RANCANG BANGUN ALAT PENGASAPAN DINGIN PRODUK PERIKANAN DENGAN SISTEM KENDALI SUHU DAN KONSENTRASI ASAP
NURGRAHA DWISAPUTRA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015 Nurgraha Dwisaputra NIM C54100086
_____________________________ * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait
ABSTRAK NURGRAHA DWISAPUTRA. Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap. Dibimbing oleh INDRA JAYA. Pengasapan dingin merupakan pengasapan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 30-60 °C, serta proses pengeringannya berlangsung secara lambat. Penelitian ini bertujuan mengembangkan sebuah alat pengasapan dingin ikan yang dapat membantu pengolahan produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan kosentrasi asap. Uji coba alat pengasapan dingin ikan dilakukan selama 2 hari dan 5 hari dengan memantau suhu dan konsentrasi asap, jenis ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan tongkol. Analisis yang digunakan untuk menentukan hasil ikan dengan pengasapan dingin ini yaitu dengan uji organoleptik (rasa, bau, penampakan, tekstur, jamur) dan uji kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata suhu yang didapat sebesar 33.25-37.44 °C dan standar deviasi sebesar 2.81–3.67 °C, sedangkan rata-rata konsentrasi asap yang didapat sebesar 3.61–4.14 V dan standar deviasi sebesar 0.35-0.79 V. Suhu dan konsentrasi asap dapat dikontrol dengan baik dan hasil rekaman data sensor disimpan kedalam MMC card. Kadar air dalam ikan asap yaitu pengasapan selama 5 hari sebesar 33.47% dan 2 hari sebesar 53.77%. Rancang bangun alat pengasapan dingin yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada tahun 2011 oleh Fansuri. Dengan kata lain, alat pengasapan dingin ini mampu membuat produk ikan asap dalam waktu 2 hari, dengan hasil produk sama seperti pengasapan yang berlangsung secara 5 hari, serta asap pada ruang pengasapan dapat menyebar dengan baik. Kata kunci: pengasapan dingin ikan, suhu, asap, organoleptik, kadar air
ABSTRACT NURGRAHA DWISAPUTRA. Design of Cold Smoke Tool Fishery Products with a Temperature Control System and Smoke Concentration. Under Direction of INDRA JAYA. Cold-smoking is a method of low temperature (~30-60 °C) smoking with slow duration of drying process. The objective of this research is to develop an instrument of cold-smoking fish products, which resulted through the temperature and smoke concentration control system. The trials were held for 2 days and 5 days by monitoring the temperature and smoke concentration of the fish (the fish used in this research was tuna). The analyses, which used to determine the result of fish products, were organoleptic (taste, smell, appearance, texture, and fungi) and water content. The results showed that the temperatures range from 33.2537.44 °C with standard deviations of 2.81–3.67 °C. Therefore, temperature and concentration of smoke can be well controlled. Also, the recording of sensor data is stored into the MMC card. Meanwhile, the average of smoke concentrations obtained were 3.61–4.14 V with standard deviations of 0.35-0.79 V. Water content inside the 2 days cold-smoked fish was 53.77% and 33.47% for the 5 days cold-smoked fish. The new design and construction instrument of cold-smoking fish is better than the previous are by Fansuri. Cold smoke system developed is able to make smoked fish products within 2 days, with the same results as smoke fish products that take place in 5 days. Keywords: cold smoke fish, temperature, smoke, organoleptic, water content
RANCANG BANGUN ALAT PENGASAPAN DINGIN PRODUK PERIKANAN DENGAN SISTEM KENDALI SUHU DAN KONSENTRASI ASAP
NURGRAHA DWISAPUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap Nama : Nurgraha Dwisaputra NIM : C54100086
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Ikan, dengan judul Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc selaku dosen pembimbing dalam penelitian skripsi ini atas segala saran, bimbingan, dan nasihat selama penelitian berlangsung dan selama penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga atas segala doa, pengertian dan kasih sayangnya, kemudian untuk keluarga besar Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan angkatan 47 atas segala bantuan dukungan dan semangatnya khususnya Diwa Perkasa, Muhammad Rakif Panguale, Mustopa Kamil, Hasjrul Husnul Malik, Agitha Saverti Jasmine, Sunny Apriani, dan Era Sari. Terimah kasih juga penulis ucapkan kepada Sri Ratih, Erik Munandar, Rizki Rizaldi, Isnaini Prihati Ningsih, Husnul Khatimah, Holanda Kusuma, dan lain-lain yang tidak dapat di sebutkan satu persatu atas motivasi dan membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015 Nurgraha Dwisaputra
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan
2
Alat
3
Prosedur Tahapan Penelitian
4
Analisis Produk HASIL DAN PEMBAHASAN
13 14
Perancangan Umum Instrumen
14
Perancangan Sistem Elektronik
18
Uji Alat
20
Karakteristik Analisis Produk
26
SIMPULAN DAN SARAN
35
Simpulan
35
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
62
DAFTAR TABEL 1 Bahan yang Digunakan Pada Penelitian Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap 2 Alat yang Digunakan Pada Penelitian Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap 3 Score Sheet Sensori 4 Konfigurasi Mikrokontroler Arduino Nano 5 Nilai Statistik Rata-rata Konsentrasi Suhu 6 Nilai Statistik Rata-rata Konsentrasi Asap 7 Kadar Air Pengasapan Dingin Ikan Tongkol Asap
2
3 13 18 22 24 34
DAFTAR GAMBAR 1 Gambar Diagram Alir Perancangan Instrumen 2 Gambar (a) Desain Ruang Pengasapan dan Rak Penggantung Ikan (b) Desain Box Komponen dan Kaca Ruang Pengasapan (c) Desain Letak Kipas AC (d) Desain Letak Sensor Suhu dan Sensor Asap (e) Desain Bagian Dalam Alat Pengasapan Dingin Ikan (f) Desain Cerobong Asap (g) Desain Lubang Saluran Penghubung Asap (h) DesainAlat Tampak Bawah 3 Gambar Desain Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan Dengan Sitem Kendali Suhu dan Kosentrasi Asap 4 Gambar Skema Perancangan Perangkat Keras Pengukur Suhu dan Konsentrasi Asap 5 Gambar Mikrokontroler Arduino Nano 6 Gambar Sensor Suhu DS18b20 7 Gambar Sensor Asap TGS2600 8 Gambar Grafik Gas Konsentrasi (ppm) 9 Gambar Tempat Pembakaran 10 Gambar Pipa Penyalur Asap 11 Gambar (a) Ruang Pengasapan Tampak Samping (b) Ruang Pengasapan Tampak Depan (c) Box Komponen (d) Bagian Dalam Ruang Pengasapan 12 Gambar Uji Coba Alat Tanpa Ikan 13 Gambar Mikrokontroler Arduino Nano 14 Gambar Sensor Suhu Digital DS18b20 15 Gambar Konfigurasi Sensor Asap Figaro TGS2600 16 Gambar Konfigurasi Real Time Clock DS3231 17 Gambar Grafik Konsentrasi Suhu Tiap Rak Selama 5 Hari Pengasapan 18 Gambar Grafik Konsentrasi Suhu Tiap Rak Selama 2 Hari Pengasapan 19 Gambar Grafik Konsentrasi Asap Tiap Rak Selama 5 Hari Pengasapan 20 Gambar Grafik Konsentrasi Asap Tiap Rak Selama 2 Hari Pengasapan 21 Gambar Grafik Jumlah ppm pada Pengasapan Selama 5 Hari 22 Gambar Grafik Jumlah ppm pada Pengasapan Selama 2 Hari 23 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Rasa Selama 5 Hari
4
5 7 7 8 8 9 10 15 15 16 17 18 19 19 20 21 22 23 24 25 26 27
24 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Rasa Selama 2 Hari 25 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Penampakan Selama 5 Hari 26 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Penampakan Selama 2 hari 27 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Bau Selama 5 Hari 28 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Bau Selama 2 Hari 29 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Tekstur Selama 5 Hari 30 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Tekstur Selama 2 Hari 31 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Jamur Selama 5 Hari 32 Gambar Hasil Uji Organoleptik terhadap Jamur Selama 2 Hari
28 28 29 30 31 31 32 33 33
DAFTAR LAMPIRAN 1 Syntax Pengontrol Suhu dan Asap 2 Syntax MATLAB Suhu dan Asap Selama 5 Hari 3 Syntax MATLAB Suhu dan Asap Selama 2 Hari 4 Syntax MATLAB Kategori ppm Selama 5 Hari 5 Syntax MATLAB Kategori ppm Selama 2 Hari 6 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Kenampakan Selama 5 Hari 7 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Bau Selama 5 Hari 8 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Rasa Selama 5 Hari 9 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Tekstur Selama 5 Hari 10 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Jamur Selama 5 Hari 11 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Kenampakan Selama 2 Hari 12 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Bau Selama 2 Hari 13 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Rasa Selama 2 Hari 14 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Tekstur Selama 2 Hari 15 Hasil Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Jamur Selama 2 Hari 16 Hasil Ikan Asap
37 42 42 47 49 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari oleh konsumen di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang spesifik. Di beberapa negara maju tingkat konsumsi produk ikan asap cukup bagus, namun sayangnya ikan sampai saat ini belum mendapatkan perhatian yang cukup dari industri perikanan dan hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nelayan itu sendiri (Hukmin 2010). Pengasapan ikan yang umumnya dikenal masyarakat yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin. Pada pengasapan panas suhu tempat penyimpanan sekitar 70-120 °C, sedangkan pengasapan dingin sekitar 30-60 °C. Pengasapan panas proses pengeringannya berlangsung sangat lambat dan permukaan ikan mengering dengan cepat, sedangkan pengasapan dingin pengeringannya berlangsung secara lambat. Karena, kadar air ikan asap yang dihasilkan dengan cara pengasapan dingin relatif rendah, sehingga pengasapan dingin dapat diterapkan untuk tujuan pengawetan yang bertahan lama (Adawyah 2007). Pengasapan yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia umumnya pengasapan panas, karena ikan yang diasapi dengan pengasapan panas lebih cepat matang dalam waktu kurang dari 2-5 jam (Sebayang 2002). Akan tetapi, ikan asap yang dihasilkan pada pengasapaan panas tidak tahan lama, sedangkan pada pengasapan dingin ikan asap yang dihasilkan lebih tahan lama. Karena, ikan diasapi dengan suhu yang rendah dan stabil serta memiliki kadar air yang rendah. Proses pengasapan ikan di Indonesia pada awalnya dilakukan secara tradisional. Peralatan yang digunakan masih sederhana, sehingga kurang memperhatikan segi sanitasi dan higenis terhadap produk yang diasapi. Pengasapan tradisional memiliki kekurangan yaitu asap yang dihasilkan tidak dikontrol dengan baik, sehingga berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Asap yang dikeluarkan secara berlebihan juga dapat mempengaruhi tingkat kematangan ikan, serta penampakan ikan yang dihasilkan menjadi kurang menarik. Hal ini terjadi karena asap yang keluar lebih banyak terurai di lingkungan dibandingkan yang meresap ke dalam ikan. Tingkat kematangan ikan juga sulit ditentukan apakah matang atau tidaknya karena tidak adanya kontrol suhu pada pengasapan ini (Adawyah 2007). Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu institusi pendidikan dan riset, telah mengembangkaan alat pengasapan dingin ikan berbasis mikrokontroler yang dilakukan oleh Fansuri (2011). Hasil uji coba pada alat pengasapan dingin ini menunjukkan nilai kosentrasi suhu 30-45 °C, tegangan yang dikeluarkan dari sensor asap untuk mengukur kepekatan asap berkisar antara 4.1–4.3 V, dan dengan nilai kadar air produk asap 51.91%. Pengembangan alat tersebut masih terdapat beberapa kekurangan, seperti masih terdapat celah-celah pada ruang pengasapan sehingga menyebabkan sebagian asap keluar, posisi ikan yang diasapi tidak digantung sehingga perlu dibolak-balik secara manual dan terus dipantau agar tidak terjadi pengasapan yang tidak merata, dan penyimpanan data dihubungkan secara langsung menggunakan laptop atau komputer PC. Dari
2
kekurangan-kekurangan tersebut maka dibutuhkan pengembangan teknologi yang tepat agar instrumen pengasapan ikan ini dapat mengontrol suhu yang dihasilkan dalam proses pengasapan dingin, ikan yang dihasilkan memiliki daya tahan lebih lama dengan efisiensi waktu, serta mendapatkan produk dengan mutu terbaik.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan sebuah alat pengasapan dingin ikan yang dapat membantu pengolahan produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan kosentrasi asap.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembuatan alat pengasapan dingin, uji coba alat, dan uji coba hasil ikan asap (uji organoleptik). Pembuatan dan uji coba alat pengasapan dingin dilakukan pada bulan Mei-Desember 2014 yang bertempat di Laboratorium Akustik dan Intrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tahapan uji organoleptik (rasa, kenampakan, bau, tekstur, jamur) dilakukan di lingkungan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan uji kadar air dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Bahan yang Digunakan Pada Penelitian Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap Bahan Tipe/Nilai Jumlah Board Mikrokontroler Arduino Nano 1 buah Sensor Suhu DS18b20 3 buah Sensor Asap Figaro TGS2600 2 buah LCD 16 x 2 1 buah Resistor 1 kΩ, 10 kΩ 6 buah PCB Bolong 7 buah Batok Kelapa Karung besar 40 karung
3
Bahan Arang Serabut Minyak Tanah Korek Api Ikan Tongkol RTC Adaptor Lembar Alumunium Seng Alumunium Box Ikan Modul Arduino Tong Besi Kipas AC (Air Condiotioning) FAN
Tipe/Nilai Karung besar Liter Kg 3231 12 v 5A Meter
Diameter 10-12 inci
Jumlah 5 karung 2 liter 2 buah 10 Kg 1 buah 1 buah 10 lembar 5x2 m 1 buah 1 set 1 buah 3 buah
Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Alat yang Digunakan Pada Penelitian Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap Alat Fungsi Tang Potong Memotong kabel Merancang perangkat keras dan merekam Komputer Intel Core i3 data Solder Menyolder antar komponen Mengukur voltase, hambatan dan koneksi Multimeter Digital komponen Klinik Robot AVR USB Mengunduh firmware dari Arduino ke ISP Board Mikrokontroler Ms. Excel 2010 Mengolah data Gerinda listrik Memotong almunium Pisau akrilik 222 Memotong akrilik Obeng Membuka dan memasang baut Bor listrik kecil Melubangi PCB Eagle 5.7.0 Membuat skematik rangkaian Arduino IDE Membuat firmware Google Sketchup Membuat rancangan dan dimensi alat MATLAB Mengolah data
4 Prosedur Tahapan Penelitian Perancangan Instrumen Perancangan instrumen ini dipadukan dalam dua proses perancangan yaitu perancangan desain alat, dan kontruksi elektronik. Beberapa tahapan dalam proses perancangan instrumentasi ini dapat disusun dalam diagram alir (Gambar 1). Perancangan desain alat ini menggunakan Google SketchUp. Alat pengasapan ikan ini terdiri dari ruang pengasapan, pipa penyalur asap, dan tempat pembuatan asap. Berikut ini gambar diagram alir perancangan instrumen alat pengasapan dingin produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan konsentrasi asap. MULAI PERSIAPAN PERUMUSAN TIDAK PERANCANGAN UMUM
MEMENUHI ?
