14 Oktober 2012
TUGAS KIMIA ANORGANIK
RANGKUMAN BAB 10: BENTUK-BENTUK MOLEKUL Dosen Pengampu: Dr. Istadi
Teknik Kimia Universitas Diponegoro 2012
| Intan Medinah (21030112130081)
BAB 10 BENTUK-BENTUK MOLEKUL 10.1. MENGGAMBAR MOLEKUL DAN ION MENGGUNAKAN STRUKTUR LEWIS Untuk menggambarkan bentuk molekul agar terlihat lebih sederhana biasanya menggunakan struktur lewis. Struktur dua dimensi ini terdiri dari titik-titik yang menggambarkan electron dan garis yang menggambarkan ikatan antar atom. Sebagai dasarnya, digunakan aturan octet untuk penempatan electron dalam struktur lewis ini, kecuali dalam beberapa penyimpangan dalam aturan octet
Membuat Struktur Lewis Dengan Menggunakan Aturan Oktet
1. Struktur lewis dengan satu ikatan Step 1 Untuk senyawa dengan rumus molekul ABn, letakkan atom yang golongannya dalam table periodic lebih rendah di tengah karena atom yang golongannya lebih rendah membutuhkan lebih banyak electron untuk memenuhi aturan octet dan biasanya atom tersebut memiliki elektronegatifitas lebih rendah. Contoh NF₃: N (gol VA, EN=3,0) memiliki 5 elektron dan membutuhkan 3 elektron, sedangkan F (gol VIIA, EN=4,0) memiliki 7 elektron sehingga membutuhkan 1 elektron untuk mencapai aturan octet. Tapi jika kedua atom tersebut berada pada golongan yang sama, maka yang menjadi atom pusatnya adalah atom dengan periode lebih besar. Maka dari itu N menjadi atom pusat dengan F di sekelilingnya
Step 2
Jumlahkan semua electron valensi dari masing-masing atom. Pada senyawa, terdapat satu atom N, maka electron valensi dari N dikali 1, sedangkan atom F ada tiga, maka electron valensi dari F dikali 3. [1 x N(5ē)] + [3 x F(5ē)] = 5ē + 21ē = 26 elektron valensi Jika pada ion poliatom, tambahkan satu electron untuk setiap muatan negative atau kurangkan satu electron untuk setiap muatan positif
Step 3
Gambarkan ikatan tunggal dalam bentuk garis dari atom-atom sekelilingnya ke atom pusat dan kurangkan 2ē untuk setiap ikatan tunggal dari total electron valensi yang ada
Jumlah yang terisa: 3 ikatan N ̶ F x 2ē = 6ē. Jadi, 26ē - 6ē = 20ē yang tersisa
Step 4
Distribusikan sisa pasangan electron sehingga tiap atom memiliki 8 elektron (atau 2 untuk H). Pertama, letakkan pasangan electron bebas disekitar atom yang keelektronegatifannya lebih besar (atom sekitarnya) untuk membuat atom-atom tersebut memenuhi aturan octet. Jika terdapat sisa, taruh electron di sekitar atom pusat. Lalu periksa apakah setiap atom memiliki 8ē dan apakah jumlah electron di molekul tersebut berjumlah 26ē: 6ē pada masing-masing ikatan tunggal dan 20ē atau 10 pasangan electron pada atom-atom di sekelilingnya. Ini adalah struktur lewis dari NF₃
Namun dalam kenyataannya, bentuk NF₃ bukan seperti yang digambarkan diatas karena struktur lewis tidak menentukan bentuk dari molekul tersebut. Bentuk molekul NF₃ digambarkan lebih seperti ini:
2. Struktur lewis dengan beberapa/lebih dari satu ikatan Terkadang jika sampai step 4 namun tidak terdapat cukup electron untuk memenuhi aturan octet pada atom pusatnya, maka dalam molekul tersebut mungkin terdapat ikatan rangkap. Untuk membuat struktur lewis-nya maka dibutuhkan step tambahan
Step 5
Buat ikatan rangkap dengan mengganti pasangan electron bebas dari salah satu atom disekitar atom pusat menjadi ikatan rangkap. Contoh dari step 1-4 didapatkan:
Lalu setelah pasangan electron diubah menjadi ikatan lain antara dua atom C, struktur lewisnya menjadi:
Resonansi: Delokalisasi Ikatan Rangkap Biasanya kita sering menggambarkan lebih dari satu macam gambar struktur lewis untuk molekul atau ion dengan ikatan rangkap dan ikatan tunggalnya bersebelahan. Contohnya pada ozon (O₃). Dua kemungkinan untuk penggambarannya adalah:
Pada gambar I, oksigen B memiliki ikatan rangkap dengan oksigen A dan ikatan tunggal dengan oksigen C. pada gambar II, oksigen B memiliki ikatan rangkap dengan oksigen C dan ikatan tunggal dengan oksigen A. Kedua gambar itu merupakan gambar struktur lewis dari sebuah molekul yang sama. Namun pada kenyataannya, kedua struktur ini tidak ada yang benar karena panjang ikatan dua ikatan O ternyata memiliki nilai yang sama diantara panjang O – O dan O=O, padahal menurut struktur diatas, kedua ikatan pada atom O pusat akan memiliki panjang yang berbeda dikarenakan ikatan tunggal akan memiliki panjang ikatan yang lebih panjang dibandingkan dengan ikatan rangkap. Molekul tersebut lebih benar digambarkan dengan dua struktur lewis yang dinamai struktur resonansi dan sebuah tanda panah (↔) diantara kedua gambar struktur lewis tersebut. Struktur resonansi memiliki penempatan atom yang sama namun berbeda penempatan ikatan dan pasangan electron bebas-nya. Kita dapat mengubah satu bentuk resonansi ke bentuk lain dengan memindahkan pasangan electron bebasnya ke ikatan di sebelahnya
Sebenarnya O₃ tidak berubah bentuk dari stuktur I ke struktur II secara instan. Molekul sebenarnya merupakan resonansi campuran atau resonance hybrid. Penggambaran molekul ozon yang membutuhkan lebih dari satu struktur lewis merupakan hasil dari delokalisasi pasangan electron. Delokalisasi merupakan suatu keadaan dimana electron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi berpindah-pindah dari satu atom ke atom lainnya.
Pada berbagai ikatan, setiap pasangan elektronnya tertarik oleh inti dari dua atom dengan ikatan rangkap dan kerapatan electron lebih besar di daerah sekitar inti dari ikatan rangkap. Pada resonansi hybrid untuk O₃, dua pasangan electron (satu yang berikatan dan satu pasangan bebas) mengalami delokalisas, kerapatan elektronnya menyebar di sekitar molekul. Pada O₃, hal ini berdampak pada dua ikatan identik, yang masing-masing terdiri dari ikatan tunggal dan ikatan parsial (pemberian dari salah satu pasangan electron yang terdelokalisasi). Penggambaran resonansi hybrid dengan garis putus-putus yang merupakan pasangan yang terdelokalisasi
Delokalisasi electron membuat penyebaran electron meluas yang menyebabkan berkurangnya tolakan electron dan menstabilkan molekul. Contoh resonansi pada benzene:
Ikatan parsial dapat menentukan orde ikatan fractional. Misalnya orde untuk O₃: 3 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛
Orde ikatan = 12 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛
Muatan Formal: Menetukan Struktur Resonansi yang Lebih Penting Karena resonansi hybrid merupakan rata-rata dari bentuk resonansi, satu bentuk dapat berkontribusi lebih dan memberikan berat lebih terhadap rata-ratanya. Untuk menentukan
bentuk resonansi yang lebih penting, dapat dilakukan dengan menentukan muatan formal setiap atomnya. Muatan tersebut dapat terjadi jika electron ikatannya terbagi seimbang Muatan Formal = jumlah electron valensi – (jumlah electron valensi bebas + ½ jumlah electron valensi yang dipakai bersama) Contohnya pada O₃, muatan formal dari oksigen Apada bentuk resonansi I adalah: Muatan Formal = 6 ēv – (4 ē bebas + ½ 4 ē yang digunakan bersama) =6–4–2 =0 Muatan formal dari semua atom di kedua bentuk resonansi dari O₃ adalah
Bentuk I dan II memiliki muatan formal yang sama namun dalam atom O yang berbeda, jadi kedua bentuk tersebut berkontribusi sama. Pada bentuk I, atom O biasanya memiliki dua ikatan, namun Ob memiliki tiga ikatan dan Oc memiliki satu ikatan. Hanya atom yang memiliki jumlah muatan formal = 0 saja yang memiliki jumlah ikatan normal. Tiga karakteristik untuk menentukan struktur resonansi yang penting:
Muatan formal yang lebih kecil (positif atau negative) lebih dipilih Muatan formal dalam atom yang berdekatan kurang diinginkan Muatan formal yang lebih negative seharusnya terletak pada atom yang lebih elektronegatif
Contoh pada ion cyanate (NCOˉ) yang memiliki dua atom yang berbeda disekitar atom pusat. Tiga bentuk resonansi dengan muatan formalnya adalah:
Bentuk I tidak dipilih karena memiliki muatan formal lebih besar dari yang lainnya dan muatan positif pada atom O yang lebih elektronegatif dari N. bentuk II dan III memiliki muatan formal yang sama besar, namun bentuk III memiliki muatan -1 pada atom O yang lebih elektronegatif. Maka dari itu bentuk II dan III merupakan penyumbang penting dalam resonansi hybrid pada NCOˉ, tapi bentuk III lebih penting. Muatan formal yang digunakan untuk memeriksa struktur resonansi tidak sama dengan bilangan oksidasi yang untuk mengamati reaksi redoks.
