PSIKOLOGI PERSUASI: KIAT MENGAJAK ORANG LAIN BERFIKIR DAN BELAJAR Oleh: Mashuri1
Abstrak
Belajar atau berfikir merupakan salah satu aktivitas jiwa, dan keduannya bersifat mutual simbiosis; saling mempengaruhi. Kegitan berfikir dan belajar tersebut bila dilakukan dengan baik, maka akan menghasilkan sesuatu hasil pemikiran/gagasan yang luar biasa, baik berupa teori-teori, konsep-konsep dan lain sebagainnya. Namun realitasnya dalam melakukan kedua aktivitas tersebut tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tidak jarang ditemukan dalam proses berfikir dan belajar seseorang diganggu oleh persaan malas, kebuntuan dalam berfikir, kebosanan dan lain sebagainya. Persmasalahan yang seperti ini tidak boleh dibiarkan, karena akan mengakibatkan hasil pemikiran atau hasil pembelajaran yang tidak maksimal, bahkan tidak berguna sama sekali. Oleh karena itu diperlukan suatu upya untuk mengatasinya. Salah satu kiat atau cara yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan yang bersifat persuasi. Persuasi merupakan kajian dari ilmu psikologi yang mengkaji tentang bagaimana cara atau kiat memengaruhi seseorang agar mau melakukan aktivitas belajar melalui serangkaian cara atau kiat-kiat yang jitu sehingga seseorang akan kembali melakukan aktivitas berfikir dan belajar seperti biasa. Kata Kunci: Berfikir, belajar dan persuasi
1
Mashuri adalah dosen tetap Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
1
I. PENDAHULUAN Pada dasarnya kegiatan belajar dan berfikir, merupakan aktivitas kejiwaan yang selalu dilakukan oleh semua orang. Antara belajar dan berfikir merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan (mutual simbiosis), karena setiap orang yang hendak belajar tentu ada proses berfikir, begitupula sebaliknya, seseorang dapat berfikir lazimnya diawali dengan proses belajar. Dari proses belajar atau berfikir tersebut akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut dengan hasil pengajaran atau disebut dengan istilah tujuan/hasil pembelajaran. Begitu pula dengan proses berfikir, maka akan menghasilkan hasil pemikiran yang berupa pengetahuan, teori, konsep, prinsip-prinsip, dan lain-lain. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar atau berfikir harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir dengan baik. Realitasnya aktivitas belajar dan berfikir, kadang kala tidak selalu berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan, tidak jarang seseorang muncul sikap malas dalam belajar atau berfikir, atau mengalami kejenuhan, kebosanan dan lain sebagainnya. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, minsalnya dalam bentuk pemberian motivasi belajar atau melalui proses persuasi. Persuasi sebagai suatu seni telah dipraktekkan selama berabad-abad, dan merupakan produk dari abad ke-20.2
II. Pengertian Psikologi Persuasi Pada judul di atas terdapat dua term yang perlu dijelaskan, yaitu psikologi dan persuasi. Term Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Psyche artinya jiwa, roh, sedangkan logos artinya ilmu. Dari arti tersebut secara harfiah lazim diterjemahkan menjadi ilmu jiwa.3 Sedangakan menurut istilah R.S. Woodworth seperti yang dikutip Ngalim Purwanto, psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Tingkah laku di sini adalah semua tindakan atau perbuatan manusia yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadarinya maupun yang tidak. Termasuk cara berbicara, berjalan, berpikir atau mengambil keputusan, cara ia melakukan sesuatu, caranya bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinnya. 4 Sedangkan term persuasi, dalam bahasa Inggris disebut dengan kata 2
Marvin Karlins, Ph.D dan Herbert I. Abelson, Ph.D, Perusasion; How Opinions and Attitudes are Changed, Second Edition, (New York, Springer Publishing Copany: 1970), hal. 2. 3 Lihat M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya: 2010), hal. 1. 4 M. Ngalim Purwanto, Psikologi…, hal. 1.
2
persuasion, mempunyai makna bujukan, bujuk rayu.5 Dan bila merujuk pada asal katanya, istilah persuasi berasal dari bahasa Latin, yaitu persuasio, kata kerjanya persuadere, mempunyai arti membujuk, mengajak atau merayu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persuasi di antaranya diartikan dengan: ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya; bujukan halus.6 Secara terminology Kevin Hogan dalam bukunya The Psychology of Persuasion mendefenisikannya dengan “suatu kemampuan untuk memberikan induksi7 keyakinan dan nilainilai ke dalam diri orang lain dengan mempengaruhi pemikiran dan tindakan mereka melalui strategi yang spesifik.” 8 Sedangkan Nothstine (1991) memberi batasan persuasi sebagai setiap usaha untuk mempengaruhi tindakan atau penilaian orang lain dengan cara berbicara atau menulis kepada mereka. Kemudian Brembeck dan Howell (1952) mendefinisikan persuasi sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam konteks ilmu komunikasi, Andersen (1972) membatasi pengertian persuasi sebagai suatu proses komunikasi interpersonal, di mana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima. Jadi, secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan, seperti yang diinginkan komunikator. Kemdudian Applebaum dan Anatol (1974) mendefinisikan persuasi sebagai "Proses komunikasi yang kompleks pada saat individu atau kelompok mengungkapkan pesan, baik disengaja ataupun tidak, melalui cara-cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain. Berangkat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan psikologi persuasi adalah suatu ilmu jiwa atau tingkah laku yang berupaya untuk membujuk atau memengaruhi pikiran dan tindakan seseorang melalui strategi yang efektif sehingga membuat seseorang tersebut menjadi yakin atau percaya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
5
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia: 2003), hal.426. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, (Jakarta, Balai Pustaka: 2005), hal. 864 7 Pengertian induksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan (1). metode pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang umum, penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum, penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah yang khsusus. (2). Proses pembangkitan tenaga listrik (elektrik) di dalam sirkulasi tertutup oleh arus (gerak) magnetic melalui gerak putar. Berdasarkan defenisi ini dan jika diakitkan dengan pengertian induksi dalam defenisi yng disebutkan di atas, maka penulis lebih cenderung mengartikannya pada defensisi yang ke dua, sehingga pengertian “induksi” dapat diartikan (diasosiasikan) dengan ‘suatu proses untuk membangkitkan keyakinan dan seterusanya dalam rangka mempengaruhi orang lain.’ Lih. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar…, hal. 431. 8 Kevin Hogan, The Psychology of Persuasion, terj. Anton Adwiyoto; (Jakarta, Professional Books; 1997), hal. 14.
