Quality Assurance dan upaya pelaksanaan dalam pelatihan Olimpiade Dr. Suryadi Siregar Prodi Astronomi FMIPA-ITB Jl. Ganesha 10, Bandung ____________________________________________________________________
Pengantar Tulisan singkat ini disusun untuk Loka Karya Olimpiade Astronomi Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 12 Maret 2010 oleh Direktorat Pendidikan Nasional, bekerjasama dengan Program Studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Makalah ini terbatas pada ihwal pengalaman kami mengajar, sebagai tim leader kontingen Indonesia dan mengevaluasi kegiatan pelatihan dan soal-soal yang diujikan di event olimpiade internasional. IAO (International Astronomy Olympiad), APAO (Asia Pacific Astronomy Olympiad), IOAA (International Olympiad on Astronomy and Astrophysic) maupun IESO (International Earth Science Olympiad). Pada dasarnya evaluasi proses belajar mengajar terbangun dari pengalaman, selama menjadi pengajar di pelatihan olimpiade, sebagai dosen di ITB maupun diperguruan tinggi swasta. Mengajar siswa pilihan di pelatihan olimpiade, seharusnya menjadi lebih mudah lagi. Namun kenyataannya tidak selalu demikian, sebab pelatihan ini mengacu pada konsep “multi input - single output”. Peserta latihan walaupun merupakan juara-juara provinsi namun telah lama diketahui peringkat luar jawa dengan siswa yang berasal dari pulau jawa sangatlah timpang. Pelatihan dalam tempo 3 bulan atau kurang, memang berat bagi siswa untuk menyamakan kepahaman astronomi yang setara. Pada dasarnya ada dua teori pembelajaran yang sudah baku. Pertama Pendidikan yang berpusat pada siswa (learner centered education) dan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher centered education). Siswa alumni OSN peserta pelatihan dari luar pulau jawa maupun sekolah dengan guru yang minim pemahamannya tentang astronomi, umumnya terbiasa dengan cara belajar “learner centered education”, kekurangan guru yang kompetens mengharuskan mereka mencari sendiri sumber acuan, fasilitas internet memungkinkan mereka berkompetisi dengan rekannya dari daerah yang sudah mapan. Intisari ciri-ciri dari kedua model pembelajaran ini diragakan dalam table berikut. Tabel 1 Kriteria Learner Centered Education dan Teacher Centered Education Aspek
Learner Centered Education
Teacher Centered Education
Sasaran pembelajaran
Penguasaan bidang ilmu
Penguasaan bidang ilmu, membekali kemampuan berfikir dan mengasah soft skills.
Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 1
Struktur kurikulum
Susunan mata kuliah sepenuhnya terintegrasi untuk mencapai sasaran pembelajaran
Cara pandang Siswa mengakumulasi terhadap pengetahuan. Pembelajaran pembelajaran bersifat individu siswa Peran pengajar Fungsi kuliah
Sumber pengetahuan pembelajaran
bahan Sebagai tujuan akhir pemahaman siswa
Rangkaian mata kuliah membentuk susunan yang terintegrasi untuk mencapai sasaran pembelajaran Siswa membangun pengetahuan. Mendorong pembelajaran kelompok
dalam Fasilitator dan perancang lingkungan pembelajaran Dasar untuk pembelajaranlebih lanjut. Sarana mengembangkan keterampilan belajar metacognitive
Metoda penyampaian
Kuliah
Berbagai metode pembelajaran aktif, collaborative learning, cooperative learning, problem based learning
Asesment
Test mingguan. Nilai memakai Selain ujian juga menilai karya distribusi normal, jika jumlah tulis, portofolio, karya desain. siswa memadai Nilai memakai kriteria yang mencerminkan penguasaan tujuan pembelajaran.
Mengingat dasar-dasar astronomi yang diajarkan di sekolah masih sangat kurang. Pada pelatihan tahap pertama dan kedua diterapkan konsep Teacher Centered Education atau pendidikan berpusat pada pengajar. Pada tahap akhir menjelang keberangkatan konsep Learner Centered Education sudah dapat diterapkan (Siregar, 2008).
