Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
ISSN 2089-3590
PENGEMBANGAN PRODUK BARU BATIK KONTEMPORER STUDI KASUS BELAJAR DARI HASAN BATIK BANDUNG 1
Ratih Tresnati, 2 Yuhka Sundaya
1 2
Program Studi Manajemen Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak. Pengembangan produk baru dibutuhkan perusahaan untuk mengantisipasi persaingan disamping memenuhi kebutuhan konsumen yang dinamis. Pengembangan produk banyak dilakukan perusahaan, dan salah satunya di Kota Bandung adalah Hasan Batik yang merespons persaingan dalam industri batik domestik maupun impor. Hasan Batik megubah Batik Tradisional menuju Batik Kontemporer. Penelitian pengembangan produk baru di perusahaan tersebut dilakukan untuk (1) menggali pengetahuan tentang caranya, dan (2) mengetahui dampaknya terhadap volume penjualan. Penelitian ini menggunakan data primer dan skunder dari Hasan Batik. Data primer digali dengan cara focus group discussion dan brainstorming untuk mengklarifikasi pengetahuan dari data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Hasan Batik melakukan sembilan tahapan untuk melakukan pengembangan produk, dan (2) tahap awal pengembangan produk berimplikasi kenaikan biaya per unit, namun setelah itu menampilkan biaya produksi yang efisien. Pengembangan produk berdampak positif pada volume penjualan, yaitu meningkat dengan rata-rata sebesar 9 persen setelah dilakukan pengembangan produk. Kata kunci: Pengembangan Produk Baru, volume penjualan
1.
Pendahuluan
Persaingan dalam industri batik Indonesia semakin meningkat, tapi peluang pasarnya tampak besar. Indonesia telah memasuki pasar bebas tingkat Asia ( ASEAN Free Trade Area) sejak 2003, sehingga produk batik dari luar juga masuk ke dalam industri. Penggunaan pakaian batik oleh masyarakat menjadi tidak terbatas pada acaraacara kebudayaan, melainkan telah mentradisi ke dalam budaya kerja dan pergaulan, dan ini menjadi peluang yang terus dimanfaatkan oleh perusahaan batik, disamping mempertahankan budaya berpakaian. Penggunaan batik diperluas menjadi hiasan seperti kain dinding, sarung bantal, seprei, alas meja, tudung saji, bad cover, dan lain-lainnya (Chandra, 1984:19). Hasan Batik, salah satu usaha kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung, merespons persaiangan dalam industri batik dengan melaukan pengembangan produk. Ia mengembangkan batik klasik menjadi kontemporer. Eksistensinya adalam industri batik tidak hanya sebatas rent seeker, melainkan perlu diapresiasi sebagai eksistensi untuk mempertahankan budaya tekstil asli Indonesia. Oleh karena itu, upayanya dalam pengembangan produk batik menarik untuk diamati agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Beberapa pengetahuan yang bermanfaat untuk digali adalah mempelajari cara pengembangan produknya, gambaran pengembangannya, dan dampaknya terhadap volume penjualan. Makalah ini merupakan ekstrak dari penelitian pengembangan produk batik di Hasan Batik. Makalah ini disusun ke dalam empat bagian. Tiga bagian seterusnya
327
328 |
Ratih Tresnati, et al.
menampilkan kajian pustaka terkait prosedur pengembangan produk, hasil penelitian, simpulan dan saran.
2.
Kajian Pustaka
Pengembangan produk baru (new product development) merupakan upaya produsen untuk membentuk masa depan perusahaan.Peningkatan atau penggantian produk dan jasa dapat mempertahankan atau membangun penjualan (Kotler dan Keller, 2012). Dengan melakukan pengembangan produk atau jasa, perusahaan akan mampu menghantarkan produk atau jasa yang memiliki nilai pelanggan (customer value) tertinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya, sekaligus perusahaan akan mampu meningkatkan volume penjualan melalui kepuasan pelanggan. Pengembangan produk adalah proses penemuan ide barang atau jasa termasuk kegiatan teknik tentang penelitian, pembelian dan perancangan kemudian menambahkan pada product line yang ada untuk dijual (Swasta,1996:39). Kotler dan Keller (2012), Kotler dan Amstrong (2001), Lovelock dan Wringht (2002) menerangkan bahwa proses pengembangan produk terdiri dari 8 (delapan) langkah, yaitu (1) idea generation, (2) idea screening, (3) concept development and concept testing, (4) business analysis, (5) marketing strategy, (6) product development, (7) market testing, dan (8) commercialization. Idea generation atau pencarian gagasan adalah tahap dimana perusahaan mengumpulkan ide-ide produk baru, dimana sumber ide produk baru dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari: top management, karyawan, dari konsumen, distributor, internet dan sumber lainnya. Ide screening atau penyaringan ide adalah tahap dimana perusahaan menyaring ide-ide produk baru yang telah dikumpulkan. Guna melakukan hal tersebut, perusahaan membentuk panitia kecil untuk “menyortir ide-ide produkbaru yang sudah terkumpul”, dianalisis mana ide produk baru yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Concept development and concept testing adalah tahap dimana ide produk baru yang lolos penyaringan, diubah kedalam bentuk “konsep produk baru” yang dapat dibaca oleh pihak lain, dan kemudian diujikan ke kalangan terbatas guna mematangkan konsep produk baru tersebut. Business Analysis adalah tahap dimana perusahaan menganalisis untung rugi dari konsep produk baru tersebut. Marketing Strategy adalah tahap dimana perusahaan merancang strategi pemasaran bagi konsep produk barunya. Product Development adalah tahap dimana konsep produk baru diubah kedalam wujud produk (real product. Market Testing adalah tahap dimana perusahaan melakukan tes pasar guna mendapatkan feedback dari masyarakat tentang produk baru tersebut. Dan, commercialization adalah tahap dimana produk baru diproduksi dan dipromosikan secara besar-besaran. Guna melakukan tahap ini, produsen harus memperhatikan “4 W (when, where, what, why) dan 1 H (how). Langkah-langkah proses pengembangan produk baru tersebut, diperuntukkan untuk produk manufacturing maupun jasa, sedangkan untuk produk Batik kontemporer, menurut Widjiningsih (1982) yang dikutip oleh Sawitri (2008) dan Hasan Batik (2000) langkah pengembangan produk baru Batik kontemporer melibatkan empat tahapan pekerjaan. Informasi tahapan tersebut ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Tahapan Pengembangan Produk Batik No 1
Tahapan Survei Pasar
Keterangan Perusahaan melakukan survei pasar guna mengetahui needs and wants pasar terhadap produk batik. Sumber ide dapat diperoleh dari para
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Pengembangan Produk Baru Batik Kontemporer Studi Kasus Belajar dari Hasan Batik Bandung
No
Tahapan
2
Persiapan Perancangan
3
Pemalaman
4
| 329
Keterangan pelanggan ketika melakukan pameran, majalah, internet, yang akan diproduksi oleh perusahaan. Kain katun atau mori yang akan di Batik terlebih dahulu dicuci agar terbebas dari bahan-bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan atau proses pembuatan kain, hal ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan terpengaruh oleh bahan – bahan tersebut. Selanjutnya, kain yang telah dipersiapkan dikeringkan. Proses penggambaran corak diatas permukaan kain dengan menggunakan malam cair sebagai bahannya. Tahap pemalaman ini bisa ber ulang-ulang berdasarkan rancangan ragam hiasnya. Pemalaman bolak-balik dapat dilakukan untuk memperoleh hasil pemalaman yang sama antara bagian muka dan belakang kainnya.
Proses ini dilakukan untuk memberi dan merubah warna,memperjelas bentuk, dan rincian. Zat pewarna yang bisa digunakan antara lain: Indigosol, Naftol, Basis, Procion, Indanthreen yang dapat dimanfaatkan untukmendapatkan warnawarna tiruan dari pewarna alam.
5
Tahap Fiksasi
Masukkan cairan HCL kedalam ember,kemudian tambahkan 2 (dua) liter air dingin, masukkan kain yang telah diwarnai, dengan tujuan agar warna kain kuat melekat pada kain dan tidak cepat luntur.
6
Pengeringan
Kain dicuci bersih dengan air dingin dan di keringkan di bawah sinar matahari guna memunculkan warna-warna yang lebih tajam.
7
Pelodoran
8 9
Penyelesaian Komersialisasi
Penghilangan malam (wax) dengan cara memasukkan ke dalam ember berisi ar panas, kain di kucek-kucek agar malam cepat lepas.Untuk memudahkan malam (wax) larut dalam air,digunakan soda abu/soda ash Kain dibilas/dicuci dengan air dingin hingga bersih. Produsen mendisrtibusikan dan mengkomunikasikan poduk ke pasar
Cara pengembangan produk batik juga dengan pengembangan disain tekstil dan kegunaannya menurut Yulistiana (1994:54). Cara tersebut dilakukan agar mereka mampu meningkatkan kualitas batik, meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan daya kreatifitasnya, sehingga mampu menciptakan dan menawarkan batik yang mempunyai nilai pelanggan (customer value) yang tinggi. Pengembangan produk baru batik kontemporer dapat dilakukan dengan (1) pengembangan teknik batik, (2) pengembangan teknik jumputan, (3) pengembangan motif batik, dan pengembangan teknik bordir untuk bahan sutra polos.
3.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif, dimana dalam studi ini akan dicari suatu gambaran mengenai cara pengembangan produk batik di Batik Hassan, serta dampaknya terhadap jumlah volume penjualan. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder, yaitu mengenai cara pengembangan produk serta volume penjualan paska pengembangan produk. Analisis dilakukan melalui teknik FGD (Focus Group Discussion) dan brainstorming kemudian dikonfrontir dengan data sekunder dan primer yang didapatkan sehingga dapat dianalisis mengenai dampak pengembangan produk di Batik Hassan terhadap jumlah volume penjualan.
ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012
330 |
4.
Ratih Tresnati, et al.
Hasil Penelitian
4.1. Cara Pengembangan Produk Sebagai seorang produsen batik, Hasan Batik menyadari bahwa pasar Batik cukup luas dengan pembeli yang begitu banyak sehingga ia harus lebih kreatif dan inovatif bagi Batik yang akan dijual. Mengacu pada urutan sembilan tahapan pengembangan produk yang ditampilkan pada Tabel 1, cara pengembangan produk di Hasan Batik dimulai dengan melakukan survei pasar. Ide pengembangan produknya diperoleh dari pelanggan. Hasan Batik membuka pameran, dan ketika dikunjungi pelanggan mereka menggali informasi mengenai kebutuhan dan keinginannya. Selain itu, perkembangan kebutuhan pelanggan juga diperoleh melalui media majalah dan internet, sehingga pengetahuan tentang kebutuhan pelanggan tersebut menjadi inspirasi untuk melakukan pengembangan produk. Setelah memahami kebutuhan pelanggan, Hasan Batik kemudian melakukan persiapan perancangan. Persiapan tersebut mencakup beberapa pekerjaan, seperti mendisain motif yang dituangkan ke dalam sketsa-sketsa yang digemari pelanggan. Selanjutnya dilakukan pemilihan jenis kain yang akan dibatik. Ada beberapa jenis kain untuk di batik yang biasanya digemari oleh pelanggannya, antara lain: kain Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), kain denim, katun, serta sutra. Kain yang telah terpilih kemudian dicuci agar terbebas dari bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan, hal ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan terpengaruh oleh bahan-bahan tersebut. Selanjutnya, kain yang telah dipersiapkan dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah dilakukan pemalaman. Pemalaman adalah proses penggambaran corak diatas permukaan kain dengan menggunakan malam cair sebagai bahannya. Tahap pemalana ini bisa ber ulang-ulang berdasarkan rancangan ragam hiasnya. Pemalaman bolak-balik dapat dilakukan untukmemperoleh hasil pemalaman yang sama antara bagian muka dan belakang kainnya. Dalam proses ini ada dua tahap, yaitu: (1) Pra-Pemalaman, dimana dilakukan: (1) mempersiapkan kain mori atau kain katun atau kain ATBM serta Denim sesuai dengan ukuran yang dikehendaki,(2) menyiapkan kompor untuk membatik, memanaskan malam batik pada wajan, (3) membuat pola pada kain mori atau katun dengan menggunakan pensil/kapur jahit atau alat apapun yang jika nantinya dicuci pada akhir pemrosesan batik,maka coretan tersebut bisa hilang,atau disain dapat pula menggunakan pola-pola yang sudah di-persiapkan terlebih dahulu, (4) menentukan motif yang diinginkan (bisa didapat dari motif yang telah ada), (5) jiplak motif kedalam kain dengan menggunakan karbon kain. (2) Pemalaman, dimana dilakuka: (1) kain dipegang dengan telapak tangan terbuka,posisi tangan miring, dapat juga menggunakan frame, (2) ambil malam cair dengan menggunakan canting, (3) torehkan ujung/cucuk canting pada kain mengikuti motif yang telah dibuat. Alat kuas, dapat pula digunakan untuk membuat motif atau untuk mem blok. Pemalaman ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan “cap tembaga” yang terlebih dahulu dipanaskan pada ender, (4) menghilangkan malam yang menetes di kain dapat dihilangkan dengan menggunakan air yang mendidih dicampur dengan sedikit soda ash. Caranya yaitu celupkan cotton bud pada air campuran soda ash kemudian
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Pengembangan Produk Baru Batik Kontemporer Studi Kasus Belajar dari Hasan Batik Bandung
(3)
| 331
gosokkan perlahan pada tetesan malam, kemudian di angin-anginkan sampai kering, 5) kain siap di batik kembali, dan siap untuk di warna. Pewarnaan. Tahap pewarnaan dilakukan setelah kain melalui proses pemalaman.Proses ini dilakukan untuk memberi dan merubah warna,memperjelas bentuk, dan rincian. Zat pewarna yang bisa digunakan antara lain : Indigosol, Naftol, Basis, Procion, Indanthreen yang dapat dimanfaatkan untukmendapatkan warna-warna tiruan dari pewarna alam. Pewarnaan itu sendiri dilakukan dengan cara: Setelah pemalaman, selanjutnya dilakukan pencelupan, yaitu tahap mewarnai kain dengan memasukkannya ke dalam air yang mengandung zat warna dingin,proses ini dapat dilakukan berkali-kali guna menghasilkan warna yang semakin tua. Pada dasarnya pada pewarnaan tahap pertama warna yang digunakan adalah warna yang lebih muda dahulu, ini disebabkan pada proses Batik pewarnaan nantinya akan dilakukan secara berulang-ulang tergantung dari banyaknya warna yang diinginkan.
Pencoletan dilakukan untuk mewarnai bagian-bagian tertentu dengan menggunakan kuas yang terbuat dari bambu yang diremukkan. Malam batik (wax) merupakan pembatas agar pewarna tidak menyebar ke area lain. Setelah semua kain terwarnai, diamkan hingga warna kering. Dan, setelah semua kain terwarnai, dan telah kering, kemudian mulailah tahap fiksasi, dimana mula-mula masukkan cairan HCL kedalam ember, kemudian tambahkan 2 (dua) liter air dingin, masukkan kain yang telah diwarnai, dengan tujuan agar warna kain kuat melekat pada kain dan tidak cepat luntur. Pada tahap fiksasi, kain kemudian dicuci bersih dengan air dingin dan di keringkan dengan bantuan matahari guna memunculkan warna-warna yang lebih tajam. Dua tahap yang dilakukan berikutnya adalah pelodoran dan finishing. Pelodoran adalah tahap dimana dilakukan penghilangan malam (wax) dengan cara me-masukkan kedalam ember berisi air panas, kain di kucek-kucek agar supaya malam cepat lepas. Untuk memudahkan malam (wax) larut dalam air, digunakan soda abu/soda ash. Dan, pada tahap finishing, setelah malam (wax) hilang, kain dibilas dengan air dingin hingga bersih. Ke delapan tahapan tersebut telah cukup untuk mengembangkan produk. Dan, untuk mempromosikannya kepada pelanggan, tahap komersialisasi, Hasan Batik mendistribusikan batik kontemporernya. Ada beberapa cara yang dilakukan Hasan Batik: Hasan Batik memiliki Studio Batik yang terletak di Jl.Cigadung Raya Timur No.136 Bandung; melakukan penjualan Online, mendatangi para Expatriat di Jakarta. Sedangkan promosi yang dilakukan, yaitu dengan membuat katalog, melalui Online marketing/interective marketing, mengikuti pameran (baik di dalam negri maupun di luar negri), mengadakan fashion show Batik Kontemporer di beberapa Mall di kota Bandung dan Jakarta, serta menerima “company visit” bagi masyarakat yang ingin belajar membatik. 4.2. Dampak terhadap Penjulan Pengembangan produk batik yang dilakukan oleh Hasan Batik berdampak positif terhadap penjualan. Pada Tabel 2 ditampilkan perkembangan biaya produksi seiring dengan perubahan volume penjualan. Pada tahun 2007 terjadi lonjakan biaya yang cukup besar, mencapai 12 persen, sementara volume penjualan naik 20 persen. Kenaikan biaya dan penjualan yang cukup besar terjadi juga pada tahun 2008, namun
ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012
332 |
Ratih Tresnati, et al.
setelah itu, kenaikan biaya produksi menurun dan proposional dengan perubahan penjualan. Uniknya, kenaikan biaya produksi tersebut sebenarnya diikuti oleh penuruna biaya produksi per potong. Apabila mencermati marginal cost pada kolom terakhir, rasio perubahan biaya terhadap perubahan penjualan, tampak bahwa tambahan biaya per potong batik sebesar 15 ribu, lebih murah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada saat kenaikan biaya sebesar 19 persen yang diikuti oleh kenaikan penjualan sebesar 11 persen, marginal costnya meningkat hapir 3 kali lipat, dan setelah itu menurun pada kisaran 250 ribu per potong. Tabel 2. Perbandingan Biaya Pengembangan Produk Batik Kontemporer dengan Volume Penjualan Batik Kontemporer di Hasan Batik Tahun
Biaya Pengembangan Produk % Perubahan
2005 2006
Rupiah 600 550 000 625 000 000
4
Potong 2 400 2 500
2007 2008
700 602 850 831 298 400
12 19
3 000 3 325
2009 2010 2011
878 547 850 958 407 300 985 600 000
6 9 3
3 514 3 834 3 942
Rata-Rata
Volume Penjualan
9
Marginal Cost
% 4 20 11 6
244 500 151 206 402 140 249 997
9
249 561
3 9
251 784
Sumber : Hasan Batik Studio (2012)
5. (1)
(2)
6.
Simpulan Terdapat dua simpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini, yaitu: Pengembangan produk batik yang dilakukan oleh Hasan Batik melibatkan sembilan tahapan pekerjaan yang dimulai dari analisis pasar hingga tahap komersialisasi. Tahap awal pengembangan produk berimplikasi kenaikan biaya per unit, namun setelah itu menampilkan biaya produksi yang efisien. Pengembangan produk berdampak positif pada volume penjualan, yaitu meningkat dengan rata-rata sebesar 9 persen setelah dilakukan pengembangan produk.
Daftar Pustaka
Hasan Batik. 2000. Buku Panduan Workshop Batik. Bandung: Rosda Kotler, Philip & Kevin Lane Keller.2012.14th edition Marketing Management.New Jersey: Prentice Hall International.,Inc. Kotler, Philip, Garry Amstrong, 2001, Principles of Marketing, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Lovelock, Cristopher H., Lauren K.,Wright, 2002, Principles of Service Marketing And Management,Internasional Edition, New Jersey: Prentice Hall International Inc. Sawitri, Sicilia. 2008. Pengembangan Produk Textil Pada Industri Kecil Me-nengah Batik Tradisional dan Sutra di Jawa Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora