Draf 2
Rambu-rambu PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PROFESIONAL GURU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
Disiapkan oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011
DAFTAR ISI Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………. I.
Pendahuluan ………………………………………………………………………………………. A. Dasar Pemikiran ……………………………………………………………………………. B. Landasan Yuridis …………………………………………………………………………… C. Tujuan …………………………………………………………………………………………..
II.
Beberapa Ketentuan Pokok ………………………………………………………………… A. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum ……………………………………. B. Model Kurikulum UPI ……………………………………………………………………. C. Jenis dan Jenjang Program Pendidikan …………………………………………. D. Struktur Kurikulum dan Beban Studi ……………………………………………… E. Rambu-rambu Pengembangan Kurikulum ……………………………………..
III. Prosedur Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum ………………………………. A. Langkah-langkah Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum …………….. B. Hubungan antara Struktur Kurikulum, Kompetensi Kelompok Mata Kuliah, dan Kompetensi Lulusan …………………………………………………… C. Jadwal Kegiatan Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum UPI ………. IV. Format Kurikulum Jurusan/Prodi A. Komponen Kurikulum Jurusan/Prodi …………………………………………….. B. Silabus Mata Kuliah ………………………………………………………………………. C. Satuan Acara Perkuliahan/Praktikum ……………………………………………. Lampiran-lampiran: 1. Contoh Silabus Mata Kuliah ………………………………………………………………….. 2. Contoh Satuan Acara Perkuliahan/Praktikum ………………………………………. 3. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ……………………………………………………
Halaman i
I. PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Akhir-akhir ini, minat, kebutuhan, dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan tinggi semakin meningkat dan berkembang. Kecenderungan ini diindikasikan dengan semakin banyak dan beragamnya peminat dan peserta pendidikan tinggi, khususnya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), baik pada tingkat sarjana maupun pada tingkat Sekolah Pascarjana (SPs). Di pihak lain, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) dan kehidupan global; tuntutan akan lulusan pendidikan tinggi yang berkualitas menuntut UPI untuk secara berkesinambungan terus berupaya meningkatkan kualitas layanan pendidikannya. Keberhasilan UPI dalam menyelenggarakan layanan pendidikan dan menghasilkan lulusan yang bermutu ini akan menentukan eksistensi UPI dalam komunitas pendidikan tinggi di Indonesia dan mancanegara. Berkembangnya sistem regulasi pendidikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan tinggi, juga menuntut UPI untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan program-program pendidikannya. Khusus berkenaan dengan isu pendidikan guru, UPI bahkan secara khusus menyusun konsep Re-Desain Pendidikan Profesional Guru yang merumuskan pemikiran secara utuh dan komprehensif tentang bagaimana proses pendidikan guru profesional itu dirancang dan diselenggarakan. Seiring dengan perkembangan-perkembangan di atas dengan visinya sebagai Universitas Pelopor dan Unggul (A Leading and Outstanding University), terutama dalam bidang pendidikan, UPI senantiasa melakukan upaya pembenahan kelembagaan dan program secara periodik dan berkesinambungan. Namun, terlepas dari upaya-upaya pembenahan yang selama ini dilakukan, sejumlah permasalahan masih teridentifikasi. Permasalahan yang teridentifikasi tersebut di antaranya adalah rata-rata waktu penyelesaian studi yang belum memenuhi target Renstra UPI—9 semester untuk S1, 5 semester untuk S2, dan 7 semester untuk S3; penjenjangan dalam capaian hasil pembelajaran (learning outcomes) kurikulum S1, S2, dan S3 yang belum begitu jelas perbedaan dan kontinuitasnya, khususnya untuk program studi yang linier; perbedaan capaian hasil pembelajaran diantara pendidikan vokasi, akademik, dan profesi belum terpetakan dengan baik; penugasan dosen yang belum terkoordinasikan dengan baik; serta latar belakang dan kualifikasi akademik mahasiswa yang mendaftar dan diterima, khususnya di SPs, yang beragam sehingga memerlukan perlakuan yang beragam pula. Dalam konteks penjenjangan kemampuan lulusan pendidikan di Indonesia termasuk peguruan tinggi di indonesis berdasarkan jenis, jenjang dan jalur pendidikan, Kementrian Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayan bekerjasama dengan Kementerian terkait telah mengembangkan dan menerapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sejak tahun 2010. Deskriptor umum untuk penjenjang kemampuan lulusan pendidikan di Indonesia
sudah terpetakan. Untuk itu, dalam menjabarkan hasil kajian UPI dalam re-desain pendidikan profesional guru ke dalam bentuk pengembangan kurikulum baik pada pendidikan akademik, vokasi maupun pendidikan profesi yang lebih operasional harus mengadopsi kerangka kualifikasi lulusan tersebut. Kecenderungan-kecenderungan yang terjadi baik secara eksternal maupun internal sebagaimana dideskripsikan di atas meniscayakan UPI untuk terus melakukan upaya-upaya pembenahan program yang signifikan, termasuk reviu dan pengembangan kurikulum. Kurikulum UPI yang berlaku sekarang perlu dikaji ulang dan dikembangkan terus hingga mampu merespon berbagai perkembangan dan tuntutan sebagaimana sudah dideskripsikan di atas. Pengembangan kurikulum di lingkungan Pendidikan Tinggi (PT) harus didasarkan pada pendekatan yang sistematis, koheren, dan komprehensif. Ini menuntut adanya keterkaitan antara visi dan misi lembaga dengan tujuan dan sasaran program studi yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan terhadap perkembangan yang ada dan kebutuhan masyarakat saat ini dan masa yang akan datang. Dalam praktiknya, ini menuntut prinsip dan pendekatan yang seksama dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik, harapan masyarakat pengguna lulusan, dan masukan dari asosiasi profesi terkait serta dengan dengan memperhitungkan perubahan yang terjadi dalam lingkungan strategis perguruan tinggi baik yang bersifat lokal, regional, dan global. Dalam mengembangkan kurikulum pendidikan tinggi, kajian yang menyeluruh terhadap berbagai rujukan dan landasan yang relevan—filosofis, psikologis, sosio-kultural, dan yuridis, dan akademis juga harus dilakukan. Agar upaya evaluasi dan pengembangan kurikulum UPI dapat dilakukan dengan efektif, dan karena begitu banyaknya jurusan/program studi (Prodi) yang terlibat, dipandang perlu adanya suatu pedoman yang dapat dijadikan rambu-rambu oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di tingkat universitas, fakultas, dan jurusan/prodi. Pedoman ini diharapkan dapat memberi kejelasan bagi TPK di lingkungan UPI tentang apa yang dapat dan perlu diperbuat dalam mengevaluasi dan mengembangkan kurikulum saat ini serta implementasinya. Dengan tersedianya pedoman ini, mereka diharapkan dapat bekerja secara terarah dan efektif dalam melakukan reviu dan pengembangan kurikulum pada tingkat Fakultas dan Jurusan/Prodi.
Landasan Yuridis Secara yuridis, pedoman evaluasi dan pengembangan kurikulum UPI ini didasarkan pada sejumlah undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan Menteri Pendidikan, serta berbagai keputusan dan ketetapan lainnya yang relevan sebagai berikut (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (5) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
(6) Peraturan Presiden No. 103 Tahun 2007 tentang Pengesahan Regional Convention on the Recognition of Studies, Diploma, and Degrees in Asia and the Pacific dan ketentuan lain tentang (a) pengakuan studi sebelumnya (recognition of prior learning result); (b) pengakuan dunia internasional terhadap sebagian proses pembelajaran yang dilakukan melalui transfer kredit (credit transfer); dan (c) pengakuan dunia internasional terhadap ijasah dan gelar (7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru bagi Guru Pra Jabatan. (8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2010 tentang Program Pendidikan Profesi Guru bagi Guru dalam Jabatan. (9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Profesional. (10) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 323/U/2000 tentang Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. (11) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi. (12) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 167/DIKTI/Kep/2007 tentang Penataan Kodifikasi Program Studi pada Perguruan Tinggi. (13) Ketetapan Senat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia Nomor: 005/Senat Akd./UPISK/X/2010 tentang Re-desaian Pendidikan Profesional Guru.
B. Tujuan Rambu-rambu Pengembangan memberikan panduan bagi
Kurikulum Pendidikan Profesional Guru
fakultas, Jurusan,
dan Program Studi dalam
bertujuan untuk
melakukan evaluasi dan
pengembangan kurikulum secara komprehensif dan koheren. Secara operasional, rambu-rambu
ini
bertujuan untuk: (1) Memberikan panduan dalam melakukan reviu dan evaluasi terhadap kurikulum yang sedang berlaku, termasuk rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran (2) Memberikan panduan dalam melakukan pengembangan kurikulum pendidikan profesional guru berdasarkan hasil evaluasi yang mencakup: (a) perumusan capaian hasil pembelajaran (learning outcomes) untuk setiap jenis dan jenjang program pendidikan yang diselenggarakan; (b) seleksi dan organisasi konten kurikulum yang mendukung pencapaian hasil pembelajaran;
(c) penyusunan struktur kurikulum dan penataan koherensi konten kelompok mata kuliah dalam struktur kurikulum tersebut; serta (d) pengembangan silabus, Satuan Acara Perkuliahan, dan Satuan Acara Praktikum. (3) Memberikan panduan umum implementasi kurikulum (delivery system) dalam bentuk standar proses (4) Memberikan panduan umum dalam penilaian terhadap ketercapaian hasil pembelajaran
II. Rambu-Rambu Pengembangan Kurikulum Pendidikan Profesional Guru A.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Profesional Guru Pengembangan kurikulum UPI dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut. 1. Keutuhan Pendidikan Profesional Guru Sesuai dengan sistem regulasi pendidikan yang ada, pendidikan profesional guru mencakup dua
jalur pendidikan akademik yang berbeda, yakni yang berlatar belakang S1 kependidikan dan berlatar pendidikan nonpendidikan sebagaimana tervisualisasikan dalam gambar berikut.
PENDIDIKAN AKADEMIK (S-1 PENDIDIKAN)
PENDIDIKAN AKADEMIK (S-1/D-IV NONDIK)
PENDDK PROFESI
MATRI KULASI PENDIDIKAN
PENDDK PROFESI
Pembentukan dan pengasahan kiat profesional secara berkelanjutan, berupa latihan menerapkan perangkat utuh kompetensi akademik yang dipersyaratkan bagi Guru, secara kontekstual atau non-rutin dalam praktek nyata yang berlangsung dalam seting otentik
KOMPETENSI DALAM BASELINE YANG SAMA
PENDIDIKAN PROFESI
Gambar 1. Kerangka Utuh Model Pendidikan Profesional Guru Keseluruhan proses penyiapan guru yang mencakup pendidikan akademik dan pendidikan profesi tersebut harus merupakan suatu keutuhan sejak rektrutmen, pelaksanaan, hingga penetapan kelulusan. Prinsip keutuhan ini penting mengingat pendidikan profesi guru yang ditegaskan dalam Permendiknas RI No. 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra jabatan tidak mengatur pendidikan guru pada tingkat pendidikan akademik. 2. Keterkaitan Mengajar dan Belajar Prinsip ini menunjukkan bahwa bagaimana cara guru mengajar harus didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana peserta didik sebenarnya belajar dalam lingkungannya. Dengan demikian penguasaan teori, metode, strategi pembelajaran yang mendidik dalam perkuliahan di kelas harus
dikaitkan dan dipadukan dengan bagaimana peserta didik belajar di sekolah dengan segenap latar belakang sosial-kulturalnya. Cara guru mengenal dan merespon perilaku belajar peserta didik di kelas adalah penting karena akan membentuk hakikat lingkungan pembelajaran (shaping the nature of the teaching and learning environment) (Loughran; 2010). Oleh karena itu, pada struktur kurikulum pendidikan akademik untuk calon guru (program studi kependidikan) harus menempatkan pemajanan awal terhadap praktik pembelajaran di sekolah-sekolah mitra (early exposure) agar calon guru lebih memahami hakikat pembelajaran yang mendidik. Dalam konteks ini, pedagogi harus dipahami sebagai konsep yang merujuk kepada dua aspek belajar. Pertama, pedagogi berkaitan dengan apa dan bagaimana peserta didik belajar; dan kedua, pedagogi berkaitan dengan bagaimana guru sebagai pembelajar belajar tentang mengajar dan membentuk keahliannya sebagai seorang profesional. 3. Koherensi antar Konten Kurikulum Koherensi mengandung arti keterpaduan (unity), keterkaitan (connectedness), dan relevansi (relevance) (lihat Beane, 1995). Koherensi dalam konten kurikulum pendidikan guru bermakna adanya keterkaitan diantara kelompok mata kuliah bidang studi (subject matter contents) dalam membentuk kompetensi profesional dan keterkaitan antara kelompok mata kuliah pedagogi (pedagogical contents) serta keterkaitan diantara kedua kelompok mata kuliah tersebut (interdiciplenary coherence) dalam membentuk keutuhan kompetensi guru profesional. Selain koherensi internal, kurikulum untuk program studi/jurusan kependidikan harus memperhatikan pula keterkaitan kontennya baik pedagogi umum, pedagogi khusus maupun konten mata kuliah keahlian dan keterampilampilan
dengan realitas pembelajaran di kelas sehingga terbangun
keterkaitan kurikulum program studi dengan kebutuhan akan pembelajaran di kelas atau sekolah (university-school curriculum linkage). Untuk program studi nonkependidikan, koherensi harus terjadi antara kelompok mata kuliah yang mengembangkan aspek kepribadian dan karakter (softskills) dan kelompok mata kuliah bidang studi dalam membentuk dan mengembangkan kemampuan penguasan bidang studi yang sejalan dengan keahliannya. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan pada kelompok mata kuliah umum dengan mengadopsi koten yang dapat mengembangkan softskills, antara lain konten pedagogi baik umum maupun khusus (pedagogical content knowledge and skills) yang sekaligus dapat menjadi salah satu penciri adanya perabukan silang antara program studi kependidikan dengan nonkependidikan. 4. Multikulturalisme dan Kearifan Lokal Mengingat calon guru harus mengenal sosok peserta didik yang beragam sosio-kulturalnya, maka multikulturalisme harus masuk ke dalam pengembangan kurikulum pendidikan guru. Multikulturalisme mengandung pengertian tentang budaya yang terwujud dalam pola pikir dan cara pandang, sikap, serta perilaku seseorang yang unik dan berbeda dari orang lain. Keunikan dan keberbedaan ini dipengaruhi oleh
nilai-nilai lokal yang dianut oleh sekelompok masyarakat tertentu dan dari mana seseorang itu berasal, baik secara geografi, etnik, maupun rasnya. Selain itu, perbedaan budaya seseorang dipengaruhi juga oleh identitasnya yang dapat ditinjau dari gender, agama yang dianut, kekhususan siswa, bahasa yang digunakan, dan tingkat perkembangan usia. Oleh karena itu, peserta didik memiliki keberagaman budaya yang mesti difahami dan dihargai, karena budaya individu siswa ini akan mempengaruhi cara belajarnya. Prinsip ini diperlukan pula dalam menata ulang kurikulum program studi nonkependidikan, mengingat pemahaman terhadap silang budaya dalam masyarakat multikultur dan kearifan lokal merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembetukan softskills lulusan agar mereka mampu berkomunikasi baik dalam tataran interpersonal maupun transaksional dalam lingkup pekerjaan dan kehidupan masyarakat yang akan dihadapinya. 5. Pembaharuan dan Berkesinambungan Konsep Re-Desain Pendidikan Profesional Guru menegaskan bahwa pendidikan guru harus merupakan pendidikan yang mengikuti daur kehidupan seorang guru profesional mulai dari rekrutmen sampai dengan pembinaan profesi guru berkelanjutan. Dinamika yang terjadi dalam lingkungan nasional, regional, dan global harus pula dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum program studi kependidikan.
