HUBU UNGAN ST TATUS GIZ ZI DAN KE EPATUHA AN DIET RENDAH R G GARAM P PADA PASIEN HIPERTENSIRA RAWAT INA AP DII RUMAH SAKIT PK KU MUHA AMMADIYAH SURAKARTA
PU UBLIKASI ILMIAH Disusunn sebagai saalah satu syarat menyellesaikan Proogram Studdi Strata I paada Jurusan Ilm mu Gizi Fakkultas Ilmu Kesehatan K
Oleh : D DESINTA ARINI A J 310 110 0 097
PROGR RAM STUD DI ILMU GIZI G FAKULT TAS ILMU U KESEHATAN UNIVER RSITAS MUHAMMA M ADIYAH SURAKAR S RTA 2016 6
i
i
ii
iii
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Abstrak Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, diantaranya jenis kelamin dan genetis (keturunan), obesitas, kurang olahraga, merokok, dan stress. Penanggulangan hipertensi dilakukan dengan pengobatan dan diet rendah garam. Kepatuhan diet penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam terapi dietnya diantaranya dengan diet rendah garam.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam pada pasien hipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional,dengan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian adalah semua pasien hipertensi rawat inap di Bangsal Multazam RS PKU Muhammadiyah Surakarta berjumlah 30 responden. Uji statistik menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan 9 (30%) pasien memiliki status gizi normal, dan 9 (30%) pasien memiliki status gizi obesitas sedang. 8 (26,66%) pasien hipertensi tidak patuh diet, 5 (16,7%) pasien hipertensi status gizi kurang, 5 (16,7%) pasien hipertensi status gizi lebih dan 2 (6,7%) status gizi obesitas tinggi. Dua puluh dua (73,33%) pasien hipertensi patuh terhadap diet rendah garam. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam berdasarkan asupan natrium (p=0,557). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam pada pasien hipertensi di ruang rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Kata kunci : Status Gizi, Kepatuhan Diet Rendah Garam , Hipertensi Abstacts Hypertension can be caused by several risk factors, including gender, heredity, obesity, lack of exercise, smoking, and stress. Low salt diet and therapy is one of the treatment of hypertension. Diet adherence of hypertensive patients to low-salt diet is necessary to help the patient stay healthy. This purposes of study was to determine the relationship between nutritional status and low-salt diet adherence in hypertensive patients at the PKU Muhammadiyah Hospital, Surakarta.The study is using cross sectional method, with consecutive sampling technique. Thirty hospitalized hypertensive patients in Multazam Room were recruited to participate in this study. Statistical test using the Spearman ranktest.The result showed that 9 (30%) patients with normal nutritional status, and 9 (30%) patients with moderate hypertension obesity. While 8 (26.66%) patients did not follow the diet, 5 (16.7%) patients with higher nutritional status, 5 (16.7%) patients with malnutrition, and 2 (6.7%) patients with obesity. Twenty two (73.33%) patients follow the low-salt diet .There is no relationship between nutritional status and the adherence of hypertensive patients to the low-salt diet in the PKU Muhammadiyah hospital, Surakarta. Keywords: Nutritional Status, Low-Salt Dietadherence , Hypertension 1
1. PENDAHULUAN Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, diantaranyajenis kelamin dan genetis (keturunan), obesitas, kurang olahraga, merokok, dan stress (Susilo& Wulandari,2011).Karyadi (2006), menyatakan ada hubungan antara status gizi dengan kepatuhan diet pada penderita hipertensi. Seseorang dengan status gizi lebih atau obesitas, dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan zat gizi yang tidak seimbang, mengandung lemak dan natrium (garam) dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi, karena garam yang mempunyai sifat menahan air sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Status gizi lebih atau obesitas memang bukanlah faktor utama penyebab hipertensi, akan tetapi risiko untuk menderita hipertensi pada orang yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang mempunyai berat badan normal, pada penderita hipertensi sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan demikian status gizi lebih atau obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan dan mematuhi peraturan diet rendah garam yang diberikan sesuai dengan kriteria tekanan darahnya, namun jika diimbangi dengan mengkonsumsi banyak serat dapat membantu menjaga tekanan darah dalam batas normal. Penanggulangan hipertensi dilakukan dengan pengobatan dan diet rendah garam .Dietmerupakan salah satu upaya untuk membantu tekanan darah menuju normal.Kepatuhan diet penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam terapi dietnya, karena terapi diet rendah garam bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah menuju normal selain itu terapi diet juga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien hipertensi. Menurut Imam (2000) kepatuhan program diet pada pasien hipertensi adalah ketaatan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (natrium), lemak, minuman beralkohol, karena makanan tersebut dapat merangsang peningkatan tekanan darah
2
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data rekapitulasi 10 besar penyakit di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah
Surakartabanyaknya populasi pasien hipertensi yang terus meningkat dari tahun 2013 sebanyak 397 pasien, tahun 2014 sebanyak 540 pasien dan tahun 2015 menigkat menjadi 751 pasien Berdasarkan latar belakang permasalahan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan kepatuhan diet rendah garam pada pasien hipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. METODE PENELITIAN a.
Jenis , Waktu dan Tempat Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional yaitu jenis penelitian
yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis dengan pendekatan crossectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi (variabel bebas )dan kepatuhan diet (variabel terikat pada pasien hipertensi, pengambilan datapenelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan (Sastroasmoro dan Ismail,2011) Penelitian ini dilaksanakan di bangsal Multazam RS.PKU Muhammadiyah Surakarta. RS PKU Muhammadiyah Surakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terakreditasi paripurna pada tahun 2014 dan dijadikan sebagai rumah sakit rujukan studi banding dari rumah sakit lainnya di kota Surakarta. Prevalensi hipertensi di RS PKU Muhammadiyah Surakarta meningkat dari tahun 2013 sebanyak 397 pasien, tahun 2014 sebanyak 540, kemudian pada tahun 2015 sebanyak 751 pasien dan Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan JanuariFebruari 2016. b. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta pasien. Pengambilan sampel
pada tahun 2015 yaitu sebanyak 18.213
menggunakan metode consecutive sampling,
yakni setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Notoadmojo,2010)
3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Univariat Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah pasien hipertensi rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, jumlah responden sebanyak 30 pasien. Karakteristik responden dikategorikan menurut umur, jenis kelamin , pendidikan, pekerjaan, status gizi dan jenis diet rendah garamnya. a. Distribusiresponden menurut umur Distribusi responden menurut umur dikategorikan menurut Depkes RI (2009) sebagaimana tabel 1 Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur Kategori Usia (tahun) Dewasa Awal (26-35)
Jumlah
Persentase (%)
2
6.7
Dewasa Akhir (36-45)
3
10,0
Lansia Awal (46-55)
16
53,3
Lansia Akhir (56-65)
9
30,0
Total Data Terolah,2016
30
100
Pada penelitian ini sebagian besar responden penelitian berada pada kelompok lansia awal yaitu 53,3%. Menurut Edward D.Frohlick, M.D Ketua Badan Penelitian Hipertensi di American Heart Association dan Alton Ochhner Wakil Ketua Bidang Akademik Medical Foundation di New Orleand menyatakan pada umumnya hipertensi lebih sering terjadi pada usia diantara 35 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat ratarata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun, yang disebabkan oleh peningkatan peripheral vascular resistence (hambatan aliran darah dalam pembuluh darah perifer). Tekanan darah dapat meningkat
meningkat
sesuai dengan umur
dan sangat
bervariasi, dipengaruhi oleh keadaan seseorang itu sendiri, tekanan darah akan meningkat misalnya saat sedang beraktivitas fisik, emosi,
4
strees dan kemudian tekanan darah akan turun selama tidur (Familia, 2010). b. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi
responden
berdasarkan
jenis
kelamin
dapat
dilihat
pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Kategori
Jumlah
Persentase
Laki-laki
7
23,3
Perempuan
23
76,7
Total
30
100,0
Data Terolah,2016
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yakni 76,7%. Lidyawati dan Kartini (2014) menyatakan kejadian tekanan darah tinggi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada wanita akan meningkat terutama setelah mengalami menopause. Wanita menopause berisiko dua kali lebih besar mengalami hipertensi terkait dengan menurunnya hormon estrogen. Hormon
estrogen
pada
wanita
sebelum
menopause
berfungsi
meningkatkan kadar HDL yang berfungsi melindungi pembuluh darah dari kerusakan, namun setelah wanita menopause akan kehilangan hormon estrogen secara sedikit demi sedikit. c. Distribusi
Responden
berdasarkan
Tingkat
Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat
pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kategori
Jumlah
Persentase
Lulus SMP
3
10,0
Lulus SMA,SMK
22
73,3
Lulus PT
5
16,7
Total
30
100,0
Data Terolah,2016
5
Berdasarkan tabel3, menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah lulusan SMA dan SMK yaitu sebanyak 73,3%. Menurut Syafiq (2013), bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menerima dan mengolah informasi yang diperoleh menjadi suatu perlakuan yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makan akan lebih mudah untuk menyerap dan memperoleh informasi dari berbagai media, khususnya tentang gizi dan kesehatan. Informasi tersebut akan diimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, sehingga mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk mematuhi dan memahami segala proses untuk mempercepat penyembuhan termasuk mematuhi diet yang dijalankan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan menimbulkan daya tarik serta komunikasi yang baik sehingga membuat seseorang lebih patuh (Delamater,2006) d. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini : Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Kategori
Jumlah
Persentase
Bekerja
12
40,0
Tidak Bekerja
18
60,0
Total
30
100,0
Data Terolah,2016
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah tidak bekerja yaitu 60%.Tingginya status sosial ekonomi seperti pekerjaan, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jaringan adiposa sentral, serta kurangnya aktivitas fisik.Maka, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang, semakin tinggi pula beban stress yang dialami. Sebab, stres merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya jaringan adiposa pada perut
6
(Watson,2014) sebab stres dapat memicu seseorang untuk makan secara berlebihan (Rolls,2007) e. Distribusi
Responden
berdasarkan
Kategori
Status
Gizi
Distribusi Responden berdasarkan Kategori Status Gizi dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini Tabel5 . Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Kategori
Jumlah
Persentase
Kurang
5
16,7
Normal
9
30,0
Lebih
5
16,7
Obesitas sedang
9
30,0
Obesitas tinggi
2
6,7
Total
30
100,0
Data Terolah,2016
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi kategori normal (30%) dan kategori obesitas sedang (30%). Dalam penelitian Dhianningtyas dan Hendrati (2006), pada sekelompok orang yang menderita hipertensi sebagian besar juga mengalami status gizi lebih (obesitas). Adanya hubungan antara risiko status gizi lebih (obesitas) dengan kejadian hipertensi dapat
disebabkan
karena
kolesterol
dalam
darah
meningkat,
mempertinggi risiko untuk terkena penyakit hipertensi.Anggraeni (2009) juga menyatakan bahwa status gizi lebih (obesitas) dapat meningkatkan kejadian hipertensi, hal ini disebabkan penimbunan lemak yang menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. f. Distribusi Asupan Natrium Responden berdasarkan Jenis Diet RG Distribusi Asupan Natrium Responden berdasarkan Jenis Diet RG dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :
7
Tabel 6. Distribusi Asupan Natrium Responden Berdasarkan Jenis Diet Rendah Garam (RG) Kategori
Jumlah
Persentase
RG I
6
20,0
RG II
17
56,7
RG III
7
23,3
Total
30
100,0
Data Terolah, 2016
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian termasuk dalam kategori diet rendah garam (RG) II , yaitu sebanyak 56,7% atau 17 responden dari total responden. Menurut Almatsier (2006) ada tiga kategori diet rendah garam , yaitu diet RG I (200-400 mg/Na) untuk responden dengan tekanan darah ≥ 180/110 mmHg, diet RG II (600-800 mg/Na) untuk responden dengan tekanan darah 160/100 mmHg, dan diet RG III (1000-1200 mg/Na) untuk responden dengan tekanan darah 140/90 mmHg. Maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tekanan darah berkisar antara 160-100 mmHg dengan batasan asupan natrium 600-800 mg/Na g. Distribusi Kepatuhan Diet Rendah Garam Responden Berdasarkan Persentase Asupan Natrium Distribusi Kepatuhan Diet Rendah Garam Responden Berdasarkan Persentase Asupan Natrium dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini : Tabel 7. Distribusi Kepatuhan Diet Rendah Garam Responden Berdasarkan Persentase Asupan Natrium Kategori
Jumlah
Persentase
Patuh
22
73,33
Tidak Patuh
8
26,66
Total
30
100,0
Data Terolah, 2016
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden masuk dalam kategori tidak patuh yaitu sebesar 73,3% atau sebanyak 22
8
responden dari jumlah total responden. Kepatuhan diet rendah garam pasien diketahui dari persen asupan rata-rata natrium perhari dibandingkan dengan total kebutuhan diet pasien perhari yang disesuaikan dengan jenis diet rendah garam masing-masing pasien. Persentase rata-rata asupan natrium pasien diperoleh dari recall makan 3 x 24 jam selama 3 hari pada saat pasien dirawat, berasal dari makanan, minuman dan garam dapur yang dikonsumsi pasien hipertensi yang menjalani diet rendah garam. Pasien dikatakan patuh diet jika persentase rata-rata asupan natrium yang dikonsumsi perhari dibandingkan dengan total kebutuhan jenis diet rendah garamnya adalah ≤ 100% 3.2 Analisis Bivariat
Hubungan antara Status Gizi dengan Kepatuhan Diet Rendah Garam berdasarkan presentase Asupan Natrium Tabel. 8 Hubungan antara Status Gizi dengan Kepatuhan Diet Rendah Garam berdasarkan presentase Asupan Natrium Variabel Status Gizi
Kepatuhan Diet Rendah Garam berdasarkan Presentase Asupan Natrium
Mean ± SD
Median
Minimum
Maximum
22,76 ± 4,33
23,45
13,70
32,40
p
0,557 85,21 ± 73,69
64,12
4,88
241,14
Data Terolah,2016 *Uji Rank Spearman
Dari tabel 8.dapat diketahui nilai mean status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam berdasarkan presentase asupan natrium adalah 22,76 dan 85,21 dengan nilai standar deviasinya sebesar 4,33 dan 73,69. Sedangkan untuk nilai median status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam berdasarkan presentase asupan natrium adalah sebesar 23,45 dan 64,12. Nilai minimum dari status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam berdasarkan presentase asupan natrium yaitu 13,70 dan 4,88 dan untuk nilai maksimum dari status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam berdasarkan presentase asupan natrium yaitu 32,40 dan 241,14.
9
Data variabel status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam berdistribusi tidak normal (p= 0,0 ; p<0,05) sehingga uji statistik yang digunakan adalah Uji Rank Spearman Data hasil penelitian uji Rank Spearman’s dan diperoleh nilai p=0,557. Nilai ini (p=0,557) lebih besar dari nilaip<0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan obesitas (IMT) dengan kepatuhan diet rendah garam pada pasien hipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta % natrium pada pasien hipertensi. Sesuai dengan Virgianto dan Purwaningsih (2005) yang menyatakan bahwa faktor gizi tidak berhubungan secara bermakna dengan kejadian status gizi lebih (obesitas).Mengkonsumsi garam (natrium) memang dapat berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi.Tetapi tidak berpengaruh terhadap timbulnya status gizi lebih (obesitas) pada pasien hipertensi (Anggraini dkk, 2008).Sehingga dapat disimpulkan bahwa asupan natrium tidak berpengaruh terhadap kondisi status gizi lebih (obesitas) seseorang. 4.KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa status gizi pada pasien hipertensi rawat inap diRumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakartayang paling banyak adalah kategori normal (30%) dan kategori status obesitas sedang (30%). Kepatuhan diet
rendah garam padapasienhipertensidi
ruang rawatinap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, berdasarkan presentase asupan natrium, sebagian besar pasien termasuk dalam kategori patuh, yaitu sebesar 73,33%. Tidakterdapathubunganantarastatus gizi dengan kepatuhan diet rendah garam padapasienhipertensidi ruang rawatinap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (p= 0,557) DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2012. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.Yogyakarta:Dianloka. Afoakwah,A.N. dan Owusu, W.B.2011.The Relationship Between Dietary Intake, Body Compotition and Blood Pressure In Male Adult Miners In Ghana. Asian J Clin Nut. 3(1): 1-13. Agrina, dkk 2011, Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi, vol 6, hal 46-53
10
Anwar, F dan Khomsan, A. 2010.Makan Tepat dan BadanSehat.Jakarta Selatan :Penerbit Hikah.hal 155. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC.Jakarta Almatsier,S.2006.Penuntun Diet Edisi Baru.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Anngraeni, AD.,Waren, A.,Situmorang, E., Asputra,H., Siahaan,SS. 2009. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008, laporan Penelitian : Fakultas Kedokteran, Universitas Riau. Ardiansyah, M.2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press. Asfuah,S.2012.Buku Saku Klinik Untuk Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Ayurai. 2009. Kebiasaan Merokok Terhadap Penyakit Hipertensi. Diakses dari http://www.ayurai.wordpress.com/category//kebiasaan merokok.sdm.html Casey, A and Benson, H.2012.Menurunkan Tekanan Darah.Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Gramedia. Corwin, EJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC. Dalimartha danSetiawan. 2008. Care Your Self and Hipertension.Jakarta: Penebar Plus. Departemen Kesehatan RI.2008. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.Jakarta:Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan RI.2008.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) Propinsi Jawa Tengah.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Dewi, S dan Familia.2010.Hidup Bahagia Bersama Hipertensi.Jakarta :A Plus Books. . Dinas Kesehatan Jawa Tengah . 2007. Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) 2007.diakses pada 10 Juli 2012 http://www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas.jateng 2007.pdf Fathina, A U. 2009.Hubungan Asupan Sumber Lemak dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi(http://eprints.undip.ac.id/26108/2/80_Ully_Aquarillia_F_G2C2 05080.pdf/ diakses tanggal 2 April 2014). Ganong,WF.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 20. Dialihbahasakan oleh M. Djauhari W. Jakarta : EGC Gibson, RS. 2008. Principles Of Nutritional Assesment. New York: Oxford University Press. Hanns Peter Wolfr. 2006. Hipertensi: Cara Mendeteksi Dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta : Buana Ilmu Populer. Hardinsya.,Briawan.,Retnaningsih dan Herawati.2009.Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan.Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institus Pertanian Bogor. Hartono, A.2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit.Edisi 2.Jakarta :EGC Indianto.2009.Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dikontrol. Diakses dari http:www.indianto.or.id
11
Julianti D. dkk.2009.Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus.Jakarta:Puspa Swara. Lanny, S. 2010.Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Karnadi, J.2011. Medical dictionary definition of hipertension (http:// www. CerminDuniaKedokteran.com/index.php) Kumar, V., Abbas, AK and Fausto, N. 2009.Hypertensive Vascular Disease dalam Robin and Cotran Pathologic Basic of Disease, (7th ed.)Philadelphia : elsevier Saunders. Lavie, CJ., Milani,RV and Ventura, HO.2009.Obesity and Cardiovascular Disease: Risk Factor,Paradox,and Impact of Weight Loss,J.Jacc,53(21),1928. Lidiyawati dan Apoina, K. 2014.Hubungan Asupan Asam Lemak Jenuh, Asam Lemak Tidak Jenuh dan Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Menopause di Kelurahan Bojosalaman.Journal Of Nutrition College. Lemeshow,S., Hosmer J.D., Klar,J., Lgawa,S. 2007. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta : Gadjah Mada University Press. Lyliasari, S. 2007. Hipertensi Dengan Obesitas:Adakah Peran Endotelin-1.Jurnal Kardiologi Indonesia . 28:460-475. Malope, S. 2012. Hubungan Lingkar Lengan Atas dan Lingkar Pinggang dengan Tingkat Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Poloklinik Interna RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang. Provinsi Sulawesi Utara. Mangku. 2007. Dokter Spesialis Hipertensi Buat Konsensus. Diakses dari http;// www.suarakarya-online.compada tanggal 3 Juli 2007. Misnadiarly.2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit.Jakarta : Pustaka Obor Populer. Hal 4-81. Muhammadun,AS.2010. Hidup Bersama Hipertensi.Yogyakarta:iN-Books. Mulyani, S. 2010. Hubungan Antara Tingkat Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Pasien Kanker Nasofaring di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Myra Puspitorini. 2008. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Image Press. Niven, Neil. 2001. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Professional Kesehatan lain. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta. Notoadmodjo,S.2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Cetakan Pertama.Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Palmer,A and Williams, B. 2007.Tekanan Darah Tinggi.Dialihbahasakan oleh Yasmine.Jakarta:Erlangga. Purnomo, H. 2009, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Yang PalingMematikan.Yogyakarta:Buana Pustaka. Purwanto, H. 2006. Pengantar Perilaku Manusia untuk Perawat.Jakarta : EGC.
12
Purwanto. 2007. Kolesterol Sebabkan Serangan Jantung, Hipertensi dan Stroke. Jakarta: EGC. Purwati, S., Salimar, R.2008.Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi.Jakarta: Swadaya. Pranoto.2007. Ilmu Kebidanan.Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rahmawati, A. 2006.Harga Diri Pada Remaja Obesitas.Medan: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Ramadhan,J.A.2010.Mencermati berbagai gangguan pada darah dan pembuluh darah. Yogyakarta: DIVA Press. Ridwan, M. 2011.Mengenal,Mencegah,Mengatasi silent killer Hipertensi. Semarang:Pustaka Widyamara. Riyadi, A., Wiyono, P., Budiningsari, DR.2007. Asupan Gizi dan Status Gizi Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Curup dan Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu.Jurnal Gizi Klinik Vol.4 No. 1 hal 43-51. Sagala, LMB.2010.Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.Skripsi.Fakultas Keperawatan. Medan: Universitas Sumatra Utara. Sapardan, Aldico.2012.Garam Berperan dalam Resistensi Hipertensi. Diakses darihttp://m.klikdokter.com. Sastroasmoro, S danIsmael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta : Binarupa Aksara. Sjostrom, CD., Lassner.2011.Relationship between changes in body composition and changes in cardiosvascular risk factors: the SOS intervention Study: Sweedish Obese subjects,Obes Res. 5: 519535. Sobirin. A. 2010. Hubungan Diet Natrium dengan Kestabilan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Primer di Desa Jatitentah Puskesmas Sukodono Kabupaten Sragen. Diakses dari http :www.fkm.undip.ac.id Soenardi.dkk. 2005.Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiharto, A. 2007, Faktor-faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar).Tesis.Semarang: Universitas Diponegoro. Stump, S E., Earl, R. 2008.Guidelines for Dietary Planning.In : Krause’s Food and Nutrition Therapy(12th ed.) Philadelphia: Saunders, p 347. Suryati. 2015. Hipertensi dan Beresiko Hipertensi.Diakses dari http://asybalufidaa.multiply.com/journal/item/ Susilo, Y., dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sustrani,L., Alam,S.,Hadibroto, I.2005. Hipertensi.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. Syafiq, A dan Fikawati S. 2013.Konsumsi Kalsium pada Remaja.Dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (ed.). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press. Hal.186-187.
13
Tery, A. 2010.Hubungan Antara Asupan Energi, Frekuensi Jajan, dan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Siswa Kelas IV dan V Sekolah Dasar Corjesu Kota Semarang, (Karya Tulis Ilmiah). Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Gizi. Udjiyanti, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta : Salemba Medika. Wahyuningsih, A dan Adek W.2015.Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Di Ruang Rawat Inap Di RS.Baptis Kediri.Diaksesdarihttp://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article /view/18433.Diaksestanggal 13 Mei 2015. Watson, R R.2014. Nutrition in The Prevention and Treatment of Abdominal Obesity.USA:Academic Press,pp 17-21. Waspadji, S., Suyono, S., Sukardji, K.,Kresnawan,T. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi dan Penelitian di Rumah Sakit . Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI pp 141. Widdharto, 2007.Bahaya Hipertensi .Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka. Widiantini dan Tafal.2014.AktivitasFisik, Stres, danObesitaspada PNS.JurnalKesehatanMasyarakatNasional.Vol.7 No. 8. Williams,B.2004.Guidelines for management of hypertension:report of the fourth working party of the British Hypertension Society,BHS IV.Journal of Human Hypertension. World Health Organisation (WHO). 2007. Obesitas dan Overweight. WHO Media Center. http://www.who.int/mediacenter/fs.311/en/index.html. diakses pada tanggal 12 Maret 2012.
14