3
III. Komponen-Komponen Persuasi Menurut Marheini, ada beberapa komponen khusus tentang persuasi, yaitu mencakup komunikator, komunikan (penerima pesan), pesan dan situasi. Komunikator yang mempunyai pengaruh persuasive adalah seseorang yang memiliki ketertarikan (attractiviness), terutama dalam
kredibilitas
(dapat dipercaya)
kepakarannya, status, penampilan dan rekam jejak (track record) dan cara penyampaian. Di samping itu factor kesamaan (similarity), seperti pengalaman, nilai budaya dan kerangka rujukan lain antara komunikator dan komunikan juga dapat mendorong tingkat persuasive.9 Lebih lanjut dikatakan bahwa seorang komunikan dapat dibujuk atau diajak secara mudah, apabila ia telah memiliki kesiapan mental atau kecenderungan yang kuat untuk berubah sikap terhadap himbuan atau ajakan komunikator. Sebaliknya seseorang yang sudah mempunyai kecenderungan menolak karena telah memiliki keyakinan atau pertimbangan sendiri, proses persuasi yang menerpanya akan mengalami hambatan kuat.10 Selanjutnya pesan atau informasi yang paling mendekati atau dapat memenuhi kebutuhan psikologis komunikan, seperti: kelangsungan hidup, rasa aman, harga diri dan kebutuhan-kebutuhan lain cenderung pesan tersebut bersifat persuasive. Bahkan pesan yang dapat memenuhi kebutuhan mendesak dapat menimbulkan inisiatif pada komunikan untuk mencarinnya sendiri. Kemudian dalam konteks komponen situasi, keadaan lapar, pikiran terpecah belah, kekalutan merupakan situasi yang dapat menimbulkan kecenderungan seseorang mudah dipersuasi.
IV. Hukum (Prinsip-prinsip) Persuasi Agar bisa memahami sepenuhnya proses persuasi, maka perlu dipahami beberapa konsep dasar atau prinsip. Prinsip ini akan memberikan landasan kepada paradigma persuasi. Ada Sembilan hukum atau prinsip persuasi yang berperan dalam berbagai aspek kehidupan baik sebagai salesmen, pembicara, konsumen, suami, istri, ayah, sahabat, guru dan lain-lain. Kesembilan hukum atau prinsip persuasi tersebut adalah sebagai berikut: 9
Lihat kk.mercubuana.ac.id, diunduh pada 12 September 2012. kk.mercubuana.ac.id, diunduh pada 12 September 2012
10
4
1. Hukum Timbal balik Maksudnya adalah jika seseorang memberi kepada kita sesuatu yang sangat berharga, maka kita akan menanggapi dengan keinginan untuk memberikan sesuatu kembali kepada seseorang tersebut. Jika dikaitkan dalam proses pembelajaran, maka hukum ini lebih kepada apa yang disebut dengan reinforcement, yaitu ketika ada siswa bertanya, menjawab, memberi pandangan dan lain-lain, maka guru meresponnya (menyambutnya) dengan ungkapan ‘bagus sekali’, ‘benar sekali’ sebagai suatu penguatan terhadap apa yang disampikan oleh siswa. (Bentuk verbal) dan dapat pula dilakukan dengan non verbal, seperti senyum, anggukan kepala, ancungan jempol, wajah cerah, kerutan kening, sorot mata bersahabat, mengangkat alis mata dan lain-lain. Jadi dengan melakukan reinforcement ini diharapkan siswa akan termotivasi, bersemangat dan timbul minatnya untuk belajar. 2. Hukum Kontras Maknanya, adalah jika dua benda relatif berbeda antara satu dengan yang lainya, maka kita akan memandangnya lebih berbeda jika ditempatkan saling berdekatan dalam satu waktu dan ruang. Sebagai contoh: seminar yang mahal selama seminggu mungkin diberi lebel harga $5.000. Bagaimana jika anda diberi “kesempatan satu kali” untuk membeli rekaman audio seminar yang sama dengan harga “hanya $495“? anda akan menerima informasi berharga yang sama dengan harga kurang dari 10 persen dari biaya seminar. 3. Hukum Teman Seseorang akan melakukan hampir apa saja yang dimintakan kepadannya oleh temannya. Teman adalah orang-orang yang kita sukai dan kita sering menyukai mereka karena mereka menyukai kita. Semakin banyak kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita sama seperti mereka dalam idiologi, falsafah, latar belakang, sikap dan sebagainya, maka semakin besar pula kemungkinan kita akan bisa membujuk mereka. Dalam konteks pembelajaran, sebagai proses persuasi (membujuk), maka mungkin bisa saja seorang guru menganggap siswa sebagai “teman” yang menyenangkan, sehingga apapun yang ditransmisikan dalam proses pembelajaran akan mudah dipahami dan diserap oleh peserta didik.
5
4. Hukum Harapan Sebagai contoh adalah jika seseorang yang dipercayai atau orang yang sangat dihormati mengharapkan kita untuk melakukan sesuatu atau sebuah tugas, atau menghasilkan sesuatu yang baik, maka kita cenderung untuk memenuhi harapannya, apakah positif maupun negatif. Contoh lain adalah anak-anak kecil yang sering jatuh dan kesakitan, tergores, luka dan sebagainnya, tetapi akan merasa lebih baik setelah ibunya mencium goresan itu, atau mengusapnya dan anak tersebut juga membuatnya “terasa lebih baik”. Anak-anak (paling tidak ketika waktu kecil) mempunyai ilusi ajaib bahwa orang tua bisa melakukan apa saja. 5. Hukum Asosiasi Kita lebih cenderung menukar produk, jasa, atau gagasan yang didukung oleh orang lain yang kita sukai atau kita hormati. Kemudian jika kita menyukai orang lain yang berhubungan dengan suatu produk, kita cenderung mempunyai asosiasi positif dalam pikiran kita tentang produk yang mereka dukung. Tidak perduli bagaimana mutu produk, karena dukungan itu. Kita sering membeli produk itu pertama kalinya berdasarkan dukungan orang yang termashur atau selebriti. 6. Hukum Konsistensi Kalau seseorang mengumumkan secara tertulis atau lisan bahwa dia mempunyai satu pendirian dalam suatu persoalan, maka dia akan cenderung untuk mempertahankan
pendirian
atau
keyakinannya
tersebut,
walaupun
banyak
mengalami perlwanan dari orang lain. 7. Hukum Kelangkaan Jika seseorang beranggapan bahwa sesuatu yang mungkin diinginkannya terbatas dalam kuantitas, dia berkeyakinan bahwa nilai apa yang diinginkannya lebih besar daripada seandainnya benda itu bisa diperoleh dalam jumlah berlimpah-limpah. Hukum ini sering juga dilihat di televisi atau media lainya dalam bentuk iklan TV atau produk-produk lainya, minsalnya dengan ungkapan “sementara persediaan masih ada”, “penawaran hanya sampai hari minggu”, “persediaan terbatas”. Kesemua contoh tersebut merupakan pernyataan yang bersifat kelangkaan. 8. Hukum Kompromi Kebanyakan orang cenderung menyetujui usul, produk atau jasa yang akan dipandang dapat diterima oleh mayoritas orang lain atau mayoritas kelompok sesama seorang individu. Hukum kompromi dapat dibagi ke dalam tiga katagori, yaitu: 6
1. Kaum konformis. Kaum ini terdiri dari 85% dari keseluruhan dan kaum konformis mungkin termasuk dalam kelompok dan organisasi besar yang sudah diterima. Misalnya orang Katolik, Lutheran, republic dan democrat semuanya merupakan contoh kelompok kompromi massal. 2. Kaum konformis yang menentang, terdiri atas kira-kira 10% dari semua orang. Kaum ini cenderung memberontak melawan norma-norma masyarakat sekarang dalam relative kelompok-kelompok besar. 3. Kaum Penentang, cenderung mengandaikan bahwa kaum konformis pada umumnya salah dan jarang berkelompok bersama. Usahawan sering merupakan penentang. Penentang bukan antikonformis seperti Konformis yang menentang. Sebaliknya, penentang menggunakan standard dan pendapat Konformis sebagai informasi untuk menguntungkan diri mereka sendiri. 9. Hukum Kekuasaan Orang memiliki kekuasaan atas orang lain sampai tingkat ketika mereka dipandang mempunyai wewenang, kekuatan atau keahlian yang lebih besar. Seorang dokter dianggap memegang kekuasaan yang sangat besar. Jika seorang dokter mengatakan sesuatu, biasannya dipandang mempunyai kredebilitas yang besar sekali. Jadi semakin berkuasa sesorang dipandang oleh orang lain, semakin besar kemungkinan permintaanya akan dipertimbangkan dan diterima.11
A. Strategi Mempengaruhi Orang Lain Menurut Wahono, ada beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau teknik mempengaruhi orang lain. Hal ini telah bermunculan sejak 20 tahun yang lalu. Dari beberapa pendapat yang ada, boleh dikatakan yang banyak diaplikasikan dan dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode Influence Behavior Questionnaire (IBQ). Suatu metode yang dikembangkan oleh peneliti Gary Yukl (1992), seorang Professor di University at Albany, Amerika. Metoda IBQ merumuskan ada beberapa strategi dan teknik mempengaruhi orang lain, yaitu: 1.
Rational
Persuasion:
Adalah
siasat
meyakinkan
orang
lain
dengan
menggunakan argumen yang logis dan rasional. Seorang dokter yang memberi nasehat kepada pasien yang perokok berat, dengan menjelaskan efek buruk 11
Kevin Hogan, The Psychology of Persuasion, (Psikologi Persuasi) Bagaimana Cara Membujuk Orang Lain ke Cara Berpikir Anda, (Jakarta, Professional Books: 1997), hal. 39-59.
7
merokok bagi paru-paru dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa para perokok lebih rentan menderita penyakit kronis lain. Adalah salah satu contoh rational persuasion ini. 2.
Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat dengan meminta ide atau permohonan untuk membangkitkan rasa antusias dan semangat dari target person. Contoh nyata penerapannya adalah, seorang menteri yang membawahi departemen komunikasi dan informasi (kominfo), yang membuka kesempatan kepada seluruh komunitas IT untuk membuat permohonan dan ide tentang pengembangan e-government di suatu negeri.
3.
Consultation Tactics: Terjadi ketika kita meminta target person untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang kita agendakan. Misalnya menteri kominfo di atas yang kembali berkonsultasi kepada seluruh komunitas IT di suatu negeri dalam upaya mengajak partisipasi aktif dalam implementasi cetak biru e-government yang telah diproduksi oleh departemennya.
4.
Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat yang berusaha untuk membuat senang hati dan tentram target person, sebelum mengajukan permintaan yang sebenarnya. Senda gurau seorang salesman terhadap langganan, pujian seorang pimpinan terhadap bawahan sebelum memberi tugas baru, ataupun traktiran makan seorang partner bisnis adalah termasuk dalam ingratiation tactics ini.
5.
Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika seseorang berusaha mempengaruhi target dengan landasan hubungan persahabatan, pertemanan atau hal yang bersifat personal lainnya.
6.
Exchange Tactics: Adalah mirip dengan personal appeal tactics namun sifatnya adalah bukan karena hubungan personal semata, tapi lebih banyak karena adanya proses pertukaran pemahaman terhadap kesukaan, kesenangan, hobi, dan sebagainnya di antara kita dan target person.
7.
Coalition Tactics: Adalah suatu siasat di mana kita berkoalisi dan meminta bantuan pihak lain untuk mempengaruhi target.
8.
Pressure Tactics: Terjadi di mana kita mempengaruhi target dengan peringatan ataupun ancaman yang menekan. Sebagai contoh seorang komandan pasukan yang memberi ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya yang mengulangi kesalahan serupa.
8
9.
Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat di mana seseorang menggunakan otoritas dan kedudukannya untuk mempengaruhi target person. Presiden yang meminta seorang menteri untuk menyusun rancangan undang-undang, kepala sekolah yang meminta guru menyusun kurikulum pendidikan adalah beberapa contoh penerapan legitimizing tactics. 12
V. Kiat Mengajak Orang Lain Berfikir Dan Belajar Sebelum menkaji tentang bagaimana mengajak orang lain berfikir dan belajar, maka terlebih dahulu dijelaskan tentang berfikir dan belajar. A. Pengertian Berfikir dan Belajar Berfikir merupakan salah satu di antara sifat-sifat umum aktivitas manusia dan erat kaitannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti tanggapan, ingatan, pengertian dan perasaan. 13 Dan berfikir adalah daya yang paling utama serta merupakan ciri khas yang membedakan manusia dengan hewan. Menurut Ngalim Purwanto arti dari berfikir secara terbatas tidak dapat didefenisikan. Tiap kegiatan jiwa yang menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berfikir. Berfikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang kita kehendaki.
14
Plato sebagaimana
dikutip Sumadi Suryabrata, beranggapan bahwa berfikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato tersebut ada pendapat yang mengatakan bahwa berfikir adalah aktivitas ideasional, dengan memunculkan dua kenyataan, yaitu: a. Bahwa berfikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif dan b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berfikir itu menggunakan abstraksiabstraksi atau ideas. Di samping pendapat di atas ada yang berpendapat bahwa berfikir itu adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. 15
12
http://romisatriawahono.net/2006/02/06/teknik-mempengaruhi-orang-lain, diunduh pada tanggal 25 September 2012. 13 M. Ngalim Purwanto, Psikologi…, hal. 43. 14 M. Ngalim Purwanto, Psikologi…, hal. 43. 15 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Rajawali Pers: 2010), hal. 54-55.
9
Lebih detail Ngalim Purwanto, mengemukakan beberapa pendapat para ahli tentang defenisi berfikir, yaitu: 1. Ahli asosiasi mengemukakan bahwa berfikir itu adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Selanjutnya aliran ini berpendapat bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar dari semua aktivitas kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan, keinginan dan berfikir semua berasal/terjadi karena bekerjannya tanggapantanggapan. Pendapat inilah yang kemudian menimbulkan pendidikan dan pengajaran yang bersifat intelektualistis dan verbalistis. Tokoh yang terkenal dalam aliran ini, adalah John Lock (1632-1704) dan Herbart (1770-1841). 2. Aliran "Behaviorisme berpendapat bahwa berfikir, adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan ”buah pikiran”. Jadi menurut Behaviorisme “berfikir” tidak lain adalah berbicara. Jika pada psikologi asosiasi yang merupakan unsureunsur yang paling sederhana dalam kejiwaan manusia adalah tanggapantanggapan, maka pada Behaviorisme unsure yang paling sederhana adalah refleks. Reflek, adalah gerakan/reaksi tidak sadar yang disebabkan
adanya
perangsang dari luar. Semua keaktifan jiwa yang lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan dan berfikir, dikembalikannya kepada refleks-refleks. 3. Psikologi Gestalt, memandang bahwa berfikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak bisa kita amati dengan alat indra kita. Proses berfikir itu dilukiskan sebagai berikut: jika dalam diri seseorang timbul suatu masalah yang harus dipecahkan, maka terjadilah terdahulu skema/bagan yang masih agak kabur-kabur. Bagan itu dipecahkan dan dibanding-bandingkan dengan seksama. Bagian gestalt dalam bagan itu diamati benar-benar. Orang mencari bagan-bagan yang belum tampak dalam kebulatan yang dihadapinnya. Kemudian tiba-tiba anggota-anggota/bagian yang dicarinya itu muncul, sehingga tidak terasa kekosongan lagi. Apa yang dicarinya telah ditemukan lagi. Masalah yang dihadapi terpecahkan. 16
16
M. Ngalim Purwanto, Psikologi…, hal.44-46.
10
Lebih lanjut tentang berfikir ini, ada beberapa catatan praktis Sumadi Suryabrata dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, dimana dalam catatan tersebut terdapat aspek-aspek yang sangat penting diperhatikan oleh pendidik terkait tentang bagaimana mengembangkan cara berfikir peserta didik, yaitu: 1. Jauh dari sikap ingin mengangung-agungkan akal/pikir (intelektualisme) kiranya dapat diterima bahwa pikiran mempunyai kedudukan yang boleh dikatakan menentukan. Karena itulah kewajiban kita para pendidik di samping mengembangkan aspek-aspek lain dari pada anak-anak didik kita agar memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi perkembangan pikir itu. 2. Bahasa dan pikir sangat erat kaitannya, karena itu perkembangan bahasa yang baik, adalah keharusan (syarat) yang harus dipenuhi untuk perkembangan pikiran yang baik. 3. Penggunaan diagram, peta bagan (konsep), iktisar kerap sangat membantu dalam berfikir. Oleh karena itu latihan untuk dapat mempergunakan dan membuat alat-alat bantu tersebut seyogyannya dikembangkan pada anakanak.17 B. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi hingga ke liang lahat. Salah satu indikasi, bahwa seseorang dikatakan telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut, baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang mencakup nilai dan sikap (afektif). 18 Ada beberapa defenisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah: 1. Hilgard dan Bower, bahwa belajar adalah berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (minsalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainnya).
17
Sumadi Suryabrata, Psikologi…, hal. 65-66 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta, Rajawali Pers, 2010), hal.2. 18
11
2. Gagne, berpendapat bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. 3. Morgan mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. 4. Witherington, mendefenisikan belajar dengan suatu perubahan di dalam keperibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Dari pengertian yang telah dikemukan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang, baik berupa sikap, kecakapan, kebiasaan, kepandaian maupun suatu pengertian yang diperolehnya melalui proses latihan dan pengalaman.
B. Kiat Mengajak Orang Lain Berfikir dan Belajar 1. Kiat Mengajak Orang Lain Berfikir Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning, menjelaskan bahwa ada beberapa kiat jitu yang dapat digunakan untuk berfikir kreatif. Dari apa yang disampaikan oleh Bobbi ini pada hakikatnya, adalah upaya untuk mempersuai (mengajak) siswa agar mau berfikir. Adapaun kiat-kiat tersebut, adalah:19 1. Ingatlah Kesuskesan Anda di Masa Lalu, Baik yang Biasa Maupun yang Menakjubkan Kita pernah mengalami yang namanya keberhasilan dalam suatu sisi kehidupan kita, kita tahu bahwa kita mampu melakukannya lagi. Oleh karena itu ingatlah diri kita tentang hal itu pada saat kita menghadapi suatu tantangan. 2. Yakinlah bahwa Hal ini Bisa Menjadi Hari Terobosan Trik kedua ini mengajarkan kepada kita agar menjalani hari demi hari dengan keyakinan bahwa sesuatu dapat terjadi untuk mengubah segalannya. Dengan cara ini, jika sesuatu itu benar-benar muncul, maka kita akan siap menerimannya.
19
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung, Kaifa: 2002), hal. 318-324
12
3. Latihlah Kreativitas Kita dengan Permainan-permainan Mental Otak kita, adalah sama seperti bagian tubuh kita yang lain berfungsi lebih lancar jika senantiasa dijaga dalam keadaan prima. Berikut ini ada beberapa saran untuk menerapkannya: a. Pikirkanlah penggunaan kembali barang-barang lama; b. Lihatlah kejadian sehari-hari, dan susunlah uraian kisah tentang peristiwaperistiwa yang memunculkannya; c. Isilah teka-teki silang dan permainan-permainan kata lainnya; d. Temukan peribahasa-peribahasa yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu kepada kita; e. Tontonlah acara televise dengan mematikan suaranya, ddan cobalah memperkirakan apa yang dikatakan orang dalam acara itu. 4. Ingatlah bahwa Kegagalan Membawa pada Keberhasilan Banyak ilmuan termasyhur dunia bergelut dalam solusi-solusi gagal yang tidak terhitung jumlahnya sebelum menemukan satu yang berhasil. Beranilah untuk mengambil resiko salah agar mencapai keberhasilan. 5. Raihlah Impian dan Fantasi Anda Seringkali mimpi dan fantasi merupakan hasil dari pikiran bawah sadar kita yang bekerja untuk mendapatkan solusi suatu masalah. Berikan nilai untuk hal-hal tersebut, walaupun semua itu tampak tidak berkaitan karena gagasan yang tampak aneh dapat memunculkan solusi inovatif dan revolusioner. 6. Biarkanlah Kesenangan Memasuki Kehidupan Anda Bermainlah! Ini membuat sifat kanak-kanak dalam diri kita muncul dan memberikan wawasan segar. Kitapun akan menjadi lebih kreatif jika kehidupan kita seimbang antara bekerja dan bermain. 7. Kumpulkan Pengetahuan dari Tempat lain Ketika bekerja pada situasi yang menantang, lihatlah tempat-tempat lain dalam kehidupan kita dan cobalah untuk melihat suatu jenis masalah dapat digunakan untuk masalah yang sedang dihadapi saat ini. 8. Lihatlah Situasi dari Semua Sisi Bayangkan diri kita secara fisik berada di bawah sedang menatap ke atas, dari atas melihat ke bawah, dari belakang melihat ke depan, dari dalam melihat ke luar dan dari sudut pandang semua pihak yang terlibat. Maka hal ini akan mampu 13
melihat situasi tersebut dari jendela-jendela baru dan dapat memberikan wawasan yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah secara kreatif. 9. Ubahlah Posisi Anda Sesering Mungkin Jika kita duduk di belakang meja kita, pergilah ke luar dan berbaringlah di atas rumput. Atau jika kita berada dalam ruangan konferensi di kantor, bertukartempatlah dengan orang lain atau berdirilah. Mengubah posisi berarti mengubah pandangan kita terhadap berbagai hal, dan perubahan posisi mungkin akan menghasilkan perubahan sikap mental kita. 2. Kiat Mengajak Orang Lain Belajar Menurut Gordon Dryden dan Jeannette Vos, dalam bukunya Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolustion) mengungkapkan bahwa terdapat dua puluh tip sebagai langkah mudah menuju proses belajar apa saja dengan lebih cepat, lebih baik dan lebih mudah. Kiat ini dapat digunakan dengan cara mengajak orang lain dengan melakukan hal-hal berikut: a.
Ambillah pelajaran dari olah raga Maksudnya adalah ketika hendak mempersuasi orang lain kita coba untuk
mengambil atau melihat contoh yang positif dalam dunia olah raga. Di dalamnya terdapat aspek-aspek yang dapat memberikan motivasi dan kekuatan yang bermanfaat untuk mengajak orang lain tergerak jiwannya agar mau belajar. Setidaknya menurut Gordon dan Jeannette ada delapan pelajaran yang dapat diambil, yaitu: 1. Semua olahragawan berprestasi punya mimpi. Mereka memimpikan hal-hal yang tampaknya mustahil, dan berhasil mewujudkannya. 2. Mempunyai tujuan yang spesifik. Dan tujuan itu mereka jabarkan menjadi langkah-langkah sederhana yang mudah dilakukan. Jadi mimpi itu terus menerus mendorong mereka menciptakan keberhasilan demi keberhasilan. Mustahil kita akan mendapat juara dunia dalam semalam. Oleh karena itu harus berjuang sehingga mencapai tujuan utama – dan merayakan setiap keberhasilan yang telah dicapai dalam proses tersebut. Dalam konteks proses pembelajaran hal ini dapat dilakukan dengan memberi hadiah kepada siswa setelah sukses atau berhasil melaksanakan evaluasi. Atau bisa saja memberikan reinforcmen setiap siswa bertanya atau menjawab pertanyaan, baik yang diajukan oleh temannya atau guru. 14
3. Setiap olahragawan berprestasi menggabungkan kekuatan pikiran, tubuh dan tindakan. Mereka tahu betul, bahwa tujuan hanya dapat digapai jika menggabungkan sikap mental yang benar, kebugaran, pengaturan makanan dan keterampilan fisik. 4. Mempunyai visi; mereka belajar memvisualisasikan tujuan mereka. Untuk melihat prestasi mereka sebelum hal itu benar-benar terjadi. Membayangkan bermain dalam pertandingan sepakbola adalah seperti meliat video dalam fikiran. Jack Nicklaus –pegolf terbesar sepanjang zaman- mengatakan bahwa 90%
kesuksesannya
adalah
berasal
dari
kemampuannya
dalam
memvisualisasikan tempat pendaratan bola pada setiap pukulannya. 5. Memiliki gairah dan kehendak yang kuat untuk berhasil 6. Setiap mereka memiliki pelatih, mentor atau Pembina. Mungkin yang dapat dijadikan sebagai contoh, adalah keberhasilan system pelatihan di perguruan tinggi Amerika daripada kebanyakan sekolah. Buktinya betapa banyak atlet Olimpiade, atlet bola basket, dan bintang sepak bola yang muncul dari perguruan tinggi tempat para pelatihnya bertindak sebagai mentor, teman dan sekaligus pembina. 7. Setiap olahragawan berprestasi mempunyai sikap positif terhadap kesalahan. Bahkan mereka tidak menyebutkan kesalahan, tetapi latihan. Bjorn Borg, John McEnroe, atau Martina Navratilova sekalipun, telah ribuan kali menyangkutkan bola di net dalam perjalanan panjang menuju prestasi tenis. Tidak ada pelatih yang menilai pukulan sepeti itu sebagai kegagalan. Semua itu adalah bagian yang sangat penting dalam proses belajar. 8. Semua olahragawan meraih prestasi dengan tindakan. Olah raga adalah kegiatan nyata. Kita tidak akan menjadi sehat dengan membaca buku saja – walaupun secara teori dapat membantu. Kita tidak dapat melatih otot dengan menonton TV saja, begitu juga melakukan lompat jauh 9 meter di ruang kelas. Semua pretasi olahraga dicapai dengan aksi. Marilyn King (mantan atlet panca-lomba Olimpiade Amerika) mengatakan bahwa astronot, atlet olimpiade, dan eksekutif perusahan punya tiga hal yang sama, yaitu: “Mereka punya sesuatu yang sangat berarti bagi mereka; sesuatu yang benarbenar ingin mereka lakukan. Kami menyebutnya gairah.” 15
“Mereka memandang tujuan dengan sangat jelas, dan mengimajinasikannya secara ajaib. Karena tujuan tersebut tampak begitu kuat, mereka membayangkan menapaki langkah-langkah kecil dalam perjalanan menuju tujuan itu. Kami menyebutnya visi.” “akhirnya, mereka melakukan sesuatu setiap hari, sesuai dengan rencana, yang akan membawa mereka selangkah lebih dekat ke mimpi mereka. Kami menyebutnya aksi. “ Gairah + visi + aksi = keberhasilan—inilah persamaan keberhasilan kita” Jadi dapatkah kita menerapkan prinsip yang sama pada hal lain yang ingin diterapkan – dan bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih cepat, lebih baik dan lebih mudah? b. Beranilah bermimpi dan bayangkanlah masa depan kita Apa yang menjadi keyakinan kita, bahwa semua hal adalah mungkin kita lakukan, membuat karir baru, meraih gelar doctor dan lain-lain. Hampir setiap prestasi besar di dunia dari sebiah visi: sejak Ford hingga Disneyland, dari sony hingga Microsoft. Jadi terimalah tantangan besar itu: “beranilah membayangkan apa yang ingin kita raih”. c. Tentukan tujuan spesifik dan tetapkan tenggat waktu Mula-mula tanyakan kepada diri sendiri, apa yang sebenarnya yang ingin dipelajari? Mengapa kita ingin mempelajarinya? Jika itu adalah pekerjaan baru, keterampilan baru, hobi baru, perjalanan keluar negeri, olahraga, apa yang ingin kita ketahui? Kita akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila punya tujuan tertentu. Jika sudah kita lakukan, bagi-bagilah tujuan itu menjadi langkah-langkah kecil yang mudah dilakukan. Lalu tentukan tenggat waktu yang realistis untuk setiap langkah, sehingga kita dapat memprediksikan keberhasilan kita sejak awal. d. Dapatkan pemandu yang antusias segera Apapun yang ingin kita pelajari, sesungguhnya banyak orang lain yang telah mempelajarinya. Begitu kita menetapkan tujuan, temukan orang penuh gairah yang bisa diminta nasihat. Jika kita bisa bertukar keterampilan dengannya, itu jauh lebih baik. Prinsip yang sama berlaku jika kita ingin mempelajari teknologi baru. Tidak ada yang bisa mengoperasikan komputer hanya dari buku petunjuk setebal 700 halaman. Setiap pelajar belajar secara praktik, dengan seorang pemandu.
16
e. Mulailah dengan gambaran menyeluruh Betapa system pendidikan sering mengabaikan akal sehat, mata pelajaran diajarkan terisolasi. Para siswa sering diajarkan bagian-bagain kecil tanpa kemudian diperkenalkan gambaran besarnya terlebih dahulu. Banyak sekolah tradisional masih memperkenalkan mata pelajaran melalui buku teks selama berbulan-bulan. Siswa diajari membaca bab demi bab sekali seminggu tanpa mengetahui “gambaran besarnya”. Hal ini membuat pembelajaran tidak efesien. Sebagai gantinya, cobalah eksperimen sederhana ini. Jika kita ingin mengetahui sesuatu, carilah ringkasannya. Jika ingin mengunjungi suatu kota, carilah brosur wisata yang berwarna, yang akan menunjukkan hal-hal penting. Atau pergilah ke perpustakaan umum, carilah ensiklopedia dan buatlah salinannya. Setelah mendapatkan gambaran besarnya, cari detailnya. Maka akan ditemukan posisi detail tersebut dari gambaran besarnya. f. Tanya! Lima huruf itu, merupakan kata yang terbaik dalam kamus para pelajar. Jangan ragu-ragu bertanya. Jangan pernah takut bertanya kepada pakar terbaik yang dapat ditemui, meskipun belum pernah bertemu sebelumnya. Mulailah dari perpustakaan umum. Perpustakaan bukanlah pusat buku, melainkan sumber belajar. Petugas perpustakaan dilatih agar dapat membantu orang-orang yang membutuhkan suatu informasi. Hubungi mereka dan katakana apa yang dibutuhkan. Mintalah petunjuk terbaik bagi pemula. Gunakan informasi itu sebagai gambaran besar, lalu bekerjalah berdasarkan gambaran itu. Untuk belajar tentang radio, hubungi stasion radio dan tanyakan apakah boleh menyaksikan sesi rekaman. Jika sebagai seorang mahasiswa dan ingin merintis karir dalam suatu bidang, maka hubungi perusahaan terbaik di bidang bersangkutan. Tanyakan, apakah dapat bekerja tanpa gaji selama seminggu pada masa liburan. Intinya, jadikan bertanya sebagai kebiasaan. Hal paling remeh yang dapat dijadikan sebagai contoh (ditiru), adalah dari jurnalisme. Bagaimana berbagai informasi itu muncul di Koran, televise dan radio setiap hari? Carannya adalah para jurnalis itu menghubungi “sumbernya”. Dan setiap orang memiliki hak yang sama. Umumnya orang senang membantu; dan senang ditanyai tentang keahlian mereka.
17
g. Carilah prinsip utama Nyaris di semua bidang, akan ditemukan satu prinsip utama menuju sukses. Atau malah dua atau tiga. Temukan hal itu dulu, sebelum melakukan perinciannya. Umpamannya dalam wawancara jurnalistik, prinsip pertama, adalah tanyakan apa dan mengapa. Begitu pula dalam hal pendidikan, prinsip utamannya; orang akan dapat belajar paling baik adalah dalam bidang yang sangat merka minati. Mereka dapat belajar dengan seluruh indera mereka dengan cepat. h. Temukan 3 buku yang ditulis oleh praktisi andal Jangan mulai dari buku teks akademik. Dalam bidang minat misalnya, temukan tiga buku terbaik yang ditulis oleh praktisi andal. Jadi dalam hal apapun yang ingin diketahui atau dipelajari, maka carilah tiga buku yang terbaik yang ditulis oleh pakarnya. i. Perkuat dengan gambar dan suara Belajar akan lebih baik, dapat juga dilakukan dengan gambar dan suara. Jadi periksalah apakah ada video atau audio tentang materi yang sedang dipelajari. Jika kita mempunyai anggota keluarga yang bukan pembaca yang baik, doronglah mereka untuk belajar dengan gaya yang mereka sukai. Jika gaya seorang pelajar auditorial, maka lengkapi mobilnya dengan tape. Jika yang gaya belajarnya visual, maka carilah buku-buku gambar, video, DVD dan program computer interaktif. j. Belajar melalui praktik Pendidikan biasannya tidak efektif jika memisahkan teori dari praktik. Jadi diupayakan agar belajar lebih dari satu indra. Jika mempelajari bahasa asing minsalnya, cobalah menggambarkan materi yang sedang dipelajari, kemudian cobalah mencamkan informasi tersebut melalui indra yang lain. Ketika belajar menghitung sampai sepuluh dalam bahasa Jepang, misalnya, coba peragakan katakatanya dengan gerakan. k. Gambarlah peta pikiran sebagai ganti catatan linier Percuma saja menyerap informasi penting, bila tidak dapat mengingatnya ketika memerlukannya. Dalam hal ini, metode persekolahan tradisional sangat ketinggalan. Puluhan ribu siswa di seluruh dunia saat ini membuat catatan. Mereka mencatat kata demi kata, kalimat demi kalimat. Atau dalam beberapa bahasa, kolom perkolom. Akan tetapi otak tidak bekerja
dengan cara demikian. Otak tidak 18
menyimpan informasi dalam kumpulan baris atau kumpulan kolom yang rapi. Akan tetapi otak akan menyimpan informasi pada dendrite-dendrit yang tampak seperti pohon. Ia menyimpan dengan pola dan asosiasi. Jadi semakin mampu kita bekerja dengan metode memori otak, semakin mudah dan semakin cepat kita belajar. Oleh karena itu jangan mencatat, buatlah peta pikiran. Buatlah dalam bentuk pohon, dengan gambar, warna, symbol, pola dan asosiasi. Pemetaan pikiran adalah metode yang dicetuskan oleh Tony Buzan. Adapun poit-poin utama dalam membuat peta pikiran, adalah sebagai berikut: 1. Bayangkan sel-sel otak anda seperti pohon, masing-masing menyimpan informasi yang berhubungan pada cabang-cabangnya. 2. Cobalah susun kembali poin-poin kunci, dari topic manapun di atas kertas selembar kertas putih dengan format pohon yang sama, 3. Mulailah dengan gagasan inti–biasanya dengan satu simbul–di tengah halaman, lalu gambarlah cabang-cabangnya menyebar di sekelilingnya. Jika hendak memetapikirkan New York minsalnya, gunakan Patung Liberty sebagai titik pusat. Atau jika kota Sidney, gunakan jembatan pelabuhan, jika tentang otak, sketsalah sebuah otak dengan dua sisinya. 4. Catat hanya satu kata atau symbol untuk setiap poin yang ingin diingat – satu tema untuk setiap cabang. 5. Letakkan poin-poin yang berhubungan pada cabang utama yang sama, masing-masing membentuk sub cabang. 6. Gunakan pensil atau spidol berwarna untuk topic-topik yang berhubungan. 7. Lukislah sebanyak mungkin gambar atau symbol. 8. Ketika melengkapi setiap cabang, lingkari dengan garis batas berwarna. 9. Kembangkan terus setiap peta secara teratur. Dengan cara ini maka kita mudah memulai dengan gambaran besar dan kemudian membuat Peta Pikiran begitu kita semakin banyak mengetahui poin kunci tentang setiap topic. l. Lakukan, lakukan dan lakukan Jika kita mempelajari bahasa Perancis, ucapkanlah. Jika kita belajar tentang computer, maka praktikkanlah. Jika anda ingin menjadi pembicara public, berbicaralah di depan umum. Jika kita ingin menjadi penulis, maka tulislah. Selanjutnya ingatlah pepatah olah raga: “tidak ada kesalahan, yang ada adalah latihan”. 19
m. Tinjau ulang dan renungkan Dalam mempelajari keterampilan fisik mental–seperti mengetik dan memasak–kita melatihnya dengan tindakan. Tetapi ketika mempelajari jenis pengetahuan lain, maka kita harus meninjau ulang secara teratur. Lihat lagi Peta Pikiran dan tinjau ulang poin-poin penting segera setelah menyelesaikannya. Lakukan lagi pada pagi hari, sekali lagi seminggu kemudian, dan sekali lagi sebulan kemudian. Lalu tinjau ulang–dan data lain yang berhubungan– sebelum muncul kebutuhan spesifik terhadapnya: ketika ujian, perjalanan jauh, pidato atau apapun. Sebelum membaca buku baru minsalnya, banyak orang yang merasa perlu melihat dahulu Peta Pikiran mereka tentang topic tersebut. Atau membaca sekaligus bagianbagian yang ditandai dari tiga atau empat buku yang telah mereka baca tentang topic tersebut. n. Gunakan alat bantu sebagai cantolan memori Karena memori bekerja paling baik dengan menggunakan asosiasi, kembangkan “cantolan memori” kita. Asosiasikan pengetahuan yang baru saja diperoleh dengan sesuatu yang telah kita ketahui. Asosiasi dengan gerakan fisik: minsalnya, belajar menghitung dalam bahasa Jepang dengan menggaruk-garuk lutut kita. Asosiasi
visual:
misalnya,
memvisualisasikan
pemandangan
untuk
mengingat nama–menempa emas di pandai besi (blacksmith) untuk mengingat Tuan Goldsmith, gambar buaya di bawah lengkungan McDonald’s untuk mengingat penemunya, Ray Krok. Asosiasi dengan kisah visual: menggambarkan rangkaian peristiwa untuk diingat. Minsalnya, planet-planet dalam posisinya terhadap bumi. Matahari bersinar begitu kuatnya sehingga menghancurkan thermometer. Seluruh isi Markurius meluap-luap. Sinar itu terus menembus ketika seorang gadis cantik Venus sedang berdiri di atas bumi. Sinar itu lalu melaju melewati bumi menuju kebun tetangga berwarna merah; tetangga yang siaga perang, Mars, muncul dan melontarkan makian. Namun segera muncul sosok raksasa yang selalu tersenyum Yupiter –planet terbesar dan di dadanya yang mirip dada Superman itu bersinar kata “SUN” (Saturnus, Uranus dan Neptunus) dan ditemani seekor anjing yang berlari-lari riang Pluto.
20
Metode asosiasi manapun yang digunakan, buatlah yang aneh, lucu dan emosional karena “filter” otak yang meneruskan informasi ke memori jangka panjang berhubungan erat dengan pusat emosi. Dan hubungkan asosiasi kita dengan sebanyak mungkin indera: penglihatan, pendengaran, pembau, perasa dan pengecap.
VI. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa secara manusiawi, manusia atau dalam konteks peserta didik tidak jarang mengalami stagnan, atau kemalasan, kejenuhan baik dalam berfikir atau belajar. Oleh karena itu diperlukan kiat persuasi, sebagai langkah untuk membangkitkan kembali motivasi, semangat dan minat untuk berfikir dan belajar. Ada beberapa kiat yang dapat ditempuh untuk mengajak orang lain befikir dan belajar. Untuk mengajak belajar dapat dilakukan, seperti melalui 1. Ingatlah kesuskesan anda di masa lalu, baik yang biasa maupun yang menakjubkan, 2. Yakinlah bahwa hal ini bisa menjadi hari terobosan, 3.Latihlah kreativitas kita dengan permainan-permainan mental, 4. Ingatlah bahwa kegagalan membawa pada keberhasilan, 5. Raihlah impian dan fantasi anda, 6. Biarkanlah kesenangan memasuki kehidupan anda, 7. Kumpulkan pengetahuan dari tempat lain, 8. Lihatlah situasi dari semua sisi, 9. Ubahlah posisi anda sesering mungkin. Sedangkan kiat untuk mengajak orang lain belajar dapat dilakukan dengan cara: 1. Ambillah pelajaran dari olah raga yang penuh dengan contoh positif dalam konteks memotivasi, 2. Beranilah bermimpi dan bayangkanlah masa depan kita, 3. Tentukan tujuan spesifik dan tetapkan tenggat waktu, 4. Dapatkan pemandu yang antusias segera, 5. Mulailah dengan gambaran menyeluruh, 6. Tanya!, 7. Carilah prinsip utama, 8. Temukan 3 buku yang ditulis oleh praktisi andal, 9. Perkuat dengan gambar dan suara, 10. Belajar melalui praktik, 11. Gambarlah peta pikiran sebagai ganti catatan linier, 12. Lakukan, lakukan dan lakukan, 13. Tinjau ulang dan renungkan, dan 14. Gunakan alat bantu sebagai cantolan memori.
21
Referensi
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta, Rajawali Pers, 2010. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung, Kaifa: 2002. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, Jakarta, Balai Pustaka: 2005. http://romisatriawahono.net/2006/02/06/teknik-mempengaruhi-orang-lain, diunduh pada tanggal 25 September 2012. John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia: 2003. Kevin Hogan, The Psychology of Persuasion, (Psikologi Persuasi) Bagaimana Cara Membujuk Orang Lain ke Cara Berpikir Anda, Jakarta, Professional Books: 1997. kk.mercubuana.ac.id/files/61018-12-622458705545.doc, M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya: 2010. Marvin Karlins, Ph.D dan Herbert I. Abelson, Ph.D, Perusasion; How Opinions and Attitudes are Changed, Second Edition, New York, Springer Publishing Copany: 1970. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers: 2010.
22