Shalahuddin, Qana’ah ...
QONA’AH DALAM PERSFEKTIF ISLAM Oleh : Shalahudin Abstraksi Qona’ah adalah suatu sikap merasa ridla, rela, cukup dengan apa yang dimiliki setelah melalui ikhtiar optimal serta menjauhkan rasa tidak puas dalam menerima anugrah aneka nikmat dari Allah SWT. Qona’ah merupakan suatu karakter mulia yang harus dimiliki oleh setiap mu’min dan mu’minat agar selamat dalam menempuh hiruk pikuk kehidupan dunia yang fana’ ini. Ia merupakan salah satu maqamat yang harus dilalui oleh seorang sufi.Agar kita dapat menjadi pribadi qona’ah, kita dapat mengimplementasikan sepuluh tips yang ditawarkan dalam tulisan ini. Dari tips-tips tersebut yang terpenting ialah mempertebal keimanan kepada Allah SWT, menjadikan al-qur’an sebagai tuntunan hidup, melihat keadaan status ekonomi yang paling rendah dari kita, dan menauladani kehidupan pribadi para sahabat nabi Muhammad saw. Kata Kunci : Qona’ah, Tama’, Tips A.
60
Latar Belakang Islam sebagai agama samawi terakhir yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw, membawa misi sebagai rahmatallil’alamin sebagai penyejuk, juru damai bagi setiap konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia baik secara secara internal maupun eksternal. Islam sebagi pandangan hidup (way of life) yang mempunyai doktrin yang lengkap (samil) yang berperan sebagai petunjuk dalam segenap aspek kehidupan. Dalam aspek kehidupan vertikal antar sesama manusia banyak prablematika kehidupan yang dijumpai, diantaranya: tuntutan kehidupan yang kian meningkat, kondisi jiwa yang labil, pengaruh negatif arus globalisasi, perilaku korupsi, dan berbagai karakter negatif lainnya. Diantara prablemaatika kehidupan sebagai akar penyebab krisis multidemensi adalah praktek korupsi oknum aparatur negara yang menyalah gunakan jabatan dan wewenangnya untuk menumpuk harta kekayaan. Hal ini terjadi karena kerakusan dan ketamakan para oknum aparat yang tidak pernah merasa puas dengan gaji dan fasilitas lain yang diberikan negara. Ironisnya, dengan gaji yang pantastis, fasilitas yang lebih dari kecukupan mereka masih belum merasa buas. Akibatnya mereka melakukan tindakan penyelewengan, rekayasa SPJ, perjalanan dinas fiktif, dan berbagai perilaku negatif lainnya yang meninggalkan aspek kejujuran.
Edu-Math; Vol. 4, Tahun 2013
Memang, dalam pandangan islam menusia tidak pernah puas dengan harta yang ia miliki meskipun dia telah mempunyai dua buah gunung emas, masih kurang. Apabila nafsu selalu diperturut maka tidak ada kata puas. Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berperilaku qona’ah dalam kehidupan. Qona’ah adalah suatu sikap yang dengan penuh kerelaan menerima anugrah riziki dari Allah serta merasa cukup dengan anugrah tersebut setelah melakukan ikhtiar yang optimal. Perilaku qona’ah adalah karakter yang sangat urgen sekali untuk diaplikasikan ditengan kondisi karakter bangsa yang sedang terpuruk saat ini. Tentunya, dengan mengenal lebih komprehensif tentang kosep dan hakekat qona’ah serta tips untuk menjadi pribadi qonaan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Untuk itulah. Penulis akan mengelaborasi lebih mendalam tentang karakter qona’ah dalam persfektif islam. Dengan harapan mudahan dapat menjadi kontribusi positif bagi kemajuan dan kejaan bangsa yang kita cintai ini. B.