PERANCANGAN MODEL ALAT (Google SketchUp)
PERANCANGAN MODEL ELEKTRONIK
UJI COBA ! BERHASIL SELESAI Gambar 1 Diagram Alir Perancangan Instrumen Desain perancangan instrumen alat pengasapan dingin ini terdiri dari ruang pengasapan, pipa penyalur asap, dan tempat pembuatan asap. Desain rancang bangun alat pengasapan dingin produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan konsentrasi asap dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
5 Ruang pengasapan Cerobong asap
Box Komponen Rak Pengantung Ikan Kaca Ruang Pengasapan
(a)
(b)
Sensor Suhu dan Sensor Asap Kipas AC
(c)
(d)
6
Lubang Baut
Rak Pegantung Asap
Cerobong Masuknya Asp
(e)
(g)
(f)
(h)
Gambar 2 (a) Desain Ruang Pengasapan dan Rak Penggantung Ikan (b) Desain Box Komponen dan Kaca Ruang Pengsapan (c) Desain Letak Kipas AC (d) Desain Letak Sensor Suhu dan Sensor Asap (e) Desain Bagian Dalam Alat Pengsapan Dingin Ikan (f) Desain Cerobong Asap (g) Desain Lubang Saluran Penghubung Asap (h) Desain Alat Tampak Bawah
7
Ruang Pengasapan
Tempat Pembuatan asap Pipa Penyalur Asap
Gambar 3 Desain Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sistem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap Perancangan Sistem Elektronik Perangkat keras pengukur suhu dan konsentrasi asap secara umum dibagi menjadi 6 bagian, yaitu catu daya 12V, mikrokontroler, modul micro sd card, Real Time Clock, sensor suhu digital DS18b20, sensor asap TGS2600, LCD 16 x 2 karakter. Secara umum skema perangkat keras disajikan pada Gambar 4. Catu Daya Micro SD Card
LCD
Arduino Nano
Sensor Asap TGS2600
Real Time Clock
Sensor Suhu DS18b20
Gambar 4 Skema Perancangan Perangkat Keras Pengukur Suhu dan Konsentrasi Asap Diagram sistem alat terdiri dari catu daya yang berfungsi memberikan tegangan kepada mikrokontroler. Arduino Nano berfungsi sebagai pemroses data sensor, disimpan ke dalam modul micro sd card, dan menampilkannya ke dalam LCD 16 x 2 karakter. Arduino Nano ini memiliki 3 port (Port B, Port C, dan Port D). Sensor suhu DS18b20 dihubungkan ke dalam mikrokontroler dengan menggunakan komunikasi 1-Wire dan berfungsi untuk mengukur nilai suhu di dalam ruang pengasapan. Sensor asap merupakan sensor analog yang digunakan untuk mengukur kadar gas karbondioksida. Modul micro sd card digunakan sebagai tempat penyimpanan data rekaman sensor suhu dan sensor asap. Ardunio Nano merupakan board arduino versi terbaru yang merupakan penerus dari Arduino Duemimilanova. Berikut ini tampilan gambar Arduino Nano (Gambar 5)
8
Gambar 5 Arduino Nano Sensor suhu digital jenis DS18b20 ini mampu mendeteksi suhu dengan kisaran -55–125 °C. Tingkat akurasi sensor suhu ini adalah ±0.5 °C pada kisaran 10–85 °C. Kecepatan pembacaan data maksimal 750 ms (DS18b20 2014). Sensor ini memerlukan pull-up resistor agar dapat mengirim data ke mikrokontroler. Tampilan sensor suhu DS18b20 dan rangkaiannya disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Sensor Suhu DS18b20 Sensor asap TGS2600 mampu beroperasi pada suhu -10–55 °C dengan daya maksimum 535 mW (TGS2600 2014). Sensor TGS2600 menggunakan semi konduktor oksida logam yang berbentuk pada substrat alumunium sebagai chip sensor yang digabungkan dengan pemanas. Konduktivitas dari sensor ini akan meningkat sesuai dengan konsentrasi gas yang ada di udara. Sensor TGS2600 memiliki dua masukan tegangan, tegangan untuk pemanas VH dan tegangan untuk sirkuit Vc. Tegangan untuk pemanas diperlukan untuk menjaga agar sensor dapat merekam data secara optimal. Konsumsi daya pada sensor TGS2600 akan mencapai titik tertinggi jika nilai resistansi sensor sama dengan nilai resistansi referensi (TGS2600 2014). Struktur Sensor asap TGS2600 disajikan pada Gambar 7.
9
Gambar 7 Sensor Asap TGS2600 Sensor suhu dan asap berfungsi untuk mengukur suhu dan asap dalam ruang pegasapan. Setelah data suhu dan konsentrasi asap didapatkan, maka data akan dikirim ke mikrokontroler. Mikrokontroler selanjutnya akan memproses data, setelah itu data ditampilkan ke dalam LCD dan data ini disimpan ke dalam modul micro sd card. Modul ini memiliki 4 kaki yang dihubungkan ke dalam mikrokontroler. Kaki yang dihubungkan adalah kaki CS, MISO, MOSI, dan CLK. Modul micro sd card ini menggunakan komunikasi SPI untuk berkomunikasi dengan mikrokontroler. Proses Pembuatan Ikan Asap Langkah-langkah yang dilakukan selama proses pengasapan ikan dapat mempengaruhi produk akhir dari ikan asap itu sendiri. Jenis ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan tongkol. Ikan tongkol dipilih untuk membandingkan penelitian sebelumnya karena menggunakan ikan yang sama dan dapat dijumpai di berbagai tempat dengan harga yang relatip murah. Ada beberapa proses yang harus diperhatikan dalam pengasapan ikan yaitu kesegaran ikan, preparasi ikan dan pengasapan ikan. Ikan yang digunakan untuk proses pengasapan ialah ikan yang masih segar, utuh, dan bermutu tinggi. Jika ikan yang diasapi tidak segar dan tidak utuh akan menyebabkan produk akhir ikan asap yang bermutu rendah. Apalagi ikan yang digunakan sebagai bahan pengasapan merupakan ikan yang mulai rusak dan busuk, hasil pengasapannya memiliki mutu yang rendah. a. Kesegaran Ikan Kesegaran ikan diketahui dari beberapa parameter yaitu dengan melihat penampilan fisik, kondisi mata, insang, adanya lendir, meraba dan menekan struktur dan kondisi daging ikan, serta mencium bau ikan. Ikan yang masih segar biasanya tampak cemerlang dan mengkilap. Bagian luar tubuh ikan masih sesuai dengan bentuk jenisnya, lendir di permukaan tubuh tidak ada atau tipis, bening
10 dan encer, sisik tidak mudah lepas, bagian perut utuh, dan lubang anus tertutup. Bagian mata cembung, cerah, putih jernih, pupil hitam, atau tidak berdarah dengan insang merah cerah, tidak atau sedikit berlendir dan dagingnya pejal, lentur, dan jika ditekan cepat pulih, ikan berbau segar dan sedikit bau amis. b. Preparasi Ikan (Persiapan Ikan) Preparasi ikan ialah hal utama yang harus diperhatikan dalam pengasapan ikan karena sangat penting untuk mengurangi kerusakan pada produk ikan asap (Sebayang 2002). Pada penelitian ini, ikan yang digunakan untuk produk pengasapan ialah ikan tongkol. Proses dalam preparasi ikan dibagi menjadi dua, yaitu: Pencucian dan Penyiangan Ikan Sebelum ikan diasap, ikan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran, sisik dan lendir. Kemudian ikan disiangi dengan cara membelah bagian perut sampai dekat anus ikan. Ikan yang berukuran cukup besar dan berdaging tebal, sebaiknya difillet. Setelah itu bagian perut dicuci untuk menghilangkan sisa kotoran, darah, dan lapisan dinding perut yang berwarna hitam. Kemudian ikan dicuci lagi sampai bersih lalu direndam dengan larutan garam. Pencucian dan penyiangan dapat mengurangi kandungan mikroba (Soedarto dan Siswanto 2008) Penggaraman Ikan Penggaraman dilakukan dengan menaburkan garam ke bagian tubuh ikan dan dikeringkan selama 10 menit. Garam digunakan untuk membantu memudahkan pencucian dan menghilangkan lendir, memberikan cita rasa produk yang lebih lezat, membantu pengawetan, membantu pengeringan dan menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lebih kompak (Adawyah 2007). Penggaraman juga dianggap membantu mencegah perubahan warna. Dalam proses pengasapan pemberian garam mengakibatkan sel bakteri mengalami dehidrasi sehingga kehidupan sel bakteri akan terhambat (Doe 1986 dalam Soedarta dan Siswanto 2008) c. Pengasapan Proses pengasapan bertujuan meningkatkan daya awet ikan yang bergantung pada lama pengasapan dan volume asapnya. Proses pengasapan ikan memiliki beberapa tahapan yaitu pemilihan bahan bakar, penyusunan ikan, serta pengasapan. Bahan bakar Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batok kelapa dan serabut kelapa. Bahan bakar ini dipilih karena tidak menggandung getah dan juga umumnya dapat dijumpai. Penyusunan ikan Ikan digantungkan secara vertikal dengan kepala ikan menghadap ke bawah menggunakan alat panggang ikan. Hal ini dilakukan agar seluruh bagian tubuh ikan dapat terasapi secara merata dan darah yang masih berada di dalam tubuh ikan dapat keluar.
11 Pengasapan Pengasapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengasapan dingin dengan kisaran suhu 30-40 °C dan tungku atau ruang pembakaran diletakkan terpisah dari ruang pengasapan. Uji Coba Alat Uji coba alat ini dilakukan dengan melihat kinerja dari sensor suhu dan sensor asap. Uji coba sensor suhu ini dilakukan dengan melihat apakah rentang nilai suhu yang keluar dari sensor DS18b20 sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan (memiliki kisaran 30-40 °C). Untuk mengontrol suhu dan konsentrasi asap agar sesuai dengan yang diinginkan atau berada di kisaran 30-40 °C dilakukan pengolahan data dengan mengunakan syntax di Arduino (Lampiran 1) Uji coba sensor asap dilakukan dengan melihat nilai digital yang keluar dari sensor asap TGS 2600. Nilai digital ini dapat dikonversi menjadi nilai kepekatan asap dalam satuan ppm. Persamaan yang digunakan untuk mengkonversi nilai digital ke nilai part per milion (ppm) adalah sebagai berikut (TGS2600 2014):
Keterangan: ADC = Analog Digital Coverter 1024 = Nilai Konstanta Keterangan: Vc = Tegangan rangkaian Vout = Tegangan resistor Rs = Resistance Sensor RL = Hambatan induktor (nilai RL standar=10 KΩ)
Nilai yang didapatkan kemudian dikonversi dengan grafik Konsentrasi Gas yang ada dalam datasheet sensor asap TGS2600. Rumus yang digunakan untuk mengkonversi adalah sebagai berikut (TGS2600 2014): ...5
12
Gambar 8 Grafik Gas Konsentrasi (ppm) Vout merupakan tegangan yang keluar dari sensor. Dalam hal ini ADC merupakan digital converter yang berasal dari angka yang dikeluarkan oleh sensor asap TGS2600. Nilai ADC tersebut dibagi oleh nilai konstanta yang untuk merubah adc menjadi voltase. Nilai konstanta yang digunakan dalam pembagi ini yakni sebesar 1024. Setalah ADC dibagi dengan nilai konstanta yang digunakan kemudian hasilnya dikali dengan tegangan rangkaian. Tegangan rangkaian yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5 Volt. Rs adalah resistensi sensor yang dikeluarkan oleh rangkain sensor asap. Untuk mendapatkan nilai Rs maka nilai dari Vc yaitu sebesar 5 V dikurangi nilai Vout dan didapatkan hasil dari nilai tersebut. Nilai yang telah di dapat kemudian dibagi dengan nilai Vout kemudian dikali dengan RL, RL merupakan hambatan rangkaian. Hambatan rangkaian yang digunakan sebesar 10 kΩ. Setelah nilai Rs didapat maka nilai Pc dapat dicari nilainya, Pc merupakan konsumsi daya yang digunakan. Daya yang digunakan pada sensor asap dicari nilainya dari hasil tegangan rangkaian 5 Ω dikurangi nilai Vout kemudian hasilnya dipangkatkan, setelah hasil dari pangkat tersebut didapat kemudian nilai tersebut dibagi dengan nilai Rs. Kepekatan asap yang dihasilkan pada pengasapan dingin dapat ditentukan bila nilai Rs/Ro sudah didapatkan nilainya. Nilai Rs/Ro dapat dicari nilainya menggunakan nilai Rs dibagi dengan nilai resistansi awal atau yang sudah ditetapkan. Setelah nilai Rs dibagi Ro didat, tahap selanjutnya yaitu mencocokkan dengan grafik ppm pada modul sensor TGS2600 seperti Gambar 8. Dari nilai ppm ini, bisa diketahui seberapa pekat asap dalam ruang pengasapan, kepekatan ini dapat menjadi dasar untuk menentukan syarat minimum seberapa pekat asap yang digunakan untuk mendapatkan produk ikan asap yang baik untuk selanjutnya. Pembagian rentang kepekatan asap dibagi menjadi tiga kategori yaitu sedikit, sedang dan banyak: Jika nilai sensor asap <1/3 rentang nilai maksimum-minimum sensor asap maka termasuk dalam kategori sedikit. Jika nilai sensor berada pada rentang ≥1/3 hingga <2/3 nilai maksimumminimum maka termasuk daam kategori sedang. Jika nilai sensor asap ≥2/3 rentang nilai maksimum-minimum maka termasuk dalam kategori banyak.
13 Dari tiap kategori ini akan diketahui mayoritas nilai kepekatan asap, dari nilai inilah dapat diketahui rentang kepekatan asap yang baik untuk pengasapan dingin ikan. Analisis Produk Analisis produk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji organoleptik dan uji kadar air. Analis produk diperlukan untuk mengetahui mutu produk yang dihasilkan. Uji Organoleptik Organoleptik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kualitas suatu produk menggunakan panca indra manusia. Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu kenampakan, tekstur, bau, rasa, dan jamur (Mareta dan Awami 2011) . Uji organoleptik dilakukan selama 5 hari dan selama 2 hari dengan menggunakan score sheet. Uji ini dilakukan oleh panelis berjumlah 32 orang dengan katagori semi terlatih. Contoh tabel penilaian yang digunakan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Score Sheet Sensori Spesifikasi 1. Kenampakkan Utuh, bersih, warna coklat sangat mengkilat spesifik jenis Utuh, bersih, warna coklat, mengkilat spesifik jenis Utuh, bersih, warna coklat, kusam Tidak utuh, warna coklat tua, kusam Tidak utuh, warna coklat tua, kusam sekali 2. Bau Harum asam cukup, tanpa bau tambahan yang mengganggu Kurang harum, asap cukup, tanpa bau tambahan mengganggu Netral, sedikit bau tambahan Bau tambahan kuat, tercium bau amoniak kuat dan tengik Busuk, bau amoniak kuat dan tengik 3. Rasa Enak, gurih Enak, kurang gurih Tidak enak, tidak gurih Tidak enak dengan rasa tambahan menggangu Basi
Nilai
9 7 5 3 1 9 7 5 3 1 9 7 5 3 1
Lamanya pengasapan 1 2 3 4 5 6 7
14
Spesifikasi
Nilai
4. Tekstur Padat, kompak, cukup kering, antar jaringan Erat Padat, kompak, kering, antar jaringan erat Kurang kering, antar jaringan longgar Lunak, antar jaringan mudah lepas Sangat lunak, jaringan mudah lepas 5. Jamur Tidak ada Ada Sumber: SNI 2725.1:2009
Lamanya pengasapan 1 2 3 4 5 6 7
9 7 5 3 1 9 1
Uji Kadar Air Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi metode kimia, dan metode khusus seperti refraktometer. Penelitian ini menggunakan pengukuran kadar air dengan oven pada suhu 105 °C. Cawan yang digunakan dimasukan kedalam oven terlebih dahulu pada suhu 105 °C selama 24 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat tetap. Contoh yang akan ditentukan kadar airnya ditimbang ±2 gram pada cawan yang telah diketahui beratnya dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama lima jam sampai berat tetap. Cawan berisi contoh didinginkan dalam desikator menggunakan pinset penjepit selama 30 menit. Cawan tersebut dikeluarkan dan ditimbang sampai berat tetap. Kadar air dihitung sebagai pengurangan berat contoh selama dalam oven dan dihitung dengan rumus berikut :
Keterangan : a = Berat wadah dan contoh mula-mula (gr) b = Berat wadah dan contoh setelah dikeringkan (gr) c = Berat contoh mula (gr)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan Umum Intrumen Desain umum dari alat pengasapan dingin produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan konsentrasi asap dibagi menjadi 3 bagian yaitu tempat pembuatan asap, pipa penyalur asap, dan ruang pengasapan. Tempat pembuatan asap berfungsi sebagai pembuatan asap pada pembakaran bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batok kelapa dan serabut kelapa. Tempat pembuatan asap berada terpisah dengan
15 dengan ruang pengasapan. Tempat pembuatan asap berukuran diameter 1 m dengan tinggi 63 cm dan di lengkapi dengan lubang udara pada bagian atas yang berfungsi untuk menyalurkan asap ke tempat pengasapan melalui pipa pengasapan, tempat pembuatan asap juga terdapat lubang berukuran 10 x 20 cm. Tempat pembuatan asap rancang bangun alat pengasapan dingin produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan kosentrasi asap disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Tempat Pembuatan Asap Pipa penyalur asap berfungsi menyalurkan asap yang dihasilkan dari tempat pembakaran ke ruang pengasapan dan mengurangi kotoran yang dibawa dari tempat pembakaran. Pipa penyalur asap terbuat dari besi dan alumunium dengan panjang pipa 3 m, dan memiliki 3 cabang untuk menyalurkan asap ke tempat pengasapan. Tampilan pipa penyalur asap disajikan (Gambar 10) berikut ini :
Gambar 10 Pipa Penyalur Asap Ruang pengasapan berfungsi sebagai penampung bahan yang akan diasap, yang terbuat dari bahan alumunium dengan ukuran 1 m x 1 m x 2 m. Bagian depan tempat pengasapan terdapat kaca yang bertujuan mempermudah memantau ikan asap yang sedang diasapi. Kemudian di dalam tempat pengasapan juga terdapat tiga rak untuk menggantungkan ikan, dengan jarak antar rak yang lain lebih kurang 40 cm dan setiap rak tersusun lima baris alumunium yang berbentuk slinder. Di dalam tempat pengasapan terdapat tiga buah kipas AC, dibagian bawah dua buah dan bagian atas satu buah. Kipas yang digunakan berukuran 18 cm x 18 cm. Selain itu terdapat dua sensor asap yang diletakan di rak kedua dan rak ketiga. Pada bagian luar tempat pengasapan terdapat box komponen yang berfungsi untuk
16 menempatkan komponen dan rangkaian elektro, seperti: Arduino Nano, RTC, LCD, MMC, relay, dan on/off. Ukuran box kompenen 18 cm x 35 cm. Di bagian atas ruang pengasapan ikan juga terdapat cerobong asap dengan ketinggian 30 cm dengan ukuran 20 cm x 20 cm. Tampilan ruang pengasapan (Gambar 11).
A B
C
D
Gambar 11 (a) Ruang Pengasapan Tampak Samping (b) Ruang Pengasapan Tampak Depan (c) Box Komponen (d) Bagian Dalam Ruang Pengasapan Proses pengasapan pada alat ini yaitu batok kelapa yang dibakar pada tempat pembakaran menghasilkan asap, kemudian asap masuk ke dalam saluran penghubung antara tempat pengasapan dan tempat pembakaran yang memiliki jarak 3 m. Asap ini dapat menuju ruang pengasapan karena dihisap oleh kipas exhaust yang ada di tempat pembakaran. Kipas bagian bawah yang berjumlah 2 buah akan menghisap secara maksimal jika suhu di tempat pengsapan kurang dari 30 °C . Jika suhu di dalam ruang pengasapan berada di atas 40 °C, maka kipas
17
bagian bawah akan menghisap asap secara minimal dan kipas bagian atas akan mengisap secara maksimal. Asap yang masuk ke dalam tempat pengasapan kemudian direkam oleh sensor suhu dan sensor asap. Data yang terekam pada sensor suhu dan sensor asap kemudian disimpan dalam memory card. Asap bersirkulasi di dalam ruang pengasapan dan menempel pada ikan-ikan yang telah digantung di rak, kemudian asap akan keluar melalui cerobong asap yang berada di atas ruang pengasapan. Asap ini dihisap oleh sebuah kipas AC yang ada pada cerobong asap untuk mencegah asap yang berada di dalam tempat pengasapan tidak terlalu banyak. Karena, hal tersebut dapat menyebabkan hasil dari produk pengasapan tidak terlalu bagus. Uji coba alat dilakukan dua kali yaitu tanpa menggunakan ikan dan menggunakan ikan. Uji coba tanpa menggunakan ikan, alat pengasapan dingin ini mampu bertahan hingga 1 minggu dengan merekam data suhu dan sensor asap secara maksimal disetiap rak tanpa ada kendala (Gambar 12). Uji coba dengan menggunakan ikan dilakukan selama 5 hari dan 2 hari dengan rentang yang berbeda. Lamanya pengasapan berbeda karena untuk mengetahui hasil produk ikan asap yang dihasilkan. Saat pengasapan 5 hari dan 2 hari ruang pengasapan menjadi berubah warna menjadi kecoklatan ini disebabkan karena banyak asap yang menempel dinding ruang pengasapan. Sensor asap dan sensor suhu juga berubah warna menjadi kecoklatan dan terdapat lapisan pekat pada sensor, dikarenakan asap yang menempel dan mengendap pada permukaan sensor. Meskipun sensor berubah warna menjadi kecoklatan dan terdapan lapisan pekat namun tidak mengurangi asibiliatas sensor untuk merekan data, ini dikarenakan pada sensor asap dan suhu telah dilapisi bahan alumunium yang waterproof sehingga aman.
Gambar 12 Uji Coba Alat Tanpa Ikan
18
Perancangan Sistem Elektronik Rangkaian Utama Arduino Nano Mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler ATMega 328 yang digabungkan dengan board Arduino Nano. Arduino Nano berukuran kecil sehingga penempatannya tidak memakan banyak ruang, Arduino Nano dapat diaktifkan melalui koneksi usb mini-b, atau melalui catu daya ekternal dengan tegangan belum teregulasi antara 6-20 V yang dihubungkan melalui pin 30 atau pin VIN, atau melalui catu daya eksternal dengan tegangan teregulasi 5 V melalui pin 27 atau pin 5 V (Gambar 13).
Gambar 13 Mikrokontroler Arduino Nano Konfigurasi pin Arduino dengan beberapa perangkat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Konfigurasi Pin Arduino Nano dengan Perangkat Lain Perangkat Pin Keterangan LCD 16x2 A4 SDA A5 SCL Real Time Clock DS3231 A4 SDA A5 SCL 5V Vcc GND Grand Micro SD card D10 CS D13 SCK D11 MOSI D12 MISO 5V Vcc GND Grand Sensor asap TGS 2600 5V Vcc GND Grand Sensor suhu DS18b20 D2 Vcc D3 DQ D4 Grand Kipas AC D6 I/O D7 I/O D8 I/O
19 Perangkat Catu daya
Pin (-) V (+) V
Keterangan 5V Grand
Rangkaian Sensor Suhu Sensor DS18b20 merupakan sensor digital yang dapat digunakan untuk mengukur suhu tiap rak pada ruang pengasapan. Sensor ini memiliki tiga kaki yaitu Vcc, DQ, GND. Tegangan yang diperlukan untuk mengaktifkan sensor ini sebesar 3–5 V. Port yang digunakan sensor DS18b20 untuk berkomunikasi dengan mikrokontroler adalah Port D2, D3, D4 (Gambar 14).
Gambar 14 Rangkaian Sensor Suhu Digital DS18b20 Pada rangkaian DS18b20 diperlukan resistor pull-up dengan resistansi sebesar 4.7 kΩ. Resistor pull-up berfungsi untuk menyesuaikan level tegangan digital sensor dengan mikrokontroler dikarenakan perbedaan arus serap (currentsink) dari keduanya. Hasil pengukuransensor suhu digital DS18b20 berupa data suhu dalam satuan °C. Rangkaian Sensor Asap Sensor asap yang digunakan yaitu sensor TGS2600. sensor asap TGS2600 diproduksi oleh Figaro. Sensor ini dapat mendeteksi gas karbon monoksida dan hidrogen. Gas kabon monoksida dan hidrogen dapat merubah konduktivitas dari sensor. Perubahan konduktivitas ini akan mempengaruhi tegangan sensor tersebut. Tegangan merupakan besaran analog sehingga dibutuhkan ADC untuk merubah menjadi nilai digital. ADC pada mikrokontroler terdapat pada Port D sehingga keluaran dari sensor dihubungkan dengan Port tersebut. Konfigurasi sensor TGS2600 memiliki empat kaki yaitu dua untuk pemanas (heater), satu untuk Vcc (tegangan input), dan satu untuk tegangan keluaran. Tegangan dan ground untuk heater digabungkan dengan tegangan dan ground untuk sensor (Gambar 15).
Gambar 15 Konfigurasi Sensor Asap Figaro TGS2600
20 Real Time Clock Real time clock (RTC DS3231) menggunakan komunikasi I2C dengan arduino yaitu pada port A pin 4 sebagai SDA dan port A pin 5 sebagai SCL. RTC ini membutuhkan dua resistor pull-up 4.7 kΩ pada pin SDA dan SCL (Gambar 15). Resistor ini digunakan untuk menyesuaikan level tegangan digital sensor dengan mikrokontroler dikarenakan perbedaan arus serap (current-sink) dari keduanya. Catu daya yang dibutuhkan oleh DS 3231 berkisar 2.3–5.5 V. Real time clock DS3231 memerlukan sumber tenaga cadangan agar data tanggal dan waktu yang telah diatur tetap dapat berjalan ketika catu daya utama dimatikan. Sumber tenaga cadangan yang digunakan adalah micro lithium cell CR 2032 dengan tegangan 3 V. Data yang dikeluarkan dari RTC DS3231 berupa data waktu saat ini dengan format hari/bulan/tahun-jam:menit:detik (Gambar 16).
Gambar 16 Konfigurasi Real Time Clock DS3231
Uji Alat Uji coba alat dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan konsentrasi suhu dan asap di setiap rak pada ruang pengasapan. Uji coba dilakukan selama 5 hari untuk melihat hasil ikan yang diasapi dan mendapatkan hasil konsentrasi suhu dan asap setiap rak. Kemudian dilakukan uji alat kedua yang dilakukan selama 2 hari dengan rentang waktu per 4 jam untuk melihat hasil dari perbandingan antara pengasapan yang dilakukan 5 hari dan 2 hari. Kemudian hasil data dari konsentrasi suhu dan asap diolah menggunakan software MATLAB (Lampiran 2-5). Hasil Uji Suhu Uji coba dilakukan sebanyak dua kali yaitu uji coba selama 5 hari dengan rentang pengambilan sampel selama 1 hari dan uji coba selama 2 hari dengan rentang pengambilan sampel per 4 jam. Hal tersebut dilakukan untuk membandingkan dan mengetahui lamanya waktu pengasapan dalam menghasilkan produk ikan asap yang baik. Hasil uji coba konsentrasi suhu selama 5 hari dan 2 hari dengan hari yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.
21 Hasil uji coba konsentrasi suhu ini menggambarkan perubahan suhu terhadap lamanya pengasapan ikan.
Gambar 17 Grafik Konsentrasi Suhu Tiap Rak Selama 5 Hari Pengasapan Sumbu x pada Gambar 1 adalah waktu penelitian yaitu tanggal (spasi) jam perekaman data (jam:menit). Rentang data yang digunakan ialah per 12 jam. Sedangkan sumbu y adalah besaran suhu (°C) pada setiap rak. Hasil pengamatan suhu selama 5 hari menunjukkan rentang suhu pengasapan berkisar antara 20-40 °C. Suhu ruang pengasapan tidak stabil atau tidak berada di suhu yang konstan. Hal ini dikarenakan bahan bakar arang tidak mencukupi untuk mengasapi ruang pengasapan ikan. Peningkatan suhu di atas 40 °C kemungkinan karena arang yang berada di dalam ruang pembakaran telah mengalami pembakaran secara merata dan kipas angin yang digunakan untuk mendistribusikan suhu belum bekerja secara maksimal. Penurunan suhu di bawah 30 °C dikarenakan arang di dalam ruang pembakaran tidak mencukupi untuk mendistribusikan panas dan asap ke dalam ruang pengasapan. Hari ketiga terjadi penurunan suhu selama 10 jam yaitu pukul 03.32-13.32 WIB sedangkan pada hari kelima terjadi penurunan suhu yaitu pada pukul 03.32 WIB sampai selesai proses pengasapan. Pengasapan selama 2 hari konsentrasi suhu menunjukkan perubahan suhu seiring lamanya pengasapan. Penurunan suhu yang sangat signifikan terjadi pada hari kedua selama 20 jam pada pukul 02.32-22.00 WIB. Hal ini disebabkan adanya pemadaman listrik di sekitar tempat pengujian sehingga pemantauan suhu tidak dapat direkam. Peningkatan suhu yang terjadi pada pengasapan selama dua hari disebabkan batok kelapa pada tempat pengasapan sudah keseluruhan menyala secara merata (Gambar 18).
22
Gambar 18 Grafik Konsentrasi Suhu Tiap Rak Selama 2 Hari Pengasapan Berdasarkan hasil pengujian di atas, maka dapat diperoleh nilai rata-rata suhu dan standar deviasinya. Nilai statistik hasil pengujian ini akan dibandingkan dengan hasil pengujian Fansuri (2011). Nilai rata-rata suhu dan standar deviasi suhu sisajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Rata-Rata Suhu dan Standar Deviasi Suhu. Hasil Pengujian Fansuri (2011) Pengasapan 5 hari Pengasapan 2 hari
Nilai Rata-rata Suhu (°C) Rak 1 Rak 2 Rak 3
Nilai Standar Deviasi Rak 1 Rak 2 Rak 3
31.57
29.71
39.30
2.53
2.12
5.07
35.24
35.18
33.25
3.70
3.58
3.20
37.10
37.44
35.15
3.17
3.20
2.82
Nilai rata-rata suhu ruang pengasapan ikan selama 5 hari dan selama 2 hari terjadi perbedaan ±2 °C. Perbedaan suhu tersebut kemungkinan disebabkan jumah bahan bakar yang berada di tempat pembakaran jumlahnya tidak sama antara 5 hari dan 2 hari. Faktor kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi suhu pada masing-masing hari. Misalnya saat kondisi malam hari dan hujan, kondisi tersebut menyebabkan suhu lingkungan lebih rendah dibandingkan suhu yang berada di tempat pengasapan dan tempat pembakaran. Suhu lingkungan yang rendah tersebut menyebabkan distribusi panas tidak menyebar secara merata. Konsentrasi suhu selama pengasapan yang telah dilakukan didapat nilai rentang suhu rata-rata pengasapan dingin ini yaitu 33.2537.44 °C. Nilai rata-rata suhu setiap rak tidak terlalu jauh berbeda. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa suhu di rak 1, rak 2, dan rak 3 hanya berbeda 2 °C. Dari hasil yang didapat tersebut berbeda dengan hasil penelitian Fansuri (2011) yaitu perbedaan
23 suhu setiap rak sebesar 10 °C. Berdasarkan hal tersebut dapat diilihat bahwa suhu disetiap rak ruang pengasapan pada penelitian ini lebih stabil dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fansuri (2011). Dari hasil pengujian sensor suhu ini dapat dikatakan bahwa sensor suhu DS18b20 bekerja secara baik sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Hasil Uji Konsentrasi Asap Uji coba konsentrasi asap dilakukan sebanyak dua kali yaitu yang pertama selama 5 hari dengan rentang pengambilan sampel selama 1 hari dan uji coba kedua selama 2 hari dengan rentang pengambilan sampel per 4 jam dengan waktu yang berbeda. Hasil pengujian konsentrasi asap disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19 Grafik Kosentasi Asap Tiap Rak Selama 5 Hari Pengasapan Gas yang diukur pada penelitian ini adalah gas kabon monoksida. Konsentrasi gas monoksida dianggap sebagai konsentrasi asap secara keseluruhan. Asap mengandung lebih dari 200 senyawa kimia, senyawa yang banyak ditemukan adalah karbonil, asam organik, fenol, basa organik, alkohol, hidrokarbon (termasuk aromatik), polisiklik, karbon dioksida, karbon monoksida, oksigen, nitrogen, dan N2O (Irianto dan Giyatmi 2009). Sumbu x pada Gambar 19 adalah waktu penelitian yaitu tanggal (spasi) jam perekaman data (jam:menit). Rentang data yang digunakan ialah per 12 jam. Sedangkan sumbu y adalah nilai Analog Digital Corverter (ADC) dari sensor pada setiap rak. Berdasarkan pengukuran konsentrasi asap selama 5 hari dapat dilihat bahwa konsentrasi asap di dalam ruang pengasapan ikan tidak stabil. Penurunan konsentrasi asap kemungkinan disebabkan karena pasokan bahan bakar sudah mulai menipis pada tempat pembakaran. Selain itu, banyaknya arang yang menyala juga dapat mempengaruhi konsentrasi asap setiap rak. Arang yang menyala dapat menyebabkan asap yang dihasilkan sedikit, hal ini disebabkan asap berasal dari pembakaran yaang tidak sempurna. Peningkatan asap yang terjadi kemungkinan disebabkan adanya penambahan bakan bakar (batok kelapa) yang
24 mengalami pembakaran tidak sempurna atau kipas yang berada dalam tempat pengasapan bekerja secara baik menghisap asap dari tempat pengasapan. Pengamatan konsentrasi asap pada percobaan selama 2 hari dapat dilihat pada Gambar 20. Dari percobaan ini diketahui bahwa ada penurunan konsentrasi asap secara signifikan yang terjadi pada hari kedua pengasapan yaitu tepatnya pada pukul 05.30- 22.30 WIB. Penurunan konsentrasi asap ini dikarenakan pada saat pengambilan data terjadi pemadaman listrik di sekitar lokasi pengambilaan data, sehingga data konsentrasi asap tidak terekam.
Gambar 20 Grafik Kosentasi Asap Tiap Rak Selama 2 Hari Pengasapan Dari pengujian yang dilakukan maka didapatkan nilai rata-rata dan standar deviasi konsentrasi asap pada sensor asap TGS2600 (Tabel 6). Nilai tegangan yang dikeluarkan oleh sensor asap di setiap rak menunjukkan nilai yang hampir sama. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua rak. Tabel 6 Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi Konsentrasi Asap pada Sensor Asap TGS 2600 Nilai Rata-rata Voltase (V) Nilai Standar Deviasi Hasil Pengujian Rak 1 Rak 2 Rak 1 Rak 2 Fansuri (2011) 4.11 4.32 0.46 0.19 Pengasapan 5 3.67 3.62 0.76 0.80 hari Pengasapan 2 4.15 3.99 0.35 0.40 hari Nilai tegangan yang dikeluarkan sensor asap pada pengasapan 2 hari dan penelitian Fansuri (2011) tidak berbeda jauh yaitu pada rak 1 sebesar 0.04 V dan rak 2 sebesar 0.33 V, sedangkan pada pengasapan 5 hari dan hasil penelitian Fansuri (2011) terdapat perbedaan yang cukup jauh yaitu pada rak 1 sebesar 0.44 V dan rak 2 sebesar 0.7 V. Perbedaan ini kemungkinan karena jumlah asap yang
25 masuk ke ruang pengasapan ikan tidak sama. Dari pengukuran sensor asap, kita dapat mengkonversi nilai digital yang keluar dari sensor menjadi nilai kepekatan asap dalam satuan ppm. Dari persamaan 5 kita mendapatkan nilai konsentrasi asap dalam ppm. Hasil konversi nilai ini tersebut disajikan pada Gambar 21 dan Gambar 22.
Gambar 21 Grafik Jumlah Konsentrasi Asap (ppm) pada Pengasapan Selama 5 Hari Jumlah konsentrasi asap pada percobaan selama 5 hari dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori asap sedikit (<119.48 ppm), kategori asap sedang (119.48 ppm–236.89 ppm), dan kategori asap banyak (>236.89). Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pada percobaan selama 5 hari konsentrasi asapnya berada pada kategori sedang yaitu sebesar 119.48–236.89 ppm. Asap sedang pada pengasapan selama 5 hari disebabkan karena suhu pada ruang pengasapan rendah sekitar 3335 °C. Asap dapat dipengaruhi oleh suhu yang berasal dari ruang pengasapan, jumlah batok kelapa yang mengalami pembakaran tidak sempurna, dan jenis bahan bakar yang digunakan (Mareta dan Awami 2011). Jenis kayu atau bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan dapat menentukan mutu asap yang dihasilkan. Jumlah asap, ketebalan asap, dan kecepatan aliran asap didalam alat pengasap akan menentukan mutu ikan asap (Sebayang 2002). Jika ingin mendapatkan mutu dan volume yang diharapkan, sebaiknya digunakan kayu keras (non-resinous) seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk, dan seratan kayu jati serta tempurung kelapa sebagai bahan bakar. Pada umumnya kayu keras menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya aromatik dan lebih mengandung senyawa asam dibandingkan kayu lunak. Kayu yang digunakan untuk pengasapan sebaiknya memenuhi tiga syarat yaitu keras, tidak mudah terbakar, cepat terbakar, dan menghasilkan asap dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang lama. Jumlah konsentrasi asap (ppm) pada percobaan selama 2 hari ditunjukkan pada Gambar 22.
