Rancang Bangun Mesin Pengering untuk Pengeringan Limbah Seafood (Vendi Hermawan dkk)
RANCANG BANGUN MESIN PENGERING UNTUK PENGERINGAN LIMBAH SEAFOOD Vendi Hermawan1, Hari Purnomo2
Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia1,2), Jl. Kaliurang KM 14,5, Sleman, Yogyakarta E-Mail :
[email protected], ABSTRACT This Seafood waste drying process using a dryer that works still manually using the solar system energy. This study uses a participatory method in its implementation using FGD (focus group discussion) involving researchers, local communities, stakeholders and experts. From interviews with local residents, obtained the problems faced by the Trisik local people because of the abundance seafood waste. Thus the researchers create a waste dryers tool that easy to use, easy to maintainen, easy to operate, and using inexpensive materials. Components of this include the buffer dryer, pulleys parabolic player, parabola, and a drying rack. Buffer serves as a buffer parabola, a drying rack, and stand pulleys parabola player. The function of pulley parabolic player is to pointing, so that it gets the focus point of the solar cell. While the parabola which serves to reflect the solar cell to the drying rack so that the heat is evenly obtained. Drying rack consists of 4 stages that serves to put the waste. Finally, getting the tools that efficiently practical, economical and ergonomic.
Keywords : Waste, Tools Drying, Participatory Method, FGD (Focus Group Discussion), Ergonomic. 1. PENDAHULUAN Limbah seafood merupakan bahan buangan tidak terpakai dari hasil pengolahan seafood yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola secara baik. Limbah seafood merupakan jenis limbah dengan karakteristik limbah padat. Limbah seafood menghasilkan limbah padat berupa kepala, kulit, cangkang, ekor, duri dan lain sebagainya. Limbah tersebut mudah sekali busuk akibat mikroba dan bersifat lambat sehingga membutuhkan penanganan yang serius. Untuk itu dibutuhkan suatu rancangan alat yang dapat digunakan untuk proses pengeringan limbah seafood sehingga tidak mencemari lingkungan dan dapat meningkatkan nilai tambah dari limbah seafood tersebut. Pengeringan merupakan proses pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan air tertentu agar kecepatan kerus bahan dapat diperlambat. Proses ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energi pengering, dan kapasitas
pengering. Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan ger (kecepatan putar air) bahan menuju permukaan. Pengeringan pada limbah seafood ini menggunakan energi matahari. Matahari memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi tersebut hanya sekitar 50% yang dapat diserap oleh bumi kita ini. Pada dasarnya energi radiasi yang dipancarkan oleh sinar matahari mempunyai besaran yang hampir konstan (tetap), tetapi karena peredaran bumi mengelilingi matahari dalam bentuk elips maka besaran konstanta matahari bervariasi. Problem utama dalam pemanfaatan energi surya ini adalah faktor siang dan malam yang selalu bergantian datangnya sehingga kontinuitas perolehan energi surya selalu terputus pada malam hari. Saat ini pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sebatas sel surya atau PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Umumnya piranti sel surya menggunakan Silikon (Si) dan Geranium (Ge) yang biaya
619
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 619-628
produksinya cukup mahal sehingga harga sel surya yang dihasilkan menjadi mahal. Ada teknologi lain yang berkaitan dengan pemanfaatan energi surya yaitu dengan teknologi Hybrid. Hybrid adalah kombinasi baru dari teknologi lama yaitu parabola sebagai pengumpul energi matahari dan fiber optik sebagai pembawa energi matahari tersebut dari outdoor ke indoor. Penggunaan Hybrid akan mampu menghemat listrik dikarenakan tingkat penggunaan listrik pada siang hari di Indonesia cukup besar. Keuntungan lain, Hybrid menggunakan energi matahari secara langsung sebagai penerangan tanpa ada sistem listriknya sehingga sudah dapat dipastikan sistem ini tidak menghasilkan