Keteknikan Pertanian
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016
RANCANG BANGUN ALAT PEMASAK LEMANG TIPE VERTIKAL (Design and Construction of Lemang Cook Vertical Type) Zultix Las Risanta1,2), Saipul Bahri Daulay1), Achwil Putra Munir1) 1)Program
Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No.3 Kampus USU Medan 20155 2)Email:
[email protected] Diterima : 18 April 2015 / Disetujui : 07 Mei 2015
ABSTRACT The process of cooking lemang is very simple and has some weakness to be minimalized. The purpose of this research was to design, build, test analyze the economic value of lemang cook. Observed parameters were the effective capacity of the equipment, organoleptic test, and economic analysis.Based on this research it was summarized that the effective capacity, of the equipment was 1,42 kg/hour. The color was 2,9 (like), the formed was 3,1 (like), aroma was 2,9 (like) and taste was 3,3 (like) crispness was 3,5 (crispy). Economic analysis was as follows: basic costs for the first to the fifth year was Rp.4.912,09/kg, Rp. 4.374,57 /kg, Rp .4.195,39 /kg, Rp.4.105,95/kg, and Rp. 4.052,40/kg respectively. Break event point (BEP) for the first to the fifth year was 143.51 kg/year, 77.37 kg/ year, 55.35 kg/ year, 44.36 kg/ year, and 37.78 kg/ year respectively. Internal rate of return (IRR) was 45.87%. Keywords: Glutinous rice, lemang’s, stainless steel lemang’s tube.
mencari bambu lemang yang ketebalannya berbeda dengan bambu biasa, membutuhkan waktu yang lama dalam pemasakannya, membutuhkan keterampilan khusus dan perlakuan pemusingan yang bertujuan meratakan pemasakan serta harus memperhatikan nyala api. Pada proses pemasakannya, lemang dibakar menggunakan sabut kelapa dan kayu bakar sebagai alternatif dalam memasak lemang baik itu dalam acara adat, perayaan hari besar maupun kegiatan komersil pada umumnya. Faisal, dkk. (2012) menyatakan bahwa pengaruh asap terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut, luka bakar di bawah trakea jarang terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas. Dengan adanya berbagai kelemahan dalam metode pemasakan lemang ini, penulis berinisiatif merancang dan mengembangkan alat pemasak lemang yang tidak membutuhkan keterampilan khusus pada pengolahannya serta dikemas dalam bentuk modern, higienis dan ramah lingkungan. Alat tersebut dinamakan alat pemasak lemang tipe vertikal dimana proses
PENDAHULUAN Pengolahan hasil pertanian modern tidak luput dari ilmu dan teknologi, Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas, menaikkan kualitas dan mutu produksi. Dengan adanya teknologi dapat mempermudah pengerjaan, memberi nilai tambah pada perekonomian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pada petani Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handaka (2002), yang menyatakan bahwa inovasi teknologi termasuk mekanisasi pertanian dan pascapanen diperlukan terus menerus untuk mewujudkan pembaruan dan penyempurnaan teknologi kearah yang lebih produktif, efisien, efektif, berkualitas, bernilai tambah, murah dan mampu memberikan kesempatan peningkatan pendapatan. Namun, dapat kita lihat minimnya teknologi penggolahan pascapanen di Indonesia khususnya pada teknologi pengolahan tahap lanjut. Petani Indonesia lebih memilih menjual hasil panen dalam bentuk baku tanpa melakukan pengolahan lebih lanjut. Tetapi ada beberapa kalangan yang mengolah hasil panennya dengan teknologi sederhana seperti memasak lemang dengan bambu menggunakan kayu bakar. Adapun teknologi pengolahan lemang ini masih terbilang sederhana dan sangat tradisional. Sebelum memasak lemang kita harus
132
Keteknikan Pertanian
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016
P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) n = umur ekonomi (tahun)
pemasakannya menggunakan listrik dan tanpa menggunakan bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat serta menguji alat pemasak lemang tipe vertikal. Pembuatan dan pengujian alat pemasak lemang dilakukan pada bahan baku beras ketan dan santan
- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya : )%*)+,*
I= .................................................. (4) - dimana, i = total persentase bunga modal dan asuransi (17%/tahun) - Di negara Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Stainless steel, Glasswool, aluminium, kabel, baut dan mur, skrup, cat dan thinner.Alat yang digunakan dalam penelitian ini mesin las, mesin bubut, mesin bor, gerinda, gergaji, martil, obeng, meteran, stopwacth, kalkulator, spidol, kamera, alat tulis, dan komputer. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (perpustakaan), lalu pengamatan langsung tentang pemasakan lemang. Selanjutnya dilakukan rancang bentuk, pembuatan/perangkaian komponen-komponen, kemudian dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.
Biaya tidak tetap Biaya perbaikan dapat dihitung persamaan : ,,-%)%&'* Biaya reparasi =
2 3 456 745
Kapasitas Kerja Alat Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam).
Break even point Untuk mengetahui produksi Break even point (BEP) maka digunakan rumus sebagai berikut : 9 N= ..................................................... (6)
.......... (1)
):&;*
dimana, N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg) F = biaya tetap pertahun (Rp) R =penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rp) V = biaya tidak tetap per unit produksi (Darun, 2002).
Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
Biaya pokok =
.... (5)
Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).
Parameter Penelitian
Kapasitas Alat =
dengan
+ BTT" C.................... (2)
Net present value Secara singkat net present value (NPV) dirumuskan : <=> − <@> ≥ 0 ........................................... (7) dimana, CIF = cash in flow COF = cash out flow Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan : Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Paengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan
dimana, BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT= total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi) Biaya tetap Biaya tetap terdiri dari : - Biaya penyusutan %&' D= ......................................................... (3)
dimana, D = biaya penyusutan (Rp/tahun)
133
Keteknikan Pertanian
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016
(P/A, i, n) (Darun, 2002). Internal rate of return IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan. D%;, IRR = i, − )D;%-&D%;,* )i, − i- * .............. (8)
dimana, = suku bunga bank paling atraktif i1 i2` = suku bunga coba-coba NPV1 = NPV awal pada i1 NPV2 = NPV pada i2 (Kastaman, 2006).
Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan dengan mengambil beberapa sampel secara acak dan diberikan kepada 10 panelis untuk diamati dengan kode tertentu. Parameter yang diamati adalah warna, penampilan, bentuk, aroma, rasa dan tekstur (keempukan) lemang tipe vertikal hasil pemasakan. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis secara parametrik. Skor penerimaan relatif juga dapat menunjukkan kesukaan, contoh dengan skor tertinggi berarti lebih disukai. (Setyaningsih, dkk.,2010).
Gambar 1. Alat Pemasak Lemang Tipe Vertikal Alat pemasak lemang tipe vertikal terdiri dari beberapa komponen yakni; Rangka alat, Tabung lemang, Reaktor, Heater, Thermostat, Isolator. Pada alat ini beberapa komponen pentingnya digunakan stainless steal. Pemilihan bahan ini dikarenakan untuk menjaga kualitas lemang yang diperoduksi agar terhindar dari karat. Amanto dan Haryanto, (1999) menyatakan, logam baja tahan karat (stainless steel) mempunyai seratus lebih jenis yang berbedabeda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Reaktor sebagai tempat terjadinya pemasakan pada alat ini dilengkapi dengan 3 heater dengan total daya 900 Watt, 6 sarung tabung pemasakan di lengkapi dengan handle dan 6 tabung pemasakan lemang berbahan stainless steel kemudian dilengkapi dengan thermostat dengan suhu maksimal 120OC serta dilapisi dengan glasswool sebagai isolator yang bertujuan untuk meredam panas pada alat ini Zmeskal, Nezadal dan Lapcík (2001) menyatakan Bahan serat (misalnya wol kaca fiber) sering digunakan sebagai isolasi termal di udara dan industri bangunan. Misalkan ada pipa penyalur air panas, agar panas air dapat diredam dan tidak terbuang percuma ketika melintasi pipa, maka pipa diselubungi glasswool.
Skala hedonik dan skala numberik yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. uji organoleptik penerimaan keseluruhan Skala hedonik Sangat tidak suka Tidak suka Suka Sangat Suka
Skala Numerik (skor) 1 2 3 4
Sumber: Setyaningsih ( 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN Alat Pemasak Lemang Tipe Vertikal Alat pemasak lemang tipe vertikal didesain untuk mempermudah memasak lemang secara modern dan tanpa diperlukan keahlian khusus dalam proses pembuatannya. Alat ini dirancang dengan menggunakan heater sebagai elemen pemanasnya dan bekerja berdasarkan prinsip pindah panas secara konveksi. Alat ini mempunyai dimensi diameter 23,5 cm dan tinggi 31,8 cm (Gambar 1).
Kapasitas alat Hasil pengujian kapasitas alat pemasak lemang tipe vertikal dapat dilihat pada Tabel 2.
134
Keteknikan Pertanian
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016
pemasak lemang tipe vertikal hanya memiliki panjang 20 cm, dengan diameter 5 cm dan 351gr per tabung dengan kata lain ukuran alat pemasak lemang tipe vertikal ini lebih kecil dibandingkan pada alat pemasak lemang modern, hal ini didukung dengan pernyataan Samsudin, Zainal dan Taufik (1990) yang menyebutkan lemang yang dihasilkan berukuran panjang 42 cm, 4.5 cm garis pusat dan 775-790 gr per tabung pada alat pemasak lemang modern.
Tabel 2. Kapasitas Alat pemasak lemang Berat Kapasitas Waktu Ulangan lemang Alat (Menit) (Kg) (Kg/Jam) I 2,11 90 1,41 II 2,15 90 1,43 III 2,13 90 1,42 Rataan 2,13 90 1,42 Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kapasitas efektif alat pemasak lemang tipe vertikal sebesar 1,42 kg/jam. Kapasitas alat pemasak lemang tipe vertikal ini belum memenuhi syarat di karenakan kapasitas yang di hasilkan masi terbilang rendah, hal ini disebabkan oleh ukuran tabung pada alat
Nilai organoleptik Nilai organoleptik lemang tipe vertikal dilakukan dengan mengamati warna, penampilan, bentuk, aroma, rasa dan tekstur (keempukan) lemang tipe vertikal hasil pemasakan dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai organoleptik Panelis
Warna
Bentuk
Aroma
Rasa
Keempukan
Panelis 1 Panelis 2 Panelis 3 Panelis 4 Panelis 5 Panelis 6 Panelis 7 Panelis 8 Panelis 9 Panelis 10 Rataan
3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2,9
4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3,1
3 3 4 3 2 4 3 2 3 2 2,9
3 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3,3
4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3,5
Pada penelitian uji organoleptik yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada rata-rata tingkat warna sebesar 2,9 (suka), bentuk pada skala 3,1 (suka), aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada skala 3,5 (empuk) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pada uji organoleptik lemang tipe vertikal ini disukai dari tampilan waran, bentuk, aroma, rasa dan keempukannya. Samsudin, Zainal dan Taufik (1990) juga menyebutkan lemang yang dihasilkan dengan
menggunakan sarung tabung cetakan dan tabung cetakan mempunyai mutu yang sebanding dengan lemang asli terutama dari segi rasa aroma, dan penerimaan keseluruhan mutu lemang yang dihasilkan dengan menggunakan formulasi yang terbaik. Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat Analisis ekonomi biaya pokok pembuatan lemang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya pokok pembuatan lemang tipe vertikal. Tahun BT (Rp/tahun) X (jam/tahun) 1 4.977.000 3.000 2 2.683.125,9 3.000 3 1.919.560,04 3.000 4 1.538.440,78 3.000 5 1.310.246,44 3.000 Pada biaya tetap pemakaian alat, diproleh biaya penyusustan sebesar Rp.4.725.000 pada tahun pertama, Rp.2.431.125,9 pada tahun
BTT (Rp/jam) 5.319,5 5.319,5 5.319,5 5.319,5 5.319,5
BP (Rp/kg) 4.912,09 4.374,57 4.195,39 4.105,95 4.052,40
kedua Rp.1.667.560,04 pada tahun ketiga, Rp.1.286.440,78 pada tahun ke empat dan Rp.1.058.246,44 pada tahun kelima. Bunga
135
Keteknikan Pertanian
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016
modal 6% dan Asuransi 2% sebesar pada alat pemasak lemang tipe vertikal sebesar Rp.252.000/tahun sehingga di peroleh total biaya tetap sebesar Rp.1.310.246,44/tahun. Kemudian pada biaya tidak tetap diproleh biaya reparsai sebesar Rp.18,9/jam, biaya listrik sebesar Rp.300,6/jam dan biaya oprator Rp.5.000/jam maka didapat total biaya tidak tetap sebesar Rp.5.319,5/jam. Sehingga diperoleh total biaya pokok selama 5 tahun sebesar Rp.4.052,40/kg.
Internal rate of return Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang ingin dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebesar 45,87% artinya usaha pemasak lemang tipe vertikal ini masih layak untuk dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku bunga di bawah 45,87%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
Break event point Break event point alat pemasak lemang tipe vertikal dapat dilihat pada Tabel 5.
KESIMPULAN
Tabel 5. BEP alat pemasak lemang tipe vertikal. Tahun BEP (kg/tahun) 1 143.51 2 77.37 3 55.35 4 44.36 5 37.78
1.
2.
Berdasarkan data yang diproleh dari penelitian yang telah dilakukan. Alat ini mencapai titik impas apabila telah memproses lemang sebesar 143.51 kg/tahun pada tahun pertama, 77.37 kg/tahun pada tahun kedua, 55.35 kg/tahun pada tahun ketiga, 44.36 kg/tahun pada tahun keempat dan 37.78 kg/tahun pada tahun kelima. Dari data yang diproleh dapat dilihat semakin lama data Break event point semakin menurun hal ini di sebabkan untuk mendapatkan batas produksi minimal. Menurut Waldiyono (2008), analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Manffat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masi layak untuk dijalankan.
3.
4.
5. 6.
Kapasitas efektif alat pemasak lemang tipe vertikal yang digunakan dalam penelitian sebesar 1,42 kg/jam. Analisis ekonomi pada alat pemasak lemang tipe vertikal ini meliputi biaya pokok dari tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu lemang Rp.4.912,09/kg, Rp. 4.374,57 /kg, Rp .4.195,39 /kg, Rp.4.105,95/kg, dan Rp. 4.052,40/kg. Nilai titik impas (BEP) dari tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 143.51 kg/tahun, 77.37 kg/tahun, 55.35 kg/tahun, 44.36 kg/tahun, dan 37.78 kg/tahun. Net present value 6% dan 8% dari alat pemasak lemang tipe vertikal ini adalah Rp.634.847.090 Rp. 601.319.542 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Internal rate of return dari alat pemasak lemang tipe vertikal ini adalah 45,87%. Uji organoleptik lemang tipe vertikal ini disukai dari tampilan waran, bentuk, aroma, rasa dan keempukannya.
DAFTAR PUSTAKA Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Bahan.Bumi Aksara, Jakarta
Net present value Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai NPV 6% sedangkan NVP 8% adalah Rp.634.847.090 Rp. 601.319.542. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar atau sama dengan nol
Darun, 2002. Ekonomi Teknik Pertanian USU, Medan.
Ilmu
Fakultas
Faisal F, Yunus F, Harahap F., 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan EkonomiSuatu Investasi. Tasikmalaya Samsudin, A., Zainal, I. M., dan Taufik, A. M, 1990. Teknologi Baru Pemprosesan dan
136
Keteknikan Pertanian
J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016
pengeluaran Lemang. Malaysia Agricultural Researchand Development Institute, Malaysia.
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Zmeskal, O., Nezadal, M., dan Lapcík, L., 2001 Thermal Conductivity Of Glass Wool Fiber. University Of Thomas Bata, Zlín
Setyaningsih, D., Apriyantono,A., dan Sari,M.P. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan Dan Agro, IPB Press, Bogor.
137