Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
ISSN 2338-1035
RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK Zakaria Bernando1, Himsar Ambarita2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
[email protected]
1,2
ABSTRAK Rancang bangun ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapai usaha loundry pada penyediaan mesin untuk pencuci dan pengering yang dapat bekerja cepat. Oleh sebab itu dilakukan perancangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu unit mesin pengering pakaian portable dengan menggunankan AC rumah yang berorientasikan pada upaya efisiensi energi listrik yang dapat diaplikan pada skala kecil dan besar . Perancangan model fisik kompresor dan pipa kapiler pada unit mesin pengering pakaian ini didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan Pompa kalor yang digunakan beroperasi menggunakan siklus kompresi uap menjadi batasan masalahnya. Manfaat penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pengeringan pakaian pada sektor rumah tangga, khususnya usaha laundry di Indonesia. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan melalui perhitungan termodinamika dengan refrigerant yang dipakai HCFC-22. Kesimpulan perancangan ini diperoleh Koefisien Performansi (COP) sebesar 5,093 dengan daya kompresor sebesar 1,03 kW dan panjang pipa kapiler 0,0366 meter. Kata kunci: portable , refrigerant, HCFC-22, Coefficient of Perfomance (COP).
1. PENDAHULUAN Mencuci merupakan kebutuhan pokok semua orang. Selama orang masih pakai baju, bisnis laundry masih tetap akan hidup. Pangsa pasar mulai dari mahasiswa, kost, rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan, perkantoran,dan segala bisnis yang berkaitan dengan konveksi. Bisnis laundry kiloan tak pernah surut. Bisnis ini tumbuh subur, terutama di kawasan perkotaan. Maklum, banyak masyarakat kota hampir tidak punya waktu buat mencuci pakaiannya sendiri. Alhasil, jasa laundry semakin dibutuhkan. Kendala yang dihadapai untuk membuka londry terletap pada penyediaan mesin untuk pencuci dan pengering yang dapat bekerja cepat. Selain itu harga mesin laundry ini tidak sama dengan harga mesin cuci biasa untuk skala rumahan, harga mesin laundry jauh lebih mahal dibandingkan dengan mesin cuci biasa. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pengeringan
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media engering yang biasanya berupa panas. Pengeringan dengan menggunakan alat pengering dimana, suhu, kelembapan udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan di awasi. Keuntungan Pengering Buatan: Tidak tergantung cuaca Kapasitas pengeringa dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan Tidak memerlukan tempat yang luas Kondisi pengeringan dapat dikontrol Pekerjaan lebih mudah. 2.2. Siklus kompresi Uap Sistem kompresi uap merupakan dasar sistem refrigerasi yang terbanyak di gunakan, dengan komponen utama nya adalah kompresor, evaporator, alat ekspansi (Throttling Device), dan
57
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
kondensor.Keempat komponen tersebut melakukan proses yang saling berhubungan dan membentuk siklus refrigerasi kompresi uap seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
ISSN 2338-1035
Proses ini berlangsung di evaporator secara isobar isotermal. Refrigerant dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor dari lingkungan / media yang di dinginkan sehingga wujudnya berubah menjadi gas bertekanan rendah seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2c. Proses Kerja Evaporasi [1] Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap [1] Proses yang terjadi pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap adalah sebagai berikut : 2.2.1 Proses Kompresi (1 – 2) Proses ini berlangsung di kompresor secara isentropik adiabatik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah di kompresi refrigeran menjadi uap bertekanan tinggi seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2a. Proses kerja Kompresi [1] W = = ( ℎ − ℎ )
= = (ℎ − ℎ ) Maka : COP =
Qe Wc
2.3. Komponen Utama Pompa Kalor Siklus Kompresi Uap 2.3.1 Kompresor Pada sistem mesin refrigerasi, kompresor berfungsi seperti jantung. Kompresor berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran dan menaikan tekanan refrigerant agar dapat mengembun di kondensor pada temperatur di atas temperatur udara sekeliling. Berdasarkan cara kerjanya, kompresor yang biasa dipakai pada sistem refrigerasi dapat dibagi menjadi:
2.2.2 Proses Kondensasi (2 – 3) Proses ini berlangsung di kondensor, refrigeran yang bertekanan dan temperatur tinggi keluar dari kompresor membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2b. Proses Kerja Kondensasi [1]
= = (ℎ − ℎ ) 2.2.3 Proses Ekspansi (3 – 4) Proses ini berlangsung secara isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi penambahanentalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur. ℎ = ℎ 2.2.4 Proses Evaporasi (4 – 1)
Gambar 2. 3 Pembagian Kompresor (Teknik Pendingin & Pengkondisian Udara) [2]
1.
