RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA AGROINDUSTRI PERIKANAN
Oleh YASMIN ZAINAL F34103086
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
1
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul :
Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Industri Perikanan
Adalah hasil karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah dipublikasikan, kecuali yang telah jelas ditunjuk rujukannya.
Bogor, Januari 2008 Yang membuat pernyataan
Yasmin Zainal NRP F34103086
2
Yasmin Zainal. F34103086. Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di Industri Perikanan. Di bawah bimbingan Eriyatno. 2008.
RINGKASAN Persaingan di industri perikanan yang semakin ketat, menuntut setiap perusahaan untuk merencanakan suatu strategi agar dapat memenangkan persaingan. Salah satu strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan tersebut yaitu dengan menerapkan sistem manajemen mutu terpadu. Manajemen Mutu Terpadu merupakan sebuah pendekatan dalam melakukan bisnis yang berupaya memaksimumkan keunggulan kompetisi sebuah organisasi melalui perbaikan terus menerus pada keluaran, layanan, orang dan lingkungan. Dalam menerapkan manajemen mutu terpadu ini dilakukan dengan cara melakukan pertemuan beberapa orang untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mencari pemecahan persoalan yang terjadi pada suatu perusahaan. Pertemuan ini sering sulit dilakukan karena kesibukan dari orang-orang dengan pekerjaan mereka. Interface management merupakan konsep yang memusatkan perhatiannya pada interaksi yang terjadi baik antar unit bisnis maupun antar unit dan induk organisasi agar dapat berjalan secara efisien, sesuai dengan keinginan, lancar dan harmoni berdasarkan falsafah kerjasama tim untuk mencapai tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang bangun model sistem pakar untuk penerapan manajemen mutu terpadu berbentuk interface management pada industri perikanan yang akan diberi nama MMT 1.0. Ruang lingkup obyek penelitian adalah industri pengolahan ikan khususnya pada bagian pemasaran, produksi dan pengawasan mutu. Studi kasus dilakukan di PT Kemila Internasional, Cikampek. Metode yang dilakukan dalam perancangan MMT 1.0 ini terdiri dari tahap rekayasa dan tahap pengembangan. Tahap rekayasa meliputi identifikasi masalah, penetapan ruang lingkup dan tujuan perancangan sistem pakar, studi pustaka, pemilihan pakar dan pemilihan bahasa pemrograman yang digunakan. Pengembangan sistem pakar terdiri dari enam aktivitas yaitu akuisisi pengetahuan, konseptualisasi pengetahuan, representasi pengetahuan, mekanisme inferensi, pemprograman komputer, implementasi dan evaluasi. Metode akuisisi pengetahuan yang dipakai dalam rekayasa model adalah metode intuisi, diskusi masalah, deskripsi masalah dan observasi. Akuisisi pengetahuan dilakukan untuk mendapatkan persoalan, penyebab dan solusi yang disarankan. Strategi penalaran dilakukan dengan menggunakan strategi penalaran pasti. Sedangkan strategi pengendaliannya menggunakan strategi pelacakan mata rantai ke depan (Forward Chaining) dan strategi pelacakan dilakukan dengan menggunakan pelacakan melebar (Breadth First Search). Input dari MMT 1.0 ini adalah masukan dari client secara interaktif tentang persoalan yang terjadi pada perusahaan. Output dari MMT 1.0 adalah agregasi pendapat dari beberapa client sehingga memberikan solusi yang sebaiknya dilakukan. Pengguna dari MMT 1.0 dibagi menjadi tiga, yaitu user, client dan fasilitator. User adalah pengguna yang hanya dapat melihat informasi
3
dan hasil diskusi. User terdiri dari seluruh karyawan PT kemila Internasional dari berbagai level. Client merupakan anggota dari diskusi yang akan dilakukan dan dapat melihat informasi. Client terdiri dari factory manager, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer quality control, manajer personalia dari setiap pabrik. Fasilitator adalah pengguna yang memiliki hak penuh atas sistem yang ada, dimana selain mampu membuat dan mengembangkan sistem yang ada tugas fasilitator adalah melakukan pengolahan konsensus sehingga didapatkan konklusi yang disepakati oleh client. Kelebihan dari MMT 1.0, yaitu sistem ini mampu memberikan solusi yang dibutuhkan saat terjadi persoalan. Sistem ini dapat digunakan secara bersama antara beberapa user yang telah didukung dengan sistem client-server. Sistem ini dapat menghemat waktu dan biaya. Sedangkan kekurangan dari MMT 1.0, yaitu perubahan beberapa basis pengetahuan hanya bisa dilakukan oleh orang yang mnguasai pemrograman dengan Borland Delphi 7.0. Basis pengetahuan masih bersifat statis. Basis pengetahuan yang dibangun perlu dikembangkan karena sumber pengetahuan yang terbatas. Saran untuk pengembangan program ini adalah penambahan desain dan aplikasi internet dapat dilakukan sehingga dapat melakukan interface management dimana saja, walaupun client berada di luar kota atau di luar negeri. Dalam memaksimalkan sistem informasi eksekutif pada sistem pakar MMT 1.0 perlu ditambahkan laporan dari tiap-tiap bagian dalam bentuk grafik. Laporan-laporan tersebut seperti laporan penjualan, laporan produksi perbulan dan laporan keuangan (cash flow). Topik permasalahan dan alternatif saran sebaiknya lebih dinamis dapat disesuaikan dengan perubahan permasalahan pemasaran, produksi dan pengawasan mutu dengan menggunakan metode Delphi.
4
YASMIN ZAINAL. F34103086. Design of Expert System Model for The Applying of TQM at Fish Processing Industry. Under the supervision of ERIYATNO.
ABSTRACT
Competition in fishery industry which progressively tighten, claiming every company to plan a strategy in order to win this competition. One of effective strategy to win the emulation that is by applying total quality management (TQM). This system represent an approach in conducting business to maximize of competition an organization of through continuous repair at output, service, people and environmental. TQM is applied by conducting meeting of some people for identify, analyze, and search of problem resolving that happened at one particular company. This meeting is difficult often conducted because overload work from that people. Interface Management represent concept giving all mind to good interaction that happened not only among units of business but also between mains and units business in order to efficient, suit fancy, fluent and harmony of pursuant to team cooperation philosophy to reach target Intention of this research is to design of expert system model for the applying of TQM at fish processing industry that named by MMT 1.0. Research object was fish processing industry, especially at marketing shares, produce and the qualified control. Case study is conducted in International PT Kemila, Cikampek. Method of performed within scheme of MMT 1.0 consisted of modify phase and development phase. Modify phase over to problem identification, scope stipulation and target of expert system, study literature, expert election and program language. Expert system development consisted of six activities that are acquisition knowledge, conceptualization knowledge, representation knowledge, inference mechanism, computer programming, implementation and evaluation. Methods of Acquisition knowledge in design model are intuition, problem discussion, problem description and observation method. Acquisition knowledge would obtain problem, solution and cause that be suggested. Method of inference used in this system are strategy of link forwards (Forward Chaining) and strategy of wide detection (Breadth First Search). Data input for MMT 1.0 input through client by interactive about problem that happened at company. While Output MMT 1.0 is aggregate opinion from some client that give solution which better be done. There are three group of consumer MMT 1.0 ; user, client and facilitator. User is consumer which can only see information and result of discussion. Client represent member from discussion to be conducted and can see information. Facilitator is consumer owning full of rights for existing system, besides able to make and develop existing system, he/she conduct consensus and get the conclusion that agreed on by client. The advantage of MMT 1.0 is able to give solution required by a moment happened by the problem and can be used concurrently among some user which have been supported with system client-server, so that can degrade expense and
5
time efficiently. While feebleness MMT 1.0 are change of some knowledge bases only can be done by one who familiar with Borland Delphi 7.0 knowledge bases still static, and Source of knowledge bases still be limited so that require to be developed. Suggestion to develop this program are by adding design and internet aplication so that company can do interface management easily although client is out of town or over seas. To maximize Executive Information System in MMT 1.0, it needs to be added reports from each division on chart. That reports such as selling report, mounthly production report, and financial report (cash flow). Topic of problems and alternative suggestion should be more dynamic, it is also adjusted to the changing of marketing, production and quality control problems by using Delphi method.
6
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA AGROINDUSTRI PERIKANAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh YASMIN ZAINAL F34103086
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 7
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA AGROINDUSTRI PERIKANAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh YASMIN ZAINAL F34103086
Dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1986 di bogor
Tanggal Lulus : Januari 2008
Menyetujui Bogor,
Januari 2008
Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAE Dosen Pembimbing
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 1986. penulia adalah anak dari Zainal Ariffin dan Evy Juliyantini, sebagai anak ke-2 dari dua bersaudara, kakak lelaki yang bernama Yusuf Zainal. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar di SD Negeri Pabrik Gas I Bogor selama 6 tahun dan lulus pada tahun 1997. kemudian penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 5 Bogor, selama 3 tahun dari tahun 1997 dan lulus pada tahun 2000. Dari tahun 2000-2003, penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat atas di SMU Negeri 2 Bogor. Di akhir pendidikan lanjutan tingkat atas ini, penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan pada tahun 2003 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis aktif dalam organisasi dan kegiatan di dalam kampus IPB. Pada tahun 2005 penulis menjadi pengurus bulitin MIND, bulitin yang diterbitkan oleh himalogin sebulan sekali. Pada tahun yang sama penulis juga menjadi anggota kepanitiaan Hari Warga Industri (HAGATRI 2005). Pada tahun 2006 penulis menjadi pengurus Himalogin di departemen kewirausahaan. Selain itu penulis juga aktif menjadi panitia di berbagai acara seperti Seminar Six Sigma, Open Your Horizon, Agroindustri Day, panitia pelepasan sarjana Fateta IPB dan sebagainya.
9
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian, seminar, ujian sidang dan skripsi sebagai rangkaian dari tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu pada Industri Perikanan” ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada program S-1 Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAE selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang bijaksana sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Dr. Ir. Hartisari Hardjomidjojo dan Ir. Lien Herlina, MSC selaku dosen penguji dan staff dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian atas segala bantuan berupa saran dan masukan yang berarti bagi skripsi ini. 3. Bapa Lalam Sarlam selaku pemilik PT Kemila Internasional. 4. Bapa Sumardi, Pa Sidik, Pa Rifani, Pa Tegas, Pa Citra dan seluruh staff PT Kemila Internasional yang telah membantu dan membimbing penulis di lapangan. 5. Kedua orang tua dan kakakku yang senantiasa memberikan doa, semangat, kasih sayang dan perhatian yang tulus kepada penulis selama melaksanakan kegiatan penelitian ini. 6. Arvi dan Heny, rekan seperjuangan di PT Kemila Internasional. 7. Idesh, Umi, Mayang, Endah, Mila, Ratna, Detri, Lisna, Kukuh, Reza, Yuvi, Saiful, Boin, Aried atas dukungan dan perhatian yang sangat berarti. 8. Imam Fitrianto, rekan satu bimbingan. 9. Teman-teman TIN 40 yang selama 4 tahun kita berjuang bersama. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
10
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2008
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR…………………………………………………......
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….....
vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….
vii
I.
II.
III.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………....
1
B. Ruang Lingkup……………………………………………………
2
C. Tujuan……………………………………………………………..
2
TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Buatan……………………………………………….
3
B. Sistem Pakar………………………………………………………
5
C. Sistem Pendukung Eksekutif……………………………………..
8
D. Sistem Pendukung Keputusan Kelompok………………………..
10
E. Manajemen Mutu Terpadu……………………………………….
12
F. Industri Perikanan………………………………………………...
17
METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran………………………………………………. 21
IV.
B. Pendekatan Sistem………………………………………………...
22
C. Tata Laksana………………………………………………………
27
PEMODELAN SISTEM A. Perancangan Model……………………………………………….. 31 B. Akuisisis Pengetahuan…………………………………………….
31
C. Pengembangan Model…………………………………………….. 32 V.
ANALISA SITUASIONAL A. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan……………………..................
36
B. Struktur Organisasi..........................................................................
36
C. Ketenagakerjaan..............................................................................
39
D. Pemasok Bahan Baku......................................................................
40
12
VI.
E. Proses Produksi...............................................................................
40
F. Pengawasan Mutu…………………………………………………
48
G. Pemasaran…………………………………………………………
49
H. Manajemen Mutu Terpadu………………………………………..
49
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konfigurasi MMT 1.0…………………………………………….. 51 B. Konfigurasi Interface Management MMT 1.0 …………………… 58 C. Implementasi Model MMT 1.0…………………………………… 61
VII.
D. Verifikasi Model MMT 1.0……………………………………….
69
E. Validasi Model MMT 1.0…………………………………………
73
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………
74
B. Saran ……………………………………………………………..
75
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
76
LAMPIRAN………………………………………………………………...
79
13
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Kecerdasan Buatan VS. Pemrograman Konvensional...................
4
Tabel 2. Perbedaan Sistem Pakar Berbasis Pengetahuan dengan Program Konvensional...................................................................................
6
Tabel 3. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Teknik Dasar Kendali Mutu...........................................................
17
Tabel 4. Komposisi Karyawan.......................................................................
39
Tabel 5. Kriteria Mutu Uji Organoleptik........................................................
48
Tabel 6. Standar Mutu Uji Organoleptik.........................................................
48
Tabel 7. Penilaian dari Persoalan Pemasaran……………………………….
70
Tabel 8. Penilaian dari Faktor Penyebab Persoalan Pemasaran.....................
70
Tabel 9. Solusi Pemasaran yang Diperoleh....................................................
70
Tabel 10. Penilaian dari Persoalan Produksi.................................................
71
Tabel 11. Penilaian dari Faktor Penyebab Persoalan Produksi.....................
71
Tabel 12. Solusi Produksi yang Didapatkan..................................................
72
Tabel 13. Penilaian dari Persoalan Pengawasan Mutu...................................
72
Tabel 14. Penilaian dari Faktor Penyebab Persoalan Pengawasan Mutu.......
72
Tabel 15. Solusi Pengawasan Mutu yang Didapatkan...................................
73
14
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Dasar Sistem Pakar........................................................
7
Gambar 2. Struktur ESS…………………………………………………..
9
Gambar 3. Diagram Input-Output pada MMT 1.0......................................
25
Gambar 4. Diagram Sebab-Akibat Sistem Pakar untuk Penerapkan Manajemen Mutu Terpadu pada Industri Perikanan.................
26
Gambar 5 . Diagram Alir Tahapan Penelitian.............................................
30
Gambar 6. Struktur Organisasi...................................................................
38
Gambar 7. Diagram Alir Proses Produksi Fillet...........................................
42
Gambar 8. Diagram Alir Proses Produksi steak Tenggiri.............................
45
Gambar 9. Diagram Alir Proses Produksi Kerang........................................
47
Gambar 10. Konfigurasi Sistem Pakar MMT 1.0..........................................
52
Gambar 11. Konfigurasi Interface Management MMT 1.0...........................
59
Gambar 12. Tampilan Login MMT 1.0........................................................
61
Gambar 13. Tampilan Menu Utama MMT 1.0 untuk Client dan Fasilitator...............................................................
62
Gambar 14. Tampilan Menu Utama MMT 1.0 untuk Client......................
62
Gambar 15. Contoh Tampilan Basis Data Statis pada Program MMT 1.0..
63
Gambar 16. Contoh Tampilan Gambar Jadwal dari Program MMT 1.0..
64
Gambar 17. Diagram Alir dari Diskusi Interaktif pada MMT 1.0..............
65
Gambar 18. Contoh Tampilan Form Pemberian Pendapat Permasalahan oleh Client pada MMT 1.0.....................................................
66
Gambar 19. Contoh Tampilan Form Pencarian Konsensus Permasalahan oleh Fasilitator pada MMT 1.0.............................................
66
Gambar 20. Contoh Tampilan Form Pemberian Pendapat Penyebab oleh Client pada MMT 1.0.............................................................
67
Gambar 21. Contoh Tampilan Form Pencarian Konsensus Penyebab oleh Fasilitator pada MMT 1.0 ....................................................
67
Gambar 22. Contoh Tampilan dari Form Hasil Konsensus dari MMT 1.0.........................................................................
68
Gambar 23. Contoh Tampilan dari Form Lobby pada MMT 1.0................
69
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Petunjuk Instalasi Program MMT 1.0....................................
79
Lampiran 2. Standar Mutu..........................................................................
80
Lampiran 3. Pohon keputusan dari Ruang Diskusi Pemasaran pada MMT 1.0........................................................................
81
Lampiran 4. Basis Pengetahuan untuk Pemasaran......................................
82
Lampiran 5. Pohon keputusan dari Ruang Diskusi Produksi pada MMT 1.0........................................................................
84
Lampiran 6. Basis Pengetahuan untuk Produksi.........................................
85
Lampiran 7. Pohon keputusan dari Ruang Diskusi Pengawasan Mutu pada MMT 1.0........................................................................
88
Lampiran 8. Basis Pengetahuan untuk Pengawasan Mutu..........................
89
Lampiran 9. List program MMT 1.0...........................................................
91
16
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin kompleks menuntut setiap perusahaan untuk merencanakan suatu strategi dalam memenangkan persaingan. Persaingan yang ada saat ini bukan lagi masalah harga melainkan masalah mutu produk. Hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli produk atau barang dengan harga tinggi namun bermutu baik pula. Namun demikian mutu mempunyai banyak dimensi yang bersifat subjektif. Setiap produsen dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan serta mampu menerjemahkan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan mereka. Salah satu strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan yaitu dengan menerapkan sistem manajemen mutu terpadu. Manajemen mutu terpadu adalah semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuantujuan, dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, jaminan kualitas dan peningkatan kualitas. Tanggung jawab manajemen kualitas ada pada semua level
dari
manajemen,
dikendalikan
oleh
manajemen
puncak
dan
implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Rumitnya persoalan akibat adanya sejumlah faktor yang saling berpengaruh perlu dipertimbangkan secara simultan untuk memperoleh hasil pemecahan yang memuaskan. Untuk mengkaji dan menganalisa faktor-faktor yang saling terkait tersebut dibutuhkan pendekatan sistem. Para praktisi memerlukan pendekatan secara sistem yang dapat membantu dalam mengambil keputusan untuk mengatasi kendala-kendala yang saling berhubungan dan kompleks tersebut. Sistem tersebut diharapkan mampu mengenalisa dan mengintegrasikan faktor-faktor penting dalam penerapan manajemen mutu terpadu.
17
Penerapan Sistem Pakar diharapkan dapat membantu dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan manajemen mutu terpadu. Sistem pakar sesuai digunakan untuk mengatasi permasalahan yang spesifik dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang ahli.
B. Ruang Lingkup Ruang
lingkup
penelitian
ini
meliputi
pengamatan
terhadap
permasalahan-permasalahan dan penyebab yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu. Pembuatan model sistem pakar untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi pada industri perikanan didasarkan atas hasil pengamatan lapangan dan studi pustaka. Sistem ini dapat digunakan oleh perusahaan perikanan, terutama para manajer untuk melakukan perbaikan manajemen untuk memperbaiki mutu produk. Penyerapan pengetahuan dilakukan terhadap beberapa ahli di bidang industri perikanan. Informasi yang ada dilengkapi dari berbagai literatur yang relevan tentang manajemen mutu terpadu dalam industri perikanan. Verifikasi dan validasi model dilakukan pada perusahaan pengolahan hasil ikan dengan kualitas ekspor yaitu PT Kemila Internasional yang berlokasi Pangulah Utara, Cikampek.
C. Tujuan 1. Mempelajari konsep dan metodologi penerapan manajemen mutu terpadu yang dilakukan pada perusahaan agroindustri. 2. Merancang bangun model sistem pakar dalam bentuk interface management untuk penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan.
18
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan termasuk bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaan seperti yang bisa dilakukan oleh manusia. Alan Turing, seorang matematikawan dari Inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa tidaknya suatu mesin dikatakan cerdas. Kecerdasan buatan sendiri atau artificial intelligence (AI) itu sendiri dimunculkan oleh seorang profesor dari Massachusetts Institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun 1956 pada Darthmouth Conference yang dihadiri oleh para peneliti AI. Pada konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan, yaitu mengetahui dan memodelkan proses–proses berpikir manusia serta mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut ( Kusumadewi, 2003). Kecerdasan buatan dapat didefinisikan sebagai bagian dari ilmu komputer
yang
mempelajari
otomatisasi
tingkah
laku
kecerdasan
(intelligence). Menurut Oxman (1985), kecerdasan buatan merupakan istilah umum untuk sistem berbasis komputer yang melaksanakan tugas-tugas yang umumnya membutuhkan kecerdasan manusia. Kecerdasan buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang berhubungan dengan usaha merancang sistem komputer yang memiliki kecerdasan. Hal ini dapat diartikan bahwa sistem tersebut memiliki karakteristik seperti kecerdasan manusia. Sistem kecerdasan buatan tidak bertujuan untuk menggantikan peran manusia, tetapi mampu memberikan saran alternatif kepada pengguna karena memiliki pengetahuan dan daya penalaran ( Barr dan Feigenbaum, 1985). Sistem kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan peran manusia, tetapi mampu memberikan kelebihan kepada penggunanya. Hal ini disebabkan karena sistem kecerdasan buatan memiliki pengetahuan dan daya penalaran untuk memberi nasihat dan konsultasi kepada pengguna. Sistem kecerdasan
19
buatan juga memberikan kelebihan ekonomis karena menghemat waktu para ahli yang umumnya sangat terbatas (Rauch-Hidin, 1988). Menurut Marimin (2005), kecerdasan buatan dapat dibagi menjadi tiga bidang penelitian yang secara relatif berdiri sendiri. Pertama, pengembangan program-program
yang
menggunakan
pengetahuan
simbolik
untuk
mensimulasi prilaku seorang ahli, yang disebut dengan sistem pakar. Kedua, pengembangan robot-robot, yaitu pengembangan program-program yang akan memungkinkan robot-robot mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada saat mereka bergerak dalam suatu lingkungan. Ketiga, pengembangan program-program komputer yang dapat membaca, berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan manusia sehari-hari. Jenis bahasa pemrograman ini biasa disebut sabagai pengelolaan bahasa alami (natural language).
Tabel 1 . Kecerdasan Buatan VS. Pemrograman Konvensional Dimensi Pemrosesan
Kecerdasan Buatan
Pemrograman Konvensional konsep–konsep Algoritmik
Sifat Input Pencarian
Mengandung simbolik Baisa tidak lengkap Kebayakan bersifat heuristik
Keterangan
Disediakan
Fokus Struktur
Pengetahuan Kontrol dipisahkan pengetahuan
Sifat output Kuantitatif Pemeliharaan dan Relatif mudah update Kemampuan Ya menalar Sumber : Kusumadewi, 2003.
Harus lengkap Biasanya didasarkan pada algoritma Biasanya tidak disediakan Data dan Informasi dari Kontrol terintegrasi dengan informasi (data) Kualitatif Sulit Tidak
20
B. Sistem Pakar Sistem pakar ( expert system ) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja para ahli. Dengan sistem pakar ini, orang awampun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli. Bagi para ahli, sistem pakar ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman ( Kusumadewi, 2003). Sistem Pakar merupakan program komputer yang memiliki basis pengetahuan yang luas dalam domain yang terbatas dan menggunakan panalaran yang kompleks untuk menjalankan tugas yang biasa dilakukan oleh seorang ahli. Sistem pakar dapat juga didefinisikan sebagai program komputer yang dapat mensimulasikan logika berpikir seorang ahli dalam bidang pengetahuan yang spesifik (Hart, 1986). Menurut Oxman (1985), sistem pakar (expert system) merupakan perangkat lunak komputer yang menggunakan pengetahuan (aturan-aturan tentang sifat dan unsur suatu masalah), fakta, dan teknik inferensi untuk memecahkan masalah yang biasanya membutuhkan kemampuan seorang ahli/praktisi. Menurut Raunch-Hindin (1988), Sistem Pakar menggunakan informasi faktual dan observasi yang didasarkan atas pengalaman dan intuisi ahli agar sistem pakar dapat bernalar seperti manusia. Sistem pakar tidak memiliki solusi algoritma yang praktis. Seringkali keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tidak lengkap berdasarkan pendapat dan intuisi, spekulatif, tidak pasti, dan kabur (fuzzy). Menurut Arhami (2005), sistem pakar adalah salah satu cabang dari kecerdasan buatan yang membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia yang pakar. Seorang pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang memiliki knowledge atau kemampuan khusus yang orang lain tidak mengetahui atau mampu dalam bidang yang dimilikinya. Ketika sistem
21
pakar dikembangkan pertama kali sekitar tahun 70-an sistem pakar yang berisi knowledge yang eksklusif. Namun demikian sekarang ini istilah sistem pakar sudah digunakan untuk berbagai macam sistem yang menggunakan teknologi sistem pakar itu. Teknologi sistem pakar ini meliputi bahasa sistem pakar, program dan perangkat keras yang dirancang untuk membantu pengembangan dan pembuatan sistem pakar (Arhami, 2005). Sistem pakar berbeda dengan pemrograman konvesional (pemrosesan atau pengolahan data) yang umumnya hanya dimengerti oleh si pembuat program. Sistem pakar bersifat interaktif dan mempunyai kemampuan untuk menjelaskan apa yang ditanyakan oleh pengguna (Harmon dan King, 1985).
