Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
ISSN 1978-2365
RANCANG BANGUN BUCK CONVERTER 12 VOLT 60 AMPERE MENGGUNAKAN P-CHANNEL MOSFET DAN IGBT TIPE N DESIGN OF 12 VOLT 60 AMPERE BUCK CONVERTER USING PCHANNEL MOSFET AND IGBT TYPE N
Khalif Ahadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
[email protected]
ABSTRAK
Pada tulisan ini akan dibahas proses perancangan dan pembuatan buck converter dengan tegangan keluaran 12 volt dan arus sebesar 60 ampere. Telah dibuat dua buah buck converter yang dilakukan dengan menggunakan P-Channel MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) dan IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor) tipe N sebagai switch. Pengujian dilakukan untuk melihat kinerja dan efisiensi daya dari kedua buck converter tersebut. Dari hasil pengujian, kedua buck converter dapat menghasilkan arus sebesar 60 ampere pada seting tegangan 12,6 volt, namun tegangan keluaran yang dihasilkan tersebut masih ikut berubah mengikuti perubahan tegangan masukan dan beban yang terpasang. Efisiensi daya yang dihasilkan berfluktuasi namun berada diatas 60% pada beban penuh. Kata kunci: buck converter, penurun tegangan dc ABSTRACT This paper explains designing and developing process of a 12 volt 60 ampere buck converter. Two units of buck converter using P-Channel MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) and N-type IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor) as a switch are already built. Test and measurement are done to see performances and power efficiencies of the buck converters. Experimental results show both buck converters are able to flow a current as high as 60 amperes on adjusted voltage of 12.6 volt, but this output voltage is still fluctuating influenced by input voltage and load. The efficiencies are also fluctuated but they can reach above 60% under maximum load. Keywords: buck converter, step down dc voltage
PENDAHULUAN
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB),
Latar Belakang
perubahan intensitas cahaya matahari pada
Salah satu kendala dalam pembangkitan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau
listrik dari energi terbarukan adalah adanya
karakteristik proses kimia yang terjadi pada
fluktuasi tegangan akibat perubahan dari
fuel
sumber energi terbarukan tersebut. Sebagai
menghasilkan tegangan DC, fluktuasi tegangan
contoh adalah perubahan kecepatan angin pada
dapat
cell.
Pada
diatasi
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
pembangkit menggunakan
listrik dc
yang votage
53
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 1 Juni 2012 : 53 - 66
regulator. Hal ini dimaksudkan agar listrik
semikonduktor
yang dihasilkan dapat disimpan pada batere
freewheeling atau catch
atau
AC
pemotong tegangan DC menjadi gelombang
biasanya
kotak yang biasa disebut sebagai DC chopper[1]
diubah
menjadi
menggunakan
tegangan
inverter
yang
dan
diode [1]
flywheel
atau
bekerja sebagai
sedangkan induktor dan kapasitor membentuk
mempunyai tegangan kerja 12 V. Terdapat 2 jenis dc voltage regulator yaitu tipe linier dan switching. Untuk tipe
low pass filter
[3]
akan membuat gelombang
kotak ini menjadi tegangan DC.
switching dikelompokkan menjadi pulse-width modulated
(PWM)
DC–DC
converters,
resonant DC–DC converters dan switchedcapacitor atau dikenal juga sebagai chargepump voltage regulators[1]. Secara umum,
Gambar 1. Rangkaian buck converter [1,3]
terdapat tiga topologi dasar PWM DC-DC converter,
yaitu
buck
converter,
Sebagai penggerak semikonduktor agar
boost
bekerja sebagai switch, digunakan pengendali
converter dan buck-boost converter [2].
yang berfungsi mengkalkulasi sinyal error antara tegangan keluaran DC dengan set point
Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan
dan bagian pulse width modulator yang
proses perancangan dan pembuatan 2 buah
mengubah sinyal kendali analog menjadi pulsa
buck converter sederhana dengan arus keluaran
digital dengan duty cycle tertentu. Untuk
mencapai 60 ampere pada tegangan 12 volt
kondisi ideal, membuka dan menutupnya
menggunakan P-Channel MOSFET dan IGBT
switch akan membuat induktor L mengalami
tipe N serta hasil uji kinerjanya. Perancangan
pengisian dan pelepasan muatan.
ini
dititikberatkan pada
pencapaian daya
Penentuan besarnya nilai induktansi L
keluaran sekitar 700 watt pada tegangan di
dilakukan dengan memperhatikan arus pada
bawah 13 volt dengan mempertimbangkan
induktor dimana agar buck converter bekerja
biaya yang murah dan komponen yang mudah
pada
didapatkan.
induktansi harus memenuhi [1] :
Teori Buck converter merupakan salah satu
L
mode
>
kontinyu
sehingga
(1 − D)R 2f
(1)
dimana: D = duty cycle = tON/TS [3]
jenis switching converter yang berfungsi
R = resistansi beban
menurunkan
f = frekuensi switching
tegangan
masukan
sehingga
besarnya
tegangan keluaran akan bernilai lebih rendah.