Pembelajaran yang baik Untuk pembelajaran yang baik ada kiat yang harus diambil (Soepangkat, 2010) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perlu diciptakan dan dipelihara iklim psikologis yang mendukung pembelajaran Penyajian bahan ajar dan strategi pelatihan yang tepat Umpan balik (feedback) yang mendukung gairah belajar. Suasana kelas yang tidak monolog. Pengetahuan yang dipersyaratkan (prerequisite) untuk mengikuti suatu mata kuliah Akses kepustakaan dan penguasaan bahasa Inggris Administrasi penyelenggaraan pengajaran
Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 2
Menurut taxanomi Bloom ada tiga ranah yang berbeda pada pembelajaran (Andrianto, 2008) 1. Kognitif yaitu yang berhubungan dengan kemampuan menggunakan logika, berfikir, menyimpulkan. Misalnya dalam matematika 2. Afektif ikhwal yang menyangkut kemampuan menghargai, menghayati nilai-nilai misalnya dalam kebudayaan 3. Psikomotorik berkaitan dengan kemampuan melakukan koordinasi pada gerak tubuh dan anggota tubuh seperti pada tari dan olah raga. Dalam kegiatan belajar, ketiga ranah tersebut dapat terlibat secara simultan, tetapi acap terjadi yang menonjol hanyalah salah satu aspek yang diikuti secara minor oleh ranah yang lain.Perlu diperhatikan dalam pelatihan olimpiade astronomi tampak yang menonjol adalah segi kognitif, misalnya dalam mata pelajaran Mekanika Benda Langit, diikuti oleh aspek afektifdan psikomotorik pada bidang observasi misalnya.Keterkaitan ketiga domain tadi terletak pada cara belajar dan mengajar. Latihan menurunkan persamaan, mencari jawab dengan menghitung, menyimpulkan solusi untuk suatu persoalan, adalah contoh pembelajaran yang sarat dengan segi kognitif. Di pihak lain untuk meningkatkan aspek afektif mungkin dibutuhkan pemaparan atau penambahan wawasan dengan pemutaran film, kunjungan ke observatorium/planetarium, diskusi dengan nara sumber dari luar astronomi misalnya. Dalam ranah kognitif terdapat pula pembagian secara vertikal kesulitannya. Antara lain adalah;
menurut tingkat
1. Mengetahui; Peserta belajar hanya memperoleh informasi tentang data atau fakta. Misalnya Matahari terbit dari Timur dan terbenam di Barat setiap harinya. 2. Memahami; Ada penguasan informasi tentang seluk-beluk atau penyebab dari suatu fakta. Misalnya Matahari terbit di Timur dan terbenam ke Barat, karena Bumi berotasi pada porosnya dari Barat ke Timur. Selanjutnya dijelaskan pula dengan hukum Kepler bahwa Bumi bergerak mengelilingi Matahari dengan lebih cepat ketika berada disekitar perihelium dan bergerak lebih lambat ketika ada di aphelium. 3. Menerapkan; mampu menghitung atau menyimpulkan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang sudah dimiliki. Misalnya dapat menghitung pukul berapa Matahari terbit dan terbenam setiap harinya. Kenapa perihelium jatuh pada bulan Januari dan aphelium pada bulan Juni. 4. Sintesis; menggabungkan pemahaman dan kemampuan yang sudah dimiliki dengan informasi dari topik yang berbeda untuk membuahkan hasil belajar yang baru. Misalnya pengetahuan tentang terbit dan terbenamnya Matahari digabungkan dengan pengetahuan mengenai panel sel surya pembangkit listrik dengan konsep Luminositas dan Fluks, khusunya kepekaan terhadap sudut datang sinar Matahari sebagai fungsi bujur dan lintang geografi suatu tempat. 5. Evaluasi-kreatif; Menyorot secara kritis pengetahuan yang sudah diperoleh, mempertanyakan keberlakuannya dan memunculkan pendekatan alternatif yang lain.
Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 3
Misalnya bagaimana mengatur orientasi panel surya satelit yang mengapung di angkasa.
Tujuan pelatihan, peran pengajar dan mutu pengajaran Tata cara dalam menyelenggarakan pelatihan hendaknya mengacu secara heirarkis pada rumusan tentang profil lulusan SMA dan tujuan umum pendidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, sampai ke syllabus yang diacu dari statuta olimpiade. Ada dua hal yang harus dipenuhi oleh profil lulusan pelatihan Olimpiade Astronomi. 1.
2.
Lulusan mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri, secara peribadi maupun tim dalam melakukan tindak kreatif dan rasional dalam menyelesaikan soal-soal yang diujikan pada olimpiade Lulusan dapat menghayati peran kebangsaan, jiwa kejuangan dan kepeloporan sebagai orang muda dewasa yang terpilih untuk mewakili bangsa dalam kompetisi olimpiade internasional.