Tabel 2. Perbedaan Sistem Pakar Berbasis Pengetahuan dengan Program Konvensional Program Konvensional System Pakar Berbasis Pengetahuan Menyajikan dan menggunakan data
Menyajikan dan menggunakan ilmu
Bersifat algoritmik
Bersifat heuristik
Proses repetitif
Proses inferensi
Memanipulasi secara efektif basis data Memanipulasi secara efektif basis pengetahuan Orientasi pada pengolahan bilangan
Orientasi pada pengolahan simbolik
Sumber : Marimin, 2005.
Menurut Waterman (1986), karakteristik sistem pakar adalah memiliki domain persoalan yang terbatas, memiliki kemampuan memberikan penalaran, memiliki kemampuan mengolah data yang mengandung ketidakpastian, memisahkan mekanisme inferensi dengan basis pengetahuan, dirancang untuk dikembangkan secara bertahap, memiliki hasil (keluaran) yang bersifat memberikan solusi dan saran dengan basis pengetahuan yang umumnya bersifat kaidah.
22
Struktur dasar sistem pakar disusun atas tiga komponen, yaitu sistem berbasis pengetahuan, mekanisme inferensi dan struktur penghubung antara pengguna dan sistem (Lyons, 1994). Struktur dasar sistem pakar ditunjukan pada gambar 1.
Basis Pengetahuan Struktur Penghubung
Pengguna
Mekanisme Inferensi
Gambar 1. Struktur Dasar Sistem Pakar (Lyons, 1994)
Sistem basis pengetahuan berisi faktor-faktor dan kaidah-kaidah faktor, pengetahuan deklaratif yang memuat informasi tentang suatu obyek atau faktor, fakta atau peristiwa dan pengetahuan prosedural dalam pengambilan keputusan (Badiru dan Whitehouse, 1989). Mekanisme inferensi adalah mekanisme kontrol yang membentuk fakta dan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan untuk mencapai suatu solusi. Mekanisme inferensi dipengaruhi oleh strategi penalaran, strategi pengendaliaan dan strategi pelacakan yang digunakan (Lyons, 1994). Sistem penghubung antara pengguna dan sistem (struktur dialog) merupakan fasilitas interaksi antara pengguna dengan sistem, yang memungkinkan pengguna memasukan fakta dan kaidah baru ke dalam basis pengetahuan dan menerima keluaran sistem (Oxman, 1985). Dalam aktivitas pengembangan sistem pakar terdapat beberapa unsur yang saling berinteraksi, yaitu: ahli (pakar), knowledge engineer, alat pengembang sistem pakar dan pengguna (Waterman, 1986).
23
Pakar adalah seorang yang memiliki tingkat pengetahuan dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya. Seorang pakar berfungsi sebagai penyedia informasi, pemecah masalah dan pemberi penjelasan jika informasi yang diberikan kurang dipahami (Hart, 1986). Knowledge engineer adalah orang yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang komputer dan kecerdasan komputer serta memberi cara pengembangan sistem pakar. Alat pengembang sistem pakar merupakan bahasa pemrograman yang dibuat oleh pembuat program, sehingga menjadi perangkat lunak yang bersifat interaktif dan dapat digunakan oleh pengguna dan knowledge engineer (Waterman, 1986). Tahap-tahap selanjutnya dari pengembangan sistem pakar meliputi tahap akuisisi pengetahuan, konseptualisasi pengetahuan, representasi pengetahuan,
pengembangan
mekanisme
inferensi,
pemrograman
pengetahuan, implementasi, validasi, pengujiaan dan evaluasi (Liebowitz, 1988).
C. Sistem Pendukung Eksekutif Menurut Rockart dan Delong (1988), sistem pendukung eksekutif atau executive support system (ESS) adalah suatu pendukung para eksekutif dalam pengambilan keputusan yang bebasis komputer untuk mengukur kinerja perusahaan. Karakteristik dari suatu ESS dapat diuraikan sebagai berikut (Udayana, 2006) : 1) Suatu pernyataan membantu tidak hanya dalam pembuatan keputusan tetapi juga membantu dalam pekerjaan rutin manajer. 2) Fokus pada aktivitas manajemen. 3) Menyediakanan pendukung untuk pengambilan keputusan tidak hanya pada jenjang kecerdasan, tetapi juga pada jenjang pilihan dan disain. 4) Dapat melayani dua kelompok pemakai utama, yaitu para manajer puncak dan para manajer dan staf-staf ahli pertengahan.
24
Fokus dari suatu ESS adalah keputusan para top manajer yang di agregasi dengan keputusan para manajer dan staf ahli secara cepat. Hal ini mempermudah para eksekutif dan manajer dalam menganalisa dan mengambil tindakan jika menghadapi suatu persoalan.
Middle Managers and Staff Specialiat
Executives
USER
Interface
EIS (executive support system) Data Acces Drill-Down Analysis Exception Analysis Trend Analysis Communication
DSS (Decision Support System) Modelling Decision Analysis (What-if Analysis)
Gambar 2. Struktur ESS
25
D. Sistem Penunjang Keputusan Kelompok Banyak keputusan-keputusan kompleks dalam organisasi dibuat oleh sekolompok manusia. Dengan meningkatnya kekompleksan dari pembuat keputusan organisasi, meningkat pula keperluaan untuk mengadakan pertemuan dan bekerja dalam kelompok. Hal ini menyebabkan ketidak efisienan waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, sistem penunjang keputusan kelompok merupakan sarana penunjang yang tepat. Kelompok membuat banyak keputusan di organisasi. Membuat satu kelompok berada di suatu tempat pada satu waktu, dapat sangat sulit dan mahal. Lebih lanjut, pertemuan/rapat tradisional dapat memakan banyak waktu dan hasilnya mungkin hanya setengah-setengah. Berbagai usaha untuk meningkatkan kerja kelompok dengan bantuaan teknologi informasi telah dijelaskan sebagai sistem komputasi kolaboratif, groupware, sistem pertemuan elektronik dan GSS (Group Support System) (Turban, 2005). Banyak
piranti
terkomputerisasi
telah
dikembangkan
untuk
menyediakan dukungan kelompok. Piranti ini disebut groupware karena sasaran pokok mereka adalah untuk mendukung kerja kelompok, pekerjaan itu sendiri dikenal sebagai kerja kooperatif didukung komputer. Groupware dapat meningkatkan kreativitas dalam proses pengambilan keputusan. Kelompok dan kerja kelompok di dalam organisasi sedang berkembang. Sebagai konsekuensinya, groupware terus meningkat untuk mendukung kerja kelompok yang efektif. Contoh penggunaan groupware yang efektif di bidang industri dapat dilihat di McGee dan Murphy (2001), yang menguraikan inovator terkemuka dalam kolaborasi. Groupware adalah perangkat lunak yang menyediakan dukungan kolaboratif bagi kelompok. Groupware menyediakan suatu mekanisme bagi tim untuk bagi-pakai pendapatan, data, informasi, pengetahuan dan sumber daya lain. Teknologi komputasi kolaboratif yang berbeda-beda, tergantung kategori waktu/tempat di mana pekerjaan terjadi, tujuan kelompok dan tugas. Groupware umumnya berisi kemampuan sedikitnya salah satu dari berikut : Brainstorming elektronik, konferensi atau pertemuan elektronik, skeduling kelompok, kalender, perencanaan, resolusi konflik, pembuatan model,
26
konferensi vidio, bagi-pakai dokumen elektronik, pemungutan suara, memori organisasional (Turban, 2005). Tujuan GSS adalah meningkatkan sebagian dari manfaat kolaborasi dan menghapus atau mengurangi sebagian dari kerugiannya. Para peneliti telah mengembangkan berbagai metode untuk meningkatkan proses kerja kelompok dan sebagian dari metode ini adalah ilmu dinamika kelompok. Dua metode yang mewakili adalah teknik kelompok nominal dan metode delphi. Metode ini adalah pendekatan manual untuk mendukung kerja kelompok (Lindstone and Turroff, 1975). Sistem pertemuan elektronik (EMS) adalah suatu bentuk groupware yang mendukung pertemuan kapan saja/sembarang tempat. Tugas-tugas kelompok
meliputi
tetapi
tidak
dibatasi
komunikasi,
perencanaan,
pembangkitan ide, pemecahan masalah, diskusi, negosiasi, resolusi konflik, analisis dan desain sistem, aktivitas kelompok kolaboratif seperti persiapan dan bagi-pakai dokumen (Denis, 1988). Menurut Nunamarker dan kawan-kawan (1991), proses-proses standar GSS adalah pertama, pembangkitan ide. Langkah eksplorasi ini meneliti masalah dan berusaha mengembangkan gagasan kreatif tentang hal-hal penting. Kedua, organisasi ide adalah suatu alat pengorganisasian ide menempatkan banyak ide yang dihasilkan pada daftar hal-hal penting. Ketiga, prioritisasi adalah pada langkah ini ide kunci diprioritaskan. Keempat, pembangkitan ide adalah ide baru dihasilkan berdasarkan prioritas dari ide kunci. Proses berlanjut sampai suatu ide akhir terpilih sebagai solusi masalah yang membuat diadakannya pertemuan, atau beberapa solusi dikenali untuk diselidiki
lebih
dalam.
Beberapa
pertemuan
diorientasikan
kepada
pengambilan keputusan. Pertemuan yang lain bersifat penyelidikan dan dipusatkan pada pembangkitan ide untuk mengejar kelanjutan pertemuanpertemuan atau kerja individu. Sering suatu pertemuan GSS berlangsung lebih lama dibanding pertemuan yang tanpa-dukungan, tetapi peserta biasanya lebih saksama dalam brainstorming dan analisis dan mereka “merasa” bahwa
27
mereka sudah membuat suatu keputusan dengan lebih baik dengan menggunakan sistem tersebut. Menurut Turban (2005), sistem penunjang keputusan kelompok merupakan suatu sistem berbasis komputer interaktif yang mempermudah penyelesaian masalah-masalah tidak terstruktur dari seperangkat sebuah kelompok. Karakteristik penting dari sistem penunjang keputusan kelompok adalah sebagai berikut : 1) Sistem penunjang keputusan kelompok merupakan sistem yang dirancang khusus bukan hanya merupakan konfigurasi dari komponen-komponen yang ada. 2) Sistem penunjang keputusan kelompok dirancang dengan tujuan menunjang kelompok dari pembuatan keputusan dalam kerjanya. 3) Sistem penunjang keputusan kelompok mudah dipelajari dan digunakan. 4) Sistem penunjang keputusan kelompok mungkin dirancang khusus untuk suatu tipe masalah atau dirancang secara umum untuk suatu jenis keputusan-keputusan organisasi tingkat kelompok. 5) Sistem
penunjang
keputusan
kelompok
mengandung
mekanisme-
mekanisme yang memperkecil perkembangan dari kelakuan-kelakuan kelompok yang negatif secara konflik dan salah pengertian. Perangkat lunak sistem penunjang keputusan kelompok terdiri dari paket-paket untuk menunjang masing-masing individu pembuat keputusan dan paket-paket untuk penunjang kelompok. Sistem penunjang keputusan kelompok juga mempunyai basis data, basis model dan interface yang dibutuhkan dalam sistem penunjang keputusan konvensional.
E. Manajemen Mutu Terpadu Mutu merupakan perpaduan antara sifat-sifat dan karakteristik yang menentukan seberapa jauh keluaran dapat memenuhi kebutuhan pembeli (Hardiwiardjo dan wibisono, 2000). Menurut suardi (2003) mutu adalah derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan dan keinginan konsumen.
28
Kata “mutu” mengandung banyak definisi dan makna sehingga masing-masing orang akan mengartikannya secara berlainan. Beberapa contoh definisi yang seringkali dijumpai antara lain adalah bahwa mutu merupakan kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian, perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat, atau melakukan segala sesuatu yang dapat memuaskan pelanggan (Tjiptono, 1997). Konsep mengenai mutu dan pengendalian mutu selalu mengalami evolusi perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi. Feigenbaum (1989) telah mengidentifikasi mengenai evolusi pengendalian mutu, yaitu pada sekitar tahun 1900 pengendalian mutu menjadi tanggung jawab operator, kemudian pada tahun 1928 beralih ketangan foreman, dan berikutnya pada tahun 1937 beralih ke tangan inspector dengan melakukan inspeksi mutu. Pada tahun 1960 diperkenalkan Statistical Quality Control dan pada tahun 1980 berkembang menjadi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Control (TQM) Manajemen mutu terpadu mempunyai banyak definisi seperti halnya pendefinisian dari mutu. Manajemen mutu terpadu didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumberdaya manusia dan modal yang tersedia (Gaspersz, 2001). Menurut Heizer dan Render (1991), definisi manajemen mutu terpadu adalah suatu konsep yang menekankan pada perbaikan produk secara terus menerus dengan melibatkan seluruh tingkat manajemen dalam perusahaan agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk lain di pasaran. Dari pengertian di atas berarti mutu merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
29
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management merupakan sebuah pendekatan dalam melakukan bisnis yang berupaya memaksimumkan keunggulan kompetisi sebuah organisasi melalui perbaikan terus-menerus pada keluaran, layanan, orang dan lingkungan (Goestsch dan David, 1998). TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. TQM adalah suatu falsafah manajemen komprehensif dan sekaligus alat untuk implementasinya. TQM adalah suatu sistem manajemen stratejik, mengintegrasikan untuk mendapatkan kepuasaan konsumen
dengan
mencakup
semua
manajer
dan
karyawan
serta
menggunakan metoda kuantitatif untuk memperbaiki berbagai proses organisasi secara berkesinambungan. Esensi TQM adalah melibatkan dan memberdayakan seluruh karyawan dalam mengadakan kualitas barang dan jasa secara berkelanjutan yang dapat memberi kepuasan kepada konsumen (Nasution, 2001). Feingenbaum (1989) berpendapat bahwa TQM merupakan suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan, pemeliharaan dan upaya perbaikan mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi dengan tujuan agar pemasaran hasil produksi ataupun jasa dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis namun pelanggan tetap mendapat kepuasan penuh. Menurut Ishikawa (1992), TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus atas produk, jasa, manusia proses dan lingkungannya. Tujuan penerapan manajemen mutu adalah untuk menjamin hasil produk atau jasa mampu memenuhi keinginan konsumen. Manajemen mutu mencangkup jaminan mutu (quality assurance) dan pengendalian mutu (quality control). Manfaaat yang diperoleh perusahaan melalui penerapan manajemen mutu, antara lain: meningkatkan laba perusahaan, meningkatkan efisiensi perusahaan, meningkatkan mutu produk, meningkatkan hubungan dan komunikasi antara perusahaan dengan lingkungan industrinya serta menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan produktif (Hardiwiardjo dan Wibisono, 1996).
30
Menurut perhimpunan Manajemen Mutu Indonesia (1986), untuk melaksanakan kendali mutu terhadap proses produksi digunakan teknik kendali mutu seperti yang dijelaskan di bawah ini: 1) Lembar Pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan analisa data yang digunakan untuk mempermudah proses pengumumpulan data. 2) Stratifikasi adalah teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu sehingga dapat menggambarkan permasalahan dengan jelas. 3) Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut sebab dan gejalanya, dimana masalah dipresentasikan dengan menggunakan histogram menurut prioritas. 4) Histogram adalah grafik yang dapat menggambarkan penyebaran suatu proses. 5) Diagram pencar ini digunakan untuk mengumpulkan beberapa grup data yang berhubungan dan digambarkan dalam bentuk grafik. 6) Diagram
Tulang
Ikan
adalah
diagram
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi dan menganalisis suatu proses serta menemukan penyebab suatu masalah dan akibat yang disebabkannya. 7) Grafik dan Bagan Kendali merupakan grafik yang digunakan untuk menganalisa proses dan memperbaikinya secara terus menerus. Grafik tersebut dapat mendeteksi penyimpangan abnormal dengan bantuan garis kendali batas tengah, atas dan bawah, memeriksa ketidaknormalan dalam proses.
Ryan (1989), menyatakan penting untuk mengetahui bagaimana suatu proses bervariasi dalam menghasilkan output sehingga dapat diambil tindakan perbaikan terhadap proses tersebut secara cepat. Dalam hal ini prosedur statistik diperlukan untuk mengendalikan keanekaragaman pengukuran. Metode statistik diperlukan untuk mengidentifikasi penyimpangan dan untuk menunjukan penyebab dari berbagai penyimpangan, baik untuk proses produksi maupun untuk bisnis secara umum sehingga menyebabkan peningkatan produktivitas.
31
Bagan kendali merupakan grafik kronologis yang membandingkan karakteristik mutu nyata produk dengan batas kemampuan produksi produk tersebut yang ditunjukan dengan pengalaman dan pengamatan masa lalu (Feigenbaum, 1986). Menurut Montgomery (1990), bagan kendali adalah perangkat statistik yang memungkinkan suatu organisasi untuk mengetahui dan memantau konsistensi suatu proses atau produk yang dihasilkan melalui pengamatan yang sedang berlangsung dan proses yang telah dilakukan, dengan menggunakan prinsip-prinsip statistik dalam penyelesaiannya, Gaspersz (1998) menyatakan bahwa terdapat dua macam bagan pengendaliaan proses berdasarkan sifat atribut dan bagan pengendalian variabel. Bagan pengendalian atribut digunakan untuk mengendalikan sifatsifat atribut seperti cacat-normal, baik-buruk, tolak-terima, dan lain-lain, sedangkan bagan pengendali variabel digunakan untuk produk dengan karakteristik tertentu. Dalam penerapan konsep manajemen mutu dikenal delapan langkah pemecahan masalah dengan teknik manajemen dasar kendali mutu. Langkahlangkah pemecahan masalah menjadi tujuaan yang diinginkan, sedangkan teknik dasar kendali mutu yang digunakan tergantung pada tujuaannya. Langkah pertama dari delapan langkah tersebut adalah mencari informasi tentang problem yang dihadapi. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan diagram pareto, histrogram dan bagan kendali. Setelah problem yang dihadapi diketahui maka langkah selanjutnya adalah menemukan faktor-faktor dari masalah yang teridentifikasi tersebut. Diagram sebab akibat lazim digunakan dalam menemukan faktor-faktor masalah tersebut. Langkah ketiga merupakan langkah yang akan mempelajari faktor-faktor masalah yang telah ditemukan, kemudian setelah itu dilakukan langkah keempat berupa pembuatan tindakan perbaikan sebagai solusi atas masalah. Langkah keempat tersebut dilakukan dengan memakai rumusan tindakan 5W (why, what, were, when, who) + 1H (how) (Prawirosentono, 2004). Pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan langkah kelima yang harus dilakukan. Tindakan evaluasi mutlak diperlukan sebagai kontrol yang akan memeriksa apakah tindakan perbaikan sudah dilaksanakan sesuai dengan
32
rencana atau tidak. Evaluasi dilakukan sebagai langkah keenam dari seluruh rangkaian. Langkah ketujuh dan kedelapan adalah pencegahan terhadap terjadinya persoalan yang sama serta pencatatan persoalan yang belum terpecahkan. Delapan langkah pemecahan masalah diperlihatkan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Teknik Dasar Kendali Mutu No Langkah-Langkah Teknik Dasar Kendali Mutu yang Digunakan 1 Mengetahui problem yang a. diagram pareto dihadapi (apa yang mau b. histogram c. bagan kendali ditingkatkan) 2 Merumuskan faktor-faktor Diagram sebab akibat masalah 3 Mempelajari faktor yang a. diagram pareto berpengaruh b. diagram pencar 4 Membuat langkah-langkah a. mengapa.....................pentingnya perbaikan b. apa..............................sasarannya c. dimana........................tempat d. kapan..........................batas waktu e. siapa..........................orangnya f. bagaimana..................caranya 5 Melaksanakan langkah- Rencana perbaikan harus dilakukan sebagaimana langkah perbaikan mestinya dan diketahui oleh pihak-pihak yang terkait 6 Mengadakan evaluasi hasil a. diagram pareto b. histrogram c. bagan kendali 7 Mencegah terulangnya Dengan standarisasi, revisi standar operasi, persoalan yang sama inspeksi dan peraturan 8 Mencatat persoalan yang Masukan dalam rencana berikutnya, mulai dari belum terpecahkan no. 1 Sumber : Prawirosentono (2004).
F. Industri Perikanan Menurut Austin (1992) dan Brown (1994), agroindustri adalah industri yang mengolah bahan baku hasil pertaniaan yang berupa tanaman atau hewan yang meliputi transformasi dan pengawetan yang melalui perubahan fisik atau kimiawi,
penyimpanan,
pengemasan
dan
distribusi.
Perkembangan
agroindustri ke depan perlu diarahkan pada pendalaman struktur agroindustri lebih ke hilir, dengan tujuaan menciptakan nilai tambah sebesar mungkin di 33
dalam negeri. Mendiversifikasi produk yang mengakomodir perferensi konsumen, dalam memanfaatkan segmen-segmen pasar yang berkembang, baik di dalam negeri maupun di pasar internasional (Saragih, 2001). Agroindustri perikanan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi mulai dari kegiatan penyediaan bahan baku, processing, sampai ke pemasaran. Adapun tujuannya adalah untuk memberikan nilai tambah pada produk perikanan, mengamankan produksi karena sifat produk yang mudah rusak
(perishable),
diversifikasi
produk-produk
perikanan,
menjamin
kontinuitas ketersediaan ikan sepanjang tahun, dan meningkatkan jangkauan pemasaran ikan pada tingkat permintaan yang dinamis (Dahuri,2004). Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan daging ayam, daging domba dan daging sapi. Meskipun produksi total ikan naik, namun masalah pemasaran ikan tidak akan timbul karena sebagian besar dari produk yang ada dipasarkan dalam bentuk segar/beku dan dalam kaleng dan hanya sebagiaan kecil yang diolah menjadi fillet, baso ikan, ikan asin, ikan kering, ikan asap dan tepung ikan (Saidah, 2005). Corak perikanan Indonesia pada saat ini lebih mengarah pada intensif tenaga. Hampir sekitar dua juta nelayan, petani ikan dan pengusaha kecil terlibat dalam kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan dan distribusi. Hasil tangkapan dan budidaya ini diolah melalui dua saluran. Saluran pertama, yaitu produk-produk yang dapat diekspor diproses oleh beberapa perusahaan besar (terutama cold storage). Saluran kedua mengikuti jalur pengolahan oleh pengusaha kecil dan rumah tangga, dimana sekitar 50 persen lebih diolah secara tradisional seperti penggaraman, pemindangan dan pengasapan (Saidah, 2005). Menurut Poernomo, et al. (2001), tingkat pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang rataan telah mencapai 62%, ternyata belum diimbangi oleh kegiatan peningkatan nilai tambah secara sistematik melalui industri pengolahan hasil perikanan. Dari data nasional menunjukan bahwa kurang lebih hanya 40% dari total produksi perikanan laut diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, dengan perinciaan 30,86% diolah secara
34
tradisional dan hanya 12,03% yang diolah dalam bentuk moderen seperti pembekuan, pengalengan dan pembuatan tepung ikan. Dari data tersebut terlihat bahwa industri pengolahan ikan didominasi tiga macam pengolahan yaitu
pengeringan/penggaraman
22,35%,
pemindangan
4,05%
dan
pembekuaan 9,27%. Produksi perikanan pada tahun 2001 tercatat 5,1 juta ton yang terdiri atas 3,9 juta ton produksi perikanan laut dan 1,1 juta ton produksi perikanan darat. Menurut data BPS tahun 2002 produksi perikanan mencapai 5,3 juta ton atau meningkat 5,6 persen bila dibandingkan dengan tahun 2001. peningkatan pada tahun 2001 dan 2002 terjadi hampir diseluruh kegiatan usaha perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut, sedangkan produksi perikanan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 5,6 juta ton (DKP, 2003). Kebijakan pemerintah disektor kelautan dan perikanan belum mendukung perkembangan industri pengolahan ikan dalam negeri. Salah satunya adalah hingga kini masih memberikan perizinan kepada nelayan asing untuk menangkap ikan di Indonesia dan menjualnya ke luar negeri. Hal tersebut mengakibatkan industri pengolahan ikan dalam negeri terutama industri coldstorage dan pengalengan ikan yang berorientasi ekspor mengalami kekurangan bahan baku (Saidah, 2005). Ketersediaan bahan mentah merupakan persyarat mutlak yang diperlukan untuk menjamin keberlanjutan suatu kegiatan industri pengolahan, termasuk industri perikanan. Bahan mentah tersebut harus memenuhi syarat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Bahkan bagi industri yang mengolah limbah perikanan, mutu bahan baku yang tinggi merupakan prasyarat yang tidak dapat ditawar lagi (Widiasto, 2000). Banyak perusahaan yang tidak dapat beroperasi pada kapasitas produksi dan bahkan banyak diantaranya berhenti beroperasi, akibat tidak tersedianya bahan mentah yang memadai (Irianto, et al., 2001). Salah satu penyebabnya adalah corak perikanan rakyat mendominasi (87%) armada perikanan Indonesia menghasilkan tangkapan bermutu rendah. Hal lainya adalah banyaknya jenis yang dihasilkan dan dalam volume yang tidak terlalu besar, dianggap sebagai kendala tersendiri dalam menetukan perioritas jenis agroindustri.
35
Kekurangan
bahan
baku
juga
diakibatkan
karena
kurangnya
keterkaitan antara subsistem-subsistem agribisnis perikanan yang terlihat dari fakta rasio antara ikan yang diolah lebih lanjut sebelum diekspor dengan ikan tangkapan yang langsung diekspor dalam keadaan mentah. Lebih lanjut Saidah (2005) mengatakan permasalahan bahan baku dapat teratasi dengan campur tangan pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan insentif pajak dan hanya memberikan izin penangkapan ikan kepada nelayan asing yang bersedia membangun industri pengolahan di Indonesia.
36
III.
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran sistematik, dengan memfokuskan pada rancang bangun sistem pakar untuk penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan. Manajemen mutu terpadu adalah suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Salah satu cara untuk melaksanakan perbaikan yaitu dengan bertemunya secara berkala sekelompok karyawan dari unit kerja suatu perusahaan yang sama dan mengupayakan pengendalian mutu dengan cara mengidentifikasi permasalahan, menganalisis dan mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Ruang lingkup masalah khusus ini terbatas pada proses produksi, pengendalian mutu, dan pemasaran. Berbagai permasalahan kompleks selalu ditemui dalam proses produksi,
pengawasan
mutu
dan
pemasaran.
Dengan
meningkatnya
kekompleksan dari pembuatan keputusan, meningkat pula keperluan untuk mengadakan pertemuan dan bekerja dalam kelompok. Pertemuan ini sering sulit dilakukan karena kesibukan dari orang-orang dengan pekerjaan mereka. Interface management merupakan suatu cara yang efektif untuk mengatasi kendala yang ada. Interface management merupakan konsep yang memusatkan perhatiannya pada interaksi-interaksi yang terjadi baik antar unit bisnis maupun antar unit dan induk organisasi agar dapat berjalan secara efisien, sesuai dengan keinginan, lancar dan harmoni berdasarkan falsafah kerjasama tim untuk mencapai tujuan. Untuk memperlancar pertemuan ini maka dirancang suatu progam komputer, program ini juga memungkinkan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah dari para pakar/praktisi. Program ini terdapat basis pengetahuan yang diakuisisi dari para pakar/praktisi di bidang industri perikanan.
37
B. Pendekatan Sistem Sistem adalah kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan
( Manotsch
dan Park, 1977). Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini hendak diketahui faktor–faktor yang mempengaruhi prilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manajemen mengambil kesimpulan– kesimpulan yang sederhana dan simplisitis searah oleh suatu masalah disebabkan oleh pengertian yang lebih luas mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi prilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem ( Marimin, 2004). Pendekatan sistem dicirikan dengan adanya metodologi perencanaan, pengelolaan
dan
pengendaliaan,
bersifat
multidisiplin,
terorganisasi,
penggunaan model matematika, mampu berpikir secara kualitatif, serta dapat diaplikasikan dengan komputer. Pendekatan sistem menggunakan model yaitu suatu abstraksi sistem nyata atau penyederhanaan sistem nyata untuk memudahkan pengkajiaan sistem (Eriyatno, 1989). Dua sifat utama dalam pendekataan sistem adalah yang
pertama,
memperhatikan dan memasukan semua faktor-faktor penting yang ada dalam menghasilkan solusi yang baik. Kedua, menggunakan model kuantitatif dalam membantu pengambilan keputusan yang rasional.
1. Analisa Kebutuhan Komponen dalam suatu sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda–beda sesuai dengan tujuannya masing–masing. Komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain dan berpengaruh terhadap keseluruhan
sistem yang ada. Komponen–komponen yang memiliki
kebutuhan dan pengaruh dalam model sistem pakar untuk penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan adalah :
38
a) Perusahaan -
Meningkatkan laba perusahaan
-
Meningkatkan efisiensi perusahaan
b) Bagian Produksi -
Kontinuitas bahan baku
-
Bahan baku bermutu sesuai dengan standar yang diharapkan perusahaan
-
Kelancaran dan kestabilan proses produksi
-
Menghasilkan produk dengan rendemen yang tinggi
c) Bagian Pengendalian Mutu -
Sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien
-
Kestabilan bahan baku dan produk olahan
-
Memenuhi standar mutu produk yang diinginkan pembeli
d) Bagian Pemasaran -
Produk memiliki rendemen yang tinggi sehingga harga jual tinggi
-
Kontinuitas produk yang dihasilkan
-
Kestabilan
mutu
produk
yang
dihasilkan
sehingga
dapat
meningkatkan loyalitas konsumen -
Produk terserap pasar
-
Dapat memenuhi semua permintaan konsumen
e) Karyawan -
Mendapatkan lingkungan kerja yang nyaman dan dinamis
-
Mengembangkan kemampuan dalam menganalisa suatu masalah
f) Konsumen -
Mendapatkan produk yang berkualitas
-
Mudah memperoleh produk
-
Produk dapat memenuhi kepuasan konsumen
39
2. Formulasi Masalah Permasalahan yang dihadapi dalam menerapkan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan begitu kompleks. Untuk memecahkan masalah pada proses produksi, pengawasan mutu dan pemasaran, perlu dilakukan analisis dan diagnosis oleh beberapa orang dan mencari permasalahan dan penyebab yang dihadapi. Alternatif solusi didapatkan dari pakar yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang industri perikanan. Kendala yang dihadapi yaitu terbatasnya waktu yang dimiliki oleh pakar. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya suatu sistem pengambilan keputusan
yang
memiliki
kemampuan
berdasarkan
penyerapan
kemampuan dari para pakar. Sistem pakar merupakan suatu solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, karena sistem ini dapat mengakusisi pengetahuan para pakar yang dapat digunakan oleh pengguna dalam mendapatkan solusi dan saran terhadap permasalahan seputar proses produksi, pengendalian mutu dan pemasaran dalam industri perikanan sehingga manajemen mutu terpadu dapat diterapkan.
3. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan–kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan sistem tersebut. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberi gambaran terhadap sistem yang dikaji.
a. Diagram Sebab – Akibat Diagram sebab-akibat memberikan gambaran hubungan antara komponen di dalam sistem. Diagram sebab-akibat sistem pakar untuk menerapkan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan dapat dilihat pada gambar 4. Diagram ini menunjukan dengan adanya penerapan manajemen mutu terpadu pada perusahaan terjadi perbaikan pada proses produksi, pengendalian mutu dan pemasaran sehingga perusahaan mengalami peningkatan profit. Karena perusahaan
40
mendapatkan profit yang tinggi maka kesejahtraan karyawan meningkat. Hal ini mempengaruhi semangat kerja karyawan sehingga mutu produk yang dihasilkan jauh lebih baik.
b. Diagram Input – Output Parameter penting dalam identifikasi sistem adalah adanya kotak hitam ( black box ), dimana tidak diketahui apa yang terjadi di dalam kotak tersebut, tetapi hanya dapat diketahui input yang masuk serta output yang keluar dari kotak hitam tersebut. Input yang diberikan pada sistem yang menggunakan kecerdasan buatan berupa masalah. Pada sistem harus dilengkapi dengan sekumpulan pengetahuan yang ada pada basis pengetahuan. System harus memiliki inference engine agar mampu mengambil kesimpulan berdasarkan fakta atau pengetahuan. Output yang diberikan berupa solusi masalah sebagai hasil dari inferensi. Diagran input–output Sistem Pakar untuk Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Industri Perikanan dapat dilihat pada gambar 3. Sistem yang menggunakan AI Output
Input Basis Pengetahuan
Inference Engine Solusi
Masalah Gambar 3. Diagram Input-Output pada MMT 1.0
41
Peningkatan profit perusahaan
Kesejahtraan karyawan
Kebijakan pemerintah
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
Kesejahtraan nelayan/ supplier
Supply bahan baku Perbaikan pada proses produksi
Perbaikan pada sistem pemasaran
Perencanaan produksi Keinginan konsumen Mutu produk
Perbaikan mutu Gambar 4. Diagram Sebab-Akibat Sistem Pakar untuk Penerapkan Manajemen Mutu Terpadu berbentuk Interface Management di Industri Perikanan
42
C. Tata Laksana Pengkajian masalah khusus ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pengembangan. Gambar 4 menunjukan diagram alir tahapan pemodelan sistem pakar untuk penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan. 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi formulasi, penetapan ruang lingkup dan tujuan pengembangan sistem pakar, studi pustaka, pemilihan pakar dan pemilihan bahasa pemrograman yang digunakan. Data sekunder didapatkan dari studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dasar tentang manajemen mutu terpadu, industri perikanan, dan bagaimana manajemen mutu terpadu diterapkan. Studi pustaka dilakukan di perpustakaan LSI–IPB, dari perusahaan dan melalui internet. Data primer didapatkan dengan cara wawancara. Mewawancarai para pakar di industri perikanan. Pemilihan pakar dilakukan untuk memperoleh basis pengetahuan yang akurat. Pakar yang dipilih adalah para praktisi yang memahami penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan. Bahasa pemrograman yang dipilih adalah Borland Delphi 7. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan pada kpraktisan dalam perancangan user interface serta fasilitas–fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung pemrograman dalam aplikasi windows.
2. Tahap Pengembangan Tahap pengembangan sistem pakar meliputi akuisisi pengetahuan, konseptualisasi pengetahuan, representasi pengetahuan, pengembangan mekanisme inferensi, pemrograman komputer, implementasi dan evaluasi.
43
Akuisisis pengetahuan dilakukan dengan menyusun kerangka penyerapan pengetahuan berupa pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaanpertanyaan tersebut disusun berdasarkan hasil studi pustaka dan konsultasi dengan pakar tentang masalah yang terjadi saat penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan. Berdasarkan hasil akuisisi pengetahuan berupa struktur yang menggambarkan permasalahan penerapan manajemen mutu terpadu pada industri perikanan. Struktur tersebut berfungsi sebagai umpan balik bagi pakar dalam memeriksa kembali kebenaran, kelengkapan, konsistensi pengetahuan
dan
mempertahankan
keantusiasan
pakar
dalam
pengembangan model selanjutnya. Representasi pengetahuan dilakukan setelah diperoleh struktur prngetahuan yang lengkap dari tahap konseptualisasi pengetahuan. Metode penyajian yang digunakan disesuaikan dengan jenis pengetahuan yang didapatkan. Pemilihan metode representasi pengetahuan juga harus mempertimbangkan
bentuk
penyajian
pengetahuan
pada
bahasa
pemrograman yang digunakan. Pengembangan mekanisme inferensi dimulai dengan pemilihan strategi penalaran, strategi pengendalian dan strategi pelacakan. Strategi penalaran untuk kejadiaan yang bersifat pasti disesuaikan dengan metode yang digunakan oleh pakar, sedangkan ketidak pastian dapat dilakukan dengan metode yang telah dikembangkan lebih dahulu. Pemilihan strategi pengendalian dan pelacakan disesuaikan dengan mekanisme kontrol program yang diinginkan oleh perancang sistem pakar berdasarkan cara pakar dalam memecahkan masalah. Tahap pemrograman komputer diawali dengan pembuatan basis pengetahuan berdasarkan struktur pengetahuan yang telah disepakati pakar. Hasil keseluruhan akusisi pengetahuan dituangkan dalam basis pengetahuan. Selanjutnya dibuat program inti berupa mekanisme inferensi yang dilengkapi dengan penjelasan.
44
Impelementasi dilakukan dengan uji coba model pada perusahaan agroindustri. Pada tahap ini dilakukan validasi dan evaluasi terhadap keseluruhan program yang meliputi kelengkapan, ketepatan dan konsistensi
pengetahuan,
kemudahan
mengakses
program
dan
kemudahan komunikasi.
45
Mulai
Pemilihan Pakar
Solusi Pakar
Konseptualisasi Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
Pengembangan Mekanisme Inferensi : Strategi penalaran Strategi pengendaliaan Strategi pelacakan Pemrograman Komputer
Pengembangan Fasilitas Antar Muka Pemakai
Implementasi
Evaluasi
t i d a k
Memuaskan ? Ya Selesai
Gambar 5 . Diagram Alir Tahapan Penelitian
46
IV.
PEMODELAN SISTEM
A. Perancangan Model Sistem pakar untuk penerapan manajemen mutu terpadu pada agroindustri perikanan dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan MMT 1.0 paket perangkat lunak ini dirancang sebagai alat bantu yang berguna bagi user yang ingin berdiskusi dan konsultasi. Perangkat lunak ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0. Manajemen basis data statis dirancang dengan menggunakan format HTML (Hyper Text Markup Language) yang di operasikan melalui aplikasi web browser yang terintregrasi pada program utama. Manajemen Basis data dirancang menggunakan Micrososft Acces 2003.Sistem Manajemen basis model dirancang menggunakan Borland Delphi 7.0. Sistem Manajemen Dialog dirancang dengan menggunakan Borland Delphi 7.0. Perangkat yang diperlukan untuk menjalankan program aplikasi sistem pakar ini adalah satu set Perconal Computer (PC) dengan kapasitas memori (RAM) 128 MB, VGA 1 MB, CD-Room, monitor dengan layar seluas 1024x768 pixels, dan sistem operasi Windows 2003/XP/Vista. Program aplikasi ini disimpan dalam bentuk CD, sehingga dapat dengan mudah diinstal melalui CD-Room.
B. Akuisisi Pengetahuan Setelah inti permasalahan dapat diidentifikasi dan pilihan solusi telah ditentukan maka langkah selanjutnya dalam membangun sistem pakar adalah akuisisi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan adalah proses pemindahan pengetahuan dari sumber (expert) kedalam komputer sebagai database atau yang dikenal dengan basis pengetahuan, dimana pengetahuan ini berhubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan oleh sistem. Proses akuisisi dilakukan oleh seorang atau beberapa Knowledge Engineer (KE) atau orang yang berperan dalam pemindahan pengetahuan.
47
Metode akuisisi yang dilakukan selama penelitian berlangsung menggunakan metode manual. Dikatakan manual didasarkan pertimbangan dimana peran KE lebih besar dari expert, dimana KE menyerap pengetahuan dari pakar melalui interview, observasi, diskusi dan penelusuran terhadap proses penerapan manajemen mutu terpadu pada PT Kemila Internasional. Dalam proses akuisisi KE terlebih dahulu mempelajari atau mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi agar proses akuisisi dapat berjalan lebih mudah, baik bagi expert maupun bagi KE sendiri. Setelah melakukan observasi mengenai penerapan manajemen mutu terpadu, maka pada tahap selanjutnya dilakukan tanya jawab kepada para sumber serta diskusi guna mencari prinsip-prinsip dan konsep-konsep penting dalam penerapan manajemen mutu terpadu. Sumber-sumber pengetahuan yang dijadikan sebagai basis pengetahuan adalah plant manajer, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer QC, supervisor produksi, supervisor pemasaran dan supervisor QC. Pemilihan sumber pengetahuan didasarkan pada pengetahuan mereka akan bagaimana pelaksanaan diskusi dalam menerapkan manajemen mutu terpadu dan pengetahuan tentang permasalahan yang sering terjadi pada bagian pemasaran, produksi dan pengawasan mutu C. Pengembangan model 1. Struktur Program Borland Delphi 7.0 digunakan sebagai bahasa pemrograman dalam melakukan pengembangan sisitem. Dalam Borland Delphi 7.0 terdapat dua bagian struktur, yaitu bagian unit dan bagian badan program. Badan program atau disebut juga form designer berfungsi untuk merancang tampilan dari user interface yang akan digunakan. Dalam merancang user interface harus bersifat user friendly agar calon pengguna lebih mudah dan nyaman dalam menjalankan sistem pakar ini. Sedangkan unit berfungsi untuk menuliskan bahasa pemrograman yaitu bahasa pascal untuk program Borland Delphi 7.0.
48
2. Teknik Representasi Pengetahuan Metode representasi pengetahuan yang digunakan adalah kaidah produksi atau production rule, kaidah ini dipilih karena dianggap cocok untuk pembangunan sistem pakar yang dibangun dan kaidah ini lebih mudah dalam penggunaannya. Representasi pengetahuan dengan sistem produksi, pada dasarnya berupa aplikasi aturan (rule) yang berupa Antecedent
dan
konsekuen.
Antecedent
yaitu
bagian
yang
mengekspresikan situasi atau premis (pernyataan berawalan IF). Konsekuen yaitu bagian yang menyatakan suatu tindakan tertentu atau konklusi yang diterapkan jika suatu situasi atau premis bernilai benar (pernyataan berawalan THEN). Untuk merumuskan beberapa domain pengetahuan secara akurat diperlukan banyak kaidah produksi.
3. Pengembangan Mekanisme Inferensi Strategi penalaran yang digunakan pada MMT 1.0 adalah strategi penalaran pasti. Strategi penalaran pasti menggunakan teknik modus ponens yaitu drngan menggunakan aturan “jika A maka B” dan kejadian A diketahui terpenuhi, maka kejadian B akan bernilai benar. Strategi pengendalian yang digunakan pada pengembangan sistem pakar ini adalah mata rantai ke depan (forward chaining). Forward chaining melakukan penalaran dari fakta menuju konklusi yang terdapat dari fakta. Strategi pelacakan yang digunakan adalah strategi pelacakan melebar (breadth first search). Pelacakan pada semua node pada level n terlebih dahulu sebelum mengunjungi node-node pada level berikutnya.
4. Fasilitas Antar Muka Pemakai Fasilitas
antar
muka
pemakai
merupakan
fasilitas
untuk
komunikasi antara pemakai dengan sistem pakar. Dengan adanya fasilitas ini beberapa pengguna dapat melakukan diskusi dengan didampangi oleh fasilitator dan akan menghasilkan suatu konsensus pendapat.
49
Sistem pakar ini memiliki fasilitas antar muka yang menarik dan mudah digunakan serta dimengerti oleh pengguna.sistem pakar ini harus mudah dioprasikan karena pengguna hanya perlu menggunakan mouse dan menekan menu, tombol dan combo box serta komponen-komponen lain yang tersedia.
5. Pengujian Model Pengujian terhadap sistem pakar dilakukan dengan cara melakukan beberapa konsultasi dengan memberikan beberapa respon yang berbeda. Pengujian model bertujuan untuk mengetahui kelengkapan basis pengetahuan, kebenaran struktur kaidah dan kemudahan fasilitas antar muka dalam penggunaan model.
50
V.
ANALISA SITUASIONAL
PT Kemila Internasional merupakan objek penelitian dari sistem pakar untuk penerapan manajemen mutu terpadu. PT kemila Internasional bergerak sebagai pengolah hasil ikan yang mempunyai kualitas ekspor. Awalnya PT Kemila Internasional berada satu manajemen dengan PT Kelola Mina Laut, tetapi pada tanggal 1 Juli 2006 PT Kemila Internasional memisahkan diri dan berdiri sendiri. PT Kemila Internasional berkembang pesat di bawah pimpinan Ir. Lalam Sarlam, perusahaan ini memiliki beberapa anak perusahaan yaitu PT Global Tropical Seafood di Cikampek, PT Kemilau Bintang Timur di Makasar dan PT Salam Daya Mina di Pemalang. PT Kemila Internasional memasarkan produknya di dalam dan di luar negeri. Orientasi pemasarannya adalah ke luar negeri yang dipegang langsung oleh PT Kemila Internasional, sedangkan pemasaran di dalam negeri dilakukan oleh masing-masing anak perusahaan sambil dikontrol oleh PT Kemila Internasional. Dalam mewujudkan cita-citanya sebagai perusahaan seafood kelas internasional, PT Kemila Internasional memproduksi produk yang berkualitas, menerapkan harga yang kompetitif, memberikan supply yang kontiniu dan memberikan jaminan kepuasan konsumen. Dalam memperbaiki mutu produk, PT Kemila Internasional mendapatkan sertifikat HACCP dan FDA Registered. Produk yang dihasilkan oleh PT Kemila Internasional adalah Fozen Fish Product, Dried Seafood Product, Crab Meat Canned, Value Added Product, Shrimp Pond Aquaculture. PT Kemila Internasional memiliki lebih dari 20 pemasok bahan baku yang semuanya berasal dari dalam negeri. Pemasok–pemasok tersebut berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan pulau Sumatra. Jenis ikan yang dipasok antara lain Kakap Merah, Tenggiri, Kerapu, Layur, Kurisi, Kerang, Lencam dan lain–lain. Untuk menjaga loyalitas pemsok perusahaan menjaga hubungan baik agar kontinuitas dan mutu bahan baku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT Kemila Internasional.
51
A. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT Kemila Internasional terletak di Jalan Raya Kaliasin KM.6, Pangulah Utara, Kota Baru, Cikampek 41374, Jawa barat. PT Kemila Internasional memiliki area seluas 21.697 meter persegi, tetapi area yang telah digunakan untuk mendirikan bangunan seluas 8.000 meter persegi. Untuk memperlancar Proses produksi bangunan kantor dan bangunan proses produksi dipisah dan terletak bersebelahan. Selain kedua bangunan tersebut terdapat ruang perbaikan mesin, pos satpam dan kantin. Bangunan kantor terdiri dari ruang kerja direktur, ruang kerja wakil direktur, ruang departemen produksi, ruang departemen pemasaran, ruang departemen HRD, ruang departemen financial, ruang departemen teknik, ruang departemen pengawasan mutu, ruang departemen vallue added, ruang tamu, ruang ganti staff, mushola, dapur dan toilet. Sedangkan bangunan produksi terdiri dari ruang ganti pakaian, ruang penyimpanan bahan baku, ruang penyimpanan bahan jadi, ruang pengemasan, ruang mesin, gudang dan toilet.
B. Struktur Organisasi PT Kemila Internasional dipimpin oleh seorang President director yang mempunyai
tanggung
jawab
dan
kewajiban
untuk
memimpin
dan
mengarahkan seluruh kegiatan perusahaan. Sedangkan untuk disetiap cabang dipimpin oleh Factory manager yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di kantor cabang untuk mencapai performa yang tinggi dalam menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah dan bermutu tinggi dan menjamin system mutu tetap terjaga dan dilaksanakan secara efektif. Factory manager ini membawahi tujuh departemen yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Penjabaran kewajiban dan tanggung jawab dari setiap departemen : 1)
Departemen HRD Departemen ini bertanggung jawab untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan baik jumlah maupun mutu sumber daya manusia. Selain itu departemen ini juga
52
bertanggung jawab terhadap semua aktivitas dalam sistem manajemen karyawan dan menyediakan semua fasilitas pendukung bagi karyawan. 2)
Departemen Persediaan Departemen ini bertanggung jawab terhadap semua aktivitas yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku secara berkelanjutan dan memastikan bahwa kualitas bahan baku yang diterima memenuhi standar.
3)
Departemen Jaminan Mutu Departemen ini bertanggung jawab terhadap kontrol kualitas bahan baku, proses produksi dan produk akhir yang dihasilkan serta memastikan bahwa program kualitas yang direncanakan berjalan dengan baik.
4)
Departemen Produksi Departemen ini bertanggung jawab terhadap proses produksi yang berlangsung, produk yang akan dihasilkan dan berapa banyak produk yang akan dihasilkan.
5)
Departemen Vallue Added Departemen ini bertanggung jawab terhadap pengembangan produk dan peningkatan nilai tambah produk.
6)
Departemen Teknik Departemen ini bertanggung jawab terhadap semua aktivitas yang berkaitan dengan monitoring, pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mesin dan peralatan yang mendukung kelancaran produksi dan infrakstruktur perusahaan.
7)
Departemen Financial Assurance Departemen ini bertanggung jawab atas tersedianya dana sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan produk bermutu dan menjaga kontinuitas kontrol keuangan di semua departemen sesuai dengan anggaran yang ditetapkan.
