PROPORSIONALITAS TAYANGAN LOCAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL) JAWA TENGAH DI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG (Analisis Perspektif Dakwah)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Nurhidayah 071211043
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. skripsi ini juga tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang ada dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah yang diberikan kepada setiap makhluk-Nya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator umat yang tiada pernah kering untuk digali ilmunya. Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak sekali suka dan duka yang penulis rasakan. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi dengan judul “Proporsionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengan di Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah)” tidak terlepas dari bantuan, semangat, dan dorongan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Dr. M. Sulthon, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 3. Bapak H. M. Alfandi, M.Ag. dan Bapak Ahmad Faqih, S.Ag, M.Si. selaku pembimbing I dan pembimbing II atas kesabarannya dalam membimbing
dan
memberikan
arahan
kepada
penulis
hingga
terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Ahmad Faqih, S.Ag, M.Si. selaku wali studi yang selalu memberi semangat dan bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis selama masa perkuliahan. 5. Bapak Drs. H. Najahan Musyafak, MA. yang rela meluangkan waktu untuk memberikan arahan kepada penulis.
v
6. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang atas arahan, pengetahuan, dan bantuan yang diberikan. 7. Keluarga besar TV Borobudur Semarang, Bpk Juang Simbolon, Bpk Agung Yuwono, Bpk Fredy, Mas Han, Mas Edy Glow, Mas Dee2t, Mas Like, Mas Asari, Mas Ari, Mas Ubed, dll yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 8. Bapak dan ibu tercinta, support materiil dan immateriil mereka selama ini membuat perjalanan hidup penulis lebih bermakna dan sempurna. 9. Kakak, adik dan seluruh kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam hidup penulis. 10. Sahabat-sahabat 2007 dan teman-teman senasib seperjuangan atas semangat dan canda tawa yang kalian berikan selama ini. Kepada mereka semua penulis tidak bisa memberikan balasan apapun hanya ucapan terimakasih, dan permohonan maaf, semoga amal shaleh mereka diterima serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik
dan
saran
yang
sifatnya
membangun
untuk
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amiin.
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah wa syukurillah.....
Dengan senang hati skripsi ini, kupersembahkan Untuk: Bapak Aminudin dan ibu Maimanah tercinta, yang telah mengenalkanku pada kehidupan yang penuh dengan kasih sayang tak bertepi. Baktiku padamu takkan pernah padam. Ridhamu adalah semangatku dalam meraih impian. My beloved Inayati, Ahmad Taufik, Qomarudin. Faza Solikhatun Niswy, yang selalu memberiku semangat untuk menjadi yang tebaik. I Love U All…. Segenap keluarga besar dan seluruh kerabat yang senantiasa memberi kasih sayang dan do’a demi keberhasilan meraih kesuksesan. Orang-orang terdekat Q, Vyki (Neng yang cantik, cerdas dan penuh semangat dalam menjalankan tugasnya), U2t (penampung isi hati Q) Fahdi Fahlevi (Si keren yang banyak kasih aq semangat & masukan buat skripsi q), Gus Taufieq (orang yang selalu menghibur q dengan cerita2 konyol masa lalunya), Mz Vandy (orang yang care bgt with me), mz Cha (pengganggu q, thanks yaa… hehe), mb Ezta (senior kecil q yang banyak kasih motivasi). Makasih udah mewarnai hidup q jadi me-ji-ku-hi-bi-ni-u, manis asam asin dehh pokoknya. Aku bahagia jadi bagian dari kalian. I Love U aLL. Teman-teman angkatan 2007, Dian, Via, Munawir, Mbak Rini, Usfi, Icha, Zuni, Aqif, Puji, Rizal, Arul, Tukin, Andika, Ali, Luluk, Lia, Ulya, Nisa, Nia, Mb Ru2, dll. Terima kasih atas kebersamaan yang kalian berikan. Lu2k 08 dan temen-temen di HMJ KPI yang tak bisa tersebut satu persatu. Do the best for KPI. Ayo tetep semangat..!!! Penghuni Pondok INNA; Bapak Widodo sekeluarga, Cyka, Zuma, Imud Mute, Endah, Me2h, Dek Alphy dll., makasih banget atas keceriaan dan warna hidup yang telah kita jalani bersama. Tim KKN Posko 53 Ngareanak yang telah ajarkan arti tanggung jawab dan hidup bermasyarakat.
vii
MOTTO
ا ا ا وا اﺹ “Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil perkara baru yang lebih baik”
viii
ABSTRAKSI
Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang berbeda di masingmasing daerah. Namun, hampir semua tayangan televisi di Indonesia berisi tentang budaya Jakarta. Di sini terjadi ketidakadilan penyiaran Indonesia bagi masyarakat di daerah-daerah. Akibatnya, masyarakat di daerah-daerah tidak mengenal budaya daerahnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendirikan televisi lokal di masing-masing daerah. Salah satu televisi lokal Jawa Tengah adalah TV Borobudur yang mempunyai slogan “TV-ne Jawa Tengah” yang belum lama ini berubah menjadi “Inspirasi Jawa Tengah”. Berdasarkan slogan tersebut, sudah seharusnya program-program yang ditayangkan benar-benar ditujukan untuk masyarakat Jawa Tengah. Peraturan Menkominfo nomor 43 tahun 2009 dan Peraturan KPI tahun 2009 menyatakan bahwa dalam sistem stasiun jaringan, setiap stasiun penyiaran lokal harus memuat siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh waktu siaran per hari dan secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional dan bagaimana tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang ditinjau dari perspektif dakwah. Penelitian tayangan Local wisdom Jawa Tengah bertujuan untuk mengetahui apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional dan untuk mengetahui bagaimana tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang ditinjau dari perspektif dakwah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodelogi kuantitatif didukung metodologi kualitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dalam perspektif dakwah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah sudah proporsional sesuai dengan peraturan Menkominfo dan peraturan KPI. Karena sudah mencapai batas minimal yaitu 10 %. Adapun prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah disetiap minggunya yaitu prosentase terkecil 16,25 %, dan prosentase terbesarnya adalah 23,75 %. Dalam perspektif dakwah, acara yang mengandung kearifan lokal ini sesuai dengan metode bil hikmah, atau dalam istilah lain juga bisa disebut dengan metode dakwah kultural. Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua acara yang mengandung kearifan lokal itu bermuatan dakwah.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................
iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO .............................................................................................
viii
ABSTRAKSI ......... .................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .......... ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1.Latar Belakang ............................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................
8
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
9
1.4.Tinjauan Pustaka .........................................................................
10
1.5.Metode Penelitian .......................................................................
13
1.5.1. Jenis dan Metode Penelitian ..............................................
13
1.5.2. Definisi Konseptual dan Operasional ................................
14
1.5.3. Sumber dan Jenis Data ......................................................
17
1.5.4. Populasi dan Sampel .........................................................
18
1.5.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................
19
1.5.6. Teknik Analisis Data .........................................................
20
1.6.Sistematika Penulisan .................................................................
21
LOKAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL) PADA TAYANGAN TELEVISI DALAM PERSPEKTIF DAKWAH 2.1. Landasan Kerangka Teori ..........................................................
x
23
BAB III
1. Kajian tentang Local Wisdom (Kearifan Lokal) ....................
23
a. Pengertian Local Wisdom (Kearifan Lokal) .....................
23
b. Sejarah Kearifan Lokal ....................................................
24
c. Fungsi Kearifan Lokal ......................................................
24
d. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Jawa Tengah ...................
26
2. Kajian Tentang Tayangan Televisi .........................................
28
a. Pengertian Televisi ............................................................
28
b. Bentuk-bentuk Tayangan Televisi ....................................
29
c. Fungsi Televisi ..................................................................
33
3. Kajian Tentang Dakwah ........................................................
35
a. Pengertian Dakwah ...........................................................
35
b. Dasar Hukum Dakwah ......................................................
36
c. Unsur-unsur Dakwah ........................................................
41
4. Tayangan Local Wisdom dalam Perspektif Dakwah .............
57
2.2.Hipotesis ......................................................................................
60
KONDISI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG
.
DAN PROGRAM-PROGRAMNYA
BAB IV
3.1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya TVB .........................................
62
3.2. Visi dan Misi TVB .....................................................................
64
3.3. Kekuatan TVB ....................................................................
65
3.4. Setruktur Organisasi TVB ...................................................
65
3.5. Program-program Acara TVB ............................................
67
3.6. Jadwal Acara TVB ..............................................................
142
ANALISIS
PROPORSIONALITAS
TAYANGAN
LOCAL
WISDOM (KEARIFAN LOKAL) JAWA TENGAH DI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG (Perspektif Dakwah) 4.1. Proporsionalitas Tayangan Lokal Wisdom Jawa Tengah 1. Rekapitulasi Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah .......................................................................... 146
xi
2. Proporsionalitas Tayangan Kearifan Lokal Jawa Tengah ..... 157 4.2. Analisis Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah dalam Perspektif Dakwah .............................................. 158 BAB V
PENUTUP 5.1.Kesimpulan ................................................................................. 162 5.2.Saran ............................................................................................ 163 5.3.Penutup ........................................................................................ 164
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Fungsi-fungsi media massa
Tabel 3.1
Pola Acara TVB Bulan Oktober
Tabel 4.1
Acara hari Senin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Senin
Tabel 4.3
Acara hari Selasa
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Selasa
Tabel 4.5
Acara hari Rabu
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Rabu
Tabel 4.7
Acara hari Kamis
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Kamis
Tabel 4.9
Acara hari Jumat
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Jumat
Tabel 4.11
Acara hari Sabtu
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Sabtu
Tabel 4.13
Acara hari Minggu
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Tayangan Kearifan Lokal Hari Minggu
Tabel 4.15
Tayangan Kearifan Lokal Bermuatan Dakwah
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Struktur Organisasi TVB
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara majemuk, dimana terdapat berbagai macam kelompok etnis yang berbeda-beda di tiap-tiap daerahnya. Masingmasing mempunyai identitas kebudayaan yang berbeda. Bahasa yang digunakan juga beragam. Selain itu, kepercayaan keagamaan juga bermacammacam, hampir semua agama dunia terdapat di Indonesia. Bentuk masyarakatnya juga berbeda-beda, mulai dari desa-desa kecil yang terpencil sampai kepada kota-kota besar yang modern. Kehidupan yang ada di desa sangat berbeda dengan kehidupan kota. Jalaludin Rakhmat (1998: 51) mengatakan bahwa secara ekonomi, kota cenderung mendominasi desa sehingga pada akhirnya secara kultural budaya kota pun kemudian mendominasi budaya desa. Artinya, kota dipandang mencerminkan budaya yang cukup tinggi. Kota dianggap sebagai agen pembaruan, tempat munculnya pemikiran baru, dan pusat kemajuan ekonomi dan modernitas. Kampung adalah lawan dari itu semua. Kampung adalah lambang dari kemunduran ekonomi, keterbelakangan dalam pemikiran serta tradisionalisme. Tidak heran kalau kita sering mendengar istilah ‘kampungan’ atau dalam Bahasa Jawa sering kita dengar ‘ndeso’. Citra seperti itu kemudian dikukuhkan dalam adegan-adegan di media massa, yang dalam hal ini adalah media televisi.
1
Perkembangan media televisi saat ini, tidak terletak pada teknologinya, tetapi lebih jauh dari itu. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang politik. Tiap-tiap negara di dunia, baik negara maju maupun negara dunia ketiga, telah memberikan pengaruh yang besar terhadap negara lain dalam bentuk propaganda budaya, ekonomi, sosial atau pertahanan keamanan negara. Akibat hal tersebut, media televisi pada akhirnya dijadikan sebagai alat untuk menjadikan aspirasi masyarakat dunia, agitasi mental dan budaya serta menjajah pola perilaku dan sikap masyarakat tertentu dari suatu negara (Kuswandi, 1996: 11). Inilah nampaknya yang sedang terjadi di Indonesia, bahwa masyarakat kota yang dalam hal ini adalah Jakarta sebagai Ibu Kota Negara menjadikan media televisi sebagai alat untuk menjajah pola perilaku dan sikap masyarakat di daerah-daerah. Di dalam teori media, ada yang disebut dengan Teori Refleksi. Menurut teori itu media massa sering mencerminkan pandangan masyarakat yang dominan pada saat itu, atau yang menjadi mainstream. Oleh karena itu, tidak heran kalau kemudian media massa kita lebih menggambarkan budaya kota ketimbang budaya desa. Atau, kalaupun budaya desa digambarkan, desa itu digambarkan menurut persepsi orang-orang kota: yang dilihat adalah segi negatif dari kehidupan kampung (Rakhmat, 1998: 51). Padahal banyak sekali sisi-sisi positif kehidupan kampung yang justru bisa dijadikan contoh yang baik apabila dimunculkan dalam sebuah tayangan televisi. Namun, pada kenyataannya, stasiun TV umumnya menyajikan program acara yang bersifat beragam seperti supermarket yang menyediakan segala
2
barang. Segmentasi audien televisi biasanya hanya terjadi pada waktu siaran tertentu, misalnya pada sore hari lebih banyak menayangkan program acara untuk anak-anak seperti film kartun karena kebanyakan anak-anak menonton televisi pada sore hari, sementara pagi hari waktu siaran lebih banyak diisi dengan program drama yang disukai ibu-ibu dan pembantu rumah tangga yang tinggal di rumah (Morrisan, 2008: 182). Segmentasi tidak menjadi prioritas utama bagi stasiun-stasiun televisi swasta. Sulit menemukan televisi yang khusus melayani segmen khalayak kelas atas atau khalayak kelas bawah saja. Sejauh ini, materi siaran sebelas stasiun televisi nasional memang sangat Jakarta-minded. Bukan semata-mata karena lokasi sebelas stasiun televisi ini di Jakarta, namun karena yang mereka tonjolkan bukan persoalan bagaimana melayani kepentingan publik secara luas melainkan bagaimana mengoptimalkan potensi masyarakat sebagai konsumen. Paska memudarnya monopoli TVRI pertengahan tahun 1990-an, sesungguhnya tidak banyak yang ditawarkan televisi-televisi swasta baru pada masyarakat pemirsa, terutama di luar Jakarta. Di tingkat isi dan muatan siaran, yang ditemukan masyarakat sesungguhnya tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang diperoleh masyarakat selama lebih dari tiga dekade di bawah kekuasaan Soeharto. Hampir semua televisi swasta baru tidak melakukan perubahan, kecuali dalam aspek hiburan yang lebih variatif. Mereka justru meniru TVRI dalam me-relay siaran Jakarta ke daerah-daerah yang dianggap potensial secara ekonomi. Tidak heran, apa yang dinikmati publik di Papua, Kalimantan,
3
Sumatra, dan Jawa adalah berita, hiburan, dan iklan yang sama. Tidak ada perbedaan perlakuan untuk publik yang jelas-jelas secara kultural, sosiologis, dan ekonomi berbeda (Sudibyo, 2004: 100). Di sini berarti terjadi ketidakadilan penyiaran Indonesia bagi masyarakat di daerah-daerah. Contohnya informasi tentang Makassar hanya muncul di TV ketika ada konflik atau kerusuhan saja, sedangkan kebudayaannya tidak pernah diekspos. Belum lagi daerah-daerah terpencil lain yang tidak pernah tersentuh. Dari hari ke hari kita saksikan betapa berbagai ekspresi kebudayaan daerah makin lama makin menepi. Bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi juga dalam bidang kebudayaan secara lebih umum, yang disebut dengan ekspresi lokal semakin sirna. Terjadi semacam pemusatan. Ada ketergantungan antara pusat (nasional) dan daerah-daerah berjalan dengan
timpang,
Kemajemukan,
dalam
termasuk
pengertian juga
dalam
searah bidang
dari
pusat
budaya,
ke
daerah.
keteter
oleh
penyeragaman, kekhasan lokal dibalut identitas bersama nasional (Sularto, 1990: 101). Akibatnya, masyarakat yang seharusnya mengenal budaya daerahnya masing-masing justru tidak mengenal budaya daerahnya karena selalu disuguhi dengan tayangan-tayangan televisi yang isinya didominasi oleh budaya Jakarta yang identik dengan gaya hidup glamor dan mewah. Gaya hidup semacam ini sangat jauh berbeda dengan gaya hidup masyarakat di daerah-daerah. Sedangkan kebudayaan daerah hampir tidak pernah diekspos
4
dalam acara televisi. Hal ini menyebabkan terkikisnya kearifan lokal, termasuk di dalamnya budaya lokal. Sehingga yang terjadi adalah sesuai dengan apa yang dikatakan Wawan Kuswandi (1996: 55) bahwa tradisi lokal berubah menjadi tradisi global. Sedangkan tidak semua lapisan masyarakat mampu menerima dan menyerap tradisi global (contoh mode busana) karena keterbatasan tingkat pendidikan serta kepemilikan aset media massa dan budaya. Sudah saatnya dominasi Jakarta terhadap daerah dibidang media dan penyiaran diakhiri dan bukan eranya lagi daerah hanya diperlakukan sebagai pasar, sebagai objek dan iklan-iklan komersial yang keuntungannya sepenuhnya dikuasai oleh kalangan agensi dan televisi swasta Jakarta (Sudibyo, 2004: 346). Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendirikan TV-TV lokal di masing-masing daerah, baik secara independen maupun dengan sistem stasiun televisi berjaringan. Di Jawa Tengah, saat ini terdapat kurang lebih 6 stasiun TV lokal, diantaranya adalah TV Borobudur, Cakra Semarang TV, TVKU, Pro TV, Ratih TV Kebumen dan Solo TV. Keberadaan televisi lokal tersebut merupakan sebuah aset yang bisa dioptimalkan
peranan
dan
fungsinya
sebagai
mitra
dalam
upaya
mengembangkan sistem penyiaran lokal yang berkualitas melalui sistem berjaringan. Hal ini akan mendorong terjadinya pemerataan kesempatan bagi sumber daya lokal untuk mengembangkan potensi daerah melalui dunia penyiaran sesuai dengan spirit Undang-Undang Penyiaran, yaitu keragaman
5
kepemilikan (diversity of ownership), dan keragaman isi (diversity of content). Juga akan mampu menumbuhkembangkan ide-ide baru dari sumber daya lokal yang sementara ini termarginalkan oleh adanya hegemoni acara yang berasal dari luar negeri (http://suaramerdeka.com/v1/indexs.php/read/ cetak/2010/02/02/97456/Menuju-Sistem-Stasiun-Jaringan, 1 Juli 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 43 tahun 2009 pasal 8 dan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2009 tentang Standar Program Siaran pasal 52 bahwa dalam sistem stasiun jaringan, setiap stasiun penyiaran lokal harus memuat siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari seluruh waktu siaran per hari dan secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta. Dengan peraturan ini, kearifan lokal sebagai identitas khas suatu daerah akan tetap terjaga dan tidak akan terkikis ataupun punah. Salah satu stasiun TV lokal yang mempunyai slogan “TV-ne Jawa Tengah” yang berarti TV-nya orang-orang Jawa Tengah adalah Televisi Borobudur Semarang, yang saai ini berganti slogan menjadi “Inspirasi Jawa Tengah”. Namun, dengan slogan tersebut, apakah tayangan-tayangannya sudah benar-benar ditujukan untuk orang-orang Jawa Tengah? Dan apakah tayangan kearifan lokal/local wisdom di TVB ini sudah proporsional sesuai dengan ketentuan menteri?
6
Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk mengangkat tayangan local wisdom di stasiun Televisi Borobudur untuk menjadi objek penelitian. Namun, sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah, penulis merasa penting untuk mengaitkan hal ini dengan dakwah. Mengingat saat ini, dakwah baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas, telah memasuki seluruh wilayah dan ruang lingkup kehidupan manusia. Seluruh aspek kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang dakwah (Daulay, 2001: v). Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik (Syabibi, 2008: 17). Dakwah memiliki beberapa unsur, diantaranya yaitu da’i, mad’u, materi (maddah), media (wasilah), metode (thariqoh) dan efek (atsar). Namun yang akan lebih banyak dibahas disini adalah materi dan metode. Materi adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u (Munir dan Ilaihi, 2006: 24). Sedangkan metode
dakwah
adalah
cara-cara
yang
dipergunakan
da’i
untuk
menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah (Illahi, 2010: 21). Saat
ini
terdapat
berbagai
pengembangan
metode
berdakwah
diantaranya adalah dakwah kultural yang bisa dilakukan baik secara langsung maupun melalui media televisi. Dakwah kultural dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu pengertian umum (makna luas) dan pengertian khusus (makna sempit). Dakwah kultural dalam arti luas dipahami sebagai kegiatan dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia dengan makhluk berbudaya dalam rangka menghasilkan kultur alternatif yaitu kultur
7
Islam, yakni berkebudayaan dan berperadaban yang dijiwai oleh pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam, yang murni bersumber dari AlQuran dan al-Sunnah, dan melepaskan diri dari kultur dan budaya yang dijiwai oleh kemusyrikan, takhayul, bid'ah dan khurafat. Adapun dalam pengertian khusus, dakwah kultural adalah kegiatan dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan dan memanfaatkan adatistiadat, seni, dan budaya lokal, yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dalam
proses
menuju
kehidupan
Islami
(http://www.pdmjogja.org/?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22, 5 Juli 2011). Dengan adanya dakwah kultural ini, kegiatan dakwah disesuaikan dengan kondisi budaya mad’u, sehingga dakwah diharapkan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat yang beragam sosio kulturalnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul “Proporsionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah)”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka: 1. Apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional? 2. Bagaimana tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang ditinjau dari perspektif dakwah?
8
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui proporsionalitas tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang. b. Mengetahui tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang ditinjau dari perspektif dakwah. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan kajian studi ilmu sosial/komunikasi. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk konsumsi praktisi komunikasi di bidang penyiaran pada umumnya, dan bagi para pemilik stasiun TV atau produser pada khususnya. Harapannya, program-program acara yang ditayangkan sesuai dengan proporsi yang ditentukan oleh menteri, sehingga kearifan lokal akan tetap terjaga dan tidak akan terkikis. Selain itu, pemanfaatan potensi lokal diharapkan juga akan lebih maksimal.