Disamping tuntutan terhadap siswa peran pengajar juga sangat penting. Mendidik anakanak cerdas tentu berbeda pendekatannya dengan siswa yang mempunyai kemampuan rerata. Pengajar hendaknya tidak memaksakan suatu metodologi tertentu kepada anak didik dalam memecahkan suatu persoalan. Peran pengajar antara lain adalah; 1. Mengantar peserta pelatihan olimpiade kealam budaya ilmiah dan praxis tentang metodologinya. Memfasilitasi pembelajaran dalam subjek yang dikaji, dengan cara memberikan presentasi yang tersusun secara sistematik, runut, taat asas dan tertib dalam berfikir serta melakukan evaluasi yang baik pada setiap hasil pembelajaran. Mendorong peserta untuk bekerja secara teratur dan meningkatkan kemampuan belajar secara periodik. Bersikap objektif, rasional egaliter, terbuka dan komunikatif. Memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk berkonsultasi langsung, memberi motivasi untuk selalu menjadi nomer satu, bertindak secara transparan dan adil dalam semua tahap penyelenggaraan pengajaran. 2. Menjadi contoh peran perilaku yang benar yang tercermin dari sifat jujur, adil dan akuntabel. Konsisten dalam ucapan dan perbuatan, tepat waktu dan menepati janji. Menggunakan bahasa baku mengayomi dan santun. 3. Menciptakan dan memelihara iklim yang mendukung gairah belajar sehingga terselenggara pembelajaran yang baik, dengan cara berkomunikasi yang dapat menumbuhkan hubungan selaras dan saling percaya (trust) diantara semua peserta termasuk juga pengajar. Memberikan umpan balik yang teratur dan cepat mengenai hasil tugas dan ujian, serta statistik sebaran nilai yang dapat memberi petunjuk kepada siswa tentang kinerja mereka. Mutu pengajaran pada umumnya ditentukan oleh kualitas bahan ajar yang menjadi acuan pembelajaran dan kualitas penyampaian di kelas. 1. Bahan ajar, untuk acuan bahan kuliah, tugas dan ujian adalah buku teks standard yang dipergunakan setara dan sejenis dengan di manca Negara. Buku yang dipilih perlu ada dalam jangkauan kognitif dan kecanggihan bahasa peserta. Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 4
2. Penyajian, pembahasan di kelas diberikan dalam susunan yang sistematik, runut taat asas dan tertib dalam berfikir. Setiap bagian yang dibahas dimulai dengan pengantar mengenai lingkup bahasan dan kedudukannya dalam teori, yang disertai dengan contoh dan ilustrasi. Setiap pembahasan hendaknya diakhiri dengan resume. Presentasi disusun dalam bentuk yang memudahkan peserta membuat intisari.
Pengembangan materi ajar. Pengembangan materi ajar berjalan selaras dengan perjalanan waktu dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengajar untuk meningkatkan mutu. Cara yang dapat dilakukan adalah; 1. Menyimpan dalam file terpisah semua catatan yang telah dipersiapkan untuk mata kuliah, ikhtisar dan bagan, soal serta penyelesaian pekerjaan rumah, demikian juga untuk quiz dan ujian. 2. Pada pelatihan berikutnya secara bertahap file tadi disempurnakan dengan tambahan dan pandangan yang mutahir dan elegan untuk disampaikan kembali. 3. Buatlah setiap tahun soal tugas dan ujian yang dapat direka dari textbook, publikasi ataupun internet. Kompilasi tahunan dari file tersebut akan dapat membentuk bank soal yang cukup baik.
Performance yang rendah dan strategi ARCS Ada beberapa fenomena yang dapat menyebabkan performance siswa rendah, indicator tersebut antara lain; 1. 2. 3. 4.
Belum menguasai pengetahuan/keterampilan Jarang berlatih dan menggunakan keterampilan tersebut Konsekuensi negatif pelaksanaan suatu tugas Sifat atau struktur tugas yang sulit atau tidak menyenangkan.
Setelah sebab musabab performance siswa yang rendah beberapa langkah strategis dapat dilakukan 1.
Strategi untuk meningkatkan perhatian (attention) a. Gunakan metode penyampaian materi yang bervariasi (kuliah, diskusi kelompok, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, dan lain sebagainya) b. Gunakan media teknologi informasi untuk melengkapi penyampaian materi c. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh untuk memperjelas konsep yang disampaikan d. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa
2.
Strategi untuk menunjukkan relevansi (relevance) a. Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pelatihan (tujuan instruksional)
Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 5
b. Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti, kehidupan di masyarakat c. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu
3. a. b. c.
d. e.
f.
4. a. b. c. d.