53
President Director Plant Manager
Manajer Keuanagan
Supervisor Keuangan
Manajer Pemasaran
Manajer Personalia
Manajer Produksi
Supervisor Pemasaran Supervisor Proses
Manajer Pengadaan
Manajer Kualitas
Manajer Teknik
Supervisor Pengadaan
Supervisor Kualitas
Supervisor Teknik
Supervisor Pengemasan
Karyawan Gambar 6. Struktur Organisasi PT Kemila Internasional
54
C. Ketenagakerjaan PT Kemila Internasional memiliki 295 orang karyawan, yang terdiri dari 12 orang staff, 4 orang karyawan bulanan tetap, 25 orang karyawan harian tetap, 27 orang karyawan harian kontrak, 47 orang karyawan borongan jam dan 180 orang karyawan borongan hasil. Komposisi karyawan PT Kemila Internasional dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Komposisi Karyawan No
Departemen
PT
KBT KHT KHK KBJ KBH
Total
1
Factory Manager
1
-
-
-
-
-
1
2
Produksi dan Pengadaan
4
1
9
7
29
180
230
3
Financial Assurance
2
1
4
3
7
-
17
4
Teknik
1
1
4
3
-
-
9
5
HRD
1
1
7
10
1
-
20
6
Jaminan Mutu
2
-
1
4
7
-
14
7
Vallue Added
1
-
-
-
3
-
4
12
4
25
27
47
180
295
Total Sumber : Bagian HRD 2007 Keterangan : PT : Pegawai Tetap KBT : Karyawan Bulanan Tetap KHT : Karyawan Harian Tetap KHK : Karyawan Harian Kontrak KBJ : Karyawan Borongan Jam KBH : Karyawan Borongan Hasil
Karyawan PT Kemila Internasional bekerja selama 6 hari dalam seminggu yaitu mulai dari hari senin sampai hari sabtu, dengan jam kerja dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB, namun jika banyak bahan baku mereka dapat pulang lebih dari pukul 16.00 WIB dan mereka mendapat upah lembur.
55
D. Pemasok Bahan Baku PT Kemila Internasional memiliki sekitar 20 pemasok bahan baku yang semuanya berasal dari dalam negeri. Pemasok-pemasok tersebut berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Twngah, Jawa Timur dan Sumatra. Jenis ikan yang dipasok antara lain Kakap Merah (Red Snappers), Tenggiri (Spanish mackerel), Kerapu, Layur, Kurisi (Threadfin bream), Kerang (Baby clam), Lencam (Emperors), dan lain-lain.
E. Proses Produksi PT Kemila Internasional merupakan perusahaan pengolahan hasil perikanan yang memproduksi antara lain fillet (Kakap Merah, Kerapu, Layur, Kurisi, Lencam, dan lain-lain) yang terdiri dari fillet skin less dan fillet skin on, steak (tenggiri), dan kerang. 1) Proses Produksi Fillet •
Penerimaan bahan baku Bahan baku yang datang diletakan dibagian penerimaan dan segera diperiksa kesesuaian mutunya oleh karyawan bagian penerimaan bahan baku. Tugas mereka adalah membongkar bahan baku dari truk, menyortir, menimbang dan mencatat berat bahan baku yang diterima. Selain itu juga mereka harus memperhatikan kesegaran, warna, bau dan lain-lain. Bahan baku yang memenuhi syarat diambil untuk kemudian ditimbang beratnya, sedangkan yang tidak memenuhi syarat akan langsung dikembalikan kepada pemasok.
•
Penimbangan Bahan baku yang telah diterima dimasukan ke ruang proses. Kemudian ditimbang ulang untuk mengetahui kesesuaian beratnya. Setelah itu bahan baku diarahkan sesuai dengan target produksi yang diterapkan. Bagian penimbangan bertugas mencatat, menimbang dan mengarahkan ke bagian proses. Alat yang digunakan adalah sebuah timbangan jarum dengan ketelitian 5 g kapasitas 100 kg.
56
•
Pencucian Ikan dicuci kemudian ditampung di dalam bak fiberglass yang dilengkapi lubang pembuangan air di bagian bawah. Penyusunan ikan dibuat berlapis-lapis dengan es. Diusahakan agar ikan tidak terendam air karena dapat memudarkan warna kulit hingga menjadi pucat, suram dan tidak mengkilap.
•
Filleting Sebelum ikan diambil dagingnya maka terlebih dahulu dilakukan pembersihan sisik. Setelah bersih dari sisik maka dilakukan pengambilan daging dengan cara penyayatan yang dimulai dari punggung yang mengarah ke perut dan ekor sehingga diperoleh kepingan dua sisi tanpa tulang.
•
Trimming Hasil potongan daging kemudian dirapihkan bentuknya dengan cara menyisir permukaan hasil potongan dan bagian sisi samping dengan menggunakan pisau tajam.
•
Sizing Pada tahap ini dilakukan penimbangan terhadap tiap-tiap keping daging dan dikelompokan menurut ukuran yang ditentukan.
•
Penyusunan dalam pan pembeku Pan pembeku diisi dengan fillet dengan permukaan kulit menghadap ke atas dan tiap keping fillet tidak menumpuk serta diusahakan penyusunan fillet satu lapis saja. Hal ini dimaksudkan agar daging fillet beku yang dihasilkan mempunyai penampilan rapi, halus, lurus dan rata. Sebelum fillet disusun, terlebih dahulu pan pembeku dilapisi dengan selembar plastik dan pada bagian atas daging ditutup dengan selapis plastik.
•
pembekuan Ikan yang tersusun dalam pan dimasukan ke dalam air blast freezer (ABF) dengan suhu operasi -350C dengan waktu 8-9 jam.
57
•
Pengemasan Tiap-tiap keping fillet dimasukan ke dalam plastik dan kemudian bagian ujungnya dilipat untuk selanjutnya disusun ke dalam mastercarton dan diikat dengan mesin pengikat, pada tiap kemasan dicantumkan keterangan atau label yang jelas.
•
Penyimpanan dalam cold strage Master carton yang berisi produk disipan dalam cold storage dengan suhu -220C, penyusunan dalam cold storage diatur sedemikian rupa sehingga memiliki sirkulasi udara.
Bahan Baku
Penimbangan Pembersihan Sisik Pencucian II Filleting Triming & De-boning Penimbangan Wrapping & Layering Pembekuan Packing & Labeling Cold Storage Gambar 7. Diagram Alir Proses Produksi Fillet
58
2) Proses Produksi Steak tenggiri •
Penerimaan Bahan Baku Bahan baku yang datang diletakan dibagian penerimaan dan segera diperiksa kesesuaian mutunya oleh karyawan bagian penerimaan bahan baku. Tugas mereka adalah membongkar bahan baku dari truk, menyortir, menimbang dan mencatat berat bahan baku yang diterima. Selain itu juga mereka harus memperhatikan kesegaran, warna, bau dan lain-lain. Bahan baku yang memenuhi syarat diambil untuk kemudian ditimbang beratnya, sedangkan yang tidak memenuhi syarat akan langsung dikembalikan kepada pemasok.
•
Penimbangan Bahan baku yang telah diterima dimasukan ke ruang proses. Kemudian ditimbang ulang untuk mengetahui kesesuaian beratnya. Setelah itu bahan baku diarahkan sesuai dengan target produksi yang diterapkan. Bagian penimbangan bertugas mencatat, menimbang dan mengarahkan ke bagian proses. Alat yang digunakan adalah sebuah timbangan jarum dengan ketelitian 5 g kapasitas 100 kg.
•
Pemotongan Setelah ditimbang dan diarahkan kebagian proses, Tenggiri diletakan di lini steak untuk dipotong. Bagian kepala dan ekor Tenggiri tidak digunakan dalam pembuatan steak, yang digunakan hanya bagian tubuh ikan. Hasil pemotongan harus memiliki ketebalan maksimum 2,5 cm.
•
Sortasi Setelah dipotong bagian tubuk ikan disortasi. Potongan tubuh ikan dibedakan antara center dan non center. Center adalah potongan tubuh ikan Tenggiri yang tidak memiliki rongga tubuh. Sedangkan noncenter adalah potongan tubuh ikan Tenggiri yang memiliki rongga tubuh. Steak dengan jenis center memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan jenis non center.
59
•
Trimming Trimming merupakan pembuangan isi perut yang dilakukan terhadap steak yang berjenis non center. Pembuangan isi perut ini berfungsi untuk mencegah pembusukan berjalan lebih cepat. Isi perut ikan banyak terdapat bakteri sehingga harus cepat dibuang agar tidak mempengaruhi bagian tubuh sekitarnya.
•
Pemotongan Sirip Pemotongan sirip ikan dilakuakan agar steak terlihat lebih menarik dan rapi. Alat bantu yang digunakan adalah gunting.
•
Pencucian Pada tahap ini ikan dicuci bersih dengan air murni. Kotoran dan darah yang menempel dibersihkan. Suhu ikan harus tetap dijaga mendekati 00C. Alat bantu yang digunakan adalah pisau.
•
Sizing Setelah dicuci ikan dibedakan berdasarkan ukurannya. Ukuran Steak Tenggiri yaitu 4-12 0z, 8-10 oz, 10-12 oz, dan 12 up. Pembedaan berdasarkan ukuran dilakukan karena produk akhir dari tiap ukuran steak memiliki harga jual yang berbeda.
•
Wieghing Penimbangan dilakukan untuk steak mempunyai berat sesuai ukurannya, dalam hal ini 1 oz sama dengan 28,35 gram. Alat yang digunakan adalah sebuah timbangan dengan ketelitian 5 g kapasitas 30 kg.
•
Wrapping and Layering Kegiatan pembungkusan dan pelapisan dengan plastik pada produk steak. Mereka harus menyusun steak dan merapikan bagian tubuh ikan. Setiap dilakukan penumpukan steak maka harus dilapisi dengan plastik supaya saat dibekukan produk tidak menempel satu sama lain.
•
Penyimpanan di ABF (Air Blast Freezer) ABF merupakan sistem pembekuan produk dengan menggunakan udara dingin yang dihembuskan dengan kecepatan tinggi. Untuk produk steak lama penyimpanan dalam ABF berkisar antara 4-8 jam
60
dengan suhu lebih rendah atau sama dengan -350C. Jika produk terlalu lama disimpan dalam ABF maka produk akan mengalami dehidrasi. Kecepatan udara paling efektif adalah 1200 fpm. •
Penyimpanan di Cold Storage Setelah dikemas kemudian dilakukan penyimpanan beku yang berarti meletakan produk yang sudah beku di dalam ruangan dengan suhu yang dipertahankan. Penyimpanan steak tenggiri di dalam cold storage berkisar pada suhu -220C.
Bahan Baku
Penimbangan
Pemotongan
Sortasi
Pencucian
Sizing & Weiging
Pembekuan
Glazing
Packing & Labeling
Cold Storage
Gambar 8. Diagram Alir Proses Produksi Steak Tenggiri
61
3) Proses Produksi Kerang •
Penerimaan Bahan Baku Bahan baku yang datang diletakan dibagian penerimaan dan segera diperiksa kesesuaian mutunya oleh karyawan bagian penerimaan bahan baku. Tugas mereka adalah membongkar bahan baku dari truk, menyortir, menimbang dan mencatat berat bahan baku yang diterima. Selain itu juga mereka harus memperhatikan kesegaran, warna, bau dan lain-lain. Bahan baku yang memenuhi syarat diambil untuk kemudian ditimbang beratnya, sedangkan yang tidak memenuhi syarat akan langsung dikembalikan kepada pemasok.
•
Penimbangan Bahan baku yang telah diterima dimasukan ke ruang proses. Kemudian ditimbang ulang untuk mengetahui kesesuaian beratnya. Setelah itu bahan baku diarahkan sesuai dengan target produksi yang diterapkan. Bagian penimbangan bertugas mencatat, menimbang dan mengarahkan ke bagian proses. Alat yang digunakan adalah sebuah timbangan jarum dengan ketelitian 5 g kapasitas 100 kg.
•
Aerasi I Proses pencucian dengan memberikan O2 dalam bentuk gelembunggelembung dengan kecepatan tinggi. Pencucian berfungsi untuk membersihkan kerang dari pasir dan benda asing.
•
Sortasi Sortasi disini berfungsi untuk memisahkan benda asing dan pasir yang telah terpisah dari kerang setelah melakukan aerasi I.
•
Aerasi II Walaupun telah dilakukan pencucian dan sortasi, tetapi kotoran pada kerang masih ada, jadi perlu dilakukan Aerasi II. Cara kerjanya sama dengan Aerasi I.
•
Sortasi and Sizing Pada tahap ini kerang yang sudah dicuci, selanjutnya akan dipisahkan berdasarkan ukurannya. Ukuran kerang di perusahaan ini adalah 100200, 200-300, 300-500, 500-700, 700 up.
62
•
Baging Setelah dibedakan berdasarkan ukurannya, kerang dikemas dalam katong plastik yang kemudian plastik tersebut akan di sealing.
•
Pembekuan ABF merupakan sistem pembekuan produk dengan menggunakan udara dingin yang dihembuskan dengan kecepatan tinggi. Untuk produk steak lama penyimpanan dalam ABF berkisar antara 4-8 jam dengan suhu lebih rendah atau sama dengan -350C.
•
Penyimpanan di Cold Storage Master carton yang berisi produk disipan dalam cold storage dengan suhu -220C, penyusunan dalam cold storage diatur sedemikian rupa sehingga memiliki sirkulasi udara.
Aerasi I Sortasi Aerasi II Penimbangan Pencucian Akhir Bagging Sealing & Panning Pembekuan Penimbangan Packing & Labeling Cold Storage
Gambar 9. Diagram Alir Proses Produksi Kerang
63
F. Pengawasan Mutu Hasil perikanan mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pengawasan mutu yang baik dalam mempertahankan kualitasnya disetiap tahapan mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi sampai pada produk yang siap dipasarkan. Tiga kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian mutu yaitu melakukan penetapan standar, penilaian kesesuaian produk dengan standar yang ditetapkan melalui kegiatan inspeksi dan pengendalian, serta melakukan tindak koreksi. Kegiatan penilaian kesesuaian produk, dilakukan oleh bagian pengawasan mutu. Penilaian kesesuaian bahan baku atau produk biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu uji organoleptik dan uji laboratorium. Uji organoleptik biasanya dilihar warna daging, bau, tekstur daging dan mata ikan. Sedangkan uji laboratorium biasanya dilakukan pengujian untuk melihat ada atau tidaknya mikroba E.Coli, Salmonella spp, Vibrio Cholereae, Staphilococcus aureus. Standar uji organoleptik dan uji laboratorium dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6. Tabel 5. Kriteria Mutu pada Uji Organoleptik Kriteria Mutu yang Diterima • • • •
Mata jernih Sisik melekat kuat Insang berwarna merah dan berbau ikan segar Daging kenyal
Kriteria Mutu yang Di tolak • • • •
Mata redup, kornea mata tidak jernih Sisik sudah mulai lepas Insang berwarna coklat, berlendir dan berbau busuk Daging lembek dan terdapat bercak putih
Tabel 6. Standar Mutu Uji Laboratorium
• • • • • • •
Karakteristik Organoleptik , min Mikrobiologi : TPC, per grm, maks E.Coli, MPN/gram, maks Salmonella spp Vibrio Cholereae Staphilococcus aureus Kimia : Mercury (Hg), ppm, maks Fisika : Suhu pusat ikan, maks
Persyaratan Umum 7 5 x 105 0 Negatip Negatip Negatip 0.5 -18oC
64
G. Pemasaran PT Kemila Internasional memasarkan produknya di dalam dan di luar negeri. Orientasi utama pemasaran adalah ke luar negeri yang dilakukan oleh PT Kemila Internasional, sedangkan pemasaran di dalam negeri dilakukan oleh PT Global Tropical Seafood, PT Kemilau Bintang Timur dan PT Salam Daya Mina. Daerah pemasaran ekspor antara lain USA, Jepang, Eropa, Cina, Korea Selatan, Taiwan dan Australia. Sebelum melakukan transaksi, PT Kemila Internasional selalu membuat kesepakatan dengan calon pembeli dalam hal biaya pengankutan, jaminan, potongan harga dan lain-lain.
H. Manajemen Mutu Terpadu Walaupun kegiatan–kegiatan anak perusahaan dilakukan oleh plan manager, tetapi tetap dalam kontrol PT Kemila Internasional agar mutu produk yang dihasilkan tidak beragam, sehingga konsumen loyal dan menangkap citra dari produk yang dihasilkan oleh PT Kemila Internasional. Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu manajemen dam mutu dari produk yang dihasilkan. Dalam pertemuan biasanya akan membahas permasalahan yang terjadi, lalu mencari penyebab masalah tersebut dan mencari solusinya. Pertemuan ini biasanya dilakukan oleh Factory manager dari ketiga pabrik, manajer pemasaran, manajer Quality Control, manajer produksi, manajer keuangan, manajer personalia, manajer teknik dan konsultan di bidang perikanan atau pemasaran. Dalam menerapkan manajemen mutu terpadu ini dilakukan dengan cara melakukan pertemuan beberapa orang untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mencari pemecahan persoalan yang terjadi pada suatu perusahaan. Pertemuan ini sering sulit dilakukan karena kesibukan dari orangorang dengan pekerjaan mereka. Para pengambil keputusan ini lebih sering menghabiskan waktunya di lapang untuk mengamati langsung kegiatan produksi. PT Kemila Internasional juga memiliki cabang di berbagai kota yang berbeda seperti di Makasar, Pemalang dan Cikampek, jadi untuk melakukan pertemuan akan membutuhkan waktu dan biaya yang begitu besar. Kendala tersebut harus diatasi karena perusahaan ini merupakan perusahaan
65
yang bergerak di bidang perikanan yang bahan bakunya dan produk tidak tahan lama, sehingga membutuhkan pengambilan keputusan secepat-cepatnya. Dengan dibuatnya sistem pakar berbentuk interface management ini dapat mengatasi sulitnya bertemu, karena proses diskusi akan lebih menghemat waktu dan uang. Interface management diharapkan memperlancar jalannya diskusi dan mengurangi terjadinya konflik akibat kurangnya informasi. Sistem pakar MMT 1.0 bukan dirancang untuk menggantikan peran manusia mengambil keputusan, namun model ini dapat memberikan alternatif saran tindakan yang harus dilakukan terhadap masalah yang terjadi dalam penerapan mmenejemen mutu terpadu.
66
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konfigurasi Model MMT 1.0 Model sistem pakar untuk penerapan menejemn mutu terpadu dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer dengan nama MMT 1.0. Perangkat lunak ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0. Manajemen basis data statis dirancang dengan menggunakan format HTML (Hyper Text Markup Language) yang di operasikan melalui aplikasi web browser yang terintregrasi pada program utama. Manajemen Basis data dirancang menggunakan Micrososft Acces 2003. Sistem Manajemen basis model dan Sistem Manajemen Dialog dirancang menggunakan Borland Delphi 7.0. Sistem pakar MMT 1.0 dirancang dalam bentuk interface management sehingga dapat digunakan untuk berdiskusi tanpa harus bertemu. MMT 1.0 terdiri dari sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model. Konfigurasi sistem pakar MMT 1.0 dapat dilihat pada gambar 10. 1. Sistem Pengolahan Terpusat Sistem pengolahan terpusat merupakan bagian sistem yang mengelola dan mengatur seluruh kompoen sistem, serta memungkinkan sistem berinterasi secara timbal balik dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat MMT 1.0 divisualisasikan dalam bentuk Menu Utama yang terdiri dari basis data statis, basis pengetahuan dan basis model.
2. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog berfungsi untuk melakukan interaksi antara pengguna dan program. Dengan adanya sistem ini dapat memberikan kemudahan kepada pengguna untuk melakukan perubahan data yang ada dan memilih setiap model yang ada pada sistem.
3. Sistem Manajemem Basis Data Statis Sistem manajemen basis data dalam sistem pakar MMT 1.0 terdiri dari basis data statis dan dinamis. Sistem basis data statis merupakan bagian
67
Pengguna
Sistem Manajemen Dialog
Siatem Pengolahan Terpusat
Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Manajemen Basis Pengetahuan
data penilaian permasalahan
Basis pengetahuan dan inferensi pakar
Data penilaian faktor penyebab
Diagram alir proses produksi
Sistem Manajemen Basis Model
Pemasaran
Produksi
Pengawasan Mutu
Data Client
Gambar 10. Konfigurasi Sistem Pakar MMT 1.0
68
sistem yang isi datanya dan informasinya tetap, tidak dapat dirubah maupun dimanipulasi serta berfungsi sebagai informasi pengembangan sistem. Sistem basis data statis berupa informasi tentang produk fillet, kerang dan steak tenggiri. Sistem manajemen basis data dinamis berisi seluruh data yang merupakan input bagi sistem manajemen basis model. Sistem manajemen basis data dinamis dalam sistem pakar MMT 1.0 terdiri dari data penilaian permasalahan, data penilaian penyebab dan data client.
4. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi, dan penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas dua elemen dasar yaitu fakta dan aturan. Fakta merupakan informasi tentang objek dalam area masalah tertentu, sedangkan aturanmerupakan informasi tentang cara bagaimana memperoleh fakta baru dari fakta yang telah diketahui. Dalam MMT 1.0 terdapat basis pengetahuan tentang pemasaran, produksi dan pengawasan mutu.
5. Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model MMT 1.0 dirancang dalam bentuk interface management. Model ini berfungsi untuk melakukan diskusi interaktif yang dibagi menjadi tiga model yaitu: a) Model Pemasaran Model pemasaran digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah pemasaran meliputi bauran pemasaran seperti promosi dan distribusi. Pada model ini akan dibahas lima topik yaitu tentang produk yang belum diekspor, permasalahan dengan buyer, strategi bersaing yang digunakan, pengiriman produk yang terlambat dan terjadinya perbedaan dan penawaran. Topik tentang produk yang belum diekspor dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya adanya pembatalan pemesanan, mutu produk yang kurang bagus atau mutu produk yang sudah jelek. Pembatalan pemesanan biasanya terjadi akibat tidak terpenuhinya spesifikasi yang
69
diinginkan oleh buyer atau terlambatnya produk sampai ke buyer. Mutu produk yang kurang bagus maksudnya rusaknya daging ikan karena tumbuhnya parasit pada sebagian daging ikan dan kerusakan ini masih bisa diperbaiki dengan memotong bagian daging yang rusak. Hasil daging yang telah diperbaiki langsung dijual ke pasar lokal tidak boleh dimasukan ke dalam kualitas ekspor. Sedangkan mutu produk yang sudah jelek adalah daging ikan yang terkena parasit sudah banyak dan membusuk. Daging ini tidak bisa diperbaiki lagi, sehingga perlu dilakukan modifikasi seperti dibuat nuget dan baso. Topik kedua yaitu mendiskusikan tentang permasalahan yang terjadi dengan buyer yang disebabkan oleh keluhan terhapad mutu produk, telatnya pembayaran oleh buyer atau spesifikasi buyer. Jika terjadi keluhan terhadap mutu produk keluhan tersebut akan diproses dan diinvestigasi dengan cara melihat label dari kemasan. Label kemasan memberikan informasi tentang di produksi pada tanggal berapa, lini proses mana, ukuran yang diinginkan dan supplier yang mengirimkan bahan baku. Jika dari hasil analisa itu terbukti perusahan yang salah maka buyer akan diberikan potongan harga pada pemesanan berikutnya. Kadangkala buyer telat dalam melakukan pembayaran kepada perusahaan. Jika hal itu terjadi bagian pemasaran harus cepat menghubungi buyer tersebut dan mencari tahu alasannya, jika hal itu tidak berhasil maka ditindak melalui jalur hukum. Masalah spesifikasi produk persyaratan mutu yang diingikan, biasanya persyaratan mutu ini tergantung negara mana yang memesan. Tiap negara menginginkan spesifikasi yang berbeda-beda seperti negara Jepang menginginkan warna ikan yang baik dan potongan fillet bagian perut. Kalo negara Eropa lebih mementingkan kuantitas dan harga (murah). Karena perbedaan spesifikasi ini maka proses produksi pun akan sedikit berubah, maka dari itu harus disosialisasikan dulu kepada pekerja. Topik ketiga dalam model pemasaran yaitu strategi bersaing yang digunakan. Di sini terdapat empat strategi yaitu mempertahankan kepercayaan
pelanggan,
menjaga
loyalitas
Supplier,
melakukan
diversifikasi produk dan melakukan promosi. Dalam mempertahankan
70
kepercayaan pelanggan perusahan selalu melakukan pengiriman tepat waktu dan memenuhi segala keinginan pelanggan selama masih bisa dilakukan oleh perusahaan. Pengiriman bahan baku merupakan suatu hal yang penting dalam industri perikanan. Oleh sebab itu perusahaan selalu menjaga hubungan baik dengan suppliar dengan cara melakukan pembayaran tepat waktu dan memberikan bonus jika suppliar tersebut selalu mengirimkan bahan baku tepat waktu dan tepat kuantitasnya. Diversifikasi produk dilakukan untuk menjaga kelangsungan proses produksi, karena jika kita hanya memproduksi satu jenis ikan proses produksi tidak bisa dilakukan secara kontiniu sebab ikan bersifat musiman. Promosi yang dilakukan yaitu dengan cara mengikuti pameran-pameran bertingkat nasional dan internasional dan memberikan sample produk baru sebagai bonus atas pemesanan produk. Topik keempat adalah keterlambatan pengiriman produk. Hal ini dapat terjadi karena terlambatnya proses produksi atau karena kesalahan dari pihak shipliner. Telambatnya pengiriman karena pihak shipliner maka kerugian yang diajukan dari pihak buyer akan ditanggung oleh shipliner. Kalau terjadi karena terlambatnya proses produksi bagian pemasaran melakukan negosiasi ulang dengan pihak buyer sebelum tanggal perjanjian berakhir. Topik yang terakhir yang tersedia dalam model ini adalah terjadinya
perbedaan
antara
permintaan
dan
penawaran.