Kompresor perpindahan (positive displacement) Kompresor yang memerangkap refrigeran dalam suatu ruangan yang terpisah dari saluran masuk dan keluarnya, kemudian dimampatkan. Kompresor ini dapat dibagi lagi menjadi: a. Bolak-balik(reciprocating) kompresor torak.
58
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
b. Putar (rotary) c. Kompresor sudu luncur (rotary vane atau sliding vane) d. Kompresor ulir (screw) e. Kompresor gulung (Scroll)
ISSN 2338-1035
Tabel 2.2 Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – [4]
2.
Analisa Sliding Vane Compressor Disebut juga rotary vane compressor atau kompresor sudu luncur. Teridiri atas sebuah rotor yang dipasang secara eksentris pada slinder yang sedikit lebih besar daripada rotor. Gambar berikut menunjukan bagian – bagian kompresor sudu luncur :
Kecepatan tip Vane (u2), dihitung dengan persamaan: u2 = ω x r2 Dengan mengasumsikan bahwa uap refrigeran masuk Vane secara tangensial, maka besarnya torsi pada fluida dapat dihitung dengan persamaan: τ = mr2Vt,2 daya terhadap Vane adalah: W = τ ω = mr2 ω Vt,2 = mu2Vt,2 -
Gambar 2. 4 bagian – bagian kompresor sudu luncur [3] Baling-baling bergerak maju mundur secara radial dalam slot rotor mengikuti kontur dinding silinder saat rotor berputar. Sudu didorong oleh gaya sentrifugal yang timbul saat rotor berputar sehingga selalu rapat dengan dinding silinder seperti yang ditunjukan pada Tabel berikut : Tabel 2.1 Penggunaan beberapa refrigerant [4]
Dari diagram segitiga kecepatan dapat dibuktikan bahwa kecepatan absolut fluida arah tangensial adalah:
Vt,2 = u2 – Vn,2cot β = u2 1 −
v n, 2 cot β u2
Dengan mensubstitusi persamaan (2.7) ke persamaan (2.8) akan didapat daya yang diberikan kepada blade adalah:
W = mu22 1 −
Berikut diberikan beberapa informasi komersial dari kompresor sentrifugal yang umum dijual dipasaran. Temperature dan tekanan evaporasi yang biasa menggunakan kompresor sentrifugal adalah -100 0C sampai 100C dan 14 kPa sampai 700 kPa. seperti yang ditunjukan pada tabel berikut :
v n , 2 cot β u2
Gambar jenis kompresor yang digunakan pada mesin pengering yang ditunjukan pada gambar berikut :
59
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
ISSN 2338-1035
evaporator sesuai dengan laju penguapan pada evaporator. 2. Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator agar penguapan pada evaporator berlangsung pada tekanan kerjanya
Gambar 2.5. Assembling dari Sliding Vane Compressor [5
Gambar 2.6. Bentuk Roller dari Sliding Vane Compressor [5]
a. Pipa Kapiler Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini mempunyai dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dan untuk mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran memasuki pipa kapiler tersebut dan mengalir sehingga tekanannya berkurang akibat dari gesekan dan percepatan refrigeran seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Maka : Vp -
= mr-22 . v1
Rasio Kompresi :
P Rc = 2 P1 -
Daya motor listrik penggerak kompresor PM =
PC η c xη m
2.3.2 Katup Ekspansi Komponen utama yang lain untuk mesin refrigerasi adalah katup ekspansi. Katup ekspansi ini dipergunakan untuk menurunkan tekanan dan untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat tekanan dan temperatur rendah, atau mengekspansikan refrigeran cair dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi, refrigeran cair diinjeksikan keluar melalui oriffice, refrigeran segera berubah menjadi kabut yang tekanan dan temperaturnya rendah. Selain itu, katup ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang berfungsi : 1. Mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dari pipa cair menuju
Gambar 2.7. Pipa Kapiler [5] 1. Laju aliran massa refrigeran persatuan luas W=
mr − 22 A
2. Kecepatan refrigeran pada pipa kapiler di titik 3 V3 = w . v3 3. Bilangan Reynolds Re = V3.D/µ3. v3 4. Faktor gesek f = 0,33/Re0.25 mencari harga Fraksi Uap (x) : a = (v4V - v4L)2. (w) 2.0,5 b = 1000(h4V- h4L) + v4L(v4V –v4L). (w) 2
V32 2
c = 1000(h4c-h1)+ (w) 2.0,5. V4L2-
maka fraksi uap (x) yang terkandung pada evaporator di titik 4, x=
− b ± b 2 − 4.a.c 2a
2.3.3 Refrigerant Refrigerant adalah fluida utama pada suatu siklus refrigerasi bertugas menyerap panas temperatur dan tekanan rendah
kerja yang pada dan
60
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
membuang panas pada temperatur dan tekanan tinggi. Umumnya refrigerant mengalami perubahan fasa dalam satu siklus. 1. Kecepatan refrigeran pada Evaporator di titik 4 V4 = w . v 4 2. Bilangan Reynolds Re = V3.D/µ4. v4 3. Faktor gesek f = 0,33/Re0.25 4. Faktor gesek rata-rata untuk tiap ruas fm=
ISSN 2338-1035
B3: Sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar. Tabel 2. 3. Pembagian Refrigerant berdasarkan keamanan.
f3 + f4 2
5. Kecepatan rata-rata refrigeran Vm
=
V3 +V 4 2
2 . ∆L V m x A = m(V4 − V3 ) (P3 − P4 ) − f m x D 2v
1. Pengelompokan Refrigrant Refrigerant dirancang untuk ditempatkan didalam siklus tertutup atau tidak bercampur dengan udara luar. Tetapi, jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka refrigerant akan keluar dari system dan bisa saja terhirup manusia. Untuka. menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka refrigerant harus dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor yang digunakan untuk mengklassifikasikan refrigerant berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun (toxicity) dan bersifat mudah terbakar (flammability). Refrigerant ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang dari 0,1 kg kg/m3 atau kalor pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg. Berdasarkan defenisi ini, sesuai standard 34-1997, refrigerants diklassifikasikan menjadi 6 kategori, yaitu: 1. A1: Sifat racun rendah dan tidak terbakar 2. A2: Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah 3. A3: Sifat racun rendah dan mudah terbakar 4. B1: Sifat racun lebih tinggi dan tidak terbakar 5. B2: Sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah
Sumber,[6] 2. Persyaratan Refrigerant Beberapa persyaratan dari penggunaan refrigerant adalah sebagai berikut:
a.Tekanan Evaporasi dan Tekanan Kondensasi Tekanan evaporasi refrigerant sebaiknya lebih tinggi dari atmosfer. Hal ini menjaga agar udara luar tidak masuk ke siklus jika terjadi kebocoran minor. Tekanan kondensasi refrigerant sebaiknya tidak terlalu tinggi. Tekanan yang tinggi pada kondensor akan membuat kerja kompressor lebih tinggi dan kondensor harus dirancang untuk tahan pada tekanan tinggi, hal ini akan menambah biaya.
b.Sifat ketercampuran dengan pelumas (oil miscibility) Refrigerant yang baik jika dapat bercampur dengan oli dan membantu melumasi kompressor. Oli sebaiknya kembali ke compressor dari kondensor, evaporator, dan part lainnya. Refrigerant yang tidak baik justru melemahkan sifat pelumas dan membentuk semacam lapisan kerak yang melemahkan laju perpindahan panas. Sifat seperti ini harus dihindari. 61
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
c. Tidak mudah bereaksi (Inertness) Refrigerant yang bersifat inert tidak bereaksi dengan material lainnya untuk menghindari korosi, erosi, dan kerusakan lainnya. d. Mudah dideteksi kebocorannya (Leakage Detection) Kebocoran refrigerant sebaiknya mudah di deteksi, jika tidak akan mengurangi performansinya. Umumnya refrigerant tidak berwarna (colorless) dan tidak berbau (odorless). Metode deteksi kebocoran refrigerant: a. Halide torch, jika udara mengalir di atas permukaan tembaga yang dipanasi dengan api methyl alcohol, uap dari refrigerant akan berdekomposisi dan mangubah warna api. Lidah api menjadi hijau pada kebocoran kecil, dan mengecil dan kemerahan pada kebocoran besar. b. Electronic detector, caranya dengan melepaskan arus pada inonisasi refrigerant yang telah terdekomposisi. Tetapi tidak dapat digunakan untuk jika udara mengandung zat yang mudah terbakar. c. Bubble method, campuran sabun yang mudah menggelembung dioleskan pada bagian yang diduga bocor. Jika terjadi gelembung, berarti terjadi kebocoran. ODP, singkatan dari Ozone Depletion Potential, potensi penipisan lapisan ozon. Faktor yang dijadikan pembanding adalah kemampuan CFC-11 (R-11) merusak lapisan ozon. Jika suatu refrigerant X mempunyai 6 ODP, artinya refrigerant itu mempunyai kemampuan 6 kali R-11 dalam merusak ozon.
ISSN 2338-1035
Tabel 2.4 Nilai ODP beberapa refrigerant.
Sumber,[6] ASHRAE Inc., (2008). ASHRAE Handbook – HVAC Systems and Equipment. SI Edition. Atlanta. e. GWP adalah global warming potential, ada dua jenis angka (indeks) yang biasa digunakan untuk menyatakan potensi peningkatan suhu bumi. 2. 4 Hasil Survey Usaha Loundry Hasil survey mesin pengering dilapangan: 1.Loundry Cilik Nama mesin pengerig yang di gunakan adalah Speed Queen Kapasitas Mesin : arus listrik : 1600 watt / 3.7 A / 50 H 2.Loundry Bule Nama Mesin : Elektrolux 3.Loundry Fresh’O Mesin Pengering dan ruang pengering rakitan. 4.NAIA Loundry Mesin pengering pakaian gas LPG type standart. 5.TANIA Loundry Mesin Pengering Laundry Gas LPG type TL – 25 Kpasitas 5 – 25 Kg.
3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di laboratorium Teknik pendingin Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara dan direncanakan dilaksanakan selama 9 bulan.
62
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian
3.2. Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan. 1. Pakaian 2. Pompa Kalor (Heat Pump)
ISSN 2338-1035
Temperatur yang di ukur adalah temperatur udara pada saat masuk ke evaporator (T1), keluar evaporator (T2), ruang pengeringan (T3) dan keluar ruang pengeringan (T4). 4. Kelembaban udara (Rh) Kelembaban udara yang diukur pada titik saat masuk ke evaporator (Rh1), keluar evaporator (Rh2), ruang pengeringan (Rh3) dan kelur ruang pengeringan (Rh4). 5. Kecepatan aliran udara (V) Udara yang mengalir didalam saluran aliran di ukur kecepatannya. 6. Tekanan (P) Refrigeran yang masuk ke dalam kompresor (P1), ke luar kompresor (P2) dan masuk ke dalam evaporator (P3) di ukur tekanannya. 3. 4 Metode Pelaksanaan Penelitian
Gambar 3.2 Rancangan Mesin Pengering Pompa Kalor. 3.2.2 Alat Peralatan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian, antara lain: 1. Load Cell 2. Rh (Relative Humidity) Meter 3. Annemometer 4. Pressure Gauge 3. 3 Data Penelitian Adapun data yang direncakana akan dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan analisis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Massa Pakaian (M) Massa dari pakaian di ukur pada saat keadaan kering (Mk) dan pada saat keadaan basah (Mb). 2. Waktu pengeringan (t) Waktu pengeringan yang dibutuhkan untuk mengingkan pakaian yaitu pada saat basah sampai pada saat keadaan kering (berat basah sampai berat kering). 3. Temperatur (T)
Gambar 3.7 Diagram alir proses pelaksanaan penelitian. 4. PERANCANGAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN. 4.1. Perhitungan Termodinamika Dari pengujian mesin AC yang dipakai didapat data sebagai : Data Perencanaan awal :
63
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9,, No.1 No. Juni
2014
- Tekanan Kerja Kondensor (PK ) = 2,3 Mpa - Tekanan Kerja Evaporator (Pe ) = 0,76 Mpa - Daya Kompresor (Wc ) = 1 Hp = 746 Watt - Temperatur Kondensor (Tk) = 57,47 0C - Temperatur Evaporator (Te) = 14 0C
ISSN 2338-1035 2338
1. Laju aliran massa refrigeran ṁ = 0.0280 Kg/s 2. Kalor yang dikeluarkan oleh kondensor Qk = 4,545 kW 3. Dampak refrigrasi Qe = 3,799 kW 4. COP (Coefficient Of Performance) COP = 5,093 4.2 Perhitungan kompresor Berikut adalah letak garis pada diagram PH yang akan dihitung seperti yang y ditunjukan pada gambar berikut: berikut (P = kPa)
K om
pr es or
T2 = 57,52 0C
T1 =14 o C (h = kJ/kg)
Gambar 4.1 Skema rancangan bangun mesin pengering pakaian. Dari data hasil pengujian maka dapat dianalisa kondisi kerja mesin tersebut dengan menggunakan diagram Mollier, seperti terlihat pada gambar berikut ini : (P = kPa)
Tk 3
2’
P2 = P3
P1 = P4
(h = kJ/kg)
Te h3 = h4
h1
4.2.1. Perhitungan kapasitas kompresor Vp = = 0,00086212 m3/s 4.2.2. Rasio Kompresi Rc == 3,002 4.2.3. Efisiensi kompresi (η c )
ηc =
2
1
4
Gambar 4.3 Diagram P-h h Kompresor Diagram [7]
h2
Gambar 4.2 P-h Diagram [7] Titik 1: T1 =14 oC , P = 0,76698 MPa = 110,24 Psi h1 = 409, 60 kJ/kg S1 = 1,7306 kj/kg.K Titik 2’: P = 333,623 Psi = 2,3 MPa (Dari spesifikasi Mesin AC) h2' = 417,19 kJ/kg , T2’ = 57,47 0C S2’ = 1,6730 Titik 2 : h2 = 436,230,19 kJ/Kg, S2 = 1,7306 kj/kg.K Titik 3: h3 = 273,891 kJ/kg, P = 2,3 Mpa T3 = 49,7 0C Titik 4: T4= T1 dan P1= P4 h4= h3 (disenthalphy)
mr − 22 x(h2 − h1 )
ω com
= 0,99
4.2.4. Efisiensi mekanik ( η m ) η = 0,82 4.2.5. Daya motor listrik penggerak kompersor Pm == 1,0108 kW Namun sebaiknya dipergunakan daya motor penggerak kompresor 2-10% 2 lebih daripada N’,untuk mengatasi kenaikan beban karena terjadinya perubahan kondisi operasi,i, dan supaya memberikan momen putar yang tinggi pada waktu start (Arismunandar, 2002). Jadi daya yang dipakai adalah (1,01 x 2%) + 1,0108 = 1,03 kW. Maka daya refrigeran pada masingmasing masing tingkat adalah : = 135,709 kJ/Kg Kecepatan tip Vane dengan denga menggunakan persamaan kecepatan angular:
64
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
u = 11,649 m/s Jari-jari Vane dengan menggunakan persamaan kecepatan angular : r = 0,061 m
4.3 Perhitungan Pipa kapiler Berikut adalah letak garis perhitungan pada pipa kapiler yang ditunjukan pada diagram P-H dan panjang ruas pipa kapiler :
Gambar 4.4 Diagram P-h Pipa Kapiler [7]
Gambar 4.5 Panjang Ruas Pipa Kapiler [7] 4.3.1 Perhitungan panjang pipa kapiler mencari harga x (fraksi Uap): a = 2947,358 b = 144012,021 c = - 23539,99 maka fraksi uap (x) yang terkandung pada titik 4, x =0,008 1. Kecepatan refrigeran pada titik 4 V4 =10,989 m/dt 2. Bilangan Reynolds pada titik 4 Re4 =98382,749 3. faktor gesek =0,0186 f4 1. faktor gesek rata-rata untuk tiap ruas fm=0,0184 1. Kecepatan rata-rata refrigeran =10,131 m/s Vm Dengan menggunakan persamaan dibawah ini maka didapat ∆L ∆L = 0,0366 m
ISSN 2338-1035
5.KESIMPULAN Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompresor yang digunakan pada mesin pengering pakaian system pompa kalor ini adalah Rotary Vane Compressor atau kompresor sudu luncur. Dengan Spesifikasi mesin : - Tekanan Kerja Kondensor (PK ) = 2,3 Mpa - Tekanan Kerja Evaporator (Pe ) = 0,76 Mpa - Daya Kompresor (Wc ) = 1 Hp = 746 Watt - Temperatur Kondensor (Tk) = 57,47 0C - Temperatur Evaporator (Te) = 14 0 C Diperoleh unjuk kerja dari siklus refrigerasi adalah sebesar 5,093. Koefisien prestasi yang tinggi sangat diharapkan karena hal itu menunjukkan bahwa sejumlah kerja tertentu refrigerasi hanya memerlukan sejumlah kecil kerja dan proses pengering. 3. Dari perhitungan termodinamika yang berdasarkan atas spesifikasi mesin diperoleh Daya motor listrik penggerak kompresor sebesar 1,03 kW dengan efisiensi kompresi sebesar 0,99. 4. Diperoleh fraksi uap sebesar 0.008, dengan kecepatan refrigerant yang mengalir pada pipa kapiler sebesar 10,989 m/dt. Dengan faktor gesek sebesar 0,0186 dimana diperoleh panjang pipa kapiler sebesar 0,0366 meter. DAFTAR PUSTAKA [1] Cengel, A., Yunus, Boles, A., Michael, Thermodynamics An engineering Approach, Third Edition, WCB/ McGraw-Hill, United States of America, 1989. [2] (www:Google/KomponenUtama Siklus Kompresi Uap). [3] (www.google/Bab-8-KompresorRotary1.pdf). [4] www.energyefficiencyasia.org
65
Jurnal
e-Dinamis, Volume.9, No.1 Juni
2014
ISSN 2338-1035
(www.google/rotary sliding vane compressor). [6] ASHRAE Inc. (2008). ASHRAE Handbook – HVAC Systems and Equipment. SI Edition. Atlanta. [7] J. P. Holman, Perpindahan Kalor, Edisi Enam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986. [5]
66