Rancang Bangun Dan Software Pembelajaran: Berbasis Multimedia Penerjemahan (Piranti Lunak Pembelajaran Melalui Subtitle) Pada Program Sarjana Ayu Bandu Retnomurti 1, RR Astri Indriana O 2& Nina Dwiastuty3
ABSTRACT: Language is always growing up to follow the times using information technology in daily life. So, it can relate to multimedia integration in information technology. Seeing the needs of translation classes some years and remembering the less of using information technology in classes, especially for students who take translation in university. Based on the background above, this research applies to the needs of students in order to be interactive, creative, communicative, and no left behind in using information technology which is to design building model and educational tool as software based translation multimedia integration via subtitle for translation learners generally and students of UNINDRA especially in taking translation. The reason is choosing subtitle because misunderstanding to translate it, so the students have problem in translating since language is usually different when transfers the message from SL into TL. The purposes are to support teaching process in translation: Pre, Whilst and Post Teaching, to help students to be active, creative, interactive and communicative in teaching learning translation, also to describe the role and using of software in teaching translation in order to improve their ability in listening, identifying, typing, classifying text and analyzing. The method used is descriptive qualitative to focus on 3 steps of teaching process in translation: pre-teaching, whilstteaching and post teaching. So, the result is there are 5 main categories of meaning concepts in translation via subtitle: lexical, grammatical, textual, situational and sociocultural meaning. This research, there are 100 data subtitle film Two Guns consists of 5 meaning concepts in translation: lexical is 36%, grammatical is 7%, textual is 17%, situational is 18% and sociocultural meaning is 22%. The conclusion is 100%. Hopefully, this software could be benefit for students are no left behind in using IT and for lecturers could be maximize in 3 role-plays. Keywords: software, translation, subtitle, pre-teaching, whilst-teaching, and post teaching activity ABSTRAK: Bahasa selalu mengikuti perkembangan jaman melalui penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga saling berhubungan dengan perangkat multimedia yang berbasis teknologi informasi. Melihat kebutuhan kelas penerjemahan beberapa tahun ini dan mengingat masih kurangnya penggunaan teknologi informasi di kelas, khususnya mahasiswa yang mengambil jurusan penerjemahan di perguruan tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini disusun sesuai kebutuhan mahasiswa agar lebih interaktif, kreatif, komunikatif dan tidak ketinggalan jaman pada penggunaan teknologi informasi saat ini yaitu merancang model pembelajaran berupa piranti lunak berbasis multimedia penerjemahan melalui teks film, pada pembelajar penerjemah umumnya dan mahasiswa UNINDRA PGRI khususnya pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil penerjemahan. Alasan memilih teks film karena ketidakpahaman dalam menerjemahkannya, sehingga mahasiswa mengalami 1
Staf Pengajar Universitas Indraprasta PGRI (Email:
[email protected]) Staf Pengajar dr Universitas Indraprasta PGRI (Email:
[email protected]) 3 Staf Pengajar dr Universitas Indraprasta PGRI (Email:
[email protected]) 2
50
masalah disebabkan bahasanya seringkali berbeda saat mengalihkan pesan dari teks bahasa sumber (TBS) ke teks bahasa penerima (TBP). Tujuannya: menunjang proses pembelajaran penerjemahan pada 3 tahapan: Pre Teaching, Whilst Teaching dan Post Teaching activity, membantu mahasiswa berperan aktif, kreatif, interaktif dan komunikatif dalam proses belajar mengajar melalui tiga tahapan pengajaran penerjemahan, serta mendeskripsikan peranan dan kegunaan rancang bangun piranti lunak pada proses pembelajaran penerjemahan dalam mengasah kemampuan mahasiswa saat mendengar, mengamati, mengetik, mengelompokkan teks dan menganalisis. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif merujuk kedalam 3 tahapan proses pengajaran penerjemahan: tahap pre-teaching, whilst-teaching dan post teaching pada piranti lunak. Sehingga, hasilnya ada lima kategori utama konsep makna penerjemahan teks film: makna leksikal, gramatikal, tekstual, situasional dan sosiokultural. Dalam penelitian ini, ada 100 data teks film Two Guns, yang terdiri dari lima konsep makna penerjemahan. Berikut persentase lima konsep makna penerjemahan: makna leksikal 36%, makna gramatikal 7%, makna tekstual 17%, makna situasional 18%, dan makna sosiokultural 22%. Simpulannya, total jumlah makna penerjemahan teks film Two Guns sebesar 100%. Diharapkan adanya piranti lunak ini agar mahasiswa tak ketinggalan jaman penggunaan TI saat ini serta dosen dapat memaksimalkan peran tri darmanya. Kata Kunci: piranti lunak, penerjemahan, teks film, pre-teaching, whilst-teaching, dan post teaching activity Pendahuluan Teknologi informasi telah mengubah lingkungan profesional penerjemah ilmiah dan teknis, yang harus bekerja dengan format baru melalui saluran informasi. Untuk memenuhi tantangan baru ini, dosen yang mengajarkan penerjemahan harus menempatkan penekanan khusus pada pentingnya informasi bebas-tekstual yang berkembang di sekitar teks multimedia dan menyesuaikan pendekatan yang lebih dinamis terhadap audiovisual terjemahan (AVT). Dosen berkecimpung dengan dunia pengajar, agar para mahasiswa bisa beradaptasi dengan cepat dan tidak ketinggalan jaman dengan teknologi informasi. Dalam pembelajaran bahasa Inggris ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh mahasiswa yaitu keterampilan menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Di antara keempat keterampilan tersebut, keterampilan menyimak dan menulis berhubungan dengan menerjemahkan. Hal ini sebagai kebutuhan bagi mahasiswa tahun ketiga semester lima yang mengambil mata kuliah translation, khususnya mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Jakarta untuk membantu tugas perkuliahan mereka mengenai terjemahan baik di kelas maupun luar kelas. Pada kenyataannya, masih ada mahasiswa yang mengalami masalah dalam menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke Indonesia, terutama teks dalam subtitle film, sebab bahasa film berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan budaya dan pola tata bahasa dari kedua bahasa tersebut yang berkaitan dengan unsur leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya (Larson: 1998). Di antaranya mahasiswa tidak menguasai kosakata (vocabulary), kurang berlatih menerjemahkan dan tidak pernah melihat makna konteks, sehingga bukan makna yang dipertahankan tetapi bentuk, padahal, sesungguhnya bentuk dari teks film itu dapat diubah sesuai kaidah keefektifan kalimatnya. Dalam penerjemahan bukan hanya membaca pesan dari Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran, tetapi juga ada beberapa faktor
51
yang membuat terjemahan itu wajar, seperti ketepatan, kejelasan, kewajaran, dan kedinamisan (Larson: 1998). Selain faktor di atas, keterampilan mendengar atau menyimak harus dimiliki oleh mahasiswa dari jurusan Bahasa Inggris, mereka tidak hanya harus dapat berbicara dengan baik, tetapi juga harus dapat mendengar dan memahami teks apapun. Maka, terpikirkan oleh peneliti untuk merancang alat bantu ajar berupa piranti lunak dan software pembelajaran: berbasis multimedia penerjemahan (piranti lunak pembelajaran melalui subtitle) pada program sarjana, yang merujuk pada tiga tahapan proses pengajaran translation melalui software di kelas yakni: pre-teaching, whilstteaching, dan post teaching activity serta mendorong mahasiswa agar tidak malas karena bukan hanya menonton film saja, tetapi juga mampu menunjukkan kreatifitasnya dalam proses belajar mengajar. Sehingga, mahasiswa lebih mudah menerjemahkan teks film tersebut. Penelitian ini penting, karena dapat menemukan strategi model pembelajaran melalui penerjemahan teks film. Salah satunya adalah dengan ditemukannya software (piranti lunak) yang dapat membantu kreatifitas mahasiswa secara langsung melalui penerjemahan untuk meningkatan kemampuan mendengar, membaca, menulis, menerjemahkan dan menganalisis teks film. Data diperoleh dari film berbahasa Inggris. Data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang diambil dari dialog-dialog dalam film diklasifikasikan jenisnya kedalam teks di film yang diketik dengan menggunakan software. Dari software tersebut kita dapat melihat dan mengedit lebih leluasa serta menganalisis secara struktur kata (grammar), membaca (reading), kosakata (vocab), mendengar (listening), dan berbicara (speaking). Piranti lunak ini nantinya dipakai sebagai alat bantu ajar yang terjangkau dan mudah dipakai bukan alat menerjemahkan. Piranti lunak ini juga digunakan sebagai sarana untuk latihan mahasiswa menerjemahkan guna meningkatkan keahlian dalam empat aspek ketrampilan (skills) berbahasa inggris yaitu speaking, reading, listening, dan writing dalam bentuk multimedia subtitle film. Tujuan dirancangnya piranti lunak ini adalah membuat alat pengajaran interaktif dan komunikatif yang dapat mengecek semua aspek termasuk empak keahlian berbahasa Inggris dan keahlian terjemahan lainnya bagi mahasiswa meliputi softskills yang easy to use. Sehingga, software pembelajaran melalui subtitle ini dapat diterapkan di kelas sebagai alat bantu ajar translation. Dari pendahuluan di atas, kami mengangkat sebuah judul dalam penelitian ini yaitu Rancang Bangun dan Software Pembelajaran Berbasis Multimedia Penerjemahan (Piranti lunak Pembelajaran melalui Subtitle) pada Program Sarjana. Atau dialihbahasakan menjadi Building model and Educational Activity Tool: The Translation Multimedia Integration (Learning Software via Subtitle) in Undergraduate Degree Program. Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan metode kualitatif deskriptif, karena menghasilkan data deskriptif teks film tertulis yang merujuk kedalam tiga tahapan proses pengajaran translation antara lain: pre-teaching, whilst-teaching dan post teaching pada penggunaan software. Pada tahapan pertama Pre-Teaching activity; dosen membangkitkan latar belakang pengetahuan mahasiswa tentang topik materi penerjemahan yang akan dibahas dan peran software yang dirancang, serta persiapan mahasiswa untuk mengetahui peranan dan kegunaan software dalam proses
52
pembelajaran. Sementara, tahapan kedua Whilst-Teaching activity: dosen memodelkan tata cara pengunaan software sebagai contoh, lalu mahasiswa terlibat langsung dalam menerjemahkan dan menganalisis subtitle filmnya dengan mengelompokkan kedalam beberapa analisis aspek penerjemahan sesuai modul kampus. Sebelumnya, dosen memberikan pengajaran melalui analisis terjemahan yang wajar. Terakhir adalah tahapan ketiga Post-Teaching yakni dosen menyimpulkan hasil terjemahan dalam Whilst-teaching activity dan memberikan tugas serta mahasiswa memberikan tanggapan atau pendapat berdasarkan hasil diskusi serta penerapannya di kelas. Sehingga, dengan melaksanakan tiga tahapan pengajaran translation melalui piranti lunak atau software ini, maka apa yang diharapkan mahasiswa akan dapat diwujudkan. Metode penelitian ini merujuk pada tiga tahapan proses pengajaran translation melalui software, sehingga mahasiswa menjadi kritis melihat teks bahasa sumber dialihkan berbeda dengan teks bahasa penerimanya, dengan mengamati langsung kemampuan mahasiswa dalam aspek mendengar, mahasiswa menjadi lebih komunikatif untuk mengetik ulang teks film tersebut, dikarenakan bahasa film itu unik dan berbeda dengan bahasa sehari-hari yang didengar. Itu semua tak lepas dari prinsip-prinsip penerjemahan dan faktor yang mempengaruhinya. Bagi seorang pengajar selaku dosen di kelas, dapat menerapkan secara langsung metode pengajaran yang lebih interaktif berdasarkan teknologi informasi, mengikuti perkembangan jaman dan komunikatif karena adanya rancang bangun media pembelajaran tersebut. Sehingga, dosen tidak ketinggalan jaman akan penggunaan teknologi informasi saat ini dan dapat memaksimalkan peran tri darmanya. Penelitian ini dirancang khusus pengamatan kelas langsung yang mengambil mata kuliah translation sebagai mata kuliah wajib di tahun ketiga mereka pada semester kelima dan juga merujuk pada pembuktian data berdasarkan hasil pengamatan langsung software dalam Whilst-Teaching activity ke mahasiswa. According to Wilkinson (2000:79), qualitative data is usually analyzed by subjecting it to some form of coding process. It means that the data will be analyzed by classifying them into several categories. Jadi, analisis subtitle filmnya dikelompokkan oleh mahasiswa kedalam beberapa aspek penerjemahan. Menurut Wilkinson (2000: 80) Populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi pusat penelitian dan tempat untuk menggeneralisasi temuan penelitian. Adapun pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah mahasiswa tingkat ketiga pada semester kelima yang mengambil mata kuliah translation jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UNINDRA PGRI. Peneliti tidak memusatkan pada keseluruhan obyek, tetapi peneliti harus menentukan sampel yang bisa mewakili jumlah keseluruhan obyek. Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan probability sampling dan intact class berdasarkan factorial group design yaitu semua subyek penelitian mendapatkan kesempatan sama untuk dipilih, seperti langkah-langkah berikut: 1. Memilih kampus tempat penelitian, 2. memilih kelas sebagai tempat penelitian, 3. Memilih sampel dengan melakukan teknik pengocokan yaitu nama mahasiswa dimasukkan kedalam tempat tertutup, kemudian dilakukan pengocokan, nama kelas mahasiswa yang keluar dijadikan sampel. Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan adalah random sampling yakni pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan mengundi seluruh kelas pada semester V. Kemudian peneliti hanya mengambil satu kocokan untuk satu kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Maksudnya bahwa tidak semua mahasiswa semester kelima dijadikan sampel. Tetapi,
53
berdasarkan kocokan kelas, yang berhak untuk dijadikan sampel adalah pada kelas R 5 G berjumlah 25 orang. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah teks subtitle film Two Guns berbahasa Inggris yang diketik ulang. Teks subtitle film Two Guns berbahasa Indonesia yang diketik ulang. Hasil terjemahan mahasiswa setelah menerjemahkan teks dengan menganalisisnya terlebih dahulu. Mengumpulkan data dari hasil terjemahan saat Whilst-Teaching activity dalam bentuk jenis-jenis kosakata, elemen tata bahasa dan konteks budaya. Mengetik dan Menganalisis terjemahan teks subtitle setelah melihat tayangan di software itu. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan (mengelompokkan) teks subtitle film kedalam beberapa aspek melalui proses penerjemahan, jenis-jenis kalimat, gabungan kata, bahasa figuratif, idiom dan konsep makna dialog dalam film. Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah mengelompokkan hasil terjemahan teks subtitle film kedalam aspek proses terjemahan dari dialog film. Mengelompokkan hasil terjemahan teks subtitle film kedalam aspek jenis-jenis kalimat dari dialog film. Mengelompokkan hasil terjemahan teks subtitle film kedalam aspek gabungan kata, bahasa figuratif, dan idiom dari dialog film. Mengelompokkan hasil terjemahan teks subtitle film kedalam aspek konsep makna dialog film berupa penandaan warna merah untuk lexical; oren grammatical; biru tua textual; hijau situational; dan biru muda sociocultural meaning. Menafsirkan data di atas. Tenik Penyajian data dalam penelitian ini dalah data disajikan dalam pie chart dan tabel. Pie chart melingkupi lima kategori utama konsep makna dalam penerjemahan. Tabel pertama terdiri dari main and sub-categories of konsep makna, jumlah data, dan persentase (%). Tabel kedua adalah kategori lexical meaning dan subcategories, tabel ketiga adalah kategori grammatical meaning dan sub-categories, tabel keempat adalah kategori textual meaning dan sub-categories. Tabel kelima adalah kategori situational meaning dan sub-categories. Dan tabel keenam adalah kategori Socio Cultural-meaning dan sub-categories. Masing-masing tabel terdiri dari subcategories, jumlah data, dan persentase (%). Teknik Penafsiran Data adalah penelitian ini dirancang dengan merujuk pada tiga tahapan proses pengajaran translation melalui software dalam kualitatif deskriptif. Bahwa, hasil temuan akan ditafsirkan terjemahan subtitlenya yang diperoleh melalui software dan dibuktikan sendiri oleh mahasiswa melalui analisis pikiran dari hasil pengelompokkan TBS ke TBP dalam aspek proses penerjemahan, jenis kalimat, gabungan kata, bahasa figuratif, idiom dan konsep makna yang ditafsirkan. Data di tabel didiskusikan berdasarkan klasifikasi konsep makna dalam penerjemahan. Dua data dari masing-masing kategori yang ditafsirkan, analisis data diambil dengan maksud mewakili data keseluruhan lainnya. Jika lebih dari satu konsep makna, maka peneliti membahasnya berdasarkan klasifikasi data dari masing-masing sub-kategorinya. Sisa data ditaruh di lampiran yang disusun berdasarkan klasifikasi konsep makna dalam penerjemahan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yaitu teks subtitle film berjudul “two guns”. Adapun tahapan proses pengajaran translation melalui software ke mahasiswa adalah: 1. Pre-Teaching activity tahap pertama yaitu dengan memberikan pengarahan atau briefing ke mahasiswa yakni dosen membangkitkan latar belakang pengetahuan mahasiswa tentang topik penerjemahan yang akan dibahas dan peran software yang
54
2. 3.
4. 5.
6. 7. 8.
dirancang, serta persiapan mahasiswa untuk mengetahui peranan dan kegunaan software dalam proses pembelajaran ini. Dalam pre-teaching, mahasiswa diberikan pemahaman bahwa mahasiswa dijadikan sampel penelitian yaitu kelas R5G. Pada tahap kedua Whilst-Teaching activity: dosen memodelkan tata cara pengunaan software sebagai contoh, lalu mahasiswa terlibat langsung dalam menerjemahkan dan menganalisis subtitle filmnya dengan mengelompokkan kedalam aspek penerjemahan. Sebelumnya mahasiswa menggunakan software dengan memasukkan data teks film itu terlebih dahulu, mahasiswa mulai mengamati tayangan film pada software, dengan mempertimbangkan aspek pendengaran, mereka mulai mengetik ulang teks per teks dalam software tersebut.Tentunya software tersebut sudah dilengkapi kolom bagan-bagan durasi dan menit percakapan yang otomatis dapat berpindah-pindah menitnya manakala mengklik durasi layar tersebut agar memudahkan mahasiswa nanti melihatnya. Ternyata ujicobanya menemukan lima percakapan dari satu teks film berbahasa Inggris “Two Guns” yang akan dianalisis. Dalam pemantapan tahap kedua Whilst-Teaching activity, mahasiswa mulai menerjemahkan dan menganalisis data teks film di software. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan terjemahan kasarnya (literal), mahasiswa mengumpulkan lembar jawaban masing-masing, lalu membahas hasil terjemahan itu dengan dosennya untuk mencari kewajaran dan keefektifan dari setiap kalimat tentunya mengelompokkan atau mengklasifikasikan setiap subtitle film yang diterjemahkan yaitu dengan memperhatikan setiap aspek dari penerjemahan. Tak lupa mahasiswa menulis komentar mengenai kesulitan dan kemudahan menggunakan alat bantu piranti lunak. Sesi penutup pada saat Whilst-Teaching activity. Untuk pelaksanaan tahap ketiga Post teaching activity, saat sesi terakhir yaitu tahapan ketiga Post-Teaching activity yakni dosen menyimpulkan hasil terjemahan dalam tahap kedua Whilst-teaching activity dan memberikan tugas serta mahasiswa memberikan tanggapan atau pendapat berdasarkan hasil diskusi dan penerapannya di kelas.
Hasil dan Pembahasan Hasil tiga tahapan proses pengajaran translation melalui softwarenya: tahap pertama pre-teaching sebelum memulai analisis terjemahan yakni dosen mengaktifkan latar belakang pengetahuan mahasiswa tentang topik penerjemahan yang akan dibangun, tahap kedua sesi pemantapan whilst-teaching activity di kelas yaitu dosen memodelkan cara menganalisis hasil terjemahan sebagai contoh dari bulan Mei-awal September, dan tahap ketiga post teaching activity-oktober dengan menggunakan film ‘Two Guns’ sudah melakukan analisis terjemahan yaitu dosen menyimpulkan hasil pembelajaran atau hasil terjemahan dan memberikan tugas di kelas.
55
Gambar 1: Documentation Data-data foto dokumentasi Mahasiswa di kelas R5G pada saat tahap pertama pre- teaching activity (Sumber: dokumentasi Peneliti) Hasil terjemahan: 1. TBS: All right, we are done here. Thank you Mr Stigman (duration 13:01) TBP: Baiklah. Selesai. Terimakasih Tuan Stigman (Durasi 13:01) 2. TBS: Wow, oh my God (duration 13:05) TBP: Wah, ya ampun (durasi 13:05) 3. TBS: You gonna leave? Oh yes… (duration 13:03) TBP: Kamu ingin pergi? Oh ya… (durasi 13:03) 4. TBS: How do you concentrate working with her, man? (duration 13:08) TBP: Bagaimana caranya kamu dapat berkonsentrasi kerja dengannya, bung? (durasi 13:08) 5. TBS: Oh, um… also, if you open a checking account (duration 02:23) TBP: Oh, iya juga…, kalau kamu membuka rekening Koran (durasi 02:23) Dosen menggunakan piranti lunaknya atau software untuk memasukkan data film two guns terlebih dahulu, setelah itu mahasiswa kelas R5G menonton dan mengamati seksama, tentunya memperhatikan aspek pendengaran, dan kejelian daya tangkap omongan si pembicara pada layar tersebut. Dari durasi dan menit yang ditunjukkan di layar, mahasiswa dapat mengulang, memutar, melihat dan mengedit kembali teks filmnya manasuka, sehingga memudahkan mahasiswa untuk menerjemahkan durasi per durasi sendiri. Dengan mengetik ulang percakapan apa yang mahasiswa dengar dari tiap durasi, maka mahasiswa bisa mulai menerjemahkan teks itu dengan tidak dibatasi oleh waktu cepatnya durasi bergulir dalam layar, karena mahasiswa bisa memberhentikan setiap waktu durasi yang ada pada software itu saat mahasiswa ingin memfokuskan pada wacana teks yang ingin dianalisis. Ada lima
56
kategori utama konsep makna dalam penerjemahan subtitle film yaitu makna leksikal, gramatikal, tekstual, situasional dan sosiokultural. Dalam penelitian ini, ada 100 data subtitle film “Two Guns”, yang terdiri dari lima konsep makna penerjemahan. Berikut persentase lima konsep makna dalam penerjemahan seperti makna leksikal sebesar 36%, makna gramatikal sebesar 7%, makna tekstual sebesar 17%, makna situasional sebesar 18%, dan makna sosiokultural sebesar 22%. Sehingga, total jumlah makna penerjemahan dalam subtitle film “Two Guns” adalah sebesar 100%. Diagram 1:
Diagram Pie Chart Konsep Makna dalam Penerjemahan Subtitle Film "Two Guns"
Lexical Meaning Grammatical Meaning Textual Meaning
Berdasarkan analisis hasil terjemahan dan pengelompokkan subtitle filmnya, mahasiswa menyepakati dengan dosen di kelas bahwa TBS (1) we’re done here diterjemahkan menjadi selesai, kata we’re done here termasuk kedalam tenses present perfect; itu juga dapat dikategorikan kedalam jenis transformation into kernel sentence. Karena, we’re done here, dapat dicari inti katanya sehingga mewakili ide utama atau pesan intisari dari pembicara asal, maka kata ‘selesai’ tidak perlu menggunakan subyek lagi ‘we’. Tipe kalimat we’re done here termasuk kedalam tipe simple sentence atau kalimat sederhana yang terdiri dari clause independent atau terdiri dari S + P, dan termasuk juga kedalam bahasa majas, karena pernyataan we’re done here dikategorikan kedalam majas eufimisme, sebab berdasarkan penggunaan katanya diperlukan kebenaran sejati/ketepatan, kata ‘selesai’ berarti segala aktifitas memang sudah benarbenar beres dilaksanakan. Apabila merujuk ke konsep makna, pernyataan di atas termasuk kedalam jenis makna situasional artinya hasil terjemahan di atas bergantung pada situasi wacana antara pelaku film tersebut. Sedangkan, TBS (2) Wow diterjemahkan ke teks bahasa penerima menjadi ‘wah’ berarti dalam bahasa Indonesia maknanya seruan. Lalu ‘oh my God’ diterjemahkan menjadi ‘ya ampun’, mengapa kita tidak menerjemahkannya dari makna aslinya yang artinya ‘oh ya Tuhan’? Karena kalimat ‘oh my God’ itu merupakan ungkapan makna keterkejutan, jadi tidak perlu menerjemahkan dari makna aslinya. Itulah namanya menerjemahkan dengan makna dan bukan dengan bentuk, bentuk masih bisa diubah untuk kesesuaian, tetapi makna tidak bisa diubah sembarang, apalagi teks rujukan kita berdasarkan subtitle film dari isi cerita tersebut. Termasuk kedalam tenses simple present. Jenis kalimatnya termasuk kalimat sederhana yang mengacu pada eklamasi yaitu ekspresi seruan atau kekagetan. Secara konsep makna termasuk kedalam makna tektual artinya bergantung pada isi cerita teks film tersebut. 57
Sementara, TBS (3) “You gonna leave?” diterjemahkan menjadi “Kamu ingin pergi?. Kata “You gonna leave?” termasuk kedalam future tense. Tipe kalimatnya adalah kalimat sederhana atau simple sentence. Untuk bahasa majas termasuk kedalam kategori eufimisme karena kata gonna yang diterjemahkan ‘mau atau ingin’ menyatakan hasrat diri benar-benar pergi. Kalau konsep makna penerjemahan pernyataan di atas termasuk kedalam jenis makna leksikal artinya ditentukan oleh makna kamus. TBS (4) “How do you concentrate working with her, man?” diterjemahkan menjadi “Bagaimana caranya kamu dapat berkonsentrasi kerja dengannya, bung?” termasuk kedalam tenses present continuous. Tipe kalimatnya termasuk kedalam simple sentence; question. Dalam konsep makna penerjemahannya yaitu makna gramatikal yang terdiri dari urutan kata dan pembentukan kata misalnya kata ‘cara’ yang diterjemahkan dari ‘how’, padahal seperti kita ketahui kata ‘how ‘berada di posisi awal kalimat menjadi dibalik urutan katanya. TBS (5) Oh, um… also, if you open a checking account diterjemahkan menjadi Oh, iya juga…, kalau kamu membuka rekening Koran dalam TBP. Kalimat di atas termasuk kedalam present tense habitual action. Tipe kalimatnya tergolong kedalam complex sentence yang berarti terdiri dari 2 klausa bergantung atau tidak dapat berdiri sendiri, maksudnya ia dikategorikan kedalam adverbial clause karena kata penghubung ‘If’. Ada compound word di situ dalam kata ‘checking account’ artinya rekening Koran. Oh, um… istilah um dalam terjemahan subtitle film artinya ‘iya, setuju’. Itu termasuk kedalam idiom. Sedangkan pada konsep makna, terjemahan di atas termasuk kedalam makna sosio-kultural yang berarti terjemahan dapat dikaji dari istilah sosial budaya dalam subtitle film yang digunakan yaitu terdapat pada kata ‘um’ yang artinya anggukan iya atau setuju. Adapun, tampilan dari Produk penelitian teknologi tepat guna berupa piranti lunak atau software pembelajaran melalui subtitle adalah sebagai berikut: Tabel 1:
Tampilan bentuk isian di software atau piranti lunak Tampilan display splash cover software
Tampilan login awal Mahasiswa mulai login menggunakan software dan mengisi user id, nama, password, serta posisinya agar dapat masuk sistem.
58
Tampilan penayangan film dengan inputan subtitlenya
Tampilan penayangan piranti lunak dengan inputan subtitlenya yang dilengkapi dengan aplikasi program Google Translation Tampilan hasil terjemahan mahasiswa yang dicetak langsung dan disimpan dalam data base software pada program excel
Simpulan Dan Implikasi Pada penelitian ini, peneliti mengeluarkan produk berupa piranti lunak pembelajaran melalui subtitle (software) bagi mahasiswa program sarjana. Yaitu memperkenalkan strategi pembelajaran yang menunjang tiga tahapan proses pengajaran translation melalui software dengan menerjemahkan melalui subtitle film yang bermanfaat agar memudahkan para mahasiswa dalam menerjemahkan teks berbahasa Inggris, sehingga mahasiswa lebih aktif, kreatif, interaktif dan komunikatif dengan pengajarnya melalui pengoperasian piranti lunak tersebut di kelas. Dengan merujuk pada tiga tahapan proses pengajaran translation melalui softwarenya yakni preteaching, whilst-teaching, dan post-teaching activity piranti lunak atau software tersebut di kelas, maka dapat diamati dan diperoleh hasil analisis pengklasifikasian terjemahan subtitle mahasiswa kelas R5G kedalam beberapa aspek penerjemahan. Pada saat whilst-teaching membuat mahasiswa bisa bebas mengedit teksnya setiap saat, maka cara yang mereka harus lakukan adalah pertama-tama data teks film dosen masukkan kedalam software terlebih dahulu, kemudian mahasiswa menontonnya dengan jelas, menuntut mahasiswa untuk tanggap dan kritis dalam listening aspect, mahasiswa ditantang untuk mengetik ulang hasil pengamatan dan pendengaran mereka kedalam kolom-kolom yang sudah tersedia di piranti lunak tersebut, guna meningkatkan kemampuan mendengar, membaca, menulis, menerjemahkan dan menganalisis teks berbahasa Inggris baik akademik maupun non akademik. Saat pemantapan tahap kedua whilst-teaching activity di kelas ini mahasiswa dapat menerjemahkan teks secara detail dan penuh konsentrasi, karena hasil terjemahan mereka dapat dilihat dalam software, banyak waktu untuk memperbaiki, mengedit dan membahas terjemahan yang wajar dengan dosennya. Sebelumnya dosen memberikan pengajaran melalui analisis terjemahan yang wajar. Dan melengkapi fitur piranti lunak tersebut dengan dirancangnya aplikasi
59
tambahan dari software tersebut seperti google translation, sehingga mahasiswa makin mudah menerjemahkan tanpa harus selalu membawa kamus berjalan. Sesi terakhir adalah tahapan ketiga Post-Teaching activity yakni dosen menyimpulkan hasil terjemahan dalam tahap kedua Whilst-teaching activity dan memberikan tugas serta mahasiswa memberikan tanggapan atau pendapat berdasarkan hasil diskusi dan penerapannya di kelas. Di tahap terakhir ini hasil terjemahan mahasiswa sudah bisa dicetak langsung dari softwarenya, mereka dapat melihat hasil terjemahannya yang disimpan dalam data base software pada program excel. Maksudnya hasil terjemahan mereka dapat langsung dicetak dengan program excel melalui softwarenya, karena dengan begitu mahasiswa mampu melihat dan memeriksa langsung teks yang dicetak dengan mempelajarinya lebih mendalam. Saran yang diberikan mengingat bahwa dalam tahapan proses pengajaran translation melalui software atau piranti lunak pembelajaran pada subtitle film perlu adanya keikutsertaan para dosen atau pengajar dan mahasiswa, maka diperlukan adanya kerjasama yang baik antar elemen tersebut. Hambatan-hambatan kebutuhan yang ditemukan di kelas translation selama proses belajar mengajar akan berlangsung baik jika meninjau tugas di kelas, pekerjaan rumah, maupun nilai-nilai mahasiswa, hendaknya disertai juga dengan penerapan peranan dan kegunaan software dalam rangka menunjang proses pembelajaran di kelas yang berkelanjutan. Sehingga, dengan melaksanakan tiga tahapan pengajaran translation melalui software ini, maka apa yang diharapkan mahasiswa akan dapat diwujudkan. Dengan kata lain, mahasiswa terbiasa menggunakan piranti lunak itu dalam menerjemahkan multimedia apapun agar dapat memenuhi kebutuhan di kelas translation serta tidak ketinggalan jaman dalam menyesuaikan perkembangan teknologi informasi saat ini. Daftar Pustaka Buku: Al-Shahab, Omar Sheik H. 1996. Interpretation and the Language of Translation. London: Janus. Baker, Mona. 1992. In other Words: A Coursebook on Translation. London: Routledge. ___________(ed). 1998 [ 2001]. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London: Routledge. Basnett-McGuire, Susan. 1991. Translation Studies. London and New York: Routledge. Brown, Gillian and George Yule. 1993. Discourse Analysis. Melbourne: Cambridge University Press. Burns, Robert B. 1996. Introduction to Research Methods. Melbourne: Longman Australia Pty Ltd. Catford, J.C. 1990. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press. Gottlieb, Henrik. 2001. (Texts, Translation and Subtitling –in theory and in Denmark reprinted in this volume) “In Video Veritas”: Are Danish voices less American than Danish subtitles? In: Frederic Chaume & Rosa Agost (eds.) La traducción en los medios audiovisuales, 193-220. Publicacions de l’UJI, Universitat Jaume I, Castello de la Plana Howatt, Anhtony P.R. 1994: A History of English Language Teaching. Oxford University Press. Larson, Mildred L. 1998. Meaning-based Translation: A Guide to Cross-Language
60
Equivalence (second edition). Lanham: University Press of America. Martin, Hawings. 2001. Advanced Grammar In Use. Jakarta: Erlangga Miles, Matthew B and A. Michael Huberman. Qualitative data Analysis. London: Sage Publication, Inc. ____________. 1991. Approaches to Translation. Oxford: Pergamon Press. ____________. 1991. About Translation. Clevedon: Multilingual Matters Ltd. Nida, EA and Charles Taber. 1994.The Theory and Practice of Translation Leiden: E.J. Brill. Neves, Josélia.2004. “Language awareness through training in subtitling” in Pilar Orero (ed.) Topics in Audiovisual Translation. Amsterdam: John Benjamins.127-140. Richards, Jack C. and Rogers Theodore S. 1996. Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Rost, Michael. 2003. Teaching and researching listening. London: Longman. Said, Mashadi. 2007. Teori dan Praktik Penerjemahan. Jakarta. Magister Sastra. Program Pascasarjana. Universitas Gunadarma. Sayogi, Frans. 2014. Teori dan Praktik Penerjemahan Inggris-Indonesia. Tangerang Selatan: Trans Pustaka Sokoli, Stavroula.2000. (In print): “Subtitling Norms In Greece And Spain”. In Anderman, Gunilla and Diaz Cintas, Jorge (eds) Audiovisual Translation: Language Transfer on Screen. Basingstoke: Palgrave Macmillan. Suharjati, Florentina dan Supeno. 2011. Diktat Mata Kuliah Translation. Jakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Press. Wilkinson, David. 2000. The Researcher’s Toolkit. The complete Guide to Practitioner Research. London: Routledge - Cambridge University Website: Abhram. 2006. http://ncam.wgbh.org/salt/guidelines/sec5.html.Consulted: 25/03/06. IMS ‘Guidelines for Accessible Delivery of Text, Audio, Images, and Multimedia’. In IMS Guidelines for developing accessible learning applications. Version 1.0. White Paper retrieved on February 2, 2013 Aline, 2007.http://www.hivt.be/publicaties/pdf/la-call6.pdf. 2007. Neves, Josélia & Remael, Aline (forthcoming): ‘Audiovisual Translation: A Tool for Social Integration. Call for papers’.Linguistica Antverpiensa New Series retrieved on February 5, 2013 Mariza, 2013. http://ejournal-s1.stkip-pgri sumbar.ac.id/index.php/Inggris/article/view/756/NYuliMariza/2013Retrieved on August 16, 2014 Toggle, David. 2000. https://id.search.yahoo.com/search;_ylt=An7qwAfr_VjHfo7IBvHzVMzRf44 5?toggle=1&cop =mss&ei=UTF-8&fr=yfp hrtab713&fp=1&p=3+proses+tahap+pengajaran%3Apre+teaching%2Cwhilst +teaching%2Cdan+post+teaching. Retrieved on August 16, 2014
61