Oleh karena itu, kebijakan dan proses untuk melakukan pengkajian, reviu, dan
pembaharuan dalam pengembangan kurikulum pendidikan guru baik pada program akademik dan program pendidikan profesi harus merupakan bagian tak terpisahkan dalam tahapan pengembangan kurikulum pendidikan guru.
Prinsip tersebut berlaku pula dalam pengembangan kurikulum program studi
nonkependidikan agar kurikulum yang berlaku terus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna lulusan dan perkembangan Ipteks. Kurikulum UPI harus pula mencerminkan kesinambungan antara jenjang S1, S2, dan S3
bagi program studi yang linier. Ini antara lain harus tercermin dalam rumusan capaian hasil
pembelajarannya sesuai dengan KKNI. 6. Fleksibilitas Pengembangan Kurikulum UPI menganut prinsip fleksibilitas baik secara horisontal maupun vertikal dengan mempertimbangkan kebutuhan dan minat mahasiswa dan perkembangan dalam bidang Ipteks dan budaya. Fleksibilitas vertikal kurikulum memungkinkan transfer kredit antar program studi (kependidikan dan nonkependidikan yang relevan), antar jenjang program di lingkungan UPI, dan antar program studi di UPI dengan program studi di perguruan tinggi lain. Sementara itu, fleksibilitas kurikulum secara horisontal harus tercermin dalam penataan mata kuliah pilihan atau keahlian untuk mengakomodasi keragaman minat, dan kemampuan mahasiswa serta dengan mempertimbangkan pula kebutuhan pengguna lulusan. Dengan prinsip ini, kurikulum yang dikembangkan harus dapat menyediakan kemasan mata kuliah untuk menghasilkan calon guru yang mampu (1) mengajar pada berbagai tingkat dan jenis (TK, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK); (2) memiliki kemampuan mengajar lebih dari satu bidang studi, dan atau (3) memiliki kemampuan kependidikan lain di luar mengajar.
Fleksibilitas kurikulum memungkinkan pula
dilakukan revisi isi dan nama mata kuliah yang
disesuaikan dengan tuntutan standar mutu, kebutuhan masyarakat, dan perkembangan Ipteks. 7. Kesetaraan Gender Pengembangan Kurikulum UPI hendaknya memperhatikan prinsip kesetaraan gender. Gender berkaitan dengan peran dan fungsi seseorang dalam kehidupan sosialnya. Selama ini telah terjadi ketimpangan-ketimpangan pembangunan yang diakibatkan oleh ketidakadilan gender. Ketidakadilan ini dicirikan oleh kuatnya pandangan patriarki yang didominasi kaum laki-laki, sementara kaum perempuan lebih
dipandang sebagai subordinasi dan kadang-kadang menjadi objek yang
tertindas. Dalam
pengembangan kurikulum UPI ini diharapkan ada kajian atau perkuliahan yang responsif gender, yang isinya bermuatan pandangan-pandangan edukatif dan kemanusiaan dengan menempatkan peran dan fungsi manusia secara setara karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa mesti didukung oleh kesetaraan dan keadilan gender. Di samping itu, Kurikulum UPI dan proses pembelajarannnya diharapkan juga mampu menyiapkan mahasiswanya memiliki sikap dan penghargaan terhadap lawan jenis. 8. Pendidikan Inklusi Kurikulum UPI seyogyanya memperhatikan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif merupakan pendidikan umum baik di sekolah formal maupun nonformal yang menerima dan melayani siswa-siswa yang beragam kemampuan dan kondisi fisiknya. Pendidikan inklusif ini memperhatikan prinsip pendidikan untuk semua (Education for All) yang menempatkan keadilan dan demokrasi dalam pendidikan. Bagaimanapun kondisinya, setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan dan akses terhadap pendidikan. Oleh karena itu, dalam kurikulum UPI mesti ada kajian perkulihan yang memperhatikan pelayanan terhadap keunikan dan keberbedaan bagi orang-orang yang memiliki kekhususan. Berkenaan dengan pendidikan inklusif, seperti halnya prinsip kesetaraan gender,
kurikulum UPI dan proses
pembelajaran yang dikembangkan harus mampu menyiapkan mahasiswanya memiliki sikap dan penghargaan kepada orang-orang yang berkebutuhan khusus. 9. Kesadaran Lingkungan (Green living) Kurikulum UPI mesti memperhatikan kesadaran akan lingkungan atau green living. Lingkungan tempat manusia berpijak memberi pengaruh besar terhadap kelangsungannya. Lingkungan mesti dijaga keberlangsungannya dengan sikap yang bertanggungjawab, mulai dari kebersihan diri sendiri hingga ke kebersihan dan pemeliharaan lingkungan di darat, air, dan udara. Kesadaran akan keberlangsungan lingkungan mesti ditumbuhkan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, di dalam kurikulum UPI mesti ada pengalaman belajar yang responsif terhadp lingkungan, antara lain kesadaran akan semakin berkurangnya sumber
daya
alam,
perubahan
iklim
(climate
change),
ledakan
kependudukan.
10. Demokrasi Prinsip demokrasi harus tercermin pula dalam Kurikulum UPI. Prinsip demokrasi mengandung pengertian keterbukaan, musyawarah, dan penghargaan terhadap individu dan keberagaman. Prinsip ini dapat tercermin baik dalam substansi mata kuliah maupun dalam aspek proses pembelajaran. Dalam proses perencanaan pembelajaran tercermin dalam kesediaan dosen untuk menegosiasikan apa yang akan dikembangkan dalam silabus dan SAP.
Dalam proses pembelajaran dosen harus mampu
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk peserta didik untuk memiliki sikap dan perilaku yang demokratis. (Catatan Uraian Prinsip lebih direktif)
B. Model Kurikulum Pendidikan Profesional Guru Banyak model kurikulum pendidikan profesional guru yang dapat dipilih dan diterapkan; dan setiap model tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai model tersebut, model kurikulum yang dipilih untuk diterapkan di UPI adalah model gabungan, yakni berupa sintesa dari model kurikulum reflektif (reflective curriculum), kurikulum berbasis kompetensi (competence based- curriculum), dan kurikulum berbasis bukti (evidence based- curriculum). Konsep Re-Desain Pendidikan Profesional Guru yang dikembangkan UPI pada dasarnya merupakan sintesa dari model-model di atas. Dengan model tersebut, program pendidikan diselenggarakan dengan mengintegrasikan pengetahuan (penguasaan teori dan fakta), keterampilan praktikal (menggunakan cara, alat, material) dan keterampilan berpikir (logis, kritis, kreatif, intuitif) dan sikap serta kepribadian yang dibentuk dengan berlandasakan pada nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia dan dikembangkan selama perkuliahan serta dipadukan dengan pengetahuan, keterampilan, serta sikap serta perilaku yang diperoleh dan dibentuk oleh pengalaman praktik lapangan. Berdasarkan pengamatan terhadap perilaku dan performansi praktikan di lapangan, dan dengan merujuk pada standar kompetensi profesional dalam bidang yang bersangkutan, dosen dan pembimbing lainnya melakukan pembahasan dan refleksi terhadap kinerja praktikan yang melibatkan dosen pembimbing, guru pamong ( untuk program studi kependidikan) dan praktikan dalam suatu pertemuan triadik (triadic conference) guna memperbaiki penampilan praktikan pada kegiatan praktik selanjutnya. Dalam model Pendidikan Berbasis Kompetensi, kompetensi-kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh lulusan dirinci secara spesifik sehingga memungkinkan untuk ditilai secara akuntabel. Kompetensikompetensi yang dirumuskan mencakup pengetahuan tentang prinsip, konsep, teori, dan fakta (knowledge), keterampilan (skills) termasuk keterampilan berpikir, sikap (attitudes) dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia yang diharapkan dikuasai oleh lulusan. Keberhasilan
lulusan diukur dengan melihat seberapa jauh kompetensi-kompetensi yang sudah dirumuskan itu dikuasai oleh lulusan. Model Pendidikan Berdasarkan Bukti (Evidence Based Education) menghubungkan antara teori pendidikan/pembelajaran dengan praktik di lapangan melalui riset terhadap teori pembelajaran (theorydriven research) dan praktik pembelajaran (practice-driven research) secara timbal balik (reciprocal). Hasilhasil riset yang berfokus pada praktik di lapangan (sekolah bagi program studi kependidikan; laboratorium dan dunia industri bagi program studi nonkependidikan) dengan segenap aspeknya menjadi bahan masukan (feedback) bagi teori dan prinsip pembelajaran dalam implementasinya secara lebih kontekstual. Dengan demikian proses pembelajaran
dalam perkuliahan akan didasarkan pada
sejumlah bukti (
evidence) yang relevan dan kontekstual baik dalam lingkup program studi kependidikan maupun nonkependidikan . Dengan memadukan ketiga model pendidikan profesional guru di atas, keberhasilan pendidikan dan pengajaran pada gilirannya dipahami sebagai sebuah proses sirkular yang memperlihatkan kaitan erat antara bekal perilaku peserta didik dengan pengajaran sehingga faktor konteks pengetahuan (context of knowledge) dan faktor budaya yang melatarbelakangi kehidupan peserta didik (socio-cultural context) perlu diperhitungkan, khususnya dalam pendidikan profesional guru. (Catatan buat lebih singkat direktif)
C. Tujuan Pendidikan UPI Universitas Pendidikan Indonesia menyelenggarakan berbagai jenis dan jenjang pendidikan tinggi. Jenjang program pendidikan merujuk pada kualifikasi dan gradasi program pendidikan, sedangkan jenis program pendidikan merujuk pada macam-macam program pendidikan yang diselenggarakan pada masingmasing jenjang. Jurusan/Prodi perlu melakukan evaluasi dan pengembangan kurikulum sesuai dengan jenjang dan jenis program pendidikan yang diselenggarakan. Sebagai rambu-rambu umum dalam merumuskan kompetensi dari setiap jenis dan jenjang program bisa dirujuk Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia sebagaimana dideskripsikan pada masing-masing jenjang berikut. 1. Program Pendidikan Vokasi Diploma 3 Program pendidikan Diploma 3 adalah jenjang pendidikan vokasional dengan masa studi 3-4 tahun. Jenjang program pendidikan ini menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan aplikatif untuk bidang vokasi tertentu. Secara umum, lulusan D 3 diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut.
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun yang belum baku berdasarkan data, informasi, dan mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
2. Program Pendidikan Sarjana (S1) Program pendidikan sarjana (S1) adalah jenjang pendidikan dengan masa studi 4-5 tahun penuh waktu atau 5-7 tahun paruh waktu. Jenjang program pendidikan ini menekankan pada penguasaan pengetahuan akademik yang melandasi kerja profesional di lapangan. Secara umum, lulusan S1 diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Program Kependidikan
Memahami karakteristik dan potensi peserta didik dan memfasilitasi perkembangan potensinya yang multi kemampuan dan makna secara berkesinambungan.
Menguasai teori, prinsip, dan prosedur dalam merancang program pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi peserta didik yang multi kemampuan dan multi makna.
Menguasai pengetahuan dan keterampilan menyajikan atau mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik dan mengelola pembelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa kelas yang komunikatif baik dengan muatan interpersonal dan transaksional dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komputer disertai pembentukan sikap dan perilakunya yang dapat memfasilitasi perkembangan potensinya yang multi kemampuan dan makna secara berkesinambungan.
Menguasai pengetahuan dan keterampilan mengelola perubahan kultur kelas dan sekolah untuk membangun dan mengembangkan proses dan hasil pembelajaran peserta didik yang memiliki multi kemampuan dan makna.
Menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan alat penilaian untuk memperbaiki proses dan hasil belajar peserta didik yang membantu perkembangan potensinya yang multi kemampuan dan makna.
Menguasai pendekatan dan metode penelitian kelas yang dapat dugunakan untuk memperbaiki pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik yang multi kemampuan dan multi makna
Memanfaatkan pengetahuan, teknologi, seni pada bidangnya dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dan dalam beradaptasi dengan situasi yang dihadapinya.
Berperan sebagai
guru/pendidik
profesional atau teknisi/analis yang berkaitan dengan bidang
keilmuan dan keahliannya.
Memiliki sikap, kepribadian, dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia yang diwujudkan dalam pola tindak yang, antara lain berwibawa, bertanggung jawab, terbuka, percaya diri, tangguh, ulet, jujur, dan berempati terhadap peserta didik , masyarakat dan lingkungannya serta didorong oleh keinginan untuk selalu berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
a. Program Studi Nonkependidikan
Mampu mengembangkan perilaku yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian mantap, mandiri, dan memiliki rasa tangung jawab dan motivasi altruistik (selalu ingin berbuat yang terbaik atau bermaslahat bagi orang lain)
dalam
kehidupan pekerjaan dan dalam kehidupan
kemasyarakatan pada umumnya.
Mampu memanfaatkan Ipteks dalam bidang keahliannya, dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah.
Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoretis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah secara prosedural dan kontekstual.
Berperan sebagai teknisi/analis yang berkaitan dengan bidang keilmuan dan keahliannya.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
3. Pendidikan Profesi Program pendidikan profesi adalah program pendidikan yang dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan profesional lulusan sebagai perwujudan dari kemampuan akademik yang diperoleh pada program pendidikan S1 melalui pengalaman kerja praktik selama satu tahun di lapangan. Secara umum, lulusan dari pendidikan profesi diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan berikut.
Mampu mengembangkan perilaku yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian mantap, mandiri, dan memiliki rasa tangung jawab dan motivasi altruistik (selalu ingin berbuat yang terbaik atau bermaslahat bagi orang lain) dalam pelayanan profesi dan dlam kehidupan kemasyarakatan pada umumnya.
Mengasai landasan keilmuan dan keterampilan keahlian profesional yang sejalan dengan bidang ilmu yang diperoleh pada program sarjana sebagai dasar atau landasan keterampilan keahlian khusus dalam profesi yang dibangun.
Mampu mengembangkan pelayanan keahlian profesional berkenaan dengan praktik keahlian khusus profesional dengan penguasaan keahlian profesional yang tinggi,
Mampu mengembangkan pelayanan perilaku pelayanan profesional berkaitan dengan berkehidupan dan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan bidang keilmuan dan substansi profesi sesuai dengan karir profesi yang diplih, terutama berkenaan dengan etika profesional, riset dalam bidang profesi, dan organisasi profesi.
