KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR ............. TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Tingkat Klierens;
Mengingat
:
1. Undang-undang
Nomor
Ketenaganukliran
10
Tahun
(Lembaran
1997
tentang
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah
Radioaktif
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4202); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4730); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4839). MEMUTUSKAN:
-2-
MEMUTUSKAN : Menetapkan :
PERATURAN
KEPALA
BADAN
PENGAWAS
TENAGA
NUKLIR TENTANG TINGKAT KLIERENS.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini yang dimaksud dengan: 1. Klierens adalah pembebasan dari pengawasan BAPETEN terhadap Zat Radioaktif Terbuka, Limbah Radioaktif, atau Material Terkontaminasi atau Teraktivasi. 2. Tingkat Klierens adalah nilai yang ditetapkan oleh BAPETEN dan dinyatakan dalam konsentrasi aktivitas, pada atau di bawah
nilai
tersebut
Zat
Radioaktif
Terbuka,
Limbah
Radioaktif, atau Material Terkontaminasi atau Teraktivasi dapat dibebaskan dari pengawasan. 3. Zat Radioaktif Terbuka adalah zat radioaktif berbentuk padat, cair, atau gas yang tidak berada dalam suatu struktur perisai radiasi
khusus,
sehingga
berpotensi
menimbulkan
kontaminasi dan menyebar ke lingkungan hidup. 4. Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan/atau bahan, serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi. 5. Material Terkontaminasi atau Teraktivasi adalah bahan serta peralatan yang terkontaminasi zat radioaktif atau teraktivasi sehingga menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion. 6. Kelompok Kritis (representative person) adalah kelompok populasi dalam masyarakat yang karena sifat, keadaan, atau kebiasaannya paling berpotensi menerima paparan radiasi lebih besar dari pada kelompok masyarakat lain. 7. Badan ...
-3-
7. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disingkat BAPETEN
adalah
pengawasan
instansi
melalui
yang
peraturan,
bertugas perizinan,
melaksanakan dan
inspeksi
terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. Pasal 2 (1) Peraturan Kepala BAPETEN ini meliputi pengaturan tentang tingkat Klierens, termasuk tata cara penetapan Klierens untuk: a. Zat Radioaktif Terbuka; b. Limbah Radioaktif; dan c. Material Terkontaminasi atau Teraktivasi. (2) Jenis radionuklida yang terkandung di dalam Zat Radioaktif Terbuka, Limbah Radioaktif, dan Material Terkontaminasi atau Teraktivasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menjadi: a. radionuklida buatan; dan b. radionuklida alam. Pasal 3 Pemegang izin dapat mengajukan permohonan penetapan Klierens sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) selama masa berlaku izin.
BAB II TINGKAT KLIERENS Pasal 4 (1) Radionuklida buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a yang terdiri hanya satu radionuklida, dapat dibebaskan dari pengawasan BAPETEN apabila konsentrasi aktivitas radionuklida buatan kurang dari atau sama dengan Tingkat Klierens sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini. (2) Dalam ...
-4-
(2) Dalam hal radionuklida buatan
terdiri lebih dari satu
radionuklida, Klierens ditetapkan berdasarkan persamaan: n
Ci ≤1 (konsentrasi aktivitas) i
∑ i =1
Keterangan: -
Ci adalah konsentrasi (Bq/g) dari radionuklida i dalam campuran radionuklida;
-
(konsentrasi aktivitas)i adalah nilai konsentrasi aktivitas untuk radionuklida i sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini; dan
-
n adalah jumlah radionuklida buatan yang terdapat dalam campuran radionuklida. Pasal 5
Radionuklida alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dapat dibebaskan dari pengawasan BAPETEN apabila konsentrasi aktivitas radionuklida alam kurang dari atau sama dengan Tingkat Klierens sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini. Pasal 6 (1) Limbah Radioaktif dan Material Terkontaminasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibebaskan
dari
ayat (1) huruf b dan c dapat
pengawasan
BAPETEN
apabila
tingkat
kontaminasi permukaan kurang dari atau sama dengan 1 Bq/cm2 (satu Becquerel per sentimeter persegi). (2) Limbah Radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa bahan dan peralatan terkontaminasi.
Pasal 7
-5-
Pasal 7 Dalam hal terdapat campuran radionuklida alam dan buatan, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 harus dipenuhi. Pasal 8 Dalam hal jenis radionuklida buatan dan alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) tidak dapat diidentifikasi, Tingkat Klierens ditetapkan kurang dari atau sama dengan 0,1 Bq/g (satu per sepuluh Becquerel per gram) atau 0,1 Bq/cm2 (satu per sepuluh Becquerel per sentimeter persegi). Pasal 9 Pemegang izin dilarang melakukan pengenceran dengan tujuan memenuhi Tingkat Klierens.
BAB III TATA CARA KLIERENS Pasal 10 Permohonan penetapan Klierens sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disampaikan secara tertulis kepada Kepala BAPETEN dengan melampirkan: a. hasil pengukuran paparan radiasi; dan b. dokumen analisis mengenai konsentrasi aktivitas, meliputi: 1. metode
pengukuran
dan
perhitungan
konsentrasi
aktivitas; dan 2. kuantitas radionuklida. Pasal 11 (1) Pemegang izin dapat mengajukan penetapan Klierens yang nilainya lebih tinggi dari Tingkat Klierens yang ditetapkan dalam Lampiran I dan Lampiran II kepada Kepala BAPETEN dengan syarat: a. melakukan analisis skenario paparan radiasi; dan b. hasil … Pasal 8
-6-
b. hasil perhitungan dosis efektif terhadap Kelompok Kritis (representative person) tidak melebihi 100 µSv (seratus mikrosievert) dalam 1 (satu) tahun. (2) Analisis skenario paparan radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan memperhitungkan: a. jalur paparan radiasi; b. jenis radionuklida; dan c. konsentrasi
aktivitas
dan
kontaminasi
permukaan
radionuklida. Pasal 12 (1) BAPETEN
melakukan
penilaian
terhadap
permohonan
pengajuan penetapan Klierens sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11. (2) Jika hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi, maka Kepala BAPETEN menerbitkan penetapan Klierens.
BAB IV PENUTUP Pasal 13 Peraturan Kepala BAPETEN ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala BAPETEN ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan …
-7-
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
AS NATIO LASMAN
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR: ............. TAHUN: ................. TENTANG TINGKAT KLIERENS
TINGKAT KLIERENS UNTUK RADIONUKLIDA BUATAN Lampiran ini berisi: a. Tabel 1. Tingkat Klierens untuk Radionuklida Buatan b. Tabel 2. Radionuklida induk dan turunannya
TABEL 1. TINGKAT KLIERENS UNTUK RADIONUKLIDA BUATAN No.
Radionuklida
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
H-3 Be-7 C-14 F-18 Na-22 Na-24 Si-31 P-32 P-33 S-35 Cl-36 Cl-38 K-42 K-43 Ca-45 Ca-47 Sc-46 Sc-47 Sc-48 V-48 Cr-51 Mn-51 Mn-52 Mn-52m Mn-53 Mn-54 Mn-56 Fe-52a Fe-55 Fe-59 Co-55 Co-56 Co-57
Konsentrasi Aktivitas (Bq/g) 100 10 1 10 0,1 1 1.000 1.000 1.000 100 1 10 100 10 100 10 0,1 100 1 1 100 10 1 10 100 0,1 10 10 1.000 1 10 0,1 1
No.
Radionuklida
Konsentrasi Aktivitas (Bq/g)
34. 35. 36. 37. 38. 38. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.