Electron ikatan pada muatan formal diberikan masing-masing sama pada setiap atom (seperti pada kovalen non polar). Jadi tiap atom memiliki setengah dari muatan formal
Muatan formal = ēv – (pasangan ē bebas + ē ikatan)
Electron ikatan pada bilangan oksidari diberikan seluruhnya pada atom yang lebih elektronegatif (seperti pada ikatan ionic) Bilangan oksidasi = ēv – (pasangan ē bebas + ē ikatan)
Muatan formal dan bilangan oksidasi pada NCOˉ:
Bilangan oksidasi tidak berubah dari satu bentuk resonansi ke bentuk lain karena keelektronegatifannya tidak berubah. Namun muatan formal berubah karena jumlah ikatan dan pasangan bebas berubah.
Struktur Lewis untuk Penyimpangan Kaidah octet 1. Molekul yang kekurangan electron Molekul gas yang mengandung berilium atau boron sebagai atom pusat biasanya memiliki kurang dari delapan electron di sekitar atom pusatnya. Struktur lewis dari BeCl₂ dan BF₃ adalah:
Pada Be hanya ada empat dan pada B hanya terdapat enam electron disekitarnya. Pasangan bebas dari halogen di sekitarnya tidak dapat pindah ke atom pusat karena halogen lebih elektronegatif dibanding Be dan B, dan struktur seperti ini tidak memenuhi muatan formal
Cara untuk atom yang kekurangan electron memenuhi aturan octet dengan membentuk ikatan tambahan pada reaksinya. Ketika BF₃ bereaksi dengan ammonia, bentuk campurannya dengan boron memenuhi aturan octet:
2. Molekul dengan electron yang ganjil
Beberapa molekul mengandung atom pusat dengan jumlah electron valensi yang ganjil sehingga tidak mungkin memiliki semua electron yang berpasangan. Contohnya adalah radikal bebas yang memiliki electron tidak berpasangan sehingga membuatnya menjadi paramagnetic dan sangat reaktif. Karena dasar dari struktur lewis adalah electron pasangan, molekul dengan electron yang ganjil tersebut tidak dapat diterapkan. Maka digunakan muatan formal untuk menentukan dimana electron yang tidak berpasangan itu berada. Contohnya adalah NO₂ yang memiliki beberapa bentuk resonansi
Bentuk struktur dengan electron yang tidak berpasangan ada pada atom O yang berikatan tunggal memiliki muatan formalnya nol (kanan). Tapi bentuk struktur dengan electron yang tidak berpasangan ada pada atom N (kiri) akan lebih penting/berpengaruh karena bagaimana NO₂ itu bereaksi. Radikal bebas jika bertemu saling bereaksi untuk memasangkan electron tunggalnya/yang tidak berpasangan tersebut. Maka dari itu ketika dua molekul NO₂ bertemu, electron tunggalnya berpasangan membentuk ikatan N – N agar terpenuhi aturan octet pada dinitrogen tetraoksida (N₂O₄)
3. Kulit Valensi yang Meluas Molekul yang memiliki electron valensi lebih dari 8 di sekitar atom pusat biasanya atom tersebut memperluas kulit valensinya untuk membentuk ikatan lagi yang menyebabkan terlepasnya sebagian energy. Atom pusat dapat menyediakan pasangan tambahan dengan menggunakan orbital d terluar yang kosong. Maka dari itu, kulit valensi yang meluas terjadi hanya jika atom pusatnya non-logam periode 3 atau lebih yang terdapat orbital d. Contohnya pada SF₆ yang atom pusatnya dikelilingi enam ikatan tunggal dengan total 12 elektron.