Mampu mengembangkan kehidupan bermasyarakat profesi, berkenaan dengan kaidah-kaidah kerja sama profesional dalam kehidupan masyarakat profesi sesuai dengan karir profesi yang dipilih baik dalam hubungan antara individu, hubungan kolaboratif antar anggota profesi sendiri dan profesi lain dalam membangun dan melaksnakan kerjasama disertai dengan tanggung jawab profesional.
Mampu merencanakan dan melakukan riset serta mengelola sumberdaya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan Ipteks untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi. 4. Program Pendidikan Magister Program pendidikan magister (S2) adalah jenjang pendidikan pascasarjana dengan masa studi 2-3
tahun penuh waktu atau 4-6 tahun paruh waktu. Jenjang program pendidikan ini menekankan pada penguasaan pengetahuan kenseptual-teoretis dan atau pengetahuan aplikatif. Pada jenjang program pendidikan magister dapat diselenggarakan program pendidikan dalam bidang terapan tertentu (seperti Magister Pendidikan dan Magister Ekonomi) dan bisa pula program pendidikan bidang keilmuan tertentu (sepert M.Si dan M.Hum). Secara umum, lulusan dari program pendidikan magister ini diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan berikut. a. Program Studi Pendidikan
Menganalisis, mensintesakan, dan mengembangkan berbagai model desain kurikulum, pembelajaran, dan evaluasi yang diterapkan guna memaksimalkan potensi peserta didik yang memiliki multi kemampuan dan makna
Mampu memecahkan permasalahan pendidikan melalui pendekatan interdisipliner atau multi disipliner
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan serta mendapat pengakuan nasional atau internasional
Menganalisis dan mensintesakan hasil penelitian tentang kultur kelas, sekolah, kebutuhan peserta didik dan pemangku kepentingan dalam pendidikan serta menerapkannya dalam mengembangkan program, mengelola program pembelajaran dan untuk memecahkan permasalahan pengelolaan pembelajaran yang dapat meningkat mutu proses dan hasil belajar peserta didik.
Berperan sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah yang kompleks dengan pendekatan inter atau multidisipliner atau sebagai akademisi atau tenaga ahli yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau keahliannya.
Memiliki sikap, kepribadian, dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia yang diwujudkan dalam pola tindak yang, antara lain berwibawa, bertanggung jawab, terbuka, percaya diri, tangguh, ulet, jujur, dan berempati terhadap peserta didik , masyarakat dan lingkungannya serta didorong oleh keinginan untuk selalu berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
b. Program Studi Nonkependidikan
Mampu menganalisis perkembangan ilmu pengetahuanm teknologi dan/ atau seni budaya serta mensintesakannya dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode dan kaidah keilmuan disertai penerapannya sesuai dengan disiplin ilmunya dalam bidang ilmu tertentu
Mampu memecahkan permasalahan di bidang disiplin ilmunya melalui penelitian berdasarkan kaidah dan pendekatan serta metode ilmiah dalam bidang keilmuannya
Mampu mengembangkan kinerja dalam karir tertentu yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan secara komprehensif.
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan serta mendapat pengakuan nasional atau internasional
Berperan sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah yang kompleks dengan pendekatan inter atau multidisipliner atau sebagai akademisi atau tenaga ahli yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau keahliannya.
Mampu merencanakan, mengelola sumber daya serta melakukan evaluasi atas pelaksanaan program yang berada di bawah tanggung jawabnya dengan memanfaatkan Ipteks dan budaya untuk mengembangkah langkah-langkah strategis organisasi.
Menjunjung tinggi etika akademik sesuai dengan bidang keilmuan yang diembannya.
5. Program Pendidikan Doktor Program pendidikan doktor (S3) adalah jenjang pendidikan pascasarjana dengan masa studi 3-5 tahun penuh waktu atau 6-8 tahun paruh waktu setelah program pendidikan magister. Pada jenjang pendidikan ini dapat diselenggarakan program pendidikan doktor dalam bidang terapan tertentu (seperti Doktor Pendidikan dan Doktor Teknik) dan program pendidikan doktor filsafat (Doktor Filsafat/Doctor of Philosophy). Khusus program doktor filsafat dapat diselenggarakan melalui jalur mata kuliah (by Course Work) dan dapat pula ditempuh melalui jalur riset (by research). Secara umum, lulusan dari program pendidikan doktor ini dharapkan memiliki kemampuan kemampuan berikut. a. Program Studi Pendidikan
Melakukan penelitian pengembangan dengan pendekatan transdisiplin tentang pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran yang inovatif dan adaptif dengan aspek sosial kultural peserta didik untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi peserta didik yang memiliki multi kemampuan dan makna
Melakukan penelitian dan pengembangan dengan pendekatan transdisiplin tentang kultur kelas , sekolah, kultur sosial dan kebutuhan peserta didik serta pemangku kepentingan dalam pendidikan serta mensitesakan
hasilnya yang digunakan dalam mengembangkan
program dan pengelolaan
pembelajaran yang inovatif dan memiliki kebaruan untuk meningkat mutu proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki multi kemampuan dan makna.
Mampu mengelola, memimpin dan mengembang riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia serta mampu mendapat pengakuan nasional atau internasional.
Berperan sebagai akademisi atau sebagai tenaga ahli yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau keahliannya yang berkemampuan memecahkan masalah yang kompleks dengan pendekatan multi disiplin atau trandisiplin
Memiliki sikap, kepribadian, dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia yang diwujudkan dalam pola tindak yang, antara lain berwibawa, bertanggung jawab, terbuka, percaya diri, tangguh, ulet, jujur, dan berempati terhadap peserta didik , masyarakat dan lingkungannya serta didorong oleh keinginan untuk selalu berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
b. Program Studi Nonkependidikan
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset hingga menghasilkan karya kreatif, inovatif, original, dan teruji yang layak publikasi dalam jurnal ilmiah terakrediatasi yang diakui baik secara nasional maupun internasional.
Mampu memecahkan permaslahan Ipteks yang rumit dalam bidangnya dengan segenap alternatif pemecahannya baik melalui pendekatan interdisiplin, multi-disiplin atau transdisiplin untuk pekerbangan bidang keilmuannya dan kemaslahatan masyarakat
Berperan sebagai akademisi atau sebagai tenaga ahli yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau keahliannya yang berkemampuan memecahkan masalah yang kompleks dengan pendekatan multi disiplin atau trandisiplin .
Mampu melaksanakan, mengelola, memimpin, dan mengembangkan program penelitian untuk perkembangan di bidang Ipteks untuk memecahkan permasalahan di bidang ilmunya dan untuk kemaslahatan masyarakat
Mendesiminasikan manfaat riset bagi pengembangan Ipteks dan peningkatan kemaslahatan manusia yang diakui secara nasional dan internasional dalam bentuk publikasi saintifik berupa buku dan jurnal ilmiah terakreditasi
Memiliki sikap, kepribadian, dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia yang diwujudkan dalam pola tindak yang, antara lain berwibawa, bertanggung jawab, terbuka, percaya diri, tangguh, ulet, jujur, dan berempati terhadap peserta didik , masyarakat dan lingkungannya serta didorong oleh keinginan untuk selalu berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
D. Struktur Kurikulum dan Beban Studi Struktur kurikulum dan beban studi untuk masing-masing jenjang studi adalah sebagai berikut.
1. Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program D3 Beban studi untuk program pendidikan D3 berkisar antara 108–120 sks. Struktur kurikulum D3 terdiri atas Kurikulumn Inti (Core Curriculum) yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa, tanpa Kurikulum Pilihan (Elective Curriculum). Secara lebih rinci, struktur kurikulum untuk program pendidikan D3 dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1 Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program Pendidikan D3 Program Pendidikan D3 Non Kependidikan Struktur Kurikulum Kurikulum Inti - Mata Kuliah Umum (MKU) - Mata Kuliah Keterampilan dan Keahlian (MKK) Fakultas - Mata Kuliah Keterampilan dan Keahlian (MKK) Jurusan/Prodi minimal Kurikulum Pilihan -MKK tambahan Jumlah
sks 10-12 4-6 90-94 10-12 108-120
Catatan: Sejalan dengan tujuan pendidikan vokasi, fokus dalam seleksi dan organisasi konten kurikulum adalah pada pembekalan keterampilan vokasional (60-70%) dan penguasaan aspek teori/konsep/prinsip (30-40%) ditambah dengan kemampuan keterampilan berkomunikasi mengelola pekerjaan
2. Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program S1 Seluruh beban studi untuk program pendidikan S1 adalah berkisar antara 144 – 150 sks. Secara garis besar, struktur kurikulum S1 terdiri atas Kurikulum Inti
(Core Curriculum) yang dimaksudkan untuk
mengembangkan kompetensi utama lulusan (sekitar 80% dari keseluruhan sks yang harus diambil oleh mahasiswa) dan Kurikulum Pilihan (Elective Curriculum) yang dimaksudkan untuk memperkuat kompetensi utama/kompetensi penunjang (sekitar 20% dari keseluruhan sks yang harus diambil oleh mahasiswa). Secara lebih rinci, struktur kurikulum untuk program pendidikan S1 dapat dilihat pada table berikut. Tabel 2 Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program Pendidikan S1
Program Pendidikan S1 Kependidikan Struktur Kurikulum Sks
Kurikulum Inti - Kelompok Mata Kuliah Umum ( General subjects)*) - Kelompok Mata Kuliah Pedagogi Umum (General Pedagogy ) **)
- Kelompok Mata Kuliah Pedagogi Khusus (Specific
10-12 10-12 12-16
Program Pendidikan S1 Non Kependidikan Sks Struktur Kurikulum
Kurikulum Inti - Kelompok Mata Kuliah Umum ( 10-12 General subjects)*) -
Pedagogy) ***)
- Kelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) Fakultas - Kelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) Jurusan/Prodi Kurikulum Elektif (MKKP) - Kelompok Mata Kuliah Keilmuan dan Keahlian Pilihan ****) Jumlah
4-6 88- 94
16-20 144-150
- Kelompok Mata Kuliah Keilmuan 4-6 dan Keahlian (MKK) Fakultas - Kelompok Mata Kuliah Keilmuan 104-112 dan Keahlian (MKK) Jurusan/Prodi Kurikulum Elektif (MKKP) - Kelompok Mata Kuliah Keilmuan 16-20 dan Keahlian Pilihan ****) Jumlah 144-150
Catatan: *) Pendidikan Umum (General subjects) baik untuk program studi kependidikan maupun nonkependidikan mencakup mata kuliah yang disarankan dalam peraturan perundangan, yakni : (1) Pendidikan Agama; (2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (3) Bahasa Indonesia; (4) Matematika atau Statistika atau Logika; (5) Bahasa Inggris/Asing. **) Kelompok mata kuliah pedagogi umum (General Pedagogy) mencakup, antara lain : (1) Psikologi Pendidikan (Educational Psychology); (2) Kurikulum dan Pembelajaran (Curriculum and Instruction); (3) Pengelolaan Pendidikan dan Kepemimpinan (School Management and Leadership); (4) Bimbingan dan Konseling/Supervisi Klinis dalam Pembelajaran ***) Kelompok mata kuliah ini (pedagogi khusus) mencakup: (1) Pengembangan Kurikulum dan Materi Ajar (Curriculum and Materials Development); (2) Penilaian pembelajaran ( learning assessement); (3) pengelolaan interaksi pembelajaran di kelas (Managing Classroom Interaction) ; (4) Penelitian Tindakan Kelas; (5) penggunaan TIK dalam pembelajaran ****) Mata kuliah pilihan dapat dikembangkan paket pilihan mata kuliah yang dapat memperkuat dan memperdalam kompetensi utama lulusan (yang relevan dengan rumpun bidang studinya) yang sejalan dengan visi dan misi program studi/jurusan serta dapat memberikan kemampuan tambahan yang memungkinkan lulusan dapat beradaptasi dalam lingkup pekerjaan yang beragam. Mata kuliah pilihan dapat diambil dalam program studi sendiri dan/atau di luar program studi serumpun dan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Khusus untuk program studi/jurusan kependidikan untuk guru, sejalan dengan prinsip koherensi dalam pengembangan kurikulum UPI dan keterkaitan kurikulum UPI dengan sekolah (university-school based curriculum), pengembangan kurikulumnya harus menunjukkan keterkaitan antara mata kuliah pedagogi umum dan khusus dengan praktek pembelajaran di sekolah yang dapat dipetakan sebagai berikut.
Tabel 3: Keterkaitan Kurikulum Program Studi/Jurusan Kependidikan dengan Praktek pembelajaran di sekolah
Tahun Smt 1
1 2 1 2 1 2 1 2
Earlier exposure
MK Pedagogi Umum
MK Pedagogi Khusus
PPL*)
5 -10 hari X 2 5-10 hari X 5-10 hari X 3 10- 15 hari X 10- 15 hari X 4 10-15 hari X ekuivalen dg X 60-80 hari Catatan: Jumlah hari kunjungan mahasiswa ke sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan untuk memperkenalkan mahasiswa dengan parktek pembelajaran dan pengembangan perangkat pembelajaran dalam seting nyata di sekolah (earlier exposure) Kelompok mata kuliah pedagogi umum seyogyanya diarahkan pada pembekalan peserta didik calon guru dengan seting nyata sekolah berkaitan, antara lain dengan: (1) proses pembelajaran di kelas ;(2) pengelolaan interaksi pembelajaran di kelas; (3) pengelolaan dan kepemimpinan di sekolah; dan (4) Bimbingan dan Konseling atau Supervisi Klinis dalam Pendidikan Kelompok mata kuliah pedagogi khusus seyogyanya diarahkan secara bertahap sesuai distribusi mata kuliah ini dalam struktur kurikulum program studi/jurusan kepada pengenalan awal mahasiswa terhadap: (1) praktek pengembangan perangkat pembelajaran di sekolah ( silabus, RPP, pengembangan materin ajar, pendektan, metode dan teknik pembelajaran, media pembelajaran, alat penilaian) dibandingkan dengan prinsip, konsep, dan teori yang dibahas di perkuliahan; (2) interaksi pembelajaran di kelas; dan (3) kegiatan pembelajaran laiannya, seperti remedial dan tutorial. Bagi dosen mata kuliah pedagogi keterkaitan tersebut dapat memperkaya permbelajaran di kelas dengan data dan pengamalaman otentik pembelajaran sehingga terwujud pembelaran atau perkuliahan berbasis bukti/fakta (visible teaching atau evidance-based teaching) PPL dikembangkan dalam bentuk real teaching seperti yang berlangsung selama ini dengan penekanan pada model reflektif melalui supervisi klinis dan bukan microteaching agar lulusan program studi kependidikan untuk calon guru lebih menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap (pedagogical knowlesge, skills, and attitudes) yang dalam perkembangan ke depan ( dalam konteks Peraturan Presisden tentang Recognition of Prior Learning) dapat diakui atau ekuivalen dengan PPL dalam konteks PPG. 2. Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kurikulum program Pendidikan Profesi Guru (PPG) berisi program pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran yang mendidik (subject specific pedagogy) dan program pengalaman lapangan (PPL) kependidikan. Kecuali untuk program PPG anak usia dini lulusan S-1 PGPAUD dan untuk PPG SD lululusan PGSD yang hanya diprogramkan untuk mengambil kredit antara 18-20 sks, lulusan S-1 lainnya (baik yang dari program kependidikan maupun yang dari program non kependidikan) diprogramkan untuk mengambil
kredit sebanyak 36-40 SKS. Ini dilakukan bila berdasarkan tes masuk PPG menunjukkan kekurangan dalam penguasaan bidang studi, maka mereka diharuskan mengambil program penguatan bidang studi yang ditawarkan di PPG. Dan bila mereka menunjukkan kekurangan baik pada penguasaan bidang studi maupun pedagogi, mereka diharuskan mengikuti penguatan baik kelompok mata kuliah bidang studi maupun pedagogi dalam PPG semester pertama. Begitu pun lulusan S-1 Psikologi yang mengikuti PPG anak usia dini atau PPG SD juga diwajibkan mengambil kredit antara 36-40 sks. Namun, lulusan S1 non kependidikan yang akan mengikuti program PPG diwajibkan untuk mengambil program matrikulasi terlebih dahulu, untuk pembekalan pengetahuan dan keterampilan pedagogi sejalan dengan prinsip, teori, dan pendekatan yang mendasari berbagai desain pembelajaran dan implementasinya.