Co-58 Co-58m Co-60 Co-60m Co-61 Co-62m Ni-59 Ni-63 Ni-65 Cu-64 Zn-65 Zn-69 Zn-69ma Ga-72 Ge-71 As-73 As-74 As-76 As-77 Se-75 Br-82 Rb-86 Sr-85 Sr-85m Sr-87m Sr-89 Sr-90a Sr-91a Sr-92 Y-90 Y-91 Y-91m Y-92
1 10.000 0,1 1.000 100 10 100 100 10 100 0,1 1.000 10 10 10.000 1.000 10 10 1.000 1 1 100 1 100 100 1.000 1 10 10 1.000 100 100 100
-2-
No.
Radionuklida
67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122.
Y-93 Zr-93 Zr-95a Zr-97a Nb-93m Nb-94 Nb-95 Nb-97a Nb-98 Mo-90 Mo-93 Mo-99a Mo-101a Tc-96 Tc-96m Tc-97 Tc-97m Tc-99 Tc-99m Ru-97 Ru-103a Ru-105a Ru-106a Rh-103m Rh-105 Pd-103a Pd-109a Ag-105 Ag-110ma Ag-111 Cd-109a Cd-115a Cd-115ma In-111 In-113m In-114ma In-115m Sn-113a Sn-125 Sb-122 Sb-124 Sb-125a Te-123m Te-125m Te-127 Te-127ma Te-129 Te-129ma Te-131 Te-131ma Te-132a Te-133 Te-133m Te-134 I-123 I-125
Konsentrasi Aktivitas (Bq/g) 100 10 1 10 10 0,1 1 10 10 10 10 10 10 1 1.000 10 100 1 100 10 1 10 0,1 10.000 100 1.000 100 1 0,1 100 1 10 100 10 100 10 100 1 10 10 1 0,1 1 1.000 1.000 10 100 10 100 10 1 10 10 10 100 100
No.
Radionuklida
Konsentrasi Aktivitas (Bq/g)
123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178.
I-126 I-129 I-130 I-131 I-132 I-133 I-134 I-135 Cs-129 Cs-131 Cs-132 Cs-134 Cs-134m Cs-135 Cs-136 Cs-137a Cs-138 Ba-131 Ba-140 La-140 Ce-139 Ce-141 Ce-143 Ce-144 Pr-142 Pr-143 Nd-147 Nd-149 Pm-147 Pm-149 Sm-151 Sm-153 Eu-152 Eu-152m Eu-154 Eu-155 Gd-153 Gd-159 Tb-160 Dy-165 Dy-166 Ho-166 Er-169 Er-171 Tm-170 Tm-171 Yb-175 Lu-177 Hf-181 Ta-182 W-181 W-185 W-187 Re-186 Re-188 Os-185
10 0,01 10 10 10 10 10 10 10 1.000 10 0,1 1.000 100 1 0,1 10 10 1 1 1 100 10 10 100 1.000 100 100 1.000 1.000 1.000 100 0,1 100 0,1 1 10 100 1 1.000 100 100 1.000 100 100 1.000 100 100 1 0,1 10 1.000 10 1.000 100 1
-3-
No.
Radionuklida
179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 214. 215. 216. 217. 218. 219.
Os-191 Os-191m Os-193 Ir-190 Ir-192 Ir-194 Pt-191 Pt-193m Pt-197 Pt-197m Au-198 Au-199 Hg-197 Hg-197m Hg-203 Tl-200 Tl-201 Tl-202 Tl-204 Pb-203 Bi-206 Bi-207 Po-203 Po-205 Po-207 At-211 Ra-225 Ra-227 Th-226 Th-229 Pa-230 Pa-233 U-230 U-231a U-232a U-233 U-236 U-237 U-239 U-240a
Konsentrasi Aktivitas (Bq/g) 100 1.000 100 1 1 100 10 1.000 1.000 100 10 100 100 100 10 10 100 10 1 10 1 0,1 10 10 10 1.000 10 100 1.000 0,1 10 10 10 100 0,1 1 10 100 100 100
No.
Radionuklida
Konsentrasi Aktivitas (Bq/g)
220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258.
Np-237a Np-239 Np-240 Pu-234 Pu-235 Pu-236 Pu-237 Pu-238 Pu-239 Pu-240 Pu-241 Pu-242 Pu-243 Pu-244a Am-241 Am-242 Am-242ma Am-243a Cm-242 Cm-243 Cm-244 Cm-245 Cm-246 Cm-247a Cm-248 Bk-249 Cf-246 Cf-248 Cf-249 Cf-250 Cf-251 Cf-252 Cf-253 Cf-254 Es-253 Es-254a Es-254ma Fm-254 Fm-255
1 100 10 100 100 1 100 0,1 0,1 0,1 10 0,1 1.000 0,1 0,1 1.000 0,1 0,1 10 1 1 0,1 0,1 0,1 0,1 100 1.000 1 0,1 1 0,1 1 100 1 100 0,1 10 10.000 100
Keterangan: a adalah Radionuklida induk dan turunannya kontribusi dosisnya dalam perhitungan dosis.
yang
dipertimbangkan
-4-
TABEL 2. RADIONUKLIDA INDUK DAN TURUNANNYA No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Radionuklida induk Fe-52 Zn-69m Sr-90 Sr-91 Zr-95 Zr-97 Nb-97 Mo-99 Mo-101 Ru-103 Ru-105 Ru-106 Pd-103 Pd-109 Ag-110m Cd-109 Cd-115 Cd-115m In-114m Sn-113 Sb-125 Te-127m Te-129m Te-131m Te132 Cs-137 Ce-144 U-232sec U-240 Np237 Pu-244 Am-242m Am-243 Cm-247 Es-254 Es-254m
Radionuklida turunan Mn-52m Zn-69 Y-90 Y-91m Nb-95 Nb-97m, Nb-97 Nb-97m Tc-99m Tc-101 Rh-103m Rh-105m Rh-106 Rh-103m Ag-109m Ag-110 Ag-109m In-115m In-115m In-114 In-113m Te-125m Te-127 Te-129 Te-131 I-132 Ba-137m Pr-144, Pr-144m Th-228, Ra-224, Rn-220, Po-216, Pb-212, Bi-212, Tl-208 Np-240m, Np-240 Pa-233 U-240, Np-240m, Np-240 Np-238 Np-239 Pu-243 Bk-250 Fm-254
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
AS NATIO LASMAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR: ............. TAHUN: ................. TENTANG TINGKAT KLIERENS
Lampiran ini berisi: Tabel 3. Tingkat Klierens untuk Radionuklida Alam TABEL 3. TINGKAT KLIERENS UNTUK RADIONUKLIDA ALAM No.
Radionuklida Alam
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Seri U-238 U-238 Th-230 Ra-226 Pb-210 Seri Th-232 Th-232 Ra-228 Th-228 K-40
Bentuk Diskrit*) Item/peralatan (Bq) 1.000 10.000 10.000 10.000 10.000 1.000 1.000 100.000 10.000 1.000.000
Cair (Bq/l) 1 10 5 5 1 1 1 5 1 Tidak terbatas
Bentuk Difus**) Padat Gas (Bq/g) (Bq/m3) 0,3 0,003 10 0,05 10 0,01 0,3 0,05 0,3 0,05 0,3 0,002 10 0,006 0,3 0,005 0,3 0,003 Tidak 17 terbatas
Keterangan: *) Bentuk Diskrit adalah bentuk Zat Radioaktif Terbuka, Limbah Radioaktif, atau Material Terkontaminasi atau Teraktivasi dimana radionuklida merupakan kesatuan suatu wujud benda yang tersusun dari berbagai partikel yang tidak heterogen. **) Bentuk Difus adalah bentuk Zat Radioaktif Terbuka, Limbah Radioaktif, atau Material Terkontaminasi atau Teraktivasi dimana radionuklida merupakan kumpulan butiran atau partikel kecil yang homogen. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
AS NATIO LASMAN