Definisi Qona’ah Sebelum dibahas lebih lanjut, akan dipaparkan lebih dahulu definisi qona’ah dari berbagai pendapat para pakar. Secara bahasa, qona’ah berarti menerima apa adanya. Merasa ikhlas dengan kondisi apapun yang dialami. Secara Istilahi diartikan menerima dengan ketulusan hati atas apa yang telah Allah rizikikan kepada kita, dengan mengambil manfaat sekadar keperluan sebagai jalan untuk melakukan ketaatan kepada sang Khalik (melakukan kewajiban yang telah di perintahkan, dan menjauhi larangan-Nya). Qanaah artinya merasa cukup terhadap pemberian riziki dari Allah swt. Qona’ah adalah rela dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menghindari rasa tidak puas dalam menerima pemberian dari Allah SWT (Muhammad ircham, http://indo2.islamicworld.net/index.php?option=com_content&v iew=article&id=59:qanaahdalam-kehidupan-manusia&catid=23 :tasawuf&Itemid=25). Muhammad Saifulloh Al-Azis mengartikan qona’ah suatu sikap ridla dengan sedikitnya pemberiaan Allah (Saifulloh Al-Azis, 1998: 122). Lawan kata dari qanaah ini adalah tamak. Orang yang tamak selalu merasa kurang, walaupun dia sudah mendapatkan karunia dan riziki dari Allah swt. Tamak identik dengan rakus, semuanya ingin dimiliki. Sudah mempunyai ini, ingin juga yang itu; sudah punya itu, masih ingin yang lain. Bahayanya apabila orang tamak tidak lagi memerhatikan yang halal maupun yang haram.
61
Shalahuddin, Qana’ah ...
Artinya: “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim) Hadis ini menjelaskan bahwajiwa yang sudah merasa cukup dengan apa yang ada, tidak terlalu rakus, terlalu loba, dan merasa selalu kurang. Sikap qona’ah menuntut untuk selalu bermuhasabah, introspeksi, seberapakah kemampuan dirinya, sehingga ia hidup secara wajar dan tidak melampaui batas. Selanjutnya, diperlukan adanya syukur, tasyakkur dan tafakkur. Syukur sebagai perwujudan menerima apa adanya atas karunia Tuhan, tasyakkur merupakan cerminan dari kelapangan hati dan kesabaran, sedangkan tafakkur sebagai wujud evaluasi diri untuk mengubah pola hidup yang selama ini ‘mungkin’ telah jauh menyimpang. Adapun Contoh perilaku qona’ah dalam aktivitas kehidupan adalah misalnya di saat kita sedang merintis usaha, membuka perniagaan dan suatu ketika barang/jenis perniagaan yang kita jual sedang mengalami penurunan drastis. Dalam kondisi seperti ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah: Ikhlas, kemudian bersyukur, “Alhamdulillah, dengan kesempitan ini Ya Allah Engkau ingatkan aku, Kau jadikan aku lebih mendekat kepada-Mu”. Langkah selanjutnya adalah tafakkur: Evaluasi. Kenapa orang-orang seakan menjauh dari tokoku, apakah karena tempat ini terlalu kotor sehingga tidak menarik keinginan para pembeli, apa karena harga jualku terlalu mahal, atau barangkali dari pelayanan kita yang tidak disukai pembeli? Evaluasi ini dilakukan sehingga dari situ lahirlah perbaikan-perbaikan, yang akan membawa dua manfaat sekaligus; Ibadah kita semakin tenang (khusyu’). Dengan demikian qona’ah dapat dipahami yaitu sesuatu sikap batin yang meliputi : menerima dengan rela akan apa yang ada, Memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas, berusaha, Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah, bertawakal kepada Allah , dan tidak tertarik dengan tipu daya dunia. C.
62
Tips Menjadikan pribadi Qona’ah Ada sepuluh macam kiat yang dapat dilakukan dalam rangka menjadikan pribadi qona’ah dalam kehidupan yaitu sebagai berikut: 1. Memperkuat keimanan kepada Allah SWT Iman merupakan salah satu sarat yang harus dimilki agar seseorang dapat bersikap qona’ah dalam kehidupan ini. Keimanan kepada Allah SWT harus diperbaharui setiap saat sebab ia dinamis, naik turun.
Edu-Math; Vol. 4, Tahun 2013
Seyogyanya keimanan seseorang bergerak menuju perilaku qona’ah dan menghindari sikap hidup boros. 2. Yakin bahwa rizki telah tertulis Keyakinan wajib ditanamkan sejak dini kepada generasi muslim. Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya. Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud RA, disebutkan sabda Rasulullah SAW:
َجلََّوَُّ َو َع َملََّوَُّ َو َش ِقيََّّأ ََّْمَّ َسعِْيد َُّ ُاتَّفَيَكْت ٍَّ كَّفَيُ ْؤذَ َُّنَّبِأ َْربَ َِّعَّ َكلِ َم َُّ َثَّاِلَْي َِّوَّالْ َمل َُّ َّثُمَّيُْب َع َ بَّ ِرْزقََّوَُّ َوأ
3.
Artinya : “Kemudian Allah SWT mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad) Memikirkan Ayat-Ayat Allah Mentadabburkan al-qur’an adalah kewajiban seorang yang merasa beriman kepada Allah dan rasulNya. Al-qur’an bukan hanya sekedar dibaca secara tersurat, tapi harus direnungkan. Amir bin Abdi Qais pernah berkata, “Empat ayat di dalam Kitabullah yang apabila aku membacanya di sore hari,maka aku tidak akan peduli atas apa yang akan terjadi padaku sore itu, dan apabila aku membacanya di pagi hari, maka aku tidak akan peduli dengan apa Aku akan berpagi-pagi, ayat-ayat itu diantaranya: a. Surah Fathir : 2
َّلَّ ُم ْرِس ََّلَّلََّوَُّ ِم َّْنَّبَ ْع ِدَّهَِّ َوُى ََّو ََّ َكَّف َّْ كَّ ََلَاَّ َوَماَُّيُْ ِس ََّ لَُّمُْ ِس ََّ َماسَّ ِم َّْنَّ َر ْْحٍََّةَّف َِّ اللَُّلِلن َّ ََّمايَ َّْفتَ َِّح اْلَ ِكْيم ْ َّالْ َع ِزيْ َُّز
ُArtinya: Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. b.
Surah Yunus ayat: 107
ِ َّ َفَّلََّوَّاِ َّلمَّى َّوَّواِ َّْنَّي ِرد ََّكَِِّب ٍَّيَّف ِ َّ َاللَّبِضرََّّف َّض ِل ََّ َوإِ َّْنَُّيَْ َس ْس ْ لََّ َرا مَّدَّل َف ُ َُّ َّك َْ ْ ُ َ َ ُ ُ ََّ لََّ َكاش ِي اءَُّ ِم َّْنَّ ِعبَ ِادَّهَِّ َوُى ََّوَّالْغَ ُف ْوَُّرَّالمرِحْي َُّم َّ بَّبَِِّوَّ َم َّْنَّيَ َش َُّ صْي ُ
Artinya:
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada 63
Shalahuddin, Qana’ah ...
yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. c.
Surah Huud ayat: 6
َّف َّْ ِ ََّّاللَِّ ِرْزقُ َهاَّ َويَ ْعلَ َُّمَّ ُم ْستَ َقمرَىاَّ َوُم ْستَ ْوَد َع َهاَّ ُكل َّ َّلى ََّ ضَّإِ َّلمَّ َع َِّ فَّاْلَْر َّ ِ ََّوَم ِام َّْنَّ َدابمٍَّة ٌَّْ ِابَّ ُّمب ي ٍَّ َكِت
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya [710]. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). d. Surah Asy-Syuura ayat 27:
َِّضَّ َولَ ِك َّْنَّيُنَ ِّزَُّلَّبَِق َد ٍَّرَّ َماَّيَ َش َّاءَُّإِن َّموَُّبِعِبَ ِادَّه َِّ فَّاْلَْر َّ ِ َّقَّلِعِبَ ِادَّهَِّلَبَغَ ْوا ََّ الرْز َّ َّط ََّ َولَ َّْوَّبَ َس ِّ َُّالل ِ خبِي َّرَّب صْي ٌَّر َ ٌْ َ
Artinya: Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hambahamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat. e.
Surah Ath-Thalaq : 7
َّف َُّ َِّّلَيُ َكل,ُالل َّ ََُّّ َوَم َّْنَّقُ ِد ََّرَّ َعلَْيَِّوَّ ِرْز ُق ُُ َُّهَّفَ ْليُ ْن ِف َّْقَُِّمماَّءَاتَ َّاه,َّلِيُ ْن ِف َّْقَّذُ َّْوَّ َس َعٍَّةَّ ِم َّْنَّ َس َعتَِِّو اللَُّبَ ْع ََّدَّ ُع ْس ٍَّرَّيُ ْسًرا َّ َّاىاَّ َسيَ ْج َع َُّل َّ َ َاللَُّنَ ْف ًساَّإِ َّلمَّ َماَّءَات
Artinya: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
64
Edu-Math; Vol. 4, Tahun 2013
4.
5.
Ketahui Hikmah Perbedaan Riziki Diantara hikmah Allah menentukan perbedaan riziki dan tingkatan seorang hamba dengan lainnya adalah supaya terjadi dinamika kehidupan manusia di muka bumi, saling tukar-menukar manfaat, tumbuh aktifitas perkonomian, serta agar antara satu dengan yang lain saling memberikan pelayanan dan jasa. Banyak memohon doa kepada Allah SWT semoga kita selalu qona’ah. Rasulullah adalah manusia yang paling qana’ah, ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah diberikan rasa qana’ah, beliau berdoa: “Ya Allah berikan Aku sifat qana’ah terhadap apa yang telah engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR. Al-Hakim) Dan karena saking qana’ahnya beliau tidak meminta kepada Allah melainkan sekedar cukup untuk kehidupan saja, dan meminta disedikitkan dalam dunia (harta) sebagaimana sabda beliau:
ِ كَّماَّيك ِ ِم َّنََّتََ َِّامَّالن َّك ََّ كَّ َوُيَْنَ ُع ََّ ْفْي َ كَّ َماَّيُطْغِْي ْ َ َ ََّ َِّع َمَّةَّأَ َّْنَّيَْرُزق ْ
6.
Setengah daripada kesempurnaan nikmat Allah: berikanlah riziki kepada kami(Muhammad SAW) hanyalah cukup sesuai dengan keperluan pokok saja, dan jauhkanlah apa yang bisa menyebabkan Engkau tidak ridlo dari atas apa karunia-Mu. Menyadari bahwa rizki tidak diukur dengan kepandaian Kita harus menyadari bahwa riziki seseorang itu tidak bergantung kepada kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktifitas, keluasan ilmu, meskipun dalam sebagiannya itu merupakan sebab datangnya rizki, namun bukan ukuran secara pasti. Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana’ah, terutama melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan riziki lebih banyak daripada dirinya, sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri. Sebagaimana dalam surah Az-Zumar ayat: 49, dijelaskan:
لىَّ ِع ْلم ََّ الَّإِمَّنَاَّأ َُّْوَّتِْيتَُّوَُّ َع ََّ َضرََّّ َد َعانَاَّ َّثُمَّإِذَاَّ َخ مولْنَ َّاهَُّنِ ْع َمَّةًَّ ِّمنماَّق َّفَِإذَاَّ َم م, ُ َّسَّاْ ِلنْ َسا ََّن بلَّ ِى ََّيَّفِْت نََّةٌَّ مولَكِ مَّنَّأَ ْكثَ َرُى َّْمَّلَيَ ْعلَ ُم ْو ََّن َّْ
Artinya: Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah 65
Shalahuddin, Qana’ah ...
7.
karena kepintaranku". sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. Melihat ke bawah dalam hal dunia Dalam urusan dunia hendaknya kita melihat kepada orang yang lebih rendah, jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Rasulullah:
َّك َّ ََّيَّنِ ْع َمَّة َّْ كَّأّ َّلمَّتَ ْزَد ِر ََّ ََج َد َرل ََّ َلَّ َم َّْنَّ ُى ََّوَّفَ ْوق ََّ َِّ َو َّلََّتَْنظَُّْرَّإ,ك ََّ َلَّ َم َّْنَّ ُى ََّوَّ ََْتت ََّ ِأُنْظَُّْرَّإ َ اللَِّ َعلَْي ْ َّفَإِنَّموَُّأ,ك “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah” (HR. Bukhari dan Muslim) Jika saat ini anda sedang sakit maka yakinlah bahwa selain anda ada lagi lebih parah sakitnya. Jika anda merasa fakir maka tentu di sana masih ada orang lain yang lebih fakir lagi, dan seterusnya. 8. Membaca kehidupan para shahabat dan orang-orang terdahulu Yakni melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi dunia, bagaimana kezuhudan mereka, qana’ah mereka terhadap yang mereka peroleh meskipun hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperoleh harta yang melimpah, namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih memerlukannya. 9. Menyadari betapa beratnya pertanggungjawaban harta Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemiliknya jika dia tidak mendapatkannya dengan cara yang baik serta tidak membelanjakannya dalam hal yang baik pula. Ketika seorang hamba ditanya tentang umur, badan, dan ilmunya maka hanya ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka dia dihisab 2 kali, yakni dari mana dia dapat dan kemana dia belanjakan. Hal ini menunjukan betapa beratnya orang yang diberi amanat harta yang banyak sehingga dia harus dihisab lebih lama dibandingkan orang yang lebih sedikit hartanya. 10. Melihat realita bahwa orang fakir dan orang kaya tidak jauh berbeda Karena orang yang kaya tidak mungkin memanfaatkan seluruh kekayaannya dalam satu waktu sekaligus.. Andaikan si kaya memiliki seratus potong baju maka si kaya hanya memakai sehelai baju saja, bukankah hal ini sama dengan yang dipakai oleh orang fakir, dan harta selebihnya yang tidak ia manfaatkan maka itu relative (nisbi) (M. Ircham, http://indo2.islamic-world.net/ index.php?option=com_content&view=article&id=59:qanaah-dalamkehidupan-manusia&catid=23:tasawuf&Itemid=25. 66
Edu-Math; Vol. 4, Tahun 2013
Dengan mengaplikasikan 10 tips ini dengan konsisten dan kontinyu, Insyaallah perilaku qona’ah akan dapat diwujudkan di tengah kehidupan kita. Yang terpenting dari semua itu adalah mengubah paradigma dalam bekerja semata-mata mengabdi kepada Allah SWT dengan mentaati semua aturanNya, mempersiapkan bekal menuju kehidupan di Alam akhirat. D.
Penutup Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Qona’ah merasa cukup, rida atas segala karunia dan riziki dari Allah. Menurut Buya Hamka, qanaah mengandung lima perkara. Pertama, menerima dengan rela segala riziki yang ada. Kedua, berusaha dan memohon tambahan yang pantas kepada Allah. Ketiga, menerima dengan sabar semua ketentuan Allah. Keempat, bertawakal kepada Allah. Kelima, tidak tertarik oleh tipu daya dunia. 2. Untuk menjadi sosok peribadi yang qona’ah harus mengikuti beberapa tips yang telah dipapar terdahulu secara konsisten (istiqomah) dan kontinyu, serta menghindari penyakit rakus terhadap harta, karena sifat rakus merupakan sifat saithanoniyah. 3. Qona’ah adalah salah satu maqam yang harus ditempuh oleh para ‘ulama sufi dalam rangka mencapai insan kamil.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya : Mekar Surabaya, 2004. Moh. Saifulloh Al Azis s. Risalah memahami Ilmu Tashawwuf. Surabaya : Terbit Terang, 1998. Muhammad Ircham,http://indo2.islamic-world.net/index.php?option =com content&view=article&id=59:qanaah-dalam-kehidupanmanusia&catid=23:tasawuf&Itemid=25, diunduh 20 oktober 2013 . http://www.edupai.web.id/2012/10/qona’ah-dan-tasamuh.html, diunduh 24 Oktober 2013. A.Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Shah, M. Ainul Abied. (Et. Al)., Islam Garda Depan, Mosaik Islam Timur Tengah, Bandung: Mizan, 2001 Siregar, Rivay, Tasawuf, Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
RUANG FAKTOR 67