Strategi untuk meningkatkan percaya diri (confidance) Susun perkuliahan dari materi yang mudah ke yang sukar. Tanamkan perasaan bahwa siswa akan berhasil sejak awal Susun perkuliahan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Siswa tidak dituntut untuk mempelajari konsep baru sekaligus Tingkatkan harapan untuk berhasildengan menyatakan persyaratan lulus, dengan menyampaikan tujuan perkuliahan, kriteria test atau ujian pada hari pertama kuliah Tingkatkan harapan untuk berhasil dengan memungkinkan control keberhasilan di tangan siswa itu sendiri. Misalnya dengan membuat kontrak perkuliahan Tumbuhkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan “ Nampaknya anda telah memahami konsep ini dengan baik” Sebutkan kelemahannya dengan mengatakan” Hal-hal yang perlu dikembangkan” Berikan umpan-balik yang konstruktif selama perkuliahan agar siswa mengetahui pemahaman dan perestasi belajarnya.
Strategi untuk meningkatkan kepuasan(satisfication) Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera memperaktekkan atau menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari. Minta kepada siswa yang telah menguasai keterampilan/pengetahuan untuk membantu teman-temannya Bandingkan prestasinya dengan prestasi dia dimasa lalu atau dengan suatu standard tertentu, bukan dengan mahasiswa lain
Sembilan peristiwa instruksional Dalam kelas kita sering menjumpai hal yang tidak menyenangkan. Siswa acuh tak acuh, mengobrol, kurang perhatian dan sebagainya, hal ini tentu akan mempengaruhi prestasi mereka. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan misalnya: 1. Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian: Hal ini perlu dilakukan apabila siswa tidak siap dan terfokus pikirannya. Pengajar dapat menggugah minat dengan cara menceritakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks 2. Menyampaikan tujuan perkuliahan: Siswa jangan menebak-nebak apa yang diharapkan dari dirinya oleh pengajar. Pengajar menunjukkan indikasi seorang siswa telah menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan. 3. Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan prasyarat: Pengetahuan baru, umumnya merupakan kombinasi dari konsep, prinsip atau
Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 6
informasi yang sebelumnya telah dipelajari. Siswa perlu diingatkan kembali hal-hal tersebut, agar ia dapat mempelajari materi yang baru. 4. Menyampaikan materi perkuliahan: Dalam menyampaikan materi pelatihan gunakan contoh, penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian yang penting, baik secara verbal maupun menggunakan features tertentu 5. Memberikan bimbingan belajar: Bimbingan diberikan melalui pertanyaan pertanyaan yang membimbing proses/alur berfikir. Bimbingan tidak dimaksudkan untuk memberi jawaban. Bimbingan tidak boleh secara berlebihan. 6. Memperoleh unjuk kerja: Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk meyakinkan pengajar maupun dirinya sendiri 7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran tugas yang dikerjakan: Umpan balik perlu agar siswa tahu sejauh mana kebenaran atau unjuk kerja yang dihasilkannya 8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar-mengajar: Pengukuran data dilakukan melalui test atau tugas (misalnya soal latihan, kerja laboratorium). Dalam hal ini masalah reabilitas dan validitas serta hasil observasi pengajar merupakan data input. 9. Memperkuat retensi dan transfer belajar: Unsur lupa, sangat mempengaruhi retensi. Retensi dapat ditingkatkan dengan berulang kali menggunakan perinsip yang telah dipelajari dalam konteks yang berbeda. Memecahkan masalah dalam suasana kelas akan berbeda dalam suasana mandiri apalagi dalam suasana ril yang mengandung resiko.
Penutup Pada dasarnya evaluasi belajar mengajar merupakan tata cara standard dalam studi terpimpin yang bertujuan menyelenggarakan pengajaran secara lebih efektif dan efisien. Perhatian khusus perlu diberikan pada penciptaan dan pemeliharaan ikim psikologis yang sehat dalam ruang pembelajaran (learning space) yang dicirikan dalam bentuk presentasi yang menarik, runut, taat asas, serta penugasan yang teratur. Selain itu umpan balik perlu cepat dievaluasi demikian pula kinerja peserta dalam kegiatan belajar. Semua ini akan terlaksana bila organisasi sehat, resources cukup (staf akademik, fasilitas, siswa) dan proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
Daftar Pustaka Andrianto Handoyo, Sasaran Belajar, Berita Pembelajaran ITB, N0.1 tahun 1, November 2008 Siregar,S, Laporan Singkat 2nd International Olympiad on Astronomy and Astrphysics (IOAA), Bandung 19-28 Agustus 2008 _______, Laporan XIIIth International Astronomy Olympiad (IAO), Trieste, 13-21 Oktober 2008 Soepangkat, H.P, Mengembangkan Kiat Mengajar, Catatan tentang pengalaman mengajar di Perguruan Tinggi, Berita Pembelajaran ITB, No.1 Tahun 3, Januari 2010
Loka Karya Olimpiade Astronomi, Depdiknas-ITB, Bandung 12 Maret 2011 Page 7