26
Gambar 22 Grafik Jumlah Konsentrasi Asap (ppm) pada Pengasapan Selama 2 Hari Dari percobaan yang telah dilakukan kita dapat melihat bahwa rentang asap yang baik untuk pengasapan ikan adalah di atas 150 ppm. Kepekatan asap dapat mempengaruhi hasil dari pengasapan metode dingin ikan. Jadi, pengasapan diharapkan berada di atas 150 PPM agar hasilnya optimal.
Karakteristik Analisis Produk Kualitas hasil suatu produk dapat ditentukan melalui uji organoleptik yang dilakukan. Uji organoleptik pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pengasapan selama 5 hari dan 2 hari. Uji organoleptik dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB angkatan 47-49 (tahun ajaran masuk 2010-2012) yang semi terlatih yaitu dengan mengisi tabel penilaian/score sheet sensori yang telah disediakan (Lampiran 5-15). Berikut ini tampilan hasil uji organoleptik yang telah dilakukan pada produk akhir pengasapan berdasarkan rasa, penampakan, bau, tekstur dan jamur. Rasa Rasa ialah bagian terpenting untuk menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pengasapan ini, walaupun parameter yang lain baik, tetapi bila rasanya tidak enak atau tidak disukai maka akan diltolak (Soekarto 1985). Bahan organik (kayu) yang akan digunakan dalam pembakaran, hendaknya dipilih dari kayu keras untuk pengasapan dingin, karena kayu yang mengandung damar dapat menimbulkan bau dan rasa dan kurang enak. Berdasarkan Gambar 23 dapat dilihat hasil uji organoleptik terhadap rasa pada ikan tongkol asap yang rasanya bervariasi tiap harinya. Pada uji orgonoleptik pada produk ikan asap yang diasapi selama 5 hari memperoleh hasil yaitu hari pertama nilai ikan asap sebesar 7 dan 7.2 untuk hari kedua. Kategori nilai tersebut termasuk rasa ikan tongkol yang enak dan kurang gurih, sedangkan pada hari ke tiga dan ke empat terjadi penurunan rasa produk ikan asap yaitu tidak enak dan
27
kurang gurih dengan nilai sebesar 6 dan 5.1. Penurunan drastis kulitas rasa ikan produk ikan asap terjadi pada hari ke lima yaitu tidak enak dengan rasa tambahan menggangu dengan nilai sebesar 3.8. Penurunan nilai organoleptik yang terjadi disebabkan karena waktu pengasapan yang lama yang menyebabkan rasa dari ikan asap dapat menurun seiring lamanya waktu pengasapan (soedarto dan siswanto 2008). bahan bakar juga dapat mempengaruhi cita rasa dari produk ikan asap, karena setiap jenis kayu memiliki aroma, dan jenis asap yang berbeda dalam hal ini ketebalan asap yang terserap ikan akan menentukan rasa asap yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga perlu adanya keseimbangan antara rasa dengan daya simpan ikan asap tersebut (Fansuri 2011). Ikan asap yang disukai oleh panelis dari hasil uji organoleptik terhadap rasa yaitu pengasapan yang berlangsung selama 2 hari.
Gambar 23 Grafik Hasil Uji Organoleptik terhadap Rasa Selama 5 Hari Berdasarkan Gambar 24 dapat dilihat hasil uji organoleptik terhadap rasa ikan tongkol di peroleh rasa tidak enak dan tidak gurih dengan nilai rata-rata responden pada pengasapan selama 4 jam 6.6, dan 8 jam 6.8. Mutu pengasapan berubah-ubah nilainya seiring lama waktu pengasapan Mutu rasa ikan tongkol meningkat dengan karakteristik enak dan kurang gurih pada pengasapan selama 12 jam dengan rata-rata nilai sebesar 7.3, 16 jam 7.4, 20-24 jam 7.9, 28 jam 8, 32 jam 7.9, 36 jam 8.3, 40 jam 8.2, 44 jam 8.1 dan 48 jam sebesar 8.1. Rasa yang disukai responden menurut Gambar 23 yaitu waktu pengasapan selama Ikan asap yang disukai oleh panelis dari hasil uji organoleptik terhadap rasa yaitu pengasapan yang berlangsung selama 36-48 jam. Perbandingan yang telah didapat berdasarkan Gambar 23 dengan Gambar 24 menunjukan tampilan dan nilai yang berbeda disetiap waktu pengasapan terhadap rasa ikan asap. Rasa ikan asap yang minimum menurut SNI 2725.1:2009 yaitu nilai rata-rata responden sebesar 7 (enak dan kurang gurih). Rasa ikan asap yang baik pada pengasapan yang telah dilakukan yaitu pada pengasapan selama 2 hari, dengan waktu pengasapan selama 36-48 jam.
28
Gambar 24 Hasil Uji Organoleptik terhadap Rasa Selama 2 Hari Penampakan Penampakan merupakan penilaian pertama yang dilihat panelis pada uji organoleptik ini karena penampakan dapat menentukan ketertarikan dan selera panelis untuk mencoba atau menilai produk akhir pengasapan yang dihasilkan. Umumnya konsumen memilih makanan yang memiliki kenampakan yang menarik sehingga timbul rasa ingin mencoba dan penasaran atas makanan tersebut (Soekarto 1985). Hasil produk akhir ikan asap dengan menggunakan alat pengasapan dingin ini yaitu berwarna coklat, keras, tidak berlendir, dan tidak berjamur (Lampiran 16). Uji organoleptik penampakan dilihat berdasarkan warna dan bentuk fisik ikan asap yang dihasilkan. Hasil uji organoleptik terhadap kenampakan ikan asap dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Hasil Uji Organoleptik terhadap Penampakan Selama 5 Hari Karakteristik yang diperoleh berdasarkan kenampakan ikan selama 5 hari yaitu penampakan ikan asap utuh, bersih, dan warna coklat mengkilat spesifik jenis. Nilai rata-rata responden pada hari pertama pengasapan sebesar 6.7,
29 Kemudian pada hari kedua dan ketiga pengasapan sebesar 7.07 dan 7. Penurunan mutu pengasapan terjadi pada hari keempat dan kelima dengan karakterisstik mutu kenampakan ikan utuh bersih, warna coklat, dan kusam. Nilai rata-rata responden pada hari keeempat dan kelima sebesar 6.2 dan 5.1. Penurunan karakteristik mutu ikan terhadap kenampakan ikan asap yang dihasilkan dapat di sebabkan oleh kandungan senyawa asam organik, sehingga warna pada bagian ikan asap menjadi berubah. Sedangkan bagian ikan asap yang mengkilap dapat disebabkan fenol dan formaldehid yang membentuk suatu lapisan, lapisan tersebut ialah lapisan damar (Adawyah 2007). Warna kecoklatan yang diakibatkan pemanasan yang berlebihan terjadi karena adanya reaksi Maellarad antar senyawa asam amino dengan gula pereduksi membentuk Melanoidin. Selain itu kecoklatan juga terjadi karena reaksi antar protein, peptida, dan asam amino dengan hasil dekomposisi lemak (Heruwati 2002). Berikut merupakan Nilai rata-rata panelis hasil organoleptik berdasarkan penampakan ikan asap yang dilakukan dengan lama pengasapan selama 2 hari (Gambar 26)
Gambar 26 Hasil Uji Organoleptik terhadap Penampakan Selama 2 Hari Berdasarkan Gambar 26 dapat dilihat hasil uji organoleptik berdasarkan penampakan selama 2 hari memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan pengasapan selama 5 hari. Pengasapan selama 2 hari pada pengasapan yang berlangsung selama 4 sampai 8 jam kriteria penampakan ikan asap utuh, bersih, warna coklat, kusam, dengan nilai rata-rata panelis sebesar 6.3 dan 6.7. Kemudian kriteria pengasapan ikan terus meningkat dari lama pengasapan 12 hingga 44 jam dengan kriteria penampakan utuh, bersih, warna coklat, mengkilat dengan masingmasing nilainya sebesar 7, 7.6, 7.9, 7.9, 8.2, 8.2, 8.4, 8.39 dan 8.5. Perubahan keriteria kembali meningkat pada pengasapan 48 jam dengan kriteria penampakan utuh, bersih, warna coklat sangat mengkilat spsesifik jenis dengan rata-rata nilai 9. Perbandingan yang telah didapat berdasarkan Gambar 25 dengan Gambar 26 menunjukkan tampilan dan nilai yang berbeda disetiap waktu pengasapan terhadap penampakan ikan asap. Penampakan ikan asap yang minimum menurut SNI 2725.1:2009 yaitu nilai rata-rata responden sebasar 7 (utuh, bersih, warna coklat, mengkilat spesifik jenis). Penampakan ikan asap yang baik pada
30 pengasapan yang telah dilakukan yaitu 2-3 hari . dengan waktu pengasapan selama 32-48 jam. Bau Bau merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen pada suatu produk. Melalui pembauan dapat dikenali enak tidaknya suatu makanan, meskipun hanya mencium bau makanan tersebut dari jarak jauh (Soekarto 1985). Bau ikan asap yang minimum menurut SNI 2725.1:2009 yaitu nilai uji organoleptiknya rata-rata sebesar 7 (kurang harum, asap cukup, tanpa bau tambahan menggangu) Karakteristik mutu ikan asap terhadap bau pada Gambar 27 yaitu bau ikan asap kurang harum, asap cukup, tanpa bau tambahan menggangu. Nilai rata-rata yang diperoleh selama pengasapan adalah hari pertama 7.3, hari kedua 7.5, hari ketiga 7.4, hari keempat 7.5, dan hari kelima sebesar 7. Bau ikan asap disebakan adanya hasil efek kombinasi dari senyawa-senyawa pada asap, panas, dan garam karena semua faktor-fakor tersebut menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi pada produk. Senyawa-senyawa fenol memiliki peran utama pada pembentukan flavor khas asap (Irianto dan Giyatmi 2009).
Gambar 27 Hasil Uji Organoleptik terhadap Bau Selama 5 hari Berdasarkan Gambar 28 hasil uji organoleptik berdasarkan bau dengan lamanya pengasapan selama 2 hari didapat nilai rata-rata skor yaitu 4 jam pertama pengasapan sebesar 6.6. Kemudian bau ikan asap semakin meningkat seiring lamanya pengasapan yakni pengasapan yang berlangsung secara 8 jam hingga 32 jam dengan skor rata-rata 8 jam 7.3, 12 jam 7.6, 16 jam 7.9, dan 20 hingga 32 jam sebesar 8.2-8.3. Penurunan yang tidak begitu seignifikan terjadi pada lamanya pengasapan selama 36-48 jam yaitu nilai rata-ratanya sebesar 8.2. Nilai ini menujukkan keriteria bau ikan asap selama 2 hari yaitu berbau kurang harum, asap cukup, dan tanpa bau tambahan mengganggu.
31
Gambar 28 Hasil Uji Organoleptik terhadap Bau Selama 2 Hari Tekstur Tekstur merupakan bagian dari tampilan dan bentuk produk, tekstur juga dapat mempengaruhi citra suatu bahan makanan atau produk. Tekstur ikan asap yang minimum menurut SNI 2725.1:2009 yaitu nilai uji organoleptiknya rata-rata sebesar 7 (padat, kompak,kering, antar jaringan erat). Berdasarkan Gambar 29, hasil organoleptik terhadap tekstur ikan asap yaitu karakteristik tekstur ikan asap kurang kering antar jaringan longgar dengan nilai rata-rata panelis hari pertama sebesar 6.6. Hari kedua hingga hari kelima terjadi peningkatan karakteristik mutu ikan. Peningkatan karakteristik mutu ikan asap menjadi lebih baik yaitu ikan asap lebih padat, kompak, kering dan antar jaringan erat yang menyebabkan ikan menjadi keras teksturnya, seperti ikan kayu. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada hari kedua sebesar 7.5, hari ketiga 8.4, hari keempat 8.5, dan hari keenam 8.6
Gambar 29 Hasil Uji Organoleptik terhadap Tekstur Selama 5 Hari
32 Berdasarkan Gambar 30 dapat dilihat bahwa hasil organoleptik terhadap tekstur ikan asap selama 2 hari memperoleh hasil dengan nilai rata-rata sebesar 6.6 untuk pengasapan selama 4 jam dan 6.7 selama 8 jam dengan kriteria tekstur kurang kering, dan antar jaringan longgar. Peningkatan nilai rata-rata skor panelis meningkat pada pengasapan selama 12 jam hingga 28 jam dengan karakteristik mutu ikan asap padat, kompak, kering, dan antar jaringan erat. Nilai rata-rata responden 12 jam 7.5, 16 jam 7.6, 20 jam 8.1, 24 jam 8.3 dan 28 jam sebesar 8.6. menurut soedarto dan siswanto (2008). Tekstur ikan asap dapat dipengarui oleh lamanya pengasapan, semakin lama pengasapan maka semakin keras ikan yang dihasilkan
Gambar 30 Hasil Uji Organoleptik terhadap Tekstur Selama 2 Hari Jamur Jamur merupakan faktor penting dalam menentukan daya tahan ikan. Absorbsi air oleh ikan asap akan menyebabkan degradasi penampakan dan tekstur serta permukaannya sesuai untuk pertumbuhan kapang. Sifat bakterisidal dari asap disebabkan oleh komponen asap seperti formaldehid, asam asetat, dan kresota yang apabila terdapat pada permukaan produk dapat mencegah pembentukan spora serta menghambat pertumbuhan bakteridan kapang (Irianto dan Giyatmi 2009). Hasil uji organoleptik yang dilakukan pada pengasapan yang berlangsung selama 2 hari dan 5 hari diperoleh hasil bahwah jamur tidak terdapat pada ikan asap selama 5 hari maupun 2 hari (Gambar 31 dan Gambar 32).