Sedangkan untuk menentukan nilai kapasitansi
Seperti yang tampak pada Gambar 1, buck
pada kapasitor C, dapat dilakukan dengan
converter terdiri atas bagian switching dan
memperhatikan
filter. 54
Bagian
switching
berupa
switch
ripple
yang
terjadi
pada
Rancang Bangun Buck Converter 12 Volt 60 Ampere Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Menggunakan P-Channel Mosfet Dan IGBT Tipe N Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
tegangan keluaran. Dari hubungan definisi
besarnya arus rata-rata keluaran atau arus
kapasitansi, didapatkan hubungan faktor ripple
beban yaitu [3]:
yaitu [1] : ∆
=
(
)
(2)
I =I =
V R
(7)
dimana: IL = arus pada induktor
Dengan demikian besarnya nilai kapasitor
IR = arus pada beban
dapat dihitung yaitu:
R = resistansi beban
C=
(1 − D)V 8Lf ∆V
Vo = tegangan keluaran
(3)
Toroid merupakan induktor berbentuk
dimana: Vo = tegangan keluaran
donat. Pada induktor toroid, medan magnet
∆Vo = tegangan ripple
ditahan pada inti sehingga menyebabkan lebih
D = duty cycle
sedikit radiasi magnetik yang terpancar ke luar
L = nilai induktansi induktor
dan juga lebih tahan terhadap gangguan medan
f = frekuensi switching
magnet eksternal. Pada suatu induktor dapat
C = nilai kapasitansi dari kapasitor
Dari persamaan (3) dapat diturunkan menjadi [3]:
terjadi pemborosan daya akibat resistansi kawat. Pemborosan daya juga terjadi di dalam inti akibat efek histeresis. Pada arus tinggi,
∆V (1 − D) π f = = (1 − D) V 8LCf 2 f
(4)
induktor juga dapat mengalami nonlinearitas
dimana fc adalah frekuensi cut-off dari low pass
karena
filter yang didefinisikan sebagai [3]:
induktansi induktor toroid dapat digunakan
f =
1
(5)
2π√LC
yang berarti bahwa tegangan ripple dapat diminimalisasi dengan memilih frekuensi cutoff dari low pass filter sehinggga fc << frekuensi switching converter
ideal
[3]
. Selain itu, pada buck
juga
berlaku
persamaan
jenuh.
Untuk
menghitung
persamaan berikut [4]: L=
μN A N r =μ μ 2πR D
(8)
dimana:
L = nilai induktansi dari induktor toroid μ0 = permeabilitas vakum = 4π ×10
μ = permeabilitas = μr . μ0
masukan yang dinyatakan sebagai [3]:
N = jumlah lilitan
(6)
dimana: Vo = tegangan output
D = diameter toroid R = jari-jari toroid
D = duty cycle
A= luas penampang iris toroid
pada kondisi tunak adalah 0, maka besarnya arus rata-rata pada induktor sama dengan
H/m
r = jari-jari gulungan kawat
Vi = tegangan input
Karena besarnya arus rata-rata pada kapasitor
−7
μr = permeabilitas relatif bahan inti
hubungan tegangan keluaran terhadap tegangan V = V.D
nilai
Pada terdapat
regulator rangkaian
switching snubber.
biasanya
Gambar
2
55
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 1 Juni 2012 : 53 - 66
menunjukkan
rangkaian
snubber
IL tf Cs = 2Vf
yang
terpasang pada switch semikonduktor.
(9)
dimana: IL = arus saat switching tf = waktu yang diperlukan saat tegangan mulai mencapai VS hingga arus yang lewat mencapai nilai 0 Vf = tegangan yang diinginkan ketika
arus mencapai nilai 0
Gambar 2. Rangkaian snubber pada rangkaian switch MOSFET [1]
Resistor
Rangkaian snubber berfungsi sebagai pengaman
suatu
switch
semikonduktor
pada
rangkaian
snubber
digunakan untuk membuang muatan pada kapasitor. Nilai resistansinya dapat dihitung
terhadap stress saat terjadi transisi dari kondisi
dengan asumsi 3 atau 5 kali time constant
ON ke OFF ataupun sebaliknya. Stress tersebut
agar
terjadi akibat belum sempurnanya arus terputus
Persamaannya adalah [1]:
kapasitor
kerusakan
pada
yang
ditimbulkan
saat
2Cs
switch
semikonduktor. Disamping itu, kenaikan arus switching
ter-discharge.
Rs < ton Rs
saat tegangan mulai naik dan hal ini dapat menyebabkan
benar-benar
[1]
(10)
dimana: RS = nilai resistansi dari resistor CS = nilai kapasitansi dari kapasitor
dengan
frekuensi tinggi dapat menyebabkan EMI
tON = waktu saat switch ON
(Electromagnetic Interference) yang dapat
Besarnya energi yang tersimpan pada kapasitor
mengganggu peralatan lain.
dapat dihitung dengan persamaan berikut [1]: W =1 Cs Vs2
Dioda Ds untuk rangkaian snubber harus
2
mampu dilalui arus saat switch bertransisi dari ON ke OFF dan mampu menahan lonjakan tegangan yang terjadi. Selain itu, dioda harus
dimana: W = energi yang tersimpan pada kapasitor
dipilih agar mempunyai recovery time yang
CS = nilai kapasitansi dari kapasitor
sangat cepat sehingga dapat ON dan OFF lebih
VS = tegangan masukan
cepat dari frekuensi switching pada switch. Dioda
yang
digunakan
sebaiknya
menggunakan jenis fast switching diode dengan tegangan rating yang sama dengan kapasitor
Energi tersebut akan dipindahkan hampir seluruhnya ke resistor, sehingga besarnya daya yang diserap oleh resistor [1] adalah: PR = 1/2CSV2 = 1/2CSV32f T
snubber dan rating arus yang sama dengan arus keluaran
maksimum
buck
converter
[5]
.
Sedangkan untuk kapasitor snubber Cs dapat dihitung dengan persamaan berikut [1] : 56
(11)
(12)
dimana: PR = daya yang diserap resistor CS = nilai kapasitansi dari kapasitor VS = tegangan masukan f
= frekuensi switching
Rancang Bangun Buck Converter 12 Volt 60 Ampere Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Menggunakan P-Channel Mosfet Dan IGBT Tipe N Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
tegangan sebagai feedback tegangan keluaran
METODOLOGI Penelitian dilakukan di laboratorium
yang
bernilai
1200Ω.
demikian
dapat
dihitung
Teknik Elektro Universitas Indonesia. Tahapan
induktansi
penelitian secara garis besar meliputi studi
menggunakan persamaan (1) sebagai berikut:
literatur,
L
perancangan,
pembuatan
dan
pengujian dua buah buck converter dengan menggunakan P-Channel MOSFET dan IGBT tipe N sebagai switch. Kedua jenis switch dipilih agar dapat dibandingkan baik dari segi kinerja, kemudahan dalam pembuatan dan juga efisiensinya.
=
minimal
Dengan
(1 − D)R (1 − 0,167)1200 = = 25 mH 2f 2 X 20000
Pembuatan induktor dilakukan dengan
memilih inti induktor berbentuk toroid agar radiasi magnetik yang terpancar lebih sedikit. Karena tidak tersedianya data sheet inti toroid yang
ada
di
pasaran,
maka
dilakukan
pengukuran dan perhitungan agar didapatkan nilai permeabilitas relatifnya.
Spesifikasi Desain Penentuan
spesifikasi
desain
awal
dilakukan berdasarkan ketersediaan komponen yang
mudah
didapatkan
di
Indonesia.