polusi. Pengumpulan cahaya matahari dengan parabola membutuhkan cahaya yang datang sejajar sumbu utama untuk mendapatkan efisiensi yang maksimum, sehingga dibutuhkan kolektor surya yang mengikuti arah pergerakan matahari sehingga di dapatkan sumber yang sejajar dengan sumbu utama. Bagian atas parabola terdapat tray yang berfungsi sebagai wadah limbah seafood yang akan dikeringkan. Tipe parabola pada mesin tenaga surya ini berfungsi sebagai kolektor surya yang mempunyai kemampuan maksimum penangkapan cahaya dengan pemasangan tetap. Dengan desain tersebut, meskipun matahari bergerak tidak akan berpengaruh signifikan pada kemampuan mengumpulkan cahaya matahari. Perancangan kolektor parabola dilakukan dengan variasi nilai P (fokus) parabola yang berpengaruh pada tingkat intensitas energi matahari yang mampu dikumpulkan parabola. Dengan didapatkan energi maksimum pengumpulan energi matahari oleh parabola diharapkan pengeringan limbah seafood bisa berjalan dengan optimal. Menurut penelitian sebelumnya, rancangan pembuatan alat pengering adalah perancangan dan pengujian alat pengering jagung dengan tipe cabinet dryer untuk kapasitas 9 kg per siklus, rancang bangun sistem pengering untuk pengrajin kerupuk ikan di kenjeran, perancangan alat pengering
620
mie ramah lingkungan, rancang bangun prototype buka tutup atap otomatis untuk pengeringan proses produksi berbasis mikrokontroler at89s51, rancang bangun prototype kolektor surya tipe plat datar untuk penghasil panas pada pengering produk pertanian dan perkebunan, desain sistem kendali suhu dan rh berbasis logika fuzzy pada pengeringan biji pala (myristica sp.) erk hybrid, rancang bangun alat pengering ubi kayu tipe rak dengan memanfaatkan energi surya, laju pengeringan kapulaga menggunakan alat pengering efek rumah kaca dengan bantuan tungku biomassa, rancang bangun alat pengering limbah ikan dengan metode Quality Function Deployment (QFD) dan design experiment sebagai upaya meningkatkan nilai ekonomi pendapatan ukm ikan asap. Dari beberapa alat pengering ini masih dapat dilakukan perbaikan sehingga di dapatkan penyempurnaan alat pengering, baik dalam segi ergonomic, sistem kerja, dan model. Keunggulan alat pengering pada penelitian ini dibandingkan dengan alat pengering pada jurnal yang berjudul perancangan dan pengujian alat pengering jagung dengan tipe cabinet dryer untuk kapasitas 9 kg per siklus adalah menggunakan tenaga surya (matahari), alat ini dirancang dengan membutuhkan pekerja yang banyak, alat mudah digunakan tanpa harus pelatihan,tidak membutuhkan tempat yang luas, biaya operasional yang murah, tidak mempunyai gas buang (asap hasil pengeringan). Sedangkan pada penelitian jagung mempunyai kelebihan menggunakan kayu yang mudah didapat, dapat mengeringkan jagung sebanyak 9 kg, waktu pengeringan yang dapat diatur, sedangkan kekurangan dari penelitian ini antara lain : alat hanya dapat digunakan menggunakan tenaga matahari dengan pengeringan tergantung dari panas matahari, sedangkan kekurangan dari alat pengering jagung adalah biaya operasional yang mahal, membutuhkan ruangan khusus, membutuhkan pelatihan khusus untuk mengoperasikan alat pengering, serta dampak lingkungan yang kurang baik akibat
Rancang Bangun Mesin Pengering untuk Pengeringan Limbah Seafood (Vendi Hermawan dkk)
pembakaran. Dengan adanya penelitian ini mampu memodifikasi alat pengering yang menggunakan kayu bakar menjadi tenaga matahari sehingga dapat mengurangi biaya operasional. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode partisipatori yang diharapkan mampu mendesain alat pengering yang sesuai dengan keinginan pengguna. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Focus Discution Group (FGD) dalam pengambilan data guna memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi di lapangan. Sehingga mampu memberikan solusi yang tepat dalam pengolahan limbah dan mampu merancang alat yang tepat guna yang sesuai dengan keinginan warga. 2. METODE PENELITIAN Metode yang diterapkan dalam perancangan alat pengering ini menggunakan metode partisipatori. Penggunaan metode partisipatori ini diharapkan mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi kepada warga dalam merancang alat pengering. Sehingga dapat meningkatkan kebersihan lingkungan dan terbebas dari limbah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan meningkatkan produktifitas dan perekonomian warga. 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pantai Trisik Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 5 Agustus 2016 dan tanggal 7 Agustus 2016. 2.1.1. Observasi Lapangan Observasi ini dilakukan untuk melihat langsung warga sekitar Pantai Trisik mengenai tata cara mengolah limbah seafood. Selama ini cara warga mengolah hasil limbahnya hanya dibuang di sungai dan ditimbun didalam tanah. Hal ini dilakukan karena warga belum mempunyai pengetahuan untuk memanfaatkan limbah seafood tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemanfaatan limbah dengan cara pengeringan. Maka dari itu, dengan adanya penelitian ini dapat
memberikan solusi kepada warga sekitar Pantai Trisik tentang bagaimana cara mengolah limbah seafood supaya bermanfaat dan memiliki nilai jual. 2.2. Tahapan - Tahapan Pendekatan Partisipatori Menurut Afandi tahapan - tahapan pendekatan partisipatori yang harus dilalui adalah, sebagai berikut : 1. Pemetaan Awal Langkah ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi awal dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan solusi mengenai penanganan limbah seafood. 2. Membangun hubungan kemanusiaan. Peneliti perlu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan kepercayaan antara peneliti dengan masyarakat. Sehingga nantinya alat yang akan dibuat dapat dimanfaatkan dengan baik oleh warga. 3. Penetuan Agenda Riset Penetuan agenda riset ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi awal dalam mengetahui permasalahan yang terjadi dimasyarakat. Penelitian ini melibatkan warga, stakeholder, dan pakar. 4. Pemetan Partisipatori Peneliti merumusukan pemetaan persoalan yang selama ini dialami oleh warga. Penelitian ini difokuskan pada penanganan limbah dari hasil sisa olahan rumah makan, UKM dan TPI dipantai Trisik, Kulonprogo, Yogyakarta. 5. Menyusun Strategi Tindakan menyusun strategi tindakan bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dimasyarakat. Peneliti menetukan langkah sistematis, menetukan pihak yang terlibat dalam penelitian. Pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti, masyarakat, stakeholder, dan pakar. Memprediksikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dari alat yang akan dirancang.
621
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 619-628
6. Pengorganisasian Masyarakat Peneliti mendampingi masyarakat yang terlibat sebagai kelompok kerja, yang bertujuan untuk mempermudah penggunaan alat dengan cara memberikan pengarahan dalam menggunakan alat. 7. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial) Peneliti merumuskan karya ilmiah yang berdasarkan riset, perancangan alat, dan proses pembelajaran masyarakat dalam penggunaan alat sehingga sehingga karya ilmiah ini dapat dipersentasikan dan sebagai alat yang berguna bagi masyrakat. 2.2.1. Wawancara Awal Wawancara dilakukan untuk menggali informasi secara langsung kepada warga sekitar Pantai Trisik dari pihak yang terkait dalam proses penunjang pembuatan alat pengering limbah. wawancara ini meliputi,wawancara kepada warga sekitar dan kepada pemilik rumah olahan yang berbahan dasar seafood. Jawaban yang diberikan untuk warga berupa banyaknya limbah seafood yang terbuang tanpa adanya pengolahan kembali menjadi produk yang bernilai ekonomis, sedangkan untuk karyawan berupa berapa banyak seafood yang diolah dan berapa banyak limbah yang dihasilkan. Hasil wawancara ini kemudian dijadikan acuan awal topik diskusi pada tahap diskusi kelompok. 2.2.2. Diskusi Kelompok Diskusi dilakukan sebagai upaya pembahasan lebih mendalam dengan cara tukar pendapat dan masukan dalam rangka mencari solusi yang diharapkan oleh seluruh pihak yang terlibat. Diskusi dilakukan diluar jam kerja dan dilakukan bertahap. Peserta diskusi melibatkan seluruh pihak yang terlibat yaitu warga sebagai pihak yang dirugikan akibat pencemaran limbah, pemilik rumah pengolah seafood sebagai pihak yang memiliki usaha, sehingga dapat mengetahui segala bentuk kendala dan solusi yang ingin dicapai. Untuk itu, peneliti selaku mediator yang berperan sebagai perancang
622
dan aplikator hasil diskusi, dapat mewujudkan rancangan alat pengering yang sesuai dengan kebutuhan warga. 2.2.3. Perancangan Alat Pengering Konsep dari rancangan alat pengering ini diharapkan benar - benar dapat di implementasikan kepada warga sekiar Pantai Trisik untuk mengolah hasil limbah seafood supaya memiliki nilai tambah dengan kualitas yang baik. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi real dilapangan.Kondisi lapangan di Pantai Trisik sebagian besar merupakan penjual seafood segar yang tersebar di sepanjang pantai.Angka pencapaian limbah seafood di Pantai Trisik rata - rata mencapai 25 kg per hari. Dipantai Trisik terdapat empat pedagangikan yang masing - masing pedagang mampu menjual ikan sebanyak 25 kg/hari di hari libur, bahkan jika pembeli ramai dapat mencapai 50 kg/hari. Untuk hari biasa pedagang mampu menjual ikan sebanyak 3-5kg/hari. Selain itu terdapat satu rumah produksi yang memproduksi olahan ikan menjadi oleh oleh khas Pantai Trisik, dengan total produksi mencapai 50 kg/hari dan satu rumah makan yang pengolahan ikannya mencapai 20 kg/minggu. Data dilapangan menunjukkan bahwa limbah seafood hanya dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan lebih lanjut.Dengan angka tersebut,peneliti merasa sangat perlu adanya alat pengering tersebut. Wawancara awal yang berupa diskusi berupa tanya jawab, diskusi ini dilakukan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan pembuatan alat pengering. Dalam diskusi ini melibatakan warga guna untuk mengetahui keinginan atau harapan warga sehingga dapat merancang alat yang sesuai dengan keinginan dan harapan warga. Sehingga mendapatkan hasil alat yang berdaya guna praktis, ekonomis, dan ergonomis.
Rancang Bangun Mesin Pengering untuk Pengeringan Limbah Seafood (Vendi Hermawan dkk)
Tabel 1. Tahapan Diskusi Diskusi Tahap 1 Permasalahan Rencana Perbaikan Tidak Tersedianya Alat 1. Merancang alat pengering yang sesuai dengan keinginan Pengolah Limbah warga. 2. Merancang alat dengan memanfaatkan tenaga panas matahari. Lahan Pengeringan 1. Merancang alat pengering yang berupa rak bertingkat sehingga mampu menanggulangi keterbatasan lahan. Kebersihan Bahan 1. Merancang alat menggunakan bahan yang tidak mudah berkarat 2. Merancang alat yang mudah dibersihkan. Alat Mahal 1. Merancang alat pengering dengan bahan recycle. 2. Merancang alat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat. 3. Merancang alat dengan biaya operasional rendah. 4. Merancang alat pengering yang tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Pemanasan Bahan yang 1. Merancang alat dengan menggunakan bahan semi Tidak Merata konduktor. Teknis pengoprasian alat 1. Merancang Alat dengan puli sebagai penggerak parabola. Diskusi Tahap 2 Permasalahan Rencana Perbaikan Kurangnya Sumber Daya 1. Merancang alat penngering yang tidak menyulitkan Manusia pengguna. 2. Merancang alat pengering yang mudah digunakan. 3. Merancang alat pengering yang mudah dalam perawatannya. Aspek Ergonomi 1. Merancang alat pengering yang ukurannya sesuai pengguna. 2. Merancang alat pengering yang aman. 3. dalam segi keselamatan dan kesehatan. Aspek Waktu Pemakaian 1. Merancang alat pengering dengan waktu jangka panjang dalam penggunanya. 3.1. Hasil Diskusi Kelompok Hasil diskusi ini melibatkan peneliti, warga pantai trisik yang bertujuan untuk membantu dalam mengatasi kendala dan keinginan kedalam pembuatan alat pengering. Diskusi ini dimulai dari tahap awal berupa jumlah limbah, jenis limbah dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut sehingga dapat dipecahkan bersama guna mencapai pembuatan alat pengering yang berkualitas sesuai dengan keinginan warga. Diskusi pertama dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2016 dan diskusi ke dua pada tanggal 7 Agustus 2016. Adapun hasil tahapan diskusi terdapat pada tabel 1 diatas.
