R r :VIEW MALARIA DI WILAYAH PUSKESMAS SAMIGALUH 11, KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1998 Hadi Suwasono*,J. Sudini*', Priyadi", Kina"', dan Tamat"*
ABSTRACT REWEW OF MALARIA AT PUSKESMAS SAMIGALUH 11, KULON PROGO REGENCY, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROVINCE, 1998
There are four subdistricts (kecamatan) surrounding Menoreh mountain in Kulonprogo regency province of Daerah Istimewa Yogyakarta which are malarious endemic areas. Few research and control measures have been carried out to cope with the malaria problem and it remains a public health problem. In 1998, the incidence of malaria obviously increased in comparison with the last 3 years. A comprehensive review on malaria therefore was undertaken at five community health center (puskesmas) or endemic areas. Several aspects such as malariological/parasitological,entomological, human behavioural and epidemio-logical are as part of review. The entomological aspect in one of the puskesmas reviewed Samigaluh II is reported in this paper. Anopheles balabacensis is the predominant suspected vector althought further conjrmation is be needed. Other species to be known as malaria vectors in Java are An. aconitus and An. maculatus. PENDAHULUAN Di antara 5 daerah tingkat I1 di nrovinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ' .abupaten Kulo~lprogosampai sekarang tnasih memiliki daerah endemis malaria yaluil di 4 wilayah kecamatan. Daerah endemis tersebut tersebar di kawasan pegunungan Menoreh yang secara administratif berbatasan dengan kabupaten Purworejo, provinsi Jawa Tengah. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat namun kasu: malaria masih berfluktuasi dari tahun ke tahun. Keadaan seperti itu telah mengundang banyak pakar dari berbagai instansi dan perguruan tinggi untuk melakukan penclitian di daerah tersebut. Dalam rangka mencari upaya penang-
gulangan malaria secara menyeluruh di 4 wilayah kecamatan di kabupaten Kulonprogo telah dilakukan review yang mencakup aspek malariologi/parasitologi, entomologi, perilaku penduduk dan epidemiologi terhadap apa yang telah dilakukan oleh instansi kesehatan setempat dalam upaya pengendalian malaria. Empat wilayah kecamatan yang menjadi obyek review adalah kecamatan-kecamatan Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo dan Kokap. Salah satu puskesmas yang akan dibahas adalah Puskesmas Samigaluh I1 yang termasuk wilayah kecamatan Samigaluh dan berbatasan dengan wilayah kabupaten Punvorejo (Puskesmas Loano II/Kecamatan Loano), provinsi Jawa Tengah. Dalam makalah ini disajikan
*
Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Salatiga Mahasiswa S2 FETP UGM, Yogyakarta *** Senior Malariologist. **
Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
Review malaria di wilayah puskesmas . . . .. . ..... Hadi Suwasono et al
tinjauan salah satu dari 4 aspek tersebut di atas di wilayah Puskesmas Samigaluh I1 yakni aspek entomologi.
PENGUMPULAN DATA 1. Data Primer Data primer antara lain data entomologi diperoleh dari hasil spot check survey larva dan dewasa di salah satu dusun.
2. Data Sekunder Data sekunder yang berupa kasus malaria dan entomologi diperoleh dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten sedang data curah hujan diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan.
dan semak-semak, sementara tanaman kebun yang banyak dibudidayakan oleh penduduk adalah teh, cengkeh, dan kopi. Lahan persawahan bertingkat yang tidak luas sebagian besar berupa sawah tadah hujan. Sungai-sungai kecil berbatu banyak dijumpai mengalir di antara lembah yang umumnya berair kecil pada musim kemarau. 3. Peternakan Hampir semua penduduk (>90%) memelihara kambing yang dikandangkan di luar rumah. Ternak sapilkerbau hanya dimiliki oleh beberapa penduduk saja dan dikandangkan di luar rumah juga (3-4 m dari rumah).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 . Vektor
GAMBARAN UMUM 1. Batas Wilayah Puskesmas Samigaluh I1 merupakan salah satu puskesmas dari 2 puskesmas di kecamatan Samigaluh. Wilayah kerjanya meliputi 3 desa dengan 44 dusun. Batas wilayahnya sebagai berikut: - Timur : Desa Purwoharjo (Wilayah Kerja Puskesmas Samigaluh I) - Barat : Kecamatan Loano (Kabupaten P w o r e j0) Utara : Kabupaten Magelang - Selatan : Kecamatan Girimulyo.
-
2. Topografi Secara umum wilayah kerja Puskesmas Samigaluh I1 merupakan daerah pegunungan (pegunungan Menoreh) yang berketinggian antara 600-900 m dari permukaan laut. Jenis tumbuhan yang banyak didapat adalah tumbuhan t a h u n d e r a s Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
Penangkapan nyarnuk (menggigit orang dan istirahat sekitar kandang sapil kerbau) yang dilakukan sepanjang malam (18.00-06.00) sebulan sekali selama 3 bulan (September-November) berhasil diperoleh antara lain nyamuk Anopheles aconitus, An. balabacensis dan An. maculatus (Dinas Kesehatan Kabupaten ~ u l o n ~ r o ~ o ) ' )Penangkapan . nyamuk tersebut merupakan kegiatan awal dari rangkaian kegiatan longitudinal survey yang akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Dati I1 Kulonprogo. Hasil yang diperoleh dari spot check survey yang dilakukan di sekitar kandang temak (kerbau) menunjukkan bahwa di daerah tersebut antara lain terdapat An. aconitus dan An. maculatus sedangkan An. balabacensis tidak ditemukan oleh karena waktu penangkapan selesai sebelum aktivitas spesies tersebut berlangsung atau kepadatan populasinya sangat rendah. Ketiga spesies tersebut di atas diketahui sebagai vektor malaria di ~ a w a ~Fluktuasi ). 317
Review malaria di wilayah puskesmas .... . ...... Hadi Suwasonoet al
kepadatan populasi masing-masing spesies tersebut di atas belurn dapat disajikan secara lengkap sehingga hubungannya dengan fluktuasi kasus malaria juga belurn dapat digambarkan. 2. Kasus
Fluktuasi kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Sami.;aluh I1 (3 Desa) sejak tahun 1995 sampai dengan 1998 (November) yang berhasil dicatat adalah sebagai berikut: Desa Pagerharjo (Grafik 1). Pada grafik tersebut tampak bahwa kenaikan kasus malaria tahun 1995 di desa tersebut mulai terjadi sekitar bulan April dan puncaknya
di bulan Mei (15 kasus). Di tahun 1996 kenaikan kasus terjadi sekitar bulan Maret dan puncaknya di bulan Mei (95 kasus) sedang di tahun 1997 kenaikan ' kasus terjadi di bulan Maret dan puncaknya di bulan Mei (22 kasus). Berdasarkan data kasus tersebut di atas (tahun 1995-1997) dapat diketahui bahwa kasus malaria di desa Pagerharjo mulai meningkat sekitar bulan MaretJApril dan mencapai puncaknya di bulan Mei. Pola fluktuasi kasus malaria di tahun 1998 awalnya serupa dengan tahun-tahun sebelurnnya yakni mulai meningkat sekitar bulan April namun selanjutnya bulan Mei, b u s tidak menurun tetapi makin meningkat dan di bulan November 1998 tercatat sebanyak 234 kasus (API : 2 14%0).
--Gralik 1. Fluktusrl kasus mdorla di desa P8grharfo Purk.unn Samigduh II Kab. Kuknprogo
(leos - lorre)
3 0 I
I
&+I
3
li f
5
Sumlrsr:9us&e$mwSMll@duh It
But. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
Review malaria di wilayah puskesmas . . ... . ..... Hadi Suwasono et a1
Desa Kebonharjo (Grafik 2). Pada grafik tersebut tampak bahwa di tahun 1995 kasus malaria di desa tersebut mulai naik sekitar bulan April dan mencapai puncak di bulan Juli (12 kasus). Di tahun 1996 kasus mulai naik sekitar bulan Februari dan mencapai puncak di bulan April (2 1 kasus) sedang di tahun 1997 peningkatan kasus mulai terjadi
di bulan Mei dan puncaknya terjadi di bulan JuniIJuli (6 kasus). Serupa dengan kejadian di desa Pagerharjo, di tahun 1998 di desa Kebonharjo setelah bulan April1 JunilJuli (puncak-puncak kasus tahun 1995, 1996 dan 1997) jumlah kasus makin meningkat hingga mencapai 91 kasus di bulan November (API : 229%0).
'
-----.------*
C3rrJflk 2 Ftuktrseci karus marI8rla di desa Ketxmharjo Puskscmas Samigaluh II Kab. KuIactprogo ( l B 5 1998)
-
a f
-a
Sumbw :Puskrrmas Samlgaluh II
Bulan J
Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
Review malaria di wilayah puskesmas ....... . ... Hadi Suwasono et al
Desa Banjarsari (Grafik 3). Berbeda dengan kasus di dua desa tersebut di atas, di desa Banjarsari seperti tampak pada Grafik 3 fluktuasi kasus malaria sejak tahun 1995 hingga 1997 relatif rendah. Annual parL.cl: incidence (API) di desa tersebut dari tahun 1C395-1997 berturutturut sebesar 4,1%0, s,72%0 dan 7,91960. Pada bulan April tahun 1998 terjadi peningkatan kasus yang cukup tinggi (42 kasus) dibanding dengan 3 tahun sebelumnya pada bulan yang sama (1 kasus tahun 1995; 4 kasus tahun 1996 dan 9 kasus tahun 1997). Mulai bulan April tersebut kasus di desa Banjarsari terus meningkat hingga pada bulan November tercatat sebanyak 8 1 kasus.
Jika kasus malaria mulai tahun 1995 hingga 1998 di ketiga desa tersebut di atas diperhatikan maka tampak adanya kesamaan pola fluktuasi kasus. Peningkatan kasus yang cukup tinggi di ketiga desa tersebut terjadi di sekitar bulan April 1998 dan selanjutnya terus meningkat sampai akhir pengamatan (November 1998). Di antara 3 desa di wilayah Puskesmas Sarnigaluh 11, kasus malaria di desa Pagerharjo paling tinggi dibandingkan dengan 2 desa lainnya. Meskipun demikian API tertinggi tahun 1998 terdapat di desa Kebonharjo (229%0).
Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
Review malaria di wilayah puskesmas . .. ........ Hadi Suwasono et al
3. Curah hujan - kasus malaria - vektor
Seperti telah disebutkan di atas bahwa fluktuasi kasus malaria di ketiga desa di wilayah Puskesmas Sarnigaluh I1 memiliki pola yang serupa demikian pula keadaan ekologi daerahnya. Pada Grafik 4 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan-bulan Januari-Maret dan OktoberDesember 1995 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Fluktuasi kasus yang cukup tinggi terjadi antara bulan April-Oktober yakni setelah terjadi curah hujan relatif tinggi dibanding bulan berjalan. Keadaan serupa juga
ditemui pada tahun 1996, dimana fluktuasi kasus yang relatif tinggi terjadi sekitar bulan-bulan April-Juli (Grafik 5). Kejadian yang agak berbeda ditemui pada tahun 1997, selarna lebih kurang 5 bulan (JuniOktober) curah hujannya 0 atau kering. Pada saat itu kasus tampak menurun dan meningkat kembali setelah hujan turun kembali (Grafik 6). Pada tahun 1998 keadaannya hampir serupa dengan tahun 1995 akan tetapi sekitar bulan September p e n m a n jurnlah kasus tidak sebesar tahun 1995 bahkan tarnpak kasus meningkat tinggi pada bulan-bulan sesudahnya (Grafik 7).
. Gratik 4. Curah huJandm flukturi W u a mdarir dl da*a Pagerharjo Puskermu Srmlgduh II Kab. Kulonpmgo ('1QSS)
16 14 n
E
12 1,
E
w
C
8 J
3 5
C
fs
4 -
0
2 0
Bulan Sunkr:Purlr8MJglUII&Kac.Sn$rluh
Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
g
Review malaria di wilayah puskesmas .. . .... .... Hadi Suwasono et al
Grafik 6, Curah hujan dan fluktuori kwus malaria dl deoa Ppgerharjo Puskasmm Samigaluh tl Kab. Kulonprogo ( M V )
But. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
Review malaria di wilayah puskesmas .... . .. .. .. Hadi Suwasono et al
drank 7. Cunh huJurdur fluktu-I kuus malaria dl d8sa Plg.rh+r/o Puskumar 8mnigaluh II K.b. Kubnproga (1QW)
Terlepas apakah diadakan tindakan antara lain berupa pengendalian vektor atau pengobatan penderita guna menanggulangi kasus yang terjadi dari gambaran tersebut di atas dapat diamati bahwa kasus malaria meningkat setelah terjadi curah hujan relatif tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barodji dkk3) di kecarnatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, An. maculatus, An. flavirostris dan An. balabacencis ditemukan di genangangenangan air pada batu-batu di sungai yang dasarnya berseresah dan berada di tempat agak teduh. Hasil spot check survey yang dilakukan selama pelaksanaan review pada beberapa genangan air, An. balabacencis selain di sungai juga ditemukan pada genangan-genangan air hujan yang terdapat Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 199912000
di kebun-kebun kakao dan cengkeh. Bila kenyataan tersebut dikaitkan dengan curah hujan dan kasus maka dapat dikatakan bahwa yang sangat berperan pada kenaikan kasus setelah terjadi hujan yang tinggi adalah An. balabacencis yang tempat perindukannya banyak ditemukan di kebun-kebun kakao atau cengkeh. Bila data entomologi yang berupa puncak kepadatan vektor belurn diketahui maka berdasarkan puncak kasus dapat diperkirakan terjadinya puncak kepadatan vektor yaitu kira-kira sebulan sebelum terjadinya puncak kasus4).
PENGENDALIAN VEKTOR Dengan melihat tingginya kasus yang terjadi di tahun 1998 maka upaya 323
Review malaria di wilayah puskesmas .... ..... .. Hadi Suwasono et al
penuruildiliya telah dilakukan antara lain pengendalian vektor. Pengendalian vektor yang dilakukan berupa pemasangan kelambu berinsektisida (impregnated bed net) permethrin (IRS) (golongan sintetik pirethroid) sedang untuk penyemprotan rumah digunakan bendiocarb 80% WP (golongan karbamat) dosis 0,2 g bahan aktif7m2. Pemasangan kelambu berinsektisida dilaksanakan terbatas hanya di 2 desa dan masing-masing di 1 dusun demikian halnya dengan penyemprotan rurnah yang hanya mencakup 9 dusun dari sejurnlah dusun yang ada di wilayah Puskesmas Samigaluh 11. Terlepas dari kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan pengendalian vektor maka tindakan pengendalian vektor seperti itu jelas tidak akan dapat membantu p e n m a n kepadatan vektor secara berarti. Terbatasnya data entomologi yang dapat diperoleh dari daerah setempat baik berupa tempat perindukan, fluktuasi kepadatan, perilaku maupun bionomi vektor juga akan mengurangi keefektifan upaya pengendalian vektor.
merekomendasikan upaya pengendalian yang tepat metode, waktu, tempat dan sasaran. Selain "empat tepat" tersebut di atas (metode, waktu, tempat, dan sasaran) yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah luas/jumlah cakupan yang hams terlindungi. UCAPAN TERIMA KASIH Tersajinya artikel ini adalah berkat kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada Ditjen P2M dan PLP Jakarta khususnya Dit. P2B2; Kanwil Depkes Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Dinas Kesehatan DI Yogyakarta; Dinas Kesehatan Dati I1 Kulonprogo; Puskesmas Samigaluh 11; Tim Supervisor dari UGM dan pihak lain yang tidak kalah besar perannya dalam kelancaran tugas kami di lapangan.
DAFTAR RUJUKAN
KESIMPULAN DAN SARAN Longitudinal survey penangkapan nyamuk yang sedang berjalan perlu dilanjutkan dan hendaknya disertai dengan pemetaan tempat perindukan potensial (musim hujan dan kemarau) yang berada di sekitar tempat pemukiman penduduk. Data entomologi setempat yang berupa bioekologi vektor (tempat perindukan, fluktuasi kepadatan, perilaku dan bionomi) sangat diperlukan guna
1.
Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo (1998). Laporan Longitudinal Survei Entomologi.
2.
Sundarararnan, S; Soeroto, R.M. and Siran, M. (1957). Vector of malaria in Mid Java. Indian J. Malariology 1 I : 321-338.
3.
Barodji; Umi Widyastuti; Suiarto; Mujiyono dan Tri Suwaryono (1995). Survey jentik Anopheles dan potensi nyamuk yamg ditemukan dalam penularan malaria di kecamatan Kokap, kabupaten Kulonprogo, DIY. Maj. Kesehatan Masyarakat No. 53 : 20-22.
4.
WHO (1975). Manual on practical entomology in malaria. Geneva.pp. 160.
Bul. Penelit. Kesehat. 27 (3&4) 1999/2000