Spesifikasi desain buck converter yang dibuat adalah sebagai berikut: ·
Tegangan input: 18 – 72 volt
·
Tegangan output: 12 volt
·
Arus output maksimum: 60 ampere
·
Tegangan ripple maksimum 120 mV
·
Frekuensi switching: 20 kHz
Gambar 3. Inti toroid yang dihitung permeabilitasnya Dari 5 buah inti toroid yang didapat dari pasaran, masing-masing diukur dimensinya dan
Pembuatan Induktor Agar buck converter bekerja pada mode
diberi nama seperti pada Gambar 3. Masing-
dihitung
masing inti toroid dililit sebuah kawat email
menggunakan persamaan (1). Nilai duty cycle
tembaga dengan jumlah lilitan dipilih secara
D dicari menggunakan persamaan (6) dan
acak
ditentukan pada nilai tegangan input maksimal
menggunakan LCR meter dan dihitung nilai
yaitu 72 volt sehingga nilai duty cycle adalah:
permeabilitas relatif dari inti toroid tersebut
kontinyu,
D=
V
V
nilai
=
induktansi
12 = 0,167 72
Nilai R ditentukan agar saat tanpa beban,
buck converter masih bekerja pada mode kontinyu. Pada rangkaian yang dibuat, nilai R adalah besarnya
nilai resistansi pembagi
lalu
diukur
nilai
induktansinya
menggunakan persamaan (13) yang diturunkan dari persamaan (8) yaitu: L=
μ
μ =
π
=μ μ
L .D μN r
(13)
57
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 1 Juni 2012 : 53 - 66
Nilai permeabilitas relatif ditetapkan saat nilai
‘A’, ‘B’ dan ‘E’ karena dimensinya yang lebih
induktansi
perhitungan
besar. Toroid ‘A’ mempunyai dimensi dan nilai
induktansi
pengukuran.
mendekati Hasil
nilai
pengukuran
permeabilitas
yang
paling
memungkinkan
dimensi, jumlah lilitan, hasil pengukuran
untuk digunakan, namun pada saat akan dibuat,
induktansi dan nilai permeabilitas relatif dari
toroid ‘A’ tersebut sulit ditemukan kembali
masing-masing inti toroid yang didapat dari
dipasaran. Dengan demikian dipilihlah toroid
hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.
‘E’ karena mempunyai permeabilitas yang
Dari beberapa inti toroid tersebut, yang
lebih besar dibandingkan dengan toroid ‘B’.
memungkinkan untuk digunakan adalah toroid Tabel 1. Hasil perhitungan dan pengukuran untuk mendapatkan nilai permeabilitas relatif inti toroid sebagai dasar pembuatan induktor L hitung
1KHz
Permeabilitas Relatif
1.39m
1.27m
4725
1.392287
132u
132u
127u
675
0.135406
0.041
1.05m
1.05m
0.9m
5520
1.050446
0.034
167u
167u
165u
1200
0.176624
0.075
2.02m
2.02m
1.92m
3350
2.027375
0.075
13.1m
13.13m
11.8m
3350
13.06397
Dimensi Toroid (m)
L ukur (H)
Nama Toroid
Jumlah Lilitan
r coil
d1
d2
tinggi
tebal
keliling
100Hz
120Hz
A
12
0.009549
0.056
0.036
0.02
0.01
0.06
1.38m
B
11
0.007958
0.048
0.028
0.015
0.01
0.05
C
10.5
0.006525
0.031
0.02
0.015
0.0055
D
10
0.005411
0.025
0.015
0.012
0.005
E
13
0.011937
0.05
0.035
0.03
0.0075
E
33
0.011937
0.05
0.035
0.03
0.0075
Perhitungan dan pengukuran ulang pada
menghantarkan arus
mH
hingga 11 ampere
[6]
inti toroid ‘E’ lain dengan jumlah lilitan 33 lilit
sehingga agar dapat dilalui arus sebesar 60
dilakukan untuk memastikan bahwa nilai
ampere tanpa menimbulkan panas, lilitan kawat
permeabititas relatif inti toroid tersebut sama.
berdiameter 0,8 mm tersebut dirangkap hingga
kawat
6 rangkap. Namun ternyata penambahan kawat
email didasarkan atas frekuensi maksimum
tersebut masih kurang karena saat dilalui arus
yang dapat dilalui kawat tersebut agar tidak
sekitar 40 A, kawat lilitan pada induktor masih
menimbulkan panas akibat skin depth efect
menimbulkan panas hingga kisaran 60oC.
yaitu arus hanya melewati bagian luar dari
Selain itu ada dugaan bahwa luas penampang
suatu kawat akibat frekuensi yang terlalu
iris inti toroid juga kurang sehingga ikut
tinggi. Untuk itu, dipilih kawat berukuran
menambah panasnya induktor saat dilalui arus
diameter 0,8 mm yang mempunyai spesifikasi
besar.
Pemilihan
besarnya
diameter
[6]
karena
Pembuatan induktor dilakukan dengan 2
frekuensi switching yang akan digunakan
buah inti toroid ‘E’ disusun bertumpuk untuk
dalam pembuatan buck converter ini adalah 20
mendapatkan luas penampang iris yang lebih
kHz. Ukuran kawat dengan diameter 0,8 mm
besar serta merangkap kawat untuk dililit
tersebut berdasarkan standar AWG dapat
sebanyak 16 rangkap. Kemudian dilakukan
frekuensi
58
maksimum
27kHz
Rancang Bangun Buck Converter 12 Volt 60 Ampere Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Menggunakan P-Channel Mosfet Dan IGBT Tipe N Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
perhitungan ulang untuk mendapatkan jumlah
Penentuan Nilai Kapasitor Penentuan
lilitan yang diperlukan agar didapatkan nilai induktansi sebesar 25mH sebagai berikut: L=
μ π
N = N = =
=μ μ
L. D μ .μ .r
25. 10 . 50. 10 2.7,5 . 10 + 2.60. 10 4π. 10 . 3350. ( ) 2π 1250. 10 = 643,03 4π . 3350 . 462
N = 25,36
Dari hasil perhitungan tersebut, dibuatlah
nilai
kapasitor
dengan menggunakan persamaan (3) dimana nilai tegangan ripple ∆VO ditentukan pada spesifikasi
awal
yaitu
sebesar
120
mV
sedangkan nilai duty cycle D, seperti halnya dalam penghitungan nilai induktor, dicari menggunakan persamaan (6) dan ditentukan pada nilai tegangan input maksimal yaitu 72 volt sehingga nilai kapasitor adalah sebagai berikut: =
(1 − 0,167)(12) (8)(1,25X10 )(20000 )(120X10 )
lilit. Konstruksi pembuatan induktor tersebut
C
dapat dilihat pada Gambar 4.
Pengendali dan Pembangkit PWM
induktor dengan jumlah lilitan sebanyak 26
dihitung
= 20,83 μF
TL494 merupakan rangkaian terintegrasi yang berfungsi sebagai rangkaian pembangkit PWM. Didalamnya sudah terdapat komparator yang dapat digunakan untuk membandingkan nilai tegangan keluaran dengan set point yang Gambar 4. Konstruksi pembuatan induktor
diinginkan
[5]
.
Pada
perancangan
dan
pembuatan buck converter ini, hasil komparasi nilai tegangan keluaran dengan set point berupa nilai kesalahan (error) dikuatkan dengan gain 100 kali membentuk pengendali proporsional. Pengendali proporsional dipilih karena sangat sederhana, sekalipun mempunyai steady state error (kesalahan tunak). Gambar 5. Induktor yang dibuat dan contoh inti toroid yang digunakan Pada Gambar 5 dapat dilihat induktor yang telah dibuat dan disandingkan dengan contoh inti toroid yang digunakan. Setelah dibuat, induktor diukur menggunakan LCR meter dan nilai induktansinya 25,1 mH.
Gambar 6. Rangkaian IC TL494 sebagai pembangkit PWM untuk buck converter yang menggunakan IGBT tipe N [9] Gambar 6 memperlihatkan rangkaian pengendali
dan
pembangkit
PWM 59
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 1 Juni 2012 : 53 - 66
menggunakan IC TL494 untuk buck converter
akan ON dan membuat VGD = 0 volt sehingga
yang menggunakan IGBT tipe N. Sedangkan
MOSFET akan OFF. Sedangkan saat kondisi
untuk buck converter yang menggunakan P-
PULSE bernilai rendah, T4 akan OFF, T3 akan
Channel MOSFET, transistor QPS dihilangkan
ON sehingga T2 dan T1 akan OFF dan
dan jalur PULSE langsung terhubung ke kaki 8
membuat VGD= -18 volt sehingga MOSFET
dan 11 dari IC tersebut.
akan ON.
Pada Gambar 6, tegangan VO yang
Jalur PULSE akan langsung terhubung
masuk ke kaki 1 sebelumnya telah melewati
pada kaki 8 dan 11 IC TL494 yang merupakan
rangkaian pembagi tegangan yang dapat diatur
kolektor dari transistor internal sehingga saat
menggunakan resistor variabel sehingga untuk
terjadi ‘duty cycle positif’, transistor tersebut
tegangan keluaran 12 volt akan dihasilkan
akan ON dan tegangan keluaran kolektor akan
tegangan
Untuk
menjadi 0 volt. Sedangkan rangkaian driver
pembandingnya diambil dari tegangan referensi
untuk IGBT tipe N menggunakan IC bootstrap
internal sebesar 5 volt yang dilewatkan pada
IR2110 seperti pada Gambar 8.
sekitar
0,8
volt.
resistor pembagi tegangan Ra dan Rb sehingga didapatkan tegangan sekitar 0,8 volt.
Rangkaian Snubber Pengukuran
Untuk pembatas arus, tegangan yang
awal
dilakukan
untuk
dihasilkan oleh sensor arus akan langsung
melihat bentuk gelombang tegangan VCE saat
dibandingkan dengan tegangan yang diatur
pengaturan frekuensi switching. Gambar 9
oleh resistor variabel RI sehingga jika terjadi
merupakan data pengukuran tegangan AC oleh
arus berlebih, duty cycle PWM akan bernilai 0.
osiloskop digital Tetronic dimana channel 1
Rangkaian Driver MOSFET / IGBT Untuk
rangkaian
driver
P-Channel
MOSFET yang akan ON jika tegangan VGD bernilai -10 volt hingga -20 volt, digunakan
merupakan tegangan VCE dengan penguatan probe 10 kali, sedangkan channel 2 merupakan tegangan yang dihasilkan oleh sensor arus ACS706ELC-20A
dengan
sensitifitas
100
mV/A.
rangkaian seperti tampak pada Gambar 7.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada
frekuensi 20 kHz untuk tegangan
masukan Vs sebesar 44 volt dan arus beban sekitar 15 ampere, terjadi spike pada tegangan VCE yang mencapai sekitar 140 volt pada saat IGBT transisi dari ON ke OFF. Agar IGBT Gambar 7. Rangkaian driver P-channel MOSFET Saat kondisi PULSE bernilai tinggi, T4 akan ON, T3 akan OFF sehingga T2 dan T1 60
yang
hanya
mempunyai
rating
tegangan
maksimum 600 volt tidak rusak saat diberi beban penuh, maka ditambahkan rangkaian snubber.
Rancang Bangun Buck Converter 12 Volt 60 Ampere Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan P-Channel Mosfet Dan IGBT Tipe N Menggunakan Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
Gambar 9. Bentuk gelombang tegangan VCE
Gambar 10. Bentuk gelombang tegangan VCE (CH1) dan arus IE (CH2) pada IGBT saat switching menggunakan snubber dengan nilai Cs 330nF dan Rs 100Ω. Uji coba awal dilakukan untuk melihat pengaruh
penambahan
rangkaian
snubber
dimana nilai kapasitor dan resistor dipilih acak. Hasilnya tampak pada Gambar 10 yang menunjukkan bahwa rangkaian snubber yang akan digunakan dapat mengurangi spike yang terjadi.
+15V Pin 3 2 1
In_H C1 10uF
Pout
U1 9 10 11 12 13 8
VDD HIN SD LIN VSS NC
HO VB VS NC VCC COM LO
7 6 5 14 3 2 1
G_H E_H C2 3.3uF
Dz 18V
IR2110-1 C3
D1 1N4007
1 2 3 4
+18V
3.3uF GND
Gambar 8. Rangkaian driver untuk IGBT tipe N [8]
61
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 1 Juni 2012 : 53 - 66
Untuk mendapatkan nilai kapasitor yang
mendisipasi daya antara 300 watt hingga 500
tepat, digunakan persamaan (9) dimana nilai tf
watt yang dipengaruhi oleh temperatur larutan
ditentukan berdasarkan Gambar 9 yaitu sekitar
dan banyaknya katalis (KOH) yang terlarut.
10µS. Penghitungan untuk nilai Vf =300 volt
Kedua jenis beban ini dikombinasikan dalam
adalah sebagai berikut:
pengujian yang dilakukan.
C =
=
(
)
(
)
= 1μF
Sehingga nilai resistansi maksimal untuk resistor snubber adalah: R =
8,33. 10 = 2,78Ω 3(10 )
Daya yang harus dapat diserap oleh resistor dapat dihitung sebagai berikut: P = 0,5(10 )(72 )(20000) = 51,84 W
Gambar 11. Foto pengujian 2 buah buck converter yang dibuat
Rangkaian snubber direalisasikan dengan
Pengambilan data dilakukan secara real-
nilai kapasitor 1µF dan 4 buah resistor 10Ω/20W
time menggunakan data acquisition system
yang dipasang paralel sehingga menghasilkan
National Instrument PCI-6024E/CB-68LP yang
nilai resistansi 2,5Ω dan daya yang dapat diserap
dapat terintegrasi dengan program Simulink dari
mencapai 80 W.
