Prosiding Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sains PROGRAM PASCASARJANA UNY 28 November 2009, Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana UNY
Tema: "Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa untuk Menghadapi Tantangan Global"
Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sains PROGRAM PASCASARJANA UNY •
28 November 2009, Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana UNY
Tim Editor Wita Setianingsih, S.Pd Jamil Suprihatiningrum, S.Pd.Si Yunita Shintania, S.Pd
Tema: "Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa untuk Menghadapi Tantangan Global"
Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009
DAFTAR ISI Sampul ................................................................................................................................ Lembar Editor ..................................................................................................................... Kata Pengantar .................................................................................................................... Sambutan-Sambutan Sambutan Ketua Panitia ....................................................................................................... Sambutan Asdir I Pascasarjana UNY .................................................................................. Daftar Isi ..............................................................................................................................
i iii v vii viii ix
Makalah Seminar Nasional Makalah Utama REVITALISASI PENDIDIKAN SAINS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL Oleh Prof. Dr. Sofyan Sauri ............................................................................................... 1 PEMBELAJARAN SAINS UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA Oleh Prof. Dr. Sri. Mulyani Es, M.Pd ................................................................................ 17 MELALUI PEMBIASAAN DAN KETELADANAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN SAINS SLH UNTUK PENGUATAN KARAKTER PEMULA Oleh Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo ................................................................................. 25
Makalah Paralel JUDUL MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER KRISTEN DALAM PEMBELAJARAN SAINS PADA TOPIK PENCEMARAN LINGKUNGAN Oleh Nancy Susianna, Universitas Pelita Harapan
HAL 33
IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN STRATEGI B-ELA1AR DIAGRAM ALIR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP LAJU REAKSI Oleh Beni Setiawan, Prodi Pendidikan Sains FMIPA UNESA
39
KARAKTERISTIK PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA Oleh Wavan Sukayasa, Doses Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Tadulako
49
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA YANG HUMANIS MELALUI PENDIDIKAN SAINS BERORIENTASI AFEKSI Oleh Wahid Munandar Dosen Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
59
PERAN PEMBELAJARAN SAINS YANG HUMANIS DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA Oleh Widodo, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan
65
MENUMBUHKAN ASPEK PSIKOMOTORIK DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE OBSERVASI
73
Oleh Dian Artha Kusumaningtyas, Dosen Program Studi Pendidikan Fisika UAD PENTINGNYA PEMANFAATAN POSTER BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI Oleh Sri Maiyena, Dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan
79
INTEGRASI PENDIDIKAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMAN DAN MAN KOTA YOGYAKARTA DAN BANTUL Oleh Liana Aisyah, M.A Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yuyun Prasetyowati Umamah, Muhammmad Amin
85
PENDIDIKAN KARAKTER KRISTEN DALAM PEMBELAJARAN SAINS PADA TOPIK PENCEMARAN LINGKUNGAN Nancy Susianna Universitas Pelita Harapan
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan pembelajaran pencemaran lingkungan yang menekankan pendidikan karakter Kristen yang dapat membantu siswa untuk m encapai nilai-nilai kristiani. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan subjek penelitian 42 siswa Sekolah Menegah Pertama. Instrumen penelitian yang digunakan adalah rubrik, jurnal refleksi, wawancara dan catatan lapangan. Data diolah s ecara kualitatif untuk menggambarkan proses pembelajaran dan temuan dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada tujuan pendidikan Kristen, menggunakan pendekatan lingkungan, metode tanya jawab dan eksperimen, dan menggunakan berbagai instrumen pembelajaran dapat meningkatkan karakter siswa sesuai dengan Alkitab. Kata kunci: pendidikan karakter kristen, sains, pencemaran lingkungan A. Pendahuluan In d o nesi a saat i ni s ed an g me n ghad api uj ia n ber a t ; ben can a al am ya n g ser i n g t er j adi , per ke mba n gan ekonomi yang kurang mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk, meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja dan banyaknya kasus -kasus korupsi. Praktik korupsi yang sedang marak dibicarakan pada saat ini merupakan praktik pelanggaran moral seperti ketidakjujuran, tidak memiliki rasa tanggung jawab, rendahnya disiplin, rendahnya komitmen kepada nilai -nilai kebaikan. Lickona (1992) mengatakan bahwa ada hubungan antara aspek moral dengan kemajuan bangsa. Ada 10 tanda-tanda yang harus diwaspadai yang dapat menghancurkan suatu bangsa yaitu meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata -kata yang memburuk, pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku merusak diri seperti narkoba, alkohol dan seks bebas, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, semakin meningkatnya ketidakjujuran dan adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama. Kesepuluh tandatanda tersebut nampaknya mulai terjadi di Indonesia. Megawangi (2005) mengatakan bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang dapat membentuk perilaku manusia, bukan sekedar membekali manusia dengan pengetahuan dan informasi saja. Oleh karena itu pedoman moral, nilai dapat ditanamkan melalui pendidikan di sekolah berdasarkan latar belakang di atas maka muncul pertanyaan bagaimanakah pendidikan karakter Kristen yang dapat membantu siswa untuk mencapai nilainilai kristiani dalam pembelajaran sains? B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Subjek penelitian adalah 42 siswa Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Tangerang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah 7ubrik, jurnal refleksi, wawancara, dan catatan lapangan. Data diolah secara kualitatif untuk Tenggambarkan kejadian dan temuan dari penelitian ini. -
C. Temuan dan Pembahasan Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk mengajarkan nilai -nilai dan perilaku yang diperlukan agar sebuah masyarakat dapat berfungsi dengan baik dan teratur
berdasarkan kesepakatan yang dapat diterima secara universal (Conway, 1999). Nilai -nilai moral yang ditanamkan akan membentuk karakter yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Hal ini sejalan dengan pendapat Roosevelt yang mengatakan bahwa " To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society", artinya mendidik seseorang hanya dalam aspek kecerdasan otak bukan pada aspek moral adalah ancaman marabahaya dalam masyarakat. Pendidikan karakter Kristen menanamkan prinsip-prinsip moral berdasarkan pada Alkitab: artinya Alkitab menentukan apakah sesuatu adalah benar atau salah. 1 Yohanes 3:4 mengatakan Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah". Sejalan dengan pemikiran di atas Meade mengatakan bahwa: “Anak-anak memerlukan standar untuk menyaring semua yang mereka lihat dan dengar. Kita harus menyediakannya ketika mereka masih muda. Doktrin tidak dapat menunggu sampai anak-anak beranjak remaja, karena remaja harus membuat keputusan -keputusan hidup yang besar” (Meade, 2000). Dalam kekristenan, Firman Tuhan adalah nilai moral yang absolut. Nilai -nilai yang ada dalarn Alkitab memiliki definisi yang tidak berubah. Pengajaran humanis menganut relativisme moral dimana sistem nilai individu dapat berubah tanpa dapat disalahkan (Jong, 2001). Pendidikan karakter Kristen bertujuan untuk memancarkan sinar Kristus dan mempersiapkan siswa sebagai pribadi yang utuh untuk menjalani kehidupan kekristenannya di tengah masyarakat sebagai pelayanan kepada Allah dan sesama (Wolterstorff, 2004). Manusia diciptakan segambang dengan Allah, berarti memiliki juga kemampuan dan kerinduan untuk berkomunitas dengan Dia serta memiliki potensi untuk memiliki karakter-karakter Ilahi. Keluarga, gereja dan sekolah dengan lingkungannya merupakan institusi yang Tuhan pakai dalam pendidikan karakter siswa. Orang tua adalah pendidik utama yang bertanggung jawab atas anaknya (Berkhoff, 1990). Sekolah yang menanamkan pendidikan karakter tidak berfokus pada pengetahuan saja (kognitif), tetapi lebih menekankan pada nilai dan perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendricks (1987) yang mengatakan bahwa "Teaching that impacts is not head to head, but heart to heart." Lebih lanjut Perry Downs mengatakan bahwa: "People may know the right thing to do but still fail to do it. Or worse yet, they change their minds deciding the values learned in church are not appropriate or valid for their current life context (Downs, 1994). Artinya, pengetahuan saja tidak cukup, perlu ada kemauan dan kekuatan untuk melakukan yang baik. Oleh karena itu strategi pembelajaran akan memampukan orang untuk bertumbuh dalam penerapan karakter yang diinginkan, Salah satu bidang studi yang penting untuk dipelajari adalah pelajaran sains. Pelajaran ini berkaitan erat dengan ciptaan Tuhan dan segala hukum yang ditetapkan-Nya. "Melalui pelajaran sains siswa dapat lebih mengenal bahwa Allah adalah asal-usul dari segala yang ada di bumi termasuk hukum ciptaan-Nya" (Van Brummelen, 2008). Pelajaran sains juga dapat membantu siswa untut menyelidiki benda mati dan benda hidup sebagai rencana dari Allah. Sains juga membantu lebi mengenali dan mengalami panggilan Allah yang unik terhadap manusia untuk mengembangkan sairs dan teknologi sebagai kegiatan budaya yang menghormati Allah dan ciptaan-Nya (Van Brummelen: 2008). Sain juga penting untuk dipelajari karena dengan belajar sains, siswa dapat memperoleh wahana untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Serta dapat menerapkan teori dalam kehidupan sehari-hari. Pada abad 21 ini, sains semakin pentinguntuk dipelajari karena perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi semakin maju pesat (Model Pembelajaran IPA Terpadu SD, 2008). Sain pada hakekatnya merupakan gejala alam di sekitar manusia yang dapat diindera oleh panca indera manusia, yaitu dapat dilihat, diraba, didengar, dicium, dan dirasa (Djohar, 2003). Sains (science) berasal dari bahasa Latin scire (skee-ray), yang berarti mengetahui alam, lingkungan fisik, dan fenomena alam (Bentley, 2000). Menurut Benjamin (Liem, 2007), definisi sains adalah “suatu cara penyelidikan yang mencoba sampai ke informasi mengenai dunia kita (alam semesta) yang menggunakan hipotesis-hipotesis yang telah teruji yang berdasarkan pada pengamatan-pengamatan.” Watt dalam Primary Science Teaching Theory & Practice (Sharp, 2002) menyebutkan: Science... is the source of explanations about how and why thing happen in the world around us... it should be seen not as a set of fact to be learnt but as a series of explanations which the community of scientists currenly considers to the best. Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip (produk) saja tetapi juga merupakan suatu proses (Devi, Sefireni, & Rosendi,2008). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sains merupakan pengetahuan tentang alam sekitar sebagai produk yang diperoleh melalui proses dengan menggunakan panca indera. Proses belajar mengajar Sains tidak terlepas dari tiga komponen utama yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan , dan asesmen. Ketiga komponen ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan sekolah Kristen adalah untuk membantu siswa menjadi warganegara Kerajaan Allah, murid Yesus Kristus yang responsif (Van Brummelen,2008). Dalam merancang tujuan pembelajaran tidak terlepas dari iman Kristen yaitu adanya penciptaan, kejatuhan, penebusan dan pemenuhan. Tujuan .belajaran sains pada topik pencemaran lingkungan sesuai dengan iman Kristiani adalah sbb. --
Pemenuhan
Penciptaan
Siswa menyadari bahwa pertumbuhan benda hidup adalah bagian dari pujian manusia sebagai tanggapan terhadap Allah
Siswa menyadari bahwa alam diciptakan oleh Allah dalam keadaan sempurna (Kejadian)
Siswa menyadari bahwa harus hidup di dalam kehidupan penuh syukur atas kepastian hidup yang diberikan Allah
Penebusan Siswa menyadari bahwa manusia harus menjaga alam untuk generasi masa depan
Kejatuhan Siswa menyadari bahwa karena dosa, alam mulai tercemar (Kejadian 3). Manusia tidak dengan baik
memelihara
alam
Berdasarkan matriks di atas maka selain kognitif, siswa akan memperoleh sikap, nilai dan perilaku yang sesuai denganm Alkitab. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memfasilitasi siswa agar dapat mengembangkan dan menggunakan bakat unik mereka untuk melayani orang lain, untuk menjangkau orang lain sesuai dengan panggilan injil, dan untuk hidup membuahkan kasih, pelayanan dan kebenaran
(Van Brummelen, 2008). Komponen dalan kegiatan belajar mengajar mencakup konten, metode dan pendekatan, media, pengeloaan kelas. Ketika siswa belajar konten sains, guru menekankan bahwa pengetahuan bersumber dari wahyu Tuhan, dan pengetahuan sains digunakan secara bertanggung jawab, dalam melayani dan memberi respon (Van Brummelen, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konten tentang pencemaran lingkungan menggugah hati siswa untuk memelihara alam semesta. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan Kristen. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah pendekatan lingkungan. penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar (Nuryati, 2005). Dalam penelitian ini siswa diajak untuk mengamati sungai yang terletak di sekitar sekolah. Pembelajaran ini peduli dengan situasi di luar kelas dan memberi kesempatan untuk siswa untuk mengembangkan karakter. Kenneth Barret dan Timothy Rusnak (1995) mengatakan bahwa pembelajaran harus membiarkan siswa tidak hanya "menghadapi pertanyaan berarti di sekolah masyarakat" tapi juga harus " terlibat dalam kegiatan dan tindakan untuk menerapkan solusi tersebut kapan saja memungkinkan". Dengan kata lain, tindakan tanggung jawab merupakan kunci utama pendidikan karakter. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa setelah mengamati sungai yasudah tercemar, siswa memiliki rasa tanggung jawab untuk turut serta menjaga lingkungannya. Metode yang digunakan adalah tanya jawab dan eksperimen. Dalam tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan telah direncanakan sebelumnya. Pertanyaan ini diajukan ketika siswa melihat video tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di pinggir sungai. Berdasarkan analisis data jurnal. refleksi diperoleh bahwa siswa memiliki kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan dan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan kelompok masyarakat bawah setelat pembelajaran ini diimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh bahwa metode ini menarik dan dapat memusatkan perhatian siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru ditemukan bahwa dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa tertarik dalamengemukakan pokok-pokok pikirannya dan dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Selain metode tanya jawab, pembelajaran ini juga menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggu nakan percobaan. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menguji kualitas air. Berdasarkan wawancara dengan siswa ditemukan bahwa siswa menjadi lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode eksperimen dilakukan secara berkelompok. Kegiatan berkelompok ini memfasilitasi siswa agar memiliki rasa tanggung jawab yang bermakna untut mengembangkan rasa hormat dan saling mendukung. Selain itu dapat membantu siswa membuka karunia mereka dan saling melayani satu sama lain, untuk berbagi kebahagiaan, dan membantu menanggung beban. Oleh karena itu, guru mengembangkan komunitas yang serupa Kristus. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik dan jurnal refleksi. Penggunaan berbagai instrumen dalam pembelajaran ini sejalan dengan karakterisitik pendidikan. Kristen yaitu membantu siswa mengembangkan dan menggunakan bakat siswa untuk melayani orang lain, untuk menjangkau orang lain sesuai dengan panggilan Injil, dan untuk hidup membuahkan kas pelayanan atau kebenaran.
D. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran pencemaran lingkungan dapat membantu siswa belajar tentang dunia ciptaan Allah dan siswa memberi respon melalui
konsep kemampuan dan bakat yang kreatif untuk melayani Tuhan dan manusia. Pendidikan karakter menciptakan moral dan perilaku dan kebiasaan bersopan santun. Hal itu menunjukkan kebajikan yang disebut Paulus dalam Titus sebagai buah -buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, dan pengendalian diri (Gal 5: 22-23). Pengertian kebajikan sering disamakan dengan sikap saling menghargai, tanggung jawab, peduli, dan belas kasihan . Pendidikan karakter mempengaruhi pribadi dan sebaliknya mempengaruhi komunitas. E. Daftar Pustaka Bentley, M., Erbert, C., and Erbert, E. S. (2000)The Natural Investigator: A Construtivist Approach to Teaching Elementary and Middle School Science. USA: Wadsworth, 2000. Berkhof, Louis (1990). Being Reformed in Our Attitude Toward The Christian School. dalam Louis Berkhof and Cornelius Van Til, Foundations of Christian Education (p. 29). Phillipsburg: Presbyterian and Reformed Publishing. Devi,P., Sofireni, R. dan Rosendi, Y. Pendekatan Keterampilan Proses Pada
Pembelajaran IPA. Dari
www.p4tkipa.org/; Internet; diakses pada 27 Oktober 2008 Dwons, Perry G. (1994). Teaching for Spiritual Growth. Michigan: Zondervan Publishing
-
Drost. st, J. SJ. (1998, Agustus 24). Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Harian Kompas Hendricks, Howard (1987). Teaching to Change Lives. USA: Multnomah Press Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility. NewYork: Bantam Liem,T.L.(2007) Asyiknya Meneliti Sains (Invitations to Inquiry). Bandung: Pudak Scientific. Meade, Starr (2000). Training Hearts Teaching Minds. New Jersey, Phillipsburg: P&R Publishing Company. Megawangi, Ratna (2005). Pendidikan Holistik. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang, Model Pembelajaran IPA Terpadu SD. Dari www.puskur.net/; Internet; diakses pada 27 Mei 2008 Sharp, John. Peacock, Graham. Johnsey, Rob. (2002). Primary Science Teaching Theory & Practice. Southernhay East: Learning Matters.. Wolterstorff, Nicholas P. (1980). Educating for Responsible Action. Michigan: Christian International
School
Van Brummelen, H.(2008).Batu loncatan kurikulum: Berdasarkan Alkitab (Steppingstones to curriculum: a Biblical path). Tangerang: UPH Press.