Contoh lainnya adalah H₂SO₄. Dua contoh dari bentuk resonansi dengan muatan formalnya adalah:
Dalam bentuk II, sulfur dengan 12 elektron memiliki peluasan kulit valensi. Berdasarkan aturan muatan formal, bentuk II berkontribusi lebih dibanding bentuk I pada resonansi hybrid. Selain itu jika diamati, panjang ikatannya juga konsisten. Pada molekul gas H₂SO₄, kedua ikatan sulfuroksigen yang juga terikat dengan hydrogen pada oksigen di sisi lainnya memiliki panjang 157 pm. Sedangkan kedua ikatan sulfur-oksigen tanpa adanya hydrogen pada oksigen di sisi lainnya memiliki panjang 142 pm. Ikatan yang pendek ini mengindikasikan adanya ikatan rangkap yang ditunjukan pada bentuk II. H₂SO₄ membentuk ion SO₄²ˉ ketika kehilangan dua ion H⁺. Semua ikatan sulfur-oksigen pada SO₄²ˉ panjangnya 149 pm yang merupakan nilai tengah antara dua ikatan S=O (~142 pm) dan dua ikatan S-O (~157 pm) pada H₂SO₄. Dua dari enam bentuk resonansi yang konsisten dengan data tersebut adalah:
Jadi ion SO₄²ˉ merupakan resonansi hybrid dengan empat ikatan S-O dan dua pasang ikatan lainnya yang berdelokalisasi pada strukturnya, jadi setiap ikatan sulfur-oksigen memiliki orde ikatan 1½
10.2. TEORI VALENCE-SHELL ELECTRON-PAIR REPULSION (VSEPR) DAN BENTUK MOLEKUL Struktur lewis hanya merupakan penggambaran sederhana dari suatu molekul. Untuk menyusun bentuk molekul dari struktur lewis, maka digunakan teori VSEPR. Prinsip dasarnya adalah setiap kelompok electron valensi disekitar atom pusat ditempatkan sejauh mungkin dari atom lain untuk memperkecil tolakan. Kelompok electron ini merupakan sejumlah electron yang menempati suatu daerah disekitar atom. Setiap kelompok electron valensi ini menolak kelompok lain untuk memperbesar sudut antara mereka. Ini merupakan pengaturan tiga dimensi dari inti olehkelompok-kelompok ini yang membuat munculnya bentuk molecular
Susunan Kelompok Electron dan Bentuk Molekul Pada gambar 10.2A, kelompk-kelompok electron dari atom pusat saling tolak-menolak sehingga memperbesar jarak antara mereka. Oleh karena itu maka terbentuklah bentuk-bentuk molekul. Susunan kelompok electron berdasarkan kelompok electron valensi disekitar atom pusat. Sedangkan bentuk molecular berdasarkan posisi relative dari atom inti. Pada gambar 10.2B adalah bentuk molecular jika semua kelompok electron disekitarnya merupakan kelompok ikatan. Tapi jika beberapa bukan kelompok ikatan, makan bentuknyapun akan berbeda. Maka susunan kelompok electron yang sama dapat membentuk bentuk molecular yang berbeda. Untuk mengelompokan bentuk molecular, maka ditetapkan setiap bentuk dengan AXmEn. Dimana m dan n adalah bilangan bulat, A adalah atom pusat, X adalah atom disekitar atom pusat, dan E adalah kelompok electron valensi yang tidak berikatan (biasanya pasangan bebas)
Sudut ikatan (bond angle) adalah sudut yang dibentuk oleh inti-inti dari dua atom disekitar atom pusat dengan inti dari atom pusat pada puncaknya. Gambar 10.2B merupakan sudut ikatan yang ideal. Ini terjadi jika semua kelompok-kelompok electron ikatan disekeliling atom pusat identik dan terhubung ke atom dari unsure yang sama. Tapi jika tidak, sudut ikatan akan menyimpang dari sudut yang seharusnya (ideal).