33
Gambar 31 Hasil Uji Organoleptik terhadap Jamur Selama 5 Hari
Gambar 32 Hasil Uji Organoleptik terhadap Jamur Selama 2 Hari Kadar air Keawetan bahan pangan mempunyai hubungan erat dengan kadar air, semakin rendah kadar air dalam bahan pangan diharapkan dapat memperpanjang masa simpannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba, dan hal ini merupakan salah satu sebab bahwa makanan terhadap serangan mikroba. Kadar air dalam bahan pangan mempengaruhi daya awet bahan pangan. Air merupakan kandungan yang terbesar dalam ikan. Air merupakan sarana mikroorganisme untuk berkembang. Sehingga, proses pengasapan memiliki tujuan untuk menghilangkan kadar air dalam ikan, dan diharapkan dapat memperpanjang umur simpan ikan asap (Swatawati et al 2013)
34 Pengasapan yang terlalu lama akan menghilangkan kelezatan ikan karena terlalu banyak air yang hilang (Adawyah 2007). Kadar air merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap daya awet suatu bahan olahan. Semakin rendah kaar air, semakin lambat pertumbuhan mikroba sehingga bahan pangan tersebut dapat bertahan lama (Winanrno 1997). Berdasarkan Tabel 7 nilai rata kadar air ikan asap setelah rehidrasi pada pengasapan selama 2 hari dengan 5 hari berbeda. Pengasapan selama 2 hari nilai rata-ratanya sebesar 53.7756% sedangkan pengasapan selama 5 hari nilainya sebesar 33.4761%. Perbedaan tersebut dikarenakan lama pengasapan yang berbeda sehingga nilai kadar air antara pengasapan selama 2 hari dengan 7 hari kadar air berbeda. Pengasapan yang telah ada sebelumnya memiliki nilai rata-rata kadar air sebesar 51.91% selama 7 hari. Pengasapan ini berbeda dengan nilai rata-rata pengasapan selama 5 hari dan 2 hari yang dikembangkan menggunakan rancang bangun alat pengasapan dingin produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan konsentrasi asap. Tabel 7 menunjukkan kadar air yang berlangsung selama 5 hari lebih kecil dibandingkan dengan 7 hari dari pengasapan yang telah ada sebelumnya ini mendandakan kadar air berlangsung sangat cepat yaitu 33.4761% pada alat pengasapan ini. Jika dibandingkan pengasapan 7 hari dari Fansuri (2011) dengan rancang bangun alat pengasapan dingin produk perikanan dengan sistem kendali suhu dan konsentrasi asap selama 2 hari tidak terlalu jauh bedanya yaitu sebesar 1.28%. Efisiensi waktu yang dibutuhkan untuk mengasapi ikan terhadap nilai kadar air selama 7 hari dapat tercapai pada alat ini dengan waktu 2 hari. Tabel 7 Kadar Air Pengasapan Dingin ikan Tongkol asap Perlakuan Mentah 2 hari Mentah 7 hari Pengasapan 2 hari Pengasapan 7 hari Fansuri (2011)
Cawan Kosong (gr) 33.2908 30.6188 34.5674 30.3095 30.5645 32.7963 31.4900 32.4342 20.78 24
Bobot Sampel (gr) 0.7516 0.7551 0.6570 0.6904 0.5398 0.5619 0.5654 0.5663 4,16 4.58
Bobot Setelah Oven (gr) 33.4969 30.8285 34.7439 30.4951 30.7667 33.2885 31.8541 32.7144 22,81 26.17
Kadar Air (%) 72.25 72.23 73.1666 73.11 53.1610 54.3902 33.4966 33.4555 51,20 52.62
Rata-rata (%)
72.24 73.1383 53.7756 33.4761 51.91
35 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Suhu pada alat pengasapan dingin ini sudah bersirkulasi dengan baik karena masing–masing rak tidak mengalami perbedaan suhu yang signifikan, serta konsentrasi asap dalam ruang pengasapan cukup stabil. Ikan asap yang telah diuji berdasarkan uji organoleptik mendapatkan hasil yang baik yaitu pada pengasapan selama 2 hari. Hasil uji organoleptik pada penelitian ini menunjukkan bahwa rasa yang dihasilkan enak dan kurang gurih. Rancang bangun alat pengasapan dingin yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada tahun 2011 oleh Fansuri. Hasil suhu dan konsentrasi asap dapat dikontrol dengan baik dan hasil rekaman data sensor disimpan kedalam MMC card.
Saran Perlu dilakukan pengembangan lanjut mengenai alat pengasapan dingin, dilakukan uji coba dengan menggunakan jenis ikan yang berbeda dan menambahkan alarm untuk mengetahui bahan bakar yang terlah habis.
DAFTAR PUSTAKA Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. DS18B20. 2014. DS18b20 Digital Precision [Internet]. [diunduh 2014 Nov 22]. Tersedia pada: http://pdfserf.maxim-ic.com/en/ds/ DS1820.pdf. Fansuri A. 2011. Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Berbasis Mikrokontroler [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Heruwati, Endang S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional: Prospek dan Peluang Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian. 21(3):92-99. Hukmin F. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asap (Kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (pch) Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Irianto HE, Gityami S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Universitas Terbuka. Mareta TM, Arwani SN. 2008. Pengawetan Ikan Bawal Dengan Pengasapan Dan Pemanggangan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 7(2):33-47. Sebayang N. 2002. Penerapan Teknologi Pengasapan Ikan Bagi Masyarakat Nelayan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 8(28):25-34. Soedarta, Siswanto HP. 2008. Respon Kualitas Bandeng (Chanos chanos) Asap Terhadap Lama Pengeringan. Berkala Ilmiah Perikanan. 3(1):49-53.
36 Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta (ID): Bhratara Karya Aksara. Swastawati F, Surti T, Agustini TW, Riyadi PH. 2013. Karakteristi Kualitas Ikan Asap yang Diproses Menggunakan Metode dan Jenis Ikan Berbeda. Jurnal APlikasi Teknologi Pangan. 2(3):126-132. TGS2600. 2014. TGS2600-for The Detection of Air Contaminants [Internet]. [diunduh 2014 Nov 24]. Tersedia pada: http://www.figarosensor.com/ products/2600pdf.pdf. Winanrno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia.
37
LAMPIRAN Lampiran 1 Syntax Arduino Pengontrol Suhu dan Asap. #include // untuk mmasukan library yg dibutuhkan dalam program #include #include <Wire.h> #include #include #include <SPI.h> File myFile;// suatu varibel yang dinamakan myfile degan tipe file RTC_DS1307 rtc;//variabel rtc yang digunakan untuk menyingkat nama variabel DS.. char namafile[15];// nama varibel yang berjumlah 16 karakter dngan jenis char LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 16, 2);//inisial lcd dengan 16 kolom 2 baris // Data wire is plugged into port 2 on the Arduino #define ONE_WIRE_BUS 4 //pin sensor suhu #define ONE_WIRE_BUS1 2 #define ONE_WIRE_BUS2 3 #define r1 6 // pin relay kipas #define r3 8
String msg[5];//variabel msg yang max lima karakter dengan jenis string // Setup a oneWire instance to communicate with any OneWire devices (not just Maxim/Dallas temperature ICs) OneWire oneWire(ONE_WIRE_BUS);// mengatur komunikasi on wir sblm print jalakan OneWire oneWire1(ONE_WIRE_BUS1); OneWire oneWire2(ONE_WIRE_BUS2); // Pass our oneWire reference to Dallas Temperature. DallasTemperature sensors(&oneWire);// mengatur refrensi on wir kedalm dallam dallas DallasTemperature sensors1(&oneWire1); DallasTemperature sensors2(&oneWire2); namespace { //mngatur stting.ini void readclock() { myFile = SD.open("SETTING.INI"); for (byte c=0;c<5;c++) { msg[c]=""; while (myFile.available()) {
38
byte a=myFile.read(); if (a==13) {break;} else if (a==10) {} else { msg[c]+=(char)a; } } } myFile.close(); } void split(String objectm, char delimiter) {// print pemisah data byte i=0; String temp=""; int commaPosition; do { commaPosition = objectm.indexOf(delimiter); if(commaPosition != -1) { temp=objectm.substring(0,commaPosition); objectm = objectm.substring(commaPosition + 1, objectm.length()); } else { if(objectm.length() > 0) { temp=objectm; } } msg[i]=temp; i++; } while (commaPosition >=0); } void SetTime(String seting) { DateTime now = rtc.now(); split(seting,':'); rtc.adjust(DateTime(now.year(),now.month(),now.day(),msg[0].toInt(), msg[1].toInt(), msg[2].toInt())); } void SetDate(String seting) { DateTime now = rtc.now(); split(seting,'-'); (), msg[0].toInt(),now.hour(),now.minute(),now.second())); }
39
String Tanggal() { DateTime now = rtc.now(); char a[12]; sprintf(a,"%02d-%02d-%04d",now.day(),now.month(),now.year()); sprintf(namafile,"%02d-%02d-%02d.txt",now.day(),now.month(),now.year()2000); return String(a); } String Jam() { DateTime now = rtc.now(); char a[12]; sprintf(a,"%02d:%02d:%02d",now.hour(),now.minute(),now.second()); return String(a); } } void setup(void)//perintah untuk di awal saja { // start serial port Serial.begin(115200);//komunikasi yg digunakan dengan kecepatan kbps Serial.println("Dallas Temperature IC Control Library Demo"); sensors.begin(); //siapkan sensor dallas sensors1.begin(); sensors2.begin(); rtc.begin(); pinMode(r1, OUTPUT);//mengatur kipas yang keluar pinMode(r2, OUTPUT); pinMode(r3, OUTPUT); digitalWrite(r1, HIGH);//mengatur kecepatan kipas digitalWrite(r2, HIGH); digitalWrite(r3, LOW); lcd.begin();//prsiapn LCD lcd.backlight(); delay(2000); pinMode(10, OUTPUT);// penentuan sd card dapat dimulai if (!SD.begin(10)) { lcd.setCursor(0,0); lcd.println("SD Card failed!"); } else { lcd.setCursor(0,0); lcd.println("SD Card Good"); }
40
delay(2000); if (SD.exists("SETTING.INI")) {//inisialsasi setting.ini readclock(); msg[0].toUpperCase(); if (msg[0]=="YES") { String tanggal=msg[1]; String jam=msg[2]; SetDate(tanggal); SetTime(jam); SD.remove("SETTING.INI"); delay(50); myFile = SD.open("SETTING.INI", FILE_WRITE); myFile.println("NO"); myFile.println("1-1-2014"); myFile.println("00:00:00"); myFile.println("123 123"); myFile.println("50 50"); myFile.println("#END#"); myFile.close(); } } else { myFile = SD.open("SETTING.INI", FILE_WRITE); myFile.println("NO"); myFile.println("1-1-2014"); myFile.println("00:00:00"); myFile.println("#END#"); myFile.close(); } lcd.clear(); lcd.setCursor(0,0); lcd.print("Pengasapan Ikan IPB"); delay(3000); lcd.clear(); lcd.setCursor(0,0); lcd.print(Tanggal()); lcd.setCursor(0,1); lcd.print(Jam()); delay(3000); lcd.clear(); } void loop(void)// perintah untuk berulang" { sensors.requestTemperatures(); // Send the command to get temperatures sensors1.requestTemperatures(); // Send the command to get temperatures sensors2.requestTemperatures(); // Send the command to get temperatures
41
double tempC = sensors.getTempCByIndex(0); double tempC1 = sensors1.getTempCByIndex(0); double tempC2 = sensors2.getTempCByIndex(0); int TGS1 = analogRead(A0); int TGS2 = analogRead(A1); String tanggal=Tanggal(); String jam=Jam(); if (!SD.exists(namafile)) {// format judultbl myFile = SD.open(namafile, FILE_WRITE); if (myFile) { myFile.print("Jam"); myFile.print('\t'); myFile.print("Suhu_1[C]"); myFile.print('\t'); myFile.print("Suhu_2[C]"); myFile.print('\t'); myFile.print("Suhu_3[C]"); myFile.print('\t'); myFile.print("Asap(1)[ADC]"); myFile.print('\t'); myFile.println("Asap(2)[ADC]"); myFile.close(); } } myFile = SD.open(namafile, FILE_WRITE);// format penyimpanan data if (myFile) { myFile.print(jam); myFile.print('\t'); myFile.print(tempC); myFile.print('\t'); myFile.print(tempC1); myFile.print('\t'); myFile.print(tempC2); myFile.print('\t'); myFile.print(TGS1); myFile.print('\t'); myFile.println(TGS2); myFile.close(); } if (tempC>=40) {// mengatur kecepatan kipas berdasarkan suhu digitalWrite(r1, LOW); } if (tempC<=35) { digitalWrite(r1, HIGH); }
42
if (aver>=850) {// mengatur kecepatan kipas berdasarkan asap digitalWrite(r3, HIGH); } if (aver<850) { digitalWrite(r3, LOW); } lcd.setCursor(0,0);//tmpllcd lcd.print("1:"); lcd.print(TGS1); lcd.print(' '); lcd.print("2:"); lcd.print(TGS2); lcd.setCursor(0,1); lcd.print(tempC,1); lcd.print(' '); lcd.print(tempC1,1); lcd.print(' '); lcd.print(tempC2,1); delay(1000); } Lampiran 2 Syntax MATLAB Suhu dan Asap Selama 5 Hari clc clear hari1=xlsread('02-12-14.xlsx'); hari2=xlsread('03-12-14.xlsx'); hari3=xlsread('04-12-14.xlsx'); hari4=xlsread('05-12-14.xlsx'); hari5=xlsread('06-12-14.xlsx'); hari6=xlsread('07-12-14.xlsx'); h1=datenum('12-02-14'); h2=datenum('12-03-14'); h3=datenum('12-04-14'); h4=datenum('12-05-14'); h5=datenum('12-06-14'); h6=datenum('12-07-14'); a=hari1(:,1)+h1; b=hari2(:,1)+h2; c=hari3(:,1)+h3; d=hari4(:,1)+h4; e=hari5(:,1)+h5; f=hari6(:,1)+h6; waktu=[a;b;c;d;e;f]; suhu1=[hari1(:,2);hari2(:,2);hari3(:,2);hari4(:,2);hari5(:,2);hari 6(:,2)]; suhu2=[hari1(:,3);hari2(:,3);hari3(:,3);hari4(:,3);hari5(:,3);hari 6(:,3)]; suhu3=[hari1(:,4);hari2(:,4);hari3(:,4);hari4(:,4);hari5(:,4);hari 6(:,4)];
43 asap1=[hari1(:,5);hari2(:,5);hari3(:,5);hari4(:,5);hari5(:,5);hari 6(:,5)]; asap2=[hari1(:,6);hari2(:,6);hari3(:,6);hari4(:,6);hari5(:,6);hari 6(:,6)]; z=[suhu1;suhu2;suhu3]; y=[asap1;asap2]; figure('units','normalized','outerposition',[0 0 1 1]) h=plot(waktu,suhu1); hold on plot(waktu,suhu2,'-r'); plot(waktu,suhu3,'-g'); hold off axis ([(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24) (min(z)-1) (max(z)+1)]); legend ('Sensor 1','Sensor 2','Sensor 3'); set(gca,'Box','off' ,... 'TickDir','in',... 'FontSize',12,... 'XMinorTick' , 'off' ,... 'YMinorTick','off',... 'ticklength',[0.01 0.1],... 'LineWidth' , 0.5,... 'xtick',min(waktu):1/24:max(waktu),... 'xticklabel',[],... 'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); cax2 = axes('Position', get(gca, 'Position')); set(cax2 ,'YAxisLocation' ,'left' ... ,'XAxisLocation' , 'Bottom' ... ,'Box' ,'off' ... ,'HitTest' ,'off' ... ,'Box' ,'off' ... ,'Color' ,'none' ... ,'ticklength',[0.02 0.1]... ,'LineWidth' , 1 ... ,'YTick' , [] ... ,'XTick' , [min(waktu):.5:max(waktu) ]... ,'XTickLabel' , []... ,'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); datetick('x','dd HH:MM','keeplimits','keepticks'); set(gca,'fontsize',12); title('Pengamatan Suhu Pada Percobaan 5 Hari','fontsize',24,'fontweight','bold'); xlabel('Waktu Pengamatan','FontSize',18,'fontweight','bold'); ylabel('Suhu Ruang Pengasapan \circC','FontSize',18,'fontweight','bold','Position',[735935.2 0.5 9.16]); saveas(gcf,'sensorsuhugabungan.bmp') %figure sensor asap figure('units','normalized','outerposition',[0 0 1 1]) h=plot(waktu,asap1); hold on plot(waktu,asap2,'-r') hold off
44
axis ([(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24) (min(y)-100) (max(y)+100)]); legend ('asap 1','asap 2'); set(gca,'Box','off' ,... 'TickDir','in',... 'FontSize',12,... 'XMinorTick' , 'off' ,... 'YMinorTick','off',... 'ticklength',[0.01 0.1],... 'LineWidth' , 0.5,... 'xtick',min(waktu):1/24:max(waktu),... 'xticklabel',[],... 'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); cax2 = axes('Position', get(gca, 'Position')); set(cax2 ,'YAxisLocation' ,'left' ... ,'XAxisLocation' , 'Bottom' ... ,'Box' ,'off' ... ,'HitTest' ,'off' ... ,'Box' ,'off' ... ,'Color' ,'none' ... ,'ticklength',[0.02 0.1]... ,'LineWidth' , 1 ... ,'YTick' , [] ... ,'XTick' , [min(waktu):.5:max(waktu) ]... ,'XTickLabel' , []... ,'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); datetick('x','dd HH:MM','keeplimits','keepticks'); set(gca,'fontsize',12); title('Pengamatan Konsentrasi Asap Pada Percobaan 5 Hari','fontsize',24,'fontweight','bold'); xlabel('Waktu Pengamatan','FontSize',18,'fontweight','bold'); ylabel('Nilai Digital Sensor Asap Ruang Pengasapan','FontSize',18,'fontweight','bold','Position',[735935.2 0.5 9.16]); saveas(gcf,'sensorasapgabungan.bmp') figure plot(suhu_1); hold on plot(suhu_1); plot(suhu_3);
Lampiran 3 Syntax MATLAB Suhu dan Asap Selama 2 Hari clc clear hari1=xlsread('20-12-14.xlsx'); hari2=xlsread('21-12-14.xlsx'); hari3=xlsread('22-12-14.xlsx'); hari4=xlsread('23-12-14.xlsx'); h1=datenum('12-20-14'); h2=datenum('12-21-14'); h3=datenum('12-22-14'); h4=datenum('12-23-14'); a=hari1(:,1)+h1;
45
b=hari2(:,1)+h2; c=hari3(:,1)+h3; d=hari4(:,1)+h4; waktu=[a;b;c;d]; suhu1=[hari1(:,2);hari2(:,2);hari3(:,2);hari4(:,2)]; suhu2=[hari1(:,3);hari2(:,3);hari3(:,3);hari4(:,3)]; suhu3=[hari1(:,4);hari2(:,4);hari3(:,4);hari4(:,4)]; asap1=[hari1(:,5);hari2(:,5);hari3(:,5);hari4(:,5)]; asap2=[hari1(:,6);hari2(:,6);hari3(:,6);hari4(:,6)]; banyak=length(suhu1); ulangan1=banyak/60; a = num2str(ulangan1, 0); ulangan=str2num(a); tambahan=ulangan1-ulangan; tambahan=int16(tambahan); ulangan=ulangan+tambahan; rata=0; [Short1,Long1]= movavg(suhu1,25,45,1); [Short2,Long2]= movavg(suhu2,25,45,1); [Short3,Long3]= movavg(suhu3,25,45,1); [Short4,Long4]= movavg(asap1,25,45,1); [Short5,Long5]= movavg(asap2,25,45,1); ab=length(waktu); sts=repmat(200,ab,1); ts=repmat(100,ab,1); sd=repmat(50,ab,1); vout1=((asap1./1024).*5); vout2=((asap2./1024).*5); rs1=(((5-vout1)./vout1).*10000); rs2=(((5-vout2)./vout2).*10000); pc1=((5-vout1).^2)./rs1; pc2=((5-vout2).^2)./rs2; rs_ro1=rs1/10000; rs_ro2=rs2/10000; ppm1=(322.39.*(rs_ro1.^2))-(573.12.*rs_ro1)+256.79; ppm2=(322.39.*(rs_ro2.^2))-(573.12.*rs_ro2)+256.79; aa=find(ppm1>=200); z=[suhu1;suhu2;suhu3]; y=[asap1;asap2]; figure('units','normalized','outerposition',[0 0 1 1]) hold on h=plot(waktu,Long1); plot(waktu,Long2,'-r') movavg(suhu2,25,45,1); plot(waktu,Long3,'-g'); movavg(suhu3,25,45,1); hold off axis ([(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24) (min(z)-1) (max(z)+1)]); legend ('Sensor 1','Sensor 2','Sensor 3'); set(gca,'Box','off' ,... 'TickDir','in',...
46
'FontSize',12,... 'XMinorTick' , 'off' ,... 'YMinorTick','off',... 'ticklength',[0.01 0.1],... 'LineWidth' , 0.5,... 'xtick',min(waktu):1/24:max(waktu),... 'xticklabel',[],... 'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); cax2 = axes('Position', get(gca, 'Position')); set(cax2 ,'YAxisLocation' ,'left' ... ,'XAxisLocation' , 'Bottom' ... ,'Box' ,'off' ... ,'HitTest' ,'off' ... ,'Box' ,'off' ... ,'Color' ,'none' ... ,'ticklength',[0.02 0.1]... ,'LineWidth' , 1 ... ,'YTick' , [] ... ,'XTick' , [min(waktu):.5:max(waktu) ]... ,'XTickLabel' , []... ,'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); datetick('x','dd HH:MM','keeplimits','keepticks'); set(gca,'fontsize',12); title('Pengamatan Suhu Pada Percobaan 2 Hari','fontsize',24,'fontweight','bold'); xlabel('Waktu Pengamatan','FontSize',18,'fontweight','bold'); ylabel('Suhu Ruang Pengasapan \circC','FontSize',18,'fontweight','bold','Position',[735953.46887 1041 0.5 9.16]); saveas(gcf,'sensorsuhugabungan.bmp') %figure sensor asap figure('units','normalized','outerposition',[0 0 1 1]) h=plot(waktu,asap1); hold on plot(waktu,asap2,'-r') hold off axis ([(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24) (min(y)-100) (max(y)+100)]); legend ('asap 1','asap 2'); set(gca,'Box','off' ,... 'TickDir','in',... 'FontSize',12,... 'XMinorTick' , 'off' ,... 'YMinorTick','off',... 'ticklength',[0.01 0.1],... 'LineWidth' , 0.5,... 'xtick',min(waktu):1/24:max(waktu),... 'xticklabel',[],... 'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); cax2 = axes('Position', get(gca, 'Position')); set(cax2 ,'YAxisLocation' ,'left' ... ,'XAxisLocation' , 'Bottom' ... ,'Box' ,'off' ...
47
,'HitTest' ,'off' ... ,'Box' ,'off' ... ,'Color' ,'none' ... ,'ticklength',[0.02 0.1]... ,'LineWidth' , 1 ... ,'YTick' , [] ... ,'XTick' , [min(waktu):.5:max(waktu) ]... ,'XTickLabel' , []... ,'xlim',[(min(waktu)-6/24) (max(waktu)+6/24)]); datetick('x','dd HH:MM','keeplimits','keepticks'); set(gca,'fontsize',12); title('Pengamatan Konsentrasi Asap Pada Percobaan 2 Hari','fontsize',40,'fontweight','bold'); xlabel('Waktu Pengamatan','FontSize',24,'fontweight','bold'); ylabel('Nilai Digital Sensor Asap Ruang Pengasapan','FontSize',24,'fontweight','bold','Position',[735953.4 68871041 0.5 9.16]); saveas(gcf,'sensorasapgabungan.bmp') plot(rata);
Lampiran 4 Syntax MATLAB Konsentrasi Asap (ppm) Selama 5 Hari clc clear hari1=xlsread('02-12-14.xlsx'); hari2=xlsread('03-12-14.xlsx'); hari3=xlsread('04-12-14.xlsx'); hari4=xlsread('05-12-14.xlsx'); hari5=xlsread('06-12-14.xlsx'); hari6=xlsread('07-12-14.xlsx'); suhu1=[hari1(:,2);hari2(:,2);hari3(:,2);hari4(:,2);hari5(:,2);hari 6(:,2)]; suhu2=[hari1(:,3);hari2(:,3);hari3(:,3);hari4(:,3);hari5(:,3);hari 6(:,3)]; suhu3=[hari1(:,4);hari2(:,4);hari3(:,4);hari4(:,4);hari5(:,4);hari 6(:,4)]; asap1=[hari1(:,5);hari2(:,5);hari3(:,5);hari4(:,5);hari5(:,5);hari 6(:,5)]; asap2=[hari1(:,6);hari2(:,6);hari3(:,6);hari4(:,6);hari5(:,6);hari 6(:,6)]; ratasuhu1=mean(suhu1); ratasuhu2=mean(suhu2); ratasuhu3=mean(suhu3); rataasap1=mean(asap1); rataasap2=mean(asap2); maksuhu1=max(suhu1); maksuhu2=max(suhu2); maksuhu3=max(suhu3); maksasap1=max(asap1); maksasap2=max(asap2); minsuhu1=min(suhu1);
48 minsuhu2=min(suhu2); minsuhu3=min(suhu3); minasap1=min(asap1); minasap2=min(asap2); stdsuhu1=std(suhu1); stdsuhu2=std(suhu2); stdsuhu3=std(suhu3); stdasap1=std(asap1); stdasap2=std(asap2); judul={'parameter','suhu1','suhu2','suhu3','asap1','asap2'}; stas={'maks';'min';'std';'rata-rata'}; statistik=[maksuhu1 maksuhu2 maksuhu3 maksasap1 maksasap2;... minsuhu1 minsuhu2 minsuhu3 minasap1 minasap2;... stdsuhu1 stdsuhu2 stdsuhu3 stdasap1 stdasap2;... ratasuhu1 ratasuhu2 ratasuhu3 rataasap1 rataasap2]; xlswrite('statistik7hari.xlsx',judul); xlswrite('statistik7hari.xlsx',stas,'A2:a5'); xlswrite('statistik7hari.xlsx',statistik,'b2:f5'); vout1=((asap1./1024).*5); vout2=((asap2./1024).*5); rs1=(((5-vout1)./vout1).*10000); rs2=(((5-vout2)./vout2).*10000); pc1=((5-vout1).^2)./rs1; pc2=((5-vout2).^2)./rs2; rs_ro1=rs1/10000; rs_ro2=rs2/10000; ppm1=(322.39.*(rs_ro1.^2))-(573.12.*rs_ro1)+256.79; ppm2=(322.39.*(rs_ro2.^2))-(573.12.*rs_ro2)+256.79; z=max(ppm1); y=min(ppm1); x=z-y; w=x/3; a=find(ppm1>(2*w+y)); datappmbanyak=length(a) b=find(ppm1>(w+y)&ppm1<=(2*w+y)); datappmsedang=length(b) c=find(ppm1<=(w+y)); datappmsedikit=length(c) kategori=[datappmsedikit datappmsedang datappmbanyak]; bar(kategori) set(gca,'xticklabel',{'Asap Sedikit (<119,48 ppm)','Asap Sedang (119,48 ppm - 236,89 ppm)','Asap Banyak (>236,89 ppm)'}) title('Jumlah Konsentrasi PPM Asap Pada Percobaan 5 Hari','fontsize',20,'fontweight','bold'); xlabel('Kategori Data','FontSize',18,'fontweight','bold'); ylabel('Jumlah Data','FontSize',18,'fontweight','bold');
Lampiran 5 Syntax MATLAB Konsentrasi Asap (ppm) Selama 2 Hari clc clear hari1=xlsread('20-12-14.xlsx'); hari2=xlsread('21-12-14.xlsx'); hari3=xlsread('22-12-14.xlsx');
49 hari4=xlsread('23-12-14.xlsx'); suhu1=[hari1(:,2);hari2(:,2);hari3(:,2);hari4(:,2)]; suhu2=[hari1(:,3);hari2(:,3);hari3(:,3);hari4(:,3)]; suhu3=[hari1(:,4);hari2(:,4);hari3(:,4);hari4(:,4)]; asap1=[hari1(:,5);hari2(:,5);hari3(:,5);hari4(:,5)]; asap2=[hari1(:,6);hari2(:,6);hari3(:,6);hari4(:,6)]; ratasuhu1=mean(suhu1); ratasuhu2=mean(suhu2); ratasuhu3=mean(suhu3); rataasap1=mean(asap1); rataasap2=mean(asap2); maksuhu1=max(suhu1); maksuhu2=max(suhu2); maksuhu3=max(suhu3); maksasap1=max(asap1); maksasap2=max(asap2); minsuhu1=min(suhu1); minsuhu2=min(suhu2); minsuhu3=min(suhu3); minasap1=min(asap1); minasap2=min(asap2); stdsuhu1=std(suhu1); stdsuhu2=std(suhu2); stdsuhu3=std(suhu3); stdasap1=std(asap1); stdasap2=std(asap2);
vout1=((asap1./1024).*5); vout2=((asap2./1024).*5); rs1=(((5-vout1)./vout1).*10000); rs2=(((5-vout2)./vout2).*10000); pc1=((5-vout1).^2)./rs1; pc2=((5-vout2).^2)./rs2; rs_ro1=rs1/10000; rs_ro2=rs2/10000; ppm1=(322.39.*(rs_ro1.^2))-(573.12.*rs_ro1)+256.79; ppm2=(322.39.*(rs_ro2.^2))-(573.12.*rs_ro2)+256.79; z=max(ppm1); y=min(ppm1); x=z-y; w=x/3; a=find(ppm1>(2*w+y)); datappmbanyak=length(a) b=find(ppm1>(w+y)&ppm1<=(2*w+y)); datappmsedang=length(b) c=find(ppm1<=(w+y)); datappmsedikit=length(c) kategori=[datappmsedikit datappmsedang datappmbanyak ]; bar(kategori)
50
set(gca,'xticklabel',{'Asap Sedikit (<78,24 ppm)','Asap Sedang (78,24 ppm - 154,39 ppm)','Asap Banyak (> 154,39 ppm)'}) title('Jumlah Konsentrasi PPM Asap Pada Percobaan 2 Hari','fontsize',28,'fontweight','bold'); xlabel('Kategori Data','FontSize',18,'fontweight','bold'); ylabel('Jumlah Data','FontSize',18,'fontweight','bold');
51 Lampiran 6 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Kenampakan Selama 5 Hari Nilai Panelis terhadap Kenampakan Lama Pengsapan (Hari) 1 2 3 4 5 5 5 5 7 5 5 3 5 5 7 7 7 7 5 5 7 7 9 7 7 7 9 7 7 9 5 5 7 7 9 7 7 7 9 9 5 7 7 7 7 7 9 5 5 7 7 9 7 9 9 9 7 7 9 5 7 9 9 3 7 7 7 9 7 7 5 3 9 9 7 7 7 7 7 7 5 9 5 5 7 5 9 7 9 7 7 5 5 7 7 5 7 7 5 5 5 9 9 9 7 5 9 9 7 7 5 9 7 7 5 5 9 7 5 5 9 7 5 5
5 3 3 3 3 3 5 3 5 9 9 7 3 7 5 3 5 3 5 5 5 7 5 3 5 9 7 7 5 5 5
52 Lampiran 7 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Bau Selama 5 Hari
1 9 9 9 7 7 7 7 7 7 5 7 9 7 7 7 7 5 9 7 9 3 7 5 7 9 7 7 7 9 9
Nilai Panelis terhadap Bau Lama Pengasapan (Hari) 2 3 4 9 9 9 9 9 9 9 7 7 7 5 5 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 7 9 9 5 7 9 9 9 9 9 9 9 3 3 3 5 9 9 7 3 3 7 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 7 9 7 7 9 7 7 7 7 5 5 7 5 7 9 9 9 9 9 5 9 9 7 5 5 7 5 7 7 3 5 7 3 7
5 9 7 7 5 9 9 9 9 9 9 9 9 3 7 3 9 3 9 5 5 5 5 5 9 9 9 5 9 5 7
53 Lampiran 8 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Rasa Selama 5 Hari
1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 5 5 7 7 7 7
Nilai Panelis terhadap Rasa Lama Pengasapan (Hari) 2 3 4 7 5 3 7 7 5 7 5 3 5 3 7 7 5 5 9 5 5 7 5 7 5 5 5 7 5 5 7 7 5 7 7 5 7 7 5 9 7 5 7 7 5 7 7 5 7 5 3 7 9 5 7 7 7 7 7 5 7 5 5 9 7 5 7 5 5 7 7 5 7 5 5 5 5 5 9 5 5 7 7 7 7 7 5 9 7 7 9 5 5
5 3 5 3 3 5 5 3 3 3 3 5 3 3 5 5 3 7 3 5 5 5 3 5 5 3 5 3 3 5 5
54 Lampiran 9 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Tekstur Selama 5 Hari Nilai Panelis terhadap Tekstur Lama Pengasapan (Hari) 1 2 3 4 7 7 7 9 7 7 7 7 9 9 9 9 7 9 7 9 7 7 9 9 7 9 9 9 7 9 9 9 5 7 9 9 7 7 9 9 5 5 5 7 7 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 9 7 7 9 7 7 9 7 9 7 7 9 9 7 7 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 7 7 7 7 3 7 9 7 9 9 9 7 5 5 7 7 9 9 9 9 7 7 7 9 5 5 9 9 7 7 9 9 7 7 9 9 3 7 9 9 3 7 9 9
5 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 7 5 9 9 9 9 9 9 9
55 Lampiran 10 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Jamur Selama 5 Hari Nilai Panelis terhadap Jamur Lama Pengasapan (Hari) 1 2 3 4 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
5 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
56 Lampiran 11 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Kenampakan Selama 2 Hari
4 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5 9 9 7 9 5 5 5 5 5 7 7 5 7 5 5 5 5 5 7
8 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 7 5 9 5 5 5 7 5 7 7 5 9 7 7 7 5 7 7
12 5 7 7 7 7 9 7 7 7 7 7 5 7 7 9 5 5 5 7 7 7 7 5 9 7 7 7 7 7 9
Nilai Panelis terhadap Kenampakan Lama Pengasapan (Jam) 16 20 24 28 32 36 40 5 5 5 5 5 5 5 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 7 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 7 9 9 5 7 5 7 5 7 7 7 7 7 7 9 7 5 5 5 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 7 7 9 9 9 9 5 7 7 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 7 7 7 7 7 9 9 7 7 7 9 9 9 9 7 7 5 7 7 7 7 5 5 5 5 5 5 5 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
44 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 5 9 9 9 9 9 9 9
48 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
57 Lampiran 12 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Rasa Selama 2 Hari
4 7 5 5 5 7 7 9 7 7 7 7 9 9 7 9 5 7 7 7 7 9 7 7 5 5 5 5 7 5 5
8 7 7 7 7 7 7 9 7 9 7 7 7 9 9 9 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
12 7 7 7 7 7 9 9 7 9 9 7 9 9 7 9 7 7 7 5 7 7 7 7 9 7 9 7 9 7 7
Nilai Panelis terhadap Bau Lama Pengasapan (Jam) 16 20 24 28 32 36 40 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 7 9 9 9 9 9 9 7 7 5 5 5 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 7 9 9 9 9 9 9 7 9 7 9 7 9 9 9 9 7 9 7 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 7 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 5 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
44 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 5 7 9 9 9 7 5 9 7 7 9 9 9 9 9 9 9
48 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 5 9 9 7 9 9 9 5 5 7 9 7 9 9 9 9 9 9 9
58 Lampiran 13 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Rasa Selama 2 Hari
4 7 7 7 5 5 5 5 7 5 7 7 9 9 7 9 5 7 7 7 7 7 9 7 5 5 5 5 7 7 7
8 7 7 7 3 5 5 5 7 5 7 7 7 9 7 9 7 7 7 7 9 7 5 7 5 7 7 7 7 9 9
12 7 7 7 5 7 3 7 7 7 7 9 9 9 7 9 7 7 7 7 9 5 9 7 5 9 7 7 9 9 9
Nilai Panelis terhadap Rasa Lama Pengasapan (Jam) 16 20 24 28 32 36 40 7 7 7 7 7 7 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 5 7 5 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 5 9 9 7 9 9 7 5 3 3 3 7 7 9 9 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 9 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 5 7 5 5 3 9 7 9 9 9 9 9 9 9 5 7 5 5 9 9 9 7 9 7 9 5 9 9 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
44 7 5 5 9 9 9 9 9 9 9 9 3 9 7 9 9 9 9 3 9 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9
48 7 5 5 9 9 9 9 9 9 9 9 3 9 9 9 9 7 9 3 9 7 9 7 9 7 9 9 9 9 9
59 Lampiran 14 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap Terhadap Rasa Selama 2 Hari
4 9 7 7 5 5 5 5 5 3 5 3 9 9 7 9 5 5 5 5 5 7 7 9 7 9 5 7 7 7 7
8 9 7 7 5 5 7 5 5 3 5 5 5 7 5 9 7 5 5 7 5 7 7 9 9 9 7 9 9 9 9
12 9 9 9 7 7 7 7 7 5 7 5 9 7 7 9 7 5 5 5 7 7 9 9 9 9 7 9 9 9 9
Nilai Panelis terhadap Tektur Lama Pengasapan (Jam) 16 20 24 28 32 36 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 7 7 5 7 7 7 7 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 9 7 7 7 9 9 9 9 9 5 9 9 5 7 9 9 9 9 9 5 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 9 9 9 7 9 5 5 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 7 3 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
40 9 9 9 9 9 9 7 9 9 9 9 7 9 9 9 9 7 7 5 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9
44 9 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 5 9 9 9 7 7 7 7 9 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9
48 9 5 5 9 9 9 9 9 9 9 9 5 9 9 9 9 7 7 7 7 9 7 9 9 9 9 9 9 9 9
60 Lampiran 15 Hasil Score Sheet Uji Organoleptik Ikan Asap terhadap Rasa Selama 2 Hari
4 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
12 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Nilai Panelis terhadap Jamur Lama Pengasapan (Jam) 16 20 24 28 32 36 40 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
44 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
48 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
61 Lampiran 16 Hasil Ikan Asap dengan Menggunakan Alat Pengasapan Dingin
62 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Juli 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Taswin dan Ibunda Dzubaedah. Pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 72 Jakarta. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan Ilmu dan Kelautan (FPIK) pada tahun 2010. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) mulai dari tahun 2013-2014 dan sebagai Dewan Formatur. Penulis juga pernah melaukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Karimunjaya, Jawa tengah. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul Rancang Bangun Alat Pengasapan Dingin Produk Perikanan dengan Sitem Kendali Suhu dan Konsentrasi Asap di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Keluatan, ITK, FPIK, IPB di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.