Tabel 4 Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program Pendidikan Profesi Guru
Berasal dari Program S1 Kependidikan
Struktur Kurikulum
sks
Penguatan pengetahuan dan 32-34 keterampilan pedagogi serta bidang studi**) PPL 4-6 Jumlah 36-40
Berasal dari Program S1 Non Kependidikan
Struktur Kurikulum sks Matrikulasi *) 20-24 Pedagogi Khusus (Subject Specific 32-34 Pedagogy) -
PPL
4-6
Jumlah
56-64
Catatan: *) Matrikulasi difokuskan pada pembekalan penguatan bidang studi maupun pedagogi umum **)Penguatan bidang studi (subject matter) dan pedagogi diperuntukan bagi peserta yang berdasarkan penilaian kemampuan penguasaan bidang-bidang tersebut dinilai kurang
3. Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program Pendidikan S2 Beban studi program pendidikan S2 adalah antara 42-50 sks. Secara garis besar, kurikulum program pendidikan S2 terdiri atas Kurikulum Inti (Core Curriculum) yang dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi pokok dan harus diikuti oleh semua siswa (sekitar 60 % dari keseluruhan beban studi yang harus diselesaikan oleh mahasiswa) dan Kurikulum Pilihan (Elective Curriculum) yang dimaksudkan untuk memperdalam keahlian khusus mahasiswa dalam bidang terapan atau keilmuan tertentu (sekitar 40% dari sks yang harus diselesaikan oleh mahasiswa). Kurikulum Pilihan diambil/dipilih oleh mahasiswa sendiri (dengan bimbingan dosen Pembimbing Akademik) sesuai dengan bidang keahlian khusus yang diperdalamnya. Mata-mata kuliah untuk kelompok Kurikulum Pilihan ini dapat diambil dari Prodinya sendiri, dari luar Prodinya, atau campuran dari dalam Prodi dan dari luar Prodinya. Selain itu, Prodi S2 juga bisa mempersyaratkan mahasiswa yang berasal dari Prodi S1 yang dianggap tidak sebidang untuk mengikuti mata kuliah aanvulen antara 9-12 sks. Secara lebih rinci, struktur dan beban studi program pendidikan magister ini adalah sebagai berikut.
a. Struktur dan Beban Studi Program Pendidikan Magister dalam Bidang Terapan Tertentu Struktur kurikulum dan beban studi program pendidikan magister dalam bidang terapan tertentu adalah sebagai berikut. Tabel 5 Struktur Kurikulum dan Beban Studi Program Pendidikan Magister dalam Bidang Terapan Tertentu Beban Studi (Sks) Berasal dari Prodi Berasal dari Prodi S1 Sebidang S1 Tidak Sebidang
Kelompok Mata Kuliah Kurikulum Prasyarat - Mata Kuliah Aanvulen Kurikulum Inti: - Mata Kuliah Umum (Filsafat Ilmu, Metode Penelitian, dan atau Statistika) - Mata Kuliah Keahlian (MKK) Prodi Kurikulum Pilihan - Mata kuliah Keahlian (MKK) Khusus masingmasing mahasiswa - Tesis (Minor) Jumlah
:
-
9-12
:
9
9
:
18-21
18-21
12-15
12-15
6 45-51
6 45-51
:
Catatan: Penentuan jurusan/Prodi S1 yang dianggap sebidang atau tidak sebidang dilakukan oleh Prodi S2 yang bersangkutan. Jumlah mata kuliah aanvulen yang diambil berkisar antara 3-4 mata kuliah dan ditentukan oleh Prodi S2 yang bersangkutan (non kredit). Mata kuliah aanvulen dapat diambil pada program pendidikan S1 yang relevan atau diselenggarakan sendiri oleh Prodi S2 yang bersangkutan di SPs dan non kredit tetapi mahasiswa harus lulus dalam mata kuliah yang bersangkutan. Mata kuliah pilihan dapat diambil di program studinya dan/atau di program studi lain b. Struktur dan Beban Studi Program Pendidikan Magister dalam Bidang Keilmuan Tertentu Struktur kurikulum program pendidikan magister dalam bidang keilmuan tertentu adalah sebagai berikut. Tabel 6 Struktur Kurikulum Program Pendidikan Magister Dalam Bidang Keilmuan Tertentu Beban Studi (Sks) Kelompok Mata Kuliah Berasal dari Prodi Berasal dari Prodi S1 Sebidang S1 Tidak Sebidang Kurikulum Prasyarat - Mata Kuliah Aanvulen*) : 9-12 Kurikulum Inti: - Mata Kuliah Umum (Filsafat Ilmu, Metode : 9 9 Penelitian, dan atau Statistika) - Mata Kuliah Keahlian (MKK) Prodi : 18-21 18-21 Kurikulum Pilihan
- Mata kuliah Keahlian (MKK) Khusus masingmasing mahasiswa - Tesis Jumlah
Catatan: Sama dengan pada Tabel 5.
:
12-15
12-15
10 49-52
10 49-52
4. Program Pendidikan S3 Beban studi untuk program pendidikan S3 jalur mata kuliah adalah berkisar 51-71 sks. Kurikulum Inti (Core Curriculum) program pendidikan S3 yang dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi pokok dan harus diikuti oleh semua mahasiswa adalah sekitar 40 % dari keseluruhan beban studi yang harus diselesaikan oleh mahasiswa
dan Kurikulum Pilihan (Elective Curriculum) yang dimaksudkan untuk
memperdalam keahlian khusus mahasiswa dalam bidang terapan atau keilmuan tertentu adalah sekitar 60%. Kurikulum Pilihan dirancang dan disusun oleh siswa sendiri (dengan bimbingan dosen Pembimbing Akademik) sesuai dengan bidang keahlian khusus yang diperdalamnya. Mata-mata kuliah untuk kelompok Kurikulum Pilihan ini dapat diambil dari Prodinya sendiri, dari luar Prodinya, atau campuran dari dalam Prodi dan dari luar Prodinya. Selain itu, Prodi S3 juga dapat mempersyaratkan mahasiswa yang berasal dari Prodi S2 yang dianggap tidak sebidang untuk mengikuti mata kuliah aanvulen antara 9-12 Sks. Secara lebih rinci, struktur dan beban studi program pendidikan doktor ini adalah sebagai berikut. a. Struktur dan Beban Studi Program Pendidikan Doktor dalam Bidang Terapan Tertentu Struktur kurikulum dan beban studi program pendidikan doktor dalam bidang terapan tertentu adalah sebagai berikut. Tabel 7 Struktur Kurikulum Program Pendidikan Doktor dalam Bidang Terapan Tertentu Beban Studi (Sks) Kelompok Mata Kuliah Berasal dari Prodi Berasal dari Prodi S2 S2 Sebidang tidak Sebidang Kurikulum Prasyarat: - Mata Kuliah Aanvulen : 9-12 Kurikulum Inti: - Mata Kuliah Landasan Keahlian (MKLK) : 9 9 - Mata Kuliah Keahlian (MKK) Prodi : 12-15 18-21 Kurikulum Pilihan - Mata kuliah Keahlian (MKK) Khusus masing15-18 21-24 masing mahasiswa - Disertasi (Minor) : 15 15 Jumlah 51-54 63-66
Catatan: Penentuan jurusan/Prodi S2 yang dianggap sebidang atau tidak sebidang dilakukan oleh Prodi S2 yang bersangkutan.
Jumlah mata kuliah aanvulen yang diambil berkisar antara 3-4 mata kuliah dan ditentukan oleh Prodi S3 yang bersangkutan. Mata kuliah aanvulen dapat diambil pada program pendidikan S1 atau S2 yang relevan atau diselenggarakan sendiri oleh Prodi S3 yang bersangkutan di SPs dan nonkredit tetapi mahasiswa harus lulus dalam mata kuliah yang bersangkutan Mata kuliah pilihan dapat diambil di program studi sendiri dan/atau program studi lain baik di dalam maupun di universitas lain
b. Struktur dan Beban Studi Program Pendidikan Doktor dalam Bidang Keilmuan Tertentu Jalur Mata Kuliah (By Course)
Struktur kurikulum program pendidikan doktor dalam bidang keilmuan tertentu adalah sebagai berikut.
Catatan:
Tabel 8 Struktur Kurikulum Program Pendidikan Doktor dalam Bidang Keilmuan Tertentu Beban Studi (Sks) Kelompok Mata Kuliah Berasal dari Prodi Berasal dari Prodi S2 S2 Sebidang Tidak Sebidang Kurikulum Prasyarat: - Mata Kuliah Aanvulen : 9-12 Kurikulum Inti: - Mata Kuliah Landasan Keahlian (MKLK) : 9 9 - Mata Kuliah Keahlian (MKK) Prodi : 12-15 18-21 Kurikulum Pilihan - Mata kuliah Keahlian (MKK) Khusus masing15-18 21-24 masing siswa - Disertasi : 20 20 Jumlah 56-59 68-71
Sama dengan pada Tabel 7. c. Struktur dan Beban Studi Program Pendidikan Doktor dalam Bidang Keilmuan Tertentu Jarur Riset (By Research) Jenis program pendidikan ini pada dasarnya ditempuh melalui riset sehingga mahasiswa tidak dikenai kewajiban untuk mengikuti perkuliahan reguler. Dengan demikian, kegiatan kurikuler dan beban studinya diatur tersendiri dengan menempuh tahap-tahap percobaan (probationary) (6 bulan) dan tahap kandidatur (2-3 tahun). Atas rekomendasi promotor, mahasiswa program pendidikan doktor jalur riset (by research) juga dapat diwajibkan untuk mengikuti perkuliahan tertentu yang terkait dengan penguasaan metode penelitian atau bidang keilmuan yang digelutinya. Namun, pengalaman dan keberhasilan yang bersangkutan dalam mengikuti perkuliahan tersebut tidak dihitung kreditnya. Secara lebih rinci, prosedur perkuliahan pada program pendidikan doktor melalui jalur riset akan diatur dalam pedoman tersendiri.
E.
Pengalaman Pembelajaran (Isi singkat lebih direktif) Implementasi kurikulum pendidikan profesional guru (program delivery), sesuai dengan pendekatan yang dianutnya, yakni sistemtik dan koheren antar komponen dalam program/kurikulum (koherensi internal) dan terbangungnya keterkaitan dengan
sekolah dan dunia kerja (koherensi
eksternal), harus diarahkan pada upaya pendidik/dosen dalam memaksimalkan potensi peserta didik/mahasiswa yang memiliki multi kemampuan dengan dilandasi oleh sikap dan perilaku berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia. Dengan kata lain, sistem pembelajaran yang dikembangkan harus mampu menghantarkan peserta didik mencapai kemampuan yang diharapkan (learning outcomes) yang dirumuskan dalam Kerangka Kualifikasi Lulusan tiapn progranm studi/jurusan. Rancangan pengalaman belajar (proses pembelajaran) bagi mahasiswa yang disusun dalam kurikulum jurusan/Prodi kependidikan didistribusikan ke dalam setiap semester yang didasarkan pada keterpaduan antara pembelajaran konsep, prinsip, dan teori kependidikan dan pembelajaran dengan hasil kajian terhadap praktik pembelajaran pada setting nyata di sekolah untuk kelompok mata kuliah pedagogi baik umum maupun khusus. Untuk program studi nonkependidikan, rancangan pembelajaran ditekankan pada keterpaduan konsep, prinsip, teori, praktik di laboratorium dengan kebutuhan dan praktik nyata di dunia kerja. Dalam pengembangan pengalaman belajar mahasiswa, program studi harus merujuk pula pada prinsip-prinsip implementasi kurikulum yang tertuang dalam konsep Re-desain Pendidikan Profesional Guru sebagai berikut. a. Belajar Cara Mengajar (Learning how to teach) Penguasaan teori, metode, dan strategi pembelajaran harus dipadukan dalam perkuliahan dan kemudian dipadukan pula dalam praktik lapangan, baik dalam konteks pemajanan awal terhadap praktik pembelajaran di berbagai sekolah mitra yang bermakna (early exposure) maupun dalam konteks PPL di program studi/jurusan kependidikan. b. Berlatih dalam Latihan (Practice in practice) Penguasaan pengetahuan dalam bentuk prinsip, konsep, teori, pengalaman yang diperoleh dari pemajanan awal (early exposure)
terhadap praktik
pembelajaran di sekolah yang diperoleh dari
pendidikan akademik dipadukan secara bersamaan dalam perkuliahan dan kemudian dilanjutkan pula dalam praktik simulasi pembelajaran serta dimatangkan dalam seting otentik di sekolah( sekolah laboratorium) menjadi salah satu prinsip yang menonjol dalam pendidikan profesional guru . c. Kerja Bersama (Collaboration) Pembelajaran dilaksanankan secara kolaboratif berdasarkan hubungan kesejawatan (kolegialitas) antara dosen dan pendidik/guru di sekolah mitra, saling belajar di antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai keberhasilan bersama dalam mencapai tujuan pendidikan profesional guru atau sering disebut dengan istilah “collaborative learning and teaching”.
d. Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh merupakan nilai kearifan lokal (salah satu nilai dalam budaya Sunda) yang dipandang memiliki nilai universal. Prinsip Silih Asih mengandung arti bahwa dalam proses pembelajaran di kelas dan praktik pengalaman lapangan dikembangkan sikap dan perilaku saling menyayangi sehingga malpraktik dalam pendidikan, seperti perilaku pendidik yang menggerus dan melukai konsep diri (self-concept) dan harga diri (self-esteem) warga belajar dapat dicegah sejak dini. Prinsip Silih Asah mengandung arti bahwa implementasi kurikulum dikembangkan atas dasar sikap dan perilaku saling belajar di antara warga belajar (community of learners) yakni dosen, guru, peserta didik/mahasiswa dalam proses pembelajaran. Prinsip Silih Asuh mengandung arti bahwa dalam proses pembelajaran (pemberian pengalaman belajar) dikembangkan sikap dan perilaku saling menjaga jati diri dan martabat masing-masing warga belajar yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia. e. Developmentally Appropriate Practice (DAP) Proses pembelajaran didasarkan pada pengetahuan pendidik tentang karakteristik dan perkembangan peserta didik. Dengan demikian, pemilihan materi pembelajaran (content selection) dan pengembangan metode dan teknik pembelajaran didasarkan pada pemahaman karakteristik dan perkembangan serta cara belajar peserta didik. f. Keterkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik sebelumnya (students prior knowledge) Proses pembelajaran hendaknya didasarkan dan mempertimbangan pengetahuan dan pengalaman peserta didik dalam kehidupan kesehariannya agar proses pemberianan pengalaman belajar dalam perkuliahan lebih bermakna (meaningful learning) bagi mereka. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang membangung keterkaitan (connectedness) agar dikembangkan dengan cara melakukan eksplorasi terhadap segenap pengetahan dan pengalaman awal pesertadidik. g. Pengembangan keterampilan berpikir Proses pembelajaran yang dikembangan dalam implementasi kurikulum mampu mendorong dan mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik (mahasiswa) melalui, antara lain pengembangan kemampuan berpikir mereka melalui kiat-kiat pembelajaran yang dirancang dan diterapkan oleh dosen yang mendorong mahasiswa mempertautkan kemampuan mengamati dan memprediksi sesuatu, isu, atau persoalan berdasarkan pengetahuan awal tentang konsep, prinsip, teori dan fakta yang dianalisis, diterjemahkan, dan disintesakan untuk memecahkan persoalan tersebut. Keterampilan berpikir seperti ini yang kelak dalam profesinya sangat membantu mereka dalam beradaptasi dan memperbaharui kemampuannya dalam menghadapi dunia profesinya yang sangat dinamis.
F. Sistem Penilaian dalam Pendidikan Profesional Guru Penilian dalam implementasi program pendidikan profesional guru ditujukan untuk baik untuk menilai proses maupun hasil belajar mahasiswa. Penilain yang pertama (formative assessment) informasi yang dikumpulkannya digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran (program delivery) . Sementara itu, penilaian yang kedua (summative assessment) ditujukan untuk menilai ketercapaian hasil belajar
mahasiswa (learning outcomes). Untuk melihat efektivitas pembelajaran, penilaian
terhadap capaian hasil pembelajaran pada setiap akhir program pembelajaran dibandingkan dengan penilaian sebelum mahasiswa menginguti program (perkuliahan) dalam bentuk memperbandingkan kemampuan awal masiswa (entry level-nya) dengan kemampuan masiswa di akhir pembelajaran (exit level). Dengan membandingkan antara kemampuan awal dan akhir mahasiswa dalam mengikuti suatu perkuliahan, profil kemampuan mahasiswa dalam setiap mata kuliah dan kelompok mata kuliah dapat dipetakan dalam kaitannya dengan upaya pencapaian hasil pembelajaran yang tertuang dalam Kerangka Kualifikasi Lulusan tiap program studi/jurusan. Dengan terpetakannya profil kemampuan mahasiswa selama proses pembelajaran menuju pencapaian kualifikasi lulusan, program studi/jurusan dapat mengambil langkah dalam memberikan program pendampingan atau pemanduan bagi para mahasiswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar mereka sesuai standar yang dikembangkan (standar penilaian yang merujuk pada capaian hasil pembelajaran), antara lain, melalui program tutorial, dan remedial yang terstruktur dengan baik.
G. Rambu-rambu Pengembangan Kurikulum Selain beberapa ketentuan pokok di atas, ada sejumlah rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum UPI. (1) Kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan perkuliahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Isi dan bahan pelajaran adalah bahan kajian perkuliahan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. -
Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak secara konsiten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam konteks Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), kompetensi dapat dirumuskan pula sebagai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan (teori dan fakta), keterampilan berpikir (logis, intutif, dan kreatif) dan praktikal (mencakup kemampuan melakukan sesuatu secara cermat dan akurat dengan menerapkan metode, bahan, alat, dan instrumen) yang sejalan dengan bidang keilmuan dan keahliannya dengan bertanggung jawab baik secara mandiri dan/atau di bawah supervisi orang lain dengan dilandasi
oleh sikap dan perilaku berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia untuk berbuat bagi kemaslahatan orang lain.
(2) Kompetensi lulusan suatu program studi terdiri dari kompetensi umum (diwujudkan melalui kelompok mata kuliah Pendidikan Umum (General Subjects)), kompetensi utama (melalui MKK Jurusan/Prodi dan Fakultas), dan kompetensi khusus (melalui MKK Pilihan sesuai visi dan misi program studi yang bersangkutan). (3) Kompetensi lulusan paling sedikit mengandung lima elemen kompetensi yaitu: (a) Landasan kepribadian. Elemen kompetensi kepribadian ini dibentuk dan dikembangkan oleh koherensi konten/bahan ajar/kajian Kelompok Mata Kuliah Umum (MKU), yakni sekelompok mata kuliah yang ditujukan untuk mengembangkan aspek kepribadian mahasiswa sebagai individu dan masyarakat. Dalam pedoman pengisian Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), elemen komptensi ini merujuk, antara lain kepada: kepribadian yang dihasilkan dari proses pembelajaran terkait dengan ketakwaan kepada Tuhan YME, peran lulusan sebagai warga negara dan warga dunia yang baik, dan berkaitan dengan moral dan etika lulusan. Ujung dari komptensi ini adalah melahirkan lulusan yang mampu bersikap dan berperilaku/berkarya dalam karir tertentu sesuai dengan norma kehidupan masyarakat. Sementara itu, untuk program pendidikan profesi, sesuai dengan rumusan kompetensi utama program pendidikan profesi dalam Standar Isi PT, muara dari komptensi ini adalah mampu mengembangkan perilaku yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mantap, mandiri, dan mempunyai
rasa tanggung jawab dan motivasi altruistik (memilki
dorongan berbuat bagi kemaslahatan orang lain) dalam pelayanan profesi dan kehidupan kemasyarakatan pada umumnya. (b) Penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan atau olahraga. Elemen kompetensi ini dibentuk dan dikembangkan oleh koherensi konten/bahan ajar/kajian Mata Kuliah Keahlian Program Studi dan Fakultas (MKK Jurusan/Prodi dan Fakultas). Kelompok MKK ditujukan untuk mengembangkan kemampuan dalam penguasaan keahlian bidang ilmu terkait. Dalam struktur program studi kependidikan ini merujuk kepada kompetensi profesional dilihat dari acuan kompetensi guru profesional yang termaktub dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pedoman pengisian KKNI rumusan elemen kompetensi ini harus menggambarkan kedalaman penguasaan ilmu dan keterampilan yang mencakup baik keterampilan berpikir (logis, kritis, kreatif, dan intuitif, yang salah satunya dapat merujuk kepada cognitive learning domain ) maupun kemampuan melakukan sesuatu secara cermat dan akurat dengan menerapkan metode, bahan, dan instrumen. (c) Kemampuan dan keterampilan berkarya. Elemen kompetensi ini dibentuk dan dikembangkan oleh koherensi konten/bahan ajar/kajian mata kuliah keahlian dan keterampilan program
studi/jurusan dan fakultas serta mata kuliah pedagogi khusus (subject/content specific pedagogy). Untuk program studi nonkependidikan, kompetensi ini dikembangkan melalui koherensi antar konten/bahan ajar/kajian kelompok mata kuliah keahlian dan keterampilan yang bertujuan untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, serta potensi lainnya dalam belajar, berkerja, serta dalam menegmbangkan kepribadiannya dan profesinya. (d) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Elemen kompetensi ini dibentuk dan dikembangkan oleh koherensi konten/bahan ajar/kajian mata kuliah umum, mata kuliah pedagogi umum dan khusus untuk program studi/jurusan pendidikan. Sedangkan, untuk program studi/jurusan nonkependidikan dibentuk memalalui koherensi antara mata kuliah dalam kelompok umum dan kelompok mata kuliah keahlian serta keterampilan. Tujuannya untuk mengembangkan sikap dan perilaku lulusan dalam belajar dan berkarya, minimal yang terkait dengan kepasitas kepemimpinan, daya juang, dan kemampuan bekerja dalam tim dengan basis multi kultur dan motivasi altruistik (memiliki dorongan memeberikan kemaslahatan bagi orang lain dalam profesinya dan masyarakatnya). (e) Landasan kepribadian (attitudes)dan pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat (attitudes) Elemen kompetensi ini dikembangkan oleh koherensi konten/bahan ajar/kajian kelompok mata kuliah umum dan kelompok mata kuliah pedagogi umum dan khusus untuk program studi/jurusan kependidikan dan kelampok mata kuliah umum dengan mata kuliah keahlian dan keterampilan untuk program studi /jurusan nonkependidikan baik dalam kurikulum inti maupun kurikulum pilihan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertindak dan berperilaku sebagai warga Negara dan dunia yang baik dan mendukung perdamaian, serta beretika dalam menjalankan pekerjaan atau profesinya. (4) Dalam merumuskan kompetensi lulusan harus mengacu kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan rumusan kompetensi hasil kesepakatan antara program studi sejenis yang melibatkan dunia profesi dan pemangku kepentingan sebagaiman tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan untuk berbagai jenjang yang telah disebutkan di atas (untuk pendidikan vokasi, akademik dan profesi) (5) Dalam pengembangan kurikulum, program studi seyogyanya melibatkan asosiasi profesi terkait serta kelompok ahli yang relevan melalui forum program studi sejenis.
III. PROSEDUR EVALUASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM A. Langkah-langkah Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum Pengembangan Kurikulum UPI mencakup 6 tahapan dan komponen kurikulum yang satu sama lain saling berkaitan. Enam tahapan dan komponen yang dimaksud digambarkan sebagai berikut. Analisis Kebutuhan (SWOT dan Market Signal)
Kajian Dokumen
Visi dan Misi Jurusan/Prodi
Tujuan
Konten/Bahan Kajian
Proses Pembelajaran
Penilaian Kecakapan Akademik & Profesi
E v a l u a s i P r o g r a m
Gambar 2: Tahapan Pengembangan Kurikulum Prodi/Jurusan Berdasarkan gambar di atas, pengembangan kurikulum jurusan/Prodi dilakukan melalui tahapan berikut. 1. Kajian Pustaka dan Dokumen yang Relevan Kajian ini dilakukan melalui penelaahan berbagai pustaka dan dokumen yang berkaitan dengan landasan fisolofis, sosiologis, historis, dan juridis yang relevan. Rujukan atau dokumen yang perlu ditelaah oleh tim pengembang kurikulum antara lain adalah konsep Redesain Pendidikan Guru, Panduan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi, rambu-rambu penyelenggaraan pendidikan guru (untuk program studi kependidikan) termasuk standar nasional pendidikan untuk perguruan tinggi seperti standar isi dan proses, kurikulum sekolah yang akan menjadi stakeholders, rambu-rambu dalam mengembangkan KKNI, dan dokumen kurikulum program studi/jurusan yang masih berlaku, kurikulum program studi/jurusan sejenis baik dari perguruan tinggi di dalam negri maupun luar negri.
2. Analisis Kebutuhan Dalam analisis ini dilakukan kajian berbagai aspek yang menyangkut SDM, mahasiswa, sarana, prasarana, dan daya dukung kependidikan lainnya yang dimiliki oleh jurusan/Prodi. Selanjutnya, dilakukan analisis tentanng kebutuhan mahasiswa ketika mereka memasuki dunia kerja dan mengembangkan pekerjaannya (market signal) yang menyangkut pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan berpikir), sikap, dan kepribadian. Pendeknya, analisis yang dilakukan menyangkut kajian aspek hardskills dan softskills yang dibutuhkan mereka ketika memasuki dunia kerja agar mampu beradaptasi dan mengembangkan profesinya. Dalam prakteknya, kegiatan ini dapat dilakukan melalui pertemuan dengan para pemangku kepentingan dan/atau memlui forum Focus Group Discussion (FGD). 3. Perumusan Visi dan Misi Jurusan/Program studi Berdasarkan analisis di atas, jurusan/Prodi merumuskan visi dan misinya. Perumusan visi dan misi jurusan/Prodi ini dengan sendirinya harus merujuk pula pada visi dan misi UPI. 4. Perumusan Tujuan Pendidikan (Profil dan Kompetensi Lulusan) Perumusan tujuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk rumusan profil lulusan (outcome) dan kompetensi lulusan (output) yang merupakan pengejawantahan dari hasil analisis kebutuhan serta kajian pustaka dan dokumen di atas. Untuk penjabaran tujuan ini dapat dirujuk rumusan tujuan dalam dokumen ini yang telah disebutkan di atas (Tujuan pendidikan vokasi, profesi dan akademik) 5. Pemilihan dan Pengorganisasian Konten Kurikulum Pemilihan dan pengorganisasian konten kurikulum dilakukan berdasarkan hasil analisis dan kajian di atas serta berdasarkan rumusan profile dan kompetensi lulusan. Bahan kajian tersebut dirumuskan dalam bentuk mata kuliah dan bahan ajar dengan menerapkan pendekatan koheren (konten kurikulum berupa mata kuliah dalam kelompok mata kuliah harus saling menunjang dalam membentuk dan menghasilkan kompetensi lulusan) dan proporsional (pemilihan dan pengorganisasian konten sesuai dengan kecukupan dan kebutuhan dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang diharapkan). Untuk membantu memimih dan mengorganisasikan konten kurikulum program studi atau jurusan, disarankan memperhatikan pola keterkaitan antara learning outcomes (berbasis KKNI) untuk tiap program seperti dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 9 Contoh Keterkaitan Capaian Hasil pembelajaran dengan Struk Kurikulum Program Sarjana S1
Kelompok MK
Rentang sks
Capaian Hasil Pembelajaran (learning outcomes)
Kurikulum Inti:
S1
MKU
6-10
MKK
108-116
S2
S3
Prodi/jurusan MKK Fakultas Kurikulum
4-6 16-20
Pilihan:
6. Validasi dokumen kurikulum Dokumen kurikulum yang telah dikembangkan dengan segenap komponennya di atas (rumusan kuallifikasi lulusan, kompetensi lulusan tiap kelompok mata kuliah, konten kurikulum/mata kuliah yang dipilih untuk membentuk dan mengembangkan kompetensi lulusan, proses pembelajaran sejalan dengan standar proses yang dikembangkan , dan penilaian) harus divalidasi melalui FGD. Format berikut sebagai contoh dapat dikembangkan untuk kegiatan ini. Tabel 10 Contoh Format Validasi Struktur Kurikulum, Sebaran Mata Kuliah, dan Rumusan Capaian Hasil Pembelajaran Program Studi Kependidikan Struktur Kurikulum dan Sebaran Rentang
Capaian Hasil Pembelajaran Kommentar
MK
(Learning Outcomes)
sks
S1
S2
validator
S3
Kurikulum Inti MKU:
6-10
MKPedagogi(Umum&Khusus) 6-9 untuk prodi kependidikan
10-12
MKK Prodi/Jur:
89-108
MKK Fak:
4-6
Kurikulum Pilihan: MKK Pilihan
16-20
Catatan: MK pilihan dikembangkan sesuai visi dan misi prodi/jurusan serta dikembangkanberdasarkan kebutuhan dalam memperkuat kompetensi utama lulusan serta sesuai prinsip fleksibilitas kurikulum.
Tabel 11 Contoh Format Validasi Struktur Kurikulum, Sebaran Mata Kuliah, dan Rumusan Capaian Hasil Pembelajaran Program Studi Non-kependidikan Struktur Kurikulum dan Sebaran Rentang
Capaian Hasil Pembelajaran Kommentar
MK
(Learning Outcomes)
sks
S1
S2
validator
S3
Kurikulum Inti MKU:
10-12
MKK Prodi/Jur:
110-112
MKK Fak:
4-6
Kurikulum Pilihan: MKK Pilihan
16-20
Catatan: MK pilihan dikembangkan sesuai visi dan misi prodi/jurusan serta dikembangkan berdasarkan kebutuhan dalam mempe rkuat kompetensi utama lulusan serta sesuai prinsip fleksibilitas kurikulum. Tabel 12 Contoh Format Validasi Sebaran Mata Kuliah, Keterkaiatan antar Komptensi untuk setaip Rumpun Mata Kuliah dalam Struktur Kurikulum dengan Capaian Hasil Pembelajaran (learning outcomes) Sebaran MK dlm Struktur KurikulumProdi/Jurusan Kurikulum Inti: MKU MK Pedagogi Umum*) Mk Pedagogi Khusus MKK Prodi/Jurusan MKK Fakultas Kurikulum Pilihan: MKK Pilihan
sks
Kompetensi Kel. Mata Kuliah
Capaian Hasil Pembelajaran SMA/K S1
S2
Komentar Validator
10-12 6-9 10-12 108**) 112 4-6 16-20
Catatan: - Rumusan kompetensi mengacu kepada definisi komptensi berikut elemennya yang diuraikan di atas yang terwujud dalam bentuk kemampuan untuk menerapkan pengetahuan (teori dan fakta), keterampilan berpikir (logis, intutif, dan kreatif) dan praktikal (mencakup kemampuan melakukan sesuatu secara cermat dan akurat dengan menerapkan metode, bahan, alat, dan instrumen) dengan bertanggung jawab baik secara mandiri dan/atau di bawah supervisi orang lain - *) Mata kuliah untuk Program studi/Jurusan Kependidikan (calon guru) - **) Untuk Program studi/Jurusan Kependidikan
9. Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum jurusan/Prodi didasarkan pada pendekatan Context, Iput, Process, Product dan Outcomes (CIPO) (lihat, Sufflebeam, D.L., 1983) . Evaluasi ini dimaksudkan untuk memperoleh tingkat efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum. Evaluasi konteks (context evaluation) difokuskan pada
kajian kebutuhan atau harapan pemangku kepentingan terhadap lulusan dibandingkan dengan profil lulusan, sesuai capaian hasil pembelajaran, dan daya dukung SDM, sarana serta parasarana yang dimiliki lembaga (program studi/jurusan/fakultas, dan universitas) dalam menopang proses dan hasil belajar sesuai kerangka kualifikasi lulusan. Ini dapat dilakukan, antara laian, melalaui survai profil lulusan, kajian dokumen, wawancara, atau melaui Focus Group Dkelemiscussion (FGD). Evaluasi input difokuskan pada mengidentifikasi dan menilai baik masukan yang sifatnya instrumental, seperti kompetensi atau kapasitas tenaga pendidik , antara lain dosen dan guru besar, intake (masukan) mahasiswa di setiap jurusan atau program studi, rancangan program berikut standar implementasi program dan daya dukung program (pembiayaan dan sarana dan prasarana). Ini dilakukan melalui audit akademik yang mecakup, antara lain SDM tenaga pengajar, kesesuaian kompetensinya,
desain program, daya
dukung sarana dan parasarana berikut
penggunaannya serta pembiayaan . Evaluasi outcomes dipusatkan pada kajian capaian hasil pembelajaran (learning outcomes) dihubungkan dan dibandingkan dengan kajian konteks, input, dan proses untuk melihat kekuatan dan kelemahan implementasi program serta upaya perbaikan terhadap kelemahan tersebut. Untuk evaluasi proses harus dirujuk pula standar proses . Untuk evaluasi program ini akan dirinci dalam dokumen tersendiri sebagai bagian dari penjaminan mutu (quality assurance) dalam implementasi program atau kurikulum program studi/ jurusan .
10. Hubungan antara Struktur Kurikulum, Kompetensi Kelompok Mata Kuliah, dan Kompetensi Lulusan (kualifikasi lulusan) Dalam mereviu struktur kurikulum yang sedang berjalan, jurusan/Prodi hendaknya melakukan pemetaaan hubungan antara struktur kurikulum, kompetensi kelompok mata kuliah, dan kompetensi lulusan yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Struktur Kur Dik: Kur Inti: -MKU -MK Ped Umum -MK Ped. Khusus
Kompetensi Kel MK 1 Kompetensi Kel MK 2
-MKK Prodi
Kompetensi Kel Mk 3
Kur Pilihan:
dst
-MKK Fak
Capaian hasil pembelajaran (Learning outcomes)
-MK Pil
Gambar 4: Contoh Hubungan antara Struktur Kurikulum, Kompetensi Kelompok Mata Kuliah, dan Capaian Hasil Pembelajaran (learning outcomes) Program Studi/Jurusan Kependididkan
Struktur Kur Nondik: Kur Inti: -MKU -MKK Fak
Kompetensi Kel MK 1 Kompetensi Kel MK 2
Kur Pilihan:
Kompetensi Kel MK3
-MKK Pil
dst
-MKK Prodi
Capaian Hasil pembelajaran (Learning outcomes)
Gambar 5: Contoh Hubungan antara Struktur Kurikulum, Kompetensi Kelompok Mata Kuliah, dan Kompetensi Lulusan Program Studi/Jurusan Nonkependididkan
Agar pemetaan hubungan antara struktur kurikulum, kompetensi kelompok mata kuliah, dan komptensi lulusan dapat ditunjukkan dalam melakukan reviu terhadap kurikulum yang berlaku, TPK pada tingkat jurusan/Prodi harus melakukan langkah-langkah berikut. (1) Kaji apakah program studi sudah memiliki kerangka kualifikasi lulusan berdasarkan Petunjuk Pengisian Deskriptor Kualifikasi Lulusan Program Studi yang dikenal dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Jika belum memilikinya, kembangkan
KKN berdasarkan panduan
tersebut (KKNI terlampir). Pemetaan kerangka kualifikasi lulusan ini dapat mengikuti alur hubungan antara struktur kurikulum program studi, kompetensi setiap kelompok mata kuliah, dan kualifikasi lulusan pada gambar di atas (Gambar 3 dan 4). (2) Dalam merumuskan deskripsi kualifikasi lulusan harus didasarkan pada antara lain: (a) karakteristik pendidikan dan pelatihan pada program studi yang bersangkutan; (b) rumusan komptensi (learning outputs) yang mencakup elemen kompetensi yang telah dijelaskan di atas; (c) rumusan deskripsi kualifikasi lulusan yang membandingkan antara kualifikasi pada jenjang pendidikan yang bersangkutan dengan kualifikasi pada jenjang satu tingkat di bawahnya dan satu tingkat di atasnya (pada program sejenis); dan (d) syarat masuk (entry requirements) untuk bisa mengikuti pendidikan pada program studi yang bersangkutan.
(3) Kaji apakah bahan ajar diolah dan diorganisasikan guna membantu mahasiswa mencapai indikator ketercapaian kompetensi yang dirumuskan dalam silabus mata kuliah. (4) Kaji apakah prosedur perkuliahan (kegiatan perkuliahan yang dirancang di silabus dan SAP) dijalankan guna membantu mahasiswa mencapai indikator ketercapaian kompetensi yang dirumuskan dalam silabus dan SAP. (5) Kaji apakah bentuk dan jenis penilaian dan pelaksanaannya sejalan dengan pedoman evaluasi dan pengembangan kurikulum ini.
IV. FORMAT KURIKULUM JURUSAN/PRODI A. Komponen Kurikulum Jurusan/Prodi Kurikulum yang perlu dihasilkan oleh setiap jurusan/Prodi mencakup komponen-komponen berikut. 1. Visi dan Misi Jurusan/Prodi Bagian ini memuat visi dan misi jurusan/Prodi yang dirumuskan berdasarkan kajian terhadap berbagai dokumen yang relevan, khususnya visi dan misi lembaga , serta harapan dan masukan dari para pemangku kepentingan yang terkait. 2. Profil dan Kompetensi Lulusan Bagian ini memuat rumusan tujuan pendidikan jurusan/Prodi yang dirumuskan dalam bentuk profil dan kompetensi lulusan (learning outcomes). Perumusan profil dan kompetensi lulusan ini juga tentu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal terkait sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bagian terdahulu. 3. Pokok-pokok Kajian Substansi Materi Perkuliahan Bagian ini mengidentifikasi, menghimpun, dan menata pokok-pokok substansi materi perkuliahan yang perlu dijadikan bahan ajar bagi mahasiswa untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah dirumuskan di atas. 4. Proses Pembelajaran Dengan fokus pada penguasaan kompetensi lulusan yang sudah dirumuskan dan dengan mempertimbangkan konten materi bahan ajar, bagian ini mendeskripsikan pengalaman belajar yang seyogyanya ditempuh oleh mahasiswa. Pada bagian ini hendaknya dideskripsikan strategi dan langkahlangkah pembelajaran secara umum yang perlu ditempuh oleh mahasiswa guna menguasai konten perkuliahan dalam rangka pencapaian kompetensi-kompetensi lulusan yang sudah dirumuskan. Rincian lebih lanjut tentang proses pembelajaran sebagai bagian tak terpisahkan untuk menumbuhkan budaya
akademik dan menjamin kualitas proses dan hasil pembelajaran akan dirinci dalam pedoman tersendiri (standar proses sebagai bagian dari upaya penjaminan mutu implementasi kurikulum)
5. Lingkup Kajian Materi dan Bobot sks Masing-masing Mata kuliah Untuk kepentingan praktis, pokok-pokok materi kajian perkuliahan yang sudah dipilih dan ditetapkan itu perlu dikelompokkan dan diorganisasikan ke dalam sejumlah mata kuliah. Setiap mata kuliah diberi bobot sks sesuai dengan beban aktivitas dan tugas yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk menyelesaikan mata kuliah tersebut. Dengan demikian, bagian ini memuat mata-mata kuliah sebagai organisasi dan pengelompokan dari konten-konten kajian materi perkuliahan yang harus ditempuh oleh mahasiswa sekaligus dengan bobot sks-nya. Kajian ini harus mempertimbangkan kontribusi materi berikut bobok sks-nya terhadapm pencapaian learning outcomes (kualifikasi lulusan) 6. Struktur Kurikulum dan Sebaran Mata Kuliah Untuk kepentingan manajemen perkuliahan, mata-mata kuliah yang sudah diidentifikasi dan diberi bobot itu akhirnya perlu ditata dan diatur penyebarannya ke dalam sejumlah semester. Dengan adanya penataan dan penyebaran mata kuliah ini ke dalam sejumlah semester dimungkinkan bagi mahasiswa untuk menyusun dan mengatur rencana studinya. 7. Silabus Mata Kuliah Sebagai kelengkapan operasional untuk penyelenggaraan perkuliahan, setiap dosen pengampu mata kuliah akhirnya harus menyusun silabus untuk mata kuliah yang diampunya. Silabus ini memberikan gambaran menyeluruh tentang suatu mata kuliah mulai dari identitas, tujuan (kompetensi), materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, hingga ke cara evaluasi dan rujukan-rujukan yang digunakan.
B. Silabus Mata Kuliah Secara garis besar, silabus mata kuliah terdiri atas tiga komponen utama, yakni komponen identitas, deskripsi mata kuliah, dan bagian silabusnya itu sendiri. Bagian Identitas Mata Kuliah memuat nama mata kuliah, kode mata kuliah, dan bobot Sks. Bagian Deskripsi memuat uraian singkat tentang mata kuliah yang mencakup status mata kuliah, garis-garis besar materi perkuliahan, kompetensi yang diharapkan untuk dikuasai oleh mahasiswa, pendekatan dan metode pembelajaran secara umum, cara evaluasi, dan daftar pustaka utama. Bagian Silabus memuat uraian yang lebih rinci dari apa yang sudah digambarkan dalam Bagian Deskripsi (Contoh silabus mata kuliah terlampir).
C. Satuan Acara Perkuliahan/Praktikum Satuan Acara Perkuliahan/Praktikum adalah rencana pelaksanaan perkuliahan/praktikum yang disusun minimal per satu pertemuan/sesi atau pokok bahasan yang diliput dalam silabus. Sesuai dengan
pendekatan yang dianut dalam pengembangan kurikulum UPI, SAP menganut pendekatan gabungan topik dan kompetensi. SAP dikembangkan dalam bentuk matriks yang komponen-komponennya mencakup unsur pertemuan, pokok bahasan, indikator ketercapaian kompetensi, kegiatan perkuliahan, penilaian, serta sumber dan media perkuliahan (Contoh Satuan Acara Perkuliahan/Praktikum terlampir).
DAFTAR PUSTAKA Brown, Jmaes Dean. (1996). The Elements of Language Curriculum; A Systematic Approach to Program Development. Boston, Mass.: Heinle&Heinle Publishers. Flinders, David J dan Thornton, Stephen J. (2009). The Curriculum Studies Readear, 3rd Ed. New York: Routledge Duff, Tony (Ed.). Explorations in Teacher Training; Problems and Issues. London:Longman. Fowler, J. (1996). The Organisation of Clinical Supervision Within the Nursing Profession: A Review of the Literature. In Fowler, J. (1999). The Handbook of Clinical
Supervision: Your
Questions Answered. Wiltshire: Mark Allen Publishing Limited. Fowler, J. (1999). The Handbook of Clinical Supervision: Your Questions Answered. Wiltshire: Mark Allen Publishing Limited. Goldhammer, R, Anderson, R. H. and Krajewski, R. J. (1980). Clinical Supervision-Special Methods for the Supervision of Teachers. USA: Holt, Rinehart and Winston. Hart, G. (1982). The Process of Clinical Supervision. Baltimore: University Park Press. Holloway, E. L. (1995). Clinical Supervision-System Approach. California: SAGE Publications. Holmes, Elizabeth.2009. The newly Qualified Teacher’s handbbok. 2nd ed. London: Routledge. Kohner, N. (1994). Clinical Supervision in Practice. In Swain, G. (1995). Clinical Supervision- The Principles and Process. London: College Hill Press Ltd.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor: 163/DIKTI/Kep/2007 tentang Penataan Kodifikasi Program Studi pada Perguruan Tinggi Kurikulum UPI Edisi 2010
Loughran, John. (2010). What Expert Teachers Do; Enhancing professional knowledge for classroom practice. Crows Nest NSW, Australia: Allen&Unwin. Malderez, Angi & Wedell, Martin. 2007. Teaching Teachers; Processess and Practices.New York: Continuum.