Karena
permintaan lebih besar dari penawaran yang diberikan oleh perusahaan maka harus dilakukan penyeleksian buyer. Penyeleksian ini dilihat dari melihat besarnya permintaan, kontinuitas pemesanan, dan keloyalan terhadap produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.
b) Model Produksi Pada model produksi akan dikembangkan suatu model untuk menyelesaikan masalah di bidang produksi. Topik yang disediakan yaitu membahas
tentang
rendemen
produk,
efisiensi
proses
produksi,
71
terhambatnya proses produksi, kacaunya pencatatan jumlah produk atau kerusakan mesin. Rendemen produk merupakan unsur terpenting dalam menentukan kualitas produk dan harga. Produk fillet tanpa kulit pada perusahaan memiliki standar rendemen sebesar 34.1% sedangkan rendemen produk fillet dengan kulit sebesar 40%. Rendahnya rendemen dapat disebabkan oleh kualitas bahan baku yang rendah, keahlian dan keterampilan pekerja kurang, disiplin pekerja yang kurang, kekurangan peralatan atau mesin pendingin yang belum stabil. Efisiensi produksi yang akan dibahas yaitu tentang pemborosan yang terjadi dalam penggunaan es balok, bahan kimia dan seragam untuk pekerja. Es balok merupakan hal yang terpenting dalam melakukan rantai dingin.
Tapi
penggunaannya
jarang
diperhitungkan,
sehingga
menyebabkan kelebihan pembelian es batu. Rantai dingin ini menjaga agar bakteri tidak berkembang. Dengan demikian jumlah es yang digunakan harus sesuai dengan yang diperlukan yaitu memiliki perbandingan 1:1, artinya 1 bagian es untuk 1 bagian ikan. Pemakaian bahan kimia untuk uji lab harus dicatat kebutuhannya sehingga dapat diketahui kebutuhan bahan kimia yang sebenarnya. Dari awal pekerja sudah diberikan seperangkat seragam yang terdiri dari (sarung tangan, sepatu bot, seragam, masker, topi), tetapi tidak menjaga seragamnya dan sering meminta lagi. Untuk mengatasinya pekerja diberi tanggung jawab untuk menjaganya, jika terjadi kerusakan atau kehilangan dalam jangka waktu umur pakai perusahaan tidak akan mengganti. Proses produksi merupakan hal terpenting dari suatu pabrik, maka harus dijaga kelancaran dari proses produksi. Terhambatnya proses produksi
pada
perusahaan
perikanan
biasanya
diakibatkan
oleh
kekurangan bahan baku, kekurangan sumberdaya manusia atau adanya kesalahan dalam penjadwalan alur produksi. Bahan baku ikan selain didapatkan dari supplier juga didapatkan dari tempat pelelangan ikan. Jika tidak ada bahan baku pabrik akan ditutup sementara agar ongkos operasional dapat dihemat, sedangkan bagian pemasaran tetap aktif
72
mencari pembeli untuk produk yang ada di gudang. Penjadwalan alur produksi dibuat oleh bagian PPIC setelah melihat spesifikasi yang diinginkan oleh buyer. Masalah produksi lainnya yaitu terjadinya kerusakan alat dan mesin. Alat dan mesin yang sering rusak adalah Air Blast Freezer (ABF), Cold Storage dan timbangan. ABF adalah mesin pembeku yang mengunakan sistem pembekuan produk dengan menggunakan udara dingin yang dihembuskan dengan kecepatan tinggi. Suhu dan kecepatan udara yang paling efektif adalah -35oC dan 1200 ppm. Cold storage berfungsi untuk tempat penyimpanan produk sebelum diekspor. Suhu yang efektif adalah -18oC. Timbangan sering rusak karena sering dipindahpindahkan, terkena air dan tersimpan di tempat dingin. Untuk menghindarinya pada setiap lini proses haruas memiliki timbangan yang berbeda dan harus dikalibrasi setiap hari.
c) Mdel Pengawasan Mutu Model pengawasan mutu dikembangkan untuk menyelesaikan masalah di bidang pengawasan mutu. Model ini mempunyai lima topik untuk dibahas yaitu keseragaman berat produk, penurunan mutu bahan baku, mutu produk kerang, mutu produk fillet dan mutu produk steak tenggiri. Keseragaman berat produk dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya karena bahan baku, pekerja, mesin dan peralatan. Bahan baku yang diterima oleh perusahaan berasal dari berbagai daerah sehingga karakteristik fisik ikan berbeda pula. Perbedaan berat produk juga dapat disebabkan oleh keahlian pekerja dalam melakukan tugasnya. Sebaiknya pekerja diberi pelatihan dulu sebelum mereka terjun ke pabrik. Mesin dan peralatan juga mempengaruhi berat produk. Jika pisau yang digunakan untuk memotong tidak tajam maka rendemen produk akan berkurang. Terjadinya penurunan bahan baku dapat dikarenakan pengiriman bahan baku yang telat dan temperatur >40C. Jika saat penerimaan suhunya > 40C bahan baku dapat ditumbuhi mikroba. Sebelum menerimanya
73
lakukan uji laboratorium seperti uji TPC, Salmonella, Escheria coli terlebih dahulu terlebih dahulu. Ketiga topik terakhir yaitu penurunan mutu produk fillet, kerang dan steak tenggiri penyebabnya hampir sama, yaitu ukuran produk yang tidak sesuai dengan standar, masih terdapatnya benda asing dan kotoran, terkontaminasi bakteri, terjadinya driploss. Driploss yaitu Rusaknya daging ikan akibat proses pembekuan yang lambat. Ukuran produk yang tidak sesuai standar sering terjadi pada bagian pemotongan dan sortasi. Keahlian pekerja dan ketajaman pisau merupakan hal yang terpenting dalam unit kerja pemotongan. Produk terkontaminasi oleh bakteri biasanya terjadi karena rantai dingin yang kurang baik atau dari kebersihan pekerjanya sendiri.
B. Konfigurasi Interface Management MMT 1.0 Interface
management
adalah
control
sistematis
dari
semua
komunikasi yang mendukung proses komunikasi yang mendukung proses operasi. Interaksi antara individu perlu diatur dan dikoordinasikan untuk menghindari insiden yang diakibatkan dari kesalahpahaman dan kurang informasi.
Interface
management
merupakan
kunci
penting
dari
kepemimpinan dalam setiap organisasi. Dalam melakukan interface management hanya orang-rang yang terpilih saja yang bisa melakukan diskusi, kalo orang yang diluar anggota diskusi melakukan penilaian maka tidak akan di proses. Interface management yang terdapat pada sistem pakar MMT 1.0 dirancang untuk melakukan diskusi interaktif yang dilakukan oleh beberapa client. Gambar dari konfigurasi interface management dapat dilihat pada gambar 11. Pelaku dari Interface management MMT 1.0 ini adalah Client dan Fasilitator. Client adalah orang yang memberikan input kepada sistem berupa jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh program. Client terdiri dari beberapa level dalam organisasi, bahkan bisa juga orang di luar perusahaan misalnya konsultan. Pemilihan client yang akan melakukan diskusi
74
Client Client
Client A
Q
Q
Q
A
Fasilitator
Umpan balik informasi
A
Umpan balik informasi
Konsensus
Solusi MMT 1.0
Gambar 11. Konfigurasi Interface Management MMT 1.0
75
interaktif dilakukan oleh fasilitator. Setiap client mempunyai password yang bverbeda. Client yang mengikuti diskusi berjumlah 15 orang yaitu Factory manager, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer quality control, manajer personalia dari setiap pabrik. Fasilitator adalah seseorang yang mengerti sistem dari sistem pakar MMT 1.0 dan dia adalah karyawan dari PT Kemila Internasional. Fasilitator yang memimpin jalannya diskusi interaktif dan bertugas mengagregasi input dari para client sehingga menghasilkan suatu konsensus. Setelah konsensus didapatkan maka akan diberikan umpan balik informasi kepada client berupa solusi dari permasalahan yang terjadi. Input dari sistem berupa
pemilihan prioritas dalam menentukan
persoalan dan penyebab yang terjadi pada perusahaan oleh client. Input tersebut akan diproses oleh fasilitator pada sistem pakar MMT 1.0. hasil dari input yang masuk dari beberapa client akan dijumlahkan lalu diambil nilai tertinggi, karena itu menandakan bahwa persoalan atau penyebab tersebut dianggap sering terjadi pada perusahaan dalam 3 bulan kemarin. Setalah didapatkan konsensus dari persoalan dan penyebab yang terjadi maka akan diberikan suatu solusi yang terdapat pada basis pengetahuan dari sistem pakar MMT 1.0. solusi ini yang akan menjadi output dari sistem MMT 1.0 yang akan diberikan kepada para client.
76
C. Implementasi Model MMT 1.0 Sebelum menggunakan program MMT 1.0 ini, kita harus mengistal terlebih dahulu di Komputer server dan Komputer client. Pertama kali menggunakan perangkat lunak ini, akan muncul tampilan login untuk meminta nama, login sebagai apa dan kata sandi pengguna. Pengguna dari MMT 1.0 dibagi menjadi tiga, yaitu user, client dan fasilitator. User adalah pengguna yang hanya dapat melihat informasi dan hasil diskusi. Client merupakan anggota dari diskusi yang akan dilakukan dan dapat melihat informasi. Fasilitator adalah pengguna yang memiliki hak penuh atas sistem yang ada, dimana selain mampu membuat dan mengembangkan sistem yang ada tugas fasilitator adalah melakukan konsensus sehingga didapatkan konklusi yang disepakati oleh client. Program MMT 1.0 dilengkapi dengan pengaman agar terhindar dari pemakai yang ilegal. Pengguna yang login sebagai fasilitator dan client akan diminta kata sandi (password) pada saat program pertama kali dijalankan (login). Pengguna yang login sebagai user tidak dimintai kata sandi (password). Pengguna tidak akan dapat masuk ke dalam program utama jika kata sandi yang dimasukan salah. Pengguna dapat masuk ke dalam program utama jika kata sandi yang dimasukkan benar. tampilan login MMT 1.0 dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Tampilan Login MMT 1.0
77
Pengguna dapat melakukan akses keseluruh bagian MMT 1.0 melalui Menu Utama dengan berdasar pada kategori pengguna saat login. Menu utama untuk User tidak terdapat pilihan untuk memasuki ruang diskusi tetapi mereka bisa melihat hasil dari diskusi tersebut. Menu utama untuk fasilitator juga tidak terdapat pilihan untuk memasuki ruang diskusi, tetapi fasilitator disediakan form untuk melakukan konsensus dari pendapat-pendapat client. Menu utama client terdapat ruang untuk melakukan diskusi secara interaktif yang akan dipandu oleh fasilitator. Menu utama MMT 1.0 didesain dengan desain grafis yang menarik sehingga user tidak mudah bosan saat berinteraksi dengan program.
Gambar 13. Tampilan Menu Utama MMT 1.0 untuk User dan Fasilitator
Gambar 14. Tampilan Menu Utama MMT 1.0 untuk Client
78
Sistem manajemen basis data statis memberikan fasilitas penyediaan data yang bersifat statis (tidak dapat dimanipulasi). Sistem manajemen basis data statis didesain dalam format HTML. Informasi-informasi yang disediakan dalam program ini antara lain adalah informasi produk fillet, produk steak tenggiri dan produk kerang. Contoh tampilan basis data statis yang diberikan oleh program MMT 1.0 dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Contoh Tampilan Basis Data Statis pada Program MMT 1.0
Untuk
memudahkan
melakukan
diskusi
interaktif,
program
ini
menyediakan jadwal teleconference. Jadwal ini berfungsi untuk memberikan informasi kapan akan dilaksanakan diskusi interaktif dan siapa saja pesertanya. Sehingga diharapkan jalannya diskusi interaktif dapat dilakuakn dengan lancar. Jadwal hanya bisa diisi dan diperbaiki oleh fasilitator. User dan client hanya dapat melihat informasi jadwal saja tapi tidak bisa mengubahnya. Contoh tampilan jadwal teleconference yang disediakan oleh program MMT 1.0 dapat dilihat pada gambar 16.
79
Gambar 16. Contoh Tampilan Gambar Jadwal dari Program MMT 1.0
Ruang diskusi yang hanya dapat dimasuki oleh client terdiri dari tiga ruang, yaitu pemasaran, produksi dan pengawasan mutu. Di ruang ini client memberikan pendapatnya tentang masalah mana yang akan didiskusikan. Setelah memilih, maka pendapat itu akan dikirimkan ke pada fasilitator untuk di agregasi dengan pendapat-pendapat client lainnya. Setelah mendapat suatu konsensus pendapat tentang permasalahan yang terpilih, fasilitator akan mengirimkan beberapa penyebab dari permasalahan yang terpilih. Client akan memberikan pendapatnya lagi mana penyebab yang paling utama, lalu dikirimkan lagi kepada fasilitator. Fasilitator akan mengolah lagi dan akan mendapatkan suatu konsensus pendapat tentang penyebab utama dari persoalan yang terpilih tadi. Setelah mendapatkan persoalan dan penyebabnya maka akan didapatkan solusi. Solusi didapatkan dari basis pengetahuan yang telah tersedia dalam program MMT 1.0 ini. Hasil diskusi interaktif ini dapat dilihat pada form hasil konsensus.
80
Gambar 17. Diagram Alir dari Diskusi Interaktif pada MMT 1.0
81
Gambar 18. Contoh Tampilan Form Pemberian Pendapat Permasalahan oleh Client pada MMT 1.0
Gambar 19. Contoh Tampilan Form Pencarian Konsensus Permasalahan oleh Fasilitator pada MMT 1.0
82
Gambar 20. Contoh Tampilan Form Pemberian Pendapat Penyebab oleh Client pada MMT 1.0
Gambar 21. Contoh tampilan form pencarian konsensus penyebab oleh fasilitator pada MMT 1.0
83
Hasil dari diskusi interaktif ini dapat dilihat pada form hasil konsensus. Di form ini diinformasikan tentang tanggal diskusi, hasil konsensus dari permasalahan, hasil konsensus dari penyebab dan solusi yang disarankan. Hasil diskusi ini dapat dilihat oleh user, client dan fasilitator.
Gambar 22. Contoh Tampilan dari Form Hasil Konsensus dar MMT 1.0
Jika client tidak setuju atau ingin memberi masukan terhadap hasil yang didapat, client dapat mengimkannya melalui form lobby. Cara kerjanya seperti kita sedang chating, tetapi hanya antara client yang mengirimkan pesan dengan fasilitator. Client yang lainya tidak dapat melihat percakapan yang sedang dilakukan. Contoh tampilan lobby yang disediakan oleh program MMT 1.0 dapat dilihat pada gambar 23.
84
Gambar 23. Contoh Tampilan dari Form Lobby pada MMT 1.0
D. Verivifasi Model MMT 1.0 1. Pemasaran Model Pemasaran pada sistem pakar MMT 1.0 berfungsi untuk melakukan diskusi interaktif tentang permasalahan pemasaran yang terjadi selama tiga bulan terakhir. Permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam sistem akan diprioritaskan dengan skala 1 (tidak sering terjadi) sampai 5 (sering terjadi) yang dilakukan oleh para client berdasarkan atas sering atau tidaknya permasalahan tersebut terjadi di perusahaan. Client yang bergabung dalam diskusi ini adalah plan manager (1), manajer pemasaran (2) dan supervisor pemasaran (3).
85
Tabel 7. Penilaian dari Persoalan Pemasaran Persoalan
Client 1
Client 2
Client 3
Total
Produk yang belum diekspor
4
3
5
12
Adanya masalah dengan buyer
2
1
1
4
Strategi bersaing
3
4
2
9
Keterlambatan produk kepada buyer
1
2
3
6
Permintaan dengan penawaran tidak sesuai
5
5
4
14
Karena persoalan tentang tidak sesuainya permintaan dengan penawaran memiliki nilai total yang terbesar maka persoalan tersebut yang terpilih untuk didiskusikan. Selanjutnya client akan memberikan penilaian terhadap faktor penyebab dari persoalan tersebut.
Tabel 8. Penilaian dari Faktor Penyebab Persoalan Pemasaran Faktor Penyebab
Client 1
Client 2
Client 3
Total
Permintaan lebih besar dari penawaran
2
2
2
6
Penawaran lebih besar dari permintaan
1
1
1
3
Berdasarkan nilai hasil diskusi yang disajikan dalam Tabel 8 ternyata faktor penyebab yang terpilih adalah permintaan lebih besar dari penawaran. Maka didapatkan suatu solusi berdasarkan kesesuaian terhadap basis pengetahuan dalam sistem.
Tabel 9. Solusi Pemasaran yang Diperoleh Solusi
Karena permintaan lebih besar dan perusahaan tidak dapat memenuhi semua permintaan tersebut, maka dilakukan penyeleksian buyer dengan melihat besarnya permintaan, kontinuitas pemesanan, dan keloyalan terhadap produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.
86
2. Produksi Model Produksi pada sistem ini cara bekerjanya sama dengan model pemasaran demikian juga dengan skala yang digunakan untuk penilaian. Client yang bergabung dalam diskusi ini adalah (1) plan manager, (2) manajer produksi dan (3) manajer Quality Control (QC).
Tabel 10. Penilaian dari Persoalan Produksi Persoalan
Client 1
Client 2
Client 3
Total
Rendedemen produk yang dihasilkan rendah
5
5
5
15
Terjadinya pemborosan
4
1
4
9
Terhambatnya proses produksi
3
4
2
9
Tidak sesuai jumlah produk yang ada di laporan dengan yang ada di gudang
2
3
3
8
Kerusakan mesin
1
2
1
4
Ke tiga client menyatakan bahwa persoalan tentang rendemen produk sering terjadi di perusahaan, hal itu ditunjukan dengan nilai yang diberikan. Setelah persoalan terpilih, client akan memberikan penilaian terhadap faktor penyebabnya.
Tabel 11. Penilaian dari Faktor Penyebab Persoalan Produksi Faktor Penyebab
Client 1
Client 2
Client 3
Total
Kualitas bahan baku yang rendah
4
5
5
14
Keahlian dan keterampilan pekerja kurang dalam melakukan tugas
1
2
1
4
Disiplin pekerja kurang dalam mematuhi SOP
5
3
4
12
Kekurangan peralatan
3
4
3
10
Mesin pendingin yang belum stabil
2
1
2
5
Dari hasil diskusi ternyata faktor penyebab yang terpilih adalah kualitas bahan baku yang rendah. Berdasarkan kesesuaian terhadap basis pengetahuan dalam sistem, maka didapatkan suatu solusi.
87
Tabel 12. Solusi Produksi yang Didapatkan Solusi
Bagian QC lebih memperhatikan standar organoleptik dan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah ditetapkan. Jika bahan baku yang ditolak lebih dari 50% dari jumlah bahan baku yang dikirim, maka dilakukan konfirmasi kepada supplier.
3. Pengawasan Mutu Model Pengawasan mutu juga mempunyai cara kerja dan skala yang sama dengan dua model sebelumnya. Client yang bergabung dalam diskusi ini adalah (1) plan manager, (2) manajer QC dan (3) supervisor QC (3).
Tabel 13. Penilaian dari Persoalan Pengawasan Mutu Persoalan
Client 1
Client 2
Client 3
Total
Terjadinya keseragaman berat produk sehingga mempengaruhi mutunya
2
2
4
8
Penurunan mutu saat penerimaan bahan baku
1
1
1
3
Mutu produk kerang rendah
5
3
2
10
Mutu produk fillet rendah
3
5
5
13
Mutu steak tenggiri rendah
4
4
3
11
Dalam tabel 13 di atas, ke tiga client menyatakan bahwa persoalan tentang mutu produk fillet rendah sering terjadi di perusahaan, hal itu ditunjukan dengan nilai total yang tertinggi. Setelah persoalan terpilih, client akan memberikan penilaian terhadap faktor penyebab.
Tabel 14. Penilaian dari Faktor Penyebab Persoalan Pengawasan Mutu Faktor Penyebab
Client 1
Client 2
Client 3
Total
Masih terdapat sisik dan duri
2
1
1
4
Berat produk dengan berat yang tertera pada kemasan tidak sesuai
3
3
3
9
Terjadinya driploss
1
2
2
5
Dari hasil diskusi dengan nilai dari masing-masing client disajikan dalam tabel 14, ternyata faktor penyebab yang terpilih adalah berat produk 88
dengan berat yang tertera pada kemasan tidak sesuai. Maka diperoleh suatu solusi berdasarkan kesesuaian terhadap basis pengetahuan dalam sistem.
Tabel 15. Solusi Pengawasan Mutu yang Didapatkan Solusi
Segera dilakukan repack, koordinasi antara bagian produksi dengan bagian PPIC. Periksa ulang spesifikasi yang diminta buyer, lalu cocokan dengan produk dan kemasan.
E. Validasi Model MMT 1.0 Model sistem pakar MMT 1.0 ini memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Keungulan model MMT 1.0 adalah sebagai berikut : 1) MMT 1.0 mampu meningkatkan efisien dan efektifitas dalam melakukan diskusi interaktif karena menghemat waktu, tenaga dan biaya. 2) Sistem ini mampu memberikan solusi yang dibutuhkan saat terjadi persoalan. 3) Sistem ini dapat digunakan secara bersama antara beberapa user yang telah didukung dengan sistem client-server. Selain keunggulan MMT 1.0 memiliki beberapa kelemahan, yaitu : 1) Perubahan beberapa basis pengetahuan hanya bisa dilakukan oleh orang yang menguasai pemrograman dengan Borland Delphi 7.0. 2) Basis pengetahuan yang dibangun perlu dikembangkan karena sumber pengetahuan yang terbatas. 3) Basis pengetahuan masih bersifat statis.
89
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan PT Kemila Internasional merupakan perusahaan pengolahan hasil ikan yang mempunyai kualitas ekspor. PT kemila Internasional ini mempunyai cabang dimana-mana seperti di Makasar, Pemalang dan Cikampek. Dalam pengambilan keputusan harus cepat dilakukan agar dapat bersaing di pasar internasional dan pengambilan keputusan untuk proses produksi pun harus cepat, karena bahan bakunya bersifat perisable. Dengan adanya sistem pakar MMT 1.0 dalam bentuk interface management dapat membantu dalam mempercepat pengambilan keputusan dengan cara melakukan diskusi interaktif tanpa bertemu. Interface management juga dapat mencegah terjadinya konflik dalam berdiskusi. Metode yang dilakukan dalam perancangan MMT 1.0 ini terdiri dari tahap rekayasa dan tahap pengembangan. Tahap rekayasa meliputi identifikasi masalah, penetapan ruang lingkup dan tujuan perancangan sistem pakar, studi pustaka, pemilihan pakar dan pemilihan bahasa pemrograman yang digunakan. MMT 1.0 menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 dengan sitem basis data Microsoft Acces 2003. Pengembangan sistem pakar terdiri dari enam aktivitas yaitu akuisisi pengetahuan, konseptualisasi pengetahuan, representasi pengetahuan, mekanisme inferensi, pemrograman komputer, implementasi dan evaluasi. Input dari MMT 1.0 ini adalah masukan dari beberapa client tentang persoalan yang terjadi pada industri perikanan. Pada model pemasaran, topiktopik yang dibahas mencakup topik promosi dan distribusi. Pada model produksi, topik-topik yang menjadi masukan adalah rendahnya rendemen produk, ketidakefisienan dalam proses produksi, pencatatan produk dan kerusakan mesin produksi. Sedangkan pada model pengawasan mutu masalah mutu produk meliputi penurunan mutu bahan baku, mutu produk yang rendah dan keseragaman berat produk menjadi input pembahasan. Output dari MMT 1.0 adalah konsensus dari beberapa client sehingga memberikan solusi yang sebaiknya dilakukan.
90
Pengguna dari MMT 1.0 dibagi menjadi tiga, yaitu user, client dan fasilitator. User adalah pengguna yang hanya dapat mengakses informasi dan hasil diskusi. User terdiri dari seluruh karyawan PT kemila Internasional dari berbagai level. Client merupakan anggota forum diskusi yang akan dilakukan dan dapat melihat informasi. Client terdiri dari factory manager, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer quality control, manajer personalia dari setiap pabrik. Fasilitator adalah pengguna yang memiliki hak penuh atas sistem yang ada, dimana selain mampu membuat dan mengembangkan sistem yang ada tugas fasilitator adalah melakukan konsensus sehingga didapatkan konklusi yang disepakati oleh client. Fasilitator ini adalah karyawan di PT kemila Internasional yang mengerti program MMT 1.0 dan mengerti dengan Borland Delphi 7.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan basis pengetahuan
seperti
pengetahuan
tentang
standar
mutu
produk,
pengetahuan forecasting, jumlah produksi tiap tahunnya, industri pesaing, agar MMT 1.0 dapat digunakan pada industri perikanan lainnya. Selain itu MMT 1.0 ini perlu dikembangkan lagi agar masukan-masukan dari para client dapat memperbaiki dan mengembangkan basis pengetahuan yang ada. Sehingga solusi yang diberikan lebih up to date. 2. Penambahan desain dan aplikasi internet dapat dilakukan sehingga dapat melakukan interface management dimana saja, walaupun client berada di luar kota atau di luar negeri. 3. Dalam memaksimalkan sitem informasi eksekutif pada sistem pakar MMT 1.0 perlu ditambahkan laporan dari tiap-tiap bagian dalam bentuk grafik. Laporan-laporan tersebut seperti laporan penjualan, laporan produksi perbulan dan laporan keuangan (cash flow). 4. topik permasalahan dan alternative saran sebaiknya lebih dinamis dapat disesuaikan dengan perubahan permasalahan pemasaran, produksi dan pengawasan mutu dengan menggunakan metode Delphi.
91
DAFTAR PUSTAKA
Arhami, Muhamad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Andi, Yogyakarta. Austin, J. E. 1992. A Agroindustrial Project Analysis. Critical Design Factors. EDI Series in Economic Development. The John Hopkinds University Press, Baltimore and London. Badiru, A. B. dan Whitehouse, G. E. 1989. Computer Tools, Model and Techniques for Project Management. TPR, Blue Ridge Summit, PA. Barr, A. Dan E. A. Feigenbaum. 1985. Handbook Of Artificial Intelligence. William Kaufmann Inc., California. Brown, J. G. 1994. Agroindustrial Invesment and Operations. Economic Development Institute of The Word Bank. The Word Bank, Washington D. C. Center for Chemical Process Safety. 2004. Interface Management. 3 Park Avenue, New York. Dahuri, R . 2004. Wawancara : Reorientasi Pembangunan Berbasis Kelautan. www.tokohnasional.com/ensiklopedi/r/rokhmindahuri/wawancara2.shtml (30 Mei 2005). Feigenbaum, A. V. 1989 Kendali Mutu Terpadu. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Goetsch, D. L. Dan David, S. 2000. Quality Management : Introduction to Total Quality Management for Production, Processing and Service, 3rd edition. USA. Gasperz, V.1998. Manajemen Mutu : Penerapan Konsep – Konsep Mutu dalam Manajemen Bisnis Total. PT Gramedia Utama, Jakarta. Gasperz, V. 2001. Total Quality Management. PT Gramedia Utama, Jakarta. Hadiwiardjo, B. dan Wibisono, S. 1996. ISO 9000 Pengenalan Manajemen Mutu. Ghalia Indonesia, Jakarta. Harmon, P. dan D. King. 1985. Expert System : Artifical Intelegence in Businnes. John Wiley and Sons Inc, New York. Hart, A. 1986. Knowledge Acquisition for Expert System. McGraw-Hill Book Company, New York. Heizer, J. dan Render, B. 1991. Production and Operations Management. Allyn and Bacon, Boston.
92
Irianto, H. E. 1992. Fish Oils: Refining, Stability and its Use in Canned Fish for The Indonesian Market. Disertasi. Massey University, New Zealand, Ishikawa, K. 1988. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Terjemahan. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Liebowitz, J. 1988. An Introdution to Expert System. Mitchell Publishing Inc., California. Lyons, P. J. 1994. Applying Expert System, Technology to Businnes. Wdsworth Publishing Company, Blemont, California. Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Edisi ke-2. IPB Press, Bogor. Montgomery, D. C. 1990. Introduction to Statistical Quality Control. Terjemahan. Z. Soejoeti. Pengantar Pengendalian Mutu Statistik. Gajah Mada Press, Yogyakarta. Nasution, M. N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Ghalia Indonesia, Jakarta. Oxman, S. W. 1985. Expert System Represent Ultimate Goal of Strategic Decision Making. Data Management/ April 1985. Poernomo, A., E.S. Herawati dan B. S. B. Utomo. 1988. Keragaman dan Program Penelitiaan Pasca Panen Perikanan. Puslitbangkan, Departemen Pertaniaan, Jakarta. Prawirosentono, S. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 Studi Kasus dan Analisis. Bumi Aksara, Jakarta. Poernomo, A., E.S. Herawati dan B. S. B. Utomo. 2001. Pemberdayaan Industri Pengolahan Ikan di Indonesia. Analisis Kebijaksanaan Pembangunan Perikanan 2000. Pusris Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Rauch-Hidin, W. B. 1988. A Guide to Comercial Artifical Intelligence. Prentice Hall, New Jersey. Ryan, T. P. 1989. Statistical Method for Quality Improvement. John Wiley and Sons Inc, New York. Saragih, B. 2001. Agribisnis. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertaniaan. Yayasan Mulia Persada Indonesia. Tjiptono, F. 1997. Prinsip – Prinsip Quality Service. Andi Offset, Yogyakarta.
93
Trisyulianti, et al. 2005. Desain Sistem Pakar untuk Interpretasi Bagan Kendali Mutu Pakan. Jurnal Teknologi Industri Pertaniaan, Institut Pertaniaan Bogor. Juli 2005. Volume 15 Nomer 1. Hal 17-27. Turban, E. 2005. Decision Support and Expert System. MacMillan Publishing Company, New York. Waterman, D. A. 1986. A Guide to Expert System. Addison Weslwy Publishing Company, Massachhussets. Widiasto, T. P. 2000. Optimisasi Pemanfaatan Limbah dan Hasil Samping Perikanan. Seminar Pemberdayaan Industri Pengolahan Ikan di Indonesia. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertaniaan. Jakarta. 2 Agustus 2000.
94
Lampiran 1. Petunjuk Instalasi Program MMT 1.0
Paket program MMT 1.0 membutuhkan seperangkat PC dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Beberapa set PC atau laptop dengan processor Pentium 4, RAM minimal 128 MB. 2. Layar monitor 1024 x 768 MB. 3. CD-Room. 4. Ruang kosong pada hard disk 50 MB. 5. Sistem operasi windows.
Petunjuk instalasi program MMT 1.0 ; 1. Masukan CD MMT 1.0 ke dalam CD-Room. 2. Copy file MMT 1.0 ke Deskop komputer yang akan digunakan. 3. MMT dapat langsung digunakan pada MMT 1.0.exe. 4. Setelah itu keluarkan CD dari CD-Room dan simpan di tempat yang aman, mungkin anda akan memerlukannya. 5. Selamat menggunakan program MMT 1.0.
95
Lampiran 2. Standar Mutu
Tabel 16. Standar Ukuran Produk yang Dihasilkan PT Kemila Internasional Fillet (oz) 4-6 6–8 8 – 10 10 – 12 12 up
Steak Tenggiri (oz) 4 - 12 8 – 10 10 – 12 12 up
Kerang (ekor/kg) 100 - 200 200 – 300 300 – 500 500 – 700 700 up
Tabel 17. Kriteria Mutu pada Uji Organoleptik Bahan Baku Kriteria Mutu yang Diterima • • • •
Mata jernih Sisik melekat kuat Insang berwarna merah dan berbau ikan segar Daging kenyal
Kriteria Mutu yang Di tolak • • • •
Mata redup, kornea mata tidak jernih Sisik sudah mulai lepas Insang berwarna coklat, berlendir dan berbau busuk Daging lembek dan terdapat bercak putih
Tabel 18. Standar Mutu Ikan Segar Karakteristik Organoleptik , min Mikrobiologi : • TPC, per grm, maks • E.Coli, MPN/gram, maks • Salmonella spp • Vibrio Cholereae • Staphilococcus aureus Kimia : • Mercury (Hg), ppm, maks Fisika : • Suhu pusat ikan, maks
Persyaratan Umum 7 5 x 105 0 Negatip Negatip Negatip 0.5 -18oC
96
Lampiran 3. Pohon keputusan dari Ruang Diskusi Pemasaran pada MMT 1.0 Permasalahan pemasaran 1
Permasalahan pemasaran 2
Manajemen Mutu Terpadu
Permasalahan pemasaran 3
Permasalahan pemasaran 4
Permasalahan pemasaran 5
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 4
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
97
Lampiran 4. Basis Pengetahuan untuk Pemasaran No Permasalahan Faktor penyebab 1 Produk yang belum Terjadi pembatalan diekspor pemesanan
2
Adanya masalah dengan buyer
3
Strategi bersaing
Karena mutunya kurang bagus Karena mutunya sudah jelek Adanya keluhan terhadap mutu produk
Tindakan yang dilakukan Bagian pemasaran mencari buyer yang bisa menerima dengan penurunan harga sebesar 5 %,hal itu menghindari produk berada lebih lama digudang yang menyebabkan mutunya akan menurun. Penjualannya dialihkan ke pasar lokal
Produk dimodifikasi sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi, dijadikan bahan baku produk value added. Keluhan diterima dan diperoses, jika kesalahan mutu terjadi karena perusahaan, maka perusahaan akan memberikan potongan harga kepada buyer untuk pemesanan produk berikutnya. Pembayaran yang telat oleh Beri mereka kelonggaran waktu selama sebulan dari perjanjian. Setelah buyer itu hubungi buyer dan tanya alasanya, jika tidak ada balasan dari mereka, ambil jalur hokum. spesifikasi yang diinginkan Pelajari spesifikasi yang diinginkan buyer, lalu sosialisasikan kepada buyer pekerja selama tiga hari. Jika ada analisa yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan lakukan negosiasi ulang dengan buyer. Mempertahankan kepercayaan pelanggan
Menjaga loyalitas supplier
Untuk membina kepercayaan perlanggan, lakukanlah distribusi yang lancar dan tepat waktu sehingga dapat membangun kepercayaan pelanggan. Selain itu, binalah hubungan baik antara perusahaan dengan armada kontainer sehingga jaminan kualitas produk selama pengiriman dapat dikontrol. Perusahaan harus selalu menjaga hubungan baik dengan para pemasok dengan selalu melakukan pembayaran tepat waktu dan sesuai dengan harga yang telah disepakati, sehingga para supplier memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.
98
Diversifikasi produk
Promosi yang dilakukan
4
Keterlambatan produk kepada buyer
Terjadi karena pihak shipliner
Terjadi karena keterlambatan produksi
5
Tidak sesuainya permintaan dengan penawaran
Permintaan lebih besar dari penawaran
Penawaran lebih besar dari permintaan
Strategi ini menyarankan agar perusahaan memproduksi produk dengan jenis yang bervariatif, agar dapat bertahan dalam melangsungkan kegiatan produksi dan menghindari dari sifat musiman yang dimiliki oleh setiap jenis ikan yang menjadi bahan baku produk. Promosi yang biasa dilakukan yaitu dengan cara mengikuti pameranpameran bertingkat nasional dan internasional dan memberikan sample produk baru sebagai bonus atas pemesanan produk mereka. Tinjau langsung kelapangan dan cari penyebabnya, lakukan complain dan beri kesempatan sebanyak 2 kali kesalahan. Jika sudah 3 kali melakukan kesalahan ganti shipliner dengan yang lebih berkompeten. Segera hubungi cabang lain dan meminta persediaan produk yang dipesan, jika tidak ada lakukan negosiasi dengan buyer dan berikan alasan kenapa produk bisa terlambat sampai ke buyer. Usahakan agar kesepakatan tidak terlalu merugikan pihak perusahaan. Karena permintaan lebih besar dan perusahaan tidak dapat memenuhi semua permintaan, maka dilakukan penyeleksian buyer dengan melihat besarnya permintaan, kontinuitas pemesanan, dan keloyalan terhadap produk yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bagian pemasaran harus lebih giat mencari buyer yang mampu menyerap produk dengan cara, negosiasi secara langsung tidak melalui media elektronik. Cara lain kelebihan produk dijadikan sebagai produk value added.
99
Lampiran 5. Pohon keputusan dari Ruang Diskusi Produksi pada MMT 1.0
Permasalahan produksi 1
Permasalahan produksi 2
Manajemen Mutu Terpadu
Permasalahan produksi 3
Permasalahan produksi 4
Permasalahan produksi 5
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 4
Solusi
Penyebab 5
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 4
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 4
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
100
Lampiran 6. Basis Pengetahuan untuk Produksi No Permasalahan Faktor penyebab 1 Rendedemen produk Kualitas bahan baku yang yang dihasilkan rendah rendah
2
Terjadinya pemborosan
Tindakan yang diambil Bagian QC lebih memperhatikan standar organoleptik and lab yang telah ditetapkan. Jika bahan baku yang ditolak lebih dari 50% dari jumlah bahan baku yang dikirim, lakukan konfirmasi kepada supplier.
Keahlian dan keterampilan pekerja kurang dalam melakukan tugas Disiplin pekerja kurang dalam mematuhi SOP
Berikan training selama satu minggu dan pekerja lebih diperhatikan oleh bagian PJ dan QC lini proses tersebut.
Kekurangan peralatan
Gunakan peralatan pada lini proses produk yang sedang sepi. Jika tidak buat form permintaan pada bagian inventory.
Mesin pendingin yang belum stabil
Mesin pendingin yang tersedia ada 5 buah. Manfaatkan mesin pendingin yang kondisinya baik dan dahulukan proses produk yang akan segera dikirim. Hubungi bagian teknik dan lakukan perbaikan dalam tiga hari.
Dalam penggunaan Es
Dalam pemakaian es dan produk memiliki perbandingan 1:2. sebelum memesan Es terlebih dahulu hitung neraca masanya sehingga diketahui jumlah actual Es yang dibutuhkan.
Beri perlakuan yang tegas,dengan memberikan tiga kali kesempatan. Perlanggaran pertama, diajak bicara dan pengarahan. Pelanggaran ke dua, potong gaji. Pelanggaran ke tiga, dipecat.
101
3
Terhambatnya proses produksi
Penggunaan bahan-bahan kimia
Catat persediaan bahan-bahan kimia yang masih tersedia dan hitung kebutuhan bahan kimia dalam sebulan, sehingga tidak terjadi penumpukan bahan kimia dan dalam penggunaannya harus sesuai dengan kebutuhan analisa.
Pemberian seragam (sarung tangan, sepatu bot, seragam, masker, topi) kepada pekerja.
Setiap pekerja diberi 2 buah seragam dan pekerja diberi tanggung jawab untuk menjaganya jika terjadi kerusakan atau kehilangan dalam jangka waktu umur pakai perusahaan tidak akan mengganti dengan yg baru. Buat peraturan semua pekerja ketika memasuki ruang proses produksi harus memakai seragam, jadi bagi pekerja yang tidak memakai seragam tidak boleh bekerja.
Kekurangan bahan baku
Bagian pengadaan menghubungi supplier jika supplier tidak dapat mengirimkan barang bagian pengadaan mencari di tempat pelelangan ikan. Jika dua cara tersebut tidak bisa, hentikan proses produksi dan pekerja borongan hasil deberhentikan sampai bahan baku tersedia, sehingga tidak mengalami kerugian lebih besar
Rusaknya cold storage
Tetap lakukan proses produksi, produk yang harus disimpan di cold storage dikirim ke cabang lain sehingga kerugian yang ditanggung perusahaan lebih kecil dari pada menghentikan proses produksi.
Kekurangan sumber daya manusia
Hubungi bagian HRD dan minta data-data pekerja yang pernah bekerja di perusahaan lalu panggil mereka lagi untuk bekerja.
102
4
5
Tidak sesuai jumlah produk yang ada di laporan dengan yang ada di gudang
Kerusakan mesin
Terjadi kesalahan penjadualan alur produksi
Bagian PPIC langsung menghubungi supervisor produksi untuk memberi penjelasan alur yang baru kepada para pekerja, di sini bagian QC dan PJ lini Produksi sangat berperan dalam membenarkan pekerjaan pekerja.
Proses pencatatan hasil tidak benar
Kumpulkan para pencatat hasil setiap unit kerja, lalu periksa dimana mulai terjadi pelencengan hasil. Lalu cari penyebab terjadinya perbedaan jumlah produk.
Terjadinya pencurian
Jika terjadi pencurian hubungi PJ yang bertanggung jawab pada bagian cold storage. Untuk mencegah kehilangan produk, lakukan pembagian wilayah pada cold storage sehingga dapat terlihat produk apa yang hilang dan jumlahnya.
ABF
Suhu dan kecepatan ABF harus dikontrol setiap hari agar tidak terjadi Fluktuasi suhu. Jika terjadi kerusakan hubungi bagian tekhnik dan akan diperbaiki dalam waktu 5 hari oleh tiga orang.
Cold storage
Untuk memperbaiki cold storage butuh waktu yang lama sehingga harus koordinasi bagian produksi, PPIC dan bagian tehnik agar proses produksi dan ekspor tetap berjalan. Biasanya diperbaiki dalam jangka waktu 5 hari oleh 3 orang bagian tekhnik.
Timbangan
Timbangan sering rusak akibat sering dipindah-pindahkan, terkena air dan tersimpan di tempat dingin. Untuk menghindarinya pada setiap lini proses haruas memiliki timbangan yang berbeda dan harus dikalibrasi setiap hari.
103
Lampiran 7. Pohon keputusan dari Ruang Diskusi Pengawasan Mutu pada MMT 1.0
Permasalahan pengawasan mutu 1
Permasalahan pengawasan mutu 2
Manajemen Mutu Terpadu
Permasalahan pengawasan mutu 3
Permasalahan pengawasan mutu 4
Permasalahan pengawasan mutu 5
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
Penyebab 1
Solusi
Penyebab 2
Solusi
Penyebab 3
Solusi
104
Lampiran 8. Basis Pengetahuan untuk Pengawasan Mutu No Permasalahan Faktor penyebab 1 Terjadinya Bahan baku keseragaman berat produk sehingga Manusia mempengaruhi mutunya
2
Penurunan mutu saat penerimaan bahan baku
Mesin dan Peralatan
Untuk mengoptimalkan mesin dan peralatan perlu dibuat prosedur standar operasional. Perawatan dan pengecekan mesin dilakukan sebulan sekali dan untuk timbangan perlu dikalibrasi setiap hari.
Waktu pengiriman yang tidak tepat waktu
Hal ini dapat mengakibatkan decomposisi. Lakukan uji lab jika masih dapat diterima bahan baku ini harus didahulukan untuk menjaga mutunya, jika uji lab tidak lolos kembalikan bahan baku kepada supplier. Jika dibiarkan akan terjadi pertumbuhan mikroba, segera berikan es untuk menurunkan suhu sampai < 40C
Temperatur > 40C
3
Mutu produk kerang rendah
Tindakan yang diambil Untuk mengatasinya dalam kontrak dengan supplier jelaskan berat bahan baku yang diinginkan. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaannya perlu diberikan pelatihan selama seminggu dan pekerja yang baru perlu diberikan training selama tiga bulan. Selain itu perlu diberikan peningkatan motivasi yaitu dengan pemberian bonus bagi pekerja yang menghasilkan produk di atas standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Masih terdapat pasir
Bagian QC menghubungi bagian produksi untuk merework ulang produk kerang yang masih terdapat pasir. Pj lini kerang lebih memperhatikan setiap proses produksi sehingga tidak terjadi kesalahan.
105
Ukuran tidak seragam
Berat akhir kurang
4
Mutu produk fillet rendah
Masih terdapat sisik dan duri Tidak sesuainya berat produk dengan berat yang tertera pada kemasan Terjadinya driploss
5
Mutu steak tenggiri rendah
Terjadinya driploss
Produk yang dihasilkan tidak sesuai standar ukuran
Produk terkontaminasi
Hal ini terjadi karena kurang teliti dan kurang berpengalamannya karyawan dalam melakukan sortasi. Karyawan diberi pelatihan ekstra dalam melakukan sortasi. Biasanya terjadi kesalahan di bagian penimbangan dan bagging. Saat bagging, ditambahkan air agar kerang tidak rusak. Karyawan yang melakukannya harus teliti dengan perbandingan air dan kerang yang akan dikemas. Bagian QC melapor pada Pj lini agar lebih diperhatikan dan ditegur karyawan yang melakukan kesalahan. Periksa alat yang digunakan, jika terjadi kerusakan segera hubungi bagian tehnik. Segera lakukan repack,koodinasi antara bagian produksi dengan bagian PPIC. Periksa ulang spesifikasi yang diminta buyer lalu cocokan dengan produk dan kemasan. Rusaknya daging ikan akibat proses pembekuan yang lambat. Periksa suhu ABF dan cold storage. ABF harus bersuhu < -350 dan cold storage bersuhu < -180 Rusaknya daging ikan akibat proses pembekuan yang lambat. Periksa suhu ABF dan cold storage. ABF harus bersuhu < -350 dan cold storage bersuhu < -180 Periksa pada proses pemotongan dan sortasi, bagian QC lebih memperhatikan. Jika telah terjadi produk yang tidak sesuai standar, alihkan ke mutu B atau ke local. Rantai dingin tidak dilakukan dengan baik dan kehygienisan karyawan tidak terjaga. Lakukan trimming pada bagian yang terkontaminasi,jika tidak dapat diterima pada spesifikasi buyer,lempar ke local.
106
Lampiran 9. List program MMT 1.0
107
unit UMQc; var FormMQc: TFormMQc; implementation uses Unit1, uDM,uchatting, UMQc1, USplash; {$R *.dfm} procedure TFormMQc.Button4Click(Sender: TObject); begin pagecontrol1.TabIndex := 0; end; procedure TFormMQc.FormShow(Sender: TObject); begin if 'Login : ADMIN' = formMMT.StatusBar1.Panels[1].Text then begin button1.Visible := True; button2.Visible := True; button3.Visible := True; button4.Visible := True; end else begin button1.Visible := True; button2.Visible := false; button3.Visible := True; button4.Visible := True; end; end; procedure TFormMQc.Button5Click(Sender: TObject); var T1,T2,T3 : integer; D:String; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); T1 := 0; T2 := 0; T3 := 0; dm.ADOTsbMutu.First; while not dm.ADOTsbMutu.Eof do begin if D = dm.ADOTsbMutuTGL.Text then begin T1 := T1 + dm.ADOTsbMutusebab1.Value; T2 := T2 + dm.ADOTsbMutusebab2.Value; T3 := T3 + dm.ADOTsbMutusebab3.Value; dm.ADOTsbMutu.Next; end else begin
dm.ADOTsbMutu.Next; if dm.ADOTsbMutu.Bof then begin break; end; end; end; edit6.Text := Inttostr(T1); edit7.Text := Inttostr(T2); edit8.Text := Inttostr(T3); //-----------------Cari yang terbesar-------------if strtoint(edit6.Text)>strtoint(edit7.Text) then begin edit10.Text := edit6.Text;end else begin edit10.Text := edit7.Text; end; if strtoint(edit10.Text) > strtoint(edit8.Text) then begin edit10.Text := edit10.Text; end else begin edit10.Text := edit8.Text; end; if edit6.Text = edit10.Text then begin edit6.Color := clblue; end; if edit7.Text = edit10.Text then begin edit7.Color := clblue; end; if edit8.Text = edit10.Text then begin edit8.Color := clblue; end; //warna putih if edit6.Text <> edit10.Text then begin edit6.Color := clwhite; end; if edit7.Text <> edit10.Text then begin edit7.Color := clwhite; end; if edit8.Text <> edit10.Text then begin edit8.Color := clwhite; end; //-----------------Selesai -----------------------------------------end; procedure TFormMQc.Button1Click(Sender: TObject); var T1,T2,T3,T4,T5 : integer; D:string; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); //```````````````JUmlah Semua`````````````````````````````````````` T1 := 0; T2 := 0; T3 := 0; T4 := 0; T5 := 0; dm.ADOTMutu.First; while not dm.ADOTMutu.Eof do begin if D = dm.ADOTMutuTGL.Text then
108
begin T1 := T1 + dm.ADOTMutumasalah1.Value; T2 := T2 + dm.ADOTMutumasalah2.Value; T3 := T3 + dm.ADOTMutumasalah3.Value; T4 := T4 + dm.ADOTMutumasalah4.Value; T5 := T5 + dm.ADOTMutumasalah5.Value; dm.ADOTMutu.Next; end else begin dm.ADOTMutu.Next; if dm.ADOTMutu.Bof then begin break; end; end; end; edit1.Text := Inttostr(T1); edit2.Text := Inttostr(T2); edit3.Text := Inttostr(T3); edit4.Text := Inttostr(T4); edit5.Text := Inttostr(T5); //```````````````````````````````````````````````````` ``` //-----------------Cari yang terbesar-------------if strtoint(edit1.Text)>strtoint(edit2.Text) then begin edit9.Text := edit1.Text;end else begin edit9.Text := edit2.Text; end; if strtoint(edit9.Text) > strtoint(edit3.Text) then begin edit9.Text := edit9.Text; end else begin edit9.Text := edit3.Text; end; if strtoint(edit9.Text) > strtoint(edit4.Text) then begin edit9.Text := edit9.Text; end else begin edit9.Text := edit4.Text; end; if strtoint(edit9.Text) > strtoint(edit5.Text) then begin edit9.Text := edit9.Text; end else begin edit9.Text := edit5.Text; end; if edit1.Text = edit9.Text then begin edit1.Color := clblue; end; if edit2.Text = edit9.Text then begin edit2.Color := clblue; end; if edit3.Text = edit9.Text then begin edit3.Color := clblue; end;
if edit4.Text = edit9.Text then begin edit4.Color := clblue; end; if edit5.Text = edit9.Text then begin edit5.Color := clblue; end; //warna putih if edit1.Text <> edit9.Text then begin edit1.Color := clwhite; end; if edit2.Text <> edit9.Text then begin edit2.Color := clwhite; end; if edit3.Text <> edit9.Text then begin edit3.Color := clwhite; end; if edit4.Text <> edit9.Text then begin edit4.Color := clwhite; end; if edit5.Text <> edit9.Text then begin edit5.Color := clwhite; end; //-----------------Selesai -----------------------------------------end; procedure TFormMQc.Button3Click(Sender: TObject); begin pagecontrol1.TabIndex := 1; end; procedure TFormMQc.Button2Click(Sender: TObject); var D:string; begin //----------------page 0-------------if Pagecontrol1.TabIndex = 0 then begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTAkhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin MessageDlg('Hasil dari permasalahan telah didapat', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit1.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Terjadinya keseragaman berat produk'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end;
109
if edit2.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Penurunan mutu saat penerimaan bahan baku'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit3.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Mutu produk kerang rendah'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit4.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Mutu produk fillet rendah'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit5.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Mutu produk steak tenggiri rendah'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end;
if Pagecontrol1.TabIndex = 1 then begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTakhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin //pilihan 1 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Terjadinya keseragaman berat produk' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Bahan baku'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Untuk mengatasinya dalam kontrak dengan supplier jelaskan berat bahan baku yang diinginkan.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Manusia'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaannya perlu diberikan pelatihan selama seminggu dan pekerja yang baru perlu diberikan training selama tiga bulan. Selain itu perlu diberikan peningkatan motivasi yaitu dengan...'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Mesin dan Peralatan'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Untuk mengoptimalkan mesin dan peralatan perlu dibuat prosedur standar operasional. Perawatan dan pengecekan mesin dilakukan sebulan sekali dan untuk timbangan perlu dikalibrasi setiap hari.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //pilihan 2
//----------------page 1--------------
110
if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Penurunan mutu saat penerimaan bahan baku' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Waktu pengiriman yang tidak tepat waktu'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Hal ini dapat mengakibatkan decomposisi. Lakukan uji lab jika masih dapat diterima bahan baku ini harus didahulukan untuk menjaga mutunya, jika uji lab tidak lolos kembalikan bahan baku kepada supplier.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Temperatur > 40C'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Jika dibiarkan akan terjadi pertumbuhan mikroba, segera berikan es untuk menurunkan suhu sampai < 40C'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //pilihan 3 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Mutu produk kerang rendah' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Masih terdapat pasir'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Bagian QC menghubungi bagian produksi untuk merework ulang produk kerang yang masih terdapat pasir. Pj lini kerang lebih memperhatikan setiap proses produksi sehingga tidak terjadi kesalahan.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Ukuran tidak seragam';
dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Hal ini terjadi karena kurang teliti dan kurang berpengalamannya karyawan dalam melakukan sortasi. Karyawan diberi pelatihan ekstra dalam melakukan sortasi.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Berat akhir kurang'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Biasanya terjadi kesalahan di bagian penimbangan dan bagging. Saat bagging, ditambahkan air agar kerang tidak rusak. Karyawan yang melakukannya harus teliti dengan perbandingan air dan kerang yang akan dikemas.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //pilihan 4 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Mutu produk fillet rendah' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Masih terdapat sisik dan duri'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Bagian QC melapor pada Pj lini agar lebih diperhatikan dan ditegur karyawan yang melakukan kesalahan. Periksa alat yang digunakan, jika terjadi kerusakan segera hubungi bagian tehnik.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Tidak sesuainya berat produk dengan berat yang tertera pada kemasan'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Segera lakukan repack,koodinasi antara bagian produksi dengan bagian PPIC. Periksa ulang spesifikasi yang diminta buyer lalu cocokan dengan produk dan kemasan.'; dm.ADOTAkhir.Post;
111
MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Terjadinya driploss'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Rusaknya daging ikan akibat proses pembekuan yang lambat. Periksa suhu ABF dan cold storage. ABF harus bersuhu < -350 dan cold storage bersuhu < -180'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //Pilihan 5 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Mutu produk steak tenggiri rendah' then begin if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Edit; dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Terjadinya driploss'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Rusaknya daging ikan akibat proses pembekuan yang lambat. Periksa suhu ABF dan cold storage. ABF harus bersuhu < -350 dan cold storage bersuhu < -180'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end;
dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Rantai dingin tidak dilakukan dengan baik dan kehygienisan karyawan tidak terjaga. Lakukan trimming pada bagian yang terkontaminasi,jika tidak dapat diterima pada spesifikasi buyer,lempar ke local.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; end; end; end; procedure TFormMQc.Hapusdata1Click(Sender: TObject); begin if 'ADMIN' = Frmsplash.ComboBox1.Text then begin if pagecontrol1.TabIndex = 0 then dm.ADOTMutu.Delete; if pagecontrol1.TabIndex = 1 then dm.ADOTsbMutu.Delete; end; end; end.
if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Edit; dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Produk yang dihasilkan tidak sesuai standar ukuran'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Periksa pada proses pemotongan dan sortasi, bagian QC lebih memperhatikan. Jika telah terjadi produk yang tidak sesuai standar, alihkan ke mutu B atau ke local.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; unit UMQc1; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Edit; dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Produk terkontaminasi';
var FormMQc1: TFormMQc1; implementation uses Unit1,Uchatting, uDM;
112
{$R *.dfm} procedure SetEnable(Const CtrlSet:Array of TControl; Const NewState:Boolean); var i:integer; begin for i := low(CtrlSet) to High(CtrlSet) do TControl(CtrlSet[i]).Enabled := NewState; end; procedure TFormMQc1.Cancel1Click(Sender: TObject); begin L1.Caption := ''; L2.Caption := ''; L3.Caption := '';L4.Caption := ''; L5.Caption := ''; SetEnable([SBp1,SBp2,SBp3,SBp4,SBp5, RADIOBUTTON1,RADIOBUTTON2,RA DIOBUTTON3,RADIOBUTTON4,RADIO BUTTON5],true); end; procedure TFormMQc1.SBp1Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '1'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '1'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '1'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '1'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '1'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp1.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBp2Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '2'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '2'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else
IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '2'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '2'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '2'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp2.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBp3Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '3'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '3'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '3'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '3'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '3'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp3.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBp4Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '4'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '4'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '4'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '4'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else
113
IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '4'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp4.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBp5Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '5'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '5'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '5'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '5'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '5'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp5.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.btntransperClick(Sender: TObject); begin dm.ADOTmutu.Open; dm.ADOTxxx.Open; if dm.ADOTMutu.Locate('Client',dm.ADOTx xxKomputerName.Text,[])then begin MessageDlg('Permasalahan sudah dikirim',MtInformation,[MbOk],0,); FormMQc1.Cancel1Click(Sender); exit; end; IF SBP5.Enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTMutu.Open; dm.ADOTxxx.Open; dm.ADOTMutu.Append; dm.ADOTMutuClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text;
dm.ADOTMutuTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTMutumasalah1.Text := L1.Caption; dm.ADOTMutumasalah2.Text := L2.Caption; dm.ADOTMutumasalah3.Text := L3.Caption; dm.ADOTMutumasalah4.Text := L4.Caption; dm.ADOTMutumasalah5.Text := L5.Caption; dm.ADOTMutu.Post; dm.ADOTMutu.Close; btntransper.Visible := false; END; end; procedure TFormMQc1.FormShow(Sender: TObject); begin TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end; procedure TFormMQc1.SBP6Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '1'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '1'; RADIOBUTTON7.enabled := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '1'; RADIOBUTTON6.enabled := false; end; SBp6.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.sBP7Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '2'; RADIOBUTTON6.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '2'; RADIOBUTTON7.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '2'; RADIOBUTTON8.enabled:= false; end; SBp7.Enabled := FALSE;
114
end; procedure TFormMQc1.sBP8Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '3'; RADIOBUTTON6.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '3'; RADIOBUTTON7.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '3';RADIOBUTTON8.enabled:= false; end; SBp8.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.FormClose(Sender: TObject; var Action: TCloseAction); begin FormMMT.Show; end; procedure TFormMQc1.SBP9Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '1'; RADIOBUTTON9.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '1'; RADIOBUTTON10.enabled:= false; end; SBp9.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP10Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '2'; RADIOBUTTON9.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '2'; RADIOBUTTON10.enabled:= false; end; SBp10.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP11Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '1';RADIOBUTTON11.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '1';
RADIOBUTTON12.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '1'; RADIOBUTTON13.enabled:= false; end; SBp11.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP12Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '2'; RADIOBUTTON11.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '2';RADIOBUTTON12.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '2';RADIOBUTTON13.enabled:= false; end; SBp12.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP13Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '3';RADIOBUTTON11.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '3'; RADIOBUTTON12.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '3'; RADIOBUTTON13.enabled:= false; end; SBp13.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP14Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON14.Checked = TRUE THEN begin L14.Caption := '1'; RADIOBUTTON14.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON15.Checked = TRUE THEN begin L15.Caption := '1';RADIOBUTTON15.enabled:= false; end else
115
IF RADIOBUTTON16.Checked = TRUE THEN begin L16.Caption := '1';RADIOBUTTON16.enabled:= false; end; SBp14.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP15Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON14.Checked = TRUE THEN begin L14.Caption := '2'; RADIOBUTTON14.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON15.Checked = TRUE THEN begin L15.Caption := '2'; RADIOBUTTON15.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON16.Checked = TRUE THEN begin L16.Caption := '2'; RADIOBUTTON16.enabled:= false; end; SBp15.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP16Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON14.Checked = TRUE THEN begin L14.Caption := '3'; RADIOBUTTON14.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON15.Checked = TRUE THEN begin L15.Caption := '3'; RADIOBUTTON15.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON16.Checked = TRUE THEN begin L16.Caption := '3'; RADIOBUTTON16.enabled:= false; end; SBp16.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP17Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON17.Checked = TRUE THEN begin L17.Caption := '1'; RADIOBUTTON17.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON18.Checked = TRUE THEN begin L18.Caption := '1'; RADIOBUTTON18.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON19.Checked = TRUE THEN begin L19.Caption := '1'; RADIOBUTTON19.enabled:= false; end; SBp17.enabled := FALSE;
end; procedure TFormMQc1.SBP18Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON17.Checked = TRUE THEN begin L17.Caption := '2'; RADIOBUTTON17.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON18.Checked = TRUE THEN begin L18.Caption := '2'; RADIOBUTTON18.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON19.Checked = TRUE THEN begin L19.Caption := '2'; RADIOBUTTON19.enabled:= false; end; SBp18.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.SBP19Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON17.Checked = TRUE THEN begin L17.Caption := '3'; RADIOBUTTON17.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON18.Checked = TRUE THEN begin L18.Caption := '3'; RADIOBUTTON18.enabled:= false; end else IF RADIOBUTTON19.Checked = TRUE THEN begin L19.Caption := '3'; RADIOBUTTON19.enabled:= false; end; SBp19.enabled := FALSE; end; procedure TFormMQc1.Button2Click(Sender: TObject); begin if TSPenyebab5.TabVisible = tRUE then begin IF SBP19.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbMutu.Open; dm.ADOTsbMutu.Append; dm.ADOTsbMutuClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbMutuTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbMutusebab1.Text := L17.Caption;
116
dm.ADOTsbMutusebab2.Text := L18.Caption; dm.ADOTsbMutusebab3.Text := L19.Caption; dm.ADOTsbMutu.Post; dm.ADOTsbMutu.Close; button10.Visible := false; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab4.TabVisible = tRUE then begin IF SBP16.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbMutu.Open; dm.ADOTsbMutu.Append; dm.ADOTsbMutuClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbMutuTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbMutusebab1.Text := L14.Caption; dm.ADOTsbMutusebab2.Text := L15.Caption; dm.ADOTsbMutusebab3.Text := L16.Caption; dm.ADOTsbMutu.Post; dm.ADOTsbMutu.Close; button9.Visible := false; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab3.TabVisible = tRUE then begin IF SBP13.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbMutu.Open; dm.ADOTsbMutu.Append; dm.ADOTsbMutuClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbMutuTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbMutusebab1.Text := L11.Caption; dm.ADOTsbMutusebab2.Text := L12.Caption; dm.ADOTsbMutusebab3.Text := L13.Caption; dm.ADOTsbMutu.Post; dm.ADOTsbMutu.Close;
button8.Visible := false; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab2.TabVisible = tRUE then begin IF SBP10.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbMutu.Open; dm.ADOTsbMutu.Append; dm.ADOTsbMutuClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbMutuTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbMutusebab1.Text := L9.Caption; dm.ADOTsbMutusebab2.Text := L10.Caption; dm.ADOTsbMutu.Post; dm.ADOTsbMutu.Close; button4.Visible := false; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab1.TabVisible = tRUE then begin IF SBP8.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbMutu.Open; dm.ADOTsbMutu.Append; dm.ADOTsbMutuClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbMutuTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbMutusebab1.Text := L6.Caption; dm.ADOTsbMutusebab2.Text := L7.Caption; dm.ADOTsbMutusebab3.Text := L8.Caption; dm.ADOTsbMutu.Post; dm.ADOTsbMutu.Close; button2.Visible := false; END; END; end; procedure TFormMQc1.Button11Click(Sender: TObject);
117
var D:string; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on1.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 1; TSPenyebab1.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on2.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 2; TSPenyebab2.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on3.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 3; TSPenyebab3.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on4.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex :=4; TSPenyebab4.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on5.Caption,[]) then begin
Mutu.TabIndex := 5; TSPenyebab5.TabVisible := tRUE; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end end else begin MessageDlg('Permasalahan masih belum didapat! Atau masih dalam proses... ',MtInformation,[MbOk],0,); end end; end.
unit UMPasar; var FormMPasar: TFormMPasar; implementation uses unit1,uDM, USplash; {$R *.dfm} procedure TFormMPasar.Button4Click(Sender: TObject); begin pagecontrol1.TabIndex := 0; end; procedure TFormMPasar.FormShow(Sender: TObject); begin if 'Login : ADMIN' = formMMT.StatusBar1.Panels[1].Text then begin button1.Visible := True; button2.Visible := True; button3.Visible := True;
118
button4.Visible := True; end else begin button1.Visible := True; button2.Visible := false; button3.Visible := True; button4.Visible := True; end; end; procedure TFormMPasar.Button1Click(Sender: TObject); var T1,T2: integer; D: string; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); T1 := 0; T2 := 0; dm.ADOTPemasaran.First; while not dm.ADOTPemasaran.Eof do begin if D = dm.ADOTPemasaranTgl.Text then begin T1 := T1 + dm.ADOTPemasaranmasalah1.Value; T2 := T2 + dm.ADOTPemasaranmasalah2.Value; dm.ADOTPemasaran.Next; end else begin dm.ADOTPemasaran.Next; if dm.ADOTPemasaran.Bof then begin break; end; end; end; edit1.Text := Inttostr(T1); edit2.Text := Inttostr(T2); //-----------------Cari yang terbesar-------------if strtoint(edit1.Text)>strtoint(edit2.Text) then begin edit3.Text := edit1.Text;end else begin edit3.Text := edit2.Text; end; if edit1.Text = edit3.Text then begin edit1.Color := clblue; end; if edit2.Text = edit3.Text then begin edit2.Color := clblue; end; //warna putih if edit1.Text <> edit3.Text then begin edit1.Color := clwhite; end; if edit2.Text <> edit3.Text then begin edit2.Color := clwhite; end;
//-----------------Selesai -----------------------------------------end; procedure TFormMPasar.Button5Click(Sender: TObject); var T1,T2,T3: integer; D:string; begin D:=Formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); T1 := 0; T2 := 0; T3 := 0; dm.ADOTPemasaran1.First; while not dm.ADOTPemasaran1.Eof do begin if D=dm.ADOTPemasaran1tgl.Text then begin T1 := T1 + dm.ADOTPemasaran1sebab1.Value; T2 := T2 + dm.ADOTPemasaran1sebab2.Value; T3 := T3 + dm.ADOTPemasaran1sebab3.Value; dm.ADOTPemasaran1.Next; end else begin dm.ADOTPemasaran1.Next; if dm.ADOTPemasaran1.Bof then begin break; end; end; end; edit6.Text := Inttostr(T1); edit7.Text := Inttostr(T2); edit8.Text := Inttostr(T3); //-----------------Cari yang terbesar-------------if strtoint(edit6.Text)>strtoint(edit7.Text) then begin edit4.Text := edit6.Text;end else begin edit4.Text := edit7.Text; end; if strtoint(edit4.Text) > strtoint(edit8.Text) then begin edit4.Text := edit4.Text; end else begin edit4.Text := edit8.Text; end; if edit6.Text = edit4.Text then begin edit6.Color := clblue; end; if edit7.Text = edit4.Text then begin edit7.Color := clblue; end; if edit8.Text = edit4.Text then begin edit8.Color := clblue; end; //warna putih if edit6.Text <> edit4.Text then begin edit6.Color := clwhite; end;
119
if edit7.Text <> edit4.Text then begin edit7.Color := clwhite; end; if edit8.Text <> edit4.Text then begin edit8.Color := clwhite; end;
MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end;
//-----------------Selesai -----------------------------------------end;
//----------------page 1-------------if Pagecontrol1.TabIndex = 1 then begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTakhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin //pilihan 1 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Produk yang belum diekspor' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Terjadi pembatalan pemesanan'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Bagian pemasaran mencari buyer yang bisa menerima dengan penurunan harga sebesar 5 %,hal itu menghindari produk berada lebih lama digunang yang menyebabkan mutunya akan menurun'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end;
procedure TFormMPasar.Button3Click(Sender: TObject); begin pagecontrol1.TabIndex := 1; end; procedure TFormMPasar.Button2Click(Sender: TObject); var D:String; begin //----------------page 0-------------if Pagecontrol1.TabIndex = 0 then begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTAkhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin MessageDlg('Hasil dari permasalahan telah didapat', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit1.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Produk yang belum diekspor'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit2.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Masalah dengan buyer'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close;
if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Karena mutunya kurang bagus'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Penjualannya dialihkan ke pasar lokal'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Karena mutunya sudah jelek'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Produk dimodifikasi sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi, dijadikan bahan baku produk value added'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end;
120
//pilihan 2 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Masalah dengan buyer' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Adanya keluhan terhadap mutu produk'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Keluhan diterima dan diperoses, jika kesalahan mutu terjadi karena perusahaan, maka perusahaan akan memberikan potongan harga kepada buyer untuk pemesanan produk berikutnya'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Pembayaran yang telat oleh buyer'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Beri mereka kelonggaran waktu selama sebulan dari perjanjian. Setelah itu hubungi buyer dan tanya alasanya, jika tidak ada balasan dari mereka, ambil jalur hukum'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'spesifikasi yang diinginkan buyer'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Pelajari spesifikasi yang diinginkan buyer, lalu sosialisasikan kepada pekerja selama tiga hari. Jika ada analisa yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan lakukan negosiasi ulang dengan buyer'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; end;
unit UMPasar1; var FormMPasar1: TFormMPasar1; implementation Uses Unit1,udm, UMPro1; {$R *.dfm} procedure TFormMPasar1.Button2Click(Sender: TObject); begin FormMPro1.Close; FormMMT.Show; end; procedure TFormMPasar1.btntransperClick(Sender: TObject); var D:String; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTPemasaran.Open; dm.ADOTxxx.Open; if dm.ADOTPemasaran.Locate('Client',dm.AD OTxxxKomputerName.Text,[])then begin if D = dm.ADOTPemasarantgl.Text then begin MessageDlg('Permasalahan sudah dikirim',MtInformation,[MbOk],0,); exit; end; end; IF SBP2.Enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTPemasaran.Open; dm.ADOTxxx.Open; dm.ADOTPemasaran.Append; dm.ADOTPemasaranClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTPemasaranTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTPemasaranmasalah1.Text := L1.Caption; dm.ADOTPemasaranmasalah2.Text := L2.Caption; dm.ADOTPemasaran.Post;
121
dm.ADOTPemasaran.Close; btntransper.Visible := false; END; end; procedure TFormMPasar1.FormShow(Sender: TObject); begin TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end; procedure TFormMPasar1.Button1Click(Sender: TObject); begin dm.ADOTxxx.Open; {------------------------------------} if TSPenyebab2.TabVisible = tRUE then begin IF Speedbutton8.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTPemasaran1.Open; dm.ADOTPemasaran1.Append; dm.ADOTPemasaran1Client.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTPemasaran1Tgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTPemasaran1sebab1.Text := L9.Caption; dm.ADOTPemasaran1sebab2.Text := L10.Caption; dm.ADOTPemasaran1sebab3.Text := Label16.Caption; dm.ADOTPemasaran1.Post; dm.ADOTPemasaran1.Close; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab1.TabVisible = tRUE then begin IF SBP8.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTPemasaran1.Open; dm.ADOTPemasaran1.Append; dm.ADOTPemasaran1Client.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTPemasaran1Tgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW);
dm.ADOTPemasaran1sebab1.Text := L6.Caption; dm.ADOTPemasaran1sebab2.Text := L7.Caption; dm.ADOTPemasaran1sebab3.Text := L8.Caption; dm.ADOTPemasaran1.Post; dm.ADOTPemasaran1.Close; END; END; end; procedure TFormMPasar1.SBp1Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '1'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; RADIOBUTTON1.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '1'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; RADIOBUTTON2.Checked := false; end; SBp1.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.SBp2Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '2'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; RADIOBUTTON1.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '2'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; RADIOBUTTON2.Checked := false; end; SBp2.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.btnLanjutClick(Sender: TObject); var D:string; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTAkhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on1.Caption,[]) then begin
122
Mutu.TabIndex := 1; TSPenyebab1.TabVisible := tRUE; TSPenyebab2.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on2.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 2; TSPenyebab2.TabVisible := tRUE; TSPenyebab1.TabVisible := false; end end else begin MessageDlg('Permasalahan masih belum didapat! Atau masih dalam proses... ',MtInformation,[MbOk],0,); end end; procedure TFormMPasar1.SBP6Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '1'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; RADIOBUTTON6.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '1'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; RADIOBUTTON7.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '1'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; RADIOBUTTON8.Checked := false; end; SBp6.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.sBP7Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '2'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; RADIOBUTTON6.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '2'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; RADIOBUTTON7.Checked := false; end else
IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '2'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; RADIOBUTTON8.Checked := false; end; SBp7.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.sBP8Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '3'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; RADIOBUTTON6.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '3'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; RADIOBUTTON7.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '3'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; RADIOBUTTON8.Checked := false; end; SBp8.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.SBP9Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '1'; RADIOBUTTON9.Enabled := false; RADIOBUTTON6.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '1'; RADIOBUTTON10.Enabled := false; RADIOBUTTON7.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON22.Checked = TRUE THEN begin Label16.Caption := '1'; RADIOBUTTON22.Enabled := false; RADIOBUTTON8.Checked := false; end; SBp9.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.SBP10Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '2'; RADIOBUTTON9.Enabled := false; RADIOBUTTON6.Checked := false; end else
123
IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '2'; RADIOBUTTON10.Enabled := false; RADIOBUTTON7.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON22.Checked = TRUE THEN begin Label16.Caption := '2'; RADIOBUTTON22.Enabled := false; RADIOBUTTON8.Checked := false; end; SBp10.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPasar1.SpeedButton8Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '3'; RADIOBUTTON9.Enabled := false; RADIOBUTTON6.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '3'; RADIOBUTTON10.Enabled := false; RADIOBUTTON7.Checked := false; end else IF RADIOBUTTON22.Checked = TRUE THEN begin Label16.Caption := '3'; RADIOBUTTON22.Enabled := false; RADIOBUTTON8.Checked := false; end; Speedbutton8.Enabled := FALSE; end; end.
