Raih Prestasi Dengan Ibadah Hati Materi Kultum 30 Hari Ramadan
Oleh: Umarulfaruq Abubakar, Lc.
1
ِ َّل ِ َّل ِ يي ِم ْيي َْيِ ُ ْي اَ ََّل ُ ْي ََّل ُو َن يي َآمنُو ُ ِ َ ََْي ُ ُ ِّص َ الَ ُام َ َما ُ َ ََى ا َ يَا أَيُّ َها ا “Wahai
orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 181)
ٌ شهر م َ أََا ُ ْي َرَم: ال رسول هلل:ي أيب ىريرة رضي هلل نو ال َ فَ َر،ارك ُض هلل ٌ ضا ُن ِ ُ ْيف ح فِ ِو أبو ب َّل،َّلز وجل َ ُ ِص امو ِِ ُغَ ُّل فِْي ِو، ِ ب ْيْلَ ِحْي َ َ َ َّل َ ْي ْي َ ُ َ ْي ُ وُ ْيغَ ُق فْيو أَبْي َو،اس َماء ُ ِ اش ِ اَِّل ِو فِْي ِو اَْي َةُ َخْي ر ِمي أَاْي،ْي ِ اط ْي َمي ُح ِرَم خريُىا فَ َ ْيد ُح ِرَم (رو ه أمحد،ف َش ْيه ٍر ٌ ْي َ َمَرَدةُ َّل .)و انسائى Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan. Bulan keberkahan yang Allah wajibkan kepada kalian puasa di dalamnya. Dalam bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan di dalamnya, maka ia telah luput dari banyak kebaikan." (HR. Ahmad dan An-Nasâ’i)
2
Kata Pengantar Segala puji bagi Allah Swt.. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Semoga kita bisa setia untuk selalu berada di jalannya. Tamu agung Ramadhan kembali menyapa kita semua dan segenap kaum muslimin di seluruh dunia. Sangat berharap semoga Allah memberi kita semua kekuatan lahir dan batin untuk memaksimalkan ibadah yang penuh berkah ini. Saat semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. dengan pahala dan karunia tidak terbatas. Di bulan suci ini, hati kita menjadi jauh lebih lembut dari biasanya, pikiran lebih terang benderang, dan jiwa kita lebih subur siap disemai dengan berbagai sifatsifat yang baik. Di bulan suci ini, nasehat-nasehat yang baik selalu dirindukan. Semilir angin kebaikan membawa berita gembira kepada jiwa yang merindu surga. Buku kecil ini semoga bisa memberikan sentuhan kebaikan di hati, sekaligus bisa menjadi inspirasi bahan ceramah yang biasanya permintaan semakin tinggi di bulan ini. Saya ucapkan terimakasih kepada para asatidz di Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an Ibnu Abbas , Klaten-Jawa Tengah atas segala bantuan dan dukungannya, terutama kepada Ust. Mukhlis Wibowo selaku Direktur ProZis yang bersedia menerbitkan buku ini. Demikian. Semoga bermanfaat. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Klaten, 06 Juli 13 Umarulfaruq Abubakar
3
Daftar Isi
Kata Pengantar
Malam ke 1 : Keutamaan Ramadhan
Malam ke 2 : Keutamaan Tilawah Al-Qur’an
Malam ke 3 : Memenuhi Panggilan Ilahi
Malam ke 4 : Dahsyatnya Pengaruh Ikhlas
Malam ke 5 : Penyakit Riya Meruntuhkan Amal
Malam ke 6 : Menyandarkan Diri Kepada Allah
Malam ke 7 : Tawakkal Sumber Kekuatan
Malam ke 8 : Puasa Membentuk Takwa
Malam ke 9 : Buah Ketakwaan
4
Malam ke 10 : Jalan Menuju Takqwa
Malam ke 11 : Cinta Kepada Allah
Malam ke 12 : Agar Dicintai Allah
Malam ke 13 : Membentengi Diri Dengan Wara’
Malam ke 14 : Tiga Hadits Tentang Wara
Malam ke 15 : Takut Kepada Allah
Malam ke 16 : Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah
Malam ke 17 : Mengatasi Gelisah Hati
Malam ke 18 : Keajaiban Zikir
Malam ke 19 : Mengharapkan Rahmat Allah
Malam ke 20 : Dahsyatnya Kalimat Tauhid 5
Malam ke 21 : Dahsyatnya Tasbih
Malam ke 22 : Hidup Bahagia Dengan Rasa Syukur
Malam ke 23 : Menumbuhkan Rasa Syukur
Malam ke 24 : Meraih Akhir Hidup Yang Bahagia
Malam ke 25 : Membangun Kesabaran , Meraih Kemenangan
Malam ke 26 : Membaca Aib Diri Sendiri
Malam ke 27 : Hikmah Ibadah Zakat
Malam ke 28 : Menikmati Hidup Dengan Qan’ah
Malam ke 29 : Selamat Jalan Ramadhan
Malam ke 30 : Kembali Kepada Allah
6
Malam Pertama
Keutamaan Ramadan
فرض هلل،ارك ٌ شهر م ٌ رمضان
أََا: ال رسول هلل:ي أيب ىريرة رضي هلل نو ال
ِ ُغَ ُّل ف و، ِ ب ْلح ُ وُ ْيغَق ف و أبو،ب اسماء ُ ُ ْيفَح ف و أبو،ص َامو
ز وجل
ِ هلل ف و ا ةُ خري ِمي أَاْي،مردةُ اش اطْي َمي ُح ِرَم خريُىا فَ َ ْيد ُح ِر ِِ َم (رو ه أمحد،ف َش ْيه ٍر ٌ ْي .)و انسائى Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan. Bulan keberkahan yang Allah wajibkan kepada kalian puasa di dalamnya. Dalam bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan di dalamnya, maka ia telah luput dari banyak kebaikan." (HR. Ahmad dan An-Nasâ’i)
Kaum Muslimin Rahimakumullah Syukur kepada Allah kita masih dipertemukan dengan bulan yang sangat mulia dan berharga untuk meraih pundi pahala yang tak terbatas. Kita semua sangat membutuhkan datangnya bulan penyucian diri ini. Ramadan datang dengan membawa kebaikan dan keberkahan. Ia datang membawa berita gembira untuk seluruh alam. Ramadan datang untuk mencuci hati hamba-hamba yang berdosa. Ia juga datang untuk mengangkat derajat para hamba yang berbakti semakin tinggi dari sebelumnya. Ramadan adalah bulan yang Allah pilih untuk menjadi saat turunnya kitab dan risalah-Nya. Ia adalah bulan penghubung antara langit dan bumi. Saat rahmat tercurah dengan lebat, maghfirah mengucur bagai air bah, cahaya terpancar berpendar-pendar ke segala penjuru, dan kebaikan memancar di setiap menit dan detiknya. Dalam bulan ini, disyariatkan ibadah puasa yang mempunyai banyak sekali keutamaan. Puasa mempunyai pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga anggota tubuh luar dan
7
kekuatan batin di dalam. Puasa juga menjaga dipengaruhi hal-hal yang buruk yang dapat merusak jiwa. Puasa dapat mengangkasakan jiwa menuju ketinggian akhlak, kehalusan budi, keindahan pekerti, kematangan pribadi, kepekaan rasa, dan penghambaan yang seutuhnya kepada Sang Pencipta. Puasa membebaskan diri dari gurita nafsu yang mengajak kepada hal-hal yang rendah. Ia juga menjadikan jiwanya merdeka dari lilitan nafsu syahwat dan kebinatangan yang bercokol kuat dalam diri. Dengan berpuasa seorang hamba dapat memperkecil jalannya setan dalam aliran darah, mengubah rasa ego menjadi cinta dan kasih sayang, rakus menjadi ridha dan qana’ah, liar menjadi sabar, tenang dan terarah. Maka jadilah kebahagiaan dirinya tidak lagi terbatas pada pemuasan syahwat semata. Tidak sekedar memuaskan kebutuhan jasmaninya yang tak pernah berujung. Namun lebih dari itu, ia menikmati kenikmatan yang tiada tara dalam dirinya. Ketenangan dan kedamaian jiwa yang luar biasa dan selalu bersamanya kemanapun ia berada. Itulah kelezatan iman yang dapat membawanya kepada bahagia abadi sepanjang masa. Ibnu Abdil Barr berkata: "Cukuplah pernyataan Allah "Ash-Shaumu Li" menjadi keutamaan puasa dibanding ibadahibadah lainnya."
Kaum Muslimin Rahimakumullah Tentang puasa ini , Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa : "Puasa itu ada tiga macam: Tingkatan Pertama adalah menahan dari makan, minum dan melakukan hal-hal yang membatalkan. Tingkatan Kedua, menahan diri dan anggota tubuh dari melakukan dosa Dan Tingkatakan Ketiga, menahan hati dan pikiran dari bisikan-bisikan nafsu. Untuk mencapai kesempurnaan puasa ramadan ini, maka sudah seharusnya bagi kita untuk tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum saja, tapi juga menahan anggota tubuh kita serta hati dan pikiran dari melakukan pelanggaran-pelanggaran. Ramadan adalah waktu terapi intensif memperbaiki dan menjernihkan hati. Ibadah puasa, shalat tarawih, infak dan sedekah serta segenap ibadah yang diperintahkan disyariatkan didalamnya merupakan rangkaian program perbaikan diri dan masyarakat.
8
Saat-saat ramadan ini juga adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kekuatan menahan keinginan dan perasaan, kesetiaan dalam ucapan, kesejatian dalam sikap, dan ketabahan dalam melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan. Bila saat Ramadan kita kalah, maka bersiaplah untuk kalah di bulan-bulan selanjutnya. Maka kita harus terus berjuang menundukkan nafsu dan melaksanakan amal-amal kebaikan agar kelak kita nanti bisa keluar dari madrasah Ramadhan sebagai pemenang.
9
Malam Ke-2
Keutamaan Tilawah Al-Qur’an
Kaum Muslimin Rahimakumullah Salah satu ibadah yang paling utama di Bulan Ramadhan adalah tilawah Al-Qur’an. Dalam sejarah kehidupan umat manusia, Al-Qur’an telah memberikan banyak pengaruh dalam mengubah individu dan masyarakat menjadi jauh lebih baik dari sebelumya. Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik karena mereka memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap Al-Qur’an. Tilawah Al-Qr’an adalah kunci utama kesuksesan mereka. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan pegangan hidup mereka. Kemukjizatan Al-Qur’an masih terus bertahan hingga kini sampai hari kiamat nanti. Yaitu jaminan dari Allah bahwa siapa yang membaca dan mengamalkannya ia akan sukses dunia akhirat. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Di antaranya: 1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat. Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim) 2. Mendapatkan predikat insan terbaik. Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. At-Tirmidzi) 3. Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir mambacanya. Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim) 4. Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar. “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim)
10
5. Akan diangkat derajatnya oleh Allah Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allahswt. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim) 6. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhlukNya. Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim) Kaum Muslimin Rahimakumullah Sementara itu, ada keutamaan lain bagi yang punya kebiasaan mengkhatamkan Al-Qur’an. Diantara keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an adalah: a. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. At-Tirmidzi) b. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti pembagian ghanimah Dari Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan, “Barangsiapa yang menyaksikan (mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai), maka seakan-akan ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah. Dan barangsiapa yang mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka seakanakan ia mengikuti pembagian ghanimah.” (HR. Ad-Darimi) c. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat Dari Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan, “Apabila Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka malaikat akan bersalawat (berdoa)
11
untuknya hingga subuh. Dan apabila khatam bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat/ berdoa untuknya hingga sore hati.” (HR. Ad-Darimi.) d. Mengikuti sunnah Rasulullah saw. Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah saw. Hal ini tergambar dari hadits berikut: Dari Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw., berapa lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas hari.” “Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku. (HR. At-Tirmidzi)
12
Malam Ke-3
Memenuhi Panggilan Ilahi
Kaum Muslimin Rahimakumullah Suara azan membelah kesunyian dan menggema dari berbagai penjuru. Bersahutsahutan dari satu ke mesjid ke mesjid yang lain. Alunan merdu lantunan azan menjadi pertanda waktu shalat telah tiba. Itulah saatnya seorang hamba mengistirahatkan dirinya dari kepenatan duniawi, hiruk pikuk pekerjaan yang tidak berujung, dan kesibukankesibukan lain yang menuntut banyak tenaga, waktu dan pikiran. Panggilan itu bukan panggilan biasa. Itu adalah undangan dari Allah Swt, Sang Pemilik alam semesta. Susunan kalimatnya mengandung makna yang sangat mendalam dan seharusnya mengingatkan seseorang tentang prinsip kehidupannya. Panggilan itu bukan sekedar untaian kata yang dikumandangkan dari mesjid-mesjid tanpa makna arti. Mungkin karena terlalu sering mendengar, maka setiap kali suara azan itu terdengar ucapan yang terdengar adalah "Oh sudah azan.." lalu berhenti sampai disitu. Sungguh itu adalah panggilan cinta dari Ilahi kepada hamba-hambanya untuk sejenak menghadap-Nya. Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap yang Maha Kuasa dan risalah Nabi Muhammad saw. Secara pengetahuan, barangkali setiap kita tahu bahwa azan itu adalah panggilan untuk shalat. Namun hati ini tidak bisa dibohongi kadang-kadang dalam hati terbetik perasaan jengkel dan kesal saat azan berkumandang sementara ada pekerjaan yang belum selesai. Kekesalan itu bukan karena suara azan, tapi kesal kepada diri sendiri kenapa pekerjaan belum diselesaikan saat waktu shalat sudah masuk. Seharusnya rentang waktu shalat menjadi waktu kerja produktif. Batasan waktu kerja itu adalah ketika azan berkumandang. Kumandang azan adalah saat untuk berhenti dari berbagai kesibukan dan bersiap menghadap Ilahi Rabbi. Bukannya menjadikan azan sebagai alasan untuk berhenti dari pekerjaan dan memperbanyak istirahat, namun berusaha mengefektifkan waktu dengan baik agar ketika waktu shalat tiba seluruh tugas itu sudah bisa diselesaikan seluruhnya atau sebagian besarnya. Jadi dalam hal ini, gema suara azan bisa menjadi pengontrol kegiatan dan mendongkrak produktifitas. Ada hasil yang harus dikejar sebelum waktu shalat berikutnya
13
datang. Ada pekerjaan yang mesti diselesaikan dan target yang sudah tercapai ketika azan sudah berkumandang. Ucapan alhamdulillah keluar dengan puas saat terdengar suara Muazzin dari mikrofon mesjid. Akhirnya pekerjaan ini selesai dan tidak mengganggu pelaksanaan waktu shalat. Kalau pun ada pekerjaan belum selesai, maka istirahatlah terlebih dahulu. Penuhi panggilan Ilahi untuk menghadap-Nya, sebab itulah panggilan kesuksesan yang sesungguhnya... Hayya 'alal Falaah Hayya 'alal Falaah Marilah menuju kesuksesan Marilah menuju kesuksesan... Itulah kesuksesan sesungguhnya yaitu ketika seorang hamba telah memiliki kedekatan dengan Tuhannya.. Shalat adalah cara sukses dunia akhirat. Di sanalah seorang hamba mendapatkan kembali ketenangan jiwanya, semangat hidupnya, keyakinannya, dan kekuatan spiritualnya. Kalau pun pekerjaan belum selesai, utamakanlah menyambut seruan Ilahi. Sebab ia lebih mulia dari apapun juga. Imam Hasan Al-Banna pernah berpesan: ُ ْي ِ َ َّل ُ انِّصد ءَ َم ْيه َما َ ُ ِي الُُّرْيو َ َ ال َةِ َم َ َِ ْي "Berdirilah melaksanakan shalat kapan engkau mendengar suara azan dalam keadaan bagaimanapun" *** Makna Kalimat-Kalimat Azan Di tengah-tengah lautan kesibukan, luangkanlah waktu anda sejenak untuk mendengar untaian kalimat yang dahsyat dan memiliki kandungan makna yang sangat mendalam itu. Sebuah panggilan yang paling banyak dikumandangkan dalam sejarah kehidupan manusia hingga kini. Allahu Akbar Allahu Akbar.... Allah Maha Besar Allah Maha Besar 14
Allah lebih besar dari apapun juga, lebih patut diutamakan dari apa dan siapa saja. Allah lebih besar dari harta dan jabatan. Kekuasaan Allah lebih besar daripada kekuasaan pemerintah, bos atau atasan. Ketentuan Allah akan berlaku dan pasti terjadi daripada rencana dan planning jangka panjang yang sangat diinginkan seorang manusia dan sudah dipersiapkannya dengan matang. Maka patutlah untuk menghadapkan pinta dan menggantungkan harapan hanya kepada-Nya semata. Asyhadu An La Ilaha illallah Asyhadu An La Ilaha illallah Tidak ada tuhan selain Allah. Ungkapan ini adalah pengakuan tauhid bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang berhak untuk disembah. Dialah Tuhan Pencipta semesta alam dan Pengatur segala ciptaan-Nya. Kita mengakui bahwa Allah adalah tumpuan hidup. Dari sini tumbuhlah sikap-sikap uluhiyyah (mengesakan Allah) yang menyandarkan semua tindakan kita kepada kekuasaan Allah semata. Ketika kita telah menjadikan Allah sebagai tumpuan hidup, itu berarti kita mengikrarkan diri: Bahwa hanya kepada Allah kita menyembah Bahwa hanya kepada Allah kita memohon pertolongan Bahwa Allah adalah sumber kekayaan kita Bahwa Allah adalah sumber harapan kita Bahwa Allah adalah sumber kemenangan kita Bahwa Allah adalah sumber kekuatan kita Dan Bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dalam hidup kita Kesadaran dengan makna syahadat ini dapat mengubah wajah kehidupan: yang pesimis jadi optimis, yang lemah jadi kuat, yang miskin jadi kaya, yang sedih jadi bahagia, yang gelisah jadi tenang, yang kalah jadi menang, dan segala sikap hidup negatif berubah menjadi positif dalam arti yang sebenarnya. Itu karena semuanya dikembalikan lagi kepada Allah dan tidak bergantung kepada diri sendiri ataupun orang lain yang serba kekurangan. Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
15
Ungkapan ini berisi penegasan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah. Sebagai utusan, maka beliau hanya menyampaikan apa yang beliau terima dari Allah Swt. Segala perbuatan yang beliau lakukan dan perkataan yang beliau ucapkan semata-mata berdasarkan wahyu dari Allah Swt. atau apa yang beliau pahami dari ayat-ayat Allah yang beliau terima. Beliau adalah orang yang paling tepat dan sempurna dalam menjalankan syariat-syariat Allah. Beliau yang menerjemahkan perintah-perintah Allah dalam Al-Qur'an ke dalam kehidupan nyata sehari-hari. Akhlak beliau indah dan kehidupan beliau amat sangat terpuji. Peri hidup beliau adalah gambaran yang utuh dan nyata bagaimana menjadi sosok qur'ani. Ucapan ini senantiasa mengingatkan kita dengan keagungan sang Nabi. Dialah pemimpin kita sepanjang zaman dan teladan sepanjang masa.
Hayya 'Alashhalah Hayya 'Alashhalah Marilah Shalat... Marilah Shalat... Inilah isi undangan itu. Setelah kita mengakui kebesaran Allah Swt., bertauhid dengan mengesakan Allah dan mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah saja, mengakui bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah, maka kita diajak untuk melaksanakan shalat sebagai sarana dan cara kita untuk menghadap-Nya. Ini adalah panggilan suci yang berisi undangan dari Allah untuk menghadap-Nya. Sebuah undangan yang sangat istimewa sebab Allah Swt. sendiri yang meminta kita untuk menghadapnya. Kita yang perlu kepada Allah untuk mengadukan segala permasalahan, mengajukan berbagai pinta, dan meminta ampun dari berbagai dosa, namun Allah yang justru mengundang kita untuk menghadapNya. ٍ َلِّصى ُمن ُاا َربَّلو َ َُِّلَّنَا ْيمل "Sesungguhnya seorang yang shalat itu ia sedang bermunajat kepada Tuhannya" Hayya 'Alal Falah Hayya 'Alal Falah
16
Marilah menuju kesuksesan. Bila ingin sukses kita mesti mendekat kepada Allah yang Maha Mengatur segala urusan. Bila ingin meminta, mintalah kepada pemilik alam semesta dan segala-galanya. Bila ingin meraih hasil yang tak terhingga maka sudah sepantasnyalah kita meminta kepadaNya. Saat shalat, saat itulah kita menenangkan diri dan menghadap Ilahi Rabbi dengan sepenuh hati. Allahu Akbar Allahu Akbar La Ilaha illallah ***
Kaum Muslimin Rahimakumullah.. Ketika Allah sudah memanggil kita untuk menghadap-Nya, maka tidak ada alasan untuk menolak. Inilah panggilan yang agung dari zat yang Maha Agung kepada para hambaNya. Sebuah panggilan kemuliaan bagi seorang hamba karena pada saat itu ia akan bertemu dengan Tuhannya. Dalam hadits yang riwayat Muslim kita bisa melihat dengan jelas betapa pentingnya menyambut seruan ini. Seorang sahabat bernama Ibnu Ummi Maktum adalah sahabat yang tidak bisa melihat. Ia buta. Rumahnya jauh dari mesjid. Sementara tak ada yang bisa menuntunnya. Jalanan Madinah kadang tidak aman karena banyak ular dan binatang lainnya yang berkeliaran. Maka Ibnu Ummi Maktum pun meminta izin kepada Rasulullah agar diberikan keringanan untuk shalat lima waktu di rumah saja. Awalnya Rasulullah mengizinkan. Tapi ketika hendak pergi, Rasulullah memanggilnya dan bertanya: “Apakah kamu mendengar panggilan untuk shalat?” “Iya, Rasulullah, saya mendengarnya” jawabnya. “Kalau begitu penuhilah panggilan itu" tegas Rasulullah Artinya, Rasulullah tidak memberikan dispensasi untuk orang-orang yang secara syar'i memiliki kesulitan. Lantas bagaimana dengan orang yang sehat dan leluasa?
17
Malam Ke-4
Dahsyatnya Pengaruh Ikhlas
Allah berfirman:
َّ َّللا م ُْخلِصِ ٌنَ لَ ُه ال ِّدٌنَ ُح َن َفا َء َو ٌُقٌِمُوا الص َََّل َة َوٌ ُْإ ُتوا ك دٌِنُ ا ْل َق ٌِّ َم ِة َ ِالز َكا َة َو َذل َ َّ َومَا أ ُ ِمرُوا إِ ََّّل لِ ٌَعْ ُب ُدوا ” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan " )ketaatan kepada-Nya...." (QS Al-Bayyinah [98]: 5 Kaum Muslimin Rahimakumullah Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ahmad, sebagai berikut : Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?" Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita paham bahwa gunung batu pun bisa hancur ketika dipukul dengan palu, menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi). Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?" Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi mencair, mendidih dan menjadi lebih lunak setelah dibakar bara api). Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?" Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
18
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" tanya malaikat lagi. Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat mengalahkan air). Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?" Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya." Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain. Kaum Muslimin Rahimakumullah... Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam kitab Minhajul Qashidin menerangkan bahwa hanya ada dua cara untuk mencapai kebahagiaan yaitu dengan ilmu dan ibadah. Semua orang bisa saja celaka kecuali orang-orang yang berilmu. Orang yang berilmu bisa saja celaka kecuali orangorang mengamalkan ilmunya. Orang-orang mengamalkan ilmunya bisa saja celaka kecuali orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Dan Orang-orang yang ikhlas berada dalam posisi yang sangat agung. Amal tanpa niat hanyalah berakhir kelelahan. Niat tanpa keikhlasan adalah riya. Keikhlasan tanpa kesungguhan adalah sia-sia. 19
Malam Ke-5
Penyakit Riya Meruntuhkan Amal
Kaum Muslimin Rahimakumullah... Lawan dari keikhlasan adalah Riya’ atau pamer. Penyakit riya’ mempunyai daya rusak yang sangat tinggi terhadap amal. Orang yang riya’ amalannya menjadi tidak berharga, sebesar apapun amal yang ia lakukan. Allah Swt. sudah menegaskan tidak akan menerima amalan yang terselip riya’ di dalamnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah menyatakan: "Aku tidak perlu dengan sekutu apa pun. Apabila seseorang menyekutukanku, maka Aku tinggalkan ia dengan sekutunya" Dalam beraktivitas dan bersinggungan dengan orang lain, sering kali kita terpeleset ke jurang riya’. Atau malah sebaliknya, gara-gara takut riya’, kita menjadi ragu dan meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya tergolong amal ibadah. Memang, jarak antara ikhlas dan riya’ sangatlah tipis, bagai batas pemisah antara hitam dan putih. Riya’ yang merupakan salah satu bentuk kesyirikan amat sangat tersembunyi, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
َّ ب ال َّن ْم ِل َف َقا َل لَ ُه َمنْ َشا َء ب ال َّن ْم ِل ِ ٌَِّللا ُ أَنْ ٌَقُو َل َو َك ٌْؾَ َن َّتقٌِ ِه َوه َُو أَ ْخ َفى مِنْ دَب ِ ٌِك َفإِ َّن ُه أَ ْخ َفى مِنْ دَب َ ْأَ ٌُّهَا ال َّناسُ ا َّتقُوا َه َذا ال ِّشر ُ َّللا َقا َل قُولُوا اللَّ ُه َّم إِ َّنا َنع ك لِمَا ََّل َنعْ َل ُم َ ك َش ٌْ ًئا َنعْ لَ ُم ُه َو َنسْ َت ْؽفِ ُر َ ك ِب َ ك مِنْ أَنْ ُن ْش ِر َ ُوذ ِب ِ َّ ٌَا رَ سُو َل
“Wahai sekalian manusia, berhati-hatilah kalian dari syirik ini, karena sesungguhnya dia lebih tersembunyi dari suara tapak kaki semut.” Kemudian seseorang bertanya kepada beliau: “Bagaimana kita berlindung darinya jika dia lebih tersembunyi dari suara tapak kaki semut?” Rasulullah menjawab: “Katakanlah, Wahai Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui dan kami memohon ampun dari syirik yang tidak ketahui.” (HR Ahmad)
Imam Al-Junaid pernah berkata:
20
ٌ َ ََّل ٌَعْ لَ ُم ُه َمل،ِاَ ْْلِ ْخ ََلصُ سِ رٌّ َب ٌْنَ َّللاِ َو َب ٌْنَ ا ْل َع ْبد ُ َو ََّل َش ٌْ َطانٌ َف ٌُ ْفسِ ُده،ُك َف ٌَ ْك ُت ُبه
“Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Malaikat tidak mengetahuinya sehingga dia bisa mencatatnya, dan setan tidak mengetahuinya sehingga dia bisa merusaknya.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah Agar dapat memahami hakikat keikhlasan, marilah sejenak kita melihat teladan salah seorang tabiin, yaitu Zainul Abidin bin Ali bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a., Selama puluhan tahun, para fakir di daerahnya mendapati makanan di depan pintu rumah mereka tanpa mengetahui siapa yang mengantarkan makanan. Fenomena yang mengundang tanda tanya itu baru terungkap pada hari beliau wafat. Karena pada hari itu para fakir merasa kehilangan, karena kiriman makanan itu berhenti. Akhirnya mereka mengetahui bahwa yang selama ini memberikan mereka makan adalah Zainul Abidin. Tatkala mereka mau memandikan mayatnya, mereka menemukan warna hitam di bagian punggungnya. Mereka menyadari bahwa warna hitam itu adalah bekas membawa makanan di pundaknya untuk diantarkan ke rumah-rumah orang fakir miskin selama puluhan tahun. Para ulama berpendapat bahwa boleh amal kebajikan diperlihatkan dengan syarat, dilakukan sebagai contoh dan teladan bagi murid, atau orang lain yang memang perlu mengetahuinya. Ibadah-ibadah wajib sendiri memang harus diperlihatkan, seperti shalat wajib, zakat wajib, jihad, haji, dan sebagainya. Karena jika tidak demikian, maka akan hilanglah syiar-syiar Islam. Namun kita harus tetap menjaga hati agar semuanya dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah Swt., sesuai dengan perintah-Nya dan sunnah Rasul-Nya. Ibadah yang utama dilakukan tanpa dilihat orang lain adalah ibadah-ibadah sunnah. Namun tidak berarti tidak boleh memperlihatkannya kepada orang lain dengan tujuan mengajar atau menganjurkan mereka untuk ikut rajin melaksanakan ibadah sunnah. Marilah kita berlindung kepada Allah dari penyakit ini sehingga apa yang kita lakukan tidak menjadi sia-sia di hadapan Allah.
***
21
Malam Ke-6
Menyandarkan Diri Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah Tawakal adalah salah satu ibadah hati yang paling penting, karena ia adalah kewajiban terbesar yang merupakan konsekuensi keimanan. Tawakal merupakan bentuk penyerahan diri secara total, memohon pertolongan, dan ridha kepada Allah. Para ulama mengatakan bahwa tawakal hukumnya wajib, bahkan termasuk kewajiban terbesar di antara kewajiban yang lain, seperti halnya ikhlas. Menurut istilah syariah tawakal adalah kesungguhan hati dalam bergantung secara penuh kepada Allah Swt. dibarengi dengan usaha nyata dengan keyakinan penuh bahwa Allah adalah Maha Pemberi rezeki, Maha Pencipta, Maha Menghidupkan dan Mematikan, Maha Pemberi dan Penghalang, tidak ada Tuhan selain Dia. Allah memerintahkan Rasul-Nya dan sekalian hamba-Nya untuk beribadah dan bertawakal kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya: َك ِبؽَاف ٍِل َعمَّا َتعْ َملُون َ َفاعْ ب ُْدهُ َو َت َو َّك ْل َعلَ ٌْ ِه َومَا رَ ُّب
“Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya, dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Hûd [11]: 23)
ً اَّلل َوك ٌَِل ِ َّ َّللا َو َك َفى ِب ِ َّ َو َت َو َّك ْل َعلَى
“Dan bertawakallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai pemelihara.” (QS Al-Ahzab [33]: 3)
22
Lalu Kapankah Kita Bertawakkal? Dalam segala hal, kita perlu menyandarkan diri kepada Allah, sebab Dialah yang mengatur segala hal. Kita perlu bertawakkal antara lain pada hal-hal berikut: 1. Tawakal dalam berdakwah. Banyak kisah para nabi yang menggambarkan ketawakalan yang maksimal ketika menyebarkan dakwahnya. Perjalanan dakwah mereka tidak pernah mulus dari ancaman dan penentangan kaumnya. Ketika dakwah mereka tidak diterima oleh kaumnya, para rasul senantiasa bertawakal kepada Allah. Karena mereka paham bahwa tugas mereka hanya menyampaikan risalah kenabian. Perkara hidayah bukanlah di tangan mereka. Allah Swt. berfirman: َّ ُول إِ ََّّل ا ْلب َََل ُغ َو ََّللا ُ ٌَعْ لَ ُم مَا ُت ْب ُدونَ َومَا َت ْك ُت ُمون ِ مَا َعلَى الرَّ س “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS Al-Maidah [5]: 99) 2. Tawakal ketika memutuskan hukum Rasulullah Saw. menyerahkan segala urusan dan senantiasa bertawakal kepada Allah. Sebagian orang, tatkala berbeda pendapat dengan orang lain dalam suatu urusan, mereka mengembalikan urusan itu kepada selain Allah dan rasul-Nya. Ketika sekelompok masyarakat telah bermusyawarah dan sepakat untuk melakukan kebaikan, maka kewajiban mereka setelah itu adalah bertawakal, menyerahkan hasil kesepakatan itu kepada Allah, kemudian menjalankannya, pantang surut ke belakang selama berada dalam kebenaran. َّ َّللا َذلِ ُك ُم ْ َومَا ُ َّللا ُ رَ بًِّ َعلَ ٌْ ِه َت َو َّك ْل ُت َوإِلَ ٌْ ِه أُنٌِب ِ َّ اخ َتلَ ْف ُت ْم فٌِ ِه مِنْ َشًْ ٍء َف ُح ْك ُم ُه إِلَى
“Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih, maka putusannya adalah kepada Allah. Dialah Allah Tuhanku, kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nya lah aku kembali.” (QS AsySyura [42]: 10)
3. Tawakal ketika berjihad memerangi musuh. Meskipun dengan kemampuan persenjataan dan pasukan yang memadai serta dilengkapi dengan strategi perang yang jitu, tawakal tidak boleh dilupakan. Karena
23
kemenangan tetaplah karena pertolongan Allah Swt. Firman Allah Swt. dalam Surah Ali Imran: َّ َّللا ُ بِب َْد ٍر َوأَ ْن ُت ْم أَ ِذلَّ ٌة َفا َّتقُوا َّ ) َولَ َق ْد َنصَرَ ُك ُم122 ( ََّللا َف ْل ٌَ َت َو َّك ِل ا ْلم ُْإ ِم ُنون َّ ان ِم ْن ُك ْم أَنْ َت ْف َش ََل َو ْ إِ ْذ َهم ِ َّ َّللا ُ َولِ ٌُّ ُهمَا َو َعلَى ََّللا ِ َّت َطائِ َف َت َلَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُك ُرون
“Dan (ingatlah), ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS Ali Imran [3]: 121-122) 4. Tawakal dalam mengais rezeki. Rezeki yang dikaruniakan kepada manusia hanyalah jatah yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Setiap makhluk tidak akan mati sebelum dia menghabiskan jatah rezekinya. Manusia hanya ditugaskan untuk berusaha dan dilarang berpangku tangan. Setelah berusaha, kewajibannya tinggal tawakal. Kalau dia mendapat rezeki, tugas selanjutnya adalah bersyukur dan kalau tidak dia harus bersabar. Dan, dalam keadaan mendapat rezeki atau tidak, dia harus tetap bertawakal kepada Allah Swt. Allah berfirman:
ََّللا َخ ٌْ ٌر َوأَ ْب َقى لِلَّذٌِنَ آَ َم ُنوا َو َعلَى رَ ب ِِّه ْم ٌَ َت َو َّكلُون ِ َّ َفمَا أُوتٌِ ُت ْم مِنْ َشًْ ٍء َف َم َتا ُع ا ْلحَ ٌَا ِة ال ُّد ْنٌَا َومَا ِع ْن َد
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. (QS Asy-Syura [42]: 36)
Dan dalam mencari rezeki, tawakal adalah senjata yang ampuh. Sebab Allah berjanji, siapa pun yang bertawakal penuh kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Allah berfirman:
َّ َّللا بَالِ ُػ أَم ِْر ِه َق ْد جَ َع َل َّللا ُ لِ ُك ِّل َشًْ ٍء َق ْدرً ا ِ َّ َو َمنْ ٌَ َت َو َّك ْل َعلَى َ َّ ََّّللا َفه َُو حَ سْ ُب ُه إِن 24
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq [65]: 3)
5. Tawakal tatkala berjanji. Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Yakub ketika anak-anaknya meminta membawa pergi Yusuf. Yakub kemudian menjawab sebagaimana yang terdapat dalam Surah Yusuf ayat 66-67, yang artinya: “Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah milik Allah; kepada-Nya lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri." (QS Yusuf [12]: 6667) Manusia bisa merencanakan sesuatu, atau berjanji untuk melakukan sesuatu, namun tetap saja rencana atau janji itu akan terlaksana atas izin Allah Swt. Ketika seseorang telah berazam untuk melakukan sesuatu, maka tugas berikutnya adalah bertawakal kepada Allah. Allah Swt. Berfirman:
ََّللا ٌُحِبُّ ا ْل ُم َت َو ِّكلٌِن ِ َّ َفإِ َذا ع ََز ْمتَ َف َت َو َّك ْل َعلَى َ َّ ََّّللا إِن
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran [3]: 159)
***
25
Malam Ke-7
Kehebatan Tawakkal
Kaum Muslimin Rahimakumullah Ibnul Qayyim menyatakan hakikat tawakal adalah ketika hati bergantung penuh kepada Allah Swt. disertai dengan usaha nyata tetapi hati tidak boleh bergantung kepada usaha tersebut. Usaha nyata tidak menafikan tawakal kepada Allah, karena usaha adalah bukti dari tawakal itu sendiri. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. pernah bermunajat dalam sebuah doanya:
َْن أَصْ لِحْ لًِ َشؤْنًِ ُكلَّ ُه ََّل إِلَ َه إِ ََّّل أَ ْنت َ اللَّ ُه َّم رَ حْ َم َت ٍ ٌك أَرْ جُو َف ََل َت ِك ْلنًِ إِلَى َن ْفسِ ً َطرْ َف َة َع
“Ya Allah, aku sangat mengharap rahmat-Mu, maka janganlah engkau membiarkan diri ini bergantung pada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah semua keadaanku, tiada Tuhan selain Engkau.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Jika kita menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt., maka Dia akan menolong kita. Siapa pun yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menerima amalannya, mencukupi kebutuhannya, menanggung segala urusannya, menjauhkannya dari segala kejelekan, memberikan apa yang diinginkan, dan menyelamatkannya dari bahaya di dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 59:
َّ َّللا ُ َسٌ ُْإتٌِ َنا َّ َّللا ُ َورَ سُول ُ ُه َو َقالُوا حَ سْ ُب َنا َّ َولَ ْو أَ َّن ُه ْم رَ ضُوا مَا آَ َتا ُه ُم ََّللا رَ ا ِؼ ُبون ِ َّ َّللا ُ مِنْ َفضْ لِ ِه َورَ سُول ُ ُه إِ َّنا إِلَى
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: 'Cukuplah Allah bagi kami, niscaya Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah 26
orang-orang yang berharap kepada Allah,' (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (QS At-Taubah [9]: 59) Kaum Muslimin Rahimakumullah Rezeki yang dikaruniakan kepada manusia hanyalah jatah yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Setiap makhluk tidak akan mati sebelum dia menghabiskan jatah rezekinya. Manusia hanya ditugaskan untuk berusaha dan dilarang berpangku tangan. Setelah berusaha, kewajibannya tinggal tawakal. Kalau dia mendapat rezeki, tugas selanjutnya adalah bersyukur dan kalau tidak dia harus bersabar. Dan, dalam keadaan mendapat rezeki atau tidak, dia harus tetap bertawakal kepada Allah Swt. Allah berfirman:
ََّللا َخ ٌْ ٌر َوأَ ْب َقى لِلَّذٌِنَ آَ َم ُنوا َو َعلَى رَ ب ِِّه ْم ٌَ َت َو َّكلُون ِ َّ َفمَا أُوتٌِ ُت ْم مِنْ َشًْ ٍء َف َم َتا ُع ا ْلحَ ٌَا ِة ال ُّد ْنٌَا َومَا ِع ْن َد
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. (QS Asy-Syura [42]: 36) Dalam mencari rezeki, tawakal menjadi pembuka pintu-pintu rezeki yang banyak. Sebab Allah berjanji, siapa pun yang bertawakal penuh kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Allah berfirman: َّ َّللا بَالِ ُػ أَم ِْر ِه َق ْد جَ َع َل َّللا ُ لِ ُك ِّل َشًْ ٍء َق ْدرً ا ِ َّ َو َمنْ ٌَ َت َو َّك ْل َعلَى َ َّ ََّّللا َفه َُو حَ سْ ُب ُه إِن
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq [65]:3)
27
Malam Ke-8
Menjadi Pribadi yang Takwa
Kaum Muslimin Rahimakumullah Dengan ibadah puasa, Allah ingin mendidik kita agar menjadi hamba yang bertakwa. Kenapa harus takwa? Sebab takwa merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling penting. Ia adalah pokok keberagamaan yang akan menjadikan kehidupan manusia mulia di dunia dan akhirat. Tidak ada kebaikan hidup bagi manusia tanpanya. Seluruh kebaikan dunia dan akhirat terhimpun di bawah kata takwa ini. Kata inilah yang sering kali menjadi wasiat para khatib Jumat. Bahkan takwa adalah wasiat Allah langsung kepada manusia, dan tidak ada wasiat yang lebih berharga dari pada wasiat Allah. Jika kita merenungkan kembali ayat-ayat Al-Quran, betapa banyak kebaikan yang selalu dihubungkan dengan takwa ini, betapa banyak pahala, ganjaran dan kebahagian yang dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tentunya sangat penting bagi kita untuk mengetahui hakikat takwa ini, bagaimana mewujudkannya dalam diri, apa saja manfaat dan keuntungan bertakwa, apa saja wasilah yang dapat membantu seseorang untuk meningkatkan ketakwaannya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan takwa ini, agar kita tergerak untuk selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita terhadap Allah Swt. Kaum Muslimin Rahimakumullah Secara bahasa, takwa berasal dari kata waqâ-wiqâyah, yang berarti sesuatu yang digunakan oleh seseorang untuk menjaga dirinya. Seperti menjaga kebersihan adalah sarana untuk menjaga kesehatan dan melindungi diri dari penyakit. Begitu pula menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah sarana untuk menjaga diri dari murka dan azab Allah Swt. Definisi lain yang diungkapkan oleh Imam Ali r.a. Adalah:
حٌ ِْل ِ َّاَ ْل َخ ْوؾُ مِنَ ا ْلجَ لٌِ ِْل َوا ْل َع َم ُل ِبال َّت ْن ِزٌ ِْل َوا ْل َق َنا َع ُة ِبا ْل َقلِ ٌْ ْل َو ْاَّلِسْ تِعْ دَا ُد لٌِ َْو ِم الر
28
"Takut kepada Allah, mengamalkan Al-Quran, qana'ah (merasa cukup) dengan yang sedikit, dan mempersiapkan diri untuk hari kepergian (kematian)." Umar bin Khatthab r.a. pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab r.a.: "Apakah arti takwa? Ubay r.a. menjawab, “Wahai Amîr al-Mu'minîn, pernahkah Anda berjalan di jalanan yang banyak durinya?” “Ya, pernah,” jawab Umar r.a. Ubay r.a. bertanya lagi, “Apa yang Anda lakukan kemudian?” Umar r.a. menjawab: “Aku segera mengangkat kainku sampai betis, lalu melihat tempat berpijak kedua kakiku, kemudian memajukan kaki yang satu dan mengakhirkan yang lain, takut terkena duri.” Kemudian Ubai bin Ka'ab berkata, “Itulah takwa.” Artinya bahwa seorang yang bertakwa selalu berhati-hati dalam hidupnya. Dia akan berupaya melaksanakan segala sesuatu yang menyelamatkannya dari bahaya (melaksanakan perintah Allah) dan menjaga dirinya dari segala yang membahayakannya (meninggalkan larangan Allah), baik bahaya di dunia maupun di akhirat, mirip seperti kehati-hatian orang yang berjalan di jalanan penuh onak dan duri. Takwa merupakan ukuran penilaian di sisi Allah. Allah Swt. telah menetapkan takwa sebagai ukuran derajat kemuliaan di sisi-Nya sebagaimana firman-Nya:
ُ ٌَا أَ ٌُّهَا ال َّناسُ إِ َّنا َخلَ ْق َنا ُك ْم مِنْ َذ َك ٍر َوأ ُ ْن َثى َوجَ َع ْل َنا ُك ْم َّللا َعلٌِ ٌم َخبٌِ ٌر ِ َّ شعُوبًا َو َقبَائِ َل لِ َتعَارَ فُوا إِنَّ أَ ْكرَ َم ُك ْم ِع ْن َد َ َّ ََّّللا أَ ْت َقا ُك ْم إِن "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al-Hujurat [49]: 13) Rasulullah Saw bersabda: ح ٌد أَ ََّل ََّل َفضْ َل لِعَرَ ِبًٍّ َعلَى أَعْ جَ مًٍِّ َو ََّل لِ َعجَ مًٍِّ َعلَى عَرَ ِبًٍّ َو ََّل ِِلَحْ مَرَ َعلَى ِ ح ٌد َوإِنَّ أَبَا ُك ْم َوا ِ ٌَا أَ ٌُّهَا ال َّناسُ أَ ََّل إِنَّ رَ َّب ُك ْم َوا أَسْ َو َد َو ََّل أَسْ َو َد َعلَى أَحْ مَرَ إِ ََّّل ِبال َّت ْق َوى "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, bapak kalian juga satu, sungguh tidak ada kelebihan orang Arab atas yang bukan Arab atau orang bukan Arab atas Arab, tidak juga orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, atau orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, melainkan karena takwa." (HR Ahmad)
29
Malam Ke-9
Buah Ketakwaan
Ibadah puasa ditetapkan oleh Allah Swt. kepada kita agar kita menjadi pribadi yang bertakwa. Lalu apakah manfaatnya bila kita telah mendapatkan ketakwaan ini? Ini berikut ini ada buah dari ketakwaan: 1. Takwa akan melapangkan setiap kesempitan dan jalan keluar dari setiap masalah, serta dengannya seseorang akan mendapatkan rezeki dari arah yang tidak terduga. Zaman sekarang adalah zaman yang penuh dengan fitnah dalam pekerjaan. Hendaknya kita meninggalkan segala perkara yang diharamkan, dan berhati-hati dalam perkara syubhat. Tetaplah bertakwa walaupun tidak mendapatkan sesuatu dari makhluk. Tetaplah jujur walaupun harus menerima cemoohan dari manusia. Sedikit tetapi berkah akan membahagiakan hidup kita di dunia dan akhirat. Sebaliknya walaupun banyak tapi tidak berkah, akan menyesakkan dada dan mendatangkan kesengsaraan di dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman: ... ُ َو ٌَرْ ُز ْق ُه مِنْ حَ ٌْ ُ ََّل ٌَحْ َتسِ ب. َّللا ٌَجْ َع ْل لَ ُه م َْخرَ جً ا َ َّ َو َمنْ ٌَ َّت ِق...
"...Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangkanya...." (QS At-Thalaq [65]: 2-3) Dikisahkan bahwa seorang pedagang yang bekerja di sebuah toko barang-barang elektronik, sering kali menghadapi transaksi yang dipenuhi riba dan sogokan. Namun karena dia mengetahui bahwa semua itu adalah perbuatan haram, dia tidak pernah mau menerimanya karena takut kepada Allah Swt. Akhirnya, setelah lama dia mengalami keadaan ini, datanglah janji Allah, barang-barangnya laris terjual. Banyak orang berdatangan kepadanya untuk membeli, karena mereka tahu kejujuran dan ketakwaannya. Ternyata bermuamalah dengan jujur tidak akan mengurangi rezeki bahkan akan menambah keberkahannya. Sebaliknya bermuamalah dengan riba, korupsi, dan sogokan tidak akan menambah rezeki, malah akan menghilangkan keberkahannya. Rezeki adalah jatah pasti yang telah ditetapkan oleh Allah untuk setiap makhluk-Nya. Seorang hamba tidak akan mati sebelum menghabiskan jatah rezeki yang telah ditentukan baginya.
30
2. Allah berjanji akan memudahkan urusan orang-orang yang bertakwa, baik urusan duniawi maupun urusan ukhrawi. Dan, jika Allah berjanji, Dia tidak akan mengingkari janji-Nya. Allah berfirman: َّللا ٌَجْ َع ْل لَ ُه مِنْ أَم ِْر ِه ٌُسْ رً ا َ َّ َو َمنْ ٌَ َّت ِق
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS At-Talaq [65]: 4)
3. Bashîrah, adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah bagi orang-orang yang bertakwa. Bashîrah merupakan pengetahuan yang mendalam berupa pencerahan dari Allah di dalam hati orang yang bertakwa, untuk menerangi jalan hidupnya, dan menjadikannya dapat mengetahui mana kebaikan dan mana keburukan. Atau disebut juga dengan furqân, yang berarti kemampuan untuk membedakan antara yang haq (benar) dan yang bathil (salah). Allah berfirman:
ْ ْ ُ َّ ظٌم َ َّ ٌَا أَ ٌُّهَا الَّذٌِنَ آَ َم ُنوا إِنْ َت َّتقُوا ِ َّللا ٌَجْ َع ْل لَ ُك ْم فُرْ َقا ًنا َو ٌُ َك ِّفرْ َع ْن ُك ْم َس ٌِّ َئاتِ ُك ْم َوٌ َْؽفِرْ لَ ُك ْم َوَّللا ُ ذو ال َفضْ ِل ال َع
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Dia akan memberikan kepadamu furqân, menutupi kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan sungguh Allah mempunyai karunia yang besar." (QS Al-Anfal [8]: 29) 4. Takwa adalah sumber dari segala fadhilah dan akhlak mulia. Kasih sayang, menepati janji, kejujuran, keadilan, wara', suka berderma, dan akhlak terpuji lainnya merupakan buah dari pohon ketakwaan ini. Maka agar pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, perlu menanam benih yang baik, dan memeliharanya dengan baik. Rasulullah Saw bersabda: ك ِب َت ْق َوى َّللاِ َفإ َّن ُه ُجمَا ُع ُك ِّل َخٌ ٍْر َ ٌْ ََعل
31
"Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah, Karena takwa adalah induk setiap kebaikan." (HR . Ahmad)
5. Takwa akan menjadikan seseorang dicintai oleh Allah Swt., para malaikat, dan manusia di dunia. Allah Swt. Berfirman:
ََّللا ٌُحِبُّ ا ْل ُم َّتقٌِن َ َّ ََّبلَى َمنْ أَ ْو َفى ِب َع ْه ِد ِه َوا َّت َقى َفإِن
”(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janjinya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa." (QS Ali Imran [3]: 76) Kemudian dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah Saw bersabda: َّجب ِْرٌ ُل فًِ ال َّسمَا ِء إِن ِ ٌُ ح َّب ُه َف ِ َ َّللا َق ْد أَحَ بَّ فُ ََل ًنا َفؤ َ ََّللا َتبَار ِ جب ِْرٌ ُل ُث َّم ٌُ َنادِي ِ ح ُّب ُه ِ ك َو َتعَالَى إِ َذا أَحَ بَّ َع ْب ًدا َنا َدى َ َّ َّجب ِْرٌ َل إِن َ َّ َّإِن ض ِ ٌُ حبُّوهُ َف ِ َ َّللا َق ْد أَحَ بَّ فُ ََل ًنا َفؤ َ ح ُّب ُه أَهْ ُل ال َّسمَا ِء َوٌُو ِ ْض ُع لَ ُه ا ْل َقبُو ُل فًِ أَهْ ِل ْاِلَر َ َّ
"Sesungguhnya Allah Swt. mencintai seorang hamba maka Dia memanggil Jibril: 'Sesungguhnya Allah telah mencintai seorang hamba, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, bahwa Allah telah mencintai seseorang, maka mereka pun mencintainya, kemudian dijadikan hamba itu diterima (dicintai) di muka bumi." 6. Orang-orang yang bertakwa akan diberikan keberkahan rezeki dari langit. Keberkahan berarti, memperbanyak yang sedikit, banyak, bertambah, bermanfaat, luasnya kebaikan dan keselamatan. Allah Swt. berfirman: ٍ َولَ ْو أَنَّ أَهْ َل ا ْلقُرَ ى آ َم ُنوا َوا َّت َق ْوا لَ َف َتحْ َنا َعلٌَ ِْه ْم بَرَ َكا َض َو َلكِنْ َك َّذبُوا َفؤ َ َخ ْذ َنا ُه ْم ِبمَا َكا ُنوا ٌَ ْكسِ ُبون ِ ْت مِنَ ال َّسمَا ِء َواِلر
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…." (QS Al-A'raf [7]: 96)
32
Malam Ke-10
Jalan Menuju Takwa
Kaum Muslimin Rahimakumullah Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai sarana meningkatkan ketakwaan kepada Allah beberapa hal di bawah ini terlihat mudah diucapkan, tetapi sulit diterapkan dan jarang sekali yang mampu istikamah menjaganya. Pertama, Mencintai Allah dan rasul-Nya lebih dari yang lain. Hal ini dapat dicapai melalui interaksi yang banyak dengan Allah dengan pola interaksi yang telah diajarkan melalui sunnah Rasulullah Saw. Seperti memperbanyak ibadah dan berzikir kepada Allah. Ibadah merupakan gabungan dari puncak ketundukan dan kecintaan kepada Yang Disembah (Allah). Tunduk dan pasrah di hadapan keAgungan dan keMahaBesaran-Nya, serta mempersembahkan diri atas dasar cinta kepada Dzat Yang Mahaindah yang memiliki segala sifat kesempurnaan, bukan atas dasar keterpaksaan dan ketidaksukaan. Kedua, (merasakan kehadiran-Nya dalam setiap situasi dan kondisi). Jika seseorang yang melakukan perbuatan selalu merasa diperhatikan dan dikontrol oleh orang yang dia takuti, niscaya dia akan berbuat dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan kemarahan orang yang ditakutinya, dan berusaha bagaimana agar orang itu senang kepadanya. Tentunya orang yang merasakan kehadiran Allah, yang mengetahui segala yang tersembunyi dari dirinya, yang lebih dekat dari urat lehernya, akan sangat berhati-hati dalam berbuat. Dia akan berusaha sebisa mungkin mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya, demi mencapai keridaan-Nya dan terhindar dari murka-Nya. Namun sering kali hal ini diremehkan sehingga tidak jarang membuat seseorang meninggalkan perintah Allah dan bahkan terjerumus ke lembah maksiat. Ketiga, Mengetahui balasan kebaikan bagi orang-orang yang bertakwa di dunia dan akhirat. Hal ini akan memotivasi seseorang untuk berbuat kebajikan. Karena telah menjadi tabiat manusia, melakukan sesuatu dengan mengharap imbalan. Oleh karena itu Allah menyiapkan segala bentuk pahala kebajikan, puncak kenikmatan dan kemuliaan berupa surga dan rida-Nya bagi mereka yang bertakwa, taat menjalankan perintah dan menjauhi larang-Nya. Tetapi Allah mengajarkan manusia agar tidak mengharap imbalan dari sesama makhluk, akan tetapi hendaklah dia mengharap kepada Sang Khaliq, yang di tangannya kerajaan langit dan bumi, kemuliaan dunia dan akhirat. Itu sebabnya kita diperintah untuk mengikhlaskan segala amal kebajikan hanya untuk-Nya. 33
Keempat, Mengetahui akibat buruk perbuatan maksiat baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana imbalan kebaikan merupakan motivasi dalam berbuat baik, tentunya balasan keburukan berupa siksa dan murka adalah pencegah dan penghalang bagi sesorang untuk berbuat keburukan dan kejahatan. Sebab, tidak ada seorang pun di dunia ini yang menghendaki penderitaan walaupun sesaat, apalagi penderitaan akhirat yang abadi tanpa batas. Walaupun banyak orang yang tidak sadar akan hal ini, baik karena ketidaktahuannya akan penderitaan yang tiada berakhir itu, atau karena kelengahan yang disebabkan oleh tipu daya setan dan nafsu syahwat duniawi. Maka, mengetahui akibat buruk perbuatan maksiat merupakan keharusan bagi setiap mereka yang ingin selamat di dunia dan akhirat. Kelima berusaha memerangi dan mengalahkan hawa nafsu, meninggalkan perkara haram, makruh, dan syubhat, memperbanyak ibadah ketaatan berupa ibadah wajib dan sunnah, serta tidak berlebihan dalam perkara mubah. Ulama mengatakan bahwa sifat wara' adalah sifat yang bisa dilatih dan dibiasakan. Dalam latihan tentu akan mengalami banyak kesulitan dan hambatan. Maka diperlukan bimbingan dan nasihat dari ulama dan sahabat. Itu sebabnya di dalam Surah Al-'Ashr, kita diperintah untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Agar bisa memosisikan diri pada kebenaran serta istiqamah dan sabar dalam jalan kebenaran itu, dan yang kedua ini tentu lebih berat dari sebelumnya. Keenam, Mengetahui bentuk-bentuk makar dan tipu muslihat setan yang tidak pernah berhenti memperdaya manusia. Hal ini penting karena dengan demikian orang akan terhindar dari keburukan tersebut. Dengan syarat dia memang berniat untuk menghindari keburukan, bukan mengetahui keburukan untuk dilakukan. Dalam sebuah hikmah dikatakan, "Araftusy syarra lâ lisy syarri." Artinya, aku mengetahui keburukan bukan untuk melakukan keburukan itu, tetapi untuk menghindarkan diri darinya. Dalam sebuah pepatah juga disebutkan, "Man fahima lughata qaumin, amina min syarrihi." Artinya, orang yang mengerti bahasa suatu kaum, dia akan selamat dari keburukan yang datang dari kaum itu. Tentunya orang yang mengerti dan mengetahui dengan baik segala bentuk tipu daya dan makar setan, dia akan selamat dari keburukan akibat mengikuti langkah-langkah setan. Ketujuh, Memohon kepada Allah agar diberikan taufik untuk bertakwa kepada-Nya, karena tidak ada daya upaya dari manusia kecuali atas izin Allah. Doa adalah senjata orang Mukmin, yang tidak boleh diremehkan, karena dia mempunyai kekuatan yang dahsyat dan pengaruh yang besar. Dengan doa, Allah akan memberikan seseorang segala permintaannya sebagaimana janji-Nya. Dengan doa dia akan diberi taufik untuk berbuat baik dan meninggalkan maksiat dan kejahatan. Doa adalah lambang ketundukan, kepasrahan, dan ketidakberdayaan manusia di hadapan Rabb-nya. Oleh karena itu doa adalah otak dari segala ibadah. 34
Malam Ke-11
Cinta Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah Mengapa alam semesta diciptakan oleh Allah Swt? Bukankah Dia adalah Al-Ghaniy, Sang Mahakaya yang tidak membutuhkan makhluk-Nya sedikit pun? Lalu, buat apa mencipta kalau tidak perlu? Bukankah hal itu merupakan perbuatan sia-sia? Padahal Allah Swt. Maha Suci dari perbuatan yang sia-sia. Semua perbuatannya bijak dan penuh hikmah karena Dialah Al-Hakîm (Sang Mahabijaksana). Jika demikian bagaimana menjawab pertanyaanpertanyaan di atas? Rahasia jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah mahabbah (cinta). Mengapa cinta? Karena cintalah Allah mencipta makhluk-Nya, karena cintalah Allah mencipta alam semesta beserta isinya. Dialah Al-Wadûd, Sang Maha Mencinta. Kalau demikian, berarti Allah bukan Al-Ghaniy karena membutuhkan cinta? Cinta bukanlah kebutuhan Allah, tetapi merupakan salah satu sifat-sifat kemuliaan yang dimiliki Allah, sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain. Ibnu Al-Qayyim berkata dalam sebuah puisinya : "Dan karena cintalah diciptakan langit dan bumi, karena cinta pula alam semesta bergerak, dan karena cinta gerakan-gerakan tersebut sampai kepada tujuannya..." Rasa cinta kepada Allah bagaikan sebuah pohon yang akarnya menghunjam kokoh ke dalam tanah, pohonnya tinggi dan menghasilkan buah yang bermanfaat. Demikianlah perumpamaan seorang hamba Muslim yang mencintai Rabb-nya. Kesalehan lahirnya menunjukkan kesalehan batinnya. Kebaikan pasti menelurkan kebaikan pula. Maka tidak tepat pernyataan yang mengatakan bahwa orang yang melakukan ritual ibadah lahir dan dilihat oleh orang lain belum tentu mahabbah-nya lebih sempurna dari pada orang yang tidak mau berbuat dan beramal dengan alasan takut riya’ karena dilihat orang. Mahabbatullah pasti memiliki bukti nyata baik berupa perkataan atau perbuatan. Allah Swt. Berfirman:
َّ ََّّللا َوالرَّ سُو َل َفإِنْ َت َولَّ ْوا َفإِن َّ َّللا ُ َوٌ َْؽفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َّ َّللا َفا َّتبِعُونًِ ٌُحْ بِ ْب ُك ُم ِ قُ ْل إِنْ ُك ْن ُت ْم ُت ََّللا َ َّ قُ ْل أَطِ ٌعُوا. َّللا ُ َؼفُو ٌر رَ حٌِ ٌم َ َّ َحبُّون َََّل ٌُحِبُّ ا ْل َكاف ِِرٌن 35
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, 'Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (QS Ali Imran [3]: 31-32) Allah Swt. berfirman: ض ْو َنهَا َ ْقُ ْل إِنْ َكانَ آَ َباإُ ُك ْم َوأَ ْب َناإُ ُك ْم َوإِ ْخ َوا ُن ُك ْم َوأَ ْز َوا ُج ُك ْم َوعَشِ ٌرَ ُت ُك ْم َوأَ ْم َوا ٌل ا ْق َترَ ْف ُتمُوهَا َوتِجَ ارَ ةٌ َت ْخ َش ْونَ َكسَا َدهَا َو َمسَاكِنُ َتر َّ َّللا ُ ِبؤَم ِْر ِه َو َّ ًَِجهَا ٍد فًِ س َِبٌلِ ِه َف َترَ َّبصُوا حَ َّتى ٌَؤْت ََّللا ُ ََّل ٌَ ْهدِي ا ْل َق ْو َم ا ْل َفاسِ قٌِن ِ َّ َأَحَ بَّ إِلَ ٌْ ُك ْم مِن ِ َّللا َورَ سُولِ ِه َو
“Katakanlah: "Jika orangtuamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS AtTaubah [9]: 24) Kaum Muslimin Rahimakumullah Dalam ayat di atas Allah Swt. menyebutkan delapan hal yang paling dicintai oleh manusia yaitu orang tua, anak, saudara, istri, karib kerabat, harta benda, bisnis, dan tempat tinggal. Cinta terhadap hal-hal tersebut di atas tidak tercela, selama dia diposisikan setelah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena Allah Swt. yang telah menganugerahi perasaan cinta dalam diri kita, dan Dia juga yang memerintahkan kita untuk mencintai mereka. Mencintai sesuatu yang diperintah Allah untuk dicintai sama dengan menjalankan perintahNya, dan menjalankan perintah-Nya adalah bukti cinta terhadap Allah. Namun cinta terhadap hal-hal tersebut hendaknya disalurkan sesuai dengan perintah-Nya juga. Mencintai orang tua misalnya dengan berbakti kepadanya menghormati dan menyayanginya, mencintai istri dengan menyayanginya dan menunaikan haknya, saling mencintai sesama kaum Muslimin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah, mencintai harta dengan menginfakkannya di jalan Allah dan seterusnya. Tetapi ketika cinta duniawi didahulukan dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti mencari harta sebanyak-banyaknya, tidak peduli halal atau haram, lengah terhadap hak-hak Allah dan Rasul-Nya, atau menuruti perintah orangtua, atau istri untuk bermaksiat kepada Allah dan sebagainya.
36
Malam Ke-12
Agar Kita Dicintai oleh Allah
Sungguh sangatlah berbahagia bila kita bisa mendapatkan kecintaan dari Allah Swt. Sungguh kita sangat beruntung bila kita dicintai oleh Allah. Apakah yang perlu kita lakukan agar mendapatkan kecintaan dari Allah itu? Kaum Muslimin Rahimakumullah Ada beberapa amal ibadah praktis yang dapat dilakukan demi mencapai mahabbatullah yaitu. Pertama, Membaca Al-Quran dengan memahami dan mentadaburi maknanya. Allah Swt. berfirman: ٌ َك ُمبَار ب ِ ك لِ ٌَ َّد َّبرُوا آٌََاتِ ِه َولِ ٌَ َت َذ َّكرَ أُولُو ْاِلَ ْلبَا َ ٌْ َِك َتابٌ أَ ْن َز ْل َناهُ إِل "Ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS Shad [38]: 29) Kedua, Melaksanakan farîdhah (ibadah wajib) dengan sempurna dan memperbanyak ibadah nawafil (amalan-amalan sunah), sebagaimana firman Allah Swt. dalam sebuah hadis Qudsi: َّ صلَّى ًََّب َومَا َت َقرَّ بَ إِل ِ َّْللا َقا َل َمنْ عَا َدى لًِ َولِ ًٌّا َف َق ْد آ َذ ْن ُت ُه بِا ْلحَ ر َ َّللا ِ َّ َعنْ أَبًِ ُهرَ ٌْرَ َة َقا َل َقا َل رَ سُو ُل َ َّ ََّّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم إِن ُ ح َّب ُه َفإِ َذا أَحْ َب ْب ُت ُه ُك ْن ُ َْع ْبدِي بِ َشًْ ٍء أَحَ بَّ إِلًََّ ِممَّا ا ْف َترَ ض ت َس ْم َع ُه الَّذِي ِ ُ ت َعلَ ٌْ ِه َومَا ٌ ََزا ُل َع ْبدِي ٌَ َت َقرَّ بُ إِلًََّ بِال َّن َواف ِِل حَ َّتى أ ٌَسْ َم ُع ِب ِه َو َبصَرَ هُ الَّذِي ٌُبْصِ ُر ِب ِه َو ٌَ َدهُ الَّتًِ ٌَبْطِ شُ ِبهَا َو ِرجْ لَ ُه الَّتًِ ٌَمْشِ ً ِبهَا َوإِنْ سَؤَلَنًِ َِلُعْ طِ ٌَ َّن ُه َولَئِنْ اسْ َتعَا َذنًِ َِلُعٌِ َذ َّن ُه ... Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah berfirman: Barang siapa yang memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya, dan Aku tidak mencintai sesuatu dari seorang hamba lebih dari apa-apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. HambaKu akan selalu mendekatiKu dengan amalan-amalan nawafil sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat, Aku menjadi tangannya yang dengannya dia memegang, Aku menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Dan jika mereka meminta-Ku pasti Aku akan mengabulkannya, dan jika dia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya…" (HR Bukhari) 37
Memaknai bahwa Allah sebagai pendengaran, penglihatan, tangan dan kaki bagi para wali Allah dalam hadis Qudsi di atas, Imam Ibnu Hajar menukilkan setidaknya enam pendapat ulama dalam Fath Al-Bârî yang intinya hal tersebut merupakan perumpamaan atas pertolongan Allah terhadap para wali-Nya untuk selalu berada dalam ketaatan kepada-Nya.
Ketiga, Memperbanyak zikir kepada Allah Swt. dengan lisan, hati dan perbuatan. Ukuran mahabbah-nya kepada Allah adalah sesuai dengan ukuran zikir hati, lisan, dan perbuatannya. Orang yang mencintai sesuatu, pasti akan sering menyebut sesuatu yang dicintainya itu, baik menyebutnya dengan lisan, atau perbuatan (menaati yang dicintainya). Keempat, Mendahulukan cinta kepada Allah ketika hawa nafsu cinta kepada yang lain bergolak walau terasa berat. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi: -
Menjalankan segala yang diperintah Allah walaupun diri merasa tidak suka.
-
Meninggalkan segala yang tidak disukai Allah walaupun diri menyukainya.
Beban mengedepankan mahabbatullah ini akan terasa berat sesuai dengan beratnya tekanan hawa nafsu pada diri seseorang. Tetapi jalan ini harus ditempuh oleh siapa saja yang ingin sampai kepada maqâm mahabbatullah. Semakin berat ujian yang dia rasakan semakin tinggi pula maqâm yang dia raih jika dia lulus ujian. Ibnu Al-Qayyim berkata: "Allah Swt. tidak menguji seorang hamba yang beriman dengan nafsu syahwat dan maksiat kecuali untuk menggiringnya menuju mahabbah yang lebih utama dari sebelumnya, lebih bermanfaat, lebih baik, lebih lama, dan agar dia bermujahadah terhadap dirinya untuk meninggalkan nafsu maksiat tersebut, sehingga mujahadah ini akan mewariskan mahabbatullah, sampai kepada mahbûb (Dzat yang dicintai) yang paling tinggi. Setiap kali nafsunya menggiringnya kepada syahwat semakin memuncak, maka kerinduan yang lebih besar dan agung akan menariknya menuju mahabbatullah azza wajaal." Kelima, kita harus banyak bertafakkur tentang nikmat-nikmat Allah, berserah diri dan bertawakal kepada-Nya, menyiapkan waktu yang cukup untuk ber-khalwat (berduaan dengan Allah yang dicintainya). Allah berfirman: ً ك َو َت َب َّت ْل إِلَ ٌْ ِه َت ْبت ً َار َسبْحً ا َط ِو ً إِنَّ َناشِ َئ َة اللٌَّ ِْل هًَِ أَ َش ُّد َو ْط ًئا َوأَ ْق َو ُم ق ٌَِل َ َو ْاذ ُك ِر اسْ َم رَ ِّب. ٌَل َ َ إِنَّ ل. ٌَِل ِ ك فًِ ال َّنه "Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang
38
panjang (banyak). Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan." (QS Al-Muzzammil [73]: 6-8) Dalam ayat-ayat yang agung ini Allah Swt. mengajarkankan kepada hamba-Nya bahwa waktu tengah malam adalah saat yang paling tepat untuk beribadah, mendirikan salat malam, membaca dan mentadabburi Al-Quran. Karena hal itu akan menambah kekhusyukan kepada-Nya, dan bacaannya akan lebih mengena dan berkesan. Sehingga ketika siang hari yang merupakan waktu yang panjang untuk bekerja, dia bekerja dengan semangat ibadah malam yang dia lakukan. Dia bekerja secara jujur dan amanah. Selesai bekerja, pada malam hari dia diperintah lagi untuk tabattal. Makna tabattal dalam ayat di atas adalah, memutuskan diri dari segala urusan duniawi untuk menghadap kepada Allah dengan beribadah. Semoga Allah Swt. memilih kita untuk menjadi orang-orang yang mencintai-Nya dan dicintai oleh-Nya. Amiin
39
Malam Ke-13
Membentengi Diri Dengan Sifat Wara’
Kaum Muslimin Rahimakumullah ALLAH Swt. telah menciptakan manusia dan melebihkannya di antara makhluk-makhluk yang lain dengan memberinya fitrah, akal, dan hawa nafsu. Fitrah dan akal cenderung mendorongnya menuju tujuan penciptaannya yaitu menyembah Allah Swt. Adapun hawa nafsu cenderung menggiringnya untuk memaksiati Allah Swt. dan mengikuti perintah setan. Manusia bukanlah makhluk suci seperti malaikat, sehingga sangat wajar jika dia adalah tempat segala dosa dan kesalahan. Akan tetapi, wujud manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, ditambah lagi nafsu dan setan yang selalu menghalanginya taat kepada Allah Swt., tidak menjadikannya bebas tugas di muka bumi. Dia tetap diperintah untuk beribadah dan beramal saleh. Karena kekurangan bukanlah alasan untuk tidak berbuat baik. Justru dengan kekurangan itu, manusia diperintah untuk menutupinya dengan amal saleh. Jika tidak, dia akan tetap berada dalam kekurangan. Begitu juga dengan wujud hawa nafsu dan setan, keduanya merupakan tantangan dan ujian bagi manusia. Jika dia lulus menghadapinya, derajatnya ditinggikan, pahalanya dilipatgandakan dan dosanya diampuni. Hawa nafsu merupakan ciptaan Allah Swt. Keberadaannya dalam diri manusia bukan untuk dihilangkan, melainkan untuk dikendalikan dengan baik. Manusia bagaikan penunggang kuda, dan nafsu adalah kuda itu sendiri. Jika manusia berhasil mengendalikan kudanya dengan baik, maka dia akan sampai ke tujuan dengan selamat. Malaikat dan setan adalah pelatih kudanya. Jika ia membiarkan kudanya dilatih oleh setan, maka ia akan kesulitan mengendalikan kudanya, bahkan bisa dicelakai oleh kudanya sendiri, sehingga ia tidak dapat sampai ke tujuan dengan selamat. Oleh karena itu, walaupun pada bulan Ramadan setan dibelenggu, tetap saja ada orang yang bermaksiat. Hal ini karena hawa nafsunya sudah terlatih untuk mengikuti ajaran setan. Kaum Muslimin Rahimakumullah Salah satu cara membersihkan diri dari dosa dan kesalahan serta melatih diri mengendalikan hawa nafsu adalah mewujudkan sifat wara' di dalam diri. Wara' adalah salah 40
satu mata rantai amalan hati yang akan mengantar kita menuju derajat ketakwaan yang tinggi.
Secara bahasa, wara' berasal dari kata wa-ra-'a yang berarti mencegah diri. Ia juga berarti 'iffah yaitu mencegah diri melakukan sesuatu yang tidak pantas dikerjakan. Adapun menurut istilah syariah sebagaimana yang dipaparkan oleh Syaikh Saleh Al-Munjid adalah:
َ َ ُ ْك َو َتر ُ َْتر ِس َعلَى ْاِلَحْ َوط َ ك مَا ٌَ ِع ٌْ ُب َ ك مَا ٌ َِر ٌْ ُب ِ ك َو ْاِل ْخ ُذ ِب ْاِل ْو َث ِق َوحَ ْم ُل ال َّن ْف
"Meninggalkan hal-hal yang meragukan, membuang perkara yang dapat menjadi aib pada diri, mengerjakan hal-hal yang paling diyakini dan yang paling hati-hati."
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mendefinisikan wara' sebagai berikut:
ُ َْتر ك مَا ٌ ُْخ َشى ضَرَ ُرهُ فِى ْاْلخِرَ ِة
"Meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan akan berbahaya di akhirat." Ibrahim bin Adham berkata: ُ ك ُ ْك َو َتر ُ ْش ْب َه ٍة َو َتر ُ ْاَ ْل َورَ ُع َتر ت ِ ك ا ْلفُضْ ََل َ ٌْ ِك مَا ََّل ٌَعْ ن
"Wara' adalah meninggalkan syubhat, perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan segala sesuatu yang sifatnya lebih (dari mencukupi)." Sebagai contoh, mayoritas ulama kontemporer mengharamkan bunga bank. Namun sebagian yang lain menghalalkannya dengan alasan-alasan tertentu. Seseorang yang akan mengambil bunga bank akan dihadapkan dengan harta yang hukumnya antara halal dan haram (syubhat), menurut kedua pendapat ulama tadi. Jika orang tersebut memiliki sifat
41
wara' yang tinggi, dia tidak akan mengambil bunga uang tersebut, karena dia lebih memilih untuk berhati-hati. Sebab jika dia mengambilnya, dan ternyata pendapat yang mengharamkan benar, maka di akhirat dia akan rugi besar karena telah mengambil barang haram. Jika pendapat yang menghalalkan benar, tidak mengambilnya bukanlah sebuah kerugian bagi dirinya, karena uangnya tetap terjaga dan tidak berkurang. Kalaupun dikatakan sebagai kerugian, hanya sebatas kerugian duniawi yang tidak berimplikasi pada kerugian ukhrawi. Sebenarnya, Rasulullah Saw. jauh-jauh sebelumnya telah menjelaskan definisi wara' dan merangkumnya dalam hadis beliau yang berbunyi: مِنْ حُسْ ِن إِسْ ََل ِم ا ْل َمرْ ِء َترْ ُك ُه مَا ََّل ٌَعْ نِ ٌْ ِه "Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR Tirmidzi) Hadis ini mencakup segala hal yang tidak bermanfaat, seperti berbicara, melihat, mendengar, memegang, berjalan, berpikir, dan semua perbuatan, baik yang lahir maupun yang batin. Jika hal yang tidak bermanfaat harus ditinggalkan, maka perkara yang sudah jelas keharamannya tentu lebih utama untuk ditinggalkan.
42
Malam Ke-14
Tiga Hadits Tentang Wara’
Kaum Muslimin Rahimakumullah Setiap Muslim diharuskan untuk berlaku wara' dalam menyikapi setiap perbuatan yang dapat menjerumuskannya ke dalam lembah kehancuran, baik yang datang melalui mata, lidah, telinga, perut, kemaluan, tangan, kaki, pikiran, hati, dan sebagainya. Supaya dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan itu, dia perlu mengetahui beberapa kaidah dan aturan yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. seperti hadis-hadis di bawah ini:
Hadis pertama: ُك ال َّناس َ ك َوإِنْ أَ ْف َتا َ ك فِى ص َْد ِر َ اَ ْْلِ ْث ُم مَا حَ ا
"Dosa adalah sesuatu yang terasa (bahwa perbuatan itu adalah dosa) di dalam hatimu, walaupun orang-orang memfatwakan kebolehannya." (HR Ahmad) Hadis yang agung ini mengajarkan bahwa perbuatan dosa memiliki pengaruhpengaruh tertentu yang dapat dirasakan oleh hati. Jika dikerjakan akan menimbulkan hal-hal seperti: perasaan bersalah, sedih, gelisah dan tidak tenang. Bahkan sebelum dikerjakan dhamîr (hati kecil) akan selalu berupaya mencegah diri melakukan perbuatan itu. Dalam hadis lain juga dijelaskan bahwa di antara ciri perbuatan dosa adalah, ketika perbuatan itu dilihat oleh orang lain, si pelaku merasa malu dan benci.
َّ ٌ ْك َو َك ِرهْ تَ أَن َُطلِعَ َعلَ ٌْ ِه ال َّناس َ ِك فًِ َن ْفس َ اَ ْلبِرُّ حُسْ نُ ا ْل ُخل ُ ِق َو ْاْلِ ْث ُم مَا حَ ا
"Al-Birr (Kebaikan) adalah kemuliaan akhlak, dan dosa adalah sesuatu yang terasa (bahwa perbuatan itu adalah dosa) di dalam hatimu dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya." (HR Muslim)
43
Hadis kedua: ك َ ك إِلَى مَا ََّل ٌ َِر ٌْ ُب َ دَعْ مَا ََّل ٌ َِر ٌْ ُب
"Tinggalkan apa-apa yang meragukan bagimu dan kerjakan apa yang tidak meragukanmu." (Hadis Tirmidzi) Hadis yang mulia ini juga mengajarkan bahwa dalam menyikapi setiap perbuatan, seorang Muslim harus mengukurnya dengan hadis ini. Jika perbuatan itu mengandung keraguan, maka untuk menjaga ke-wara'-an, perbuatan itu lebih baik ditinggalkan dan beralih mengerjakan perbuatan yang sudah jelas kebolehan dan kehalalannya. Tindakan seperti ini lebih selamat dan menenangkan. Ketika seseorang meragukan perbuatan ini dibolehkan atau tidak, maka dia lebih baik meninggalkannya. Ketika dia hendak membeli daging, yang satu disembelih orang Hindu dan yang lain disembelih orang Islam, namun dia tidak tahu mana hasil sembelihan masing-masing, maka dia lebih baik meninggalkannya. Ketika seseorang ingin menikahi salah satu dari dua perempuan bersaudara, kemudian datang seorang wanita tua yang dapat dipercaya mengatakan, "Aku pernah menyusuimu ketika kecil dengan salah satu dari perempuan yang ingin kaunikahi itu, tetapi aku tidak bisa membedakan mereka berdua." Maka, yang merupakan sikap wara' adalah tidak menikahi kedua perempuan yang bersaudara itu. Apabila dia ragu dalam salat zuhur apakah dia telah salat tiga rekaat atau empat rekaat, maka dia harus meninggalkan keadaan yang diragukan yaitu bahwa dia telah salat empat rakaat, dan menetapkan yang diyakini yaitu tiga rakaat, kemudian menambah rakaatnya yang keempat. Kaum Muslimin Rahimakumullah Hadis ketiga: ٌ إِنَّ ا ْلحَ ََل َل َبٌِّنٌ َوإِنَّ ا ْلحَ رَ ا َم َبٌِّنٌ َو َب ٌْ َن ُهمَا ُم ْش َت ِبه ت فقداسْ َت ْبرَ أَ لِدٌِنِ ِه َوعِرْ ضِ ِه ِ اس َف َمنْ ا َّت َقى ال ُّش ُبهَا ِ َات ََّل ٌَعْ لَ ُمهُنَّ َكثٌِ ٌر مِنْ ال َّن ُ ِحمَى ٌُوش َّحمًى أَ ََّل َوإِن ِ ٍك أَنْ ٌَرْ َتعَ فٌِ ِه أَ ََّل َوإِنَّ لِ ُك ِّل َملِك ِ ت َو َقعَ فًِ ا ْلحَ رَ ِام َكالرَّ اعًِ ٌَرْ عَى حَ ْو َل ا ْل ِ َو َمنْ َو َقعَ فًِ ال ُّش ُبهَا ْ صلَ َح ا ْلجَ َس ُد ُكلُّ ُه َوإِ َذا َف َس َد ْ َصلَح ُت َف َس َد ا ْلجَ َس ُد ُكلُّ ُه أَ ََّل َوهًَِ ا ْل َق ْلب ِ َ ت َ ار ُم ُه أَ ََّل َوإِنَّ فًِ ا ْلجَ َس ِد مُضْ َؽ ًة إِ َذا ِ َّ حمَى ِ ََّللا مَح "Sesungguhnya perkara halal sangat jelas dan perkara haram juga sangat jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa yang menjaga dirinya dari perkara-perkara syubhat, maka dia telah menjaga 44
kehormatan dirinya dan agamanya. Barang siapa yang terjatuh kepada syubhat maka dia telah mendekatkan dirinya kepada perbuatan haram, seperti seorang gembala yang menggembalakan piaraannya di sekitar tanah (ladang) yang terjaga, hampir dipastikan piaraannya akan memakan tanaman (milik orang) di tanah itu. Sesungguhnya setiap pemilik mempunyai batas kepemilikan (yang tidak boleh dilampaui orang lain), sesungguhnya batasan-batasan (hukum) Allah adalah perkara-perkara haram, dan sesungguhnya di dalam jasad ini ada gumpalan, apabila dia bagus maka baguslah seluruh jasad, dan apabila dia rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah bawa dia adalah hati." (HR Bukhari dan Muslim) Hadis yang agung ini menerangkan bahwa di dalam agama kita ada perkara yang sudah jelas kehalalannya dan tidak diragukan lagi kebolehannya. Ada juga yang sudah jelas keharamannya dan tentu tidak boleh dilakukan. Namun, di antara perkara yang sudah jelas kehalalan dan keharamannya itu banyak hal yang syubhat. Dalam hal ini seorang Muslim dituntut untuk berlaku wara', dalam menyikapi hal-hal syubhat. Karena perkara-perkara syubhat lebih mendekatkan seseorang kepada keharaman daripada kehalalan. Apalagi melakukan perkara syubhat dapat menjauhkan seseorang dari perilaku wara' yang merupakan salah satu amalan hati yang sangat mulia.
45
Malam Ke-7
Takut Kepada Allah ْ َف ََل َت ْخ َشوُ ا ال َّناسَ َو... ...اخ َش ْو ِن
"..Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kamu kepada-Ku...." (QS Al-Maidah: 44). Ayat di atas sangat jelas memerintahkan kita agar takut kepada Allah Swt. dan melarang kita takut kepada manusia. Karena takut adalah di antara makna ibadah, sehingga orang yang takut kepada selain Allah berarti mempersembahkan kepadanya makna penyembahan atau peribadatan. Takut kepada selain Allah adalah salah satu bentuk syirik kecil yang menunjukkan ketidaksempurnaan tauhid, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini. Manusia memang sangat susah dan berat meninggalkan rasa takutnya terhadap makhluk. Karena itu Rasulullah Saw. mengajarkan umatnya untuk selalu bertobat dan beristigfar dari segala dosa syirik baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui:
ك لِمَا ََّل أَعْ لَ ُم ُه َ ك َش ٌْ ًئا أَعْ لَ ُم ُه َوأَسْ َت ْؽفِ ُر َ ك ِب َ ك مِنْ أَنْ أ ُ ْش ِر َ اَللَّ ُه َّم إِ ِّنى اَع ُْو ُذ ِب "Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kesyirikan yang aku ketahui dan aku mohon ampun dari kesyirikan yang tidak kuketahui." Kaum Muslimin Rahimakumullah Allah Swt. memuji ahli khauf di dalam Al-Quran, dan berjanji akan menyegerakan kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman: َوالَّذٌِنَ ٌ ُْإ ُتونَ مَا. َ َوالَّذٌِنَ ُه ْم ِبرَ ب ِِّه ْم ََّل ٌُ ْش ِر ُكون. َت رَ ب ِِّه ْم ٌ ُْإ ِم ُنون ِ َوالَّذٌِنَ ُه ْم ِبآٌََا. َإِنَّ الَّذٌِنَ ُه ْم مِنْ َخ ْش ٌَ ِة رَ ب ِِّه ْم ُم ْشفِقُون . َت َو ُه ْم لَهَا سَابِقُون ِ َار ُعونَ فًِ ا ْل َخ ٌْرَ ا َ ِ أُولَئ. َج ُعون ِ جلَ ٌة أَ َّن ُه ْم إِلَى رَ ب ِِّه ْم رَ ا ِ آَ َت ْوا َوقُلُو ُب ُه ْم َو ِ ك ٌُس
"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut terhadap Rabb mereka, orangorang yang beriman terhadap ayat-ayat Rabb mereka, orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka (dengan sesuatu apa pun), orang-orang yang mempersembahkan segala yang mereka miliki, dengan hati yang takut, (karena mengetahui bahwa) mereka pasti akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu orang-orang yang 46
disegerakan untuk mendapat kebaikan-kebaikan (di dunia), dan merekalah orang-orang yang segera menerimanya (di akhirat)." (QS Al-Mukminun [23]: 57-61) Khauf adalah cambuk yang dengannya Allah Swt. mendorong hamba-Nya untuk tekun dan disiplin dalam menunaikan ibadah dalam segala bentuknya. Mencari nafkah, menuntut ilmu untuk diamalkan, supaya mereka meraih kedekatan di sisi Allah Swt. Anak akan taat berbakti kepada orangtuanya lantaran khauf kepada Allah Swt. Ahli ibadah akan selalu menangis karena khauf kepada-Nya. Orang yang sedang musafir kepada Allah Swt. akan selalu ditemani khauf kepada-Nya dalam perjalanannya. Khauf adalah pelita hati yang dengannya seseorang dapat melihat baik dan buruknya sesuatu. Seseorang takut kepada sesuatu akan lari menjauhinya, kecuali takut kepada Allah Swt., dia akan berusaha mendekati-Nya, memohon agar dikasihani, diampuni, dan diridai, karena tak satu pun makhluk yang mampu berlari dari-Nya. Khauf kepada Allah yang tertancap dalam hati seorang hamba akan membakar bibitbibit maksiat yang ada di dalamnya, serta mengurangi cinta yang berlebih terhadap dunia. Menuruti hawa nafsu terasa manis semanis madu, namun orang yang khauf kepada Allah mengerti bahwa manisnya syahwat bagaikan manisnya madu yang mengandung racun. Dia tidak ingin dan takut meminumnya. Karena di belakang kenikmatan sementara menuruti nafsu dan syahwat duniawi, terdapat azab yang dahsyat tak terhingga. Kaum Muslimin Rahimakumullah Imam Abu al-Laits al-Samarqandi mengatakan: "Tanda-tanda khauf kepada Allah Swt. tampak pada tujuh hal: 1. Menjaga lisannya. Orang yang takut kepada Allah Swt. akan mencegah lidahnya berbohong, ghibah, dan banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dia menjadikan lisannya sibuk berzikir kepada Allah Swt., membaca Al-Quran serta untuk mudzkarah ilmu. 2. Menjaga perutnya, dengan tidak memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali yang yang halal dan baik, dan juga tidak makan makanan yang halal kecuali secukupnya dan sesuai keperluannya. 3. Menjaga pandangannya, dengan tidak melihat perkara-perkara yang diharamkan, tidak pula memandang dunia dengan hasrat ingin meraupnya, melainkan dengan pandangan 'ibrah (memerhatikan dan mengambil pelajaran). 47
4. Menjaga tangannya, dengan tidak mengulurkannya untuk berbuat sesuatu yang diharamkan, tetapi mengulurkannya ke tempat-tempat di mana ada ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Swt. 5. Menjaga kakinya, dengan tidak melangkahkannya untuk melakukan maksiat kepada Allah Swt. 6. Menjaga hatinya, dengan menghilangkan segala permusuhan, kebencian dan kedengkian terhadap saudara-saudaranya, dan menanamkan sifat menerima nasihat dan simpati terhadap saudara-saudaranya sesama Muslim. 7. Menjaga seluruh perbuatan ketaatannya agar semuanya ditujukan hanya untuk Allah dan takut terhadap sifat riya dan nifaq (munafik). Rasa takut kepada Allah Swt. adalah benteng keimanan, dalam arti bahwa orang yang tidak mempunyai rasa khauf, tidak ada yang menghalanginya dari melalaikan kewajiban sebagai hamba dan melakukan kemaksiatan, bahkan pada keadaan tertentu dia bisa dengan mudah mengubah keimanannya—na'ûdzubillâhi min dzâlik. Kita berdoa kepada Allah semoga Dia menggolongkan kita ke dalam orang-orang dianugerahi khauf yang istimewa, sehingga kita mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah Swt. di akhirat kelak. Dan, digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang didekatkan pada Allah Swt. Amin. Wallahu a'lam bis showab
48
Malam Ke-16
Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah Imam Ibnu Qudâmah menjelaskan bahwa terdapat dua tingkatan rasa takut seorang hamba kepada Allah Swt. Pertama, takut terhadap azab-Nya, dan ini adalah khauf umumnya makhluk. Hal ini akan terwujud dengan keimanan terhadap surga dan neraka yang merupakan dua balasan bagi pelaku ketaatan atau kemaksiatan. Khauf ini dapat melemah karena lemahnya iman atau kuatnya kelalaian. Kelalaian ini dapat dihilangkan dengan banyak berzikir dan bertafakkur tentang azab akhirat, dan bertambah dengan melihat kehidupan orang-orang yang khauf kepada Allah, bermuamalah dengan mereka atau mendengarkan kabar tentang mereka. Kedua, takut terhadap Allah Swt. sendiri. Rasa takut ini adalah perasaan orang-orang yang memiliki makrifat dan kedekatan dengan Allah Swt. Nama-nama dan sifat-sifat Allah Swt. mengandung kehebatan, keagungan, dan kemuliaan yang menjadikan hati mereka kecut, sehingga mereka takut jauh dari-Nya. Mengingat betapa lemahnya kita, dan betapa Allah Maha Perkasa Sadarlah betapa kita ini kecil, lemah, hina di hadapan Allah. Sedangkan Allah adalah Al Aziz (Maha Perkasa), Al Qawiy (Maha Besar Kekuatannya), Al Matiin (Maha Perkasa), Al Khaliq (Maha Pencipta), Al Ghaniy (Maha Kaya dan tidak butuh kepada hamba). Betapa lemahnya hamba sehingga ketika hamba tertimpa keburukan tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali Allah. Ia berfirman (yang artinya) : “Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri” (QS. Al An’am: 17) Betapa Maha Besarnya Allah, hingga andai kita durhaka kepada Allah, sama sekali tidak berkurang kemuliaan Allah. “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. An Nisa: 131) Dengan semua kenyataan ini masihkah kita tidak takut kepada Allah? 49
Kaum Muslimin Rahimakumullah Mengingat pedihnya azab Allah yang disiapkan bagi orang-orang yang melanggar aturan agama Allah akan menimbulkan rasa takut di dalam hati. Allah Ta’ala berfirman: “hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur: 63) Pedihnya adzab Allah sampai-sampai dikabarkan dalam Al Qur’an bahwa setan berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya” (QS. Al Anfal: 48) Dan hendaknya kita takut pada neraka Allah yang tidak bisa terbayangkan kengeriannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahrim: 6) Kebiasaan lain yang dapat menghadirkan khauf adalah mentadabburi ayat-ayat penggugah hati seperti ayat-ayat azab dan takdir di dalam Al-Quran. Misalnya adalah Surah Al-'Ashr. Surat mulia yang sering kali dibaca oleh generasi Salaf Al-Shâlih setiap kali selesai pertemuan, sebagai muhasabah terhadap amalan yang telah dilakukan sekaligus motivasi meniti umur agar lebih semangat beramal saleh. Surat yang senantiasa mengingatkan manusia bahwa hidupnya hanyalah kumpulan detik-detik, di mana setiap detik yang hilang berarti kehilangan bagian dari hidupnya. Detik-detik yang jika tidak dimanfaatkan dalam kebaikan, akan lenyap dalam kesia-siaan, apalagi jika dihabiskan dalam kemaksiatan, tentu merupakan kerugian yang tiada terhingga. Detik-detik yang mustahil kembali, yang memustahilkan harapan untuk memperbaiki kesalahan, detik-detik yang pasti berakhir pada batas termaktub, untuk kemudian dipertanggungjawabkan di hadapan mahkamah Allah Swt. Surat yang mengingatkan manusia, bahwa mereka hidup benar-benar dalam kerugian, jika tidak menghiasi diri dengan empat perkara yaitu, iman, amal saleh, nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Memikirkan ayat-ayat Allah dapat menimbulkan perasaan takut di dalam hati. Semakin mendalam rasa takut kita kepada Allah, maka diri ini akan semakin terjaga dari melakukan perbuatan maksiat
50
Malam Ke-17
Mengatasi Gelisah Hati
Kaum Muslimin Rahimakumullah Ketika hati galau, resah, gelisah dan tidak tenang, berarti ada yang kurang dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mesti diperbaiki lebih lanjut lagi. Sebelum mendapatkan obatnya, seharusnya kita mengetahui penyebab yang menyebabkan hidup terasa gelisah. Diantaranya: Pertama, hidup gelisah karena banyak dosa. Semakin banyak dosa yang dilakukan, semakin gelisah seseorang. Kalau di bilang tenang dengan dosa, itu bohong! Seakan saja wajahnya dan penampilannya tenang, tetapi hatinya terus dalam keraguan, kegelisahan dan tidak nyaman. Orang banyak dosa itu banyak gelisahnya, banyak sialnya. Kalaupun di beri kesenangan hanya soal waktu. Akibat dosa ditunda sesaat, lalu tanpa disangka-sangka bencana itu pun datang. Penangguhan akibat dosa itu namanya Istidraj. Allah tidak lupa, hanya memberi tangguh saja. Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah , “Apa itu dosa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dosa ialah sesuatu yang membuat gelisah, dan engkau takut sekali orang tahu apa yang ada di hatimu.” Kedua, hati gelisah karena banyak menuntut, kurang bersyukur atas nikmat-nikmat Allah Swt. Ibarat telur yang ada di tangan kita lepaskan untuk mendapatkan burung yang di udara yang belum pasti. Berharap hujan dari langit, air di tempayan ditumpahkan. Kadang kita ini terlalu banyak menuntut kepada Allah Swt. Padahal terlalu banyak nikmat yag Allah Swt. berikan kepada kita. Mata sedikit sakit saja, kita sudah gelisah luar biasa padahal telinga, tangan, jantung, paru-paru semuanya sehat. Bersyukur pada Allah Swt. Kehilangan uang seribu rupiah, kita sudah panik. Padahal di tangan masih ada sisa seratus ribu untuk membeli keperluan. Satu doa saja tidak diijabah sama Allah Swt. kita melupakan semua kebaikan Allah Swt. pada diri kita. Padahal 99,9% nikmat hanya 0,1% ujian dari Allah Swt. Ketika musibah yang Allah Swt. datangkan kita lupa semua nikmat itu, merasa diri paling sengsara, padahal di kemudian hari baru terbukti ternyata sengsara di masa lalu membawa nikmati di hari kemudian.
51
Ketiga, hati gelisah karena terlalu cinta kepada dunia. Kalau dalam hati sudah ada bibit rakus kepada dunia, maka bersiaplah gelisah dam menderita di hari hari selanjutnya. Mengejar popularitas, uang yang banyak atau pangkat dan jabatan. Berangkat gelap, pulang gelap. Keluarga berantakan, diri sendiri tidak terurus. Begitulah aktifitasnya menunggu kematian. Kosong! Tidak jelas apa tujuan hidupnya. Semua yang kita kumpulkan sebanyak apapun di dunia, pada akhirnya kita tinggalkan. Ingat sekali lagi, sebanyak apapun yang kita kumpulkan, pada akhirnya kita tinggalkan juga. Karena itulah orang-orang yang beriman sangat memperhatikan rezekinya. Karena ia sadar bahwa ia akan menghadap Allah Swt. Keempat, hati gelisah akibat dari makan-makanan yang haram. Baik itu haram karena zatnya anjing, babi, khmar, narkoba dan lain sebaginya. Ataukah haram karena sebabnya, misalnya makanan hasil korupsi, menipu, mencuri, judi, dan sebagainya. Boleh jadi makanan itu aslinya halal, tapi cara mendapatkannya salah maka ia menjadi haram. Ia makan nasi tempe, ayam, sayur-sayuran dan buah, tapi dengan mencuri atau korupsi. Maka masuklah barang-barang yang haram ke dalam tubuhnya, mengalir dalam aliran darahnya. Dalam tubuhnya ia membangun ruangan untuk setan. Setan masuk melalui darah-darah yang haram itu. Lalu ia bisikkan kesesatan. Karena itulah orang yang banyak memakan makanan haram hidupnya gelisah, hampa, bête, walapun duitnya banyak. Ia mudah terserang stress, depresi, mudah marah, temperamental, sombong dan berbagai macam penyakit ruhaniah. Sudah begitu, ia menjadi ketagihan untuk melakukan maksiat lagi. Sebab dosa dapat melahirkan dosa, dosa lagi dan dosa lagi. Makanan haram yang masuk ke darah dagingnya akan mendorongnya untuk melakukan yang haram lagi. Setelah korupsi, ia merampok, ia berzina, mengambil hak orang lain tanpa belas kasihan, lalu ingin korupsi lagi, dan begitu seterusnya. Parahnya, harta haram ini tak hanya ia yang menikmati. Seorang ayah mencari duit dari jalan yang haram lalu ia bawa pulang. Harta kehilangan berkahnya, makanan kehilangan berkahnya. Sungguh keluarga yang mengalir darah yang haram dari tubuhnya sulit menghafal Al-qur’an.
52
Kaum Muslimin Rahimakumullah Lalu bagimana cara mengatasi rasa gelisah itu? Caranya adalah segera bertobat kepada Allah. Hindarilah makan-makanan haram. Hendaknya selalu berzikir kepada Allah, Ingat mati yang datang menjelang. Kalau tidak segera taubat dan istighfar, niscaya tak akan ada habishabisnya, tak akan pernah ada ujung dari kedurhakaan, sehingga akhirnya meninggal dengan su'ul khatimah. Setan menang. Ia berhasil mengantarkan satu orang manusia lagi ke jurang kesengsaraan yang tiada tara. Sering-seringlah berinteraksi dengan Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an adalah obat jiwa dan penawar dari segala kesedihan. Saat diri kita ditimpa galau yang tiada tara, maka duduk bersimpuhlah di hadapan Allah. Ucaplah istighfar dan taubat atas segala kesalahan. Kemudian bacalah Al-Qur’an. Semakin lama kita berinteraksi dengan Al-Qur’an semakin baik. Bacaan Al-Qur’an dapat memberikan pengaruh yang luar biasa di dalam hati kita menggantikan kesedihan dengan kegembiraan. Cara berikutnya adalah mendatangi orang alim. Mintalah nasehat dari para ulama. Insya Allah dengan kebijaksanaan mereka, para ulama dapat memberikan solusi dan nasehat yang berarti untuk kita. Sebab berkumpul bersama orang-orang shaleh dapat menenangkan hati dan memberikan pencerahan. ***
53
Malam Ke-18
Keajaiban Zikir
َّ َّللا أَ ْك َب ُر َو ُون َ َّللا ُ ٌَعْ لَ ُم َما َتصْ َنع ِ َّ َولَ ِذ ْك ُر “Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut: 45)
Kaum Muslimin Rahimakumullah Suatu hari terjadi perbincangan antara Rasulullah Saw. dan sahabatnya. “Maukah kalian aku beritahu tentang amalan yang paling baik, paling suci di hadapan Rabb kalian, paling tinggi derajatnya, lebih baik dibandingkan dengan menginfakkan emas dan perak, dan lebih daripada kalian bertemu musuh kalian, lalu kalian menebas leher mereka dan mereka pun menebas leher kalian?” tanya Rasulullah Saw. Para sahabat menimpali, “Mau..” Rasulullah Saw. bersabda, “Zikir kepada Allah” Mengingat Allah adalah cara paling baik untuk menjernihkan pikiran dan mendamaikan perasaan. Berzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Siapa yang tak pernah memasukinya, ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berzikir kepada Allah merupakan upaya penyelamatan jiwa dari berbagi kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Zikir adalah jalan pintas paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki. Dengan berzikir, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan, dan kesedihan akan sirna. Bahkan dengan berzikir kepada Allah, segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan akan runtuh dengan sendirinya. Maka tidaklah mengherankan bila mereka yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tentram hidupnya. Kaum Muslimin Rahimakumullah Semakin banyak kita mengingat Allah, pikiran kita akan semakin terbuka, hati semakin tentram, jiwa semakin bahagia, dan nurani semakin damai sentosa. Itu karena dalam mengingat Allah terkandung nilai-nilai tawakkal kepada-Nya, keyakinan penuh kepada-Nya, 54
ketergantungan diri hanya kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya, berbaik sangka dan berharap kebaikan dari-Nya. Semakin sering berzikir, ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Antara lain: Pertama, Zikir adalah Nutrisi Hati dan Pikiran Hati manusia pada hakikatnya membutuhkan nutrisi. Dan nutrisi atau makanan hati itu tidak lain adalah zikir. Rapi dan tidaknya hidup seseorang bergantung pada hatinya. Sebab hati adalah sumber segala inspirasi kebaikan, sekaligus sarang dari berbagai macam penyakit. Pembersihnya adalah dengan banyak mendekatkan diri pada Allah Swt. dengan banyak sujud dengan banyak mensucikan nama Allah Swt. dengan banyak menyebut asma-Nya yang indah. Ada tiga potensi yang dimiliki manusia: potensi jasad, potensi akal dan potensi hati. Nah, ini tidak bisa dipisah pisakan. Potensi akal kalau mau cerdas mau tidak mau harus banyak belajar, banyak membaca, banyak observasi, dan lain sebagainya. Kalau mau sehat secara fisik, harus makan makanan yang halal dan thayyib. Berolahraga yang teratur dan istirahat yang cukup. Ada keberkahan dalam setiap gerak. Lalu apa makanan hati itu? Makanannya adalah zikir kepada Allah Swt. Tidak salah jika hati orang yang bedzkir itu tenang, damai dan bahagia. Ketika pikiran tenang, berfikir lebih nyaman, bicara jadi hikmah, gerak-gerik gesit dan lincah, hidup pun hidup lebih terarah. Setiap persoalan dapat diselesaikan dengan baik. Siapa yang melazimkan zikir, istghfar, shalawat kepada nabi Muhammad SAW maka Allah akan memudahkan saat ia sulit, Allah akan menggembirakan saat ia sedih dan Allah beri rezeki dari jalan yang tidak ia duga. *** Kedua, Orang yang Berzikir Selalu Bersama Allah Kita adalah makhluk yang lemah dan penuh kekurangan. Selalu memerlukan pertolongan dan bimbingan dari Allah setiap saat. Alangkah indahnya bila hubungan kita dengan Allah terjalin dengan baik. Zikir adalah pintu paling agung yang menghubungkan antara Allah Swt. dengan hambaNya. Pintu yang selalu terbuka selama tidak ditutup oleh hamba itu sendiri dengan kelalaiannya. 55
Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Carilah kemanisan dalam tiga saat: ketika shalat, ketika berzikir dan ketika membaca Al-Qur’an. Jika kalian menemukannya berarti pintu (kepada Allah) sedang terbuka. Jika tidak, ketahuilah bahwa pintu itu telah tertutup" Sebuah cerita keteladanan yang baik pernah disampaikan oleh Siti Aisyah Ra. “ Sesungguhnya Nabi Muhammad saw senantiasa berzikir kepada Allah Swt. dalam setiap keadaan.” baik ketika suci, ataupun sedang junub. Rasulullah Bersabda:
ِ َ َْي َ ِ ْي َا َ َ َ ُ ُّط َّل، َ َ فَِإنَّلَب َه َ ْي ُ ْي َ اْي َخ, ُ َ ا َّل ُ أَ ْي ََب، ُ َ َ ِاَ َ ِ َّل ا َّل، ِ َ اْي َ ْي ُ اَِّل، ا . ال َ َ ُ َ َرقََب َه َ ُ “Hendaklah engkau membiasakannya membaca Subhanallah, alhamdulillah, lâilâha illallâh, Allâhu akbar, sesungguhnya ia dapat menggugurkan dosa seperti pohon yang menggugurkan daunnya” (HR. Baihaqi)
56
Malam Ke-19
Mengharapkan Rahmat Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah Harapan adalah ruh dan penyemangat hidup setiap insan. Orang yang bersemangat mengerjakan sesuatu, tentu karena dia memiliki harapan di balik pekerjaannya itu. Tanpa harapan, seseorang tidak akan memiliki semangat dan kesungguhan dalam bekerja. Tanpa harapan, hidup hanyalah keputusasaan, ketersiksaan, penyesalan, dan kehampaan. Ar-rajâ' atau “harapan”, ada yang bersifat duniawi atau ukhrawi. Dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba menggali makna rajâ' yang bukan sekadar harapan duniawi semata. Melainkan rajâ' yang berdimensi ukhrawi, rajâ' yang merupakan ibadah. Rajâ' yang merupakan salah satu maqâm dari maqâm ibadah hati. Rajâ' adalah kebutuhan hidup seorang Mukmin yang sangat penting. Karena itu, Allah Swt. menjadikannya salah satu bentuk ibadah hati yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman. Orang yang beramal saleh di dunia dengan ikhlas, kemudian mengharapkan pahala, rahmat dan ampunan Allah Swt., dialah orang yang benar-benar telah menunaikan ibadah rajâ'. Dialah orang yang selalu berdisiplin dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt., sebagai bukti keimanannya. Dia mengharap kepada Allah Swt., untuk memberikannya taufik agar tidak melenceng dari kebenaran, memohon agar amal ibadahnya diterima dan mendapat rahmat-Nya. Bukan orang yang hanya bermalas-malasan, enggan beramal saleh, mengisi hidupnya dengan amalan yang tidak bermanfaat, bahkan selalu bermaksiat kepada Allah Swt., kemudian setelah itu mengharap ampunan dan pahala yang besar. Adapun jika seseorang berharap sesuatu tanpa berusaha melakukan amalan yang dapat mengantarnya menuju harapannya, maka harapan itu bukanlah rajâ', melainkan tamanni atau angan-angan dan khayalan belaka. Seperti orang yang berharap dapat memanen buah tanpa mau bercocok tanam. Orang yang melakukan ibadah rajâ' secara hakiki perumpamaannya seperti seorang petani yang berharap mendapat hasil panen yang baik setelah sebelumnya bersusah payah mencangkul sawah, mengairinya, menabur benih kemudian memberi tanamannya pupuk, merawat dan menjaganya dari hama penyakit dan seterusnya. Allah Swt. mencela orang-orang yang hanya ber-tamanni sebagaimana tertera dalam firmannya: 57
... َف َخلَؾَ مِنْ َبعْ ِد ِه ْم َخ ْلؾٌ َو ِر ُثوا ا ْل ِك َتابَ ٌَؤْ ُخ ُذونَ عَرَ ضَ َه َذا ْاِلَ ْد َنى َو ٌَقُولُونَ َسٌ ُْؽ َف ُر لَ َنا "Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun...." (QS Al-A'raf [7]: 169) Ibadah rajâ' adalah sebuah maqâm ibadah hati berupa keyakinan—bahwa Allah Swt. akan menerima semua ketaatan dan mengampuni segala kesalahan karena kemurahan dan keluasan rahmat-Nya—yang mendorong hati untuk selalu mengharap kebaikan hidup di negeri akhirat dengan disertai amalan yang dapat mengantarkan seorang menuju harapannya. Jika seseorang telah menghabiskan waktunya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dan banyak melakukan amal saleh, maka baginya tiada yang tertinggal kecuali mengharap ganjaran yang berada di luar kemampuannya yaitu turunnya rahmat, ampunan, anugerah, pahala, dan rida Allah Swt. Kaum Muslimin Rahimakumullah Ibadah rajâ' ini merupakan salah satu wasilah utama yang dapat membantu manusia dalam perjalanannya menuju Allah Swt., memantapkan hatinya dalam menjalankan ajaran agama Islam, terutama di zaman modern yang bergelimang fitnah, syubhat, dan syahwat. Rajâ' merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt. Kebalikannya yaitu AlYa'su, salah satu hal yang dilarang Allah. Ya's adalah berputus asa dari rahmat Allah Swt. Karena ya's merupakan hal yang dilarang, maka ia tergolong maksiat. Allah Swt. melarang manusia berputus asa dari rahmat-Nya, karena hal ini merupakan perbuatan orang-orang kafir. Allah Swt. berfirman dengan wasiat Nabi Yakub a.s. kepada putra-putranya: ََّللا إِ ََّّل ا ْل َق ْو ُم ا ْل َكافِ ُرون ِ َّ َّللا إِ َّن ُه ََّل ٌَ ٌْ َئسُ مِنْ رَ ْو ِح ِ َّ َو ََّل َت ٌْ َئسُوا مِنْ رَ ْو ِح
"Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir." (QS Yusuf [11]: 87) ***
58
Malam Ke-20
Dahsyatnya Kalimat Tauhid
Allah Swt. berfirman:
َف ْعالَف ْع َفَّن ُه َف ِإاَف َف ِإَّن الَّن ُه “Ketahuilah tidak ada Tuhan selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Kaum Muslimin Rahimakumullah Tauhid dan pengesaan Allah Swt. adalah mata air kehidupan, sumber kebahagiaan dan produkifitas. Bila keyakinan ini semakin mendalam, maka kebahagiaan dalam hati akan semakin mengkristal, damai dalam jiwa dalam keadaan apapun jua, hidup semakin produktif dan mengalirkan amal-amal dahsyat yang tak putus-putusnya. Keyakinan seperti apa...? Yaitu keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Rabbunnâs dan Ilâhunnâs. Rabb manusia dan Tuhan sesembahan manusia. Rabb itu berarti pengatur alam semesta. Dialah yang memberi kita makanan dan minuman, mengatur kehidupan setiap makhluk, membagi rezeki, yang memberi kekuatan, yang mengatur bumi dan seisinya, dan mengatur alam semesta. Sementara Ilâhunnâs adalah Tuhan sesembahan manusia. Yaitu keyakinan bahwa hanyalah Allah Swt. sesembahan yang benar. Hanya kepada-Nya kita hadapkan hati sepenuhnya. Pengakuan sebenarnya dari La ilaaha illallah bahwa tidak ada yang disembah selain Allah, menghapuskan sesembahan lainnya. Pengakuan yang menghapuskan penghambaan kepada sesama manusia, membawa diri ke puncak kemanusiaannya, menghapuskan perbudakan dalam bentuk apapun. Tidak menghamba kepada harta, jabatan, kedudukan, wanita, nafsu syahwat. La ilaaha illallah. Ungkapan ini adalah pengakuan tauhid bahwa Allah adalah satu-satunya Zat yang berhak untuk disembah. Dialah Tuhan Pencipta semesta alam dan Pengatur segala ciptaan-Nya. Kita mengakui bahwa Allah adalah tumpuan hidup. 59
Dari sini tumbuhlah sikap-sikap uluhiyyah (mengesakan Allah) yang menyandarkan semua tindakan kita kepada kekuasaan Allah semata. Ketika kita telah menjadikan Allah sebagai tumpuan hidup, itu berarti kita mengikrarkan diri: Bahwa hanya kepada Allah kita menyembah Bahwa hanya kepada Allah kita memohon pertolongan Bahwa Allah adalah sumber kekayaan kita Bahwa adalah sumber harapan kita Bahwa Allah adalah sumber kemenangan kita Bahwa Allah adalah sumber kekuatan kita Dan Bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dalam hidup kita Pengakuan yang diiring keyakinan yang kuat ini pada gilirannya akan melahirkan berbagai sifat positif dalam kehidupan. Keyakinan inilah yang nantinya akan melahirkan sifat-sifat terpuji yang tak terpendung pengaruh dahsyatnya. Dari mata air ketauhidan lahirlah keikhlasan dalam setiap perbuatan. Mengalirlah kemulian sifat sabar, berfikir positif, syukur, tawakkal, ridho dan lain-lain sebagianya. Dari mata air tauhid muncul rasa syukur terhadap segala nikmat yang ada. Dia yakin bahwa semuanya adalah Allah Swt. untuk kesyukuran tidak akan putus dari lidahnya. Dari mata air tauhid mengalir sifat tawakkal, menyerahkan diri kepada Allah Swt. Ia menjalani kehidupan dengan penuh semangat, senyum bahagia, karena ia yakin bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan ini; bahwa segala sesuatu yang ada dalam kehidupan telah diatur oleh Allah Swt. dan manusia tinggal menjalaninya; bahwa Allah Swt. telah menuliskan takdir setiap makhluk sebelum ia diciptakan. Mengalir pula rasa tunduk dan patuh kepada Allah Swt. Sebab dialah Allah Swt. Tuhan satusatunya yang patut disembah kemudian, akan memudahkan seseorang untuk mengerjakan shalat menunaikan segala kewajiban sebagai hambaNya. Aqidah yang baik juga akan mencegah seseorang melakukan hal-hal yang buruk. Kesadaran dengan makna syahadat ini dapat mengubah wajah kehidupan: yang pesimis jadi optimis, yang lemah jadi kuat, yang miskin jadi kaya, yang sedih jadi bahagia, yang gelisah 60
jadi tenang, yang kalah jadi menang, dan segala sikap hidup negatif berubah menjadi positif dalam arti yang sebenarnya. Itu karena semuanya dikembalikan lagi kepada Allah dan tidak bergantung kepada diri sendiri ataupun orang lain yang serba kekurangan. Ketenangan hati dan jiwa, perasaan syukur dan ridha, pikiran positif dan rasa optimis, selalu terbit dari tauhid yang benar. Maka orang yang paling bahagia dalam hidup ini sesungguhnya adalah yang paling benar tauhidnya.
قَُب ْيواُْيو َ ِاَ َ ِ َّل ا َُب ْيف ِ ُ ْيو “Katakanlah tidak ada tuhan selain Allah, kalian pasti beruntung” (HR. Ahmad) Keyakinan kepada La ilaaha illalllah ini akan membuat hati terasa lebih tenang dan damai, sebab kita menyadari bahwa tidak usaha kita selama ini tidak ada satupun yang sia-sia. Semua ada ganjarannya, semua ada hasil dan konsekwensinya.. ***
61
Malam Ke-21
Dahsyatnya Tasbih
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatu apapun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (Al-Isrâ’: 44) Kaum Muslimin Rahimakumullah Sejak matahari terbit sampai terbenam kemudian terbit lagi di hari berikutnya, lalu terbenam dan kembali terbit lagi, tidak putus-putusnya seluruh makhluk alam semesta ini bertasbih kepada Allah Swt. Mereka bertasbih kepada Allah dengan bahasa masing-masing. Burung-burung bertasbih dalam kicauannya, angin bertasbih dalam hembusannya, matahari, bulan, bintang-bintang dan semesta galaksi bertasbih dan memuji Allah Swt. Sungguh banyak hal-hal gaib di luar diri kita yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, padahal semuanya terjadi dan terus berlangsung dalam kehidupan kita sehari-hari, sejak bumi ini diciptakan hingga saat kiamat terjadi nanti. Diantaranya adalah tasbih para makhluk Allah itu. Kadang-kadang sebagian pintu kegaiban ini dibukakan oleh Allah Swt. kepada beberapa orang, sehingga mereka bisa menyaksikan langsung betapa benar apa yang telah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an; bahwa seluruh makhluk senantiasa bertasbih.
Kaum Muslimin Rahimakumullah Imam Ath-Thabrani pernah meriwayatkan sebuah hadits sahih dari sahabat Abu Darda. Ia pernah mengisahkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw. pernah mengambil tujuah buah kerikil. Maka kerikil-kerikil itu bertasbih di tangan Rasulullah Saw. Abu Darda mendengar sendiri dengungannya. Kemudian Nabi meletakkan kerikil-kerikil itu di tangan Abu Bakar, maka kerikil-kerikil itu pun bertasbih lagi. Kemudian beliau meletakannya di tangan Umar dan mereka masih bertasbih. Lalu beliau meletakannya di tangan Utsmân maka mereka bertasbih lagi. Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa semua orang yang ada dalam perkumpulan itu mendengar tasbih kerikil-kerikil itu” Ada banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan dari tasbih. Antara lain: 62
Pertama, Tasbih Adalah Penyebab Datangnya Pertolongan Ungkapan tasbih Nabi Yunus adalah tasbih yang paling utama. Demikian kata Rasulullah Saw. dalam sebuah sabdnya. Inilah ucapan tasbih yang diiringi oleh persaksian keesan Allah dan pengakuan diri sebagai orang yang zalim..
ِ ِِ َ ِاَ َ ِ أَنْي َ ُ ْي َ نَ َ ِنِّن ُ ْي ُ َ الَّل ا “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim” Dalam tiga kegelapan itu, yaitu gelap di dalam perut ikan, gelap di dalam lautan dan gelap malam hari, Nabi Yunus terus bertasbih mensucikan Tuhannya dan mengakui kesalahan yang ia perbuat. Sesungguhnya hanya Allah yang Mahabersih dan Mahasuci dari segala dosa, Dialah pemilik segala kesempurnaan dan terbebas dan berbagai macam kekurangan. Sementara manusia masih terus diliputi oleh dosa dan salah, khilaf dan alpa, lalai dan lupa, sampai kapanpun. Sungguh diri ini termasuk orang-orang yang zalim... Bila untuk masalah tingkat tinggi itu seperti itu saja Allah memberikan jalan keluar, maka bagaimanakah lagi dengan masalah-masalah yang sebetulnya sepele saja. Sesungguhnya kekuasaan Allah lebih besar daripada masalah apapun. Allah pasti bisa menuntun kita mendapatkan jalan keluar. Tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan. Semua hanya perlu waktu. Hanya satu tempat meminta tolong, yaitu hanya kepada Allah. Sesama manusia statusnya masih sama, yaitu sebagai seorang hamba. Kekuasan mutlak dan tak terbatas berada di tangan Allah Swt. Hati dan pikiran manusia berada dalam genggaman-Nya. Dia pun sangat-sangat penyayang. Maka saat kita berada di tengah kedua sifat ini, yaitu kemahakuasaan yang terbatas dan rasa sayang kepada hamba yang luar biasa, apalagi yang menghalangi kita untuk meminta? Yang kita perlukan adalah yakin dan berusaha membersihkan diri..... Subhana Rabbiyal A’la.... Maha Suci Rabb-ku yang Maha Tinggi Kedua, Untaian Kata Paling Utama Saudaraku, pernah engkau menghitung jumlah kata yang pernah engkau ucapkan? Kalau belum, mungkin kita bisa mencoba bersama-sama seperti yang sering dilakukan oleh Yahya bin Mua’adz, seorang ulama dari kalangan tabi’in. Sampai kini, entah berapa ratus ribu jumlah kata yang kita keluarkan sejak bangun pagi sampai tidur lagi. Begitu mudah lisan ini berucap, bahkan seringkali tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Ketika kata belum keluar, ia masih menjadi tawanan kita. Tapi setelah kata itu keluar, kitalah yang menjadi tawanannya. Kita akan menjadi tawanan kata-kata buruk 63
yang kita ucap tanpa sadar, bahkan kata-kata itu akan menjadi penyebab celaka. Kita tidak tau, diantara puluhan juta kata yang sudah terlompat dari lisan kita selama hidup ini, mana diantara kata itu yang akan membawa kita ke puncak surga, atau justru diantara kata itu ada yang menyebabkan kita tercampakkan ke jurang neraka. Apalagi kalau sampai berbohong atau menceritakan kejelakan orang lain dengan maksud agar kawankawannya tertawa; menyegarkan suasana, atau memancing perhatian orang lain. Semakin banyak kata-kata yang buruk, semakin buruk pula citra pemilik kata-kata itu di hadapan manusia, semakin berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Habis usia hanya untuk menumpuk omong kosong yang tidak bermanfaat. Kenapa kita tidak memilih untuk diam, saat-saat kata-kata ternyata
itu tak berguna dan berpeluang
mengundang petaka. “Sesungguhnya seseorang dapat saja berbicara untuk membuat orang-orang di sekitarnya tertawa, namun dengan kata-katanya itu Allah melemparkannya ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh daripada langit dan bumi, dan sesungguhnya tergelincir lidah itu lebih besar akibatnya daripada tergelincir kaki” (HR. Al-Baihaqi) Hanya ada dua pilihan: berkata-kata yang baik, atau lebih baik diam. Kata-kata yang baik itupun perlu memperhatikan kapan dan dimana kita mengucapkannnya. Sebab tidak semua kata-kata yang baik bisa diucapkan kapan dan dimana saja semau-mau kita. Bila kata-kata yang buruk itu hasilnya adalah penyebab bencana, maka kata-kata yang baik dapat mengundang rahmat dan berkah. Kata yang baik mengundang simpati, menarik hati, menumbuhkan rasa sayang dan kedamaian. Kata-kata dzikir adalah jaminan keuntungan. Hanya dalam waktu 5 menit, seseorang dapat meraih berton-ton pahala, mendapatkan keridhaan dan kecintaan Allah, menjaga waktu agar tak terbuang sia-sia. Rasulullah tercinta pernah memberikan sebuah pesan singkat yang sangat berharga:
ِا ِ ِ ه ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِّن اى ا َّل ْيح َ ِ ُ ْي َ َا َ َ ْي َ " َ َ تَ ا َخف ْيَب َفتَ ا َ َى ا َ ا ثَق َتَ ا ف ا َز ا َح َتَ ا ِ ْي َا "ا ْي َال ِل ِي َ ُ “Dua kata yang mudah diucapkan oleh lisan, berat dalam timbangan, sangat dicintai oleh Dzat yang Maha Penyayang,: Subhanallahi wa bihamdihi Subhanallahil ‘Azhim” (HR. Bukhari dan Muslim). Untuk mengucapkan dua kata agung itu kita perlu waktu tak lebih dari tiga detik. Dalam 1 satu menit kita bisa membaca paling kurang 20 kali. Sangat ringan diucapkan oleh lidah, namun sangat berat dalam timbangan amal. 64
Malam Ke-22
Hidup Bahagia Dengan Bersyukur
Hidup Bahagia Dengan Rasa Syukur Kaum Muslimin Rahimakumullah Menurut bahasa, syukur berarti mengakui perbuatan baik, seperti dalam perkataan, "Aku bersyukur kepada Allah", yang berarti bahwa aku mengakui dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat yang aku dapatkan ini semata-mata adalah pemberian dan kemurahan Allah Swt. Orang Mukmin menyadari bahwa tak sedetik pun dari hidupnya terlepas dari nikmat Allah Swt. Bahkan perasaan bersyukur terhadap nikmat itu sendiri juga merupakan nikmat lain yang sangat besar dan harus disyukuri kembali. Sebab, betapa banyak orang di dunia ini yang tidak tahu atau tidak mau bersyukur terhadap nikmat Allah Swt. Musibah dan cobaan baginya adalah bagian dari nikmat yang besar. Sebab musibah hanya dapat merusak badannya atau hal-hal yang bersifat fisik dan tidak dapat merusak jiwa dan keimanannya. Hal ini karena dia menyadari bahwa di balik cobaan dan bencana tersebut terdapat ganjaran yang besar. Rasulullah Saw bersabda:
ٍ ص ٍ ص ب َو ََّل َه ٍّم َو ََّل ح ُْز ٍن َو ََّل أَ ًذى َو ََّل َؼ ٍّم َح َّتى ال َّش ْو َك ِة ٌُ َشا ُك َها إِ ََّّل َك َّف َر َ ب َو ََّل َو َ َما ٌُصِ ٌبُ ْالمُسْ لِ َم مِنْ َن َّ َُّللاُ ِب َها مِنْ َخ َطا ٌَاه "Tidak satu pun yang menimpa seorang Muslim, dari kepenatan, penyakit, keresahan, kesedihan, perasaan disakiti, kesusahan, sampai duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah mengampuni dosa-dosanya. " (HR Bukhari dan Muslim) Melalui musibah, Allah Swt. akan mengampuni dosa hamba, memberi pahala yang banyak, meninggikan derajatnya, dan akan mencintainya. Kaum Muslimin Rahimakumullah Syukur itu ada kita lalukan dengan tiga hal, yaitu dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Pertama, Syukur Hati
65
Syukur hati adalah dengan mengetahui bahwa yang memberikan nikmat ini adalah Allah Swt. Pengetahuan ini bukan sekadar pengetahuan akal saja, melainkan juga pengetahuan hati berupa perasaan dan keyakinan. Dan, ini sangat penting untuk didakwahkan terutama dalam mendidik anak-anak. Darimana semua nikmat ini datang? Allah berfirman:
ض ََّل إِلَ َه إِ ََّّل ه َُو ِ َّ َّللا َعلَ ٌْ ُك ْم َه ْل مِنْ َخال ٍِق َؼ ٌْ ُر ِ َّ ٌَا أَ ٌُّ َها ال َّناسُ ْاذ ُكرُوا نِعْ َم َة ِ َّْللا ٌَرْ ُزقُ ُك ْم م َِن ال َّس َما ِء َو ْاِلَر ون َ َفؤ َ َّنى ُت ْإ َف ُك "Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; Maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS Fathir [35]: 3) Kedua, Syukur Lisan Lidah manusia merupakan pengungkap kesyukuran hati. Apabila hati dipenuhi oleh kesyukuran kepada Allah, niscaya lisan tak akan berhenti memuji, bertahmid, dan berucap syukur. Coba kita renungkan ucapan Rasulullah Saw. setiap harinya untuk mengungkapkan kesyukuran kepada Allah Swt. -
Ketika bangun dari tidur beliau berucap: ُ َّلل الَّذِيْ أَحْ ٌَا َنا َبعْ َدمَا أَمَا َت َنا َوإِلَ ٌْ ِه ال ُن ش ْو ُر ِ َّ ِ اَ ْلحَ ْم ُد
-
Ketika akan kembali tidur beliau berucap: ََّلل الَّذِيْ أَ ْط َع َم َنا َو َس َقا َنا َو َآوا َنا َف َك ْم ِم َمنْ ََّل َكافًَِ لَ ُه َو ََّل م ُْإ ِوي ِ َّ ِ اَ ْلحَ ْم ُد
Dan banyak zikir lainnya yang isinya adalah puji-pujian kepada Allah Swt. Ketiga, Syukur Aggota Badan Yaitu syukur yang dilakukan selain oleh hati dan lisan. Syukur dengan lisan saja tidaklah cukup hingga dilengkapi dengan syukur anggota badan. Semua ibadah yang dilakukan oleh anggota badan manusia sebenarnya merupakan bentuk kesyukurannya terhadap Rabb-nya. Dalam Surah Al-Naml Allah Swt. Berfirman:
َ ْ َو َقا َل َربِّ أَ ْو ِزعْ نًِ أَنْ أَ ْش ُك َر نِعْ َم َت َك الَّتًِ أَ ْن َعم... ًِضاهُ َوأَ ْدخ ِْلن َ ْصالِحً ا َتر َ ت َعلًََّ َو َعلَى َوالِدَ يَّ َوأَنْ أَعْ َم َل ٌِن َ ِك الصَّالِح َ ِك فًِ عِ َباد َ ِب َرحْ َمت
66
"…Dan dia berdoa: Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada orang tuaku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS Al-Naml [27]: 19) Ayat di tersebut mengisyaratkan bahwa bersyukur dengan lisan saja tidak cukup, tetapi harus diungkapkan juga dengan amal perbuatan. Karena setelah memohon untuk dapat mensyukuri nikmat, Nabi Sulaiman memohon untuk diberi taufik untuk beramal saleh yang Allah ridhai. Tentunya amal saleh yang di maksud adalah ibadah badaniah dan ibadah sosial lainnya. Di antara cara bersyukur dengan anggota badan adalah membantu orang lain, bersedekah, memanfaatkan kepandaian dan pengalaman untuk mengajar ilmu yang bermanfaat, meluangkan waktu kesempatan untuk memerhatikan orang lain. Di antara bentuk bersyukur juga adalah, bersyukur (berterima kasih) kepada manusia. Berterima kasih kepada manusia tidak bertentangan dengan syukur kepada Allah Swt., karena Allah yang memerintahkan untuk berterimakasih kepada manusia. ***
67
Malam Ke-23
Menumbuhkan Rasa Syukur Kaum Muslimin Rahimakumullah Syukur adalah jaminan penambahan nikmat. Semakin kita bersyukur, maka semakin banyak nikmat yang bisa kita dapatkan. Ada beberapa perkara yang mendorong kita untuk bersyukur Pertama, Melihat kepada orang yang diberi nikmat lebih sedikit. Melihat orang yang di bawah akan mendorong seseorang untuk bersyukur dan mengingat nikmat-nikmat Allah yang ada pada dirinya, sedangkan melihat ke atas akan menjadikan orang lupa dengan nikmat Allah yang diberikan kepada diri sendiri, sehingga tidak bersyukur dan tidak rida dengan apa yang dibagi oleh Allah kepadanya. Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis shahih: ُ ظرُوا إِلَى َمنْ ه َُو أَسْ َف َل ِم ْن ُك ْم َو ََّل َت ْن ُ ا ْن َّللا َعلَ ٌْ ُك ْم ِ َّ ظرُوا إِلَى َمنْ ه َُو َف ْو َق ُك ْم َفإِ َّن ُه أَجْ َد ُر أَنْ ََّل َت ْز َدرُوا نِعْ َم َة
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kamu, dan jangan melihat kepada orang yang di atas kamu, karena hal ini akan membantumu untuk tidak meremehkan dan mendustakan nikmat Allah kepadamu." (HR Ahmad, Tirmizi, dan Ibnu Majah)
Kedua, menyadari bahwa segala nikmat, besar atau kecil, akan dihisab oleh Allah Swt. Jika berbentuk harta, di Hari Kiamat akan ditanya dari mana mendapatkannya dan di mana dipergunakan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata menyifati harta duniawi: "Halâluhâ hisâb harâmuhâ 'iqâb" (Yang halal akan dihisab dan yang haram akan menyebabkan azab). Jika berbentuk waktu, maka akan ditanya seperti dalam hadis Nabi Saw. "Wa 'an al-'umri fî mâ afnâhâ (ditanyakan tentang umurnya, lalu di mana dihabiskan). Dengan merenungkan hal ini maka kita akan berusaha mensyukuri nikmat Allah, apa pun bentuknya, sedikit atau banyak. Karena boleh jadi dengan kesyukuran ini Allah akan meringankan hisab dan menghalangi kita dari neraka, karena Dia meridai kita dengan kesyukuran itu. Rasulullah Saw. bersabda:
68
َّ صلَّى َّللا لَ ٌَرْ ضَى َعنْ ا ْل َع ْب ِد أَنْ ٌَؤْ ُك َل ْاِلَ ْكلَ َة َ َّللا ِ َّ ْن مَالِكٍ َقا َل َقا َل رَ سُو ُل َ َّ ََّّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم إِن ِ سب ِ َعنْ أَ َن َف ٌَحْ َم َدهُ َعلَ ٌْهَا أَ ْو ٌَ ْشرَ بَ ال َّشرْ َب َة َف ٌَحْ َم َدهُ َعلَ ٌْهَا “Dari Anas bin Malik r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah sangat meridhai seorang hamba yang memuji Allah dengan sesuap makanan yang dia makan atau seteguk minuman yang dia minum." (HR Muslim) Ketiga, Memohon kepada Allah untuk menolong kita dalam bersyukur kepada-Nya seperti sabda Rasulullah Saw.:
ُ َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َو َسلَّ َم أَ َخ َذ ِب ٌَ ِد ِه َو َقا َل ٌَا ُمع َّ صلَّى ًَّللا إِ ِّن ِ ُ َّللا إِ ِّنً َِل ِ َّ ك َو َ ح ُّب ِ َّ َاذ َو َ َّللا ِ َّ ْن جَ ب ٍَل أَنَّ رَ سُو َل ِ َعنْ ُمعَا ِذ ب ُ ك ٌَا ُمع ُ ك َو ك َوحُسْ ِن ِ ُ َِل َ ش ْك ِر َ َاذ ََّل َت َدعَنَّ فًِ ُدب ُِر ُك ِّل ص َََل ٍة َتقُو ُل اللَّ ُه َّم أَ ِع ِّنً َعلَى ِذ ْك ِر َ ٌ ِك َف َقا َل أُوص َ ح ُّب ك َ ِِعبَا َدت
Dari Muadz bin Jabal r.a., bahwa Rasulullah Saw. mengambil tangannya dan bersabda: "Wahai Muadz, sungguh aku mencintaimu, demi Allah aku sangat mencintaimu," kemudian beliau berkata, "Aku mewasiatkan kepadamu wahai Muadz, jangan sampai engkau meninggalkan di pengujung setiap shalatmu untuk berdoa, 'Ya, Allah, tolonglah aku untuk berzikir kepada-Mu dan mensyukuri-Mu, dan kebaikan ibadahku kepada-Mu." (HR Abu Dâwûd) ***
69
Malam Ke-24
Meraih Akhir Hidup Yang Bahagia
Kaum Muslimin Rahimakumullah Kalau diberi kesempatan untuk menentukan usia, Anda mau hidup sampai usia berapa? 60 tahun? 70 tahun? 85 tahun? 100 tahun? 120 tahun? Berapapun..... Setelah mencapai usia itu lalu apa lagi? Ujung-ujungnya hidup tetap akan berakhir. Kematian menanti setiap insan. Sebuah kepastian yang tak dapat dipungkiri. Gerbang akhir kehidupan itu akan terus terbuka dan semua orang pasti akan memasukinya. Lihatlah anggota keluarga kita yang ada saat ini? Diantara mereka siapakah yang setahun yang lalu, beberapa bulan yang lalu atau beberapa hari yang lalu masih bersama kita, namun kini telah tiada. Entah itu ayah, ibu, anak, suami, istri, ataupun sanak saudara. Masih terbayang senyum manis mereka saat bercengkrama, obrolan akrab penuh canda, melakukan sesuatu bersama dalam suasana penuh kekeluargaan. Tapi kini dimanakah mereka? Hanya kenangan yang tersisa. Batu pusara menjadi saksi bahwa mereka pernah menjadi penduduk dunia. Kita pun akan seperti itu. Kematian bukan hanya milik orang lain. Suatu ketika ia akan datang menjelang, mengambil nyawa, dan itulah akhir kehidupan kita. Di suatu waktu, yang menjemput kita di sekolah bukan lagi ayah atau ibu, mungkin saja paman atau keluarga yang lain. Sebab mereka berdua telah dipanggil pulang oleh Allah. Di suatu waktu, tak ada lagi hidangan masakan istimewa dari istri tercinta, tak ada lagi canda tawa penuh bahagia. Tak ada lagi saat-saat bercengkrama yang sangat mengesankan. Sebab sang istri telah kembali pulang ke negeri asal. Di suatu waktu, tak terdengar lagi suara anak-anak kita yang tersayang. Tak terlihat lagi senyum ceria mereka, aktifitas yang menggemaskan, atau rengekan penuh kemanjaan. Tempat tidurnya telah kosong. Sebab malaikati Izrail telah datang menjemputnya. Di suatu waktu, tak ada lagi suara ibu yang penuh kasih sayang dan terdengar sedikit berubah seiring usianya yang semakin menua. Tidak ada lagi belaian yang tulus dari tangan penuh kerja keras, menjaga kita sejak belia. Tak ada lagi tatapan cinta yang tampak dari
70
kedua mata, yang senantiasa begadang, sangat perhatian, dan sering mencucurkan air mata untuk kesuksesan hidup kita. Di suatu waktu, kita pasti akan mendengar suara sanak saudara, keluarga dan masyarakat sekitar yang datang melayat, melaksanakan shalat jenazah, memanjatkan doa-doa, menyampaikan pesan-kesan dan kenangan tentang almarhum yang kini telah terbujur kaku terbungkus kain kafan, yaitu diri kita. Mereka membawa kita ke liang lahat, menimbuni kita dengan tanah, kemudian meninggalkan diri kita sendirian di tanah pekuburan. Mungkin akan terdengar sedikit isak tangis, tapi lama kelamaan, kesedihan itu mulai hilang. Dan akhirnya kita pun dilupakan. Beruntung kalau ada yang mau memandikan, mengkafani, menyalatkan, menguburkan, atau mendoakan kita. Sebab saat itu kita tidak bisa apa-apa lagi. Kalau tidak, maka jasad kita hanya akan terbuang begitu saja, menjadi bangkai, santapan burung-burung dan hewan liar. Kaum Muslimin Rahimakumullah Kematian bukan persoalan menjaga kesehatan, makan-makanan bergizi, konsumsi vitamin dan suplemen, olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup. mati adalah mati. Tak bisa dijinakkan oleh apapun juga. Bila waktunya telah tiba, maka cerita hidup di dunia pun berakhir sudah. Api kebencian akan dibawa mati jika tidak segera diselesikan. Dendam kesumat membara tersimpan di dalam hati. Asap letupannya terwariskan sampaik ke anak cucu, mewariskan keburukan jariyah, menjadi investasi dosa yang terus mengalir walaupun ia sudah berada di alam barzakh. Penyesalan tak lagi berguna.. Derita dan nestapa sepanjang masa... Kalau kita yang salah, kenapa tidak mulai meminta maaf? Kalaupun kawan kita yang salah, kenapa tidak mau memaafkan? Sungguh, orang yang terbaik adalah yang paling awal berinisiatif untuk memperbaiki hubungan, memperkokoh tali silaturrahmi, menjaga hubungan yang ada agar tetap harmonis. Selamat, bila Anda adalah orang yang seperti itu...! Sungguh banyak kebaikan yang telah Anda dapatkan dengan menjaga silaturrahmi. ***
71
Saudaraku, pernahkah engkau berpikir tentang persoalan besar ini? Itu pasti dan kelak kita pun akan menemui. Sejak nafar terakhir berhembus sampai ke akhirat nanti, harta kekayaan tak akan berguna. Jabatan sosial hanya menjadi kenangan semata. Semua akan berdampak buruk bagi kita bila ternyata kita memanfaatkannya untuk keburukan, begitupula sebaliknya. Satu hal yang paling berharga dan menjamin keselamatan kita dalam kehidupan selanjutnya adalah keyakinan tidak ada Tuhan selain Allah. Bila ini bisa kita pertahankan sampai akhir hayat, maka itu adalah alamat bahagia. Namun jika tidak, maka di sana menanti kehidupan yang sengsara. Perhatikan benar persoalan Lailaaha illallah ini, sebab ia akan menjadi modal kita yang utama. Ucapan ini adalah jaminan utama agar kita dibebaskan dari neraka dan diberikan karunia masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda:
َ ا َ َى َاِ َ ِ َّل َ َخ َ اْي َ َّل َ َ ِاَ َ ِ َّل ا َّل ُ ثُ َّلي: َ ِ ْي َ ْي ٍ قَ َا “Sesugguhnya setiap hamba yang mengucapkan Lailaaha illallah kemudian meninggal dalam keadaan tersebut maka ia akan masuk surga” (HR. Al-Bukhari).
72
Malam Ke-25
Membangun Kesabaran, Meraih Kemenangan
Membangun Kesabaran Meraih Kemenangan Rasulullah Bersabda;
َوأَنَّ َم َع ْالعُسْ ِر ٌُسْ رً ا, ب َّ َواعْ لَ ْم أَنَّ ال َّنصْ َر َم َع ال ِ ْ َوأَنَّ ْال َف َر َ َم َع ْال َكر, صب ِْر “Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, ada jalan keluaran dalam setiap persoalan, dan ada kemudahan dalam setiap kesusahan” (HR. Al-Baihaqi) Kaum Muslimin Rahimakumullah Sabar itu benar-benar ajaib dan sudah terbukti pada kehidupan banyak orang. Bila kita memperhatikan kisah hidup orang-orang sukses, maka akan kita dapati bahwa kehidupan mereka penuh dengan keuletan dan kerja keras dalam waktu yang lama. Sebab tak ada kesuksesan yang datang begitu saja tanpa diusahakan dengan sungguh-sungguh. Semua butuh proses. Seoarang pengusaha sukses tidak meraih kesuksesan begitu saja. Dibalik kesuksesannya ada kerja keras yang ia lakukan dengan sungguh-sungguh, bahkan dihiasi oleh kisah jatuh bangun dan kemudian bangun lagi dan terus bekerja. Seorang pelajar yang sukses juga melalui masa-masa perjuangan dalam belajar dan menempuh pendidikannya. Hidupnya diisi oleh ketekunan untuk membaca, menulis, menambah ilmu, meningkatkan pengetahuan, dan mengasah keterampilan. Kekuatan untuk bertahan dan melakukan yang terbaik dalam keadaan apapun itulah kesabaran. Atau dalam pengertian lain, sabar adalah kemampuan menahan diri dan mengendalikan emosi. Siapa yang sabar dialah yang sukses. Apapun yang kita inginkan pasti akan bisa dicapai asal diusahakan dengan sungguh-sungguh. Tanpa kesabaran, maka apapun yang diinginkan tidak akan pernah tercapai. Kesabaran itu tidak hanya diperlukan ketika mendapatkan musibah; saat ada keluarga meninggal, terkena sakit, tertimpa musibah, atau terkena hal-hal lain yang tidak mengenakkan. Namun ia juga dapat menjadi bahan bakar utama untuk bergerak dan mendapatkan berbagai harapan dan cita-cita.
73
Dari kesabaranlah ini kemudian lahir aneka sifat terpuji lainnya. Sabar adalah mesin produksi akhlakul karimah. Kesabaran untuk menghargai waktu akan melahirkan kedisiplinan. Kesabaran meletakkan sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan susunannya melahirkan kerapian dan ketertiban. Kesabaran dalam bekerja keras dengan giat melahirkan keuletan dan kegigihan. Kesabaran untuk menjaga sikap, berbuat baik kepada orang lain, selalu tersenyum dan senantiasa mengulurkan tangan melahirkan keramahan dan kesopanan. Kesabaran untuk bertahan dan terus berusaha dengan keras melahirkan keberanian. Sabar dan menjaga diri dari hal-hal yang haram melahirkan kezuhudan. Sabar dalam berkata dan bersikap melahirkan kelembutan dan kesantunan. Sabar dan menahan diri untuk tenggelam dalam keduniaan melahirkan sifat wara'. Sabar untuk terus memberi dalam kondisi apapun melahirkan kedermawanan. Maka sabar menjadi sebuah karunia yang luar biasa dan tiada bandingannya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyatakan: "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (HR. Bukhari dan Muslim) Dengan bermodalkan kesabaran seseorang bisa mendapatkan kesuksesan dan mencapai derajat yang mulia. Kesabaran untuk terus gigih menghadapi hidup mengantarkan seseorang menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kaum Muslimin Rahimakumullah Dalam hidup ini ada beberapa kondisi di mana seorang Mukmin dituntut untuk bersabar. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ketika ditimpa musibah dan bencana Sudah menjadi ketetapan Allah Swt., bahwa Dia mencipta manusia dan akan mengujinya dengan ketakutan, kelaparan, kepayahan, kepenatan, dan kesusahan. Tidak peduli orang beriman atau tidak. Masing-masing akan bersusah payah untuk mendapatkan keinginannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus bersusah payah demi mencapai targetnya, dia harus bekerja sekuatnya untuk menjaga kepentingannya, dia harus berlelah-lelah mengurusnya. Bagi orang yang beriman, dia harus tahan ujian baik lahir maupun batin demi menjaga dan membela keimanannya. Begitu juga dengan orang kafir yang hendak menghalangi orang beriman menyembah Rabb-nya, mereka harus bersusah 74
payah siang dan malam, dengan menggunakan segala cara. Intinya bahwa, susah payah, beban hidup, dan bencana memang telah menjadi ketentuan yang harus dijalani manusia, dan semuanya akan berjalan sesuai dengan kehendak dan ketentuan Allah Swt. Dia berfirman:
ان فًِ َك َب ٍد َ اْل ْن َس ِ ْ لَ َق ْد َخلَ ْق َنا "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS Al-Balad: 4)
2. Ketika nafsu membara Pada hakikatnya nafsu syahwat adalah fitrah yang diletakkan Allah dalam setiap jiwa. Dia bukan untuk dihilangkan melainkan untuk dikendalikan, dilatih dan disalurkan pada tempatnya dengan benar. Oleh karena itu Islam melarang pengebirian dan mensyariahkan pernikahan. Nafsu memiliki potensi positif jika digunakan pada tempatnya. Artinya bahwa seseorang akan mendapat pahala besar ketika dia mampu menahan nafsunya dengan tidak menyalurkannya pada hal-hal yang haram. Kalau dia tidak punya nafsu, maka maksiat yang dia tinggalkan tidak akan mendatangkan pahala yang besar, karena tidak ada ujian bagi dirinya ketika itu, dan tidak ada nilai lebih karena memang tidak ada tantangan. Sebaliknya nafsu memiliki potensi negatif ketika dia selalu diperturutkan dan tidak disalurkan pada tempatnya. Dapat diilustrasikan bahwa nafsu bagaikan kuda tunggangan bagi manusia. Jika si penunggang kuda tidak mengekang dan melatih kudanya dengan baik, maka akan membahayakan dirinya sendiri. Sebab menunggang kuda liar akan mengakibatkan seseorang terombang-ambing, bahkan terpental dan akhirnya terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Tetapi kalau dia dapat dikendalikan dengan baik dan telah terlatih, maka dia akan membantu manusia dalam perjalanan hidupnya menuju Allah Swt. 3. Ketika mendapatkan kenikmatan Allah Swt. menyatakan:
ون َ ُِك ُه ُم ْال َخاسِ ر َ َّللا َو َمنْ ٌَ ْف َع ْل َذل َِك َفؤُولَئ ِ َّ ٌِن آَ َم ُنوا ََّل ُت ْل ِه ُك ْم أَمْ َوالُ ُك ْم َو ََّل أَ ْو ََّل ُد ُك ْم َعنْ ذ ِْك ِر َ ٌَا أَ ٌُّ َها الَّذ
75
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS Al-Munafiqun: 9) Manusia terkadang mampu bersabar ketika ditimpa musiabah. Akan tetapi dia takluk dan tidak mampu menahan diri untuk bersabar ketika mendapat kenikmatan besar. Sebagian orang ketika diuji dengan penjara mampu bersabar. Tapi ketika dia diuji setelah itu dengan kesenangan, dibukakan kepadanya dunia berupa harta, keturunan yang banyak, jabatan yang tinggi, posisi yang terhormat, dia malah tidak mampu bersabar. Cara bersabar dalam kenikmatan adalah dengan menjaga kesyukuran dan memanfaatkan nikmat-nikmat tersebut sesuai apa yang diridhai oleh Allah. ***
76
Malam Ke-26
Membaca Aib Diri Sendiri
Kaum Muslimin Rahimakumullah Dalam sebuah kesempatan, Umar bin Khattab pernah berpesan: ب َؼ ًدا أَنْ ُتحَ اسِ ب ُْوا أَ ْنفُ َس ُك ُم ا ْلٌ َْو َم ِ حسَا ِ حَ اسِ ب ُْوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َق ْب َل أَنْ ُتحَ ا َسب ُْوا َو ِز ُن ْوا أَعْ مَالَ ُك ْم َق ْب َل أَنْ ُت ْو َز ُن ْوا َفإِ َّن ُه أَهْ َونُ فِى ا ْل "Hisablah diri kalian sebelum kelak dihisab di akhirat dan timbanglah amalan kalian sebelum nantinya ditimbang di Hari Kiamat. Sungguh lebih mudah kamu menghisab dirimu sekarang daripada nanti besok dihisab di padang mahsyar." Selain sifat manusia yang lemah, mudah lupa, khilaf, kikir, dan berkeluh kesah, penyebab terjerumusnya manusia ke dalam lembah kenistaan dan kemaksiatan adalah godaan setan yang gencar dari segala penjuru. Menyadari begitu rentan dan lemahnya kita sebagai manusia dari godaan setan yang menyesatkan dan menghalangi kita dari ajaran Allah serta melalaikan kita dari mengingat-Nya, maka jelas pemahaman dan kesadaran untuk selalu murâqabah dan muhâsabah adalah satu kemestian. Sungguh orang yang sangat beruntung adalah orang yang sibuk memperbaiki aib diri sendiri daripada mencari-cari aib orang lain. Sesungguhnya bila Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah akan memberikan kesempatan kepada hamba tersebut untuk mengetahui aib dan kekurangannya untuk diperbaiki di kemudian hari. Dalam kitab Ihya 'Ulum Ad-dîn, Imam Al-Ghazali menyebutkan empat cara yang bisa digunakan untuk mengetahui kekurangan diri sendiri: Pertama; duduk di hadapan seorang guru yang bisa melihat aib dan kekurangan diri kita. Mintalah pengarahan darinya untuk menunjukkan kekurangan yang ada sekaligus meminta solusi bagaimana menutupi kekurangan-kekurangan tersebut. Kedua; meminta kepada kawan yang jujur dan baik dalam beragama untuk mengawasi dan mengingatkannya serta menunjukkan kepadanya kekurangan dirinya. Demikianlah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shaleh dan para ulama. Umar bin Khattab pernah berkata; "Semoga Allah merahmati orang-orang yang mau menunjukkan kepadaku akan aib dan kekuranganku." Dalam sebuah pepatah dikatakan; temanmu adalah orang yang berkata benar tentangmu, bukan orang yang selalu membenarkanmu.
77
Ketiga; memanfaatkah lidah para musuh. Orang yang di hatinya ada kedengkian dan permusuhan akan selalu mencari-cari kekurangan orang yang dimusuhinya. Hal ini ini bisa dimanfaatkan untuk mengetahui celah-celah diri dan kemudian memperbaikinya. Musuh yang selalu dapat menunjukkan dan memberikan masukan tentang kekurangan diri jauh lebih bermanfaat daripada kawan yang hanya bisa memuji dan membenarkan kita dalam setiap tindakan. Keempat; memperluas pergaulan dan interaksi. Seorang Mukmin adalah cermin dari saudaranya. Dia dapat memerhatikan tingkah laku orang-orang yang ada di sekitarnya untuk memperbaiki dirinya. Apa yang baik dicontohnya dan apa yang buruk dari perilaku mereka segera ditinggalkannya. Nabi Isa a.s. pernah ditanya; siapakah yang mendidikmu (sehingga engkau bisa memiliki akhlak yang mulia)? Nabi Isa menjawab; "Tidak seorang pun yang mendidikku. Hanya saja bila aku melihat perbuatan yang tidak terpuji dari seseorang, maka aku menjauhi perbuatan itu.” Kaum Muslimin Rahimakumullah Seseorang yang rajin ber-muhâsabah akan mudah melakukan perbaikan pada dirinya. Dia juga akan rajin meneliti, mengintrospeksi, mengoreksi dan menganalisa baik dan buruk dirinya. Sehingga dia mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi faktor kekuatan dirinya yang harus disyukuri dan dioptimalkan, serta kekurangan yang harus diperbaiki, ditutupi dengan kebaikan atau dihilangkan. Lalu bahaya-bahaya apa yang mengancam diri dan aqidahnya sehingga harus diantisipasi, dan akhirnya peluang-peluang kebajikan apa saja yang dimilikinya yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Waktu yang terus berlalu hendakanya bisa kita manfaatkan untuk terus memperbaiki diri ini dari hari ke hari. Semoga Allah terus membimbing kita semua. Amin.
***
78
Malam Ke-27
Hikmah Zakat dan Sedekah ار َو ْال َب ِخ ٌْ ُل ِ ال َّسخِىُّ َق ِرٌْبٌ م َِّن: َّللا ِ َقا َل َرس ُْو ُل ِ َّللا َق ِرٌْبٌ م َِّن ال َّن ِ اس َق ِرٌْبٌ م َِّن ْال َج َّن ِة َب ِع ٌْ ٌد م َِّن ال َّن َّْللا مِّن ِ ار َو ْال َجا ِه ُل ال َّسخِىُّ أَ َحبُّ إِ َلى ِ َب ِع ٌْ ٌد م َِّن ِ َّللا َب ِع ٌْ ٌد م َِّن ال َّن ِ اس َب ِع ٌْ ٌد م َِّن ْال َج َّن ِة َق ِرٌْبٌ م َِّن ال َّن {.َع ِاب ٍد َب ِخٌ ٍْل {رواه ال ّترمذى Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekah dengan syurga, dan jauh dari neraka. Dan orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dengan neraka. Orang yang jahil (bodoh) tapi pemurah, itu lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah tapi bakhil”. (HR. AtTirmidzi). Kaum Muslimin Rahimakumullah Kedermawanan adalah salah satu akhlak yang mulia. Rasulullah Saw. terkenal sebagai seorang yang sangat dermawan, terlebih lagi di Bulan Ramadan. Setiap kebaikan yang kita lakukan akan dibalas berlipat ganda dan sama sekali tidak akan mengurangi harta. Sementara sifat kikir hanyalah akan menghancurkan harta yang kita miliki. Setiap pagi di pintu rumah kita ada Malaikat yang mendo’akan:
ً ت ُم ْمسِ كا ً َتلَفا ِ ت ُم ْنفِقا ً َخلَفا ً َوا ْئ ِ اللّه ّم ا ْئ. “Ya Allah berilah orang yang berinfaq itu pengganti, dan orang yang menahan diri (dari berzakat/berinfaq) kehancuran”. Kebiasaan senang memberi akan memberikan dampak yang sangat baik dalam kehidupan. Seorang yagn senang memberi, maka hartanya akan semakin bertambah, berkah dan melimpah. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Ajaran zakat, infaq dan shadaqah sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi, sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi kepada orang yang berhak menerimanya. 79
Kaum Muslimin Rahimakumullah Zakat berarti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (mustahiq) dengan persyaratan tertentu pula Infaq dan shadaqah mempunyai makna mengeluarkan harta untuk kepentingan-kepentingan yang diperintahkan Allah SWT di luar zakat. Shadaqah kadangkala dipergunakan untuk sesuatu yang bersifat non materi Zakat adalah bagian dari keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan akan kebenaran ajaranNya, perwujudan syukur nikmat, terutama nikmat benda dan meminimalisir sifat kikir, materialistik, egoistik dan hanya mementingkan diri sendiri. Sifat bakhil adalah sifat yang tercela yang akan menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. Kecemburuan orang-orang miskin kepada orang kaya akan berkurang. Tindak kejahatan banyak terlahir dari kecemburuan akibat perbedaan yang mencolok, dan adanya jurang yang mendalam
antara kehidupan si miskin dan si kaya. Zakat sangat berpengaruh dalam
menciptakan ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan sosial. Lebih dari itu, zakat dapat menyucikan diri dan harta dari berbagai hal yang mengotorinya. Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan,
َّ ص ََل َت َك َس َكنٌ لَ ُه ْم َو َّللاُ َس ِمٌعٌ َعلٌِ ٌم َ َّص ِّل َعلٌَ ِْه ْم إِن َ ٌه ْم ِب َها َو َ ُخ ْذ مِنْ أَمْ َوال ِِه ْم ِ صدَ َق ًة ُت َطهِّرُ ُه ْم َو ُت َز ِّك “Ambillah zakat dari harta mereka, untuk menyucikan dan membersihkan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doamu akan memberikan ketenangan kepada mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah: 103)
80
Malam Ke-28
Menikmati Hidup Dengan Qana’ah
Kaum Muslimin Rahimakumullah Salah satu pendidikan Ramadan adalah melatih kita agar menjadi hamba yang qana’ah atau merasa cukup atas nikmat yang ada. Sebenarnya kita semua ini bergelimang dalam nikmat bila kita menyadarinya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan At-Thabarani, bahwa Rasulullah Saw..pernah bersabda:
فَ َكأَنَّل َ ِح َز ْي،ِ ِوا ََب ْيو ُ ُ ِ ْي َ هُ ق،ِ ِ آ ِ ً فِ ِ ْي،ِِ " « َ ْي أَ ْي َ َ ُ َل فًى فِ َ َ نُ َرَ ه." » َا اَ ُ ا ُّط نْيَب ا َّلََب َ نِ ُّط “Barang siapa yang berpagi-pagi ; badannya sehat walafiat, kehidupannya aman, ada makanan untuk hari itu, maka sungguh telah diberikan padanya kehidupan dunia” (HR. Ath-Thabrani). Ketiga hal inilah yang menjadi inti kehidupan dunia; kesehatan, keamanan dan ketersediaan makanan. Inilah pokok kenikmatan kita di dunia. Tiga unsur inilah yang menjadi inti kebahagiaan, bukan pada uang dan harta benda yang banyak. Kekayaan menjadi terasa berarti apabila dibarengi oleh ketiga hal ini. Tanpa itu yang ada hanyalah kesusahan. Sebab kesehatan, keamanan, dan ketersediaan makanan langsung berhubungan dengan kita, sementara uang dan harta itu lebih banyak berhubungan dengan orang lain. Kaum Muslimin Rahimakumullah Saya ingin bertanya: Maukah Bapak-ibu; bila ada datang ingin membeli mata bapak-ibu seharga 100 juta rupiah, dan sebagai gantinya bapak-ibu tidak bisa melihat? Maukah Bapak-ibu; bila ada datang ingin membeli telinga bapak-ibu seharga 100 juta rupiah, dan sebagai gantinya bapak-ibu tidak bisa mendengar? Maukah Bapak-ibu; bila ada datang ingin member bapak-ibu uang 100 juta rupiah, dan sebagai gantinya ia ingin mengambil kaki dan tangan bapak-ibu?
81
Atau tidak usah kaki dan tangan, yang diambil hanyalah jari telunjuk bapak-ibu tangan kanan bapak-ibu, dipotong dengan pisau, dan sebagai gantinya bapak-ibu diberi 100 juta rupiah? Kalau saya, pasti tidak akan mau. Mau dibeli dengan harga bermilyar-milyar pun saya tidak akan mau memberikan anggota tubuh ini untuk dijual. Saya yakin bapak-ibu pun begitu. Anggota tubuh adalah fasilitas hidup paling berharga yang kita punyai. Dengan anggota tubuh ini kita bisa berbuat lebih banyak, melakukan apa yang kita sukai, dan menikmati setiap jengkal kehidupan ini dengan nikmat. Kalau misalnya, setiap anggota tubuh ini kita beri harga 100 juta rupiah misalnya, maka dengan kelengkapan jumlah anggota tubuh yang ada kemana-mana kita kita ini menenteng uang milyaran rupiah. Maka apa artinya uang dan kekayaan dibandingkan dengan nikmat anggota tubuh yang sehat. Ketika mata sakit, kita harus membayar puluhan ribu bahkan ratusan ribu untuk membuatnya sehat. Ketika mata kurang awas dan perlu kaca mata, berapa lagi uang yang harus kita keluarkan. Apalagi ketika mata kita sampai buta dan tidak bisa melihat, maka akan banyak sekali aktifitas kita yang harus terhenti. Beratus ribu bahkan berjuta orang yang terbaring lemah dan menderita karena berbagai penyakit di dunia ini, namun hingga kita masih tetap diberikan keafiatan. Atau pun kalau kita sendiri sakit, maka masih banyak lagi yang kondisinya lebih buruk dengan apa yang kita alami saat ini. Hingga kini kita diberikan kesempatan menghirup udara dengan bebas, menikmati semilir angin yang membelai tubuh, merasakan segarnya air yang membasahi kerongkongan. Kita pun masih diberikan kesempatan merebahkan diri dan tidur dengan nyenyak. Semua ini adalah karunia tak dapat nilai oleh uang berapa pun jumlahnya. Nikmat Kedua, Keamanan Alhamdulillah sampai saat ini kita masih bisa makan dengan enak, tidur dengan nyenyak. Pergi bekerja dengan tenang, pulang kerja dengan hati yang lapang. Mau ke sekolah, ke toko, ke pasar, kemana saja, kita pergi dengan sesuka hati. Tapi tidak demikian di tempat-tempat yang lain. Kita mungkin pernah mendengar di banyak tempat terjadi banyak kekacauan, perampokan, pencurian, penodongan, atau
82
pengrusakan akibat tawuran dan perkelahian. Anda sendiri mungkin pernah mengalami. Betapa tidak enaknya hidup dalam ketakutan seperti itu. Kita bisa membayangkan betapa sengsara kondisi negara-negara lain yang tidak mengalami keamanan selama bertahun-tahun lamanya. Terutama kondisi negara-negara muslim yang didera konflik dalam negeri, seperti Irak, Darfur, Libya, dan terutama Palestina. Mereka merasakan duka nestapa yang berpanjangan. Perasaan takut selalu menyelinap. Alam semesta turut berduka dengan apa yang menimpa saudara-saudara kita di sana. Nikmat ketiga: Ketersediaan Makanan Akibat konflik itu, kadang berpengaruh kepada kekurangan bahan makanan. Kita sering menyaksikan betapa penyakit busung lapar mewabah dengan luas di Afrika. Baik karena ketiadaan makan dan obat-obatan, atau karena makanan yang sudah tercampur racun atau unsur kimia yang tidak baik bagi kesehatan. Kedinginan tanpa selimut, kedinginan tanpa tempat bernaung. Air minum pun tidak ada. Kalau pun ada, ia bersumber dari tempat yang kotor. Bahkan ada yang mengatakan bahwa air yang ada di kamar mandi di rumah kita, jauh lebih bersih dari air yang dijadikan sumber minum banyak orang yang ada di Afrika sana. Ada pula yang kekurangan makanan karena tidak mampu membeli. Hidup dengan serba kekurangan. Tidak punya uang walau hanya untuk membeli sesuap nasi yang membuatnya bertahan untuk hidup. Sementara kita saat ini masih ada makanan yang bisa kita nikmati. Bentuknya beraneka macam, dengan berbagai warna dan rasa. Mulai dari makanan yang ringan sampai makanan berat. Semua ini menggerakkan kita untuk bersyukur, berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang terkira. Ketiga nikmat ini; kesehatan, keamanan, dan ketersediaan makanan adalah unsur utama dalam menjaga keutuhan hidup. Saat ini memilikinya, maka sekan-akan kita telah memiliki dunia lengkap dengan segala isinya. Sebab kenikmatan yang lain hanyalah pelengkap. Ketika kita memiliki unsur ini, ditambah lagi dengan kenikmatan yang lain, maka kita sudah mendapatkan anugerah yang luar biasa. Suatu ketika datang seseorang datang kepada sahabat Amr bin Ash mengadukan kesusahan dan kefakiran hidupnya. “Apakah saat ini kamu merasa sehat?” tanya Amr.
83
“Ya, saya merasakan kesehatan” jawab orang ini “Apakah kamu merasa aman?” “Ya, saya merasa aman” “Apakah kamu punya persediaan makanan?” “Ya saya punya” “Kalau begitu kamu telah memiliki dunia “ “Saya juga masih memiliki pembantu” “Kalau begitu kamu adalah raja” kata Amr bin Ash. ***
84
Malam Ke-29
Selamat Jalan Ramadhan
Kaum Muslimin Rahimakumullah Hari-hari Ramadan terus berlalu bergabung ke satuan waktu masa silam. Masa perawatan intensif hati ini tidak lama lagi berakhir. Kelak bilangan hari-hari ini akan dihamparkan di pengadilan Rabbul Izzati untuk diperhitungkan setiap menit dan detiknya. Hari-hari kita saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kekuatan menahan keinginan dan perasaan, kesetiaan dalam ucapan, kesejatian dalam sikap, dan ketabahan dalam melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan. Bila saat ini kalah, maka alangkah susahnya mengharap kemenangan sejati di bulan-bulan lainnya. Sebab "Barang siapa yang luput mendapat kebaikan di bulan ini, sungguh benarbenar ia luput dari mendapatkan kebaikan." Keinginan utama diri ini memang untuk menjalankan tugas sebagai hamba Allah dengan sebaik-baiknya. Namun dunia ini masih saja indah di depan mata. Setan tak henti-hentinya berusaha menggelincirkan anak cucu Adam, sesuai dengan komitmen yang ia ikrarkan di hadapan Allah
ٌن َ ِادَك ِم ْن ُه ُم ْالم ُْخلَص َ إِ ََّّل عِ َب. ٌِن َ ض َو َِل ُ ْؼ ِو ٌَ َّن ُه ْم أَجْ َمع ِ َْقا َل َربِّ ِب َما أَ ْؼ َو ٌْ َتنًِ َِل ُ َز ٌِّ َننَّ لَ ُه ْم فًِ ْاِلَر "Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan ma’siat di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang beroleh taufiq di antara mereka" (QS. Al-Hijr: 39-40) Adalah sebuah hal yang pasti kita termasuk dalam lingkup "Ajma’in" yang akan digelincirkan oleh setan, dan sama sekali belum ada jaminan untuk masuk dalam golongan mereka yang "mukhlashin’ (yang mendapat taufiq untuk selalu melaksanakan ketaatan). Sehingga diri inipun masih jatuh-bangun melawan keinginan nafsu yang tak pernah berhenti menggoda. Di saat diri bergelimang dosa, ketaataan pun jarang dilakukan. Hidup dipenuhi hal-hal yang tidak bermanfaat untuk hari esok di akhirat. Sekali melakukan kebaikan, diri ini tidak ikhlas: full riya dan mengharapkan sesuatu yang lain. Sehingga tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Padahal masa beramal itu terbatas. Hidup ini ada ujungnya.
85
Kaum Muslimin Rahimakumullah Hidup kita suatu saat akan berakhir. Harapan yang paling besar bagi kita adalah kita dimasukkan Allah ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Sungguh itulah keberuntungan kita yang sejati. Allah menyatakan: َ خ َل ا ْلجَ َّن َة َف َق ْد َف ُور ِ ار َوأ ُ ْد ِ َف َمنْ ُزحْ ِز َح ع ِ از َومَا ا ْلحَ ٌَاةُ ال ُّد ْنٌَا إِ ََّّل َم َتا ُع ا ْل ُؽر ِ َن ال َّن "Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung." (QS. Ali Imran: 185) Ketika dibangkitkan di hari kiamat nanti, kita akan mengurus diri masing-masing. Di hari itu suasananya sangat berbeda. Semua ditentukan amalnya. " Dan apabila datang suara yang memekakkan [tiupan sangkakala yang kedua], pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak [pula] muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan . Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.." (QS. ‘Abasa: 34-42) Entah kita termasuk golongan yang berseri-seri ataukah yang diliputi kegelapan. Sungguh, sejak awal Ramadan kesempatan untuk menjadi orang yang paling beruntung sangat besar. Peluang terbebas dari neraka jahannam terbentang luas. Dalam hadis shahih, Rasulullah sudah menyatakan "Sesungguhnya Allah membebaskan sejumlah hambahambanya dari api neraka setiap siang dan malam di Bulan Ramadan." Hadits Riwayat AlBazzar. Maka tak ada rasa putus asa bagi jiwa-jiwa yang merasa berdosa. Masih ada beberapa jam waktu tersisa untuk berlomba menuju surga. Pintu maghfirah terbuka lebar, terutama di malam-malam terakhir bulan Ramadan ini. Malam-malamnya menjadi malam yang terbaik di sepanjang kehidupan umat Nabi Muhammad Saw. Saatnya untuk sejenak mengistirahatkan diri dari kepenatan duniawi. Saatnya melepaskan beban-beban dosa yang semakin tak tertanggungkan lagi. Saatnya untuk bersimpuh khusyu di haribaan Ilahi, mengejar rahmat dan mengemis ampunan dari Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Rabbi Inni zhalamtu nafsi, faghfirli… 86
Malam Ke-30
Kembali Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah Setelah melalui pendidikan Ramadan, semoga kita benar-benar bisa menjadi hamba Allah yang sejati. Yaitu hamba yang selalu menyerahkan diri kepada-Nya, tunduk kepada ketentuan-Nya, dan sepenuh keikhlasan dalam melaksanakan segala ibadah dan pengadian kepada-Nya sepanjang hayat. Salah satu yang penjadi penghalang dan merusak hubungan kita dengan Allah Swt. adalah dosa. Maka sudah sepantasnya kita berusaha untuk selalu beristighfar dan meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang telah kita lakukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,
َّ ار َج َع َل ُ ٌْ ٌق َم ْخ َرجً ا َو ِمنْ ُك ِّل َه ٍّم َف َرجً ا َو َر َز َق ُه ِمنْ َح َ « َمنْ لَ ِز َم اَّلِسْ ت ِْؽ َف ٍ َِّللا ُ لَ ُه ِمنْ ُك ِّل ض ». َُّلَ ٌَحْ َتسِ ب “Barangsiapa yang membiasakan beristighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap kesempitan, memberikan kemudahan dalam setiap kesusahan, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka" (HR. Abu Daud)
Kaum Muslimin Rahimakumullah Dulu selama beberapa waktu lamanya Bani Israil pernah dilanda bencana yang teramat sangat. Hujan lama tak turun, kelaparan melanda rakyat di seluruh negeri. Mereka pun meminta kepada Nabi Musa untuk memohon kepada Allah agar menurunkan hujan. Nabi Musa kemudian mengumpulkan semua penduduk di tanah lapang dan mengajak mereka berdoa bersama. Sepenuh harap mereka meminta agar Allah menurukan hujan. Namun hujan tidak turun juga. Mereka terus berdoa, "Ya Allah, turunkanlah hujan" Hujan masih tetap tak kunjung turun juga.
87
Allah berfirman kepada Nabi Musa, "Musa, hujan tidak turun karena di antara kalian orang yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun. Karena keburukan maksiatnya, aku mengharamkan hujan dari langit untuk kalian semua" Allah kemudian memerintahkan supaya orang itu dikeluarkan dari daerah tersebut. Musa pun berkata kepada kaumnya, "Wahai Bani Israil, aku bersumpah bahwa di antara kita ada orang yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun. Akibat perbuatannya itu, Allah tidak menurunkan hujan untuk kita. Hujan tidak akan turun hingga orang itu pergi. Demi Allah, wahai pelaku maksiat, engkau harus pergi dari sini..!" Orang yang ahli maksiat itu pun sadar. Ia melihat sekelilingnya, berharap ada orang lain yang melangkah pergi. Namun tak seorang pun yang pergi. Ia lantas berdoa, "Ya Allah, aku telah bermaksiat kepda-Mu selama 40 tahun. Aku mohon Engkau menutupi aibku. Jika aku pergi, pasti aku dilecehkan dan dipermalukan. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Terimalah taubatku dan tutupi aibku ini" Belum sempat ia meninggalkan tempat, hujan langsung turun dengan deras. Nabi Musa terkejut, "Ya Allah, hujan telah turun padahal tak seorang pun dari kami yang pergi." Allah berfirman, "Musa, hujan turun karena aku gembira. Hamba-Ku yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun itu telah bertaubat." Atas hal ini, Musa pun memohon kepada Allah agar menunjukkan orang yang dimaksud itu kepadanya,
sehingga
dia
bisa
menyampaikan
kabar
gembira
tersebut.
Allah
menjawab,"Musa, ia bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun, dan semua Kurahasiakan. Mungkinkah setelah sekarang ia bertaubat, Aku akan mempermalukannya?" Kisah tersebut memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa kemaksiatan dan dosa dapat menghalangi terkabulnya doa, dan turunnya hujan dari langit. Begitula pengaruh buruk maksiat. *** Kaum Muslimin Rahimakumullah Pengaruh buruk itu, kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, antara lain dapat menghalangi turunnya rezeki, menjauhkan pelakunya dengan orang baik, menyulitkan urusan, melemahkan hati, memperpendek umur, merusak akal, hilangnya rasa malu, berkurangnya nikmat, dan mendatangkan azab. 88
Dosa akan memberi dampak buruk bagi kehidupan. Ketika suatu hari anak kita rewel, istri di rumah marah-marah, sikap teman-teman kerja tidak menyenangkan, rezeki sempit, sulit memahami pelajaran, semua pintu peluang tertutup, hati susah, pikiran pun runyam, maka berhentilah sejenak. Bisa jadi ini semua terjadi karena dosa yang dilakukan sebelumnya. Rasulullah menyatakan bahwa pengaruh dosa akan kehidupan seseorang sampai-sampai pada hewan tunggangannya. Hewannya itu akan bereaksi tidak sebagaimana biasa ketika sebelumnya sang pemiliknya berbuat dosa. Maka pada masalah rezeki yang sempit, hubungan dengan masyarakat yang rumit, roda kerja usaha yang terseok-seok, semata-mata bukan karena persoalan manajerial, koordinasi, dan lain sebagainya. Perlu evaluasi kembali, jangan-jangan ini karena tumpukan dosa-dosa yang membuat hati kelam dan tertutup melihat peluang dan petunjuk-petunjuk yang semestinya sudah berada di depan mata. Dosa itu menutup mata hati. Kalau dulu ia bersinar, bercak-bercak dosa itulah yang menutup hati sehingga tidak bisa melihat apa-apa lagi. Dosa itulah yang membuat usaha kita tidak berkah, menjadikan pekerjaan kita tidak menghasilkan apa-apa. Uang oleh banyak, tapi kalau tanpa berkah hanya akan membawa celaka dan mengundang malapetaka. Atau suatu ketika akan hilang dan entah lari kemana. Kaum Muslimin Rahimakumullah Sebulan penuh kita telah melaksanakan ibadah puasa. Kita sangat berharap, semoga Allah menerima segala amal kebaikan yang telah kita lakukan. Kita juga bermohon, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan membebaskan kita dari api neraka. Kita berusaha untuk selalu meramadhankan hati dalam menghadapi sebelas bulan mendatang. Kita berusaha untuk tetap istiqamah dalam shalat lima waktu, tilawah AlQur’an, dan berbagai amal kebaikan lainnya. Semoga rahmat Allah terus menghampiri kita kapan dan dimana pun kita berada. Amin.
89
Suplemen Hadits-hadits Shahih Seputar Ramadan Tarhib Bulan Ramadhan
Tarhib artinya: sambutan. Bagaimana Rasulullah saw men-tarhib Ramadhan? Inilah hadits shahih tentang itu:
ُ ُ َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ قَ َا قَ َا َر َ َوا ا َّل ِ َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي أََ ُ ْيي َر ٌ ض ُا َش ْيه ِ ِر ٌ فََب ض ا َّل ُ َ َّلز ج َّل َ َ ُكي ِ ُ َُب ْيفتَ فِ ِ أَ َبو ب ا َّل ِء َُبغْي َ ُق ف َ َ َ َُ َ َ َ َ ْي ْي ُ َ َ ُ َ ْي ِ ِ ِ ِ ِ ِ أَ َبو ب اْي ِ ِي َُبغَ ُّط فِ ِ َ ُ َّل ِ َ ُ َ ْي الَ ا ِ ا َّل ف اَْيَب َ ٌ َخ ْيَب ٌ ْي أَاْي َش ْيه ٍ َ ْي َ ََ َ ِ ُح ِ َ َخ ْيَب َ َ فََب َق ْي ُح Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allâh –‘Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian bershaum. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup dan syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allâh di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak terhalang (dari kebaikan)." HR Nasa`i 2079, shahih.
Fadhilah Ramadhan
Dalam setahun terdapat 12 bulan. Yang paling utama adalah bulan Ramadhan, karena mengandung beberapa fadhilah berikut:
ِ َا أَ ُ ْيَب َ ر ِ ض ا َّل ُ َ ْي ُ قَ َا َر ُ ُ َّل ِ َّل َّل ِ َّل َّل َ وا ا َ ى ا ُ َ َْي َ َ َي َ َ َخ َ َ َ َ َ أ.1 ِ ض َا فَُبتِّن ْي أَ َبو ب ا َّل ِء غُِّن َق ْي أَ َبو ب جهَّلي ْي ِ َ ْي َّل َ ََش ْيه ُ َر ُ َ َ َ َ ُ َ ْي َ َ ُ َ َ ْي ُ الَ ا Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Apabila bulan Ramadhah datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu". HR Bukhari 1766. Dalam riwayat Muslim disebutkan pintu-pintu rahmat, yaitu: 90
ِ َّلي َ ُ ْي ِ َ ْي ُ ب ا َّل ْيح َ َ غُِّن َق ْي أَْيَب َو ُ أَْيَب َو َ ب َج َه
ض ُا فَُبتِّن َ ْي َ َِ َ َ َا َر ِ َّل ُ الَ ا
"Apabila Ramadhan telah tiba, maka pintu-pintu rahmat dibuka, dan pintu-pintu Jahannam ditutup, dan syetan-syetan pun dirantai." HR Muslim 1794.
Fadhilah Qiyam Ramadhan
Qiyam artinya: berdiri. Qiyam Ramadhan maksudnya: shalat tahajjud di bulan Ramadhan, baik sendiri-sendiri atau dengan berjamaah.
َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ أ َّل.2 َ ُ َا َر ًض َا ِ َ ن َ َوا ا َّل ِ َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا َ ْي قَ َ َر ِ ِاَ ُ ََب َق َّل ِ َنْي َ َ ْي
ِ ِ َ َ ْيحت َ ً غُف
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, pasti diampuni apapun dosanya yang telah lalu". HR Bukhari 36.
Ramadhan Bulan Maghfirah
Ramadhan bulan penuh ampunan dari Alloh Swt. Maka siapapun tidak mendapat ampunan Alloh di bulan Ramadhan, sungguh ia merugi besar.
ا ُ ُ َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ قَ َا قَ َا َر.3 ُ وا ا َّل ِ َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي َر ِغ َي أَنْي ُ َر ُج ٍ ُ ِ ْي ِ َا ض ُا ثُ َّلي نْي َ َ َخ قََب ْي َ أ ْي َ َص ِّن َ َ َّل َ َر ِغ َي أَنْي ُ َر ُج ٍ َ َخ َ َ َْي ِ َر َ ُ ْي َ هُ فََب َ ْيي ُ ََُبغْي َف َ ا Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Celakalah seseorang yang aku disebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku, dan celakalah seseorang yang Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum mendapatkan ampunan.” HR Tarmidzi 3468, shahih. 91
َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ أ َّل.4 ا ُ وا ا َّل ِ َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي َ َا ََب ُق َ ُ َا َر وا َّل ُ اص َ َو َ ِ ا َ ََب ْيَبََب ُه َّل ٌ َ ض َا ُ َك ِّنف َ َض ُا ِاَى َر َ ََ َر
ِ اْي َخ س اْي ل ُ ِاَى اْي ل َ ُ ْي َ ْي ُ َ ُ ْي ِ َ َْيجتََب َ ب اْي َكَ ا
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar." HR Muslim 344.
ِ ِ ُ َب َ قَ َا قَ َا ر ِ ِ وا ا َّل َ َّلى ا َّل ُ َ َْي َ َ َّل َي َ ْي َُ َ َ ْي أَ َ َ َ َ َ ْي أَ ُ َ ْي.5 ِ ِض َا ِ نً حتِ غُِف اَ ُ ََب َق َّل ِ َنْي َ َ ً َ َ َ َرَ َ َ َ ْي َ ْي Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang bershaum karena iman dan mengharap pahala, pasti diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". HR Bukhari 37.
Ramadhan Bulan Anti Berkurang
Ramadhan (bulan ke-9) & Dzul Hijjah (bulan ke-12) memiliki keistimewaan:
ِ َ أَِ ْيك َ ر.6 َ ض َ ا َّل ُ َ ْي ُ َ ْي اَّلِ ِّن َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا َش ْيه َ ِا َ َ َ ْي ِ ض ُا ُ اْي َّل ٍ ِ َب ْيَب ُقص ِا َش ْيه َ َ َ َ َ ََر َ Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ada dua bulan yang tidak akan kurang yaitu bulan Ramadhan dan Dzul Hijjah". HR Bukhari 1779. Apa maksudnya? Ibnu Hajar menjelaskan 3 kemungkinan makna, yaitu: 1. Keduanya tak mungkin kurang dari 30 hari secara bersamaan dalam 1 tahun. 2. Pahalanya tidak berkurang meskipun jumlah harinya tidak genap 30 hari. 3. Tiap satu dari keduanya tidak akan kurang dari lainnya. Makna ketiga ini adalah yang paling lemah. (fathul Bari 1/198) 92
Ramadhan Bulan Kesabaran Syahrus shabr. Demikianlah nama lain bulan Ramadhan, berdasarkan hadits shahih bahwa Mujibah (seorang yang sudah lanjut usia dari Bahilah) menceritakan dari ayahnya atau dari pamannya, dia berkata; "Suatu kali, aku pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk suatu keperluan. Beliau kemudian bersabda: "Siapakah kamu?." Dia berkata, 'Tidakkah Anda mengenal saya? ' Beliau bersabda lagi: "Siapakah kamu?." Dia berkata; 'Saya adalah orang Bahili yang mendatangi Anda pada tahun pertama.' Beliau bersabda: "Sesungguhnya kamu dulu mendatangiku dengan badan, warna kulit, dan penampilan yang bagus. Lantas apa yang menyebabkanmu menjadi sebagaimana yang kulihat ini?." Dia menjawab; 'Demi Allâh, saya tidak pernah makan setelah (aku berpisah dengan) anda kecuali di malam hari.' Sabda beliau:
ب ب نََب ْيف َ َ َ ْي أَ َ َ َ أ ْي ب نََب ْيف َ َ َ ْي أَ َ َ َ أ ْي َ ْي أَ َ َ َ أ ْي.7 َ َا َُب َل ِّنذ َ َا َُب َل ِّنذ َ َا َُب َل ِّنذ ٍ نََب ْيف َ ثََ َ َّل ض َا ا ُ ْيي َش ْيه َ َّل َ َاص ْي ِ َر َ َ "Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa diri? 'Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa diri? 'Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa diri?." (beliau mengulanginya hingga tiga kali), Bershaumlah pada bulan kesabaran, yaitu Ramadhan." HR Ahmad 19435, diriwayatkan juga oleh Abu Dawud dengan redaksi sedikit berbeda; shahih.
Sebulan Ramadhan = 10 Bulan
Satu kebajikan dilipatgandakan menjadi 10 kebajikan. Demikianlah kaidah asal dalam amal kebajikan. Dalam hal ini, termasuk juga shaum sebulan Ramadhan, berdasarkan hadits shahih:
ِل ِ َ َض َا ف َ َ َ ْي ثََب ْيوَ َا َ ْي اَّلِ ِّن َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا َ ْي َ َ َر.8 َ َ ل ْيه ٌ َل ِ َ َشه ٍ ِ ِ تَّل ِ أََّل ٍ َبل َ ا ِْيف ْي ِ فَ َذاِ َ َ ِ ِ ا َّل َ ْي ُ َ َ ُ أ ْي َ َُ Dari Tsauban dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda; "Barangsiapa shaum Ramadhan maka itu sebulan dikali 10 bulan, dan shaum 6 hari setelah ramadhan itulah penggenap shaum setahun." HR Ahmad 21378, shahih.
93
Rahasia Ramadhan
Sebagai bulan paling utama, tentu Ramadhan memiliki rahasia yang menjadi keistimewaannya. Inilah salah satunya:
أُنْي ِزاَ ْي ُ ُ ُ ِ ْيَب َ ِ َي أَ َّل َا: قَ َا، َ ِ اَّلِ ِّن َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي،َ َِ َ ْي َ ث.9 ِ ِ َ َض ْي َ ِ ْي َر َ َ َأُنْي ِزاَ ِ اتَب ْيَّلوَر ُ اِ ِ ٍّت،ض َا َ َِ ْي َش ْيه ِ َر ُ ض َا َأُنْي ِز َا انْي
ٍ َ اَ َب ْي
،ض َا َ َور اَِ َ َا َ ْيل َ َ َخ َ ْي ِ ْي َر َ َض ْي ِ ْي َر َ َ َ َ اَِ َ َ ْيل ُ ُ َأُنْي ِز َا َّلاز،ض َا )
( ح.ض َا َ ََأُنْي ِز َا اْي ُق ْي آ ُا َ ْيرَ َ َ ْيل َ َ َخ َ ْي ِ ْي َر
Dari Watsilah, dari Nabi saw bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan di awal malam bulan Ramadhan, dan Taurat diturunkan setelah 6 hari awal Ramadhan, dan Injil diturunkan setelah 13 hari awal Ramadhan, dan Zabur diturunkan setelah 18 hari awal Ramadhan, dan Al-Qur’an diturunkan setelah 14 hari awal Ramadhan.” HR Thabarani 15/450; hadits hasan.
Rahasia Malam Pertama Ramadhan
Malam pertama Ramadhan memiliki kedahsyatan yang penting, yaitu:
ٍ َ وا ا َّل ِ َّلى ا َّل ُ َ َ ِ َّلي ِ َ َ َا أَ َّل ُا اَ َب ُ ُ َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ قَ َا قَ َا َر. 10 ْي َ َ َ َ ْي ِ ا َّل ِ ض َا ُ ِّنف َ ْي َ َِ ْي َش ْيه ِ َر ُ الَ ا ُ َ َ َ َ ُ اْي ِّن َ غُِّن َق ْي أَْيَب َو ب اَّل ِر فََب َ ْيي َُب ْيفتَ ْي ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ٌ َ ب اْي َ َّل فََب َ ْيي َُبغْي َ ْيق ْيَب َه ٌ َ ْيَب َه ُ ب َفَُبتِّن َ ْي أَْيَب َو َ ب َ َُبَ ي ُ َ َ َ غ ٍ َ ص اَِّل ِ ُتََب َق ء ِ اَّل ِر َا َ ُ ُّط اَ َب ِ ِغ َّل ِ ِ ْي ُ ْي َ َ ال ِّن أَقْي ْي َ َ َ َ اْي َخ ْي أَقْي ْي Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintupintu neraka ditutup hingga tidak ada satupun pintu yang terbuka, dan pintu-pintu Jannah 94
dibuka hingga tidak ada satupun pintunya yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah!” Dan Allâh memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan". HR Tarmidzi 618, shahih.
Rahasia Lailatul Qadr
Selain lebih utama daripada 1.000 bulan, adakah rahasia lainnya ?
ِ ُ َ ْي َق ِ َ ْي ر اَْيَب َ ُ اْي َق ْي ِر:وا ا َّل ِ َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا َ
َ َِ َ ْي َ ث. 11
َ َُب ْي َى فِ َه، َ َ ِر، ََ َ َ ، ب فِ َه َ َ َ َ ،ٌ َ َح َّلرٌ َ َ ِر
،ٌ َ ََب ْي
ِ َ ِ ،ٍي َّل . ا اَ َه ال ه و َب ْي ُ َ َ س ُش َل َ ْي َ َ َ ْي َ ْي ُ ْي ُ Dari Watsilah bin Asqa` dari Rasulullah saw bersabda, “Lailatul Qadr itu sejuk, yaitu tidak panas dan tidak dingin, juga tak ada mendung, tak ada hujan dan angin (kencang), serta tak ada bintang yang dilemparkan. Termasuk tanda pagi harinya adalah: matahari terbit tanpa sinar yang menyengat.” HR Thabarani 17605; hadits hasan.
َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ أ َّل. 12 وا ا َّل ِ َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا فِ اَْيَب َ ِ اْي َق ْي ِر ِنَّلَب َه َ ُ َا َر ِ ِ اَْيَب َ ُ َ ِ َل ٍ أَ ْي َ ِ َل ٍ َ ِ ْيل ِ َ ِ َّلا اْي َ َ اِ َك َ ِْي َ ا َّلْيَب َ َ فِ ْي َ ْير ض أَ ْي ََب ُ ْي ِ صى َ َ َ َ اْي Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang Lailatul Qadr; "Sesungguhnya itu adalah malam ke-27/ke-29. Sungguh pada malam itu jumlah malaikat di bumi lebih banyak dari jumlah pasir." HR Ahmad 10316, shahih. Waktu Lailatul Qadr
Ulama berselisih seputar Lailatul Qadr hingga 40 pendapat lebih (Fathul Bari juz 4 hlm. 262). Yang benar, Lailatul Qadr tidak diketahui secara pasti: 95
ِض ا َّل َ ْي قَ َا أَُّطَبه اَّل س ِنَّلَبه َ نَ ْي أُِ َ ْي ا َ ْي أَِ َ ِل ٍ اْي ُخ ْي ِر ِّن. 13 َ ُ َ َ ُ ُ َ ِ ي َر اَْيَب َ ُ اْي َق ْي ِر َ ِنِّن َخ َ ْيج ُ ِ ُ ْيخِ َ ُ ْيي ِ َه فَ َ ءَ َر ُج َ ِا َ ْي تََب َّلق ِا َ َل ُه َ َّل ال ْي َ ُا ِ ض َا اْيتَ ِ و فِ اتَّل ِ ل َ َفََب ُ ِّن تَُب َه فَ اْيتَ ِ ُ و َ فِ ا َْيل ْيل ِ ْي َ َ ِخ ِ ِ ْي َر َ ُ َ ِ ِ ا َّل ِل ِ اْي َخ َ َ َ َ Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, sungguh, telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul Qadr, dan kau keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun kemudian datang dua orang yang saling menuntut hak (bertengkar) sedangkan mereka ditemani oleh syetan. Sehingga Lailatul Qadr terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, carilah Lailatul Qadr pada malam ke-9, ke7 dan ke-5 (dalam sepuluh malam terakhir itu)." HR Muslim 1996. Apa maksud malam ke-9, ke-7, dan ke-5? Lanjutan hadits menjelaskan:
ِِ ٍِ َح ُّطق ِ َذاِ َ ِ ْي ُك ْيي َ َج ْي نَ ْي ُ أ َ قَ َا قَُب ْي ُ َ أََ َ ل ِنَّل ُك ْيي أَ ْي َ ُي ِ ا َْيل َ َّل قَ َا أ ِ ِ ِض ْي ِح َ ٌ ِ ْيل َا فَ اَّلت ِ َ َ َ َ ِ قَ َا قَُب ْي ُ َ اتَّل َل ُ َ ا َّل َل ُ َ اْي َخ َ ُ قَ َا ُ َ ض ْي ثََ ٌ َ ِ ْيل ُ َا فَ اَّلتِ َِ َه َ َ َ َِ َه ثِْيتََب ْي ِ َ ِ ْيل ِ َ َ ِ َ اتَّل ِ َل ُ فَِإ ُ َ ِ س َ ِ ْيل ُ َا فَ اَّلتِ َِ َه اْي َخ َ َ َ ا َّل ِ َل ُ فَِإ ٌ ضى َخ ْي Seseorang berkata, "Wahai Abu Sa'id! Kamu tentu lebih tahu bilangan itu dari pada kami." Abu Sa'id menjawab, "Tentu, kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian."1 Orang itu bertanya lagi, "Apa yang dimaksud dengan malam ke sembilan, ketujuh dan kelima?" Ia menjawab, "Jika malam ke-21 telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke-22, dan itulah yang dimaksud dengan malam ke-9. Dan apabila malam ke-23 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-7 (malam ke-24), dan jika malam ke-25 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-5 (malam ke-26)." HR Muslim 1996. 1
Sebuah kaidah ilmiah: ( الراوي أدرى بما روىRawi lebih paham terhadap maksud riwayatnya).
96
أ َّل َا اَّلِ َّل َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا
ِ ٍ َ ْي ِ ََّل. 14 ْي َ س َرض َ ا َّل ُ َ ْيَب ُه
ِ ِ ٍ ض َا اَ َب َ َ اْي َق ْي ِر فِ َ ِ ل ٍ ََب َب َقى فِ ِل ِ َ ْي اْيتَ ِ ُ و َ ف ا َْيل ْيل ِ ْي َ َ خ ِ ْي َرَ َ ْي َ َ ََب ْيَب َقى فِ َخ ِ َ ٍ ََب ْيَب َقى Dari Ibnu 'Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan, pada malam ke-9 yang tersisa, pada malam ke-7 yang tersisa, pada malam ke-5 yang tersisa". HR Bukhari 1881.
Pelipatgandaan Pahala Pada Ramadhan Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang wanita dari kalangan Anshar -Ibnu Abbas menyebutkan namnya, tetapi aku lupa: "Apa yang menghalangimu untuk melaksanakan haji bersama kami?" wanita itu menjawab, "Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali dua ekor Unta, yang satu ekor dipakai suamiku pergi haji bersama anaknya sedangkan yang satu lagi ia tinggalkan agar dipakai menyiram kebun." Beliau bersabda:
ً ض ُا فَ ْيتَ ِ ِي فَِإ َّلا ُ ْي َ ً فِ ِ ََب ْيل ِ ُا َح َّل َ َ فَِإ َ َج ءَ َر. 15 "Kalau bulan Ramadhan tiba, maka tunaikanlah umrah, sebab umrah di bulan Ramadhan menyamai ibadah haji2." HR Muslim 2201. Memperbanyak Tilawah Al-Qur’an Bila pahala amal di bulan Ramadhan dilipatgandakan, marilah kita semangat memperbanyak tilawah Al-Qur’an, karena amal ini memunculkan cinta dalam hati kita kepada Alloh & RasulNya, juga cinta dari Alloh dan Rasul-Nya kepada kita, berdasarkan hadits shahih:
ه أا ب ا ر وا ف ق أ ف
: ق ا ر وا ا:ا ق ا ا ص.
2
Dalam riwayat lain yang juga shahih disebutkan: “menyamai ibadah haji bersamaku.”
97
Dari ‘Abdullah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Siapapun senang untuk dapat mencintai Alloh dan Rasul-Nya, hendaklah membaca mushaf Al-Qur’an.” HR Ibnul Muqri` dalam Mu’jamnya no. 498, shahih. (Bisa juga diartikan: “Siapa senang untuk dicintai Alloh dan Rasul-Nya.”) Inilah kebiasaan Rasulullah saw di bulan Ramadhan:
ِض ِ لَ ر ِ ُ ض َ ا َّل ُ َ ْيَب َه قَ اَ ْي فَ ِا َ ُ أَ َ َّل ِاَ َّل ِ َّلا ِج ْي ِ َ َ َا َُب َل ِر َ َ َ ْي َ ا. 16 ِ َ اْي ُق آ َا ُ َّل َ ٍ َّل ً ِنَّل ُ َ ر ِ ض أَج ِ ِنَّل َ َ َ َ ض ا َْيل َ َ َّلََب ْي ِ َ َ أ َُر هُ َِّل َح َ َ َ َ ْي ِ ًأَ َّل ُا أَ ْي ِ ََب ْيتِ اَ َ ق Dari 'Aisyah radliallahu ‘anha berkata; 'Fathimah berkata: Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berbisik kepadaku bahwa: "Jibril ‘alaihis salam datang membacakan Al Qur'an satu kali dalam setiap satu tahun lalu dia ‘alaihis salam membacakan kepadaku dua kali untuk tahun ini dan aku tidak melihatnya melainkan sebagai isyarat bahwa ajalku sudah akan dating, dan sesungguhnya kamu (Fathimah) adalah orang yang pertama yang akan menyusul aku diantara ahlu baitku". HR Bukhari 3353.
Memperbanyak Sedekah Sedekah adalah tanda iman dalam hati. Karena manusia diciptakan memiliki sifat cinta kepada harta. Maka jika cintanya kepada Alloh mengalahkan cintanya kepada harta, ia pun tak enggan untuk menafkahkan hartanya sebagaimana diminta oleh Alloh Swt. Selain memperbanyak tilawah di bulan Ramadhan, Rasulullah saw juga memperbanyak sedekah padanya, berdasarkan hadits shahih:
ِ ِ ُ س قَ َا َ َا ر ِ َج َو َ اَّل ٍ َ ْي ْي ِ ََّل. 17 س َ َ َا وا ا َّل َ َّلى ا َّل ُ َ َْي َ َ َّل َي أ ْي َُ ْي
ِ ٍ َ ض َا ِح َب ْي َق ه ِج ِ َ َا َب ْي َق ه فِ ُ ِّن اَ َب َ ََج َو ُ َ َ ُكو ُا فِ َر ُ َ َ ُ َ َ ُ ْي ْي أ ْي
ِ ِ ِ ُ َ ض َا فََب َ ِر ُ اْي ُق آ َا فََب وا ا َّل َ َّلى ا َّل ُ َ َْي َ َ َّل َي أ ْي َج َو ُ ِ اْي َخ ْي ِ ْي َُ َرَ َ ُ ُ ْي َِ 98
َ ا ِّن ِ اْي ُ ْي
Dari Ibnu 'Abbas berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril ‘alaihis salam menemuinya, dan adalah Jibril ‘alaihis salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril ‘alaihis salam mentadarus Al Qur'an kepada beliau. Maka sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” Bukhari 5.
I’TIKAF 10 HARI AKHIR RAMADHAN
I’tikaf termasuk amalan sunnah mu`akkadah, karena dilakukan oleh Rasulullah saw secara kontinyu. Lalu dilakukan oleh istri-istri Rasulullah saw sepeninggal beliau.
ِ َ ِ َ َ ا. 18 ض ا َّل ُ َ ْيَب َه َ ْي ِ اَّلِ ِّن َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي أ َّل َا اَّلِ َّل َ َّلى ْي َ ل َ َر ض َا َحتَّلى ََب َوفَّل هُ ا َّل ُ ثُ َّلي َ َا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي َ َا ََب ْيلتَ ِك ُ ا َْيل ْيل َ ْي َ َ ِخ َ ِ ْي َر ِْيت َك َ أَ ْي ج ِ َبل ِ ه َ َ ُ ُ ْي َ ْي Dari 'Aisyah radliallahu ‘anha, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri'tikaf setelah kepergian Beliau.” HR Bukhari 1886. MENGQADHA` I’TIKAF Rasulullah saw tak pernah absen dari i’tikaf. Jika pun terpaksa absen karena suatu hal (misalnya perang), niscaya beliau menggantinya di waktu lain.
ِ ِ ِ َّل َّل ِ َّل ٍ َ َ ْي أَن. 19 َ س قَ َا َ َا اَّل ُّط َ ى ا ُ َ َْي َ َ َي َ َ َا ُق ً ْيتَ َك َ ا َْيل ْيل ِ ِ ِ َ َْي َ َ ِخ َ ِ ْي َر َ ِ ض َا َ ِ َ َ فََب َ ْيتَ َك َ ْي ا َْيل ِ اْي ُ ْيق ِ ْيل Dari Anas ia berkata; "Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidak dalam perjalanan, beliau beri'tikaf selama sepuluh hari pada hari terakhir di bulan Ramadhan, tapi apabila beliau sedang melaksanakan perjalanan, beliau melaksanakan i'tikafnya 20 hari pada tahun berikutnya." (Bapakku berkata; "Aku tidak mendengar hadits ini kecuali dari Ibnu Abu ‘Adi, dari Humaid dari Anas.") HR Ahmad 11579, shahih. 99
7 Hari Akhir Ramadhan Jika tak mampu memperdahsyat ibadah pada 10 akhir Ramadhan, hendaklah kita tidak lemah untuk melakukannya di 7 hari terakhir, berdasarkan hadits:
ِوا ا َّل ِ َّلى ا َّل َ َ ِ َّلي اْيت ِ و ف ِ ْي ُ ر. 20 ُ ُ ض َ ا َّل ُ َ ْيَب ُه َ قَ َا َر َ ُ َ َ َ َ ُ ْي َ َ ََ ِ َح ُ ُ ْيي أَ ْي َ َ َز فَ َ َُب ْيغ ََ َّل َ َى ا َّل ْي َ ا َْيل ْيل ِ ْي َ َ ِخ ِ ََب ْيلِ اَْيَب َ َ اْي َق ْي ِر فَِإ ْيا َ ضلُ َ أ ِاْي َبو ق ََ Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Carilah ia pada sepuluh terakhir (Ramadhan), yakni Lailatul Qadr. Maka jika salah seorang dari kalian lemah atau tidak mampu, maka benar-benar jangan sampai terlewatkan 7 malam terakhir." HR Muslim 1989. Berapa Hari Shaum Ramadhan Pada asalnya shaum Ramadhan adalah 30 hari, kecuali jika:
َا ََب َى ُ ُ َح ِ ٍي قَ َا َر ص ْيي ثَ ثِ َ ِ أ ْي َ َ "ِ َ َج ءَ َر:ِ وا ا َّل ُ َ ف،ض ُا ".
ي َ ْي َ ِ ِّن. 21
َ ِاْي ِه َا قََب ْي َ َا
Dari ‘Adi bin Hatim berkata, Rasulullah saw bersabda kepadaku, “Jika telah datang Ramadhan maka shaumlah 30 hari, kecuali Anda melihat hilal (bulan sabit) sebelum itu.” HR Thabarani 13635, shahih.
Makan Saat Shaum Karena Lupa Manusia tempat salah dan lupa. Maka dalam Islam, orang lupa dimaafkan. Termasuk lupa makan saat shaum, berdasarkan hadits shahih:
ِ َ ْي أَِ ُ َ ْيَب َ َ أ َّل. 22 َ َ َ ْي أَفْي ََ فِ َر:َا اَّلِ َّل َ َّلى ا َّل ُ َ َْي ِ َ َ َّل َي قَ َا ً َض َا ن َض ءَ َ َْي ِ َ َ َ َّلف َر َ َفَ َ ق
.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, “Siapapun buka pada Ramadhan karena lupa, maka tiada kewajiban qadha` atasnya, dan juga tiada kaffarah.” HR Hakim 1569, hadits hasan.
100
Tentang Penulis Penulis yang akrab dengan sapaat Ust. Umar atau Kak Muma saat ini aktif di Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an Ibnu Abbas Klaten-Jawa Tengah sebagai Ketua Unit Tahfizul Qur’an. Aktif menulis di Majalah Nida’ul Qur’an dan website hapalalquran.com. Sudah menerbitkan beberapa karya, antara lain: Islam dan Khilafiyyah, (Penerbit Hikmat Press), Amerika di Balik Konspirasi Global (Penerbit Sinai Press), Ada Cinta di Mata Aba (Penerbit Buana Cita Media) dan Rasulullah Sang Penyayang-karya terjemah (Penerbit Aqwam Media Profetika), Dahsyatnya Ikhlas, Sabar, Qana’ah (Ziyad Visi Media), Nikmatnya Shalat Khusyu; Rahasia Hidup Sukses
& Bahagia (Shahih, kelompok Penerbit Ziyad Visi Media) dan
Dahsyatnya 7 Kalimat Thayyibah (Shahih, kelompok Penerbit Ziyad Visi Media). Kini penulis tinggal di PPTQ Ibnu Abbas Klaten Jawa Tengah bersama keluarga. Untuk kontak person, bisa menghubungi di: Hp
: 0812 866 889 25
Email
:
[email protected]
Twittter: @kakmuma Facebook: www.facebook.com/kakmuma Web Site: www.hapalalquran.com
101