Posner, George J. (1992).Analyzing The Curriculum. New York: McGraw-Hill, Inc.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas Nomor 17 tahu n 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Permendiknas Nomor 323/U/2000 tentang Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi dan Penilaian hasil Belajar Mahasiswa Permendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi Roberts, Jon. (1998). Language Teacher Education. London: Arnold Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Rogers, A. dan Bainer Jenkins. (2010). Redesigning Supervision. New York; Teachers College Press. Sunaryo, kartadinata.(2010). Re-Desain Pendidikan Profesional Guru. Bandung: UPI Press Stufflebeam. et.al. (1985). Cunducting educational needs assessment. Hingham, M.A.:Kluwer-Nijhoff. Tom, Alan R. (1997). Redesigning Teacher Education. New Your: State University of New York Press. Wallace, Michael J. (2004). Training Foreign Language Teachers; A reflective Approach. Cambridge: Cambridge University Press.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Contoh Silabus Mata Kuliah 2. Contoh Satuan Acara Perkuliahan/Praktikum 3. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Lampiran 1: Komponen Silabus dan SAP
IDENTITAS DAN DESKRIPSI MATA KULIAH A. Identitas Mata kuliah: Mata kuliah : ….. Kode : ….. Bobot SKS : ….. B. Deskripsi Mata Kuliah: 1. Deskripsi mata kuliah adalah uraian singkat mengenai mata kuliah, bersifat relatif permanen, dan menjadi pedoman bagi dosen untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP).
2. Deskripsi mata kuliah disusun oleh dosen mata kuliah yang bersangkutan dan memuat: status mata kuliah (mata kuliah dasar/pengantar/pengenalan, atau mata kuliah lanjut); garis-garis besar materi (topik-topik inti dan noninti); kemampuan/kompetensi yang diharapkan, pendekatan pembelajaran secara umum, evaluasi secara umum dan daftar pustaka utama.
C. Silabus: Silabus mata kuliah adalah uraian yang lebih rinci dari deskripsi, memuat : a. identitas mata kuliah yang terdiri atas: nama, kode, dan bobot sks mata kuliah, matakuliah prasyarat, dilaksanakan pada semester genap/ganjil; b. tujuan umum matakuliah (dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang hendak dicapai di akhir perkuliahan) ; c. deskripsi isi/materi mata kuliah; d. pendekatan pembelajaran secara umum; e. media atau alat bantu belajar; f. evaluasi hasil belajar mahasiswa; g. rincian isi/materi kuliah setiap pertemuan (garis besar) sesuai dengan topik yang terdapat dalam struktur bidang studi/ilmu terkait ; h. daftar pustaka utama.
D. Satuan Acara Perkuliahan dan/atau Praktikumum(SAP)(bagi mata kuliah mengandung unsur praktikum). SAP adalah rencana pelaksanaa perkuliahan/pembelajaran yang disusun minimal per satu pertemuan (sesi) untuk satu topik atau pokok bahasan yang diliput dalam silabus. Sesuai dengan pendektan yang dianut dalam pengembangan kurikulum UPI, SAP menganut pendekatan gabungan anata topik dengan kompetensi. SAP dikembangkan dalam bentuk matriks dengan komponennya sebagai berikut: Topik : Kompetensi : Pertemuan : Pertemuan Pokok Bahasan Isikan Rincian pertemuan dari Topik 1 sd 16 Inti dalam Deskripsi MK
Satuan Acara Perkuliahan
Indikator Ketercapaian Kompetensi deskripsi ketercapaian komptensi yang merujuk pada elemen kompetensi yang juga menggambarkan tingkat kedalaman yang variatif
Kegiatan Perkuliahan
Penilaian
Sumber dan Media
Rujuk Standar Proses PT dengan penyesuaian sesuai hakekat pembelajaran mata kuliah terkait
Rinci bentuk dan jenis penilaian yang disebutkan di silabus
Rinci sumber belajar (Nama Pengarang, Bab, Hal. Sumber yang menjadi rujukan
Untuk Media sebutkan jenis media yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran
Lampiran 2: Kerangka Kurikulum Program Studi/Jurusan Sejalan dengan Ketentuan Pokok Pengembangan Kurikulum di lingkungan UPI yang masih berlaku Kurikulum Edisi tahun 2010) dan acuan Standar Isi PT, berikut ini contoh kerangka yang dimaksud. 1. Pokok Pikiran Pada bagian ini uraikan antara lain, aspek legal formal yang menjadi landsang pengembangan kurikulum program studi, seperti Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen(untuk prodi kependidikan), Peraturan Pemerentah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Keputusan Menteri, al. Kepmendiknas No. 323/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum PT dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Kemendikans No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti PT, Keputasan Senat Akademik UPI No. 02/Senat Akd/UPI-SK/V/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTPTK) pada UPI, dan Keputusan Senat Akademik UPI No. 005/Senat Akd./UPI-SK/X/2010 tentang Re-Desian Pendidikan Profesional Guru. Disamiping aspek legal formal ini, tambahkan pula uraian hasil kajian kebutuhan atau studi pelacakan yang memberi masukan bagi revisi kurikulum program studi ditambah dengan akajian akademik yang relevan.
2. Visi dan Misi program Studi/Jurusan (yang ada atau ubah sesuai kajian dan merujuk pula pada Visi dan Misi UPI) 3. Karakteristik Kurikulum program studi/jurusan (merujuk kepada pendekatan yang dianut, misalnya coherence, consecutive, atau koherent atau gabungan sesuai dengan ketentuan Senat Akademik UPI tentang Re-Desain Pendidikan Profesional Guru dan ketentuan Pokok Pengembangan Kurikulum UPI edisi tahun 2010. Bila perlu yambahkan pula karakteristik yang khas pada program studi ybs. 4. Kompetensi Lulusan yang mencakup ranah Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skills), dan Sikap (Attitudes) dan perilaku yang tertuang dalam rumusan capaian hasil belajar (learning outcomes) dengan merujuk pada uraian elemen kompetenesi pada rambu-rambu reviu kurikulum prodi/Jurusan. 5. Struktur kurikulum dan sebaran mata kuliah dalam kelompok mata kuliah baik pada kurikulum inti dan pilihannya (dikembangkan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan visi & misi program studi/jurusan) dan petakan pula keterkaitan kompetensi yang dibentuk oleh kelompok mata kuliah dalam struktur kurikulum tersebut dengan kompetensi lulusan.
Lampiran 3: Contoh Kerangka Kualifikasi Lulusan Program Studi Kependidikan
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2011
Capaian pembelajaran/ Learning outcomes Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Doktor sesuai dengan KKNI Level 9 Lulusan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Doktor yang baru lulus wajib menguasai filsafat ilmu, teori kewarganegaraan, politik, hukum, kenegaraan, kebijakan publik, perkembangan teori pendidikan termaju dan terkini, dan aplikasi teori disiplin ilmu lain dan pendidikan disiplin ilmu yang relevan; menguasai masalah-masalah pendidikan kewarganegaraan dalam dimensi kurikuler, sosial kultural, pemerintahan, dan akademik; menguasai pengetahuan tentang riset dan perkembangan mutakhir bidang kajian pendidikan kewarganegaraan serta aplikasinya, agar dapat berperan sebagai akademisi di bidang pendidikan kewarganegaraan atau sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan yang kompleks; dengan kemampuan a) mengembangkan pengetahuan dan metodologi pendidikan kewarganegaraan yang menjadi spesialisasinya atau kinerja profesionalnya melalui riset pengembangan, analisis induktif/deduktif, reflektif/sintetik yang inovatif, dan pendekatan secara inter- atau multidisiplin atau transdisiplin dengan menghasilkan karya ilmiah bidang pendidikan kewarganegaraan yang teruji dan original, dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi yang diakui secara nasional atau internasional b) memecahkan masalah IPTEKS atau permasalahan pendidikan kewarganegaraan yang kompleks dengan memunculkan solusi terkini melalui pendekatan inter-, multi-, atau transdisiplin, baik melaui riset dan pengembangan maupun pendekatan ilmiah secara analisis dan sintesis. c) menyusun peta jalan riset dalam bidang pendidikan kewarganegaraan secara parsial atau utuh baik mandiri maupun berkolaborasi dengan institusi lain. d) mendesiminasikan hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kemaslahatan manusia yang diakui secara nasional maupun internasional dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi
e) memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola laboratorium demokrasi f) mengembangkan sumber daya dan organisasi untuk melaksanakan program yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2011
PERBANDINGAN CAPAIAN PEMBELAJARAN ANTAR STRATA PADA PROGRAM STUDI YANG SAMA
Capaian pembelajaran/ (Learning outcomes) Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Sarjana sesuai dengan KKNI Level 6
Capaian pembelajaran/ (Learning outcomes) Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Magister sesuai dengan KKNI Level 8
Capaian pembelajaran (Learning outcomes)Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Doktor sesuai dengan KKNI Level 9
Lulusan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Sarjana yang baru lulus wajib: menguasai pengetahuan tentang ilmu kewarganegaraan, politik, hukum, kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa serta nilai, moral, dan budaya Pancasila; menguasai pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu pendidikan dan keguruan/ pedagogik yang meliputi teori dasar pendidikan, kebijakan pendidikan, kurikulum, metodologi, dan penilaian; serta menguasai aplikasi software, teknologi pembelajaran, agar dapat berperan sebagai akademisi dan profesional dalam memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan melalui pendekatan interdisipliner dan prosedural atau sebagai pendidik di bidang pendidikan kewarganegaraan
Lulusan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Magister yang baru lulus wajib:
Lulusan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Strata Doktor yang baru lulus wajib: menguasai filsafat ilmu, teori kewarganegaraan, politik, hukum, kenegaraan, kebijakan publik, perkembangan teori pendidikan termaju dan terkini, dan aplikasi teori disiplin ilmu lain dan pendidikan disiplin ilmu yang relevan; menguasai masalah-masalah pendidikan kewarganegaraan dalam dimensi kurikuler, sosial kultural, pemerintahan, dan akademik; menguasai pengetahuan tentang riset dan perkembangan mutakhir bidang kajian pendidikan kewarganegaraan serta aplikasinya, agar dapat berperan sebagai akademisi di bidang pendidikan kewarganegaraan atau sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan yang kompleks
Agar dapat berperan sebagai:
menguasai pengetahuan tentang hakikat ilmu kewarganegaraan, politik, hukum, kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa serta nilai, moral, budaya dan filsafat Pancasila dan aplikasinya dalam riset; menguasai masalah-masalah pendidikan kewarganegaraan dan pemecahannya untuk pengembangan keilmuan pendidikan kewarganegaraan baik dalam bidang ontologi, epistemologi maupun aksiologi; menguasai pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai disiplin ilmu terintegrasi, synthetic discipline, atau pendidikan disiplin ilmu dan aplikasinya, agar dapat berperan sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan yang kompleks melalui pendekatan inter dan/atau multidisipliner atau sebagai akademisi di bidang pendidikan kewarganegaraan Agar dapat berperan sebagai:
Akademisi dan profesional untuk memecahkan masalah kebijakan publik sederhana di bidang tertentu melalui pendekatan interdisipliner atau sebagai pendidik di pendidikan kewarganegaraan
tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah kebijakan publik yang kompleks melalui pendekatan inter atau multidisipliner atau sebagai akademisi di bidang pendidikan kewarganegaraan.
Dengan kemampuan: menganalisis masalah-masalah kebijakan publik yang terkait dengan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, seperti penyalahgunaan wewenang, pelanggaran hukum, perilaku menyimpang, dan sebagainya.
Dengan kemampuan: memecahkan masalah IPTEKS terkait dengan masalah kewarganegaraan, politik, hukum, kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa serta nilai, moral, budaya dan filsafat Pancasila melalui pendekatan secara inter- atau multidisiplin, dicirikan dengan dihasilkannya karya yang berpotensi untuk diaplikasikan dalam memecahkan masalah IPTEKS tersebut.
menghasilkan simpulan yang tepat mengembangkan kemanfaatan keilmuan pendidikan berdasarkan hasil identifikasi, analisis, dan kewarganegaraan untuk diaplikasikan pada lingkup sintesis terhadap pemecahan masalah yang lebih luas. kebijakan publik.
akademisi di bidang pendidikan kewarganegaraan dan/ atau sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah kebijakan publik yang kompleks.
mengembangkan pengetahuan dan metodologi pendidikan kewarganegaraan yang menjadi spesialisasinya atau kinerja profesionalnya melalui riset pengembangan, analisis induktif/deduktif, reflektif/sintetik yang inovatif, dan pendekatan secara interatau multidisiplin atau transdisiplin dengan menghasilkan karya ilmiah bidang pendidikan kewarganegaraan yang teruji dan original, dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi yang diakui secara nasional atau internasional
memecahkan masalah IPTEKS atau permasalahan pendidikan kewarganegaraan yang kompleks dengan memunculkan solusi terkini melalui pendekatan inter-, multi-, atau transdisiplin, baik melaui riset dan pengembangan maupun pendekatan ilmiah secara analisis dan sintesis.
menyajikan beberapa alternatif solusi di bidang identifikasi, analisis dan sintesis terhadap pemecahan masalah kebijakan publik sebagai dasar pengambilan keputusan secara tepat.
melakukan pendalaman atau perluasan keilmuan pendidikan kewarganegaraan dengan menghasilkan model/metode/pengembangan teori yang akurat, teruji, inovatif, dan dapat dipublikasikan secara saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional atau internasional;
menyusun peta jalan riset dalam bidang pendidikan kewarganegaraan secara parsial atau utuh baik mandiri maupun berkolaborasi dengan institusi lain.
menyiapkan, menangani, dan mengelola hasil berkontribusi dalam merencanakan sebuah peta keputusan untuk melakukan tindak lanjut. jalan riset dalam bidang pendidikan kewarganegaraan dan/atau riset dan pengembangan dalam keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner
mendesiminasikan hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kemaslahatan manusia yang diakui secara nasional maupun internasional dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi
mendiseminasikan hasil kajian penelaahan masalah kebijakan publik yang terkait dengan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, dalam bidang pendidikan kewarganegaraan yang akurat dalam bentuk laporan atau kertas kerja.
memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola laboratorium demokrasi
memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah pendidikan kewarganegaraan yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola pendidikan kewargnegaraan sebagai laboratorium demokrasi
bertanggungjawab pada profesi bidang pendidikan kewarganegaraan secara mandiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja institusi atau organisasi.
merencanakan, mengelola sumber daya dan melakukan evaluasi atas pelaksanaan program yang berada di bawah tanggung jawabnya dengan memanfaatkan keilmuan pendidikan kewarganegaraan guna menghasilkan langkahlangkah pengembangan strategis organisasi.
mengembangkan sumber daya dan organisasi untuk melaksanakan program yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Contoh: Kerangka Kualifikasi Lulusan Program Studi Nonkependidikan
Capaian pembelajaran/ Learning outcomes Program Studi Kimia Strata Diploma III sesuai dengan KKNI Level 5 Lulusan Program Studi Kimia Strata Diploma III yang baru lulus wajib menguasai pengetahuan tentang struktur, sifat kimia, sifat fisik bahan kimia yang tersusun oleh molekul-molekul sederhana, konsep kimia analisis, dan pengetahuan tentang metode kimia analisis yang dapat diterapkan di lapangan kerja, serta menguasai pengetahuan tentang fungsi, cara mengoperasikan instrumen kimia yang umum maupun khusus untuk analisis kimia dan cara pemeliharaan instrumen tersebut, agar dapat berperan sebagai
teknisi laboratorium yang berkaitan dengan analisis kimia, antara lain di bidang lingkungan, kesehatan, produk alam, pertanian, dan industri; dengan kemampuan: a) memilih dan mengaplikasikan metode analisis kimia yang telah dikenal dan yang sesuai untuk materi yang dianalisis. b) melakukan analisis materi tertentu dengan metode analisis kimia berdasarkan standar prosedur operasi tertentu c) mengoperasikan instrumen kimia yang sederhana maupun kompleks sesuai dengan SOP dan mampu menyampaikan informasi atau analisis dengan parameter baku dari instrumen tersebut dengan benar. d) menyusun laporan analisis kimia secara menyeluruh, akurat dan sahih. e) mengelola laboratorium secara selamat dan aman sesuai praktik laboratorium yang baik. f) bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok. g) melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya dalam konteks penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan.
Capaian pembelajaran/ Learning outcomes
Program Studi Kimia Strata Sarjana sesuai dengan KKNI Level 6 Lulusan Program Studi Kimia Strata Sarjana yang baru lulus wajib menguasai pengetahuan struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, transformasi, sintesis bahan kimia mikromolekular dan aplikasinya; menguasai pengetahuan tentang fungsi, cara mengoperasikan instrumen kimia yang umum; serta menguasai aplikasi software, instrumen dasar, metode standar untuk analisis dan sintesis pada bidang kimia yang umum atau yang lebih spesifik (organik, biokimia, analitik,kimia fisik, atau an-organik), agar dapat berperan sebagai teknisi atau analisis untuk memecahkan masalah kimia sederhana di bidang tertentu melalui pendekatan prosedural atau sebagai pendidik di bidang Kimia; dengan kemampuan: a) memecahkan masalah IPTEKS di bidang kimia yang umum dan dalam lingkup sederhana seperti identifikasi, analisis, isolasi, transformasi, dan sintesis mikromolekul melalui penerapan pengetahuan struktur dan sifat molekul, metoda analisis dan sintesis pada bidang kimia spesifik, serta penerapan teknologi yang relevan. b) menghasilkan simpulan yang tepat berdasarkan hasil identifikasi, analisis, isolasi, transforasi dan sintesis bahan kimia yang telah dilakukan c) menyajikan beberapa alternatif solusi di bidang identifikasi, analisis, isolasi, transformasi, dan sintesis bahan kimia pada tingkat molekuler sederhana yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan secara tepat. d) menyiapkan, menangani, dan mengelola bahan kimia di bidang lingkungan dan proses manufaktur pada institusi pemerintah dan swasta. e) mendiseminasikan kajian penelaahan masalah kimia yang akurat dalam bentuk laporan atau kertas kerja. f) bertanggungjawab pada pekerjaan bidang kimia secara mandiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja institusi atau organisasi dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan kerja.
Capaian pembelajaran/ Learning outcomes Program Studi Kimia Strata Magister sesuai dengan KKNI Level 8 Lulusan Program Studi Kimia Strata Magister yang baru lulus wajib menguasai teori struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, sintesis mikro dan makromolekular dan aplikasinya; menguasai transformasi, sintesis, atau analisis bahan kimia mikromolekular; menguasai pengetahuan tentang fungsi instrumen kimia mutakhir dan cara pengoperasiannya, serta menguasai aplikasi teknologi kimia yang relevan, agar dapat berperan sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah kimia yang kompleks melalui pendekatan inter atau multidisipliner atau sebagai akademisi di bidang kimia, dengan kemampuan:
a) memecahkan masalah IPTEKS terkait dengan struktur dan sifat kimia pada tingkat mikro maupun makro molekuler, melalui pendekatan eksperimental,deduksi teoretis atau komputasi/simulasi, dan pendekatan secara inter- atau multidisiplin, dicirikan dengan dihasilkannya karya yang berpotensi untuk diaplikasikan dalam memecahkan masalah IPTEKS tersebut. b) mengembangkan kemanfaatan keilmuan kimia untuk diaplikasikan pada lingkup yang lebih luas. c) melakukan pendalaman atau perluasan keilmuan kimia atau Kimia Terapan dengan menghasilkan model/metode/pengembangan teori yang akurat, teruji, inovatif, dan dapat dipublikasikan secara saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional atau internasional; d) berkontribusi dalam merencanakan sebuah peta jalan riset dalam bidang kimia dan/atau riset dan pengembangan dalam keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner e) memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah Kimia yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola laboratorium riset f) merencanakan, mengelola sumber daya dan melakukan evaluasi atas pelaksanaan program yang berada di bawah tanggung jawabnya dengan memanfaatkan pengetahuan dan teknologi kimia guna menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
Capaian pembelajaran/ Learning outcomes Program Studi Kimia Strata Doktor sesuai dengan KKNI Level 9 Lulusan Program Studi Kimia Strata Doktor yang baru lulus wajib menguasai filsafat ilmu, teori kimia klasik, perkembangan teori kimia termaju dan terkini, serta dan aplikasi teori disiplin lain yang relevan (seperti sains komputasi, bioteknologi, bioengineering, kefarmasian); menguasai sintesis, dan analisis bahan kimia mikro dan makromolekular; menguasai pengetahuan tentang fungsi instrumen kimia mutakhir dan cara pengoperasiannya, serta menguasai aplikasi teknologi kimia yang relevan, agar dapat berperan sebagai akademisi di bidang kimia atau sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah kimia yang kompleks; dengan kemampuan g) mengembangkan pengetahuan dan metodologi kimia yang menjadi spesialisasinya atau praktik profesionalnya melalui riset eksperimental,deduksi teoretis atau komputasi/simulasi yang inovatif, dan pendekatan secara inter- atau multidisiplin atau transdisiplin dengan menghasilkan karya ilmiah bidang Kimia yang teruji dan original, dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi yang diakui secara nasional atau internasional h) memecahkan masalah IPTEKS atau permasalahan kimia yang kompleks dengan memunculkan solusi terkini melalui pendekatan inter-, multi-, atau transdisiplin, baik melaui riset dan pengembangan maupun pendekatan ilmiah secara analisis dan sintesis. i) menyusun peta jalan riset dalam bidang kimia secara parsial atau utuh baik mandiri maupun berkolaborasi dengan institusi lain. j) mendesiminasikan manfaat riset bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kemaslahatan manusia yang diakui secara nasional maupun internasional dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi k) memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah Kimia yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola laboratorium riset l) mengelola bagian-bagian dari proses pendidikan kimia. m) mengembangkan sumber daya dan organisasi untuk melaksanakan program yang berada di bawah tanggung jawabnya.
PERBANDINGAN CAPAIAN PEMBELAJARAN ANTAR STRATA PADA PROGRAM STUDI YANG SAMA
Capaian pembelajaran/ (Learning outcomes) Program Studi Kimia Strata Diploma III sesuai dengan KKNI Level 5
Capaian pembelajaran/ (Learning outcomes) Program Studi Kimia Strata Sarjana sesuai dengan KKNI Level 6
Capaian pembelajaran/ (Learning outcomes) Program Studi Kimia Strata Magister sesuai dengan KKNI Level 8
Capaian pembelajaran (Learning outcomes)Program Studi Kimia Strata Doktor sesuai dengan KKNI Level 9
Lulusan Program Studi Kimia Strata Diploma III yang baru lulus wajib:
Lulusan Program Studi Kimia Strata Sarjana yang baru lulus wajib:
Lulusan Program Studi Kimia Strata Magister yang baru lulus wajib:
Lulusan Program Studi Kimia Strata Doktor yang baru lulus wajib:
Menguasai pengetahuan tentang struktur, sifat kimia, sifat fisik bahan kimia yang tersusun oleh molekul-molekul sederhana, konsep kimia analisis, dan pengetahuan tentang metode kimia analisis yang dapat diterapkan di lapangan kerja, serta menguasai pengetahuan tentang fungsi, cara mengoperasikan instrumen kimia yang umum maupun khusus untuk analisis kimia dan cara pemeliharaan instrumen tersebut.
Menguasai pengetahuan struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, transformasi, sintesis bahan kimia mikromolekular dan aplikasinya; menguasai pengetahuan tentang fungsi, cara mengoperasikan instrumen kimia yang umum; serta menguasai aplikasi software, instrumen dasar, metode standar untuk analisis dan sintesis pada bidang kimia yang umum atau yang lebih spesifik (organik, biokimia, analitik,kimia fisik, atau an-organik)
Menguasai teori struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, sintesis mikro dan makromolekular dan aplikasinya; menguasai transformasi, sintesis, atau analisis bahan kimia mikromolekular; menguasai pengetahuan tentang fungsi instrumen kimia mutakhir dan cara pengoperasiannya, serta menguasai aplikasi teknologi kimia yang relevan.
Menguasai filsafat ilmu, teori kimia klasik, perkembangan teori kimia termaju dan terkini, serta dan aplikasi teori disiplin lain yang relevan (seperti sains komputasi, bioteknologi, bioengineering, kefarmasian); menguasai sintesis, dan analisis bahan kimia mikro dan makromolekular; menguasai pengetahuan tentang fungsi instrumen kimia mutakhir dan cara pengoperasiannya, serta menguasai aplikasi teknologi kimia yang relevan.
Agar dapat berperan sebagai:
Agar dapat berperan sebagai:
Agar dapat berperan sebagai:
teknisi laboratorium yang berkaitan dengan analisis kimia, antara lain di bidang lingkungan, kesehatan, produk alam, pertanian, dan industri.
teknisi atau analisis untuk memecahkan masalah kimia sederhana di bidang tertentu melalui pendekatan prosedural atau sebagai pendidik di bidang Kimia
tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah kimia yang kompleks melalui pendekatan inter atau multidisipliner atau sebagai akademisi di bidang kimia.
Dengan kemampuan: memilih dan mengaplikasikan metode analisis kimia yang telah dikenal dan yang sesuai untuk materi yang dianalisis.
Dengan kemampuan: memecahkan masalah IPTEKS di bidang kimia yang umum dan dalam lingkup sederhana seperti identifikasi, analisis, isolasi, transformasi, dan sintesis mikromolekul melalui penerapan pengetahuan struktur dan sifat molekul, metoda analisis dan sintesis pada bidang kimia spesifik, serta penerapan teknologi yang relevan.
Dengan kemampuan: memecahkan masalah IPTEKS terkait dengan struktur dan sifat kimia pada tingkat mikro maupun makro molekuler, melalui pendekatan eksperimental,deduksi teoretis atau komputasi/simulasi, dan pendekatan secara inter- atau multidisiplin, dicirikan dengan dihasilkannya karya yang berpotensi untuk diaplikasikan dalam memecahkan masalah IPTEKS tersebut.
akademisi di bidang kimia atau sebagai tenaga ahli yang berkemampuan memecahkan masalah kimia yang kompleks.
mengembangkan pengetahuan dan metodologi kimia yang menjadi spesialisasinya atau praktik profesionalnya melalui riset eksperimental,deduksi teoretis atau komputasi/simulasi yang inovatif, dan pendekatan secara inter- atau multidisiplin atau transdisiplin dengan menghasilkan karya ilmiah bidang Kimia yang teruji dan original, dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi yang diakui secara nasional atau internasional
melakukan analisis materi tertentu dengan metode analisis kimia berdasarkan standar prosedur operasi tertentu.
menghasilkan simpulan yang tepat berdasarkan hasil identifikasi, analisis, isolasi, transforasi dan sintesis bahan kimia yang telah dilakukan.
mengembangkan kemanfaatan keilmuan kimia untuk diaplikasikan pada lingkup yang lebih luas.
memecahkan masalah IPTEKS atau permasalahan kimia yang kompleks dengan memunculkan solusi terkini melalui pendekatan inter-, multi-, atau transdisiplin, baik melaui riset dan pengembangan maupun pendekatan ilmiah secara analisis dan sintesis.
mengoperasikan instrumen kimia yang sederhana maupun kompleks sesuai dengan SOP dan mampu menyampaikan informasi atau analisis dengan parameter baku dari instrumen tersebut dengan benar.
menyajikan beberapa alternatif solusi di bidang identifikasi, analisis, isolasi, transformasi, dan sintesis bahan kimia pada tingkat molekuler sederhana yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan secara tepat.
melakukan pendalaman atau perluasan keilmuan kimia atau Kimia Terapan dengan menghasilkan model/metode/pengembangan teori yang akurat, teruji, inovatif, dan dapat dipublikasikan secara saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional atau internasional;
menyusun peta jalan riset dalam bidang kimia secara parsial atau utuh baik mandiri maupun berkolaborasi dengan institusi lain.
menyusun laporan analisis kimia secara menyeluruh, akurat dan sahih.
menyiapkan, menangani, dan mengelola bahan kimia di bidang lingkungan dan proses manufaktur pada institusi pemerintah dan swasta.
berkontribusi dalam merencanakan sebuah peta jalan riset dalam bidang kimia dan/atau riset dan pengembangan dalam keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner
mendesiminasikan manfaat riset bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kemaslahatan manusia yang diakui secara nasional maupun internasional dalam bentuk publikasi saintifik pada jurnal ilmiah yang terakreditasi
mengelola laboratorium secara selamat dan aman sesuai praktik laboratorium yang baik.
mendiseminasikan kajian penelaahan masalah kimia yang akurat dalam bentuk laporan atau kertas kerja.
memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah Kimia yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola laboratorium riset
bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
bertanggungjawab pada pekerjaan bidang kimia secara mandiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja institusi atau organisasi dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan kerja.
merencanakan, mengelola sumber mengelola bagian-bagian dari daya dan melakukan evaluasi atas proses pendidikan kimia. pelaksanaan program yang berada di bawah tanggung jawabnya dengan memanfaatkan pengetahuan dan teknologi kimia guna menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya dalam konteks penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan.
memimpin kelompok kerja yang bertugas untuk memecahkan masalah Kimia yang kompleks pada bidang tertentu atau mengelola laboratorium riset
mengembangkan sumber daya dan organisasi untuk melaksanakan program yang berada di bawah tanggung jawabnya.