MATLAB sehingga hasil pengujian ditampilkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam bentuk grafik seperti yang dapat dilihat
Pengujian dilakukan dengan menggunakan 3 buah power supply switching yang disusun seri
pada Gambar 12 sampai Gambar 15. Untuk
melihat
pengaruh
perubahan
agar didapatkan tegangan masukan yang tinggi.
tegangan masukan saat buck converter dibebani,
Power supply yang digunakan terdiri dari 2 buah
dilakukan pengujian dengan memberi beban
power supply 700 watt dengan tegangan
tetap berupa lampu dengan nominal 100 dan 90
keluaran 8,5 volt – 14,5 volt dan 1 buah power
watt yang disusun paralel sehingga menjadi 190
supply 700 watt dengan tegangan keluaran 15
watt dan merubah tegangan masukan.
volt seperti yang tampak pada Gambar 11. Pada pengujian ini, tegangan keluaran buck converter saat tanpa beban di-set pada 12,6 volt yang diukur menggunakan multimeter. Sebagai beban digunakan 4 buah lampu head mobil dengan tegangan kerja 12 volt dan masing-masing mempunyai 2 filamen yang dapat mendisipasi daya sebesar 90 watt dan 100 watt. Disamping itu juga digunakan larutan elektrolit dengan elektroda tembaga yang dapat 62
Gambar 12. Hasil pengujian terhadap buck converter yang menggunakan P-Channel MOSFET dengan beban tetap saat tegangan masukan diubah
Rancang Bangun Buck Converter 12 Volt 60 Ampere Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Menggunakan P-Channel Mosfet Dan IGBT Tipe N Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
Untuk buck converter dengan P-Channel MOSFET hasil percobaan tampak pada Gambar
demikian, terdapat noise yang terjadi baik pada arus masukan maupun pada arus keluaran.
12. Pada detik ke-10, tegangan masukan diubah dari 28 volt menjadi 44 volt dan tegangan keluaran berubah sekitar 0,3 volt. Sedangkan pada detik ke-30, tegangan diturunkan hingga dibawah 18 volt yaitu 14 volt, sehingga MOSFET bekerja pada daerah linier sebagai emitter follower sehingga keluaran dari buck konverter sama dengan tegangan masukan dikurangi drop pada filter. Sedangkan Gambar
Gambar 14. Hasil pengujian buck converter dengan P-Channel MOSFET saat pemberian beban hingga arus keluaran dapat mencapai spesifikasi desain
13 memperlihatkan hasil percobaan pada buck converter yang menggunakan IGBT tipe N.
Gambar 13. Hasil pengujian terhadap buck converter yang menggunakan IGBT tipe N dengan beban tetap saat tegangan masukan diubah-ubah
Gambar 15. Hasil pengujian buck converter dengan IGBT tipe N saat pembebanan hingga arus keluaran mencapai spesifikasi desain Dengan keterbatasan power supply yang ada, rentang tegangan masukan yang dapat teruji
Untuk melihat kemampuan buck converter
pada beban penuh hanya berkisar dari 28 V
menghasilkan arus sesuai spesifikasi desain,
hingga 44 V. Saat beban diberikan, dimana arus
diberikan beban berupa lampu dan larutan
keluaran mencapai 60 A pada tegangan 28 V,
elektrolit. Hasil percobaan untuk buck converter
tegangan yang dihasilkan power supply turun
yang menggunakan P-Channel MOSFET dapat
seperti yang terlihat pada Gambar 16.
dilihat pada Gambar 14 yang menunjukkan arus telah dapat mencapai di atas 60 ampere. Tegangan
keluaran
relatif
tetap
sekalipun
tegangan masukan turun menjadi sekitar 42 volt. Sedangkan untuk buck converter yang menggunakan IGBT tipe N, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 15 dimana nilai arus juga sudah dapat mencapai di atas 60 ampere dan
Gambar 16. Perubahan tegangan masukan pada saat arus keluaran mencapai 60 ampere
tegangan keluaran yang relatif konstan. Namun 63
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 1 Juni 2012 : 53 - 66
Untuk menguji rentang tegangan masukan yang lebih lebar, digunakan fuel cell sebagai
(detik ke-30 sampai detik ke-50), efisiensinya mencapai sekitar 65%.
