FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC.WOLO KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2015
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh: WARTINA KARAMELKA F2DA 09 159
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian dalam menjalankan aktifitas keseharian. Serta shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada Rasulullah SAW atas segala pencerahannya, sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015“ Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan hasil ini tidak terlepas karena adanya bantuan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak Ambo Sakka,S.KM.,M.A.R.S., sebagai Pembimbing I dan La Ode Ali Imran A.SKM.,M.KES sebagai Pembimbing II atas kesabarannya membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan-masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari selain bekal ilmu yang ada, keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik materil maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengahaturkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda H. Bahar S.pd dan Ibunda Hj. Naima dan Suamiku tercinta Hebby Prandawi, SE serta kakak-kakak tercinta (Nirwana S.Pd, Nirwani S.Pd, Sriwati S.Si, Warda)
v
serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan, keyakinan dan doa bagi penulis untuk memantapkan langkah dalam melakukan setiap kegiatan. Banyak pihak turut memberikan sumbangsih, cinta, doa, dukungan dan semangat. Serta Keluarga yang telah membina, mendidik serta memberikan doa restu dan dorongan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1.
Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.
2.
Wakil Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.
3.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
4.
Ketua
Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat
La
Ode
Ali
Imran
A.SKM.,M.KES dan Dosen Pengajar serta Staf Pengelolah Program Studi Kesmas yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan. 5. Drs. La Dupai,M.Kes , Pitrah Asfian.S.sos., M.Sc, Amrin Farzan, S.KM.,MM selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan isi hasil penelitian ini. 6.
Kepada masyarakat desa Samaenre menyempatkan waktunya dan mau bekerjasama demi kelancaran penelitian ini.
7.
Kepala Badan Riset Daerah Kabupaten Kolaka yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
8.
Kepala Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kecamatan Kolaka .
vi
9.
Ucapan Terimakasih kepada seluruh keluarga Bapak Usman.M.si,Bapak Sudarman, S.Pd, M.Si ; Bapak Lewa, Bapak Hasym Ciwink, Bapak Hariagib.S.H, Ibu Cenning, S.Pd yang selalu memberikan bantuan, motivasi dan dorongan dalam menyelesaikan pendidikan .
10. Buat sahabat-sahabatku tercinta Rismadiyanti, Moita, Hariati, Rohania, Marfina, Irzal, Irmawati, Ito Erlis, una Maya, Tanggo, Musfika, Mira, Adin, AsiaWati, Nurmalia, Waode Masfitri, Merry Ratna Dilla, Nansi Natalia, SriAyu, Yeni Purnama, MasniWati, Nerawati seluruh teman-teman Kesmas angkatan 2009 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas bantuannya, kerja samanya, kekompakannya, toleransinya,dan kenangannya. 11. Buat teman-teman saya di Kesmas Kelas Pagi Angkatan 2009 serta temanteman Kesmas Kelas Sore Angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas bantuannya. Akhirnya penulis berdoa semoga Allah SWT selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga hasil ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan, Amin. Wassalamu‟alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Kendari, Otkober 2015
Penulis
vii
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLO KECAMATAN WOLO KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2015 Oleh WARTINA KARAMELKA F2DA 09 159 ABSTRAK Pemeriksaan Kehamilan adalah salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan guna mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan juga dapat menurunkan angka kematian ibu serta memantau keadaan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian studi potong lintang dengan populasi seluruh ibu hamil yang terdaftar mulai bulan Mei - Juni 2015 di Puskesmas Wolo berjumlah 75 orang. Tehnik penentuan sampel menggunakan Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan terhadap variabel pemanfaatan pelayanan Antenatal Care oleh ibu hamil yaitu akses pelayanan (p=0,020) dan kondisi ibu hamil (p=0,044)Variabel pendapatan/penghasilan keluarga (p=0,095), Pengetahuan (p=0,243); Sikap (p=0,290) dan dukungan suami (p=0,404) tidak memiliki hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care oleh ibu hamil. perlunya perhatian terhadap akses ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan kesehatan kehamilan , manfaat dan tujuan dari pelayanan Antenatal Care agar ibu hamil mampu menjaga kehamilannya dengan baik sehingga risiko kematian ibu dan bayi dapat dihindari dengan cara melakukan penyuluhan secara merata di setiap kelurahan/desa. Kata Kunci : Antenatal Care, Pemanfaatan, Ibu hamil, Puskesmas
viii
FACTORS INFLUENCED ANTENATAL CARE SERVICE UTILIZATION IN WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER OF WOLO WOLO DISTRICT KOLAKA REGENCY IN 2015 BY WARTINA KARAMELKA F2DA 09 159 ABSTRACT Pregnancy check is one of the early evasive efforts of pregnancy risk factors to establish early detection of high risk incidence over pregnancy and parturition as well as to decline the maternal mortality rate and to control the fetus condition. This study aimed to understand factors influenced the antenatal care service utilization in working area of public health center of Wolo Wolo district Kolaka regency in 2015. This study was analytical through cross sectional study design with all population of pregnant women registered since May – June 2015 at public health center of Wolo with the number was 75 people. The sampling technique was purposive sampling. The results of the study showed that several variables, which were associated with antenatal care utilization, were service access (p=0.020), pregnant women condition (p=0.044), and income/family earn (0,095). In contrast, knowledge (0.243), attitude (0.290) and husband support (0.404) had no association with antenatal care utilization by pregnant women. There should be more attention about pregnant women access on receiving pregnancy care service, benefits and aims of antenatal care service for pregnant women in order they can maintain their pregnancy well as well as to prevent maternal and infant mortality risks by holding lecture and socialization thoroughly in each sub district/village. Key Words: Antenatal Care, Utilization, Pregnant Women, Public Health Center
ix
DAFTAR ISI Halaman i ii iii iv vi vii viii x xi xiii xiv
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................... C. Tujuan Penelitian .................................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................................. E. Ruang Lingkup / Batasan Penelitian ....................................................... F. Definisi dan Istilah, Glosarium ............................................................... G. Organisasi / Sistematika ..........................................................................
1 5 6 7 7 8 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pelayanan Kesehatan B. Tinjauan Tentang Utilisasi Pelayanan Kesehatan C. Tinjauan Tentang Pelayanan Antenatal Care (ANC) D. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti E. Tinjauan Penelitian Sebelumnya F. Kerangka Konseptual G. Hipotesis
10 12 15 19 24 26 28
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Waktu dan Lokasi Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Instrumen Penelitian E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif F. Sumber dan Cara Pengumpulan Data G. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
32 32 33 34 34 40 41
x
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Penelitian C. Pembahasan
44 47 64
V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran
86 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
88
xi
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1.
Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
48
2.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
49
3.
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Istri di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
50
4.
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
50
5.
Distribusi Responden Menurut pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
51
6.
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
52
7.
Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
53
8.
Distribusi Responden Menurut Dukungan keluarga Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
53
9.
Distribusi Responden Menurut Pendapatan/Penghasilan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
54
10. Distribusi Responden Menurut Akses Pelayanan terhadap pemanfaatan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
xii
55
11. Distribusi Responden Menurut Kondisi Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 12. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
56
13. Hubungan sikap Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
57
14. Hubungan dukungan suami Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
61
15. Hubungan pendapatan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
60
16. Hubungan Akses Pelayanan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
6
17. Hubungan Kondisi Ibu Hamil Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
63
xiii
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Kerangka Teori Menurut Anderson (1974)
26
2.
Kerangka Konsep Penelitian
28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden Kuesioner Penelitian Print Out SPSS Print Out Master Tabel Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka Jadwal Kegiatan Dokumentasi Penelitian
xv
DAFTAR SINGKATAN Lambang dan Singkatan AKI Depkes Ditjen Hb Kepmenkes KIA MDGs Nakes Posyandu Puskesmas Renstra RI Risti SD SDKI SKRT SLTA SLTP SMA SMP SMTA Sultra TT > < ≥ % = ≠
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Arti/ Keterangan Angka Kematian Ibu Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Hemoglobin Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak Millenium Development Goals Tenaga Kesehatan Pos Pelayanan Terpadu Pusat Kesehatan Masyarakat Rencana Strategis Republik Indonesia Risiko Tinggi Sekolah Dasar Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Kesehatan Rumah Tangga Sekolah Lanjut Tingkat Atas Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Sekolah Menegah Atas Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Tingkat Atas Sulawesi Tenggara Tetanus Toxoid Lebih besar dari Lebih kecil atau sama dengan Lebih besar atau sama dengan Persen Sama dengan Tidak sama dengan
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) Antenatal Care adalah salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan guna mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan juga dapat menurunkan angka kematian ibu serta memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal Care (Wiknjosastro, 2005). Berdasarkan data WHO, ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama periode 2000-2010 sebanyak 53%, untuk negara berkembang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya satu kali kunjungan mengalami peningkatan dari sekitar 64% pada tahun 1990 menjadi sekitar 81% pada tahun 2009, sedangkan untuk negara miskin hanya 39% ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya empat kali atau lebih sebelum melahirkan selama tahun 2000-2010 (WHO, 2012). Setiap hari pada tahun 2013, sekitar 800 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Hampir semua kematian ini terjadi di pengaturan sumber daya rendah, dan yang paling bisa dicegah. Penyebab
2
utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan. Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal akibat penyebab ibu berhubungan selama hidupnya adalah sekitar 23 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang menunjukkan kesenjangan yang sangat lebar antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan, baik antar negara dan dalam diri mereka (WHO, 2015). Dari semua target Millenium Development Goals (MDGs), kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDGs pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dapat ditinjau dari AKI dan AKB. Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga penolong persalinan. Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di pedesaan. Untuk dapat menekan AKB dan AKI perlu digerakkan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), kelangsungan hidup, perkembangan serta perlindungan ibu dan anak,
3
Gerakan Keluarga Reproduksi Sehat (GKRS), Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desa-desa (Depkes RI, 2009; Kusmiran, 2011). Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang sehat. Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai upaya kesejahteraan/ keselamatan ibu. Kesejahteraan ibu menunjukkan ruang lingkup yang luas, meliputi hal-hal di luar kesehatan, sedangkan keselamatan ibu berorientasi khusus pada aspek kesehatan. Safe Motherhood memiliki Empat Pilar utama yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan Antenatal Care (ANC), 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensi/emergensi. Pilar yang kedua yaitu pelayanan Antenatal Care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Prawirohardjo, 2010). Menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Sulawesi Tenggara adalah 96,14% dan K4 adalah 81,41%. Untuk Kabupaten Kolaka, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Sulawesi Tenggara adalah 99,98% dan K4 adalah 79,97%, dan menjadi terdapat 5 kasus kematian maternal pada tahun 2014. (Dinkes Prov. Sulawesi Tenggara, 2014). Berdasarkan laporan data dinas kesehatan kabupaten kolaka pada tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat menjadi 10 orang dari 6.800 kelahiran hidup, kemudian tahun 2012 jumlah kematian ibu meningkat lagi
4
menjadi 13 orang dari 5.744 kelahiran hidup dan tahun 2013 menjadi 15 kematian ibu dari 6.285 kelahiran hidup.dari 15 kematian ibu berdasarkan tempat yang tertinggi adalah meninggal di Rumah Sakit BLUD Benyamin Guluh Kolaka 8 orang, Rumah sakit Provinsi 3 orang, dalam perjalanan 2 orang , Rumah Sakit Unaaha 1 orang dan 1 orang dirumah pasien,Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB ) berfluktuasi, tahun 2011 meningkat menjadi 16,2% per 1.000 kelahiran hidup, kemudian tahun 2012 turun menjadi 11,1% per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2013 menjadi 11,6%per 1.000 kelahiran hidup. Pencapaian ini cukup baik karena lebih rendah dari angka nasional.(Dinkes Kab.kolaka,2013).
Berdasarkan laporan data pada wilayah kerja Puskesmas kecamatan Wolo, pada tahun 2013 kematian ibu nifas (post partum 24 hari) sebesar 1 kasus dan kematian neonatal sebesar 2 kasus. Persentase ibu hamil risti yang dirujukan selama tahun 2011 di Kabupaten Kolaka sebesar 125 kasus. Ditemukan kasus bayi lahir mati tahun 2012 sebanyak 1 kasus. Persentase ibu hamil risti komplikasi selama tahun 2012 di Puskesmas Wolo sebesar 13 kasus atau 22,60%. Pada tahun 2010 kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 sebesar 6,47%, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 12,48% dan kesenjangannya kembali meningkat pada tahun 2012 sebesar 10,79%. Kendala yang dihadapi oleh warga Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka adalah kurang lancarnya akses, kurangnya pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap pelayanan kesehatan. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan Antenatal Care maka penelitian ini hanya melihat pada pengaruh pengetahuan, sikap, dukungan suami,
5
pendapatan/penghasilan keluarga, akses dan kondisi ibu hamil terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. Menurut UU No 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan (Elfindri, 2011). Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4; dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan Antenatal Care meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan (Kemenkes RI, 2011). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah
penelitian
yakni:
Bagaimana
pengaruh
pada
pengetahuan,
Bagaimana pendapatan/penghasilan keluarga, Bagaimana Akses, Bagaimana pengaruh pengetahuan, sikap, Bagaimana dukungan suami serta Bagaimana
6
kondisi ibu hamil pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh akses terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. b. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan/penghasilan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. c. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. d. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015. e. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015.
7
f. Untuk mengetahui kondisi ibu hamil terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo kabupaten Kolaka tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pelayanan Antenatal Care dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi dunia kesehatan dan dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam peningkatan pelayanan Antenatal Care di masa yang akan datang. 3. Manfaat Bagi Peneliti Merupakan pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah. E. Ruang Lingkup / Batasan Penelitian Mengingat luasnya pembahasan mengenai permasalahan tentang Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, maka penelitian ini membatasi pada : 1.
Objek Penelitian : Ibu Hamil Trimester III di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
8
2.
Pembahasan Penelitian : dibatasi pada pembahasan mengenai Akses, Pendapatan/penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, dukungan suami, kondisi ibu hamil dan pemanfaatan pelayanan Antenatal Care.
F. Definisi dan Istilah, Glosarium Amenore
: Keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.
Anoreksia
: Kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kehilangan nafsu makan, meski sebenarnya lapar dan berserela terhadap makanan.
Antenatal Care
: Pemeriksaan Kehamilan.
Cakupan
: Suatu pengukuran, biasanya dinyatakan dalam persentase terhadap semua orang atau rumah tangga yang memperoleh pelayanan dibandingkan dengan total orang atau rumah tangga yang seharusnya mendapatkannya.
Demografi
: Kajian mengenai populasi yang menyangkut berbagai faktor seperti jumlah, struktur usia, kepadatan, fertilitas, kematian, pertumbuhan, serta variabel sosial dan ekonomi.
Hiperemesis Gravidarum
: Mual muntah berlebihan selama masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama.
Hormon
: Zat yang dibentuk oleh bagian tubuh tertentu dalam jumlah sedikit, dan dibawa kejaringan tubuh lain; berguna untuk menggiatkan kerja alat-alat tubuh tertentu.
Imunisasi TT
: Imunisasi Tetanus Toksoid, imunisasi untuk mencegah penyakit tetanus.
Komplikasi
: Perpaduan beberapa penyakit yang terdapat pada tubuh manusia yang disebabkan oleh keadaan penyakit lama
Obsetri
: Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya.
9
Perinatal
: Periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya)
Plasenta
: Suatu organ dalam kandungan pada masa kehamilan.
Posyandu
: Salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini.
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat, Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
G. Organisasi/Sistematika Hasil
penelitian
ini
berjudul
“Faktor
yang
Mempengaruhi
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015” yang dibimbing oleh Pembimbing I, Ambo Sakka, S.KM.,M.A.R.S., dan Pembimbing II, La Ode Imran A, S.KM., M.Kes., serta tim penguji I, Drs. La Dupai M.Kes., penguji II, Pitrah Asfian, S.Sos., M.Sc., dan penguji III, Amrin Farzan, S.KM., MM.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pelayanan Kesehatan Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Kebutuhan akan layanan kesehatan membutuhkan 5 elemen yakni : 1.
Accesbility Definisi dan aspek konsep akses ke perawatan medis yang ditinjau dan diintegrasikan ke dalam kerangka kerja yang memandang kebijakan kesehatan seperti yang dirancang untuk mempengaruhi karakterisitik dari sistem penyedia layanan kesehatan dan populasi berisiko dalam rangka membawa perubahan dalam pemanfaatan kesehatan pelayanan perawatan dan kepuasan konsumen dengan pelayanan tersebut. Akses dapat berupa ketersediaan dimanapun dan kapanpun pasien membutuhkan. Akses juga dapat berupa ketersediaan finansial dan sumber pelayanan kesehatan di dalam suatu daerah. Baik rural maupun urban, harus memiliki akses yang seimbang untuk pelayanan kesehatan.
2.
Availability Ketersediaan dalam pelayanan kesehatan. Namun, tidak semua pelayanan kesehatan dapat tersedia untuk beberapa populasi yang
11
berbeda, atau para dokter mungkin memiliki kecenderungan yang berbeda untuk menawarkan pengobatan bagi pasien dengan kebutuhan yang sama dari kelompok populasi yang berbeda. 3.
Knowledge Pengetahuan dalam pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan. Terutama mengenai perawatan atau pengobatan. Pengetahuan diperlukan sebagai titik puncak untuk mencapai sikap dan perilaku
4.
Attitude Sikap atau perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit dan sistem pelayanan kesehatan. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang pelayanan kesehatan akan merasakan kemampuan secara lebih dalam hal meningkatkan kewaspadaan mereka dalam menjaga kesehatan.
5.
Beliefs Kadang-kadang, di suatu daerah atau tempat, penduduk di dalamnya memiliki berbagai macam kepercayaan yang berkaitan dengan layanan kesehatan, yang tentu saja memberikan dampak pada status kesehatan penduduk tersebut. Misalnya, di daerah Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan pendarahan yang banyak. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan bayi. Selain itu, larangan untuk
12
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan (Ridwan, 2011). B. Tinjauan Tentang Utilisasi Pelayanan Kesehatan Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan menurut Aswar (1996) adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan terhadap kesehatan sedemikian rupa sehingga kesehatan para pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut tetap terpelihara. Bertitik tolak dari hakekat dasar ini, maka pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sempurna bila memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap konsumen (pasien) yang terkait dengan timbulnya rasa puas terhadap pelayanan kesehatan. Arrow dalam Tjiptoherijanto (1994), utilisasi pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan waktu kapan kita memerlukan pelayanan kesehatan, dan seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan (demand) akan pemanfaatan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana tetapi sebenarnya sangat kompleks, penyebab utamanya adalah misalnya karena persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk mengambil keputusan melakukan permintaan akan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan seperti model kependudukan, model sumberdaya masyarakat,
13
model organisasi dan lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model (Notoatmodjo, 2010). Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2003), dalam Behavioral Model of Health Service Use, bahwa faktor-faktor dalam utilisasi pelayanan kesehatan adalah faktor prediposisi (demografi, struktur sosial, kepercayaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan), faktor pemungkin (keluarga, masyarakat), dan faktor kebutuhan (perceived need dan evaluated need). Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu : 1.
Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari: a.
Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar keluarga dan lain-lain).
2.
b.
Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan).
c.
Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi).
Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian : a.
Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan).
14
b.
Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/akses transportasi dan sebagainya).
3.
Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi : a.
Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan bekerja).
b.
Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter). Pendapat ini didukung oleh Cumming dkk (Muzaham,1995), suatu
kategori variabel utama yang muncul dari analisis terhadap model-model yang terdahulu bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh : 1.
Perihal yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti
kemampuan
pemeliharaan
individu
kesehatan,
membayar
kesadaran
mereka
biaya untuk
pelayanan
dan
menggunakan
pelayanan kesehatan dan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan. 2.
Perihal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan dan kepercayaan terhadap kualitas pelayanan yang tersedia.
15
3.
Perihal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut.
4.
Perihal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit.
5.
Perihal yang berkaitan dengan interaksi sosio individu, norma sosial dan struktur sosial.
6.
Perihal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).
C. Tinjauan Tentang Pelayanan Antenatal Care (ANC) 1.
Pengertian Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI, 2009). Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan (Yulifah, dkk, 2009).
2.
Tujuan Antenatal Care (ANC) Tujuan utama Antenatal Care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan
16
pendidikan. Antenatal Care penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011). a) Tujuan Umum 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi. 3) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 4) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. 5) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau obsetri selama kehamilan. 6) Mengembangkan
persiapan
persalinan
serta
persiapan
menghadapi komplikasi. 7) Membantu
menyiapkan
ibu
menyusui
dengan
sukses,
menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Marmi, 2011). b) Tujuan Khusus Menurut Manuaba (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2011), menyatakan bahwa tujuan khusus Antenatal Care adalah :
17
1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit-penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas. 2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, nifas. 3) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. 3.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan WHO dalam Marmi (2011) menganjurkan agar setiap wanita hamil mendapatkan paling sedikit empat kali kunjungan selama periode antenatal: a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu). b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (usia kehamilan antara 14-28 minggu). c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).
4.
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan Cakupan pemeriksaan kehamilan (pelayanan antenatal) adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja. Cakupan, kunjungan baru ibu hamil
(K1) dipakai
sebagai
indikator aksesabilitas
(jangkauan)
pelayanan, angka cakupan K1 diperoleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun. Dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa cakupan ibu hamil adalah
18
cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), yang dipakai sebagai indikator tingkat perlindungan ibu hamil (Depkes RI, 2007). 5.
Standar Pelayanan Antenatal Care Pelayanan
antenatal
sesuai
standar
meliputi
anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan) (Depkes RI, 2009). Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) : 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2) Pemeriksaan tekanan darah. 3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas). 4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri). 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8) Test laboratorium (rutin dan khusus). 9) Tatalaksana kasus. 10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.
19
D. Tinjauan Tentang Variabel yang Diteliti 1.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata pengetahuan dan sikap yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada penelitian yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi pengetahuan dan sikap baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
20
d) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e) Adaption, di mana subjek telah berpengetahuan dan sikap baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.
Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (Wahid, 2007). Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
21
3.
Dukungan Suami Dukungan yang diberikan suami selama istri hamil dapat mengurangi kecemasan serta mengembalikan kepercayaan diri dari calon ibu dalam mengalami proses kehamilan. Ada 4 bentuk dukungan yang diberikan suami kepada istri dalam menghadapi proses kehamilannya, yaitu: a) dukungan emosional, b) dukungan instrumental, c) dukungan penghargaan, d) dukungan informasi (Bobak, 2005). Peran suami dalam kehamilan istri dapat sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang yang berespons terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik pada aspek biologis maupun dalam hubungannya dengan ibunya sendiri. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan pasangannya dan persiapannya untuk terikat dengan anaknya (Bobak, 2005).
4.
Pendapatan/Penghasilan Keluarga Secara umum penghasilan atau biasa juga disebut pendapatan adalah seluruh hasil kegiatan, baik itu uang ataupun materi lainnya. Dalam Kamus ekonomi disebutkan penghasilan diartikan sebagai suatu hasil berupa uang atau jasa-jasa lainnya. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga yang bersumber dari sektor formal dan informal dalam waktu satu bulan yang diukur denga rupiah. Sektor formal berupa gaji atau upah yang diperoleh secara tetap sedangkan sektor informal berupa penghasilan tambahan seperti dagang, tukang dan buruh (Sumardi, 2001).
22
Pendapatan keluarga adalah semua penghasilan yang didapat keluarga selama sebulan. Berkaitan dengan besarnya pendapatan keluarga, Pemerintah Kabupaten Kolaka telah menetapkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tahun 2013 sebesar Rp. 1.650.000,sebulan untuk sektor umum dan sektor bangunan sebesar Rp. 1.800.000, (Peraturan Gubernur No. 88 Tahun 2013, dalam www. Suara kendari. com ). Salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap permintaan pelayanan
kesehatan
adalah pendapatan.
Pendapatan
merupakan pertimbangan dalam memilih pelayanan kesehatan. Sebagian besar kesehatan merupakan barang mahal dimana kenaikan penghasilan akan meningkatkan permintaan untuk pelayanan kesehatan (Maryam, 2005). 5.
Akses Pengertian akses yaitu kemudahan menjangkau secara fisik bukan cuma meter, tapi adanya jalan dan angkutan ke sana. Namun akses juga dalam pengertian kemudahan untuk memperoleh pelayanan tersebut. Jarak adalah tempat masyarakat dengan Puskesmas yang diukur dengan indikator waktu. Wilayah kerja Puskesmas bisa kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
23
Menurut Razak (2000), bahwa akses untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dibagi dalam tiga kelompok yaitu; akses dekat bila dihitung dalam radius kilometer sejauh kurang dari 1 Km, sedang bila dihitung dalam radius kilometer sejauh 1-4 Km dan aksesnya jauh bila dihitung dalam radius kilometer lebih dari 4 Km. 6.
Kondisi Ibu Hamil Menurut Depkes (2007) keadaan ibu hamil yang harus diwaspadai ialah keadaan yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya kesulitan pada kehamilan atau persalinan, salah satunya adalah pernah mengalami kesulitan selama kehamilan, misalnya pendarahan, kejang-kejang, demam tinggi, keadaan-keadaan tersebut harus diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan lagi, sehingga diperlukan pemantauan yang lebih intensif salah satunya melalui kunjungan antenatal secara berkualitas.
24
E. Tinjauan Penelitian Sebelumnya No
Nama
Tahun
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Sumber
1 1
2 Herzein M. Harianja
3 2004
5 Umur ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, dukungan suami, pengetahuan dan sikap ibu berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi pemeriksaan kehamilan.
6 Skripsi
2
Agnes MD Tambunan
2005
Karakteristik ibu hamil yang mempunyai pengaruh terhadap kunjungan pelayanan antenatal adalah pekerjaan (p=0.021), tingkat pengetahuan (p=0.006).
Skripsi
3
Murniati
2007
4 Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Parsobiran Pematangsiantar 2004 Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Frekuensi Kunjungan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tenggara
Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal adalah pengetahuan ibu (komponen predisposisi) dan keterjangkauan pelayanan (komponen pemungkin) dan kondisi ibu serta ketersediaan pelayanan (komponen kebutuhan). Faktor yang tidak berhubungan adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, sikap dan pekerjaan.
Tesis
25
No Nama 1 2 4 Adri
5
Rini Mutahar
6
Riris Situmeang
Tahun Judul Penelitian 3 4 2008 Faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan program pemeriksaan kehamilan (K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam Propinsi NAD 2010 Analisis Determinan Pemanfaatan Layanan Antenatal di Sumatera Selatan
2010
Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil di
Hasil Penelitian Sumber 5 6 Secara statistik seluruh Tesis faktor geografis (akses, waktu tempuh dan sarana transportasi) berpengaruh terhadap Antenatal Care (p<0,05). Variabel perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) berpengaruh terhadap Antenatal Care (p<0,05). Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan memiliki resiko memanfaatkan layanan antenatal 2,59 kali lebih besar dari pada ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan setelah dikontrol oleh variable tempat tinggal, layanan antenatal ditemani suami dan umur (95% CI 1,27-5,32). Ibu yang tidak ditemani suaminya saat kunjungan ANC memiliki resiko memanfaatkan layanan antenatal hampir 2 kali lebih besar dari pada ibu yang ditemani suaminya saat kunjungan ANC. Variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil yaitu variabel pendidikan (ρ = 0,000); pengetahuan (ρ = 0,015); sikap (ρ = 0,000), pendapatan keluarga (ρ = 0,012) dan kondisi ibu (p= 0,027). Variabel paritas, jarak kelahiran
Jurnal
Skripsi
26
No 1
Nama 2
Tahun 3
Judul Penelitian 4 Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010
Hasil Penelitian 5 dan pekerjaan suami tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.
Sumber 6
F. Kerangka Teori Konsep yang dikembangkan Anderson (1974) mengemukakan bahwa seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pada komponen predisposing (yang dikelompokkan dalam 3 variabel yaitu: variabel demografi, variabel struktur sosial, dan variabel kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan), komponen enabling dan komponen need. Model pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson dapat digambarkan sebagai berikut: Predisposing
Enabling
Need
Demography
Family Resources
Perceived
Social Structure
Health Beliefs
Health Services Use
Evaluated Community Resources
Gambar 1. Kerangka Teori menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2010)
27
Menurut Andersen (1968) dalam Wibowo (1992), faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care adalah komponen predisposing (predisposisi seseorang untuk mencari pelayanan), komponen enabling (kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan) dan komponen need (kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan). Wibowo (1992) mengembangkan model Andersen (1968) dengan meneliti faktorfaktor oleh ibu hamil. Model pemanfaatan pelayanan antenatal dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, seperti: umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan sumber masyarakat, seperti: dukungan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan, akses sedangkan faktor need adalah sakit atau penyakit seperti riwayat, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan Hb.
28
Berdasarkan pola pikir seperti dikemukakan di atas, maka pola pikir variabel penelitian sebagai berikut :
Pengetahuan Sikap Dukungan Suami Pendapatan/Penghasilan Keluarga
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care
Akses Kondisi Ibu Hamil Keterangan: : Variabel Independen yang diteliti : Variabel Dependen yang diteliti
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
29
G. Hipotesis 1. Hipotesis Kerja Hipotesis dalam penelitian ini yaitu pengaruh pengetahuan, sikap, dukungan suami, pendapatan/penghasilan keluarga, akses dan persepsi sehat/sakit terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 2. Hipotesis Penelitian a. Pengetahuan H0 : ρ = 0
Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
Ha : ρ ≠ 0
Pengetahuan
berpengaruh
terhadap
pemanfaatan
pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. b. Sikap H0 : ρ = 0
Sikap tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
Ha : ρ ≠ 0
Sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
30
c. Dukungan Suami H0 : ρ = 0
Dukungan suami tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
Ha : ρ ≠ 0
Dukungan suami berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
d. Pendapatan/penghasilan Keluarga H0 : ρ = 0
Pendapatan/penghasilan
keluarga
tidak
berpengaruh
terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Ha : ρ ≠ 0
Pendapatan/pengasilan keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
e. Akses H0 : ρ = 0
akses tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
Ha : ρ ≠ 0
Akses berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
31
f. Kondisi Ibu Hamil H0 : ρ = 0
Kondisi
Ibu
Hamil
tidak
berpengaruh
terhadap
pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Ha : ρ ≠ 0
Kondisi Ibu Hamil berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
32
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Cross Sectional Study, yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara sebab dengan akibat pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002). B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015, di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka. Lokasi „penelitian di Puskesmas wolo berada dalam wilayah Kecamatan
Wolo dengan luas
wilayah kerja 646,14 Km2, yang terdiri dari 14 Desa yaitu : 1. DesaDonggala 2. Desa Ulu Lapao-Pao 3. DesaLapao-Pao 4. DesaMuaraLapao-Pao 5. Desa T. PonreWaru 6. DesaLanggomali 7. DesaLalonggopi 8. Desa Ulu Wolo 9. DesaWolo 10. DesaLalonaha 11. Desa Lana 12. Desa Ulu Rina 13. Desa Samaenre 14. Desa Iwoimopuro Dengan lingkup kerja adalah Empat Belas Desa, maka batas-batas wilayah dari lingkup kerja tersebut adalah :
33
a. Batas Wilayah : Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Iwoimendaa. Sebelah Timur Berbatasan dengan
Kecamatan Sanggona
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Samaturu Sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk Bone b. Jarak Dari Ibu kota Kabupaten : + 60 km c. Jarak Dari Ibu Kota Provinsi
: + 230 km
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang terdaftar berjumlah 75 ibu hamil (Puskesmas Kecamatan Wolo, Januari Februari 2015). 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik yang digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam (2008), Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
34
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Adapun kriteria yang menjadi responden adalah : Kriteria Inklusi : 1. Ibu hamil trimester III yang pernah memeriksakan kehamilan di Puskesmas/Posyandu sebanyak 65 orang 2. Ibu hamil trimester III yang bersedia menjadi responden sebanyak 65 orang. Kriteria Eksklusi : 1. Ibu hamil trimester III yang tidak berada di rumah pada saat penelitian berlangsung sebanyak 10 orang. 2. Ibu hamil trimester III yang mengundurkan diri jadi responden sebanyak 10 orang. Besar Sampel Penelitian ini yang Memenuhi Kriteria Inklusi yaitu Sebanyak 65 resonden. D. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Kuesioner yang berisi semua item pertanyaan. 2. Alat tulis dan komputer, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh serta yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian.
35
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Pengetahuan Pengetahuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pelayanan Antenatal Care. Kriteria penilaian pada pengetahuan didasarkan pada skala Guttman.
Kriteria penilaian
didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 10 pertanyaan yang terdiri dari 2 alternatif jawaban, jika jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0 (Sugiyono, 2009), dengan rumus interval kelas sebagai berikut: I= Keterangan: I = interval R = range/ kisaran (skor tertinggi-skor terendah) K = jumlah kategori Maka, Skor tertinggi = 1 x 10 = 10 (100%) Skor terendah= 0 x 10 = 0 (0/10 x 100%= 0%) I= I = 50% Batas bawah = Skor terendah = 0% Batas atas
= (Batas bawah + I ) = (0% + 50%) = 50%
36
Kriteria obyektif: Cukup : Apabila skor jawaban responden memenuhi kriteria ≥ 50%. Kurang : Apabila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 50%. 3. Sikap Sikap adalah tanggapan atau reaksi respoden berdasarkan pendapat tentang pelayanan Antenatal Care. Sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan yang dinyatakan dalam kategori respon dengan metode Likert dan dilakukan skoring pada masing-masing item dengan jumlah pertanyaan keseluruhan yaitu sebanyak 10 (sepuluh) pertanyaan. Masingmasing jawaban diberi skor tertinggi adalah 3 dan skor terendah adalah 1 (Sugiyono, 2009), dengan rumus interval kelas sebagai berikut: I= Keterangan: I = interval R = range/ kisaran (skor tertinggi-skor terendah) K = jumlah kategori Maka, Skor tertinggi = 3 x 10 = 30 (100%) Skor terendah= 1 x 10 = 10 (10/30 x 100% = 33,33%) I= I = 33,33% Batas bawah = Skor terendah = 33,33% Batas atas
= (Batas bawah + I )
37
= (33,33% + 33,33%) = 66,67% Kriteria objektif: Positif : Apabila skor jawaban responden memenuhi kriteria > 66,67%, yang berarti bahwa ibu hamil setuju akan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur. Negatif :
Apabila skor jawaban responden memenuhi kriteria 33,33% 66,67%, yang berarti bahwa ibu hamil kurang setuju akan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur.
4. Dukungan Suami Dukungan suami adalah suatu sikap dengan cara memberikan dorongan atau bantuan secara fisik atau yang nyata kepada ibu hamil pada masa kehamilannya. Skala pengukurannya menggunakan Skala Guttman. Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 7 pertanyaan yang terdiri dari 2 alternatif jawaban, yaitu „Ya‟ diberi skor 1, dan jawaban „Tidak‟ diberi skor 0 (Sugiyono, 2009). Dengan rumus interval kelas : I= Keterangan: I = interval R = range/ kisaran (skor tertinggi-skor terendah) K = jumlah kategori Maka,
38
Skor tertinggi = 1 x 7 = 7 (100%) Skor terendah= 0 x 7 = 0 (0/7 x 100% = 0%) I=
= 50%
Batas bawah = Skor terendah = 0% Batas atas
= (Batas bawah + I ) = (0% + 50%) = 50%
Kriteria Objektif: Mendukung
: Apabila skor jawaban responden memenuhi kriteria ≥ 50%, yang berarti bahwa suami mendukung secara fisik
dan
nyata
kepada
ibu
hamil
selama
kehamilannya. Tidak mendukung : Apabila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 50%, yang berarti bahwa suami kurang mendukung secara fisik dan nyata kepada ibu hamil selama kehamilannya. 5. Pendapatan/Penghasilan Keluarga Semua pendapatan/penghasilan yang didapat oleh kepala keluarga ditambah dengan pendapatan anggota keluarga lainnya dalam satu bulan dihitung dalam rupiah. Kriteria Objektif: Cukup : Apabila pendapatan responden ≥ Rp. 1.800.000-/ bulan Kurang : Apabila pendapatan responden < Rp. 1.800.000-/bulan
39
6. Akses Akses adalah tingkat keterjangkauan yang di hadapi oleh masyarakat untuk menuju puskesmas atau posyandu. Kriteria Objektif : Terjangkau
: Bila letak rumah responden terhadap puskesmas atau posyandu dapat dengan lancar di jangkau oleh alat transportasi.
Tidak terjangkau
: Bila letak rumah responden terhadap puskesmas atau posyandu tidak dengan lancar di jangkau oleh alat transportasi.
7. Kondisi Ibu Hamil Kondisi ibu hamil adalah ada tidaknya penyakit/keluhan yang diderita ibu selama kehamilan. Kriteria Obyektif : Mengalami Tanda Bahaya
: Apabila responden mengalami tandatanda
bahaya
kehamilan
(komplikasi)
seperti
:
mules
selama hebat
sebelum 9 bulan, Pendarahaan, Demam tinggi, Kejang-kejang dan pingsan. Tidak Mengalami Tanda Bahaya : Apabila responden tidak mengalami tanda-tanda
bahaya
selama kehamilan.
(komplikasi)
40
8. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Pemanfaatan Antenatal Care penelitian ini adalah frekuensi pelayanan kesehatan bagi ibu hamil oleh tenaga professional yang dilakukan minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan.
Kriteria Obyektif: Memanfaatkan
: Memanfaatkan pelayanan antenatal ≥ 4 kali (1 kali saat hamil 3 bulan pertama, 1 kali saat hamil 3 bulan kedua, dan 2 kali saat hamil 3 bulan ketiga/terakhir)
Tidak Memanfaatkan : Memanfaatkan pelayanan antenatal < 4 kali ((1 kali saat hamil 3 bulan pertama, 1 kali saat hamil 3 bulan kedua, dan 2 kali saat hamil 3 bulan ketiga/terakhir). F. Sumber dan Cara Pengumpulan Data 1.
Data Primer Pengumpulan data primer diperoleh dari pengambilan dari wawancara langsung dengan menggunakan (kuesioner). Wawancara dilaksanakan dengan melakukan kunjungan pada saat ibu memeriksakan kehamilannya di Puskesmas/Posyandu dan melakukan kunjungan ke rumah-rumah.
2.
Data Sekunder
41
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data administrasi Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka yang ada hubungannya dengan penelitian ini. G. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 1. Pengolahan data a) Editing Pada kegiatan editing penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mengecek ulang kelengkapan dan kejelasan jawaban responden. b) Scoring Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden. c) Coding Setelah data terkumpul dan selesai diedit, tahap berikutnya adalah mengkode data. Untuk mempermudah mengolah data jawaban diberi kode langsung pada lembar kuisioner d) Tabulating Kegiatan ini dilakukan mengelompokkan data dalam bentuk tabel menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian agar mudah dianalisa.
42
e) Processing Dalam kegiatan ini jawaban dari responden yang telah diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah dianalisis. f)
Cleaning Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data, pengkodean dan scoring.
2. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Hasil analisis univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi b. Analisis Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, budaya, dukungan suami, kepercayaan dan jarak askes dengan kelengkapan imunisasi
dasar
balita
umur
10-18
bulan
dilakukan
dengan
menggunakan uji Chi Square dengan tingkat signifikan (α = 0,05). Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002) adalah :
43
H0 diterima jika X2hitung ≤ X2tabel atau
≥ (α) = 0,05
H0 ditolak jika X2hitung > X2tabel atau
≥ (α) = 0,05
Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien phi (Ø). Hasil uji statistik yang bermakna atau diketahui adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat akan diketahui keeratan hubungannya dengan uji koefisien Phi, yang dimaksudkan untuk melihat keeratan atau kekuatan hubungan
dengan komputer. Berikut rumus perhitungan manual
koefisien phi (Ø). Rumus :
√(
)(
)(
)
rikunto, 2002). Stang (2003), mengemukakan bahwa koefisien Phi memiliki standar, yaitu sebagai berikut: 0,76 - 1,00
: hubungan sangat kuat
0,51 - 0,75
: hubungan kuat
0,26 - 0,50
: hubungan sedang
0,01 - 0,25
: hubungan lemah
c. Penyajian Data Data yang diperoleh dan diolah kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan tekstual, serta selanjutnya diinterprestasikan dalam bentukpenjelasan.
44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.
GEOGRAFI
Puskesmas wolo berada dalam wilayah Kecamatan Wolo dengan luas wilayah kerja 646,14 Km2, Dengan lingkup kerja adalah Empat Belas Desa, maka batas-batas wilayah dari lingkup kerja tersebut adalah : a. Batas Wilayah : 1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Iwoimendaa. 2. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Sanggona 3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Samaturu 4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk Bone b. Jarak Dari Ibu kota Kabupaten : + 60 km c. Jarak Dari Ibu Kota Propinsi 2.