Bentuk Molekular dengan Dua Kelompok Elektron (Susunan Linear) Jika dua kelompok electron tertarik ke atom pusat, kelompok elektron akan berada sejauh mungkin dari kelompok satunya, yaitu pada arah yang berlawanan dengan tolakan minimumnya terjadi pada sudut 180°. Susunan linear dari kelompokkelompok electron berdampak pada bentuk molecular linear dan sudut ikatan sebesar 180°. Pada gambar 10.3 adalah bentuk general (atas), bentuk molekul dengan kelas VSEPRnya AX₂ (tengah) dan rumus dari beberapa molekul linear. Contoh molekul dengan bentuk linear adalah BeCl₂ dan CO₂
Bentuk Molekular dengan Tiga Kelompok Elektron (Susunan Trigonal Planar) Jika tiga kelompok electron berada disekitar atom pusat akan saling tolak menolak dengan tolakan minum terjadi pada sudut 120° yang disebut susunan trigonal planar. Susunan ini memiliki dua kemungkinan bentuk molekul. Yang pertama, tiga atom disekitar atom pusat. Yang kedua , dua atom dan satu pasangan bebas. Ketika ketiga atom disekitar atom pusat terikat tunggal dengan atom pusat, maka bentuk molekularnya trigonal planar (AX₃). Contohnya adalah BF₃.
Efek dari Ikatan Rangkap Sudut ikatan akan menyimpang dari sudut ideal jika atom sekelilingnya dan kelompok elektronnya tidak sama karena adanya ikatan rangkap dengan kerapatan electron yang lebih besar menolak kedua ikatan tunggal lebih keras daripada gaya tolak-menolak antara kedua ikatan-ikatan tunggal itu sendiri. Contohnya pada formaldehida (CH₂O)
Efek dari Ikatan Tunggal Bentul molecular ditentukan hanya dengan posisi dari inti, jadi jika satu dati ketiga kelompok electron itu adalah pasangan bebas (AX₂E), bentuknya akan melengkung membentuk huruf V. Pasangan bebas dapat memiliki efek yang besar pada besarnya sudut ikatan karena pasangan bebas ditahan hanya oleh satu inti. Oleh karena itu kurang tertahan dan mendapat gaya tolak lebih besar dari pasangan ikatan. Maka pasangan bebas menolak pasangan ikatan lebih kuat daripada gaya tolak-menolak antara pasangan-pasangan ikatan itu sendiri. Gaya tolak ini yang memperkecil sudut antara pasangan ikatan. Contohnya pada SnCl₂
Bentuk Molekular dengan Empat Kelompok Elektron (Susunan Tetrahedral) Sruktur lewis tidak menggambarkan bentuk molekul. Contohnya pada metana. Pada struktur lewis, keempat ikatan atom H yang berada pada pojok-pojok dari sebuah persegi memiliki sudut antar-ikatan 90°. Tapi pada struktur tiga dimensinya, keempat kelompok elektronnya bias bergerak menjauh lebih dari 90° membentuk tetrahedron, polyhedron dengan empat sisi yang terbentuk dari segitiga-segitiga sama sisi yang identik. Maka dari itu tetrahedron memiliki sudut ikatan 109.5°
Semua molekul atau ion dengan empat kelompok electron disekitar atom pusat merupakan susunan tetrahedral. Ketika keempat kelompok electron tersebut adalah kelompok ikatan, seperti pada metana, bentuk molekulnya juga tetrahedral (AX₄). Ketika salah satu dari empat kelompok electron pada susunan tetrahedral adalah pasangan bebas, bentuk molekulnya adalah trigonal pyramid (AX₃E), tetrahedron dengan satu puncaknya hilang. Karena gaya tolak akibat dari pasangan bebas, sudut ikatannya kurang dari sudut idealnya. Ketika empat kelompok electron (dua kelompok ikatan dan dua kelompok bebas) disekitar atom pusat, maka bentuk molekularnya membengkok membentuk huruf V (AX₂E₂) Urutan penyimpangan sudut dari sudut idealnya mulai dari yang lebih besar: Pasangan bebas-pasangan bebas > pasangan bebaspasangan ikatan > pasangan ikatan-pasangan ikatan
Bentuk Molekular dengan Lima Kelompok Elektron (Susunan Trigonal Bipyramidal) Semua molekul dengan lima atau enam kelompok electron memiliki atom pusat dari periode 3 atau lebih karena hanya atomatom tersebut yang memiliki orbital d yang mampu memperluas kulit valensi diatas delapan electron Ketika lima kelompok electron memperbesar pemisahan, mereka membentuk susunan trigonal bipyramidal. Trigonal bipyramid adala dua trigonal pyramid dengan alas yang sama. Pada molekul dengan susunan seperti ini, ada dua jenis posisi untuk kelompok electron-elektron yang disekitar atom pusat dan dua sudut ikatan ideal. Tiga kelompok equatorial berada pada bidang trigonal yang terdapat atom pusat, dan dua kelompok axial yang berada pada atas dan bawah bidang tersebut. Maka dari itu, kelompokkelompok equatorial terpisah 120° dan kelompok axial dan equatorial terpisah 90°. Jika makin besar sudut ikatannya, maka makin lemah gaya tolakannya. Jadi tolakan equatorial-equatorial (120°) lebih lemah disbanding tolakan axial-equatorial (90°). Kecenderungan kelompok electron untuk menempati posisi equatorial, sehingga mengecilkan tolakan axial-equatorial dan mengatur keempat susunan trigonal bipiramidal. Jika kelima electron digunakan olek elktron ikatan, molekulnya membentuk trigonal bipyramidal (AX₅), contohnya pada PCl₅:
Karena pasangan bebas menolak lebih besar dari pasangan ikatan, maka atom dengan pasangan bebas akan berada pada posisi equatorial. Dengan pasangan bebas yang berada pada posisi equatorial, molekulnya memiliki bentuk seesaw atau papan jungkat-jungkit (AX₄E), contohnya adalah SF₄:
Lalu jika molekul dengan tiga kelompok ikatan dan dua pasangan bebas akan membentuk huruf T (AX₃E₂). contohnya pada BrF₃:
Molekul dengan tiga pasangan bebas pada posisi equatorial pasti memiliki dua kelompok ikatan pada posisi axial, yang menyebabkan terjadi bentuk linear (AX₂E₃) dan sudut ikatan 180°. Contohnya pada ion triiodine (I₃ˉ):
Bentuk Molekul dengan Enam Kelompok Elektron (Susunan Oktahedral) Octahedron adalah polyhedron dengan delapan bidang membentuk segitiga sama sisi yang identik dan enam simpul yang identik. Pada molekul atau ion dengan susunan seperti ini, enam kelompok electron mengelilingi atom pusat dan masingmasing kelompok electron berada pada 6 pojok dari simpulnya yang membuat setiap kelompok memiliki sudut ikatan ideal sebesar 90°. Jika terdappat enam kelompok yang berikatan, molekulnya berbentuk octahedral (AX₆). Contohnya pada SF₆:
Jika ada lima electron ikatan dan satu pasangan maka terbentuk square pyramidal atau bentuk pyramidal bujur sangkar (AX₅E). contohnya pada IF₅:
Lalu jika ada molekul dengan dua pasangan bebas, kedua pasangan tersebut selalu berada pada simpul/sumbu yang berlawanan untuk menghindari tolakan 90° antara pasangan-bebaspasangan bebas. Posisi tersebut membentuk planar bujur sangkar (AX₄E₂). contohnya pada XeF₄:
Menentukan Bentuk Molekul Menggunakan Teori VSEPR
Step 1 : Buat struktur lewis dari rumus molekul Step 2 : Menempatkan susunan kelompok electron dengan menghitung seluruh kelompok electron disekitar atom pusat, yang berikatan maupun yang tidak berikatan Step 3 : Memprediksika sudut ideal dari susunan kelompok electron dan arah penyimpangan karena pasangan bebas atau ikatan rangkap Step 4 : Gambarkan dan beri nama bentuk molekularnya dengan menghitung kelompok ikatan dan kelompok yang tidak berikatan terpisah
Bentuk Molekular dengan Atom Pusat Lebih dari Satu Molekul dengan lebih dari satu atom bentuknya adalah kombinasi dari setiap atom pusat. Misalnya pada etana (CH₃CH₃). Dengan empat kelompok ikatan dan tanpa pasangan bebas pada setiap atom pusatnya (carbon), bentuk etana seperti dua tetrahedral yang saling tumpang tindih. Contoh lain pada etanol (CH₃CH₂OH), kelompok CH₃- bentuknya tetrahedral, lalu kelompok -CH₂- memiliki empat kelompok ikatan disekitar atom C pusatnya, maka bentuknya juga tetrahedral. Atom O memiliki empat kelompok electron dan dua pasangan bebas disekitarnya, maka bentuk molekulnya huruf V (AX₂E₂). Dibawah ini erupakan bentuk molekul dari etana (gambar A) dan etanol (gambar B)