penyedia daya. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 17. Pada arus beban mencapai 40 A, tegangan keluaran fuel cell turun hingga 16 V dan menyebabkan tegangan keluaran buck converter ikut turun hingga 11,2 V. Untuk arus beban yang sama, pada tegangan masukan mencapai 20 volt, tegangan keluaran buck converter 12 V. Pada tegangan masukan 18 V, tegangan keluaran 11,6 volt. Namun pada tegangan masukan 25 volt, tegangan keluaran buck converter masih 12,6 V. Gambar 18. Daya dan efisiensi buck converter yang menggunakan P-Channel MOSFET
Gambar 17. Perubahan tegangan keluaran buck converter saat terjadi perubahan tegangan masukan akibat pembebanan pada fuel cell sebagai penyedia daya Efisiensi Daya Daya dan efisiensi untuk buck converter yang menggunakan P-Channel MOSFET dapat dilihat pada Gambar 18. Pada saat pemberian beban hingga arus mencapai spesifikasi desain (detik ke-20 sampai detik ke-45), efisiensi buck converter
yang
menggunakan
P-Channel
MOSFET dapat mencapai sekitar 75%. Sedangkan daya dan efisiensi untuk buck converter yang menggunakan IGBT tipe N dapat dilihat pada Gambar 19. Pada saat pemberian beban hingga arus mencapai spesifikasi desain
64
Gambar 19. Daya dan efisiensi buck converter yang menggunakan IGBT tipe N Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada setting tegangan keluaran 12,6 volt dan frekuensi switching sekitar 20 kHz, kedua buck converter menghasilkan tegangan keluaran yang masih ikut berubah sekitar 0,3 volt saat terjadi perubahan tegangan masukan dan pembebanan.
Rancang Bangun Buck Converter 12 Volt 60 Ampere Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Menggunakan P-Channel Mosfet Dan IGBT Tipe N Vol. 11 No.1 Juni 2012 : 53 - 66
Hal ini kemungkinan akibat tipe pengendali
DAFTAR PUSTAKA
proporsional
[1]
Hart, Daniel W., 1997. Introduction to Power Electronics International Edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall Inc.
[2]
Dahono, Pekik Argo., Topologi Konverter DC-DC, [online].http://konversi. wordpress.com/ 2009/01/07/topologikonverter-dc-dc [23 Desember 2011].
[3]
Mohan, Ned., Undeland, Tore M. & Robbins, William P., 2003. Power Electronics: Converters, Applications, and Design Third Edition. John Wiley &Sons.
[4]
Nave, Carl R., Approximate Inductance of a Toroid, Hyper Physic, Department of Physics and Astronomy - Georgia State University, [online]. http://hyperphysics. phy-astr.gsu.edu/hbase/magnetic/ indtor.html#c1 [3 November 2011].
[5]
Kazimierczuk, Marian K., 2008. Pulsewidth Modulated DC–DC Power Converters. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
[6]
PowerStream Technology, Inc., Wire Gauge and Current Limits, [online]. www.powerstream.com/Wire_Size.htm [10 Juni 2011].
[7]
Boylestad, R. & Nashelsky, L., 1999. Electronic Devices And Circuit Theory 7th Edition. New Jersey: Prentice-Hall
[8]
International Rectifier., IR2110/IR2113(s) High and Low Side Driver Datasheet, 2003.
[9]
Griffith, Patrick., Designing Switching Voltage Regulators with the TL494, Application Report, Texas Instruments Incorporated, Dallas, 2005
yang
digunakan
sehingga
menyisakan steady state error. Pada arus beban 40 ampere, range tegangan masukan buck converter adalah 25-63 volt agar keluarannya tetap pada tegangan 12,6 volt. Sedangkan untuk arus beban 60 ampere, range tegangan masukan yang teruji berada pada kisaran 28-44 volt.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ·
Perancangan dan pembuatan dua buah buck converter dengan menggunakan P-Channel MOSFET dan IGBT tipe N sebagai swicth telah dapat dilakukan.
·
Pada tegangan masukan 44 volt dengan tegangan keluaran 12,6 volt, kedua buck converter dapat mensuplai arus beban hingga 60 ampere.
·
Efisiensi daya untuk buck converter yang menggunakan P-Channel MOSFET dapat mencapai 75%, sedangkan untuk buck converter yang menggunakan IGBT tipe N dapat mencapai 65%.
Saran ·
Perlu
penelitian
lebih
lanjut
untuk
mengurangi noise yang terjadi serta untuk mengetahui adanya EMI yang ditimbulkan, maupun
perancangan
filter
untuk
lanjut
untuk
mengatasinya. ·
Perlu
penelitian
lebih
meningkatkan efisiensi daya pada kedua buck converter tersebut. Hal ini dapat dilakukan mulai dari pemilihan komponen, perancangan driver yang lebih baik, juga rangkaian snubber yang lebih efisien. 65
Diterima redaksi : 1 Mei 2012, dinyatakan layak muat: 7 Juni 2012
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN