PENGARUH PEMBERIAN KREDIT MODAL USAHA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM MP) TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL DI KELURAHAN TANGKERANG UTARA KECAMATAN BUKIT RAYA PEKANBARU Rahmat Akbar Dr. Caska, M.Si Dr. Sri Kartikowati, M.A, M.Buss Universitas Riau ABSTRACT This study aimed to determine the influence of working capital credit to small businesses income in Tangkerang Utara provided by the program of community empowerment, called PNPM MP. The Samples were 38 small businesses. The data was collected by interview and then were analyzed by correlation and regression coefficient. The Result of the research were that working credit have influenced those small businesses income, indicated by p value (probability) 0,000 < α (positively impact) 0,005. It also indicated by the value calculated for tvalue (8,456) > ttable (3,665). The simultaneous testing was also known that, there were very strong correlation because the value of correlation on 0,816. Besides that, the significant influence of variable capital and credit to the income of small bussiness, indicated by the value of coefficient is 0,017. It means if working capital credit was increase to 1 Rupiah, incomes of small bussiness would increase to 0,107 Rupiah. Not only based on significant degree on 0,000, the influenced of working capital credit to income can be explained from 66.5% of coefficient of determination and the rest influenced by other variables outside the research. Keyword: working capital credit, income, small business ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh kredit modal usaha terhadap pendapatan usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara dari program pemberdayaan masyarakat, yang disebut dengan PNPM MP. Sampel penelitian ini berjumlah 38 usaha kecil. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan koefisien regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit modal usaha berpengaruh terhadap pendapatan usaha kecil, yang dibuktikan oleh nilai p (probabilitas) 0,000 < α (tarif nyata) 0,005. Hal ini juga diindikasikan oleh thitung (8,456) > ttabel (3,665). Selain dari kedua uji tersebut, diketahui juga bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat di antara kedua variabel karena nilai korelasi menunjukkan angka 0,816. Selain itu, terdapat pengaruh yang signifikan antara kredit modal usaha terhadap pendapatan usaha kecil, yang diindikasikan oleh nilai koefisien sebesar 0,017. Berarti jika kredit modal usaha meningkat sebesar 1 Rupiah, maka pendapatan usaha kecil juga akan meningkat sebesar 0,017 Rupiah. Tidak hanya berdasarkan signifikansi sebesar 0,000, hubungan kredit modal usaha terhadap pendapatan usaha kecil juga dapat dijelaskan dari nilai koefisien determinasi sebesar 66,5%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Kata kunci: kredit modal usaha, pendapatan, usaha kecil 1
PENDAHULUAN Usaha kecil memegang peranan penting dalam perekonomian karena dapat menjadi ujung tombak industri nasional dalam menyerap tenaga kerja, menyumbang devisa, dan berkontribusi dalam menyumbang pajak. (Sutrisno, 2006). Hal ini ditandai dengan mulai bermunculannya usaha kecil yang terus tumbuh dan berkembang di Indonesia. Menurut data BPS tahun 2011, usaha kecil pada tahun 2009 tercatat berjumlah 546.675 unit. Jumlah ini meningkat 4,93% menjadi 573.601 unit pada tahun 2010. Dari beberapa permasalahan yang dihadapi usaha-usaha kecil di Indonesia, minimnya permodalan ternyata menjadi permasalahan utama (Taufan Wiguna, 2008). Hal senada juga dipaparkan oleh BPS (2011) bahwa kendala yang dihadapi oleh usaha kecil meliputi permasalahan permodalan dengan persentase sebesar 51,09%, diikuti pemasaran (34,72%), bahan baku (8,59%), ketenagakerjaan (1,09%), distribusi transportasi (0,22%), dan faktor-faktor lainnya (3,93%). Hal ini mengakibatkan terhambatnya perkembangan usaha kecil sehingga tingkat pendapatannya pun relatif rendah. Jumlah usaha kecil di Pekanbaru menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru (2012) adalah sebanyak 5010 unit dengan pendapatan usaha rata-rata perbulannya yang tergolong rendah yaitu berkisar antara Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000. Bisa dikatakan bahwa faktor utama yang menghambat perkembangan usaha-usaha kecil di Pekanbaru, khususnya di Kelurahan Tangkerang Utara tetap saja ada pada masalah minimnya permodalan. Kesulitan usaha-usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara mengakses sumbersumber modal disebabkan oleh keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut, padahal pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam, diantaranya dapat berasal dari lembaga pembiayaan cepat, koperasi, maupun bank-bank yang ada di Kelurahan Tangkerang Utara. Namun karena berbagai alasan seperti tidak menentunya suku bunga bank, masih adanya penerapan praktek rentenir, dan belum lagi sulitnya prosedur pengajuan kredit tentu menjadi faktor penghambat bagi pengusaha kecil untuk mengajukan peminjaman dana kepada sumber-sumber modal di atas. Solusi yang dapat diambil oleh usaha-usaha kecil untuk meningkatkan pendapatan usahanya yaitu melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) melalui program pinjaman bergulir. Namun kenyataannya, masih terdapat beberapa usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara yang belum mampu meningkatkan pendapatannya setelah menerima pinjaman bergulir dari PNPM MP. Hal ini dikarenakan pinjaman bergulir beralih fungsi seluruhnya menjadi dana tambahan keperluan pribadi. Dibutuhkan suatu pembuktian secara empiris terhadap ketimpangan antara teori dan fakta yang terjadi. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Kredit Modal Usaha oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) Terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Kelurahan Tangkerang Utara Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru”. Beberapa penelitian terdahulu oleh pihak lain yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantaranya adalah penelitian tentang pengaruh pemberian kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Rekayasa Industri Jakarta yang dilakukan oleh Dodi Hamda Fistori pada tahun 2011. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil pada PKBL PT Rekayasa Industri Jakarta dengan koefisien regresi menunjukkan angka 0,092. Artinya setiap terjadi penambahan kredit sebesar 1 Rupiah, maka pendapatan usaha kecil pada PKBL PT Rekayasa Industri Jakarta akan meningkat sebesar 0,092 Rupiah.
2
Ressa Anastasia Anggela Depari pada tahun 2010 juga melakukan penelitian mengenai pengaruh pengalokasian kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank X Sentra Kredit Kecil Polonia Medan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil pada PKBL Bank X Sentra Kredit Kecil Polonia Medan dengan dengan koefisien regresi menunjukkan angka 0,110. Artinya setiap terjadi penambahan kredit sebesar 1 Rupiah, maka pendapatan usaha kecil pun akan meningkat sebesar 0,110 Rupiah. Selanjutnya Rino Desanto pada tahun 2007 melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kredit terhadap tingkat pendapatan industri kecil Kota Madiun. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan usaha industri kecil Kota Madiun dengan dengan koefisien regresi menunjukkan angka 0,059. Artinya setiap terjadi penambahan kredit sebesar 1 Rupiah, maka pendapatan industri kecil di Kota Madiun akan meningkat sebesar 0,059 Rupiah. Bertolak dari permasalahan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan yang perlu diketahui jawabannya yaitu: Apakah pemberian kredit modal usaha oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) berpengaruh terhadap pendapatan usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Tangkerang Utara Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru dengan objek penelitian yaitu usaha-usaha kecil yang telah menerima fasilitas kredit modal usaha dalam bentuk pinjaman bergulir yang diberikan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP). Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 4 (empat) bulan yang dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah usaha kecil yang ada di wilayah Kelurahan Tangkerang Utara yang telah menerima kredit modal usaha PNPM MP dari tahun 2013 dengan total berjumlah 119 (seratus sembilan belas) usaha kecil, yang berada di beberapa level atau tahapan peminjaman. Sedangkan jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 38 (tiga puluh delapan) usaha kecil yang didapat melalui penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: a. Usaha kecil termasuk usaha mikro dan koperasi baik yang termasuk sektor formal maupun informal. b. Memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) serta omzet tahunan maksimal Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sesuai dengan kriteria dari Bank Indonesia. c. Menerima fasilitas pinjaman bergulir dengan jangka waktu 12 bulan untuk tahun 2013 dengan pembayaran angsuran yang terhitung lancar. d. Berada pada tahap atau level pinjaman ke- 2 dan ke- 3 yang masing-masing memiliki besaran kredit yaitu sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) dan Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah). e. Mengalokasikan fasilitas pinjaman bergulir dari PNPM MP sebagai tambahan modal usaha minimal 60%. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data utama atau yang disebut dengan data primer serta data-data pendukung data utama atau yang disebut dengan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan 3
wawancara yang dilakukan langsung oleh penulis di wilayah penelitian serta dokumentasi yang diperoleh dari responden. Sedangkan data sekunder yang berupa daftar nama peserta pinjaman bergulir yang berasal dari Kantor Lurah Tangkerang Utara dan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Harapan Madani. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah melalui observasi yang dilakukan yaitu dalam bentuk pengamatan langsung terhadap keadaan usaha-usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara yang menerima kredit modal usaha PNPM MP. Sementara itu wawancara yang dilakukan penulis yaitu dalam bentuk kegiatan tanya jawab dengan responden secara langsung mengenai perkreditan yang berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pendapatan usaha kecil yang ada di Kelurahan Tangkerang Utara. Sedangkan dokumentasi yang dilakukan penulis yaitu melalui kegiatan pengumpulan data yang berasal dari dokumen-dokumen milik Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Harapan Madani, profil kelurahan yang diperoleh dari dari kantor Kelurahan Tangkerang Utara, serta dokumen-dokumen lainnya milik usaha kecil yang diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai operasionalisasi variabel penelitian dimaksudkan agar setiap variabel yang diteliti dapat dipahami baik secara konsep maupun secara operasional dalam wujud pengukuran variabel yang selanjutnya dapat menghasilkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu kredit modal usaha. Kredit modal usaha yang dimaksud ialah besarnya jumlah dana yang dialokasikan oleh pengusaha-pengusaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara sebagai tambahan modal usaha yang bersumber dari pinjaman bergulir PNPM MP. Sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yaitu pendapatan usaha. Pendapatan usaha dalam penelitian ini adalah perubahan pendapatan bersih usaha-usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara per bulannya antara sebelum dengan sesudah mendapatkan bantuan kredit modal usaha dari PNPM MP yang diperoleh dari jumlah barang atau jasa yang terjual pada tingkat harga tertentu, kemudian dikurangi biaya-biaya usaha yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta pengeluaranpengeluaran usaha lainnya. Selanjutnya untuk penganalisaan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009). Beberapa karakteristik data yang akan dianalisis seperti data usaha responden (usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir), kondisi usaha yang dijalankan yang (jenis usaha, status tempat usaha, lokasi usaha, prioritas usaha, lama berdirinya usaha, dan sumber modal awal usaha), dan kondisi pemanfaatan kredit modal usaha serta pendapatan usaha-usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara. Adapun alat analisis yang digunakan oleh penulis untuk melakukan analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini adalah melalui analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Kedua alat analisis tersebut diterapkan oleh penulis dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Selain itu uji signifikansi regresi juga dilakukan terhadap alat analisis regresi linear sederhana melalui pengujian hipotesis nol. Pengujian hipotesis nol ini mengandung arti bahwa koefisien regresi sama dengan nol atau tidak berarti melawan hipotesis tandingan bahwa koefisien regresi tidak sama dengan nol (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Dalam penelitian ini untuk menguji apakah hipotesis benar, maka diadakan uji statistik melalui uji-t dan berdasarkan probabilitas.
4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, tingkat usia, serta pendidikan terakhir responden. Karakteristik tersebut akan dipaparkan dalam tabel-tabel di bawah sebagai berikut. No 1 2
Tabel 1. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Pria 8 21,05 Wanita 30 78.95 Total 38 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, persentase responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini didominasi oleh wanita yang yaitu sebesar 78,95%, sedangkan persentase responden pria hanya sebesar 21,05%. No 1 2 3 4 5
Tabel 2. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Usia Tingkat Usia Jumlah (Orang) Persentase (%) <20 tahun 1 2,63 20 – 29 tahun 5 13,16 30 – 39 tahun 10 26,32 40 – 49 tahun 19 50,00 >50 tahun 3 7,89 Total 38 100
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini didominasi oleh pengusaha kecil yang memiliki tingkat usia antara 40 – 49 tahun dengan persentase sebesar 50%. Responden dengan tingkat usia antara 20 – 29 tahun memiliki persentase sebesar 13,16%, tingkat usia antara 30 – 39 tahun dengan persentase sebesar 26,32%, serta responden yang berusia >50 tahun memiliki persentase sebesar 7,89%. Sedangkan responden dengan usia <20 tahun memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 2,63%. No 1 2 3 4 5
Tabel 3. Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak bersekolah 1 2,63 SD sederajat 5 13,16 SMP sederajat 8 21,05 SMA sederajat 20 52,63 Perguruan tinggi 4 10,53 Total 38 100
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini didominasi oleh pengusaha kecil dengan pendidikan terakhir SMA sederajat dengan persentase yaitu sebesar 52,63%. Responden dengan pendidikan terakhir SD sederajat memiliki persentase sebesar 13,16%, pendidikan terakhir SMP sederajat memiliki persentase sebesar 21,05%, serta responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi memiliki persentase sebesar 10,53%. Sedangkan responden yang tidak bersekolah memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 2,63%.
5
Karakteristik Usaha Responden Di bawah ini akan dibahas karakteristik usaha berdasarkan beberapa klasifikasi, yaitu berdasarkan jenis usaha, status tempat usaha, lokasi usaha, prioritas usaha, lama berdirinya usaha, serta sumber modal awal usaha responden. Tabel 4. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) Dagang 28 73,68 Jasa 10 26,32 Total 38 100 Pada Tabel 4, diketahui bahwa berdasarkan jenis usaha, persentase responden yang dijadikan sampel yang memiliki usaha dagang yaitu sebesar 73,68%, sedangkan persentase responden yang memiliki usaha jasa sebesar 26,32%. No 1 2
Tabel 5. Persentase Responden Berdasarkan Status Tempat Usaha Status Tempat Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) Milik sendiri 20 52,63 Sewa 18 47,37 Total 38 100 Pada Tabel 5, diketahui bahwa berdasarkan status tempat usaha, persentase responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Persentase responden dengan status tempat usaha adalah milik sendiri yaitu sebesar 52,63%, sedangkan persentase responden dengan status tempat usahanya adalah sewa yaitu sebesar 47,37%. No 1 2
Tabel 6. Persentase Responden Berdasarkan Lokasi Usaha Lokasi Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) Menyatu dengan tempat tinggal 6 15,79 Terpisah dari tempat tinggal 32 84,21 Total 38 100 Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa persentase responden yang lokasi usahanya menyatu dengan tempat tinggal yaitu sebesar 15,79%, sedangkan persentase responden yang lokasi usahanya terpisah dari tempat tinggal yaitu sebesar 84,21%. No 1 2
Tabel 7. Persentase Responden Berdasarkan Prioritas Usaha No Prioritas Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Pekerjaan utama 24 63,16 2 Pekerjaan sampingan 14 36,84 Total 38 100 Pada Tabel 7, diketahui bahwa berdasarkan prioritas usaha, persentase responden sebagai sampel dalam penelitian ini yang menjadikan usaha kecilnya sebagai pekerjaan utama yaitu sebesar 63,16%, sedangkan persentase responden yang menjadikan usaha kecilnya sebagai pekerjaan sampingan yaitu sebesar 36,84%. No 1 2 3
Tabel 8. Persentase Responden Berdasarkan Lama Berdirinya Usaha Lama Berdirinya Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) <1 tahun 2 5,26 1 – 5 tahun 21 55,26 >5 tahun 15 39,48 Total 38 100
6
Pada Tabel 8, diketahui bahwa berdasarkan lama berdirinya usaha, responden dijadikan sampel didominasi oleh yang telah menjalankan usaha selama 1 – 5 tahun dengan persentase sebesar 55,26%. Sedangkan persentase responden yang manjalankan usaha selama <1 tahun yaitu sebesar 5,26% serta responden yang menjalankan usaha selama >5 tahun yaitu sebesar 39,48%.