Dari hasil diskusi dengan warga sekitar, mereka menginginkan alat yang ergonomis, murah, awet, tahan lama, tidak membutuhkan tenaga ahli ( semua orang bisa menggunakanya ), ramah lingkungan, tidak membutuhkan tempat yang luas dan tidak menggunakan bahan bakar untuk pengoperasiannya sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Dalam implementasinya, pembuatan alat pengering tersebut mengacu kepada hasil diskusi yang telah disepakati dengan warga di saat melakukan wawancara.
623
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 619-628
Tabel 2. Evaluasi Perbaikan Perancangan Alat Pengering Pertemuan 1
Evaluasi Tahap Akhir Komponen pengering terdiri dari : Dari hasil 1. Rak pengering yang diskusi menyesuaikan kapasitas limbah. didapatkan 2. Sistem pengering berupa panas hasil yang baik matahari yang dipantulkan ke dan mencapai rak pengering. kata mufakat 3. Pemanas berupa parabola yang sehingga dilengkapi kaca sehingga dapat mendapatkan memantulkan ke rak pengering. alat pengering Perbaikan Penambahan puli yang yang sesuai berguna untuk menggerakakan dengan parabola. keinginan warga. Pertemuan 2
Komponen pengering terdiri dari : 1. Rak pengering yang menyesuaikan kapasitas limbah. 2. Sistem pengering berupa panas matahari yang dipantulkan ke rak pengering. 3. Pemanas berupa parabola yang dilengkapi kaca sehingga dapat memantulkan ke rak pengering.
Gambar 1. Skema Alat Pengering. Untuk mewujudkan keinginan warga, dibuatlah alat pengering yang berbentuk rak bersusun supaya menghemat lahan, kemudian bahan yang digunakan tidak mudah korosif serta memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber pemanas.
limbah, stakeholder selaku pengusaha atau pemilik rumah olahan ikan, rumah makan, dan pedagang ikan, serta pakar selaku orang yang menjebatani antara keinginan warga dan penelitidi Pantai Trisik. Hasil yang didapatkan disajikan pada tabel 2 diatas.
3.2. Hasil Perancangan Hasil FGD (focus discussion group) menunjukkan bahwa terdapat beberapa komponmen utama berupa ruang pemanas yang berbentuk parabola, ruang bahan yang dikeringkan yang berbentuk rak pyramid. Menurut hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan kelompok warga selaku obyek yang terkena dampak dari pencemaran
3.2.1. Rak Pengering Rak pengering ini berfungsi untuk penempatan bahan yang dikeringkan didalam alat pengering. Rak pengering terbuat dari rangka besi yang terdiri dari 6 tingkat yang setiap tingakatnya mengikuti bentuk pyramid, sehingga semakin keatas ruang pengering semakin mengecil.
624
Rancang Bangun Mesin Pengering untuk Pengeringan Limbah Seafood (Vendi Hermawan dkk)
Keterangan Loyang : R1 : 70 cm, R2 : 55 cm, R3 : 40 cm, R4 : 25 cm R5 : 10 cm.
Gambar 2. Rak Pengering. 3.2.2. Parabola Alat ini terbuat dari besi yang dilengkungkan menyerupai parabola dengan panjang 144 cm yang diberi kaca yang
disusun mengikuti bentuk parabola. Fungsi dari parabola ini untuk memantulkan panas matahari kedalam ruang pengering.
