Prosiding Psikologi
ISSN: 2460-6448
Hubungan antara Hope dengan Psychological Well-being pada Anggota Great Muslimah Bandung The Correlation of Hope and Psychological Well-Being among the members of Great Muslimah Bandung 1
Raden Geovani Fauzziyah, 2Dewi Sartika Akbar 1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email:
[email protected],
[email protected]
Abstract. Great muslimah is an association of women who would like to improve in self-restructuring (hijrah). It is not an easy thing to do hijrah as she must abandon the negatives, like free sex behaviour and alcoholic drinks consumption, and move into the positive zone. Those who behave negatives will also eventually resulted in negative impacts, physically or psychologically. The aim of this research is to find out the relation of hope and psychological well-being among the members of Great Muslimah. The theoritical foundation applied is the hope as pointed out by Peter Seligman and the variable of psychological well-being proposed by Dr. Carol Ryff. The research method that carried out in this research is the Spearman’s rank correlation with the sample of 40 respondents. The sampling procedure is the simple random sampling. The data collection of hope variable is referred to the theory by Seligman (2004) consists of 31 items and psychological well-being by standard measurement tool invented by Ryff which consists of 32 items. The resulted data is ordinal. The research shows the correlation between hope and psychological well-being own a strong and positive correlation degree (rs=0,764). It means that more members of Great Muslimah who own high hope, then more motivated they are to improve themselves by self-reflecting and realizing self-potentials. Keywords: Hijrah, Hope, Psychological Well-being.
Abstrak. Great Muslimah adalah perkumpulan beranggotakan perempuan yang ingin memperbaiki diri (hijrah). Ketika seseorang melakukan hijrah meninggalkan sesuatu yang buruk menuju kearah yang positif tidaklah mudah. Hal tersebut diartikan sebagai pengalaman masa lalunya yang negatif dan terjerumus pada pergaualan bebas seperti konsumsi alkohol hingga perilaku seks bebas. Seseorang memiliki gaya hidup yang negatif akan berdampak negatif baik dari segi kesehatan fisik maupun psikis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat keeratan antara hope dengan psychological well-being pada anggota Great Muslimah. Konsep teori yang digunakan yaitu hope yang dikemukakan oleh Peter Seligman dan variabel psychological well-being yang dikemukakan oleh Dr. Carol Ryff. Metode yang digunakan adalah korelasi rank spearman dengan jumlah sampel 40 orang. Prosedur pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengambilan data variabel hope mengacu pada teori Seligman (2004) yang terdiri atas 31 item dan psychological well-being menggunakan alat ukur baku yang diciptakan Ryff terdiri dari 32 item. Data yang diperoleh berupa ordinal. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara hope dengan Psychological well-being memiliki derajat korelasi yang kuat dan bernilai positif (rs=0.764). Hal tersebut berarti bahwa semakin anggota Great Muslimah memiliki hope yang tinggi, maka semakin terdorongnya anggota Great Muslimah untuk mengoptimalkan dirinya dengan mengevaluasi diri dan merealisasikan potensi – potensi dalam diri. Kata kunci : Hijrah, Hope, psychological well-being.
770
Hubungan antara Hope dengan Psychological Well-being...| 771
A.
Pendahuluan
Great Muslimah adalah perkumpulan wanita yang ingin memperbaiki diri dengan cara meninggalkan perilaku negatifnya dan mencoba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Perilaku negatif tersebut adalah perilaku yang melanggar aturan, norma, dan nilai – nilai keagamaan. Latar belakang mereka berbeda – beda yaitu berasal dari sebuah komunitas klub malam, geng motor, penyiar, hingga pekerja seks komersial. mereka memiliki tujuan yang sama yaitu berhijrah untuk memperbaiki diri dan kembali berada dijalan yang Allah ridhoi. Pada proses melakukan perubahan, mereka merasa bukan suatu hal yang mudah karena banyak faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi serta menghambat dalam upaya memperbaiki diri. Hal tersebut tidak dijadikan suatu hambatan oleh mereka dalam proses merubah dirinya karena mereka memiliki harapan terhadap masa depan yang lebih baik dari sebelumnya. Para anggota muslimah memulai proses tersebut dari mulai mereka menetapkan tujuan apa yang ingin mereka capai, membuat perencanaan agar tujuan mereka tercapai, dan mereka memiliki keyakinan bahwa mereka mampu meninggalkan masa lalu dan menjadi diri yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan konsep harapan yang sesuai dengan teori Seligman (2004). Perilaku yang ditunjukkan oleh para anggota Great Muslimah yaitu mereka mampu menerima dan terbuka pada masa lalunya, mereka akrab serta peduli dengan sesama anggota, mereka juga mampu mengontrol perilaku agar tidak kembali ke lingkungan negatif, mampu menentukan nasib, serta menggali potensi yang ada pada diri mereka agar terus berkembang kearah positif. Hal tersebut menunjukkan kondisi psychological well-being yang sesuai dengan konsep teori Ryff (1986). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Seberapa erat hubungan antara Hope dengan Psychological Well-Being pada anggota Great Muslimah Bandung?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Memperoleh data empiris mengenai keterkaitan antara Hope dengan psyvhological well-being pada anggota Great Muslimah Bandung. B.
Landasan Teori
Martin Seligman & Patterson (2004) mengemukakan virtue of transcendence merupakan kekuatan emosi yang menjangkau keluar diri sendiri untuk sesuatu yang lebih besar atau lebih permanen. Kebajikan ini dikenal juga dengan kekuatan “Spiriualitas”, kebajikan ini mengacu pada keyakinan dan komitmen terhadap aspek kehidupan yang transenden (nonmaterial) yang universal, suci. Ideal, dan berketuhanan. Kebajikan ini berkaitan dengan hubungan antara individu dan alam semesta yang lebih besar, serta bagaimana individu memberi makna pada kehidupannya. Ada lima Keutamaan transendensi yang meliputi kekuatan-kekuatan karakter sebagai berikut (Peterson & Seligman, 2004) : Apreciation of beauty and excellence, Gratitude, Hope, Humour, dan Spirituality. Menurut Seligman (2004) Hope yaitu bagaimana individu memandang masa depannya. Individu berfikir mengenai masa depan, mengharapkan hasil yang terbaik di masa yang akan datang, dan merasa percaya diri terhadap hasil dan tujuan. Dengan kata lain perwujudan dari karakter ini munculnya rasa optimis. Karakter ini juga mendorong individu untuk berusaha mencapai tujuannya. Harapan juga dapat berarti sebagai bentuk situasi persilangan yang berhubungan secara positif dengan harga diri, kemampuan menyelesaikan masalah, mengendalikan pemikiran, optimism, kecenderungan positif dan harapan positif (Snyder, 2002). Sehingga dengan adanya harapan pada diri seseorang dapat menimbulkan kondisi psikologis yang positif atau Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016
772 |
Raden Geovani Fauzziyah, et al.
well-being. Psychological Well-being adalah bagaimana individu mengevaluasi dirinya sendiri dan kualitas mengenai kehidupannya yang tidak hanya sebatas pencapaian kepuasan, namun juga adanya usaha atau dorongan untuk menyempurnakan dan merealisasikan potensi diri yang sesungguhnya (Ryff, 1989). Ryff (2000) mengemukakan enam dimensi psychological well-being, yaitu a.) Penerimaan diri (self acceptance), kemampuan seseorang menerima dirinya secara keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya. Seseorang yang menilai positif diri sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk. b.) Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya. c.) Otonomi (autonomy), kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya. Individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain. d.) Penguasaan lingkungan (environmental mastery), kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. e.) Tujuan hidup (purpose of life), individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan masa sekarang memiliki makna. f.) Pertumbuhan pribadi (personal growth), kemampuan individu untuk mengembangkan potensi dalam diri secara terus menerus untuk tumbuh dan berkembang sebagai seorang manusia. Dimensi ini dibutuhkan oleh individu agar dapat optimal dalam berfungsi secara psikologis. C.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hubungan Antara Variabel Hope dengan Psychological Well-being Berikut merupakan perhitungan korelasi antara hope dengan psychological well-being pada Anggota Great Muslimah Bandung. Perhitungan tersebut diperoleh menggunakan teknik analisis korelasi rank spearman, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hubungan antara Hope dengan Psychological Well-being Variabel Hope dengan psychological wellbeing
Hasil Uji Rs
0.764
Sig.
0.000
Kesimpulan Hi : rs > 0, Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan
Sumber: Data Penelitian yang Sudah Diolah, 2016.
Tabel 2. Tabulasi Silang Antara Hope dengan Psychological Well-being HOPE * PWB PWB Rendah Tinggi Hope Rendah 18 3 Tinggi 3 16 Total 21 19 Sumber: Data Penelitian yang Sudah Diolah, 2016. Volume 2, No.2, Tahun 2016
Total 21 19 40
Hubungan antara Hope dengan Psychological Well-being...| 773
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil pengolahan data yang menggunakan program SPSS diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.764 dan korelasi bertanda positif (+). Angka tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara hope dengan psychological well-being, sedangkan tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin tinggi hope seseorang, akan semakin tinggi pula psychological well-being orang tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah hope seseorang, akan semakin rendah pula psychological well-being orang tersebut. Tingkat kepercayaan korelasi adalah 95% dengan nilai a = 0,05 (5%) dan nilai Sig/p sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan diantara kedua variabel. Sebanyak 21 dari 40 responden atau 52.5 % anggota Great Muslimah berada pada kategori hope rendah. Sedangkan dapat dilihat pula 19 dari 40 responden atau 47.5% anggota Great Muslimah berada pada kategori hope yang tinggi. Dapat di uraikan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan cross tabulation, dari total responden yaitu sebanyak 40 orang bahwa responden yang memiliki status hope tinggi dan status psychological well-being tinggi sebanyak 16 orang, responden yang memiliki status hope tinggi dan psychological well-being rendah sebanyak 3 orang, sedangkan responden yang memiliki status hope rendah dan status psychological well-being rendah sebanyak 18 orang, dan responden yang memiliki status hope tinggi dan status psychological well-being rendah yaitu sebanyak 3 orang. Artinya jumlah responden terbanyak pada anggota Great Muslimah berada pada status hope rendah dan psychological well-being rendah. Sehingga hal tersebut menggambarkan bahwa dalam penelitian ini semakin anggota Great Muslimah memiliki hope yang tinggi yaitu harapan untuk berubah menjadi lebih baik dalam arti meninggalkan masa lalunya yang negatif, maka semakin terdorongnya anggota Great Muslimah untuk mengoptimalkan dirinya dengan mengevaluasi diri dan merealisasikan potensi – potensi dalam diri. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah seseorang memiliki hope untuk merubah dirinya dan meninggalkan pengalaman negatifnya, maka semakin rendah pula anggota Great Muslimah dalam mengoptimalisasikan dirinya. Dalam hal ini sebagian anggota Great Muslimah memiliki hope tinggi dalam arti memiliki harapan terhadap masa depannya yaitu mereka mampu berubah dan menjadi perempuan yang lebih baik dari sebelumnya. Mereka mampu meninggalkan perilaku negatif yang tentu tidak sesuai dengan norma dan ajaran agama Islam. Mereka membuat langkah – langkah atau perencanaan agar mereka mampu terus merubah diri kearah yang lebih baik dan konsisten dengan perubahan tersebut. Mereka juga yakin dengan apa yang mereka rencanakan dan mereka lakukan ini adalah hal yang baik dan tentu akan berdampak positif bagi dirinya. Sehingga hal tersebut membuat mereka memaknakan kehidupan lebih positif dan merasa lebih bahagia (well-being). Dengan tingginya hope yang mereka miliki tentu membuat mereka terus melakukan evaluasi diri terhadap langkah – langkah yang mereka lakukan dalam usaha pencapaian tujuannya. Evaluasi dilakukan tentu juga untuk menggali potensi – potensi yang ada didalam diri mereka agar mereka mampu berkembang dan berprestasi namun tetap berada di jalan Allah. Sehingga dari proses tersebut mereka mampu menerima keadaan dirinya baik masa lalu maupun saat ini, mampu terbuka dan menjalin hubungan baik dengan sesama anggota maupun diluar perkumpulan Great Muslimah. Hope yang ada pada diri mereka yang membuat mereka mengupayakan serta mengontrol aktivitas mereka agar tetap berada dijalan Allah dan konsisten dengan apa Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016
774 |
Raden Geovani Fauzziyah, et al.
yang dilakukannya. Anggota Great Muslimah juga lebih terbuka dengan pengalaman pengalaman baru dengan belajar dari pengalaman mereka sebelumnya. Pada hasil perhitungan tabulasi silang yang dilakukan dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 7.5% (3 responden) anggota Great Muslimah memiliki hope yang tinggi namun psychological well-being rendah dan sebanyak 7.5% (3 responden) memiliki hope rendah dan psychological well-being yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena adanya kemungkinan faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. Salahsatunya yaitu faktor dukungan sosial karena kurangnya dukungan keluarga maupun lingkungan yang membuat mereka menjadi ragu dalam upaya memperbaiki diri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa hope memiliki kaitan erat dengan dukungan sosial dalam penelitiannya mengenai pasien yang menderita penyakit kronis (Raleigh, 2000). D.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, pengujian hipotesis, dan pembahasan yang dilakukan dengan metode statistik, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya keeratan hubungan yang kuat antara hope dengan psychological well-being pada anggota Great Muslimah Bandung. Artinya dalam upaya anggota Great muslimah berubah hingga mampu mencapai keadaan psikologis secara optimal, mereka memiliki pandangan terhadap masa tujuan masa depannya, memiliki perencanaan maupun langkah – langkah dalam pencapaian tujuan, serta anggota Great Muslimah memiliki keyakinan bahwa usaha yang dilakukan akan mendapat hasil dan berdampak positif bagi kehidupannya. Sehingga semakin mereka berharap akan masa depan, berusaha, serta yakin akan pencapaian tujuannya, maka mereka mampu menerima diri, menjalin hubungan baik dengan orang lain, memiliki kemandirian, tahu akan tujuan, mampu mengatur lingkungan, dan terus mengembangkan dirinya atau dengan kata lain terpenuhinya psychological well-being pada anggota Great Muslimah. E.
Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Berdasarkan hasil pembahasan dapat menjadi informasi dan dasar pertimbangan bagi anggota Great Muslimah bahwa upaya anggota Great muslimah berubah hingga mampu mencapai keadaan psikologis secara optimal, maka dari itu perlu adanya hope yang berarti harapan serta keyakinan pada diri untuk bisa mencapai tujuan yaitu berubah menjadi lebih baik untuk mencari ridho Allah SWT dan meinggalkan masa lalu negatifnya. 2. Pada anggota Great Muslimah yang sudah memiliki hope tinggi diharapkan agar mempertahankan upaya dalam pencapaian tujuannya sehingga mampu terus berada pada kondisi mental yang positif. 3. Pada anggota Great Muslimah yang masih memiliki hope rendah, diharapkan agar dapat ditingkatkan. Sehingga dalam usaha memperbaiki diri tidak hanya memiliki tujuan saja, namun harus adanya penyusunan langkah dan perencanaan, serta keyakinan terhadap apa yang akan dilakukan. 4. Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi silang bahwa adanya hope rendah namun memiliki psychological well-being yang tinggi begitupun sebaliknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu dukungan sosial. Sehingga diharapkan untuk ditingkatkannya dukungan pada anggota Great Muslimah baik dari keluarga, Volume 2, No.2, Tahun 2016
Hubungan antara Hope dengan Psychological Well-being...| 775
teman, maupun lingkungan perkumpulan itu sendiri agar meningkatnya pula harapan dalam upaya memperbaiki diri. Daftar Pustaka Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta Conger, J. J. (1991). Adolescence and youth ; psychological development in a changing world. 4 edition. New York : Harper Collin publishers. Engger. (2015). Adaptasi Ryff Psychological Well-Being Scale Dalam Konteks Indonesia. Di dapat Universitas Sanata Dharma, Program Studi Psikologi. Gunarsa, Y. S. D., & Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock,E.B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Irving LM, Snyder CR, Cheavens J, Gravel L, Hanke J, Hilberg P, et al. 2004. The relationships between hope and outcomes at pretreatment, beginning, and later phases of psychotherapy. Journal of Psychotherapy Integration, 14: 419–443 Kountur, Ronny. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: CV Teruna Grafica. Lopez , Shane J. (2009). The Encyclopedia of Positive Psychology. Volume 1. Park, Peterson, Seligman. (2004). Character strength and psychological well-being. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 23, No. 5, 2004, pp. 603-619 Peterson, Christopher., & Seligman, Martin E.P. (2004). Character strength and virtue. Oxford University: American Psychological Association. Ryan RM, Deci EL: On happiness and human potentials: a review of research on hedonic and eudaimonis well-being. Ann Rev Psychol 2001;52;141-166 Ryff, Carol. D. (1989). Happiness Is Everything, Or Is It? Explorations On The Meaning Of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 57. No. 6, 1069 – 1081. Diunduh pada 13 Novermber 2015. Ryff, Carol D., Burton H. Singer. (2008). Know Thyself And Become What You Are: A Eudaimonic Approach To Psychological Well-being. Journal of Happiness Studies. Ryff, C.D. & Singer, B. (1996). Psychological well-being: Meaning, Measurement, and Implications for Psychotherapy Research. Psychother Psychosom Vol 65: 14-23. Diunduh pada 13 November 2015 Snyder C. R. 1994. The psychology of hope. New York: Free Press. Snyder, C. R. Lopez, Shane J. (2002). Handbook Of Positive Psychology. Oxford:University Press
.
Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016