: + 230 km
DEMOGRAFI
1. Jumlah penduduk pada lingkup kerja Puskesmas Wolo (Lampiran 1). Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Wolo Tahun 2013 No Desa Jumlah Penduduk 1 Lana 1304 2 Lalonaha 840 3 Iwoimopuro 730 4 Wolo 2373 5 Ulu Wolo 1892 6 Lalonggopi 761 7 Langgomali 1071 8 T.Ponrewaru 1989 9 Samaenre 776 10 Lapao-Pao 1908 11 Ulu Lapao-Pao 1059 12 M.Lapao-Pao 1601 13 Donggala 1637 14 Ulu Rina 517 JUMLAH 18.458 Sumber : Profil Puskesmas Wolo,2013
45
2. Jarak Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Wilayah kerja puskesmas wolo terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yakni pinggiran pantai, meskipun begitu semua desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Wolo dapat diakses melalui jalan darat (Lampiran 2) Lampiran 2. Jarak Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Tahun 2013 No
Desa
Jarak Ke Puskesmas (Km) 1 Donggala 15 Km 2 Ulu Lapao-Pao 13 Km 3 Lapao-Pao 12 Km 4 Muara Lapao-Pao 11 Km 5 T. Ponre Waru 11 Km 6 Langgomali 9 Km 7 Lalonggopi 7 Km 8 Ulu Wolo 4 Km 9 W olo 0 Km 10 Lalonaha 2 Km 11 Lana 5 Km 12 Samaenre 10 Km 13 Iwoimopuro 2 Km 14 Ulu Rina 20 Km Sumber : Profil Puskesmas Wolo,2013
Waktu Tempuh (Menit/Jam/Hari) 40 Menit 35 Menit 30 Menit 30 Menit 30 Menit 25 Menit 15 Menit 10 Menit 0 Menit 3 Menit 5 Menit 20 Menit 3 Menit 90 Menit
46
3. KEADAAN SUMBER DAYA
a. Tenaga Kesehatan
NO
1 2
Lampiran 3.Tenaga Kesehatan Puskesmas Wolo Tahun 2013 PROFESI PENDIDIKAN TEMPAT KERJA PUSKESMAS PUSTU, POLINDES, POSKESDES Dokter Umum S1 2 Ahli Kesehatan Masyarakat Perawat Ahli Perawat Ahli Madya Bidan Ahli Madya
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bidan Perawat Kesehatan Perawat Gigi Sanitarian Sanitarian Asisten Apoteker Pranata Lab.Kes Nutrisionis Gizi Administrasi JUMLAH
S1
4
S1 DIII
1 7
4
DIII
4
5
SPK (+) SPK SPRG S1 DIII SMF DIII Analis DIII SPAG SMEA
3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 33
10
Sumber : Bagian TU Puskesmas Wolo Tahun 2013
KET.
1 PTT 1 PPDK 2 PNS 2 PHTT 1 PNS 4 PNS 7 PHTT 4 PNS 5 PTT 3 PNS 3 PNS 2 PNS 1 PNS 1 PNS 1 PNS 1 PNS 1 PNS 1 PNS 1 PNS 28 PNS
47
b.
Sarana Kesehatan
Lampiran 4. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Tahun 2013. No Sarana Kesehatan Tahun 2013 1 Puskesmas Induk dengan Rawat Inap 1 Buah 2 PuskesmasPembantu 3 Buah 3 Polindes (PondokBersalinDesa) 2 Buah 4 Poskesdes 6 Buah 5 Apotik 1 Buah 6 Transportasi : 7 - Ambulans 1 Buah - Motor 3 Buah 8 Sarana Komunikasi Handphone 9 Sarana Penerangan Lampu Listrik 10 Sarana Air Bersih PDAM 11 Posyandu 17 Pyd Sumber: Bagian Log.Puskesmas Wolo Tahun 2013 B. Hasil Penelitian Penelitian ini Telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 dengan total sampel 65 responden. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil sebagai berikut: 1. Identitas Responden a. Umur Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Rush, 2001). Adapun distribusi responden menurut umur di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. dapat disajikan pada tabel 1.
48
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Presentase No Umur Jumlah (n) (%) 1 >19 9 13,8 2 20-24 11 16,9 3 25-29 18 27,7 4 30-34 14 21,6 5 35-39 13 20,0 6 Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang berada pada kelompok umur 25-29 tahun dengan jumlah 18 responden (27,7%) dan yang paling sedikit adalah responden yang berada pada kelompok umur >19 tahun dengan jumlah 9 responden (13,8%). b. Pendidikan Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi responden dalam berpikir dan bertindak. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima sesuatu yang sifatnya baru dan lebih terampil serta lebih dinamis terhadap setiap perubahan (Rush, 2001). Adapun distribusi responden menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, disajikan pada Tabel 2 :
49
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. No
Pendidikan
1 2 3 4 5
TTSD SD SMP SMA AKADEMI/PT Total Sumber: Data Primer diolah Juni 2015
Jumlah (n)
Presentase (%)
8 14 16 16 11 65
12,3 21,6 24,6 24,6 16,9 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP dan SMA yakni 16 responden (24,6%), dan yang paling sedikit adalah responden yang memilki tingkat pendidikan Tidak Tamat Sekolah Dasar (TTSD) yakni 8 responden (16,9%) dan responden yang berpendidikan Akademi/PT yakni 12 (16,0). c. Pekerjaan Pekerjaan seseorang menunjukkan tingkat ekonomi orang tersebut. Pekerjaan sangat menunjang pemenuhan kebutuhan hidup. Pekerjaan pada umumnya lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan atau tingkat/derajat keterpaparan serta besarnya risiko yang berdasarkan sifat pekerjaan, lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu. Pekerjaan juga dapat mempunyai hubungan erat dengan status sosial ekonomi sedangkan pada berbagai jenis penyakit timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan dan pendapatan keluarga (Rush, 2001).
50
Adapun distribusi responden menurut pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, disajikan pada Tabel 3: Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Istri di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. No
Pekerjaan Istri
Jumlah (n)
Presentase (%)
10 17
15,4 26,1
18
27,7
20 65
30,8 100
1 2
Petani/Buruh PNS/TNI/POLRI Wiraswasta/pegawai 3 swasta 5 IRT Total Sumber: Data Primer diolah Juni 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebagai IRT yakni 20 responden (30,8%), dan yang paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai petani/buruh yakni 10 responden (15,5%). Sedangkan distribusi pekerjaan suami disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. No 1 2
Pekerjaan Suami
Petani/Buruh PNS/TNI/POLRI Wiraswasta/pegawai 3 swasta 5 Tidak Bekerja Total Sumber: Data Primer diolah Juni 2015
Jumlah (n)
Presentase (%)
17 18
26,2 27,1
17
26,2
13 65
20,0 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebagai
51
PNS/TNI/POLRI yakni 18 responden (27,7%), dan yang paling sedikit adalah responden yang tidak bekerja yakni 13 responden (20,0%). 2. Analisis Univariat a. Pemanfaatan Antenatal Care Pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah frekuensi pelayanan kesehatan bagi ibu hamil oleh tenaga professional yang dilakukan minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan sesuai dengan standar yang ditentukan. Adapun distribusi responden menurut pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, disajikan pada Tabel 5 : Tabel 5. Distribusi Responden Menurut pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan Antenatal No Jumlah (n) Presentase (%) Care 1 Memanfaatkan 29 44,6 2 Tidak memanfaatkan 36 55,4 Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 65 responden, sebagian kecil responden memanfaatkan antenatal care yakni 29 responden (44,6%), dan sebagian besar responden tidak memanfaatkan antenatal care yakni 36 responden (55,4%). b. Pengetahuan Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman yang dimilki oleh ibu mengenai pentingnya antenatal care.
52
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh responden disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 : Distribusi Responden Menurut Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 No Pengetahuan Jumlah (n) Presentase (%) 1. Cukup 23 35,4 2. Kurang 42 64,6 Total 65 100 Sumber: Data Primer, diolah Juni 2015 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 23 orang (35,4 %), dan responden dengan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 42 orang (48,0 %). c. Sikap Sikap tentang Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) yang diperoleh dari responden meliputi sikap setuju, kurang setuju, dan tidak setuju dengan pernyataan:
setiap
ibu
hamil
perlu
memeriksakan
kehamilannya,
Memeriksakan kehamilan sebaiknya secara teratur kecuali jika mengalami gangguan kehamilan, Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan ibu dan anak, Pemeriksaan kehamilan sebaiknya kepada tenaga profesional, pemeriksaan kehamilan menghindarkan ibu dan bayi dari penyulit yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, pemeriksaan kehamilan ke tenaga profesional sebaiknya minimal dilakukan 4 kali. Distribusi responden berdasarkan sikap yang dimiliki oleh responden disajikan pada Tabel 7.
53
Tabel 7 : Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. No Sikap Jumlah (n) Presentase (%) 1. Positif 30 46,2 2. Negativ 35 53,8 Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan sikap yang positif yaitu sebanyak 30 orang (46,2%), dan responden dengan sikap yang negatif yaitu sebanyak 35 orang (53,8%). d. Dukungan Suami Dukungan yang diberikan kelurga selama istri hamil dapat mengurangi kecemasan serta mengembalikan kepercayaan diri dari calon ibu dalam mengalami proses kehamilan Distribusi responden berdasarkan dukungan suami yang dimiliki oleh responden disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 : Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Dukungan No Jumlah (n) Presentase (%) Keluarga 1. Mendukung 34 52,3 2. Tidak Mendukung 31 47,7 Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan dengan suami/keluarga yang medukung yaitu sebanyak 34 orang (52,3%), dan responden dengan suami/keluarga yang tidak mendukung yaitu sebanyak 31 orang (47,7%).
54
e. Pendapatan/Pengahasilan Keluarga Pendapatan atau pengahsilan kelurga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua penghasilan yang didapat keluarga selama sebulan dalam bentuk rupiah. Distribusi responden berdasarkan pendapatan/penghasilan keluarga yang dimiliki oleh responden disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 : Distribusi Responden Menurut Pendapatan/Penghasilan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pendapatan/Penghasilan No Jumlah (n) Presentase (%) Keluarga 1. Cukup 44 67,7 2. Kurang 21 32,3 Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan dengan pendapatan/penghasilan keluarga yang cukup yaitu sebanyak 44 orang (67,7%), dan responden dengan pendapatan/penghasilan keluarag yang kurang yaitu sebanyak 21 orang (32,3%). f. Akses Pelayanan Akses pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jarak tempat tinggal responden ke tempat pusat pemeriksaan kehamilan, dalam satuan kilometer. Distribusi responden berdasarkan akses pelayanan yang dimiliki oleh responden disajikan pada Tabel 10.
55
Tabel 10 : Distribusi Responden Menurut Akses Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. No Akses Pelayanan Jumlah (n) Presentase (%) 1. Sulit Dijangkau 34 52,3 2. Mudah Dijangkau 31 47,7 Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan akses pelayanan yang sulit dijangkau yaitu sebanyak 31 orang (52,3%), dan responden dengan akses pelayanan yang mudah dijangkau yaitu sebanyak 34 orang (52,3%). g. Kondisi Ibu Hamil Keadaan ibu hamil yang harus diwaspadai ialah keadaan yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya kesulitan pada kehamilan atau persalinan. Distribusi responden berdasarkan kondisi ibu hamil yang dimiliki oleh responden disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 : Distribusi Responden Menurut Kondisi Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Jumlah Presentase No Kondisi Ibu Hamil (n) (%) 1. Mengalami Tanda Bahaya 28 43,1 Tidak Mengalami Tanda 2. 37 56,9 Bahaya Total 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan kondisi ibu hamil yang mengalami tanda bahaya yaitu sebanyak 28 orang (43,1%), dan responden dengan kondisi ibu hamil yang tidak mengalami tanda bahaya yaitu sebanyak 37 orang (56,9%).
56
3. Analisis Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pengaruh pengetahuan dengan Pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 , dapat disajikan pada Tabel 12 : Tabel 12. Pengaruh Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan Antenatal Care Jumlah Tidak Pengetahuan Memanfa memanfaat X2hit ρValue No atkan kan n % n % n % 1 Cukup 13 56,5 10 43,5 23 100 2 Kurang 16 38,1 26 61,9 42 100 1,364 0,243 Total 29 44,6 36 55,4 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Berdasarkan tabel 12, melalui persentase baris dapat diketahui bahwa dari 65 responden, hanya 23 responden (100%) yang memiliki pengetahuan cukup dengan memanfaatkan antenatal care yakni 13 responden (56,5%), daripada responden yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care dengan jumlah 10 responden (43,5%). Sedangkan dari 42 responden (100%) yang memiliki pengetahuan kurang, terdapat lebih sedikit responden dengan memanfaatkan pelayanan antenatal care yaitu dengan jumlah 16 responden (38,1%) daripada responden yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care dengan jumlah 26 responden (61,9%).
57
Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 1,364 dan ρValue = 0,243. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih kecil dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak ada Pengaruh terhadap pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. b. Pengaruh Sikap dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pengaruh sikap dengan Pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, disajikan pada Tabel 13 : Tabel 13. Pengaruh sikap Dengan Pemanfaatan Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan Antenatal Care Jumlah Tidak Memanfa Sikap memanfaa No atkan tkan n % N % n % 1 Positif 16 53,3 14 46,7 30 100 2 Negatif 13 37,1 22 62,9 35 100 Total 29 44,6 36 55,4 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015
Antenatal Care di Kecamatan Wolo
X2hit
ρValue
1,121 0,290
Berdasarkan tabel 13, melalui persentase baris dapat diketahui bahwa dari 65 responden, hanya 30 responden (100%) yang memiliki sikap yang positif dengan memanfaatkan antenatal care yakni 16 responden (53,3%), sedangkan yang tidak memanfaatkan yakni 14 (46,7%). Responden yang sikapnya yang negative terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care
58
yakni
13 responden (37,1%) dan yang tidak memannfaatkan pelayanan
antenatal care yakni 22 responden (62,9%) . Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 1,121 dan ρValue = 0,290. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih kecil dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak ada Pengaruh terhadap sikap dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. c. Pengaruh Dukungan Suami dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pengaruh dukungan suami dengan Pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Pengaruh Dukungan Suami Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan Antenatal Care Jumlah Dukungan Memanfa Tidak X2hit ρValue memanfaa No Suami atkan tkan n % N % n % 1 Mendukung 13 38,2 21 61,8 34 100 Tidak 2 16 51,6 15 48,4 31 100 0,695 0,404 Mendukung Total 29 44,6 36 55,4 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Berdasarkan tabel 14, melalui persentase baris dapat diketahui bahwa dari 65 responden, responden yang mendapat dukungan keluarga dengan
59
memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 13 responden (38,2%), sedangkan yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 21 (61,8%). Responden yang tidak mendapat dukungan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care yakni
16 responden (51,6%) dan yang tidak
memanfaatkan yakni 15 responden (48,4%) . Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 0,695 dan ρValue = 0,404. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih kecil dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak ada Pengaruh terhadap dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. d. Pengaruh Pendapatan dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pengaruh pendapatan dengan Pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, disajikan pada Tabel 15 :
60
Tabel 15. Pengaruh Pendapatan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan Antenatal Care Jumlah Tidak Pendapatan Memanfamemanfaa X2hit No atkan ρValue tkan n % N % n % 1 Cukup 16 36,4 28 63,6 44 100 2 Kurang 13 61,9 8 38,1 21 100 2,790 0,095 Total 29 44,6 36 55,4 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Berdasarkan tabel 15, melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa dari 65 responden, hanya 44 responden (100%), yang pendapatannya cukup, dengan memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 16 responden (36,4%) dan responden yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 28 responden (63,3%). Dari 21 responden (100%) pendapatan keluarganya yang kurang dengan memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 13 responden (61,9%) daripada responden yang tidak memanfaatkan dengan jumlah 8 responden (38,1%). Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 2,790 dan ρValue = 0,095. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih kecil dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak ada Pengaruh terhadap pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
61
e. Pengaruh Akses Pelayanan dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Puskesmas
Wolo
Kecamatan
Wolo
Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pengaruh akses pelayanan dengan Pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, dapat disajikan pada Tabel 16 : Tabel 16.Pengaruh Akses Pelayanan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan Antenatal Care Jumlah Tidak ρValue Akses 2 Memanfa X hit memanfaa No Pelayanan atkan RØ tkan n % N % n % Mudah 1 10 29,4 24 70,6 34 100 dijangkau Sulit 0,020 0,320 5,441 2 19 61,3 12 38,7 31 100 dijangkau Total 29 44,6 36 55,4 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015 Berdasarkan tabel 16, melalui persentase baris dapat diketahui bahwa dari 65 responden, responden yang akses pelayanannya mudah dijangkau dengan memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 10 responden (29,4%), sedangkan yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 24 (70,6%). Responden yang akses pelayanannya sulit dijangkau dengan memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 19 responden (61,3%) dan yang tidak memanfaatkan yakni 12 responden (56,2%) . Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 5,441 dan ρValue = 0,020. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih kecil dari pada X2tabel dan
62
ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada Pengaruh terhadap akses pelayanan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. dengan hasil uji keeratan sebesar 0,320 (berhubungan sedang). Dari hasil uji analisis ini, menyatakan bahwa akses pelayanan
memang memiliki hubungan yang
“sedang” dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. f. Pengaruh Kondisi Ibu Hamil dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pengaruh Kondisi Ibu Hamil dengan Pemanfaatan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, dapat disajikan pada Tabel 17 : Tabel 17. Pengaruh Kondisi Ibu Hamil Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. Pemanfaatan No Antenatal Care ρValue Jumlah Kondisi Memanfa Tidak X2hit RØ Memanfa Ibu Hamil atkan atkan n % n % n % 1 Mengalami Tanda 8 28,6 20 71,4 28 100 Bahaya 0,044 2 Tidak 4,047 0,281 Mengalami 21 56,8 16 43,2 37 100 Tanda Bahaya Total 29 44,6 36 55,4 65 100 Sumber: Data Primer diolah Juni 2015
63
Berdasarkan tabel 17, melalui persentase baris, dapat diketahui bahwa dari 65 responden, hanya 28 responden (100%) yang memiliki kondisi ibu hamil mengalami tanda bahaya, dan memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 8 responden (28,6%) sedangkan responden yang mengalami tanda bahaya dengan tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 20 responden (71,4%). Dari 37 responden (100%) kondisi ibu hamil yang tidak mengalami tanda bahaya dengan memanfaatkan pelayanan antenatal care yakni 21 responden (56,8%) daripada responden yang tidak memanfaatkan dengan jumlah 16 responden (43,2%). Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung = 4,047 dan ρValue = 0,044. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada Pengaruh terhadap kondisi ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015, dengan hasil uji keeratan sebesar 0,281 (berhubungan sedang). Dari hasil uji analisis ini, menyatakan bahwa kondisi ibu hamil memang memiliki hubungan yang “sedang” dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015.
64
C. Pembahasan a. Pengaruh Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya seseorang makin tinggi pendidikan atau pengetahuan kesehatan seseorang makin tinggi kesadaran untuk berperan serta karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian menjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 23 orang (35,4 %), dan responden dengan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 42 orang (48,0 %). Sedangkan uji statistic menjelaskan bahwa tidak ada Pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan antenatal care. Hal ini dikarenakan responden telah mengetahuai pentingnya pemanfaatan antenatal care bagi dirinya dan janinnya. Tingginya tingkat pengetahuan responden dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang baik dari petugas kesehatan dalam hal memberikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan seseorang memungkinkan orang tersebut untuk mengaplikasikan pengetahuannya dan informasi yang didapatkan kepada orang lain. Dalam penelitian ini di dapati hasil yang tidak singkron dimana ada responden dengan hasil pengetahuan baik tetapi tidak teratur dalam pemeriksaan ANC. Hal ini mungkin disebabkan adanya faktor lain misalnya karena ibu hamil
65
terlalu sibuk dengan pekerjaan dan ibu hamil yang pernah melahirkan sebelumnya karena semakin banyak ibu memiliki riwayat melahirkan, kunjungan ANC menjadi berkurang karena ibu hamil menganggap bahwa dia memiliki pengalaman yang cukup sehingga kurang termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya.
Sebaliknya ada responden dengan hasil pengetahuan kurang baik tetapi teratur dalam pemeriksaan ANC. Hal ini mungkin dikarenakan ada faktor yang menyebabkan demikian sehingga walau memiliki pengetahuan yang kurang baik tetapi teratur dalam pemeriksaan ANC, faktor penyebabnya seperti jarak tempat tinggal, karena sebagian besar responden memiliki tempat tinggal yang dekat dengan pelayanan kesehatan dan juga dengan adanya dukungan dari suami kerena sebagian besar ibu hamil yang datang di Puskesmas Bahu didampingi oleh suaminya
sehingga ibu hamil termotivasi untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan. Hal ini didukung oleh teori Suryanto (2007) yang menyatakan bahwa informasi adalah salah satu organ pembentuk pengetahuan. Semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. Hasil penelitian lain juga yang dilakukan oleh Lina (2006) yang menyatakan semakin baik pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informapsi sehingga makin baik pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan suatu bentuk tahu yang diperoleh dari pengetahuan, akal dan pikiran seseorang melakukan
pengindraan
terhadap
suatu
objek
tertentu
memungkinkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
pada
akhirnya
66
Senada dengan hasil penelitian Murniati (2007), terdapat kecenderungan tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, dimana ibu yang memannfaatkan pelayanan antenatal cenderung adalah ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai pelayanan antenatal itu sendiri. Pengetahuan ini akan mambawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya ia sehat (tidak ada keluhan) dalam kehamilannya dan berusaha agar ia dan bayinyppa sehat dan selamat sewaktu melahirkan. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sadik (1996) yang menemukan bahwa pengetahuan merupakan salah satu variabel yang memiliki hubungan dengan derajat pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Mullany dan Beckerand (2007) dengan juga menemukan bahwa tingkat pelayanan antenatal paling tinggi didapatkan pada kelompok ibu dan suami yang mendapatkan pendidikan kesehatan. Hasil penelitian Mariam (2005) tentang faktor-faktor penyebab belum tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care . Pengetahuan mengenai kehamilan dapat diperoleh melalui penyuluhan tentang kehamilan seperti perubahan yang berkaitan dengan kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan diri selama kehamilan serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga dirinya dan kehamilannya dengan mentaati nasehat yang diberikan oleh pelaksana pemeriksa
67
kehamilan, sehingga ibu dapat melewati masa kehamilannya dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat (Kusmiyati, Wahyuningsi, & Sujiyatini, 2008). Pengetahuan merupakan hasil tahu serta terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Apabila seseorang mempunyai pengetahuan pada suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk menjelaskan secara besar sampai dengan menggunakan atau berprilaku sesuai dengan pengetahuannya pada situasi yang sebenarnya. seseorang mempunyai kemampuan yang sebenarnya menyusun formulasi baru berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggung jawabkan serta melakukan evaluasi sejauh mana kemampuan seseorang. Ibu hamil juga perlu mengetahui tentang jadwal kunjungan pemeriksaan kehamilannya. Pada kunjungan pertama, wanita hamil akan senang bila diberitahu jadwal kunjungan berikutnya. Untuk memenuhi kebutuhan ibu mungkin dibutuhkan kunjungan yang lebih sering. Kunjungan pertama biasanya memakan waktu yang lama, selain itu ibu hamil juga harus mengetahui tentang status nutrisi seorang wanita hamil yang memiliki efek langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin dan ibu hamil sehingga ibu hamil memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajari gizi yang baik (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005). Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang atau masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan kehamilannya
akan
dipermudah
apabila
ibu
mengetahui
apa
manfaat
memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan kehamilan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga
68
terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil (Depkes RI, 2008). Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu hamil yang tinggi akan pemeriksaan kehamilan memberikan sumbangan pada pencapaian target kenjungan pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan dan faktor dari dalam diri ibu sendiri. Seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, kemungkinan besar kehamilannya terdapat masalah dan komplikasi yag bisa menyebabkan kesakitan ataupun kematian bagi ibu dan bayi. Oleh karena itu pengetahuan ibu sangatlah penting untuk menunjang kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan. b. Pengaruh Sikap Dengan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Sikap mencerminkan penilaian yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap obyek sikap sebagai kecenderungan yang dipelajari, sikap mempunyai kemampuan memotivasi yaitu mendorong konsumen ke arah perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu. Selain itu sikap relatif konsisten dengan perilaku yang dicerminkannya meskipun sikap bisa berubah (Schiffman & Kanuk, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan sikap yang positif yaitu sebanyak 30 orang (46,2%), dan responden dengan sikap yang negatif yaitu sebanyak 35 orang (53,8%). Hasil uji statistic
69
menunjukkan bahwa sikap ibu tidak mempunyai Pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care, tetapi walaupun demikian sikap ibu yang lebih baik akan berdampak juga pada ibu yang memanfaatkan pelayanan antenatal. Sikap ibu dalam penelitian ini sebagian besar berada pada tingkat yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Risdamayanti (2013), bahwa Sikap tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Abuki tahun 2013. Menurut Depkes RI (2008) bahwa sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan janinnya. Sikap dan keyakinan berpengaruh terhadap proses pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kesehatan. Sikap konsumen berhubungan kuat dengan proses pemanfaatan ulang maupun meneruskan pelayanan yang sedang dilakukan, sedangkan keyakinan berhubungan dengan pandangan konsumen terhadap produk yang di tawarkan. Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan janinnya (Depkes RI, 2008). Menurut Natoatmodjo (1997), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menifestasi sikap tidak
70
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkanterlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Contohnya adalah seperti sikap setuju atau tidaknya ibu hamil terhadap jumlah kunjungan, informasi, manfaat yang dapat diterima ibu hamil dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal Care dapat mempengaruhi ibu hamil dalam mengambil tindakan yang positif atau negatif tentang Antenatal Care itu sendiri. Peneliti berasumsi bahwa respon dan perilaku terhadap pemeriksaan dapat ditandai dengan adanya rasa kesetiaan terhadap tempat pelayanan, rasa kebanggan terhadap tempat pelayanan, rasa kebanggan terhadap pelayanan kesehtaan, dengan kata lain bersikap positif terhadap pemeriksaan kehamilan berati mempunyai pikiran atau persepsi yang positif dan senang terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan. Dengan demikian bersikap terhadap pemeriksaan kehamilan akan memberikan pengaruh yang baik dalam peningkatan cakupan kunjugan ibu hamil dan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dapat diturunkan sesuai dengan harapan. Sikap yang positif terhadap pemeriksaan kehamilan memberikan sumbangan pada pencapaian target kunjungan pemeriksaan kehamilan dan meningkatkan indicator kesehatan ibu dan janin. Hal ini dapat dilihat apabila seseorang yang bersikap positif terhadap sesuatu objek (dalam hal ini pemeriksaan kehamilan), cenderung menerima objek tersebut dengan rasa senang. Berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut berguna atau berharga baginya, maka kecenderungan untuk menyenangi dan minat untuk melakukan pemeriksaan
71
kehamilan lebih besar. Adanya pelayanan Antenatal Care bukan menjadi jaminan mereka untuk cukup memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa pemanfaatan pelayanan Antenatal Care memiliki banyak faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh. Sehingga untuk memastikan ibu memanfaatkan pelayanan ANC maka diperlukan berbagai faktor yang mampu mendukung ketercapaiannya. c. Pengaruh Dukungan Suami/keluarga Dengan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material. Sebagai fakta sosial yang sebenarnya sebagai kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan dukungan yang diterima (Ninuk, 2007). Hasil penelitian menujukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan dengan suami/keluarga yang medukung yaitu sebanyak 34 orang (52,3%), dan responden dengan suami/keluarga yang tidak mendukung yaitu sebanyak 31 orang (47,7%). Sedangkan uji statistic menujukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care. Dukungan suami dalam kategori baik (e”rata-rata) lebih banyak melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan dengan dukungan suami yang tidak baik (
72
jarak petugas kesehatan yaitu bidan desa yang strategis yaitu berada dibalai desa setempat sehingga membuat ibu hamil tanpa dukungan suami tetap melakukan pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Subekti (2010) yang menyatakan bahwa dukungan suami yang baik akan mempengaruhi perilaku istri dalam pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faija (2012), bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan suami terhadap pemanfaatan ANC (p = 0.000 dengan α <0,05). Senada dengan hasil penelitian Herzein (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan (p = 0.000 dengan α <0,05). Dalam hal ini untuk kesehatan kehamilan istri dibutuhkan dukungan suami, apabila ada dukungan suami untuk melakukan pemeriksaan Antenatal Care, maka ibu hamil akan lebih sering untuk memanfaatan kunjungan Antenatal Care (ANC). Begitupula sebaliknya jika dukungan suami kurang kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin, ini akan berdampak pada keputusan ibu untuk memanfaatkan dan lebih jauhnya ini akan sangat berdampak pada kesehatan ibu dan anak yang di kandung serta bagaimana hasil dari proses persalinan ibu selanjutnya. Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri,
73
tidak menyakiti istri, berdo‟a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007). Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan ibu dapat berjalan lancar meliputi memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya, memberikan dukungan pada ibu untuk mepersiapkan peran sebagai ibu, memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungya melalui perawatan kehamilan, menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Sebaliknya, adanya dukungan dari lingkungan keluarga akan membuat ibu hamil nyaman dalam melewati kehamilannya. Psikologi ibu hamil sangat unik dan sensitif, oleh karena itu dukungan yang diberikan harus harus serius dan maksimal (Yeyeh, 2009). Peneliti berasumsi bahwa ketika ibu hamil memiliki dukungan suami yang cukup untuk memeriksakan kehamilannya bukan menjadi jaminan mereka untuk cukup memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care memiliki banyak faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga untuk memastikan ibu memanfaatkan pelayanan ANC maka diperlukan berbagai faktor yang mampu mendukung ketercapaiannya. Ibu hamil dengan dukungan suami yang cukup bisa saja kurang memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Suami secara materiil maupun non-materiil harus bisa mendukung istri untuk selalu mempertahankan kondisinya yang sehat disaat hamil untuk kepentingan ibu dan bayi dalam
74
kansungan. Memberikan izin untuk memeriksakan kehamilan, menganjurkan istri memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan, menyediakan waktu untuk mendampingi istri memeriksakan kehamilannya, menyediakan dana untuk ibu memeriksakan kehamilan, membantu ibu dalam mencari informasi tentang kesehatan selama masa kehamilan, mengingatkan istri untuk memeriksakan kehamilannya, dan memperhatikan kesehatan istri selama hamil merupakan bentuk dukungan suami kepada istri dalam memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan jika suami menginginkan agar ketika masa hamil istri sampai proses persalinan berjalan dengan lancar dan dalam keadaan yang sehat untuk keduanya (ibu dan bayi). d. Pengaruh Pendapatan/Penghasilan Keluarga Dengan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Pendapatan mempunyai kontribusi besar dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya ibu-ibu yang kurang mempunyai biaya akan kurang leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Ulina, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan dengan pendapatan/penghasilan keluarga yang cukup yaitu sebanyak 44 orang (67,7%), dan responden dengan pendapatan/penghasilan keluarag yang kurang yaitu sebanyak 21 orang
(32,3%). Sedangakan hasil uji statistic
menujukkan bahwa ada Pengaruh yang bermakna antara pendapatan/pengahasilan
75
keluaraga terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care. Keluarag yang berpendapatan rendah kemungkinan kecil akan memnfaatkan pelayanan kesehatan guna untuk memeriksakan kehamilannya, sebaliknya jika pendapatan keluaraga relative tinggi maka kemungkinan besar ia akan memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam memeriksakan kehamilannya. Besarnya pendapatan keluarga akan mempengaruhi orang untuk memilih sarana pelayanan kesehatan. masyarakat dengan tingkat pendapatan keluarga yang lebih rendah cenderung untuk memilih sarana pelayanan kesehatan karena tarif pelayananya lebih tinggi dibanding dengan pelayanan kedukun yang relative murah dan mudah terjangkau. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herzein (2004), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan/penghasilan keluarga dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan (p = 0.000 dengan α <0,05). Senada dengan hasil penelitian Riris (2010) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari pendapatan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal (p = 0.012 dengan α <0,05). Hal ini sesuai dengan Anonim (2008), yang menyatakan bahwa pendapatan besar kecilnya pendapatan seseorang akan mempengaruhi sikap individu untuk melakukan sesuatu. Peningkatan pendapatan rumah tangga terutama bagi kelompok rumah tangga miskin dapat meningkatkan status gizi, karena peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu membeli pangan berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik. Tingkat pendapatan ini biasanya berhubungan dengan aktivitas kerja yang digeluti. Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan sebelumnya tentang jenis
76
pekerjaan yang digeluti masyarakat, tingkat pendapatan tersebut seiring dengan aktivitas kerja masyarakat yang dominan sebagai kaum petani. Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care dipengaruhi oleh banyak faktor. Walaupun dari hasil penelitian yang ditemukan bahwa pendapatan/penghasilan keluarga responden cenderung pada kategori kurang tapi banyak juga ibu hamil yang cukup memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Hal ini bisa disebabkan karena jarak rumah responden ke tempat pemeriksaan kehamilan dekat dan dukungan suami yang cukup pada masa kehamilan. Berdasarkan literatur menurut Green dan Kreuter (2005), Penghasilan keluarga juga menentukan status sosial ekonomi keluarga tersebut yang akan berpengaruh terhadap seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Begitu juga menurut Indrayani (2011) yang memberikan konsep bahwa keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Begitu juga dengan hasil penelitian Riskesdas (2007) didapatkan semakin tinggi pendidikan kepala keluarga atau semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita, semakin tinggi pula cakupan pemeriksaan kehamilan. Peneliti
berasumsi
pendapatan/penghasilan
bahwa
keluarga
ketika yang
cukup
ibu
hamil untuk
memiliki
memeriksakan
kehamilannya bukan menjadi jaminan mereka untuk cukup memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care memiliki banyak faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga untuk memastikan ibu memanfaatkan pelayanan ANC maka
77
diperlukan berbagai faktor yang mampu mendukung ketercapaiannya. Ibu hamil dengan pendapatan/penghasilan yang cukup bisa saja kurang memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Pendapatan/penghasilan keluarga akan menjadi tolak ukur ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Ketika pendapatan/ penghasilan keluarga mencukupi maka ibu hamil akan dengan sendirinya mencari pelayanan yang lebih baik untuk masa kehamilannya. e. Pengaruh Akses Pelayanan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Keterjangkauan dimaksud adalah Jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan.Pada umumnya pasien-pasien akan mencari tempat pertolongan kesehatan ke fasilitas kesehatan yang berlokasi di dekat tempat tinggal mereka. Bila karena alasan tertentu mereka mendatangi tempat pelayanan yang jauh maka petugas klinik tersebut harus mampu membantu dan menjelaskan fasilitas kesehatan terdekat yang dapat memberikan perawatan dan pelayanan kesehatan lanjutan (Saifuddin, 2003). Hasil penelitian menujukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan akses pelayanan yang sulit dijangkau yaitu sebanyak 31 orang (52,3%), dan responden dengan akses pelayanan yang mudah dijangkau yaitu sebanyak 34 orang (52,3%). Sedangkan hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada Pengaruh yang bermakna terhadap pemanfaatan pelayananan antenatal care. Hal ini dikarenakan bahwa
jarak rumah ke tempat pemeriksaan kehamilan tidak
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care. Ketika jarak rumah jauh ke tempat pemeriksaan kehamilan, tidak berarti ibu hamil tersebut akan
78
kurang memanfaatkan pelayanan Antenatal Care. Walaupun jarak tempuh jauh, jika ibu hamil memiliki pengetahuan yang cukup dan sadar bahwa pemeriksaan kehamilan penting untuk dilakukan secara rutin dan dukungan orang sekitar ibu hamil tersebut khususnya dukungan suami cukup, maka ibu hamil akan memanfaatkan pelayanan Antenatal Care sesuai dengan yang dianjurkan demi kondisi kandungannya. Sejalan dengan penelitian Mariam (2008) bahwa jarak tempat tinggal berhubungan dengan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang kemudian mempengaruhi frekuensi antenatal care. Kemudian terjangkaunya tempat pelayanan kesehatan semakin mendukung antenatal care secara teratur. Hal ini sesuai dengan penelitian Murniati (2007)yang menyatakan transportasi yang sulit atau waktu tempuh yang lama mengakibatkan munculnya perasaan malas atau enggan untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan dan memeriksakan kehamilannya. Hasil penelitian Ridwan A, 2011, menyatakan sebesar 64 % responden yang mudah menjangkau sarana kesehatan memanfaatkan pelayanan antenatal acare sementara responden yang tidak mudah menjangkau sarana kesehatan sebesar 66.2 % tidak memanfaatkan pelayanan antenatal care. Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu dan biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. Walaupun
ketersediaan
pelayanan
kesehatan
sudah
memadai,
namun
penggunaannya tergantung dari aksesibilitas masyarakat terhadap informasi. Ibu
79
hamil yang tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009). Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani. Saat ini, penyebaran sarana kesehatan masih belum merata. Terdapat daerah yang belum memiliki sarana kesehatan khususnya dalam bidang persalinan. Hal ini menyebab-kan masyarakat kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Bila sarana kesehatan atau rumah sakit sudah tersedia, yang menjadi masalah selanjutnya adalah terdapat daerah yang tidak dijangkau oleh sarana transportasi untuk mencapai sarana kesehatan tersebut (Yeyeh, 2009). Keterjangkauan dikategorikan menjadi mudah terjangkau dan sulit terjangkau dan sulit diajangkau. Mudah terjangkau jika ibu hamil dapat mencapai tempat pelayanan kurang dari 1 jam atau dengan biaya kurang dari Rp 20.000. Keterjangkaun berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal karena keterjangkauan
tempat
pelayanan
yang
mudah
akan
mendukung
ibu
memeriksakan kehamilannya, sebab ditempat pelayanan antenatal ibu dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan janin dan kesehatan ibu. Maslaahmasalah yang sering dihadapi ibu saat kehamilan dapat diketahui dan ditangani dengan segera jika ibu sering memeriksakan kehamilan dan datang ketempat pelayanan antenatal. Selain itu komunikasi antara ibu dan petugas pelayanan
80
antenatal akan berlangsung efektif dan saling mengenal. Jika hubungan telah terbina akan lebih mudah petugas menyampaikan pesan-pesan yang berguna dan memudahkan rasa percaya diri dan rasapercaya kepada petugas dimana hal ini merupakan dasar yang baik dalam merawat diri serta keputusan dalam rangka persalinan.p Kemudahan menjangkau tempat pelayanan antenatal semakin mendukung pemeriksaan kehamilan secara berkala. Menurut Depkes RI,
(1996), selama
kehamilan ada hal-hal yang perlu dipantau agar bila ada penyimpangan dari keadaan normal dapat segera diberikan penanganan yang memadai. Karena itu dimulai sejak kehamilan muda. Makin tinggi resiko kehamilan yang dipunyai oleh ibu, makin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya lebih sering. Peneliti berasumsi bahwa jarak tempuh kesuatu tempat mempengaruhi seseorang untuk mengunjungi suatu lokasi yang dituju, semakin jauh jarak tempuh kesuatu tempat, semakin enggan seseorang akan memilih lokasi tersebut untuk dikunjungi. Namun jarak tempuh yang lebih jauh dengan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik mungkin akan lebih dipertimbangkan disbanding jarak tempuh yang dekat tapi kualitas pelayanan kesehatannya buruk. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan.
Aksesibilitas ke tempat
pelayanan kesehatan merupakan penghambat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu seperti sarana transportasi, keadaan geografis dan waktu tempuh untuk menuju tempat pelayanan kesehatan. waktu tempuh yang di maksud
81
di sini adalah waktu tempuh dari tempat tinggal menuju tempat pelayanan kesehatan, waktu tempuh yang lama seringkali menjadi kendala bagi masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan. Pada umumnya ibu akan mencari tempat pelayanan kesehatan yang berlokasi dekat tempat tinggal mereka. f. Pengaruh Kondisi Ibu Hamil Dengan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 Kondisi ibu hamil dikategorikan menjadi ada penyakit/keluhan dan tidak ada penyakit/keluhan. Ada penyakit/keluhan jika ibu mempunyai maslah kesehatan selama kehamilan, seperti penyakit yang diderita ibu dan ada oedema selama kehamilan. Tidak ada penyakit/keluhan jika ibu tidak mengalami masalah kesehatan selama kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 65 responden, proporsi responden dengan kondisi ibu hamil yang mengalami tanda bahaya yaitu sebanyak 28 orang (43,1%), dan responden dengan kondisi ibu hamil yang tidak mengalami tanda bahaya yaitu sebanyak 37 orang
(56,9%). Sedangkan hasil uji statistic
menunjukkan bahwa ada Pengaruh yang bermakna antara kondisi ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hal ini dikarenakan kondisi ibu yang mengalami keluhan/ada penyakit selam kehamilan harus memeriksakan kehamilannya ketempat pelayanan antenatal, agar ibu lebih mengetahui kondisi keselamatan dan kehamilan ibu. Hasil Penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan Wibowo (1992) menyatakan bahwa kondisi kesehatan yang dirasakan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk mennggunakan
82
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini ibu hamil yang merasa dirinya sakit-sakitan selama kehamilannya akan menggunakan pelayanan Antenatal Care secara lebih adekuat. Menurut Depkes RI dalam Murniati (2007), kondisi ibu selama kehamilan harus dipahami, agar ibu tahu bagaimana keadaan (keluhan) normal atau tidak. Keluhan normal yang tidak membahayakan bagi kehamilan seperti perubahan hormonal
atau perubahan bentuk
tubuh.
Keluhan atau keadaan
yang
membahayakan seperti perdarahan baik sedikit atau banyak, pembengkakan pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat rebahan yang disertai nyeri kepala, mual dan nyeri ulu hati keluar cairan ketuban sebelum kehamilan cukup umur, janin tidak bergerak atau jarang dalam sehari semalam dan berat badan tidak bertambah bahkan turun. Kondisi kehamilan harus dipahami, agar ibu tahu bagaimana keadaan (keluhan) normal atau tidak. Keluhan normal yang tidak membahayakan bagi kehamilan seperti perubahan hormonal atau perubahan bantuk tubuh. Keluahan atau keadaan yang membahayakan seperti perubahan hormonal atau perubahan bentuk tubuh. Keluhan atau keadaan yang membahayakan seperti perdarahan baik sedikit atau banyak, pembengkakan pada kaki yang tidak hilang setelah istrahat rebahan yang disertai nyeri kepala, mual dan nyeri ulu hati, keluar cairan ketuban sebelum kehamilan cukup umur, jamin tidak bergerak atau jarang dalam sehari semalam dan berat badan bertambah bahkan turun (Depkes RI, 1996). Kondisi ibu mempunyai hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri ibu ditambah dengan adanya
83
keluhan-keluahan penyakit yang dialami selama kehamilan membuat ibu cemas dengan keadaan dirinya sehingga mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya ketempat pelayanan kesehatan. keluhan yang sering timbul selama kehamilan, baik karena perubahan hormonal , dorongan penekanan atau perubahan bentuk tubuh akibat pembesaran janin maupun perubahan emosional. Keluhankeluhan tersebut sering mencemaskan ibu hamil, sehingga diperlukan peranan petugas untuk memberikan rasa percaya diri pada ibu ibu dan memberitahukan bahwa keadaan ibu normal. Jika ibu memanfaatkan pelayanan antenatal maka keadaan keluhan yang dirasakan dapat diatasi terutama rasa cemas ibu terhadap kondisi kehamilan seperti memberikan motivasi pada ibu untuk lebih sering memanfaatkan pelayanan antenatal. Hal ini sesuai dengan teori Anderson, yaitu keadaan atau kondisi saat periksa hamil yang dirasa atau dipersepsi ibu terhadap berat ringannya penyakit atau keluhan/gejala yang dirasakan ibu sebagai gangguan kesehatan selama kehamilannya. Anderson juga berpendapat bahwa kebutuhan merupakan faktor yang menjadi alasan langsung untuk seseorang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Kondisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan, persalinan, maupun saat masa nifas. Oleh karena itu diperlukan upaya pendidikan mengenai tanda bahaya (komplikasi) yang sering dialami oleh ibu saat hamil dan apa yang harus dilakukan ibu jika komplikasi atau tanda bahaya tersebut dialami oleh ibu. Sosialisasi ini dapat dilakukan oleh ahli kesehatan atau tenaga yang profesional kepada ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi atau juga dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di
84
masyarakat atau ibu-ibu kader dengan dibantu oleh ahli kesehatan untuk meminimalisir komplikasi saat hamil. Peneliti berasumsi bahwa ketika seseorang dalam kondisi yang tidak sehat atau mengalami gangguan, maka mereka akan lebih sadar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan cukup agar kondisi mereka menjadi baik. Sama seperti ibu hamil, ketika mereka mengalami keluhan/komplikasi saat hamil maka mereka akan lebih waspada dan lebih cermat dalam menjalani setiap proses kehamilannya.
Ibu
hamil
yang
mengalami
keluhan/komplikasi
akan
memanfaatkan pelayanan Antenatal Care demi menjaga kondisi mereka membaik atau tidak lebih memburuk nantinya. Ibu hamil dengan pengetahuan yang kurang akan menganggap bahwa tanda bahaya (komplikasi) yang dialami merupakan hal yang wajar bagi ibu hamil dan bukan merupakan masalah bagi kehamilannya. Padahal sebenarnya, tanda bahaya (komplikasi) yang terjadi menandakan bahwa terdapat kelainan atau gangguan pada kehamilan dan ini bisa meningkat bahayanya jika dibiarkan begitu sjaa tanpa adanya penanganan yang profesional. Pemanfaatan pelayanan Antenatal Care memiliki banyak faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga untuk memastikan ibu memanfaatkan pelayanan ANC maka diperlukan berbagai faktor yang mampu mendukung ketercapaiannyaketidaktahuannya terhadap tanda bahaya (komplikasi) yang biasa dialami ibu hamil.
85
V. PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut : 1. Pengetahuan tidak memiliki Pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 2. Sikap tidak memiliki Pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 3. Dukungan suami tidak memiliki Pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 4. Pendapatan/penghasilan
keluarga
tidak
memiliki
Pengaruh
terhadap
pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 5. Akses pelayanan memiliki Pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015. 6. Kondisi Ibu Hamil memiliki Pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Tahun 2015 7.
86
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1.
Kepada petugas perlunya meningkatkan kunjungan kerumah ibu hamil yang aksesnya tidak mudah dijangkau Dan memperhatikan tanda-tanda Resiko ibu hamil.
2.
Kepada para ibu hamil, sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan kehamilan secara rutin sehingga petugas dapat memberikan pelayanan yang optimal yaitu sesuai standar.
3.
Kepada Pemerintah, perlunya tambahan sarana kesehatan di Puskesmas agar kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Wolo dapat ditingkatkan dan petugas lebih meningkatkan kinerjanya sehingga ibu hamil juga akan lebih terpanggil untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas.
4.
Bagi peneliti lain agar meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja puskesmas.
87
DAFTAR PUSTAKA Agnes, 2005. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005. Skripsi. FKM-USU. Medan. Anonim. 2008. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Azwar, Azrul, Joedo Prihartono, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Binurupa Aksara. Jakarta. Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. EGC. Jakarta. Depkes RI, 2007. Pedoman Pelayanan Antenatal. Dirjen Binkesmas Depkes RI. Jakarta. _______. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. _______. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat PWS-KIA. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. _______. 1996. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi),Rineka Cipta, Jakarta. Dinkes Sultra, 2013. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2013. Dinkes. Jakarta. Disnakertrans Sulawesi Tenggara, 2013. Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Sulawesi Tenggara. Disnakertrans. Kendari. Eka, Arsita, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta. Elfindri, 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Baduose Media. Jakarta. Faija. 2012. Pengaruh Faktor Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan. Tesis, FKM-USU, Medan. Green dan Kreuter. 2005. Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat. Depok. Hani, Ummi, dkk., 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Salemba Medika. Jakarta. Harianja, Herzein., 2004. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Parsoburan Pematangsiantar Tahun 2004. Skripsi, FKM-USU, Medan. Harymawan. 2007. Dukungan Suami dan Keluarga. http://drsuparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-natal-care.html, diakses pada tanggal 10 Agustus 2013. Indrayani . 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Trans Info Media. Jakarta.
88
Kemenkes RI, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/Menkes/Per/XII/201, tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Kemenkes RI. Jakarta. Kemenkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kemenkes RI. Jakarta. _________, 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC. Jakarta. Kusmiyati, Wahyuningsi, & Sujiyatini,. 2008. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Antenatal Care Di Puskesmas Antara Kota Makassar Tahun 2008. Skripsi Universitas Hasanuddin. Lina.2006. Tingkat Pengetahuan Wanita Pada Masa Klimakterium Tentang Menopause Di Kelurahan Simpang Selayang Medan. Skripsi, FKM-USU. Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Maryam, 2005. Studi Permintaan Pelayanan Kesehatan pada Nelayan Penyelam di Pulau Barrang Lompo kota Makassar. FKM Unhas. Makassar. Maulana, M, 2007, What a Woman Wants: Cara Cerdas Merencanakan dan Menjalani Kehamilan. Katahati. Yogyakarta. Murniati, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Mullany dan Beckerand. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Perilaku Seksual Terhadap Kehamilan Trimester III di RB Nur- Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Skripsi Poltekes Semarang. Meilani,dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (Anc) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.Medan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta. __________. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. __________. 1997. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta.
89
Prawirohardjo, S., 2010. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Purwaningsih,W., 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. ISBN. Yogyakarta. Puskesmas Wolo, 2013. Profil Puskesmas Wolo Tahun 2013. Ridwan, Amiruddin, 2011. Epidemiologi Perencanaan dan Pelayanan Kesehatan. Masagena Press. Makassar. Risdamayanti. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2013. Skripsi. FKM Universitas UHO. Kendari. Rini, M., 2010. Analisis Determinan Pemanfaatan Layanan Antenatal di Sumatera Selatan. Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 4 No.12 Tahun 2010. Riris. 2010. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. Skripsi, FKM-USU, Medan. Riskesdas. 2007. Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2007, Jakarta. Rush. 2001. Pengantar Demografi Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Suara Kendari, 2014. Hanya Dua Daerah Tetapkan UMK, 21 Februari 2014. www.suarakendari.com (diakses Mei 2015). Sadik.1996. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Subekti. 2010. Hubungan Dukungan Suami dengan Keteraturan Antenatal Care pada Multigravida Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Puedage. Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I, No.3: 164-174, Desember 2010. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Saifuddin. 2003. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. EGC. Jakarta. Suryanto. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Rawat Inap Panjang Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013. Schiffman & Kanuk, 2007. Perilaku Konsumen. trans. K Zulkifli, PT Indeks, edk 7. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Wahid dkk., 2007. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
90
Wibowo. 1992. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal : Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Hubungannya dengan Berat Badan Lahir Rendah. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. WHO, 2010. Trends in maternal mortality 1990-2008: estimates developed by WHO, UNICEF, UNFPA and the World Bank. Geneva ( www.who.int) ____, 2012. Global Health Observatory (GHO) Antenatal Care. Geneva (www.who.int) ____, 2015. Maternal Health. Geneva (www.who.int) Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Yogyakarta. Yulifah, Rita dan Tri Johan A.Y, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta. Yeyeh. 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Status Gizi ibu hamil di puskesmas Rappokaling Kecamatan Tallo Makasar Tahun 2009. Skripsi Universitas Hasanuddin.Makassar. Ulina. 2004. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Tanjung Rejo Tahun 2004. Skripsi, FKM-USU. Medan.
Persetujuan Informan PERNYATAAN PERSETUJUAN (Informed Consent) Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: …………………(inisial)
Umur
: …………………..(tahun) Setelah membaca dengan seksama, mengerti dan memahami penjelasan dan
informasi yang diberikan dari peneliti, saya bersedia berpartisipasi menjadi sampel dalam penelitian yang di lakukan oleh Saudari. Wartina Karamelka dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka tahun 2015.” sampai dengan berakhirnya masa penelitian dimaksud. Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak sedang dalam paksaan siapapun serta untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Kendari, Peneliti,
(Wartina Karamelka) F2DA 09 159
2015
Responden,
(
)
Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLO TAHUN 2015
No. Responden
:
A. Identitas Umum Responden 1.
Nama
: ........................................................................
2.
Umur
: ............... tahun
3.
Pendidikan
:
4.
5.
a.
Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD
b.
Tamat SD Sederajat
c.
Tamat SLTP Sederajat
d.
Tamat SLTA Sederajat
e.
Akademi/ Perguruan Tinggi
Pekerjaan Responden : a.
Petani/Buruh
d. Tidak Bekerja
b.
PNS/TNI/Polri
e. Lain-lain (.....................................)
c.
Wiraswasta/Pegawai Swasta
Pekerjaan Suami
:
a.
Petani/Buruh
d. Tidak Bekerja
b.
PNS/TNI/Polri
e. Lain-lain (.....................................)
c.
Wiraswasta/Pegawai Swasta
B. Pengetahuan 1.
Menurut ibu, bagaimana cara mengetahui adanya kehamilan? a. Memeriksakan pada dukun bayi b. Memeriksakan ke pelayanan kesehatan (bidan di desa atau puskesmas)
2.
Menurut ibu, pada saat kapan sebaiknya pemeriksaan pertama kali pada kehamilan? a. Sejak terlambat haid b. Dekat Mau Melahirkan
3.
Menurut ibu, dimana tempat pemeriksaan kehamilan yang seharusnya? a. Dukun b. Rumah Sakit/ Puskesmas
4.
Menurut ibu, berapa kali minimal (paling sedikit) selama hamil ibu harus memeriksakan kehamilan di sarana kesehatan? a. 4 kali (1 kali saat hamil 3 bulan pertama, 1 kali saat hamil 3 bulan kedua, dan 2 kali saat hamil 3 bulan ketiga/terakhir) b. 2 kali (ketika 3 bulan pertama dan 3 bulan terakhir)
5.
Menurut ibu, apa manfaat imunisasi TT bagi ibu hamil? a. Mencegah penyakit Malaria b. Mencegah penyakit Tetanus
6.
Menurut ibu, faktor apa yang menyebabkan seorang ibu melahirkan prematur? a. Tidak melakukan pemeriksaan antenatal secara lengkap, dan mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang serta status gizi ibu yang rendah b. Terlalu banyak bergerak dan mengkonsumsi makanan secara berlebihan
7.
Menurut ibu, berapa kadar Hb yang baik bagi seorang ibu hamil? a. < 11 gr b. ≥ 11 gr
8.
Menurut ibu, bila terjadi penurunan berat badan pada waktu hamil, ini menandakan bahwa ibu sehat? a. Salah b. Benar
9. Menurut ibu, obat yang paling baik diminum setiap hari oleh Ibu hamil adalah tablet tambah darah? a. Betul b. Salah 10. Menurut ibu, berapa jumlah tablet yang baik dikonsumsi oleh seorang ibu hamil? a. < 90 tablet selama hamil sampai melahirkan b. ≥ 90 tablet selama hamil sampai melahirkan C. Sikap No.
Pernyataan
1.
Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannya
2.
Memeriksakan kehamilan sebaiknya secara teratur kecuali jika mengalami gangguan kehamilan Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan anak
3. 4. 5. 6.
S
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya kepada bidan
Dapat dipastikan tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi sehat 7. Penyakit yang timbul pada waktu hamil akan sembuh sendiri 8. Pada waktu memeriksakan kehamilan, ibu harus mendapatkan keterangan tentang kesehatan ibu 9. Pemeriksaan kehamilan dilakukan jika ada masalah saja dengan kehamilan ibu 10. Pemeriksaan kehamilan ke bidan sebaiknya minimal dilakukan 4 kali Keterangan : S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju
Respon KS TS
D. Dukungan Suami 1.
Apakah suami memberikan izin untuk memeriksakan kehamilan ibu saat ini? a. Ya b. Tidak 2. Apakah suami menganjurkan ibu periksa kehamilan saat ini ke pelayanan kesehatan? a. Ya b. Tidak 3. Apakah suami mau menyediakan waktu untuk mendampingi ibu periksa kehamilan sekarang? a. Ya b. Tidak 4. Apakah suami mau menyediakan dana untuk ibu memeriksakan kehamilan sekarang? a. Ya b. Tidak 5. Apakah suami membantu ibu dalam mencari informasi tentang kesehatan selama masa kehamilan sekarang? a. Ya b. Tidak 6. Apakah suami selalu mengingatkan ibu untuk memeriksakan kehamilan sekarang? a. Ya b. Tidak 7. Apakah suami selalu memperhatikan kesehatan ibu selama masa kehamilan ini? a. Ya b. Tidak E. Pendapatan/penghasilan Keluarga Petunjuk: isilah kolom sesuai jumlah pendapatan/penghasilan yang diperoleh No.
Anggota Keluarga
1
Ayah
2
Ibu
3
Anak
4
Dll
Jumlah Pendapatan (Rp) / bulan
F. Akses 1. Apakah ibu dapat dengan mudah kepuskesmas atau posyandu? 2. Bila iya, ibu menggunakan transportasi apa ke puskesmas atau keposyandu? 3. Bila tidak apa alasan/kendala ibu ke puskesmas atau keposyandu? G. Kondisi Ibu Hamil 1. Apa ibu mengalami tanda-tanda bahaya (komplikasi) selama kehamilan? a. Ya b. Tidak 2. Jika ya, apa sajakah tanda-tanda bahaya (komplikasi) kehamilan tersebut? (boleh memilih lebih dari satu) a. Mules hebat sebelum 9 bulan b. Pendarahan c. Demam Tinggi d. Kejang-kejang dan pingsan e. Lainnya, tuliskan ................................................................................. H. Pemanfaatan Antenatal Care 1. Apakah selama hamil memeriksakan kehamilan di sarana pelayanan kesehatan (Bidan di desa, Polindes, Posyandu) a. Ya b. Tidak, tetapi di ................................................. 2. Jika tidak, apa alasan ibu? a. Jarak dekat dan susah ditempuh b. Sikap petugas tidak ramah c. Alasan lain ........................................................................................... 3. Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan selama hamil? a. < 4 kali b. ≥ 4 kali
HASIL OUTPUT SPSS UMUR Cumulative Frequency Valid
>19 tahun
Percent
Valid Percent
Percent
9
13.8
13.8
13.8
20-24
11
16.9
16.9
30.8
25-29
18
27.7
27.7
58.5
30-34
14
21.5
21.5
80.0
35-39
13
20.0
20.0
100.0
Total
65
100.0
100.0
pekerjaan istri Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Petani/Buruh
10
15.4
15.4
15.4
PNS/TNI/POLRI
17
26.2
26.2
41.5
Wiraswasta/pegawai swasta
18
27.7
27.7
69.2
IRT
20
30.8
30.8
100.0
Total
65
100.0
100.0
pekerjaan suami Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
petani/buruh
17
26.2
26.2
26.2
PNS/TNI/POLRI
18
27.7
27.7
53.8
wiraswasta/pegawai swasta
17
26.2
26.2
80.0
tidak bekerja
13
20.0
20.0
100.0
pekerjaan suami Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
petani/buruh
17
26.2
26.2
26.2
PNS/TNI/POLRI
18
27.7
27.7
53.8
wiraswasta/pegawai swasta
17
26.2
26.2
80.0
tidak bekerja
13
20.0
20.0
100.0
Total
65
100.0
100.0
Pendidikan Cumulative Frequency Valid
TTSD
Percent
Valid Percent
Percent
8
12.3
12.3
12.3
SD
14
21.5
21.5
33.8
SMP
16
24.6
24.6
58.5
SMA
16
24.6
24.6
83.1
AKADEMI/PT
11
16.9
16.9
100.0
Total
65
100.0
100.0
pemanfaatan antenatal care Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
memanfaatkan
29
44.6
44.6
44.6
tidak memanfaatkan
36
55.4
55.4
100.0
Total
65
100.0
100.0
Pengetahuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
cukup
23
35.4
35.4
35.4
kurang
42
64.6
64.6
100.0
Total
65
100.0
100.0
Crosstab pemanfaatan antenatal care tidak memanfaatkan Pengetahuan
cukup
Count % within pengetahuan % within pemanfaatan antenatal care
kurang
Count % within pengetahuan % within pemanfaatan antenatal care
Total
Count % within pengetahuan % within pemanfaatan antenatal care
memanfaatkan
Total
13
10
23
56.5%
43.5%
100.0%
44.8%
27.8%
35.4%
16
26
42
38.1%
61.9%
100.0%
55.2%
72.2%
64.6%
29
36
65
44.6%
55.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
Pearson Chi-Square
2.042a
1
.153
Continuity Correctionb
1.364
1
.243
Likelihood Ratio
2.041
1
.153
Fisher's Exact Test
.195
Linear-by-Linear Association
2.011
N of Valid Casesb
1
.121
.156
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.26. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Approx. Tb
Approx. Sig.
Phi
.177
.153
Cramer's V
.177
.153
Interval by Interval
Pearson's R
.177
.123
1.429
.158c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.177
.123
1.429
.158c
N of Valid Cases
65
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Sikap Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
positif
30
46.2
46.2
46.2
negatif
35
53.8
53.8
100.0
Total
65
100.0
100.0
sikap * pemanfaatan antenatal care Crosstab pemanfaatan antenatal care tidak memanfaatkan sikap
positif
Count % within sikap % within pemanfaatan antenatal care
negatif
% within pemanfaatan antenatal care Total
14
30
53.3%
46.7%
100.0%
55.2%
38.9%
46.2%
13
22
35
37.1%
62.9%
100.0%
44.8%
61.1%
53.8%
29
36
65
44.6%
55.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within sikap % within pemanfaatan antenatal care
Total
16
Count % within sikap
memanfaatkan
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
1.714a
1
.191
Continuity Correctionb
1.121
1
.290
Likelihood Ratio
1.719
1
.190
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.219 1.687
1
.194
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.38. b. Computed only for a 2x2 table
.145
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Approx. Tb
Approx. Sig.
Phi
.162
.191
Cramer's V
.162
.191
Interval by Interval
Pearson's R
.162
.123
1.306
.196c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.162
.123
1.306
.196c
N of Valid Cases
65
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
dukungan keluarga Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
mendukung
34
52.3
52.3
52.3
tidak mendukung
31
47.7
47.7
100.0
Total
65
100.0
100.0
Crosstab pemanfaatan antenatal care tidak memanfaatkan dukungan keluarga
mendukung
Count
21
34
38.2%
61.8%
100.0%
44.8%
58.3%
52.3%
16
15
31
51.6%
48.4%
100.0%
55.2%
41.7%
47.7%
29
36
65
44.6%
55.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within pemanfaatan antenatal care Count % within dukungan keluarga % within pemanfaatan antenatal care Total
Count % within dukungan keluarga % within pemanfaatan antenatal care
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
1.174a
1
.279
.695
1
.404
1.177
1
.278
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.324 1.156
1
.282
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.83. b. Computed only for a 2x2 table
Total
13
% within dukungan keluarga
tidak mendukung
memanfaatkan
.202
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Phi
Approx. Tb
Approx. Sig.
-.134
.279
Cramer's V
.134
.279
Interval by Interval
Pearson's R
-.134
.123
-1.077
.286c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.134
.123
-1.077
.286c
N of Valid Cases
65
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
akses pelayanan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
mudah terjangkau
34
52.3
52.3
52.3
sulit terjangkau
31
47.7
47.7
100.0
Total
65
100.0
100.0
akses pelayanan * pemanfaatan antenatal care Crosstabulation pemanfaatan antenatal care tidak memanfaatkan akses pelayanan
mudah terjangkau
Count % within akses pelayanan % within pemanfaatan antenatal care
sulit terjangkau
% within pemanfaatan antenatal care Total
24
34
29.4%
70.6%
100.0%
34.5%
66.7%
52.3%
19
12
31
61.3%
38.7%
100.0%
65.5%
33.3%
47.7%
29
36
65
44.6%
55.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within akses pelayanan % within pemanfaatan antenatal care
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
6.669a
1
.010
Continuity Correctionb
5.441
1
.020
Likelihood Ratio
6.779
1
.009
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.013 6.566
1
.010
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.83. b. Computed only for a 2x2 table
Total
10
Count % within akses pelayanan
memanfaatkan
.010
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Approx. Tb
Approx. Sig.
Phi
.320
.010
Cramer's V
.320
.010
Interval by Interval
Pearson's R
-.320
.118
-2.684
.009c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.320
.118
-2.684
.009c
N of Valid Cases
65
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
pendapatan/pengahsilan keluarga Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
cukup
44
67.7
67.7
67.7
kurang
21
32.3
32.3
100.0
Total
65
100.0
100.0
pendapatan/pengahsilan keluarga * pemanfaatan antenatal care Crosstabulation pemanfaatan antenatal care tidak memanfaatkan pendapatan/pengahsilan
Cukup
keluarga
Count
memanfaatkan
Total
16
28
44
36.4%
63.6%
100.0%
55.2%
77.8%
67.7%
13
8
21
61.9%
38.1%
100.0%
44.8%
22.2%
32.3%
29
36
65
44.6%
55.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within pendapatan/pengahsilan keluarga % within pemanfaatan antenatal care Kurang
Count % within pendapatan/pengahsilan keluarga % within pemanfaatan antenatal care
Total
Count % within pendapatan/pengahsilan keluarga % within pemanfaatan antenatal care
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
Pearson Chi-Square
3.753a
1
.053
Continuity Correctionb
2.790
1
.095
Likelihood Ratio
3.761
1
.052
Fisher's Exact Test
.066
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
3.695
1
.047
.055
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.37. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Phi
Approx. Tb
Approx. Sig.
-.240
.053
Cramer's V
.240
.053
Interval by Interval
Pearson's R
-.240
.121
-1.965
.054c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.240
.121
-1.965
.054c
N of Valid Cases
65
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
kondisi ibu hamil Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
mengalami tanda bahaya
28
43.1
43.1
43.1
tidak mengalami tanda bahaya
37
56.9
56.9
100.0
Total
65
100.0
100.0
kondisi ibu hamil * pemanfaatan antenatal care Crosstabulation pemanfaatan antenatal care tidak memanfaatkan kondisi ibu hamil
mengalami tanda bahaya
Count % within kondisi ibu hamil % within pemanfaatan antenatal care
tidak mengalami tanda bahaya
% within pemanfaatan antenatal care Total
20
28
28.6%
71.4%
100.0%
27.6%
55.6%
43.1%
21
16
37
56.8%
43.2%
100.0%
72.4%
44.4%
56.9%
29
36
65
44.6%
55.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within kondisi ibu hamil % within pemanfaatan antenatal care
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
5.124a
1
.024
4.047
1
.044
5.236
1
.022
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.043 5.045
1
.025
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.49.
Total
8
Count % within kondisi ibu hamil
memanfaatkan
.021
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
Pearson Chi-Square
5.124a
1
.024
Continuity Correctionb
4.047
1
.044
Likelihood Ratio
5.236
1
.022
Fisher's Exact Test
.043
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
5.045
1
.021
.025
65
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.49. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Approx. Tb
Approx. Sig.
Phi
.281
.024
Cramer's V
.281
.024
Interval by Interval
Pearson's R
-.281
.117
-2.322
.023c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.281
.117
-2.322
.023c
N of Valid Cases
65
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
PENYERAHAN SURAT KEPADA PUSKESMAS WOLO
PEMERIKSAAAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS WOLO
PENGISIAN KUISIONER DI KECAMATAN WOLO
PENGAMBILAN SAMPEL DI PUSKESMAS WOLO
LOKASI PUSKESMAS WOLO