi identifikasi dan observasi lapangan, pengorganisasian, penyuluhan dan pelatihan, program aksi dan evaluasi. Langkah identifikasi dan observasi lapangan bertujuan untuk melakukan pendataan tentang keadaan daerah yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Terapan Ipteks dan jumlah anggota PKK (Dasa Wisma) yang potensial untuk dilibatkan dalam proses kegiatan me-
ngenai teknologi pengolahan regenerasi minyak jelantah. Langkah pengorganisasian meliputi negosiasi dengan pihak-pihak terkait, pengurusan ijin, penetapan waktu, tempat, pembiayaan, peserta, materi dan peralatan yang terkait de-ngan kegiatan ini. Langkah selanjutnya adalah penyuluhan dan pelatihan. Metode penyuluhan digunakan untuk memberi wawasan yang bersifat teoritis dan praktis tentang materi kegiatan yaitu proses pengolahan minyak jelantah agar dapat dipergunakan kembali, sedangkan pelatihan diberikan dalam bentuk variatif yaitu ceramah, diskusi/tanya jawab, demonstrasi dan praktik regenerasi minyak jelantah secara langsung. Program aksi merupakan kegiatan penerapan teknologi tepat guna yaitu peserta pelatihan bersama tim pelaksana terlibat secara langsung dalam proses. Alokasi waktu dalam program aksi diberikan porsi yang paling besar. Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan pelaksanaan program. Pada kegiatan ini juga akan dievaluasi kelebihan dan kekurangan, evaluasi break even point (BEP) serta mempertimbangkan masukanmasukan dari peserta pelatihan yang bersifat konstruktif. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan terapan IPTEKS ini, evaluasi akan dilakukan terhadap dua bentuk utama yaitu kegiatan penyuluhan dan praktik, serta evaluasi BEP yaitu suatu analisis untuk mengetahui kapan akan terjadinya titik impas yaitu kapan saat kembalinya modal dengan mempertimbangkan biaya pengadaan bahan dan peralatan serta biaya operasionalnya. Evaluasi ini sangat penting karena tujuan sampingan dari program ini adalah untuk memberdayakan potensi masyara-kat. Keberhasilan pelatihan dan praktik dievaluasi dengan penyebaran angket kepada peserta yang berisi tentang sikap atau tanggapan mengenai teknologi regenerasi minyak jelantah menjadi minyak goreng layak pakai. Diantara kriteria dari bentuk tes evaluasi yang diungkap adalah kemudahan dalam pengolahan minyak jelantah menjadi minyak goreng layak pakai, kemudahan proses regenerasi minyak jelantah menjadi minyak goreng layak pakai dengan kualitas yang baik dan laku jual, kemudahan dalam penyediaan bahan, alat serta evaluasi BEP jika minyak goreng layak pakai hasil regenerasi yang diproduksi ini dijual kembali, peluang diterimanya di masyarakat untuk dipakai secara massal. Kegiatan ini dikatakan berhasil apabila
masyarakat sasaran telah memenuhi minimal dua kriteria yaitu dapat melakukan sendiri proses regenerasi minyak jelantah menjadi minyak goreng layak pakai dengan hasil yang baik, dan dapat memproduksi minyak goreng layak pakai dari bahan baku minyak jelantah baik secara individual atau kelompok dalam rangka menciptakan peluang usaha baru untuk meningkatkan taraf hidup. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Jalannya Kegiatan Kegiatan ini telah dilaksanakan pada khalayak sasaran, yaitu ibu-ibu PKK RT 02 RW 04 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Semarang. Khalayak sasaran memiliki keberagaman tingkat pendidikan dan pekerjaan. Di antara mereka ada yang berpendidikan SD, namun ada pula yang memiliki pendidikan sarjana, bahkan magister dan doktor, dengan jenis pekerjaan mulai dari ibu rumah tangga, pekerja rumah tangga, sampai pegawai negeri sipil. Dengan demikian, jalannya kegiatan ini sangat bergantung pada daya tangkap khalayak sasaran terhadap materi kegiatan. Hasil nyata dari kegiatan ini adalah khalayak sasaran telah menerima pengetahuan dan keterampilan me-ngenai manfaat zeolit alam dan tumbuhan bersilika sebagai bahan aktif untuk regenerasi minyak jelantah menjadi minyak yang berkua-litas. Jalannya kegiatan ini secara garis besar meliputi tiga tahap utama. Pada tahap pertama dilakukan pemberian wawasan atau pengetahuan dari tim mengenai cara pemanfaatan zeolit sebagai adsorben dalam proses regenerasi minyak jelantah. Pada kegiatan pemberian informasi dan penjelasan tentang materi praktik penggunaan zeolit dan tumbuhan bersilika untuk menregenerasi minyak jelantah tersebut dilakukan dengan metode ceramah dan diikuti dengan dikusi interaktif. Selain itu, peserta kegiatan juga diberikan praktik tentang prosedur penggunaan zeolit alam untuk proses regenerasi minyak jelantah. Pada tahap ini, tim pelaksana kegiatan menunjukkan produk minyak goreng setelah proses regenerasi kepada peserta kegiatan sebagai perbandingan dengan minyak jelantah sebelum regenerasi dengan zeolit alam. Pada tahap ini juga dikemukakan hasil analisis laboratorium terhadap kandungan radikal bebas masing-masing jenis minyak goreng yang dapat ditunjukkan dengan bilangan peroksida. Tahap kedua kegiatan ini adalah pelatihan
dan praktik mandiri tentang regenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam oleh peserta kegiatan dibantu oleh tim pelaksana kegiatan. Persiapan alat dan bahan praktik terlebih dahulu dilakukan, yang meliputi dandang stainless steel yang didesain khusus oleh tim pelaksana, kompor untuk memanaskan, serta bahan-bahan praktik yang meliputi zeolit alam, arang aktif, dan minyakjelantah yang dibeli dari pedagang gorengan. Prosedur kerja praktik regenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam dapat dilihat pada lampiran. Tahap selanjutnya dari rangkaian kegiatan ini adalah uji mutu dan evaluasi minyak goreng hasil regenerasi. Uji mutu dan evaluasi yang dimaksud adalah uji organoleptis yang meliputi warna dan bau dari minyak goreng tersebut. Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa minyak goreng hasil regenerasi memiliki warna yang lebih jernih daripada minyak jelantah, meskipun tidak sejernih minyak goreng segar. Namun yang perlu dicatat di sini adalah kandungan radikal bebas dan zat-zat berbahaya dari minyak goreng hasil regenerasi jauh berkurang apabila dibandingkan dengan minyak jelantah. Dengan memperhatikan jalannya kegiatan ini dapat ditunjukkan hasil luaran yang diperoleh hasil bahwa khalayak sasaran telah menguasai teknik regenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam aktif dan tumbuhan bersilika. Teramati juga bahwa terjadi peningkatan kesadaran hidup sehat pada khalayak sasaran untuk tidak menggunakan minyak goreng berulangulang, dan tidak lagi megkonsumsi makanan yang diolah dengan minyak jelantah. Khalayak sasaran telah memperoleh pengetahuan tambahan yang berupa bahaya penggunaan minyak jelantah dan pengetahuan tentang teknik sederhana untuk menregenerasi minyak jelantah menjadi minyak goreng yang layak konsumsi sesuai dengan standar mutu. Tanggapan Khalayak Sasaran terhadap Pelaksanaan Kegiatan Hasil pemantauan selama proses pelaksanaan kegiatan ini menunjukkan antusiasme khalayak sasaran dari ibu-ibu PKK RT 02 RW 04 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Semarang untuk mengikuti kegiatan ini sangat besar. Hal ini terbukti dari 40 peserta kegiatan yang dijadwalkan hadir, hanya 8 peserta saja yang berhalangan hadir dikarenakan kegiatan penting diluar kota. Selama kegiatan berlangsung, para peserta mendengarkan dengan
seksama dan aktif bertanya kepada tim pelaksana apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas dan membutuhkan klarifikasi dari tim pelaksana. Hasil wawancara dan analisis lembar kuisioner yang disebarkan kepada seluruh peserta memberikan tanggapan beragam sebagai berikut: (1) sebanyak 25 peserta belum mengetahui secara jelas dan detail tentang bahaya penggunaan kembali minyak jelantah dan teknik sederhana pendaurulangan minyak jelantah menjadi minyak goreng layak pakai dengan memanfaatkan zeolit alam dan tumbuhan bersilika, (2) peserta memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dan memberikan apresiasi positif bahwa kegiatan telah dipersiapkan dengan baik, dan tim pelaksana betu-betul menguasai materi kegiatan, (3) peserta berpendapat bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu, peserta akan mensosialisasikan hasil kegiatan ini pada pertemuan-pertemuan warga pada kesempatan yang lain, (4) peserta yang kebetulan berprofesi sebagai pedagang gorengan keliling maupun warung makan menyatakan bahwa regenerasi minyak jelantah cukup meng-untungkan bagi mereka karena akan mengurangi pengeluaran pembelian minyak goreng. Hasil evaluasi dan tanggapan dari peserta kegiatan terungkap bahwa harga kebutuhan pokok yang mahal akan sedikit terkurangi apabila mereka dapat melakukan regenerasi minyak jelantah sendiri dengan biaya yang murah dan teknik yang sederhana dan mudah. Selain itu, kesehatan mereka juga akan relatif lebih baik karena tidaklagimengkonsumsi makanan yang diolah menggunakan minyak jelantah dengan kandungan radikal bebas yang tinggi. Hasil Kegiatan Pelatihan Regenerasi Minyak Jelantah Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan tentang regenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam, dilakukan uji laboratorium terhadap minyak goreng hasil regenerasi yang meliputi bilangan peroksida, bilangan asam, dan bilangan iodin, serta sifat organoleptisnya yaitu kejernihan, meskipun telah dilakukan uji tersebut terhadap hasil regenerasi minyak jelantah yang dilakukan tim pelaksana sebelum dilaksanakannya kegiatan. Hasil anali-
sis menunjukkan bahwa minyak goreng hasil regenerasi memiliki tingkat kejernihan yang lebih baik dibandingkan dengan minyak goreng sebelum regenerasi meskipun tidak sejernih minyak goreng segar (Gambar 2).
( (
a)
(
b) c)
Gambar 2. Penampakan Fisik (a) Minyak Jelantah, (b) Minyak Goreng Hasil Regenerasi, dan (c) Zeolit Alam Tanggapan peserta kegiatan ini sangat baik dan penuh antusiasme. Namun demikian, para peserta masih enggan untuk melakukan praktik secara langsung, apalagi minyak yang digunakan dalam skala rumah tangga mereka sehari-hari relatif sedikit jumlahnya. Di samping itu, mereka lebih terbiasa menggunakan sisa nasi untuk menjernihkan minyak goreng daripada zeolit alam yang hampir seluruh peserta masih terasa asing mendengarnya. Kegiatan semacam ini akan lebih efektif apabila khalayak sasaran yang dipilih adalah penjual gorengan. Berdasarkan temuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, minimal terdapat dua hal penting sebagai hasil kegiatan yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan melalui kegiatan ini dengan bertambahnya pengetahuan khalayak sasaran akan bahaya penggunaan kembali minyak jelantah. Selain itu, terjadi peningkatan pengetahuan khalayak sasaran tentang zeolit alam dan pemanfaatannya untuk menregenerasi minyak jelantah menjadi minyak goreng yang layak konsumsi. Beberapa faktor yang menghambat terlaksananya kegiatan ini adalah: (1) peserta kegiatan belum mengetahui bahaya minyak jelantah yang telah digunakan lebih dari tiga kali. Hal ini dise-
serta ketersediaan bahan dan alat praktik cukup memadai, ditambah lagi tim pelaksana telah mendesain alat khusus (Gambar 3) untuk praktik dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu, indikator keberhasilan lain yang dapat diungkap di sini adalah penguasaan materi, pengetahuan, dan keterampilan tim pelaksana dalam menregenerasi minyak jelantah menggunakan zeolit alam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Gambar 3. Alat Regenerasi yang Didesain oleh Tim Pelaksana
babkan oleh rendahnya tingkat pendidikan sebagian peserta, (2) lokasi kegiatan sangat jauh dari keadaan yang memungkinkan akses informasi tentang bahaya minyak jelantah yang digunakan kembali tanpa proses regenerasi sebelumnya. Faktor-faktor pendukung terlaksananya kegiatan ini adalah antusiasme peserta dengan adanya kegiatan ini. Meskipun tingkat pengetahuan dan pendidikan peserta masih rendah, namun rasa ingin tahu mereka sangat besar dan bersedia berperan serta aktif secara maksimal dalam kegiatan ini. Berdasarkan analisis beberapa faktor penghambat dan pendukung yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan ini telah berjalan dengan baik dengan indikator keberhasilan antusiasme, dan inisiatif peserta,
Berdasarkan uraian tentang pelaksanaan dan hasil kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa khalayak sasaran telah meningkat pengetahuannya tentang bahaya minyak jelantah tanpa proses regenerasi yang selanjutnya akan meningkatkan kesadarannya akan kesehatan dengan tidak lagi menggunakan minyak jelantah tanpa proses regenerasi, khalayak sasaran telah menguasai teknik sederhana untuk menregenerasi minyak jelantah dengan memanfaatkan zeolit alam, dan hasil evaluasi dan analisis laboratorium terhadap minyak goreng hasil regenerasi menunjukkan penurunan angka asam dan bilangan peroksida secara signifikan, sehingga layak untuk digunakan kembali. Saran Meski respon peserta terhadap kegiatan ini sangat baik, namun masih terbatas pada pemanfaatan zeolit alam. Berdasarkan hal tersebut, disarankan perlunya kegiatan tindak lanjut tentang pemanfaatan bahan-bahan lain yang lebih mudah didapat dengan harga terjangkau untuk mendaur ulang minyak goreng bekas.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, B.G., 1997, Perbaikan Kualitas Minyak Jelantah Secara Adsorbsi dengan Tanah Pemucat dan Arang Aktif. Skripsi FTP-UGM Bluemethal, M.M. 1991. A New Lost at the Chemistry and Physics of Deep – Fat Frying. J.F. Tech 45 (2) 68 – 71 ;94ng Cotton, F. A. dan G. Wilkinson. 1988. Basic Inorganic Chemistry. New York: John Wiley and Sons.
Firestone, D., Stier, RF dan Bluemethal, M.M. 1991. Regulation of Frying Fats and Olis. JAOCS: 45 (2): 90 -94 Fritsch C.W. 1981 Measuirement of Frying Fat Deterioration: A brief Review JAOCS 58 (4) ; 272 -274 Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press Jakarta Mazza, G. dan Qi, H. 1992. Effect of after Cooking Dartening Inhibitors on
Stability of Frying Oil and Quantity of French Fries. JAOCS 69 (9): 847 - 853
Tan, K.H. 1992. Principles of Soil Chemistry. New York: Marcel Dekker, Inc.
Ong, S.H. dan Kuch, S.T. 1992. Food Uses of Palm Oil Asia Pasific Conference on Food Processing and Technology. Proceeding, Kuala Lumpur Malaysia.
Tsitsishvili, G.V., Androni, Kasvilli, Kirov, G.M. Fillizova, L.D., 1992, Natural Zeolities, Ellis Horwood Ltd, Chicester, England.
Sakata, M., Takahashi, Y. dan Sonehara, M. 1985. Quality of Fried Foods with Palm Oil. JAOCS 62 (2): 449 – 454.
Yates, R. A dan J.d. Caldwell. 1992. Adsorptive Capacity of Active Filter Aids for Used Cooking Oil. 69 (9); 894-897.
SNI 1995. Syarat Mutu Minyak Goreng (SNI 013741-1995). Dewan Standarisasi Nasional.