Gambar 3. Parabola. 3.2.3. Puli Pembalik Parabola Puli terbuat dari besi yang berdiameter 40 cm puli ini terdiri dari pinion gear dan ring gear. Puli ini berfungsi untuk menggerakkan parabola. Cara kerja puli yaitu dengan putaran tangan yang
dihubungkan dengan gear. Sehingga dapat memutar parabola untuk menemukan titik fokus. Dari pemfokusan parabola tersebut, diharapkan mampu mempercepat proses pengeringan limbah.
Gambar 4. Puli Penggerak Parabola.
625
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 619-628
3.2.4. Sistem Pengering Sistem pengering ini memiliki dua komponen utama yaitu parabola, rak pengering. Sistem pengering ini berfungsi sebagai pemanas bahan yang cara kerjanya menangkap panas sinar matahari kemudian panas matahari dipantulkan ke ruang pemanas yang berbentuk pyramid sehingga membentuk satu titik fokus. Dari titik fokus yang dicapai maksimal didapat hasil pengeringan yang merata. 3.2.5. Dimensi alat pengering Dimensi alat pengering ini berguna untuk menyesuaikan antropometri pengguna yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang nyaman, aman, sehat, efisien dan efektif. Sehingga dapat menciptakan kondisi yang baik guna meningkatkan produktifitas pekerja.
Dimensi alat pengering menyesuaikan pekerja dengan mencari rata-rata tinggi pekerja, Hal ini bertujuan untuk memudahkan pekerja dalam pengoperasiaannya. Dimensi alat pengering ini berbentuk parabola yang bertujuan untuk memantulkan panas matahari ke ruang pengering yang berbentuk pyramid. Pyramid tersebut memiliki 6 tingkat rak pengering. Dimana lebar alat pengering 144 cm dan tinggi 170 cm, yang terbagi dalam 4 bagian yaitu 70 cm sebagai tiang penyanggah alat pengering, 2 cm untuk parabola sebagai pemantul panas matahari, 100 cm sebagai rak pengering yang berguna untuk menempatkan bahan yang akan dikeringkan, yang terbagi dalam 6 tingkatan sebagai wadah loyang untuk mengeringkan bahan dengan tinggi tiap loyang 3 cm.
Gambar 5. Tampak Samping.
Gambar 6. Tampak Depan.
626
Rancang Bangun Mesin Pengering untuk Pengeringan Limbah Seafood (Vendi Hermawan dkk)
4. KESIMPULAN Limbah seafood merupakan limbah yang sifatnya basah. Agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan ataupun dapat di olah lagi dibutuhkan alat pengolah limbah yang berupa alat pengering. Melalui metode partisipatori ini dapat dihasilkan alat pengering yang berfungsi untuk mengeringkan limbah seafood. Alat ini mengalami dua kali evaluasi, dengan harapan dapat menciptakan alat yang lebih baik dan dapat digunakan secara maksimal. Dari hasil rancangan alat diproleh komponen utama yang berupa rak bertingkat yang berbentuk pyramid, parabola, puli penggerak parabola, dan tiang penyangga. Ukuran dari alat pengering tersebut yaitu 180 cm, dengan tinggi rak 100 cm, parabola yang berdiameter 144 cm, puli penggerak parabola yang berdiameter 40 cm, dan tiang penyangga yang tingginya 80 cm.Dengan adanya penelitian ini diharapkan kedepannya mampu menanggulangi dampak lingkungan di Pantai Trisik dan meningkatkan nilai tambah dari limbah seafood tersebut. DAFTAR PUSTAKA Afandi, A. Modul Participatory Action Research (PAR), Untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing. Surabaya : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Ampel, 2013. Alfanz, R., Haryanto, H. Rancang Bangun Penyedia Energi Listrik Tenaga Hibrida (PLTS-PLTB-PLN) Untuk Membantu Pasokan Listrik Rumah Tinggal. Jurnal Ilmiah Setrum, 4(2). Hal 34-42. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2016. Anas, Ridwan. Rancang Bangun Prototipe Buka Tutup Atap Otomatis Untuk Pengeringan Proses Produksi Berbasis Mikrokontroler AT89S51 (Doctoral dissertation, Department of Physics, Diponegoro University), 2010.
Arikundo, F. R., & Hazwi, M. Rancang Bangun Prototype Kolektor Surya Tipe Plat Datar Untuk Penghasil Panas Pada Pengering Produk Pertanian Dan Perkebunan. e-Dinamis, 8(4), hal 194203, 2014. Astu, P., Djati, A. N. Mesin Konversi Energi. Yogyakarta: Andi, 2006. Bien, L. E., Kasim, I., & Wibowo, W. Perancangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan jala-jala Listrik PLN Untuk Rumah Perkotaan. Jurnal Teknik Elektro, 8(1). Hal 37-56, 2013, 2013. Burlian, F., & Firdaus, A. Kaji Eksperimental Alat Pengering Kerupuk Tenaga Surya Tipe Box Menggunakan Kosentrator Cermin Datar. Prosiding, hal 95-100, 2011. Hadi, S. LAJU Pengeringan Kapulaga Menggunakan Alat Pengering Efek Rumah Kaca Dengan Bantuan Tungku Biomassa. Jurnal Teknik Mesin ISSN 2089-4880, 5(1), hal 49-58, 2015. Jenie, B. S. L., & Rahayu, W. P. Penanganan limbah industri pangan. Kanisius,hal 4045, 1993. Napitupulu , F.H., Atmaja, Y.P, Perancangan dan Pengujian Alat Pengering Jagung Dengan Tipe Cabinet Dryer Untuk Kapasitas 9 kg Per Siklus, Jurnal Dinamis,Volume.II, No.8, Januari 2011, ISSN 0216-7492, Hal 32-43, 2011. PPRI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18/1999. Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, Jakarta, 1999. Putra Guyup Mahardhian Dwi, & Sumarjan. Desain Sistem Kendali Suhu Dan RH Berbasis Logika Fuzzy Pada Pengeringan Biji Pala (Myristica Sp.) Erk Hybrid. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 2(1), hal 1319, 2014. Santoso, S. P. Teknologi Pengawetan Bahan Segar. Laboratorium Kimia pangan, Faperta UWIGA Malang, hal 1-31, 2006.
627
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 619-628
Setyanto,N.W.,Himawan, R., Zefry, Arifianto, E.Y., Puteri, R.M.S., Kurnia, N., Perancangan Alat Pengering Mie Ramah Lingkungan, Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 3 Tahun 2012 : 411420, 2012. Setyoko, Bambang., Seno, D., Rahmat. Peningkatan Kualitas Pengeringan Ikan Dengan Sistem Tray Drying. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik (Hal. 37-42). Semarang: Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2012. Siswati, N. D., Zain, A., Mohammad. Animal Feed Making From Tuna Fish Waste With Fermentation Process. Jurnal Teknik Kimia, hal 309-313, 2010. Supriyadi, E. Energi Surya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2(2). Hal 21-30, 2016. Susanto, R. Studi Tentang Pengumpulan Cahaya Oleh Kolektor Surya Berbentuk Parabola Untuk Hybrid Solar Lighting (HSL). Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 2009. Suwito, A. O., Darsopuspito, S. Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi. Jurnal Teknik Pomits , 394-398, 2013. Swamardika, I. B. A. Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, 8(1), hal 106-109, 2012.
628
Thamrin, I., & Kharisandi, A. Rancang Bangun Alat Pengering Ubi Kayu Tipe Rak Dengan Memanfaatkan Energi Surya. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3. Hal 49-54, 2011. Tita, A. L. Rancang Bangun Alat Pengering Limbah Ikan Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dan Design Experiment Sebagai Upaya Meningkatkan Nilai Ekonomi Pendapatan Ukm Ikan Asap. Skripsi, Fakultas Teknik. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.Semarang, 2015. Yuliati., Santosa, H, Rancang Bangun System Pengering Untuk Pengrajin Kerupuk Ikan Di Kenjeran, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, ISSN: 1979-911X, hal B179-B-184, 2012.