yang yaitu telah telah
Tabel 9. Persentase Responden Berdasarkan Sumber Modal Awal Usaha Sumber Modal Awal Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) Modal pribadi 31 81,58 Modal pinjaman 1 2,63 Modal pribadi + pinjaman 6 15,79 Total 38 100 Pada Tabel 9, berdasarkan sumber modal awal pembentukan usaha, diketahui bahwa 81,58% responden menggunakan modal pribadi untuk mendirikan usaha. Sedangkan persentase responden yang mendirikan usaha dari pinjaman yaitu sebesar 2,63%, dan persentase responden yang menggabungkan modal pribadi dan modal pinjaman untuk mendirikan usaha yaitu sebesar 15,79%. No 1 2 3
Kondisi Pemanfaatan Kredit Modal Usaha Modal merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu usaha, baik usaha dagang maupun jasa. Dengan adanya kredit modal usaha dari PNPM MP diharapkan akan dapat menambah modal usaha kecil. Berikut jawaban responden tentang pemanfaatan kredit modal usaha tersebut. Tabel 10. Tingkat Alokasi Penggunaan Dana Kredit Modal Usaha dari PNPM MP untuk Tambahan Modal Usaha No Tingkat Alokasi Kredit Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 1 2,63 2 Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000 11 28,95 3 Rp 2.000.001 - Rp2.500.000 9 23,68 4 Rp 2.500.001 - Rp 3.000.000 17 44,74 Total 38 100 Pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa responden terbanyak yaitu dengan persentase 44,74% adalah pengusaha kecil yang mengalokasikan dana kredit modal usaha PNPM MP antara Rp 2.500.001 – Rp 3.000.000 untuk tambahan modal usahanya. Selanjutnya secara berurutan, persentase responden dengan tingkat alokasi dana kredit Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000 yaitu sebesar 28,95%, tingkat alokasi kredit Rp 2.000.001 - Rp2.500.000 sebesar 23,68%, dan tingkat alokasi dana kredit Rp 1.000.000 – Rp1.500.000 sebesar 2,63%. Kesimpulannya pengusaha-pengusaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara mengalokasikan sebagian besar dana kredit modal usaha yang diterimanya dari PNPM MP sebagai tambahan modal usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan usahanya. Tabel 11. Persepsi Responden Mengenai Pengaruh Kredit Modal Usaha dari PNPM MP Terhadap Modal Usaha No Alternatif Jawaban Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Menambah 37 97,37 2 Tetap 1 2,63 3 Tidak menambah 0 0 Total 38 100
7
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden, yaitu dengan persentase sebesar 97,37% menyatakan bahwa kredit modal usaha dari PNPM MP dapat menambah modal usaha mereka. Tidak ada responden yang memilih alternatif jawaban tidak menambah. Sedangkan persentase responden yang menyatakan modal usahanya tidak berubah setelah menerima kredit modal usaha hanya sebesar 2,63%, hal ini dikerenakan pinjaman bergulir yang seharusnya menjadi sumber penambahan modal usaha kecil dialihgunakan untuk kebutuhan konsumtif. Dari hasil penelitian di atas dapat diartikan bahwa kredit modal usaha PNPM MP dapat menambah modal usaha kecil yang menjadi pemanfaat fasilitas pinjaman bergulir tersebut. Tabel 12. Persepsi Responden Mengenai Jangka Waktu Kredit Modal Usaha dari PNPM MP No Alternatif Jawaban Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak singkat 35 92,11 2 Sedang 2 5,26 3 Singkat 1 2,63 Total 38 100 Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa mayoritas responden dengan persentase sebesar 92,11% menyatakan bahwa kredit modal usaha yang diberikan PNPM MP memiliki jangka waktu yang tidak singkat. Sedangkan sebanyak 7,89% responden menyatakan bahwa kredit modal usaha PNPM MP memiliki jangka waktu yang tergolong sedang, serta 2,63% responden menyatakan bahwa kredit tersebut jangka waktunya singkat. Adanya usaha kecil pemanfaat kredit modal usaha PNPM MP yang menyatakan bahwa jangka waktu pengembalian kredit tersebut berlangsung singkat dikarenakan para pengusaha kecil tidak piawai dalam memanfaatkan pinjaman dana yang didapat, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam pembayaran angsuran kredit ketika jatuh tempo. Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa jangka waktu kredit modal usaha dari PNPM MP tidak singkat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa program pinjaman bergulir dari PNPM MP ini memberikan waktu yang cukup panjang kepada para pengusaha kecil untuk melunasi angsuran pinjamannya. Tabel 13. Persepsi Responden Mengenai Tingkat Kesulitan Pembayaran Angsuran Kredit Modal Usaha PNPM MP No Alternatif Jawaban Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak sulit 36 94,74 2 Biasa saja 1 2,63 3 Sulit 1 2,63 Total 38 100 Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa 94,74% responden menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam pembayaran angsuran kredit modal usaha dari PNPM MP. Serta masing– masing 2,63% responden menyatakan bahwa tingkat kesulitan pembayaran angsuran kredit modal usaha tersebut tergolong sedang dan sulit. Pengusaha kecil yang menyatakan kesulitan dalam membayar angsuran kredit tersebut dikarenakan mereka tidak benar-benar mengunakan pinjaman bergulir untuk menambah modal usahanya. Mayoritas responden menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam membayar angsuran kredit modal usaha dari PNPM MP. Dengan demikian dapat diartikan bahwa program pinjaman bergulir dari PNPM MP memberikan kemudahan kepada usaha-usaha kecil dalam hal pembayaran angsuran kredit mereka. Pendapatan Usaha Responden 8
Usaha-usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara dalam kegiatan operasional produksi usahanya memiliki tujuan akhir untuk memperoleh pendapatan. Dengan adanya tambahan modal dari pinjaman bergulir PNPM MP, diharapkan pendapatan yang mereka peroleh juga akan meningkat seiring dengan peningkatan produksi usaha. Berikut adalah hasil penelitian tentang pendapatan usaha-usaha kecil di Kelurahan Tangkerang Utara. Tabel 14. Tingkat Pendapatan Usaha Sebelum Menerima Kredit Modal Usaha PNPM MP No Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 < Rp 1.000.000 0 0 2 Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 4 10,53 3 Rp 2.000.000 - Rp 2.999.999 25 65,79 4 Rp 3.000.000 - Rp 3.999.999 7 18,42 5 Rp 4.000.000 - Rp 4.999.999 2 5,26 6 > Rp 5.000.000 0 0 Total 38 100 Berdasarkan Tabel 14, diketahui persentase terbesar adalah responden dengan tingkat pendapatan antara Rp 2.000.000 - Rp 2.999.999 yaitu dengan persentase sebesar 65,79%. Persentase responden yang berada pada tingkat pendapatan antara Rp 3.000.000 - Rp 3.999.999 sebesar 18,42%, responden dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 sebesar 10,53%, serta persentase sebesar 5,26% bagi responden dengan tingkat pendapatan antara Rp 4.000.000 - Rp 4.999.999. Tidak ada responden yang memiliki pendapatan usaha < Rp 1.000.000 maupun > Rp 5.000.000. Tabel 15. Tingkat Pendapatan Usaha Setelah Menerima Kredit Modal Usaha PNPM MP No Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 < Rp 1.000.000 0 0 2 Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 1 2,63 3 Rp 2.000.000 - Rp 2.999.999 21 55,26 4 Rp 3.000.000 - Rp 3.999.999 13 34,22 5 Rp 4.000.000 - Rp 4.999.999 2 5,26 6 > Rp 5.000.000 1 2,63 Total 38 100 Diketahui persentase terbesar adalah responden dengan tingkat pendapatan antara Rp 2.000.000 - Rp 2.999.999 yaitu sebesar 55,26%. Persentase sampel yang dengan tingkat pendapatan antara Rp 3.000.000 - Rp 3.999.999 sebesar 34,22%, tingkat pendapatan antara Rp 4.000.000 - Rp 4.999.999 sebesar 5,26%, serta persentase sebesar 2,63% bagi masingmasing sampel dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 dan > Rp 5.000.000. Tidak ada responden yang memiliki pendapatan di bawah Rp 1.000.000. Tabel 16. Perubahan Pendapatan Setelah Menerima Kredit Modal Usaha PNPM MP No Tingkat Perubahan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 < Rp 100.000 0 0 2 Rp 100.000 - Rp 199.999 4 10,53 3 Rp 200.000 - Rp 299.999 23 60,53 4 Rp 300.000 - Rp 399.999 9 23,68 5 Rp 400.000 - Rp 499.999 2 5,26 6 > Rp 500.000 0 0 Total 38 100 Selanjutnya pendapatan responden mengalami perubahan yang cukup besar jika dibandingkan antara sebelum dan sesudah mendapatkan kredit modal usaha dari PNPM MP. Berdasarkan tabel di atas, diketahui persentase terbesar adalah responden dengan 9
tingkat perubahan pendapatan antara Rp 200.000 - Rp 299.999 yaitu sebesar 60,53%. Persentase responden yang berada pada tingkat perubahan pendapatan antara Rp 100.000 Rp 199.999 sebesar 10,53%, responden dengan tingkat perubahan pendapatan antara Rp 300.000 - Rp 399.999 sebesar 23,68%, serta persentase sebesar 5,26% bagi responden dengan tingkat perubahan pendapatan antara Rp 400.000 - Rp 499.999. Tidak ada responden dengan tingkat perubahan pendapatan yaitu