unit UMPro; var FormMPro: TFormMPro; implementation uses unit1,uDM, USplash; {$R *.dfm}
procedure TFormMPro.Button4Click(Sender: TObject); begin pagecontrol1.TabIndex := 0; end; procedure TFormMPro.FormShow(Sender: TObject); begin if 'Login : ADMIN' = formMMT.StatusBar1.Panels[1].Text then begin button1.Visible := True; button2.Visible := True; button3.Visible := True; button4.Visible := True; end else begin button1.Visible := True; button2.Visible := false; button3.Visible := True; button4.Visible := True; end; end; procedure TFormMPro.Button1Click(Sender: TObject); var T1,T2,T3,T4,T5 : integer; D:String; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); //```````````````JUmlah Semua`````````````````````````````````````` T1 := 0; T2 := 0; T3 := 0; T4 := 0; T5 := 0; dm.ADOTproduksi1.First; while not dm.ADOTproduksi1.Eof do begin if D = dm.ADOTProduksi1Tgl.Text then begin T1 := T1 + dm.ADOTproduksi1masalah1.Value; T2 := T2 + dm.ADOTproduksi1masalah2.Value; T3 := T3 + dm.ADOTproduksi1masalah3.Value; T4 := T4 + dm.ADOTproduksi1masalah4.Value; T5 := T5 + dm.ADOTproduksi1masalah5.Value; dm.ADOTproduksi1.Next; end else begin dm.ADOTProduksi1.Next; if dm.ADOTProduksi1.Bof then
124
begin break; end; end; end; edit1.Text := Inttostr(T1); edit2.Text := Inttostr(T2); edit3.Text := Inttostr(T3); edit4.Text := Inttostr(T4); edit5.Text := Inttostr(T5); //```````````````````````````````````````````````````` ``` //-----------------Cari yang terbesar-------------if strtoint(edit1.Text)>strtoint(edit2.Text) then begin edit11.Text := edit1.Text;end else begin edit11.Text := edit2.Text; end; if strtoint(edit11.Text) > strtoint(edit3.Text) then begin edit11.Text := edit11.Text; end else begin edit11.Text := edit3.Text; end; if strtoint(edit11.Text) > strtoint(edit4.Text) then begin edit11.Text := edit11.Text; end else begin edit11.Text := edit4.Text; end; if strtoint(edit11.Text) > strtoint(edit5.Text) then begin edit11.Text := edit11.Text; end else begin edit11.Text := edit5.Text; end; if edit1.Text = edit11.Text then begin edit1.Color := clblue; end; if edit2.Text = edit11.Text then begin edit2.Color := clblue; end; if edit3.Text = edit11.Text then begin edit3.Color := clblue; end; if edit4.Text = edit11.Text then begin edit4.Color := clblue; end; if edit5.Text = edit11.Text then begin edit5.Color := clblue; end; //warna putih if edit1.Text <> edit11.Text then begin edit1.Color := clwhite; end; if edit2.Text <> edit11.Text then begin edit2.Color := clwhite; end; if edit3.Text <> edit11.Text then begin edit3.Color := clwhite; end; if edit4.Text <> edit11.Text then begin edit4.Color := clwhite; end; if edit5.Text <> edit11.Text then begin edit5.Color := clwhite; end;
//-----------------Selesai -----------------------------------------end; procedure TFormMPro.Button5Click(Sender: TObject); var T1,T2,T3,T4,T5 : integer; D:string; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); //```````````````JUmlah Semua`````````````````````````````````````` T1 := 0; T2 := 0; T3 := 0; T4 := 0; T5 := 0; dm.ADOTsbproduksi.First; while not dm.ADOTsbproduksi.Eof do begin if D = dm.ADOTSbProduksitgl.Text then begin T1 := T1 + dm.ADOTSbProduksiSebab1.Value; T2 := T2 + dm.ADOTSbProduksiSebab2.Value; T3 := T3 + dm.ADOTSbProduksiSebab3.Value; T4 := T4 + dm.ADOTSbProduksiSebab4.Value; T5 := T5 + dm.ADOTSbProduksiSebab5.Value; dm.ADOTsbproduksi.Next; end else begin dm.ADOTSbProduksi.Next; if dm.ADOTsbProduksi.Bof then begin break; end; end; end; edit6.Text := Inttostr(T1); edit7.Text := Inttostr(T2); edit8.Text := Inttostr(T3); edit9.Text := Inttostr(T4); edit10.Text := Inttostr(T5); //```````````````````````````````````````````````````` ``` //-----------------Cari yang terbesar-------------if strtoint(edit6.Text)>strtoint(edit7.Text) then begin edit12.Text := edit6.Text;end else begin edit12.Text := edit7.Text; end; if strtoint(edit12.Text) > strtoint(edit8.Text) then
125
begin edit12.Text := edit12.Text; end else begin edit12.Text := edit8.Text; end; if strtoint(edit12.Text) > strtoint(edit9.Text) then begin edit12.Text := edit12.Text; end else begin edit12.Text := edit9.Text; end; if strtoint(edit12.Text) > strtoint(edit10.Text) then begin edit12.Text := edit12.Text; end else begin edit12.Text := edit10.Text; end; if edit6.Text = edit12.Text then begin edit6.Color := clblue; end; if edit7.Text = edit12.Text then begin edit7.Color := clblue; end; if edit8.Text = edit12.Text then begin edit8.Color := clblue; end; if edit9.Text = edit12.Text then begin edit9.Color := clblue; end; if edit10.Text = edit12.Text then begin edit10.Color := clblue; end; //warna putih if edit6.Text <> edit12.Text then begin edit6.Color := clwhite; end; if edit7.Text <> edit12.Text then begin edit7.Color := clwhite; end; if edit8.Text <> edit12.Text then begin edit8.Color := clwhite; end; if edit9.Text <> edit12.Text then begin edit9.Color := clwhite; end; if edit10.Text <> edit12.Text then begin edit10.Color := clwhite; end; //-----------------Selesai -----------------------------------------end; procedure TFormMPro.Button3Click(Sender: TObject); begin pagecontrol1.TabIndex := 1; end; procedure TFormMPro.Button2Click(Sender: TObject); var D:string; begin //----------------page 0-------------if Pagecontrol1.TabIndex = 0 then begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTAkhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then
begin MessageDlg('Hasil dari permasalahan telah didapat', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit1.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Rendedemen produk yang dihasilkan rendah'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit2.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Terjadi pemborosan'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit3.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Terhambatnya proses produksi'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit4.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Tidak sesuai jumlah produk yang ada di laporan dengan yang ada di gudang';
126
dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit5.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Open; dm.ADOTAkhir.Append; dm.ADOTAkhirTanggal.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTAkhirMasalah.Text := 'Kerusakan mesin'; dm.ADOTAkhir.Post; dm.ADOTAkhir.Close; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //----------------page 1-------------if Pagecontrol1.TabIndex = 1 then begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTakhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin //pilihan 1 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Rendedemen produk yang dihasilkan rendah' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Kualitas bahan baku yang rendah'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Bagian QC lebih memperhatikan standar organoleptik and lab yang telah ditetapkan. Jika bahan baku yang ditolak lebih dari 50% dari jumlah bahan baku yang dikirim, lakukan konfirmasi kepada supplier'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Keahlian dan keterampilan pekerja kurang dalam melakukan tugas'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Berikan training selama satu minggu dan pekerja
lebih diperhatikan oleh bagian PJ dan QC lini proses tersebut'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Disiplin pekerja kurang dalam mematuhi SOP'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Beri perlakuan yang tegas,dengan memberikan tiga kali kesempatan. Perlanggaran pertama, diajak bicara dan pengarahan. Pelanggaran ke dua, potong gaji. Pelanggaran ke tiga, dipecat'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit9.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Kekurangan peralatan'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Gunakan peralatan pada lini proses produk yang sedang sepi. Jika tidak buat form permintaan pada bagian inventory'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit10.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Mesin pendingin yang belum stabil'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Mesin pendingin yang tersedia ada 5 buah. Manfaatkan mesin pendingin yang kondisinya baik dan dahulukan proses produk yang akan segera dikirim. Hubungi bagian teknik dan lakukan perbaikan dalam tiga hari'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //pilihan 2 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Terjadinya pemborosan' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin
127
dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Dalam penggunaan Es'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Dalam pemakaian es dan produk memiliki perbandingan 1:2. sebelum memesan Es terlebih dahulu hitung neraca masanya sehingga diketahui jumlah actual Es yang dibutuhkan'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Penggunaan bahan-bahan kimia'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Catat persediaan bahan-bahan kimia yang masih tersedia dan hitung kebutuhan bahan kimia dalam sebulan, sehingga tidak terjadi penumpukan bahan kimia dan dalam penggunaannya harus sesuai dengan kebutuhan analisa'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Pemberian seragam (sarung tangan, sepatu bot, seragam, masker, topi) kepada pekerja.'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Setiap pekerja diberi 2 buah seragam dan pekerja diberi tanggung jawab untuk menjaganya jika terjadi kerusakan atau kehilangan dalam jangka waktu umur pakai perusahaan tidak akan mengganti dengan yg baru.'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //pilihan 3 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Terhambatnya proses produksi' then begin dm.ADOTAkhir.Edit; if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Kekurangan bahan baku'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Bagian pengadaan menghubungi supplier jika supplier tidak dapat mengirimkan barang bagian pengadaan mencari di tempat
pelelangan ikan. Jika dua cara tersebut tidak bisa, hentikan proses produksi dan pekerja borongan'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Rusaknya cold storage'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Tetap lakukan proses produksi, produk yang harus disimpan di cold storage dikirim ke cabang lain sehingga kerugian yang ditanggung perusahaan lebih kecil dari pada menghentikan proses produksi'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Kekurangan sumber daya manusia'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Hubungi bagian HRD dan minta data-data pekerja yang pernah bekerja di perusahaan lalu panggil mereka lagi untuk bekerja'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit9.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Terjadi kesalahan penjadualan alur produksi'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Bagian PPIC langsung menghubungi supervisor produksi untuk memberi penjelasan alur yang baru kepada para pekerja, di sini bagian QC dan PJ lini Produksi sangat berperan dalam membenarkan pekerjaan pekerja'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //pilihan 4 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Tidak sesuai jumlah produk yang ada di laporan dengan yang ada di gudang' then begin dm.ADOTAkhir.Edit;
128
if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Proses pencatatan hasil tidak benar'; dm.ADOTAkhirSaran.value:= 'Kumpulkan para pencatat hasil setiap unit kerja, lalu periksa dimana mulai terjadi pelencengan hasil. Lalu cari penyebab terjadinya perbedaan jumlah produk'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Terjadinya pencurian'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Jika terjadi pencurian hubungi PJ yang bertanggung jawab pada bagian cold storage. Untuk mencegah kehilangan produk, lakukan pembagian wilayah pada cold storage sehingga dapat terlihat produk apa yang hilang dan jumlahnya'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; //Pilihan 5 if dm.ADOTAkhirMasalah.Text = 'Kerusakan mesin' then begin if edit6.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Edit; dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'ABF'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Suhu dan kecepatan ABF harus dikontrol setiap hari agar tidak terjadi Fluktuasi suhu. Jika terjadi kerusakan hubungi bagian tekhnik dan akan diperbaiki dalam waktu 5 hari oleh tiga orang'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end;
lama sehingga harus koordinasi bagian produksi, PPIC dan bagian tehnik agar proses produksi dan ekspor tetap berjalan. Biasanya diperbaiki dalam jangka waktu 5 hari oleh 3 orang bagian tekhnik'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; if edit8.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Edit; dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Timbangan'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Timbangan sering rusak akibat sering dipindah-pindahkan, terkena air dan tersimpan di tempat dingin. Untuk menghindarinya pada setiap lini proses haruas memiliki timbangan yang berbeda dan harus dikalibrasi setiap hari'; dm.ADOTAkhir.Post; MessageDlg('Proses akhir berhasil...', mtInformation,[mbOk], 0, ); exit; end; end; end; end; end; procedure TFormMPro.Hapusdata1Click(Sender: TObject); begin if 'ADMIN' = Frmsplash.ComboBox1.Text then begin if pagecontrol1.TabIndex = 0 then dm.ADOTProduksi1.Delete; if pagecontrol1.TabIndex = 1 then dm.ADOTSbProduksi.Delete; end; end; end.
if edit7.Color = clBlue then begin dm.ADOTAkhir.Edit; dm.ADOTAkhirsebab.Text := 'Cold storage'; dm.ADOTAkhirSaran.Value := 'Untuk memperbaiki cold storage butuh waktu yang
129
unit UMPro1; var FormMPro1: TFormMPro1; implementation Uses Unit1,udm, UMQc1; {$R *.dfm} procedure SetEnable(Const CtrlSet:Array of TControl; Const NewState:Boolean); var i:integer; begin for i := low(CtrlSet) to High(CtrlSet) do TControl(CtrlSet[i]).Enabled := NewState; end; procedure TFormMPro1.Button2Click(Sender: TObject); begin FormMPro1.Close; FormMMT.Show; end; procedure TFormMPro1.btnLanjutClick(Sender: TObject); var D:string; begin D := formatdatetime('dd/mm/yyyy',now); dm.ADOTAkhir.Open; if dm.ADOTAkhir.Locate('Tanggal',D,[]) then begin if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on1.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 1; TSPenyebab1.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on2.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 2; TSPenyebab2.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false;
TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on3.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 3; TSPenyebab3.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on4.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex :=4; TSPenyebab4.TabVisible := tRUE; TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end else if dm.ADOTAkhir.Locate('Masalah',radiobutt on5.Caption,[]) then begin Mutu.TabIndex := 5; TSPenyebab5.TabVisible := tRUE; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end end else begin MessageDlg('Permasalahan masih belum didapat! Atau masih dalam proses... ',MtInformation,[MbOk],0,); end end; procedure TFormMPro1.btntransperClick(Sender: TObject); begin dm.ADOTproduksi1.Open; dm.ADOTxxx.Open; if dm.ADOTProduksi1.Locate('Client',dm.AD OTxxxKomputerName.Text,[])then
130
begin MessageDlg('Permasalahan sudah dikirim',MtInformation,[MbOk],0,); exit; end; IF SBP5.Enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTProduksi1.Open; dm.ADOTxxx.Open; dm.ADOTProduksi1.Append; dm.ADOTProduksi1Client.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTProduksi1Tgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTProduksi1masalah1.Text := L1.Caption; dm.ADOTProduksi1masalah2.Text := L2.Caption; dm.ADOTProduksi1masalah3.Text := L3.Caption; dm.ADOTProduksi1masalah4.Text := L4.Caption; dm.ADOTProduksi1masalah5.Text := L5.Caption; dm.ADOTProduksi1.Post; dm.ADOTProduksi1.Close; btntransper.Visible := false; END; end; procedure TFormMPro1.SBp1Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '1'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '1'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '1'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '1'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '1'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp1.Enabled := FALSE; end;
procedure TFormMPro1.SBp2Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '2'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '2'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '2'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '2'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '2'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp2.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBp3Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '3'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '3'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '3'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '3'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '3'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp3.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBp4Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '4'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else
131
IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '4'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '4'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '4'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '4'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp4.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBp5Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON1.Checked = TRUE THEN begin L1.Caption := '5'; RADIOBUTTON1.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON2.Checked = TRUE THEN begin L2.Caption := '5'; RADIOBUTTON2.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON3.Checked = TRUE THEN begin L3.Caption := '5'; RADIOBUTTON3.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON4.Checked = TRUE THEN begin L4.Caption := '5'; RADIOBUTTON4.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON5.Checked = TRUE THEN begin L5.Caption := '5'; RADIOBUTTON5.Enabled := false; end; SBp5.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.Cancel1Click(Sender: TObject); begin L1.Caption := ''; L2.Caption := ''; L3.Caption := '';L4.Caption := ''; L5.Caption := ''; SetEnable([SBp1,SBp2,SBp3,SBp4,SBp5, RADIOBUTTON1,RADIOBUTTON2,RA DIOBUTTON3,RADIOBUTTON4,RADIO BUTTON5],true); end; procedure TFormMPro1.FormShow(Sender: TObject); begin
TSPenyebab5.TabVisible := false; TSPenyebab4.TabVisible := false; TSPenyebab3.TabVisible := false; TSPenyebab2.TabVisible := false; TSPenyebab1.TabVisible := false; end; procedure TFormMPro1.SBP6Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '1'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '1'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '1'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON20.Checked = TRUE THEN begin Label7.Caption := '1'; RADIOBUTTON20.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON21.Checked = TRUE THEN begin Label15.Caption := '1'; RADIOBUTTON21.Enabled := false; end; SBp6.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.sBP7Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '2'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '2'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '2'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON20.Checked = TRUE THEN begin Label7.Caption := '2'; RADIOBUTTON20.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON21.Checked = TRUE THEN begin Label15.Caption := '2'; RADIOBUTTON21.Enabled := false; end; SBp7.Enabled := FALSE; end;
132
procedure TFormMPro1.sBP8Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '3'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '3'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '3'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON20.Checked = TRUE THEN begin Label7.Caption := '3'; RADIOBUTTON20.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON21.Checked = TRUE THEN begin Label15.Caption := '3'; RADIOBUTTON21.Enabled := false; end; SBp8.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SpeedButton4Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '4'; RADIOBUTTON6.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '4'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '4'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON20.Checked = TRUE THEN begin Label7.Caption := '4'; RADIOBUTTON20.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON21.Checked = TRUE THEN begin Label15.Caption := '4'; RADIOBUTTON21.Enabled := false; end; SpeedButton4.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SpeedButton5Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON6.Checked = TRUE THEN begin L6.Caption := '5';
RADIOBUTTON6.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON7.Checked = TRUE THEN begin L7.Caption := '5'; RADIOBUTTON7.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON8.Checked = TRUE THEN begin L8.Caption := '5'; RADIOBUTTON8.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON20.Checked = TRUE THEN begin Label7.Caption := '5'; RADIOBUTTON20.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON21.Checked = TRUE THEN begin Label15.Caption := '5'; RADIOBUTTON21.Enabled := false; end; Speedbutton5.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.Button1Click(Sender: TObject); begin if TSPenyebab5.TabVisible = tRUE then begin IF SBP19.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbProduksi.Open; dm.ADOTsbProduksi.Append; dm.ADOTsbProduksiClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbProduksiTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbProduksisebab1.Text := L17.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab2.Text := L18.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab3.Text := L19.Caption; dm.ADOTsbMutu.Post; dm.ADOTsbMutu.Close; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab4.TabVisible = tRUE then begin IF SBP15.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbProduksi.Open;
133
dm.ADOTsbProduksi.Append; dm.ADOTsbProduksiClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbProduksiTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbProduksisebab1.Text := L14.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab2.Text := L15.Caption; dm.ADOTsbProduksi.Post; dm.ADOTsbProduksi.Close; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab3.TabVisible = tRUE then begin IF Speedbutton14.Enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbProduksi.Open; dm.ADOTsbProduksi.Append; dm.ADOTsbProduksiClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbProduksiTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbProduksisebab1.Text := L11.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab2.Text := L12.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab3.Text := L13.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab4.Text := Label18.Caption; dm.ADOTsbProduksi.Post; dm.ADOTsbProduksi.Close; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab2.TabVisible = tRUE then begin IF Speedbutton8.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbProduksi.Open; dm.ADOTsbProduksi.Append; dm.ADOTsbProduksiClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbProduksiTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbProduksisebab1.Text := L9.Caption;
dm.ADOTsbProduksisebab2.Text := L10.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab3.Text := Label16.Caption; dm.ADOTsbProduksi.Post; dm.ADOTsbProduksi.Close; END; END; {------------------------------------} if TSPenyebab1.TabVisible = tRUE then begin IF Speedbutton5.enabled = TRUE THEN BEGIN EXIT; END ELSE BEGIN dm.ADOTsbProduksi.Open; dm.ADOTsbProduksi.Append; dm.ADOTsbProduksiClient.Text := dm.ADOTxxxKomputerName.Text; dm.ADOTsbProduksiTgl.Text := formatdatetime('DD/MM/YYYY',NOW); dm.ADOTsbProduksisebab1.Text := L6.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab2.Text := L7.Caption; dm.ADOTsbProduksisebab3.Text := L8.Caption; dm.ADOTSbProduksiSebab4.Text := Label8.Caption; dm.ADOTSbProduksiSebab5.Text := label15.Caption; dm.ADOTsbProduksi.Post; dm.ADOTsbProduksi.Close; END; END; end; procedure TFormMPro1.SBP9Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '1'; RADIOBUTTON9.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '1'; RADIOBUTTON10.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON22.Checked = TRUE THEN begin Label16.Caption := '1'; RADIOBUTTON22.Enabled := false; end; SBp9.Enabled := FALSE; end;
134
procedure TFormMPro1.SBP10Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '2'; RADIOBUTTON9.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '2'; RADIOBUTTON10.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON22.Checked = TRUE THEN begin Label16.Caption := '2'; RADIOBUTTON22.Enabled := false; end; SBp10.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SpeedButton8Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON9.Checked = TRUE THEN begin L9.Caption := '3'; RADIOBUTTON9.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON10.Checked = TRUE THEN begin L10.Caption := '3'; RADIOBUTTON10.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON22.Checked = TRUE THEN begin Label16.Caption := '3'; RADIOBUTTON22.Enabled := false; end; Speedbutton8.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBP11Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '1'; RADIOBUTTON11.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '1'; RADIOBUTTON12.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '1'; RADIOBUTTON13.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON23.Checked = TRUE THEN begin Label18.Caption := '1'; RADIOBUTTON23.Enabled := false; end; SBp11.Enabled := FALSE; end;
procedure TFormMPro1.SBP12Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '2'; RADIOBUTTON11.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '2'; RADIOBUTTON12.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '2'; RADIOBUTTON13.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON23.Checked = TRUE THEN begin Label18.Caption := '2'; RADIOBUTTON23.Enabled := false; end; SBp12.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBP13Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '3'; RADIOBUTTON11.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '3'; RADIOBUTTON12.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '3'; RADIOBUTTON13.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON23.Checked = TRUE THEN begin Label18.Caption := '3'; RADIOBUTTON23.Enabled := false; end; SBp13.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SpeedButton14Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON11.Checked = TRUE THEN begin L11.Caption := '4'; RADIOBUTTON11.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON12.Checked = TRUE THEN begin L12.Caption := '4'; RADIOBUTTON12.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON13.Checked = TRUE THEN begin L13.Caption := '4';
135
RADIOBUTTON13.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON23.Checked = TRUE THEN begin Label18.Caption := '4'; RADIOBUTTON23.Enabled := false; end; Speedbutton14.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBP14Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON14.Checked = TRUE THEN begin L14.Caption := '1'; RADIOBUTTON14.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON15.Checked = TRUE THEN begin L15.Caption := '1'; RADIOBUTTON15.Enabled := false; end; SBp14.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBP15Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON14.Checked = TRUE THEN begin L14.Caption := '2'; RADIOBUTTON14.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON15.Checked = TRUE THEN begin L15.Caption := '2'; RADIOBUTTON15.Enabled := false; end; SBp15.Enabled := FALSE; end;
IF RADIOBUTTON17.Checked = TRUE THEN begin L17.Caption := '2'; RADIOBUTTON17.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON18.Checked = TRUE THEN begin L18.Caption := '2'; RADIOBUTTON18.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON19.Checked = TRUE THEN begin L19.Caption := '2'; RADIOBUTTON19.Enabled := false; end; SBp18.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBP19Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON17.Checked = TRUE THEN begin L17.Caption := '3'; RADIOBUTTON17.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON18.Checked = TRUE THEN begin L18.Caption := '3'; RADIOBUTTON18.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON19.Checked = TRUE THEN begin L19.Caption := '3'; RADIOBUTTON19.Enabled := false; end; SBp19.Enabled := FALSE; end; end.
procedure TFormMPro1.SBP17Click(Sender: TObject); begin IF RADIOBUTTON17.Checked = TRUE THEN begin L17.Caption := '1'; RADIOBUTTON17.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON18.Checked = TRUE THEN begin L18.Caption := '1'; RADIOBUTTON18.Enabled := false; end else IF RADIOBUTTON19.Checked = TRUE THEN begin L19.Caption := '1'; RADIOBUTTON19.Enabled := false; end; SBp17.Enabled := FALSE; end; procedure TFormMPro1.SBP18Click(Sender: TObject); begin
136