1.4. Tinjauan Pustaka Berikut ini ada beberapa laporan penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis lakukan. Hal ini dimaksudkan untuk
9
mendukung kegiatan penulis dalam melakukan penelitian. Di samping itu juga berguna untuk menghindari penduplikasian. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Asyiah yang berjudul “Analisis Terhadap Program Siaran Dakwah TPI pada Bulan Ramadhan 2004 H”. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Fokus pembahasannya adalah mengenai format program siaran dakwah TPI dan materi yang terkandung dalam program siar Ramadhan 2004. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa format siaran dakwah yang ditayangkan TPI pada bulan Ramadhan 2004
dengan
strategi penyusunan program siaran dakwah disetiap segmen waktu sudah cukup representatif, hal ini dilihat dari jam tayang TPI dalam program siaran dakwah. Hampir setiap waktu terdapat jam tayang program siaran dakwah, meskipun jam tayang pada siang hari masih terbilang minim. Sedangkan untuk materi dakwah yang merupakan materi pokok aqidah, akhlak dan syari’ah sudah cukup mewakili dari masing-masing materi tersebut, meskipun sering kali terjadi pengangkatan pesan yang berlebihan. Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang penulis lakukan karena sama-sama mengkaji program acara TV. Namun, fokus penelitian ini adalah mengenai format program siaran dakwah dan materi yang terkandung dalam program siar, sedangkan fokus penelitian yang akan penulis lakukan adalah mengenai muatan local wisdom dalam program acara yang ditayangkan, apakah sudah proporsional atau belum.
10
Selain itu, objek penelitian juga berbeda, yaitu TPI yang berada di Jakarta dan TVB di Semarang. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Khasan Khotim yang berjudul “Format Siaran Dakwah di Ratih TV Kebumen (Studi Tentang Format Siaran Siraman Rokhani)”. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Fokus pembahasannya adalah mengenai format siaran siraman rokhani di Ratih TV Kebumen. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Ratih TV memiliki beberapa program siaran yang beragam, diantaranya adalah rohani yang menggunakan format dialog,
siraman
musik padang pasir yang
menggunakan format musik, dan albarzanji yang menggunakan format lomba. Siaran siraman rohani merupakan siaran keagamaan yang pada tiap-tiap siarannya mengangkat topik yang berbeda yang berkaitan dengan berbagai masalah kehidupan keseharian ditinjau dari sudut pandang keIslam-an dengan narasumber yang berbeda. Audien dapat mengirimkan pertanyaan via sms atau email yang akan dijawab oleh narasumber berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan alur dialognya diatur oleh presenter Ratih TV Kebumen. Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang penulis lakukan karena sama-sama mengkaji program acara TV. Namun, fokus penelitian ini adalah mengenai format siaran salah satu program, sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai muatan local wisdom dalam program-program acara yang ditayangkan,
11
apakah sudah proporsional atau belum. Selain itu, objek penelitian juga berbeda, yaitu Ratih TV yang berada di Kebumen dan TVB di Semarang. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Kunratih dengan judul “Tanggapan Masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Terhadap Program Acara Al Hikam di Stasiun Televisi Borobudur Semarang”. Fokus penelitiannya adalah penyajian acara Al Hikam di stasun TV Semarang dan tanggapan masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal terhadap acara tersebut. Penelitian masyarakat
ini
Kecamatan
menghasilkan Singorojo,
kesimpulan pemilihan
bahwa jam
menurut
21.00
untuk
menampilkan acara Al Hikam tidak tepat. Ini terbukti dengan adanya sebagian besar masyarakat yang lebih memilih waktu pagi dan sore hari, dengan prosentase masing-masing sebasar 43 % dan 40 %, sedangkan yang memilih malam hari hanya 17 %. Mengenai materi dakwah dalam acara Al Hikam, menurut masyarakat perlu adanya tambahan materi tentang aqidah dan ahlak. Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang penulis lakukan karena sama-sama mengkaji program acara TV yang ditayangkan oleh stasiun TV Borobudur Semarang. Namun, fokus penelitian ini adalah mengenai tanggapan masyarakat terhadap salah satu program acara, sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai muatan local wisdom dalam program-program acara yang ditayangkan, apakah sudah proporsional atau belum.
12
1.5. Metodologi Penelitian a. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang didukung dengan jenis penelitian
kualitatif.
Penelitian
kuantitatif
yaitu
penelitian
yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode stastitika (Azwar, 2007: 5). Metode yang digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yaitu
penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada (Bungin, 2005: 171). Dalam hal ini, peneliti akan menggambarkan seperti apa dan seberapa banyak tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang. Salain itu, sebagai pendukung, penulis juga menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009: 4). Menurut Strauss dan Corbin (2003: 4), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dengan penelitian kualitatif penulis berusaha untuk mengetahui program-program tayangan lokal wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang perspektif dakwah. Sepesifikasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan
13
deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2007: 126). Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana tayangan local wisdom Jawa Tengah di stasiun televisi Borobudur Semarang perspektif dakwah. b. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Proporsionalitas a. Definisi Konseptual Proporsionalitas berasal dari kata proporsional yang berarti sesuai dengan proporsi, sebanding, seimbang (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, 790) yang mendapat akhiran itas yang menunjukkan kata sifat. b. Definisi Operasional Sesuai dengan proporsi yang dimaksud penulis adalah sesuai dengan proporsi yang sudah ditetapkan oleh Menkominfo dan KPI mengenai proporsi muatan lokal yang harus ditayangkan oleh stasiun TV Lokal. TV Lokal yang penulis maksud adalah Stasiun TV Borobudur Semarang. Sebanding atau seimbang dalam hal ini adalah seimbang antara program-program tayangan yang mengandung local wisdom Jawa Tengah dengan aturan dari Menkominfo dan KPI. Adapun proporsi yang ditetapkan Menkominfo dan KPI adalah 10 % tayangan yang berrmuatan lokal yang nantinya secara bertahap
14
akan dinaikkan menjadi paling sedikit 50 % dari seluruh waktu siaran per hari (Permenkominfo Nomor 43 Tahun 2009 halaman 5, Peraturan KPI Nomor 03 Tahun 2009 halaman 71). 2. Tayangan Televisi a. Definisi Konseptual Tayangan adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan): pertunjukkan (film dsb), persembahan (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, 1017). Tayangan televisi adalah sesuatu yang ditayangkan atau dipertunjukkan di televisi. b. Devinisi Operasional Tayangan yang dimaksud dalam hal ini adalah tayangan yang ditayangkan di Stasiun Televisi Borobudur Semarang pada bulan Oktober 2011. 3. Kearifan Lokal/Local Wisdom a. Definisi Konseptual Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (http://ibda.files. wordpress.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf, 25 Juni 2011).
15
b. Definisi Operasional Local wisdom dalam hal ini adalah local wisdom Jawa Tengah, yang difokuskan pada budaya Jawa Tengah berdasarkan unsur-unsur budaya. Jadi, suatu program dikatakan mengandung kearifan lokal Jawa Tengah apabila memuat salah satu unsur budaya Jawa Tengah. Akan tetapi, dari tujuh unsur budaya, hanya empat unsur yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya adalah: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, yang dalam hal ini difokuskan pada pakaian saja. Pakaian khas Jawa Tengah diantaranya adalah: kebaya, batik, blangkon, jarek (kain jarit), kemben dll. 2. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis. a) Lisan
: krama inggil, krama, ngoko.
b) Tulis
: ada aksara Jawa.
3. Kesenian, berupa seni suara dan seni rupa. Musik khas Jawa Tengah diantaranya yaitu: campursari, dangdut Jawa, keroncong dll. Seni rupa misalnya seni bangunan khas Jawa Tengah dan kerajinan tangan khas Jawa Tengah. 4. Sistem religi. Pesan-pesan keagamaan disampaikan melalui berbagai cara, baik dalam agama Islam maupun non Islam. Caracara tersebut diantaranya adalah ceramah, dialog, lagu, dll. Jadi, proporsionalitas tayangan local wisdom maksudnya adalah kesesuaian tayangan yang mengandung local wisdom Jawa Tengah, dalam
16
hal ini adalah tayangan di Stasiun Televisi Borobudur Semarang dengan proporsi yang telah ditentukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika dan
Komisi
Penyiaran
Indonesia
sebagaimana
yang
dijelaskan
sebelumnya. c. Sumber dan Jenis Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian ini, penulis membagi sumber data menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998: 91). Atau bisa dikatakan data pokok dalam penelitian yang diperoleh melalui lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah program-program acara yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Borobudur Semarang berupa sinopsis masing-masing program acara. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar, 1998: 91). Maksudnya adalah
seluruh data tambahan yang terkait
dalam penelitian ini yaitu buku-buku dan artikel.
17
d. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah program-program tayangan Televisi Borobudur Semarang selama satu bulan yaitu Bulan Oktober 2011. Peneliti memilih bulan Oktober sebagai objek penelitian karena bulan Oktober adalah sebulan awal TVB bekerjasama dengan Kompas setelah resmi bergabung di bulan September. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 130). penelitian ini menggunakan taknik sampling sederhana, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Kriyantono, 2007: 150). Sampel yang diperlukan adalah tayangan selama seminggu (7 hari), karena dalam tayangan televisi, tayangan selama seminggu mewakili tayangan satu bulan. Ada 74 program acara dalam tayangan selama seminggu di bulan Oktober, diantaranya adalah Jendela Jateng Pagi, Embun Pagi, Musafir, Pujian, Percikan Kasih, Kompas Pagi, Tanya Dokter, Mata Hati, Sebuah Nama Sebuah Cerita, dan lain sebagainya. e. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu (Silalahi, 2010: 280). Sedangkan teknik pengumpulan data berarti cara untuk mengumpulkan
18
data. Cara mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231) dokumen yang digunakan berbentuk dokumen publik berupa transkip acara TV. Dalam hal ini adalah TV Borobudur Semarang. Selain itu, buku-buku, artikel dan data dari internet juga penulis gunakan dalam penelitian ini. 2. Wawancara Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008: 180). Wawancara ini langsung dilakukan dengan personil TV Borobudur Semarang. f. Teknik Analisis Data Beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan dalam rumusan masalah akan dipecahkan dengan menggunakan analisis isi (content analysis) kuantitatif. Menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih (Kriantono, 2007: 228). Sedangkan
19
menurut Wazer dan Wiener, Analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. (Bulaeng, 2004: 171). Dalam hal ini, analisis isi digunakan untuk mengetahui apakah isi dari program-program yang ditayangkan di Televisi Borobudur Semarang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah atau tidak. Suatu program dikatakan mengandung kearifan lokal Jawa Tengah apabila dalam tayangan tersebut memuat salah satu unsur kebudayaan Jawa Tengah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Setelah dianalisis dengan menggunakan analisis ini, kemudian dibuat tabel (distribusi) frekuensi. Kegunaan dari distribusi frekuensi adalah membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian (Kriantono, 2007: 165). Dari tabel tersebut akan ditemukan berapa prosentase tayangan yang mengandung kerifan lokal Jawa Tengah. Dari data yang dihasilkan, maka dapat diketahui apakah tayangan kearifan lokal Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional atau belum. Setelah itu, acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan unsur-unsur dakwah. Akan tetapi, tidak semua unsur-unsur dakwah penulis gunakan dalam menganalisis tayangan ini, penulus lebih menekankan pada unsur metode dan isi pesan (materi). Hasil analisis kemudian
20
dideskripsikan dalam bentuk draf laporan sebagaimana umumnya laporan penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian, sebagai berikut: Bagian awal terdiri dari halaman sampul depan halaman judul, persetujuan pembimbing, halaman pernyataan, abstraksi, kata pengantar dan daftar isi. Bagian utama dalam skripsi ini penulis membagi dalam lima bab. Bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, berisi landasan teori yang memuat kajian tentang kearifan lokal (local wisdom) pada tayangan televisi dalam perspektif dakwah. Di dalamnya membahas tentang kearifan lokal, tayangan televisi, dakwah, dan tayangan local wisdom perspektif dakwah. Bab ketiga, berisi deskripsi Stasiun Televisi Borobudur Semarang dan program-program acaranya yang meliputi sejarah dan tujuan berdirinya TVB, visi dan misi TVB, kekuatan TVB, struktur organisasi TVB, program-program acara TVB, dan jadwal siaran TVB. Bab keempat, berisi tentang analisis programprogram tayangan yang mengandung local wisdom Jawa Tengah perspektif dakwah yang ditayangkan di stasiun televisi Borobudur Semarang. Dan bab kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian, saran dan penutup.
21
Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup.
22
BAB II LOCAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL) PADA TAYANGAN TELEVISI DALAM PERSPEKTIF DAKWAH
2.1. Landasan Kerangka Teori 1. Kajian Tentang Local Wisdom (Kearifan Lokal) a. Pengertian Local Wisdom (Kearifan Lokal) Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, dimana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai ‘kearifan/kebijaksanaan’. Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya (http://ibda.files,wordpress.com/2008/04/2landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf, 25 juni 2011).
23
b. Sejarah Kearifan Lokal Pendekatan teoritis tentang globalisasi ataupun modernisasi seperti Marxis telah menciptakan kekosongan dan ketidaktahuan akan praktik dan kearifan yang lahir dari perspektif lokal, yang dalam studi ini disebut the local wisdom. Era Poskolonial merupakan era baru sejarah dimulainya perspektif kearifan lokal (local wisdom) menjadi rujukan para pemerhati sosial untuk melihat arah dan konteks disiplin keilmuannya. Era poskolonial merupakan tahapan zaman yang melahirkan konstruksikonstruksi kognitif tentang bagaimana kebebasan (freedom), hilangnya diskriminasi (indiscriminate), lahirnya masyarakat toleran (tolerance society), adil (justice) dan menjaga hak-hak sipil (civil right) menjadi capital sosial bagi masyarakat di era itu (Abdullah, 2008: 2). Kearifan lokal merupakan bagian dari konstruksi budaya. Menurut pandangan John Haba dalam bukunya “Revitalisasi Kearifan Lokal” yang dikutip oleh Irwan Abdullah (2008: 7), kearifan lokal “mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercayai dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial diantara warga masyarakat”. c. Fungsi Kearifan Lokal Berdasarkan inventarisasi Haba, setidaknya ada enam signifikasi serta fungsi sebuah kearifan lokal.
24
1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas. 2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan. 3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down), tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat. Karena itu, daya ikatnya lebih mengena dan bertahan. 4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas. 5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/ kebudayaan yang dimiliki. 6. Kearifan
lokal
dapat
berfungsi
mendorong
terbangunnya
kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak, solidaritas komunal, yang dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah komunitas terintegrasi. Keenam fungsi kearifan lokal yang diurai di atas menegaskan pentingnya pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal (local wisdom), dimana sumber-sumber budaya menjadi penanda identitas bagi kelangsungan hidup sebuah kelompok maupun aliran kepercayaan (Abdullah, 2008: 7-8).
25
d. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Jawa Tengah Pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal (local wisdom) merupakan hal penting dimana sumber-sumber budaya menjadi penanda identitas bagi kelangsungan hidup sebuah kelompok maupun aliran kepercayaan. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Ilmu Antropologi” yang dikutip oleh Joko Tri Prasetya, ada tujuh macam unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat disebut sebagai isi pokok kebudayaan di dunia ini, yaitu: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, misalnya: pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya. 2. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi: misalnya sistem pertanian, peternakan dan sistem produksi. 3. Sistem kemasyarakatan, misalnya: kekerabatan, sistem perkawinan, sistem warisan. 4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis. 5. Ilmu pengetahuan. 6. Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak. 7. Sistem religi. Unsur-unsur kebudayaan yang membentuk struktur kebudayaan itu tak berdiri lepas dengan lainnya, melainkan saling berkaitan (Prasetya, 2009 : 33).
26
Adapun bentuk-bentuk kearifan lokal Jawa Tengah yang dalam hal ini difokuskan berdasarkan unsur-unsur budaya adalah: 5. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari: a) Pakaian
: kebaya, batik, blangkon, jarek (kain jarit),
dll. b) Perumahan
: Joglo
c) Alat rumah tangga
: ceting (tempat nasi dari bambu), tampah,
dll. d) Senjata
: bambu runcing, dll
e) dan sebagainya. 6. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi: a) Sistem pertanian b) Sistem peternakan c) Sistem produksi Sistem pertanian, peternakan, dan sistem produksi di Jawa Tengah maupun di daerah lain hampir sama. Tidak ada perbedaan khusus antara sistem di daerah satu dengan daerah lain. 7. Sistem kemasyarakatan: a) Kekerabatan
: gotong royong, dll
b) Sistem perkawinan : misalnya tradisi siraman dalam rangkaian acara perkawinan, memecah telur, mencuci kaki mempelai pria, dll.
27
c) Sistem warisan
: dalam sistem waris Jawa ada istilah sepikul
segendongan. Sepikul itu untuk laki-laki, dan segendongan itu untuk perempuan. 8. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis: c) Lisan : krama inggil, krama, ngoko. d) Tulis : ada aksara Jawa 9. Ilmu pengetahuan. 10. Kesenian, misalnya a) Seni suara (musik)
: campursari, dangdut Jawa, keroncong dll
b) Seni rupa
: wayang, dll
c) Seni gerak (tari)
: tari golek, tari srimpi, tari jaepong, dll
11. Sistem religi. Pesan-pesan keagamaan disampaikan melalui berbagai cara, baik dalam agama Islam maupun non Islam. Cara-cara tersebut diantaranya adalah ceramah, dialog, pengajaran formal seperti di sekolah-sekolah, dll. Kerangka kultur lokal harus dipahami sebagai basis sosial yang memiliki kekuatan penggerak dalam berbagai hal (Abdullah, 2008: 7), termasuk bagaimana mengemas program televisi agar menjadi tayangan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mengingat media khususnya televisi saat ini bagaikan kiblat masyarakat.
28
2. Kajian Tentang Tayangan Televisi a. Pengertian Televisi Televisi adalah salah satu jenis media massa yang merupakan sarana atau saluran komunikasi massa. Pada hakikatnya televisi merupakan sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio (Sutisno, 1993: 9). b. Bentuk-bentuk Tayangan Televisi Bentuk-bentuk program tayangan televisi bermacan-macam diantaranya: 1.
Berita Berita adalah suatu fakta, ide, atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, maupun penonton (Muda, 2008: 22).
2.
Program Feature Adalah program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai format. Misalnya, wawancara, show, fox-pop, puisi, musik, nyanyian, sandiwara pendek, atau fragmen.
3.
Program Magazine Program ini mirip dengan feature. Perbedaannya, program feature satu pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan
29
disajikan lewat berbagai format. Sementara itu, program magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format. 4.
Program Spot Adalah suatu program yang ingin memengaruhi dan mendorong
penonton
televisi
untuk
tujuan
tertentu.
Spot
merupakan program yang sangat pendek. 5.
Program Doku-Drama (Dokumenter Drama) Maksudnya adalah dokumenter yang didramakan. Suatu kejadian
yang
penah
terjadi
sungguh-sungguh,
terdapat
peninggalan-peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya masih hidup, tetapi kejadiannya sudah lampau. Karena daya tarik atau kejadiannya sangat bernilai, maka kisah itu dimainkan kembali di tempat yang sama dengan tokoh yang sama pada saat kurang lebih sama juga dengan waktu kisah itu terjadi. 6.
Program Sinetron (Sinema Elektronik) Berdasarkan makna dari kata sinema, penggarapannya tidak jauh berbeda dengan penggarapan film layar putih. Demikian penulisan naskahnya. Yang berbeda hanyalah film layar lebar menggunakan kamera optik, bahan film seluloid dan medium sajiannya memakai proyektor dan layar putih di dalam gedung
30
bioskop. Sementara pembuatan senetron menggunakan kamera elektronik dengan video recorder. Penyajiannya dipancarkan dari stasiun televisi, dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi di rumah-rumah (Wibowo, 2007: 186-227). 7.
Infotainment Adalah berita yang menyajikan informasi mengenai orangorang yang dikenal masyarakat (celebrity).
8.
Talk Show Adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).
9.
Program Drama Adalah pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (yang diperankan oleh pemain) yang dilibatkan konflik dan emosi.
10. Film Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun film yang dimaksud di sini adalah film layar lebar yang dibuat
oleh
perusahaan-perusahaan
film.
Film
baru
bisa
ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop.
31
11. Reality Show Program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan, atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Dengan kata lain, program ini mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata (riil) dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa rekayasa. 12. Quiz Show Merupakan
bentuk
program
permainan
yang
paling
sederhana dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab sejumlah pertanyaan. 13. Musik Program musik dapat ditampilkan melalui dua format, yaitu video klip atau konser. Konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audien. Tidak dari kualitas suara tetapi juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik (Morissan, 2008: 210-219). 14. Format Talk/Ceramah Wujud sajian format ini didahului pengumuman/pengantar singkat oleh penyiar tentang nama acara, topik pembicaraan, dan pembicara. Kemudian tampil seorang penceramah menyampaikan isi pesannya.
32
15. Format Program Dokumenter Menyajikan segala sesuatu dan peristiwa apa adanya. Format ini menjadi lebih menarik bila tidak merekam seperti adanya melainkan dilengkapi dengan rekaman kejadian di masa lalu (Sutisno, 1993: 57-60). c. Fungsi Televisi Robert K. Avery dan Sanford B. Wienberg dalam Kuswandi (1996: 24) mengungkapkan tiga fungsi media (televisi), yaitu: 1. The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan. 2. The correlation of the part of society in responding to the environment, yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi. 3. The transmission of the social heritage from one generation of the next, maksudnya adalah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga fungsi di atas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Charles Wright menambahkan fungsi hiburan media massa. hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest.
33
Maksudnya agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media televisi. Bagi Wilbur Schramm, media massa juga berfungsi “to sell goods for us”. Maksudnya adalah media massa menjadi sarana efektif untuk mempropagandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan secara materi atau bentuk promosi barang di media massa dalam kemasan iklan. Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam Nurudin (2004: 62) menyebutkan fungsi komunikasi/media massa antara lain: 1. To inform (menginformasikan) 2. To entertain (memberi hiburan) 3. To persuade (membujuk) 4. Transmission of the culture (transmisi budaya). Alexis S Tan menjelaskan fungsi-fungsi komunikasi/media massa dalam tabel sebagai berikut:
No
Tujuan Komunikan (menyesuaikan diri pada sistem pemuasan kebutuhan) Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.
Tujuan Komunikator
1
Memberi informasi
2
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
34
3
Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
4
Menyenangkan
Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.
3. Kajian tentang Dakwah a. Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab دة dari kata د, yang berarti panggilan, ajakan, seruan. (Aziz, 2004: 2). Namun menurut Munir dan Ilahi (2006: 17) dakwah mengandung pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia. Aziz (2004: 4) mengatakan bahwa secara terminologi, dakwah itu dapat diartikan sebagai sisi positif dari ajakan untuk menuju keselamatan dunia akhirat. Sedangkan menurut istilah para ulama memberikan definisi yang bermacam-macam, antara lain: 1. Syeh Ali Mahfudh mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama) menyeru mereka pada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagian dunia akhirat (Munir & Ilahi, 2006: 19).
35
2. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah sebagai usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt. Sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta akhlak Islamiyah (Aziz, 2004: 5). 3. Toha Yahya Umar mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat (Munir & Ilahi, 2006: 20). 4. Aboebakar Atjeh mengatakan bahwa dakwah adalah seruan kepada seluruh umat manusia untuk kembali kepada ajaran hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aziz, 2004: 6). Dengan begitu, esensi dari dakwah itu sendiri adalah aktivitas dan upuya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif, dari situasi yang tidak baik menuju situasi yang lebih baik. b. Dasar Hukum Dakwah Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima manusia. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Karena pentingnya dakwah itulah, maka dakwah bukanlah pekerjaan yang dipikirkan sambil lalu saja melainkan suatu pekerjaan yang telah
36
diwajibkan bagi setiap pengikutnya. Pijakan dasar pelaksanaan dakwah ada dalam Al Qur’an dan Hadits. 1. Dasar Kewajiban Dakwah dalam Al Qur’an a. Surat An Nahl ayat 125
ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( Ï&Î#‹Î6y™ tã ¨≅|Ê yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ) 4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ∩⊇⊄∈∪ tωtGôγßϑø9$$Î/ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 2004: 282).
Ayat di atas memerintahkan kaum muslimin untuk berdakwah sekaligus memberi tuntunan bagaimana cara-cara pelaksanaannya, yakni dengan cara yang baik yang sesuai dengan petunjuk agama (Aziz, 2004: 38). b. Surat Ali ’Imran ayat 110
Çtã šχöθyγ÷Ψs?uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tβρâß∆ù's? Ĩ$¨Ψ=Ï9 ôMy_Ì÷zé& >π¨Βé& uö!yz öΝçGΖä. #Zö!yz tβ%s3s9 É=≈tGÅ6ø9$# ã≅÷δr& š∅tΒ#u öθs9uρ 3 «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè?uρ Ìx6Ζßϑø9$# ∩⊇⊇⊃∪ tβθà)Å¡≈x"ø9$# ãΝèδçsYò2r&uρ šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$# ãΝßγ÷ΖÏiΒ 4 Νßγ©9 Artinya: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
37
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Depag RI, 2004: 65).
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa da’wah dalam arti yang luas, adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap muslim dan muslimah. Tidak boleh seorang muslim dan muslimah menghindarkan dari padanya (Natsir, 1984: 109). Kata ”khaira ummatin ukhrijat linnas” mencakup semua orang Islam, baik berbeda suku, warna, bahasa, dan strata sosialnya. Semua muslim wajib berdakwah (Pimay, 2005: 31). c. Surat Ali ’Imran ayat 104
Çtã tβöθyγ÷Ζtƒuρ Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ tβρããΒù'tƒuρ Îö!sƒø:$# ’n<Î) tβθããô‰tƒ ×π¨Βé& öΝä3ΨÏiΒ ä3tFø9uρ ∩⊇⊃⊆∪ šχθßsÎ=ø"ßϑø9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 Ìs3Ψßϑø9$# Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Depag RI, 2004: 64). Sebagian ulama berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya wajib ‘ain (fardhu ‘ain), maksudnya setiap orang Islam yang sudah dewasa, kaya-miskin, pandai-bodoh, wajib melaksanakan dakwah. Pendapat ini didasarkan pada penafsiran kata “wa al takun” bahwa setiap perintah Allah wajib dilaksanakan, sedangkan “minkum” adalah kata keterangan, 38
penjelasan (bayaniyah) dan bukan diartikan sebagian (Pimay, 2005: 30). Sementara itu, ulama yang mengatakan bahwa dakwah itu wajib kifayah (wajib kolektif) artinya wajib bagi sekelompok orang saja, mengartikan min sebagai sebagian dari kamu, sebab diantara umat Islam itu, ada beberapa orang yang tidak mampu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar karena berbagai sebab (Aziz, 2004: 44). Jadi, terdapat perbedaan pendapat dalam mengartikan ayat tersebut, ada yang mengartikan dakwah itu fardhu ‘ain, dan ada yang mengartikan bahwa dakwah itu fardhu kifayah. 2. Dasar Kewajiban Dakwah dalam Hadits Di samping ayat-ayat Al Qur’an, banyak juga hadits nabi yang mewajibkan umatnya untuk amar ma’ruf nahi munkar, antara lain: a.
Hadits riwayat Imam Muslim
! " # $ % & :
. / 0 1 ) * 2 3 4 4 5 6 ! 3 758 , * 8' , - , :' $ (' ) * ! + !
(*!1, 4+) 2 &) = ;
< + 9! ( 93 . / 0 1 ) * 2 3 : 1!93 Artinya: “Dari Abi Sa’id Al Khudriy ra. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: siapa saja diantara kamu melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mampu rubahlah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-
39
lemahnya iman” (HR Muslim) (Imam Nawawi, 1999: 212).
Selemah-lemahnya keadaan seseorang setidak-tidaknya ia masih tetap berkewajiban menolak kemunkaran dengan hatinya. Kalau ia masih dianggap Allah sebagai orang yang masih memiliki iman (Aziz, 2004: 41). b.
Hadits riwayat Imam Tirmidzi
#1C : D + : * ! + ! ! " @ 9 A B C )D E
* 8' ! F 9 ) 2 A 8 G $ + 5 8 & 2$H 0 + I + 5 & 25, J 0 4 (D,50 4+) * 8' M N0 1 ) !3 : $ K *A L' , 7( Artinya: “Dari Hudaifah ra. dari Nabi Saw., beliau bersabda: demi dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, seharusnyalah kalian menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang munkar. Jika tidak, sungguh Alah akan menurunkan siksa kepada kalian, kemudian kamu berdo’a kepadaNya tetapi Ia tidak mengabulkan do’amu” (HR Tirmidzi) (Imam Nawawi, 1999: 218). Hadits di atas menunjukkan bahwa ada dua alternatif bagi umat Islam. Berbuat amar ma’ruf atau nahi munkar atau kalau tidak mereka akan mendapat malapetaka dan siksa dari Allah serta Allah tidak menghiraukan permohonan mereka, karena mereka telah dianggap Allah sebagai umat yang telah mengabaikan tugas agama yang sangat esensi (Aziz, 2004: 41).
40
c. Unsur-unsur Dakwah Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. 1. Da’i (Pelaku Dakwah) Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat organisasi/lembaga (Munir & Ilahi, 2006: 2122). Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa da’i itu tidak hanya
individu,
akan
tetapi
bisa
berupa
kelompok,
organisasi/lembaga. Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan seorang da’i yang profesional yang mampu memecahkan kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh mad’u, ada beberapa kriteria. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i secara umum, yaitu: a) Mendalami Al Qur’an dan Sunah, sejarah kehidupan Rasulullah serta Khulafa’ur Rasyidin. b) Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi. c) Berani
dalam
mengungkapkan
dimanapun.
41
kebenaran
kapanpun
dan
d) Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara. e) Satu kata dengan perbuatan. f) Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri. (Aziz, 2004: 81) 2. Mad’u (Penerima dakwah) Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam. Sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas Iman, Islam dan Ihsan. Mad’u atau mitra dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya (Munir & Ilahi, 2006: 21-22). Selain itu, ada juga penggolongan berdasarkan responsi mereka. Berdasarkan responsi mad’u terhadap dakwah, Aziz (2004: 93) menggolongkan mereka menjadi tiga, yaitu:
42
a) golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan secara aktif memberi dukungan moril dam materiil terhadap kesuksesan dakwah. b) golongan pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah, tidak merintangi dakwah. c) golongan antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya dakwah. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk merintangi dakwah. Berbagai
ragam
penerimaan
dakwah
tersebut
secara
sosiologis terpencar dalam bentuk-bentuk kelompok manusia, yaitu: a) Kelompok Maksudnya yaitu kelompok orang yang berkumpul pada suatu tempat atau ruangan tertentu yang sedang terlibat dalam suatu persoalan atau kepentingan bersama secara tatap muka. b) Publik Ialah kelompok yang abstrak dari orang-orang yang menaruh perhatian dan minat pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama dimana mereka terlibat dalam suatu pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau kepentingan mereka.
43
c) Massa Adalah orang banyak yang sangat heterogen, tidak terikat oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang, demikian persoalan yang mereka hadapi masing-masing masih terpencarpencar. 3. Maddah (Materi dakwah) Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri (Munir dan Ilahi, 2006: 24). Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Materi-materi yang disajikan dalam al Qur’an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya. Oleh karena itu, yang dapat dijadikan materi dakwah bukan sesuatu yang datang dari Allah swt. saja, lewat wahyu-Nya atau yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. Tetapi juga adat istiadat, kebudayaan atau hasil pemikiran manusia yang baik dan tidak bertentangan dengan akal sehat dan ajaran Islam dapat dijadikan sebagai materi dakwah (Aziz, 2004: 104). Ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
44
a) Masalah Keimanan (akidah) Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan (Munir & Ilahi, 2006: 24). Yang menurut Ali Aziz masalah akidah ini melirputi rukun iman. b) Masalah Syari’ah Masalah Syariah dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Ibadah, yang meliputi a) Thaharoh b) Shalat c) Zakat d) Shaum e) Haji 2. Mu’amalah, meliputi: a) Al-Qununul Khas (hukum perdata) 1. Muamalah (hukum niaga) 2. Munakahat (hukum nikah) 3. Waratsah (hukum waris) 4. Dan lain sebagainya
45
b) Al- Qanunul (hukum publik) 1. Hinayah (hukum pidana) 2. Khilafah (hukum negara) 3. Jihad (hukum perang dan damai) 4. Dan lain sebagainya (Aziz, 2004: 95). c) Masalah Akhlak Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab ”khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang memengaruhi perilaku manusia. Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat (Munir & Ilahi, 2006: 28). Menurut Ali Aziz (2004: 95), materi akhlak ini meliputi akhlak terhadap khalik dan akhlak terhadap makhluk. Makhluk disini tidak hanya manusia, akan tetapi makhluk-makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya.
46
4. Wasilah (Media dakwah) Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah (media dakwah), yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub dalam Munir & Ilahi (2006: 32) membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak. a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, spanduk, dan sebagainya. c) Lukisan, adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya. d) Audio visual, adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film, slide, internet, dan sebagainya. e) Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.
47
Dari segi pesan, penyampaian dakwah dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: a) Spoken words, yaitu media dakwah yang membentuk ucapan atau bunyi yang dapat ditangkap dengan indra telinga seperti radio, telepon, dan sebagainya. b) Pinted writing, yaitu media dakwah yang membentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat ditangkap dengan indra mata. c) The audio visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti televisi, film, video, dan sebagainya. Di samping wasilah di atas, wasilah dakwah dari segi sifatnya juga dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a) Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum (khalayak) terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, dan sebagainya. b) Media
modern,
yang
diistilahkan
juga
dengan
”media
elektronika” yaitu media yang dilahirkan dari teknologi. Yang termasuk media modern ini diantaranya adalah
48
1. Radio Adalah media dakwah yang bersifat audio yang berarti dapat didengar. Siaran radio tidak mengenal jarak dan mampu menjangkau daerah-daerah terpencil. 2. Televisi Televisi merupakan media yang bersifat audio visual, artinya bisa didengar sekaligus dilihat. Dibeberapa daerah terutama di Indonesia, masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Jika dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini, maka jangkauan dakwah akan lebih luas. 3. Pers Dakwah melalui media ini dapat berbentuk berita-berita Islam, artikel-artikel Islam, dan lain sebagainya. 4. Film Seperti halnya televisi, film juga bersifat audio visual yang bisa dilihat dan didengar. 5. Internet Internet adalah suatu sistem jaringan komunikasi (berjuta komputer) yang terselubung di seluruh dunia (Aziz, 2004: 149-154).
49
5. Thariqah (Metode dakwah) Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. (Illahi, 2010: 21). Metode sangat penting peranannya, karena sebaik apapun pesan, apabila disampaikan dengan metode yang tidak tepat, maka pesan itu bisa jadi tidak bisa diterima bahkan ditolak oleh mad’u. Metode dakwah dalam Al Qur’an dijelaskan dalam surat an Nahl ayat 125, yaitu:
ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( Ï&Î#‹Î6y™ tã ¨≅|Ê yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ) 4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ∩⊇⊄∈∪ tωtGôγßϑø9$$Î/ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah meraka dengan jalan yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 2004: 282). dari ayat tersebut terlukiskan bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah, yaitu, a. Hikmah Yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam
50
selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan (Illahi, 2010: 22). Prof DR. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan. Di samping itu, al Hikmah juga diartikan menempatkan sesuatu pada proporsinya. (Munir, 2009: 9). Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hikmah dalam dunia dakwah
mempunyai posisi yang sangat
penting yaitu dapat menentukan sukses dan tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya (Munir, 2009: 11). Mengenal mad’u (objek dakwah) merupakan salah satu prinsip utama yang harus dimiliki seorang da’i karena merupakan tuntutan logis dalam menjalankan aktifitas dakwah. Dengan mengenal mad’u sesuai dengan situasi dan kondisinya, dakwah pun dapat diaplikasikan secara efektif.
51
Mengenal mad’u berarti melakukan analisis terhadap kondisi mad’u yang dikenalnya dengan analisis sosial. Analisis ini menjadi alat untuk mengetahui realitas objektif mad’u, baik faktor geografis, antropologis, psikologis, dan agama, karena berbagai faktor tersebut akan memengaruhi cara pandang, sikap, dan tingkah laku seseorang. Kenyataan ini menunjukkan adanya perbedaan budaya, idiologi, dan hubungan sosial antar manusia satu dengan lainnya. (Syabibi, 2008: 120-122) Pendekatan pada mad’u atau dalam istilah komunikasinya adalah khalayak ini, oleh David K. Berlo, dinamakan “emphati”, yang berarti keahlian seseorang dalam menempatkan diri pada pihak lain. (Kuswandi, 1996: 18). Jadi, ketika hendak menyampaikan sesuatu kepada orang lain, kondisis mad’u harus sangat diperhatikan. Seperti apa kebudayaan yang ada, bagaimana kondisi lokal mad’u itu berada, semuanya harus disesuaikan sehingga hasil yang diharapkan bisa maksimal. Hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap agama Islam (Munir, 2009:9). Saat ini sedang berkembang metode dakwah kultural. Sebenarnya metode ini telah ada sejak pertama kali Islam masuk ke Indonesia yang diajarkan oleh walisongo.
52
Dakwah kultural adalah dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya maupun kultur masyarakat dengan tujuan agar dakwahnya mudah diterima oleh mereka, atau kegiatan dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai mahluk budaya secara luas dalam rangka menghasilkan kultur baru yang bernuansa Islam, atau dengan memanfaatkan tradisi, adat, seni, dan budaya lokal sebagai proses menuju kehidupan yang Islami. Metode dakwah kultural dalam pengertian
yang
disebut
terakhir
itu
nampaknya
telah
dipraktekkan juga dalam dakwah Walisongo di Pulau Jawa. (Halimi, 2008 : 38). Dakwah kultural juga bisa berarti dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat setempat (http://alumnifiad.youneed.us/ 43-dakwah-kultural, 11 Juli 2011). b. Mauidhah Hasanah Adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau penyampaian ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka (Illahi, 2010: 22). Al Asfahani dalam Munir (2009: 243) memberikan pemahaman terhadap makna al
53
Mau’idzah, yaitu merupakan tindakan mengingatkan seseorang dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakkan hatinya. c. Mujadalah Yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah
dengan
cara
sebaik-baiknya
dengan
tidak
memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah (Illahi, 2010: 22). Semua metode yang ada adalah cabang dari tiga metode ini. Macam-macam metode dakwah yaitu: a) Ceramah Adalah menyampaikan pesan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan daya pikir dan usaha-usaha yang menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku manusia. b) Diskusi Yaitu menyampaikan materi dakwah dengan jalan bertukar pendapat atau informasi tentang masalah agama antar beberapa orang dalam tempat tertentu. c) Karyawisata Yaitu dakwah yang dilakukan dengan membawa mitra dakwah ke tempat-tempat yang memiliki nilai historis keislaman atau lembaga-lembaga penyelenggara dakwah.
54
d) Infiltrasi/sisipan Yaitu menyampaikan ajaran agama pada saat atau kegiatan yang tidak secara khusus sebagai kegiatan keagamaan. Pesan-pesan keagamaan hanya disisipkan di dalamnya (Aziz, 2004: 165-187). e) Metode Tanya Jawab Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai suatu materi dakwah. f) Metode Keteladanan (Demonstration) Metode yang diberikan dengan cara memperhatikan gerak gerik, kelakuan, perbuatan dengan harapan orang dapat menerima,
melihat,
memperhatikan,
dan
mencontohnya
(Abdullah, 1989: 107). 6. Atsar (Efek dakwah) Atsar berasal dari bahasa Arab yang berarti bekasan, sisa, atau tanda. Atsar sering disebut sebagai feed back (umpan balik) dari proses dakwah. Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah. Apa saja yang seharusnya dievaluasi dari pelaksanaan dakwah tidak lain adalah seluruh komponen dakwah yang dikaitkan dengan tujuan dakwah yang ingin dicapai.
55
Dalam upaya mencapai tujuan dakwah maka kegiatan dakwah selalu diarahkan untuk mempengaruhi tiga aspek perubahan dari
objeknya,
yakni
perubahan
pada
aspek
pengetahuan
(knowledge), aspek sikap (attitude), dan aspek perilaku (behavioral). Berkenaan dengan ketiga hal tersebut Jalaluddin Rahmat dalam Aziz (2004: 139) menyatakan: - Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, dan informasi. - Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. - Efek behavioral, merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. 4. Tayangan Local Wisdom dalam Perspektif Dakwah Kearifan lokal dinilai mampu mempertegas fungsi identitas teologis suatu kepercayaan keagamaan tertentu, dimana berlakunya hukum-hukum lokal yang menyertai kebijakan-kebijakan publik dalam kerangka teologi keagamaan merupakan kearifan mendasar yang harus dijadikan basis kebijakan dalam setiap pengambilan keputusan terkait praktik keagamaan (Abdullah, 2008: 9-10).
56
Sebagai sebuah kenyatan sejarah, begitu kata Kuntowijoyo, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi (parennial)
dan
tidak
mengenal
perubahan
(absolut).
Sedangkan
kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat. Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah Islam kita dulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat yang heterogen setting nilai budayanya. Mungkin kita masih ingat para wali yang di Jawa dikenal dengan sebutan Walisongo. Mereka dapat dengan mudah memasukkan Islam karena agama tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikan dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya, masyarakat diberi “bingkisan”
yang
dibungkus
budaya
Jawa
tetapi
isinya
Islam
(http://pemikiranislam.wordpress.com/ 2007/08/14/dakwah-kultural, 11 Juli 2011). Begitu juga ketika mengemas suatu pesan menjadi sebuah tayangan televisi, para praktisi televisi juga harus menyesuaikan kondisi masyarakat
57
pemirsanya. Karena, tayangan local wisdom disini maksudnya adalah tayangan yang mengandung kearifan lokal. Hal ini sesuai dengan salah satu unsur dalam dakwah. Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Dakwah mengandung nilai tentang progresivitas, sebuah proses terus menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah. Dalam dakwah terdapat suatu ide dinamis, sesuatu yang terus tumbuh dan
berkembang sesuai dengan
tuntutan ruang dan waktu. Sementara itu, dakwah dalam prakteknya merupakan kegiatan untuk mentransformasikan nilai-nilai agama yang mempunyai arti penting dan berperan langsung dalam pembentukan persepsi umat tentang berbagai nilai kehidupan (Syabibi, 2008: 17) Ada beberapa unsur dalam dakwah, satu diantaranya yaitu materi (maddah) dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Secara umum, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga masalah pokok, yaitu masalah aqidah, syariah, dan akhlak (Munir dan Ilaihi, 2006: 24). Materi dakwah ini dapat disampaikan melalui berbagai macam media. Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. Media dakwah yang masih dipandang efektif adalah televisi. Karena televisi merupakan media audio visual yang bisa didengar dan dilihat langsung oleh masyarakat pemirsanya.
58
Penyampaian materi dakwah harus menggunakan metode yang tepat. Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah (Illahi, 2010: 21). Metode sangat penting peranannya, karena sebaik apapun pesan, apabila disampaikan dengan metode yang tidak tepat, maka pesan itu bisa jadi tidak bisa diterima bahkan ditolak oleh mad’u. Metode inilah salah satu unsur dakwah yang berkaitan dengan kearifan lokal dalam pembahasan ini. Metode dakwah dalam Al Qur’an dijelaskan dalam surat an Nahl ayat 125. Dari ayat tersebut terlukiskan bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah, yaitu Hikmah, Mau’idho khasanah dan Mujadalah. Dari ketiga metode tersebut, metode pertamalah yang sesuai dengan konteks kali ini, yaitu bil hikmah. Dengan metode ini, seorang da’i dituntut untuk mengenali mad’u terlebih dahulu sebelum melaksanakan dakwahnya. Begitu juga dalam mengemas pesan dalam sebuah tayangan televisi, pesan harus disesuaikan dengan kondisi budaya pemirsanya. Karena dalam hal ini masyarakat pemirsanya adalah masyarkat Jawa Tengah, maka program tayangannya juga harus disesuaikan dengan kondisi kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah. Selain dapat lebih diterima masyarakat, hal itu juga dapat melestarikan kebudayaan Jawa Tengah, sehingga kearifan budaya lokal tidak luntur oleh budaya global. Tayangan yang mengandung kearifan lokal ini sesuai dengan metode bil hikmah dalam dakwah. Perbedaannya adalah, hanya dari sisi
59
pesannya saja. Kalau dalam dakwah, pesan yang disampaikan adalah ajaran Islam. Sedangkan tayangan yang mengandung kearifan lokal ini lebih luas karena tidak hanya tayangan yang mengandung ajaran Islam saja, akan tetapi juga pesan-pesan lain yang bersifat umum.
2.2. Hipotesis Hopotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006 : 71) Berdasarkan penjelasan dalam teori yang sudah dipaparkan di atas, hipotesisnya adalah tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional sesuai dengan peraturan Menkominfo dan peraturan KPI. Karena tiap harinya terdapat jadwal acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah yang diperkirakan lebih dari 10 % tiap harinya.
60
BAB III KONDISI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG DAN PROGRAM-PROGRAM ACARANYA 3.1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya Televisi Borobudur atau biasa disebut TVB, merupakan televisi lokal swasta pertama di Semarang. Stasiun TV yang berada di channel 47 UHF ini resmi mengudara sejak pertengahan tahun 2003, tepatnya pada 12 Mei 2003. Pada awal beroperasi, studio TVB terletak di Jl. Setiabudi 5A Semarang, terpisah dari kantor pemasarannya, yang berlokasi di Jl. Sultan Agung 115A. Sejalan dengan perkembangan televisi lokal di Semarang, TVB melakukan berbagai pembenahan. Salah satu perubahan penting yang terjadi adalah perpindahan lokasi studio dan kantor pemasaran ke Gedung SCJ Plaza lantai 5-6 Johar Semarang. Berpijak pada motivasi untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi masyarakat, dengan keyakinan bahwa media televisi merupakan salah satu media yang mampu menyajikan berbagai informasi, berita, hiburan dan edukasi secara audio visual, maka PT. Televisi Semarang Indonesia, yang lebih dikenal dengan TV Borobudur Semarang lahir ke tengah publik. TV Borobudur Semarang yang merasa lahir dari “rahim” sosio kultural masyarakat Jawa Tengah, kemudian menggeliat penuh semangat dengan mencoba mengekspresikan diri dalam kemasan berbagai program acara yang mengakar pada keberagaman nilai-nilai tradisi yang pluralistik, meski tanpa mengabaikan perkembangan “jiwa jaman”. Dengan demikian
61
TV Borobudur tetap menyajikan berbagai acara dengan spirit content local yang terkemas dalam kemasan aktual. Dengan cara di atas, TV Borobudur tetap diharapkan dapat melekat di hati masyarakat, karena kedekatan emosional dan sosio kulturalnya. Berdasarkan alasan tersebut, TV Borobudur Semarang tetap tumbuh berkembang
dengan
membuka
kemitraan
dengan
berbagai
pihak
(http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011). Salah satu mitra yang bekerjasama dengan TVB saat ini adalah Kompas. Kerja sama ini diantaranya adalah mengenai program acara. 70 % program acara disediakan oleh Kompas, dan 30 % nya diproduksi oleh TVB (wawancara dengan Pak Agung Yuwono selaku HRD TVB, 20 November 2011). Di tengah lahirnya berbagai stasiun televisi lokal yang semakin menjamur, TV Borobudur tetap menyikapinya tidak semata-mata sebagai kompetiter, tapi tetap sebagai partner yang saling membutuhkan. Untuk itulah, maka TV Borobudur akan tetap berupaya keras memberikan program acara yang terbaik bagi semua publik di wilayah jangkauan siarnya, yaitu wilayah Semarang, Ungaran, Salatiga, Ambarawa, Purwodadi, Grobogan, Demak, Kudus, Pati, Jepara, Weleri, Kendal, Batang, Pekalongan, dan Pemalang. Dan rencana kedepan, TV Borobudur akan memperluas
coverage
areanya
sampai
keseluruh
(http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011).
62
Jawa
Tengah
3.2. Visi dan Misi TVB a. VISI TV Borobudur Semarang hadir untuk menjadi TV ne Jawa Tengah. Yaitu sebuah stasiun televisi yang dapat menjadi representasi dari sosio kultural dan seluruh aspek kehidupan masyarakat Jawa Tengah. Dengan demikian, seluruh masyarakat Jawa Tengah diharapkan bisa merasa “handarbeni” keberadaan TV Borobudur Semarang. b. MISI TV
Borobudur
menumbuh
kembangkan
semangat
“Hamemangun Kuncaraning Projo”, yang artinya ikut membangun agar daerah/wilayahnya (Jawa Tengah) dapat dikenal luas oleh semua kalangan dari daerah lain. Untuk mewujudkan MISI tersebut, TV Borobudur selalu melakukan pembenahan dan realisasi di berbagai aspek secara menyeluruh, yaitu : 1. Mewujudkan MISI Program Yaitu dengan cara selalu memberikan program acara yang variatif, inovatif dan dinamis sesuai tuntutan “jiwa jaman”, dengan tetap menjaga “akar” sosio kultural sebagai tempat tumbuh kembangnya TV Borobudur Semarang. 2. Mewujudkan MISI Teknis TV Borobudur sebagai stasiun televisi lokal yang berbasis teknologi digital, dengan pemanfaatan sumber daya manusia berbasis lokal.
63
3. Mewujudkan MISI Managemen Mengembangkan prinsip-prinsip managemen modern dan professional yang sehat dan terbuka (http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011). 3.3. Kekuatan TVB Hal yang dapat dikatakan sebagai kekuatan dari TV Borobudur tentunya
adalah
hal
yang
terkait
dengan
“service”
terhadap
publik/pemirsanya. Hal itu diciptakan dengan melihat kondisi real sosio kultural masyarakat Jawa Tengah yang pluralistik. Berpijak pada kondisi tersebut, maka TV Borobudur tidak menyajikan program acara yang terlalu segmented, baik kelas sosial, umur, ekonomi, pendidikan dll. Strategi itu diformulasikan dalam langkah mencari ide, menyusun konsep dan merealisasikannya dalam content local yang variatif dan inovatif untuk semua latar belakang masyarakat yang beragam. Strategi itulah yang diharapkan dapat memikat pemirsa semua kalangan di Jawa Tengah, tanpa harus membuat “penegasan” adanya perbedaan latar belakang (tidak membedakan “perbedaan”), dengan tetap menjaga nilai-nilai orisinalitas dan identitas Jawa Tengah (http://www.tvborobudur.com. 15 September 2011). 3.4. Struktur Organisasi TVB Struktur organisasi yang penulis sertakan ini adalah setruktur organisasi ketika penelitian dilakukan, yaitu bulan Oktober 2011.
64
STRUKTUR ORGANISASI TVB Station Manager Juang Simbolon
Finance Manager Arnoldus Mau
HRGA & Legal Manager Agung Yuwono
Marketing & Sales Manager Juang Simbolon
Executive Produser News Agus Sutiyono
Operation Manager Juang Simbolon
Executive Produser Productsy Fredy Priyanto
Technical Support Hantoro
Koordinator Lapangan
Produser
MCR Operator
Produser
PA
Tx Operation
VJ
Camera Person Audio Person IT Enginering Grafis & VE SCR Operator Gambar 1. Struktur Organisasi TVB (Sumber: Dokumentasi TVB)
65
3.5. Program-program Acara TVB 1.
Embun Pagi Merupakan acara Monolog. Tausiyah keagamaan oleh Ustadz ternama di Jawa Tengah Drs. H. Ahmad Anas M.Ag. Uraian yang disampaikan berhubungan dengan problematika kehidupan yang didasarkan pada ayat suci Al Quran dan Hadits. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: batik, koko (kemeja muslim)
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi: Islam Karena mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam, maka acara ini dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: problematika kehidupan yang didasarkan pada ayat suci Al Quran dan Hadits.
2. Metode
: ceramah
Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits.
66
2.
Musafir Program keagamaan dengan tokoh seorang Musafir (Joko Sulak).
Sosok
musafir
ini
adalah
seorang
individu
muda
berpengetahuan keagamaan yang luas, cerdas, mengerti dan memahami kandungan Al Qur’an. Musafir melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam perjalanannya Musafir menemukan beragam problematika/ permasalahan, untuk kemudian Musafir mencoba memberikan solusi berdasarkan Al Quran dan Hadits. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: jaket, peci
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Islam Berdasarkan data tersebut, acara ini merupakan acara keagamaan, yaitu agama Islam. karena mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam, maka acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: solusi masalah berdasarkan al Qur’an dan Hadits
2. Metode
: ceramah
Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah karena materi yang disampaikan berdasarkan pada Al Qur’an dan Al Hadits.
67
3.
Kompas Pagi Berita Kompas di layar kaca hadir setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pemirsa akan informasi, berita yang hangat di sajikan secara tegas dan inspiratif, serta melihat lebih dekat berbagai peristiwa yang terjadi, dalam Kompas Pagi. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, batik
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berita yang dimuat dalam kompas pagi adalah informasi yang bersifat umum, akan tetapi, terdapat berita yang disuguhkan untuk berita lokal Jawa Tengah selama 15 menit. Dari sini, dapat dilihat kekhasan suatu daerah, terutama daerah Jawa Tengah. oleh sebab itu, acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, dengan durasi waktu 15 menit. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: berita tentang peristiwa-peristiwa di sekitar masyarakat Indonesia dan Jawa Tengah
2. Metode
: talk show
68
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 4.
Bonita Show Variety Show Wanita, dipandu seorang public figure lokal Bonita D. Sampurna. Program ini mengangkat tema-tema kewanitaan, dengan bintang tamu tokoh-tokoh atau orang-orang yang berkompeten pada bidangnya masing-masing. Proses produksi dilakukan di studio dan dihadiri pula oleh penonton di studio. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Dalam acara ini tidak ada yang menunjukkan kekhasan budaya lokal Jawa Tengah, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: tema kewanitaan
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
69
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 5.
Kulik Kuliner Variety Show Kuliner, dipandu oleh seorang ahli masak (Owner tempat makan Mbah Jingkrak dan Bentuman Steak) yang selalu mengenakan kemben dalam memandu acara ini. Dalam program ini akan diketengahkan tips pemilihan bahan masakan yang tepat, cara memasak dan mengolah, sampai dengan penyajian, dan uji coba rasa dan kelezatan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: kemben, nasioanal
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Kemben adalah salah satu pakaian khas Jawa Tengah. Dalam unsur budaya, pakaian masuk dalam unsur peralatan dan perlengkapan sehari hari. Berdasarkan hal tersebut, acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: masakan/makanan
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
70
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 6.
Oprek (Obrolan Pengetahuan, Perkembangan Teknologi dan Komputer) Variety Show Teknologi dan Komputer bersama seorang praktisi IT dan komputer (Hardware-Software), yang disebut sebagai Toekang Oprek. Oprek berarti juga bongkar-pasang beragam peralatan khususnya yang berbau teknologi, elektronik, dan komputer. Pada program ini dibahas beragam tema berkaitan dengan teknologi dan komputer, informasi teknologi terbaru dan unik, serta pembahasan masalah yang diajukan melalui email, facebook, dan twitter. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Tidak ada yang menunjukkan kekhasan Jawa Tengah dalam acara ini, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: teknologi dan komputer
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
71
7.
Rumah Inspirasi “Warna-Warni Budaya” (Prof. Eko Budihardjo) Program Rumah Inspirasi “Warna-Warni Budaya” merupakan program edukasi dan inspirasi yang disampaikan oleh seorang budayawan ternama di Jawa Tengah yakni Prof. Eko Budihardjo. Dengan puisi-puisi satire-nya Prof. Eko Budihardjo selama kurang lebih 1 jam bersama tamu atau narasumber berkompeten melakukan perbincangan yang berisi hal-hal positif berlandaskan budaya. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: batik, nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: puisi satire
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, karena batik menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: hal-hal positif berlandaskan budaya
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
72
8.
Rumah Inspirasi “Canda-Candu Pikiran” (Bayu Krisna) Program Rumah Inspirasi “Canda-Candu Pikiran” merupakan program motivasi dan inspirasi yang disampaikan oleh seorang tokoh motivator ternama di Jawa Tengah yakni Bayu Krisna. Dengan tag linenya “Ubah Pikiran Anda Maka Dunia Akan Berubah” akan pula hadir tokoh-tokoh hebat yang telah berani mengubah pola pemikiran mereka sehingga apa yang dicapai sekarang ini adalah hal terbaik dalam hidupnya. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah a. Materi
: motifasi
b. Metode
: diskusi/talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
73
9.
Rumah Inspirasi “Serba-Serbi Karir (Kristian Hardianto) Program Rumah Inspirasi “Serba-Serbi Karir” merupakan program motivasi dan inspirasi seputar dunia karir yang disampaikan oleh seorang enterpreneur ternama di Jawa Tengah yakni Kristian Hardianto. Dengan tag line-nya “Pasti Sukses” Kristian mengajak masyarakat terutama karyawan atau pekerja dengan uraian motivasinya untuk melangkah meraih puncak karir. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: motifasi seputar dunia karir
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
74
10. SLC Angkringan Kang Tris Variety Show problematika yang terjadi di masyarakat, disorot dari sisi hukum. Program ini dipandu dan dimainkan oleh anggota Semarang Lawyers Club, serta dihadiri oleh tokoh-tokoh penting berkaitan dengan tema-tema hukum yang diangkat. Program ini tidak mengarahkan pemirsa untuk setuju/tidak setuju pada gagasan yang disampaikan, namun cenderung membiarkan mereka berpikir dan menentukan pemikirannya sendiri. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Dalam acara ini tidak ada simbol yang menunjukkan kearifan lokal Jawa Tengah. Sehingga, acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah b. Variabel Dakwah 1. Materi
: problematika masyarakat disorot dari sisi hukum
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
75
11. Jamahan-Nya Talk Show keagamaan (Nasrani) bersama seorang Pendeta, live. Pada program ini diuraikan beragam tema yang didasarkan pada kitab Injil. Tersedia pula line interaktif untuk pemirsa untuk bertanya langsung. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: musik/nyanyian Nasrani
4. Sistem religi : Nasrani Berdasarkan data tersebut, acara ini merupakan acara keagamaan, yaitu agama Nasrani. mengingat adanya masyarakat Jawa Tengah yang beragama Nasrani. Maka, acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: tema berdasarkan kitab Injil
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
76
12. Bintang Kecil Variety Show anak-anak, mengetengahkan bakat menyanyi dan bermain musik dari anak-anak. Lagu-lagu pilihan dalam program ini adalah lagu-lagu yang memang diperuntukkan bagi anak-anak. Acara ini tampil live dari studio. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: seni musik pop
4. Sistem religi : Tidak ada yang menunjukkan simbol budaya lokal Jawa Tengah dalam acara ini, baik dari lagu yang dinyanyikan maupun pakaian
yang
dikenakan.
sehingga
acara
ini
tidak
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: nyanyian, musik pop
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
77
13. Kini Kutahu Feature anak yang mengupas ilmu pengetahuan ringan dan unik, dibahas santai, dipandu oleh seorang tokoh karakter lucu Profesor Ijo dan seorang anak cerdas Christy. Untuk lebih memperjelas pengertianpengertian ilmu pengetahuan yang ingin disampaikan, maka pada program ini dilengkapi pula dengan grafis penjelasan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Tidak ada yang menunjukkan kekhasan budaya Jawa Tengah dalam acara ini, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: ilmu pengetahuan umum
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 14. Pantang Menyerah Feature anak inspiratif yang mengulas tentang anak-anak yang berkekurangan/berkebutuhan khusus namun punya semangat juang
78
yang tinggi dalam menapaki kehidupan, sehingga mereka pun bisa meraih beragam prestasi. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: anak berkekurangan yang berprestasi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 15. Jadul (Jaman Dulu) Feature yang membahas bangunan-bangunan tua yang ada di Semarang dan sekitarnya. Informasi dan ulasan pada program ini diulas dengan detail, mulai dari arsitektur, seni bangunan, sampai sejarah bangunan. Jadul dipandu oleh seorang host yang berpengetahuan luas berkenaan dengan bangunan-bangunan tua.
79
a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: seni rupa dalam bentuk bangunan di Jawa Tengah
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah karena terdapat kesenian Jawa Tengah dalam bentuk seni rupa bangunan. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: bangunan-bangunan di Jawa Tengah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 16. Campursarinan Variety Show, penampilan lagu-lagu campursari (lagu khas kegemaran masyarakat Jawa Tengah) oleh artis-artis lokal. Acara ini diproduksi secara live di studio TV Borobudur. Tersedia pula line telepon interaktif yang bisa digunakan pemirsa berkirim salam dan memilih lagu yang disediakan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: kebaya, blangkon, jarek
80
2. Bahasa
: Jawa
3. Kesenian
: seni musik campursari
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah karena unsur-unsur budaya yang ada dalam acara ini adalah budaya Jawa Tengah, yaitu musik campursari, bahasa Jawa, dan pakain khas Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: musik campursari
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 17. Advontur Program ini berbentuk feature 30 menit, bersifat santai tapi berisi dengan dukungan narasi berdasarkan data yang akurat. Dipandu oleh seorang host maka pemirsa akan diantarkan pada lokasi-lokasi wisata dan daerah-daerah menarik seputar Semarang dan Jawa Tengah. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, batik
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: seni rupa dalam bentuk bangunan khas Jawa
81
Tengah dll 4. Sistem religi : Dalam tayangan ini tidak terlepas dari budaya Jawa Tengah, karena tempat wisata yang diangkat adalah tempat wisata di daerah Semarang dan Jawa Tengah, sehingga acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: tempat wisata
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 18. Khasanah Feature-dokumenter yang mengangkat kearifan-kearifan lokal yang ada di Jawa Tengah. Program ini akan memiliki tema yang berbeda-beda setiap minggunya, mulai tradisi-tradisi daerah, kesenian, bentuk kebudayaan, kebiasaan, adat-istiadat dsb. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, kebaya, jarek
2. Bahasa
: Indonesia, Jawa.
3. Kesenian
: smua kesenian yang ada di Jawa Tengah
4. Sistem religi : -
82
Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena terdapat beberapa simbol Jawa Tengah di dalamnya, yaitu kebaya, jarek, dan kesenian Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kearifan-kearifan lokal Jawa Tengah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 19. Mujizat Blocking Time monolog uraian keagamaan (Nasrani) yang didasarka pada kitab suci dan disampaikan oleh Pendeta Yesaya Pariaji. Program ini akan berjalan tanpa jeda iklan selama 30 menit. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Nasrani Acara ini adalah acara keagamaan Nasrani. Karena sebagian masyarakat Jawa Tengah beragama Nasrani, maka acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah.
83
b. Variabel Dakwah 1. Materi
: materi keagamaan Nasrani
2. Metode
: ceramah
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 20. Wagu (Waton Guyon) “Wagu” merupakan kumpulan sketsa-sketsa komedi daerah. Tema yang diambil pada masing-masing sketsa berbeda, namun secara garis besar merupakan hal-hal umum yang kental terjadi di lingkungan masyarakat Jawa Tengah. Acara ini akan diperankan oleh artis-artis daerah. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia, Jawa
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Dilihat dari nama acaranya, ini sudah menunjukkan bahwa acara ini termasuk acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah karana bahasa yang digunakan dalam judulnya adalah bahasa Jawa yaitu Wagu (Waton Guyon) yang dalam bahasa indonesia bisa diartikan asal gurau. Di samping isinya yang juga didasarkan pada peristiwa yang kental terjadi dilingkungan Jawa
84
Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: komedi daerah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 21. Zona Info-Akses “Zona Info Akses” merupakan program Variety Show berisikan info-info ringan seputar hobby, lifestyle, kesehatan dll. Program ini dilengkapi pula dengan liputan seputar tema yang yang dibawakan secara santai, serta dibuka dan ditutup dengan tayangan video klip. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah.
85
b. Variabel Dakwah 1. Materi
: info-info ringan seputar hobby, lifestyle, kesehatan
dll 2. Metode
: tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 22. Berita Kampus “Berita Kampus” merupakan program khusus yang berisi liputan-liputan kegiatan dan aktifitas kampus yang ada di Jawa Tengah. Program ini berdurasi kurang lebih setengah jam, dipandu oleh seorang host yang berasal dari kalangan mahasiswa. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: informasi seputar kampus di Jawa Tengah
86
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 23. Pujian “Pujian” merupakan kumpulan lagu-lagu rohani (Nasrani) yang dinyanyikan oleh aktivis-aktivis gereja baik daerah maupun nasional. Produksi acara tidak selalu di studio namun juga mengambil lokasilokasi di luar. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: seni musik
4. Sistem religi : Nasrani Acara ini adalah acara keagamaan Nasrani. Karena sebagian masyarakat Jawa Tengah beragama Nasrani, maka acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: keagamaan Nasrani
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
87
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 24. Percikan Kasih “Percikan kasih” merupakan program monolog dari seorang pendeta yang menguraikan khotbah dengan dasar-dasar diambil dari Al Kitab. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Kristen Acara ini adalah acara keagamaan Kristen. Karena sebagian masyarakat Jawa Tengah beragama Kristen, maka acara ini dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: tema-tema berdasarkan Al Kitab
2. Metode
: monolog/ceramah
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 25. Arena Olahraga “Arena Olahraga” merupakan program news dengan konten berkaitan dengan dunia olahraga. Dalam Arena olahraga, selain liputan-
88
liputan berita olahraga, terdapat pula segmen yang mengulas sosok atlet. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: sport
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: olahraga
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 26. Jendela Jateng Pagi “Jendela Jateng Pagi” adalah program news yang menyajikan liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah-daerah di Jawa Tengah. Berita yang tersaji diulas berdasarkan kecepatan, ketepatan, dan keakuratan. Program ini hadir pagi hari menjelang masyarakat Jawa Tengah beraktifitas.
89
a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, batik
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena terdapat salah satu simbol Jawa Tengah yaitu batik. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
daerah-daerah di Jawa Tengah. 2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 27. Jendela Jateng Sore “Jendela Jateng Sore” adalah program news yang menyajikan liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah-daerah di Jawa Tengah. Berita yang tersaji diulas berdasarkan kecepatan, ketepatan, dan keakuratan. Program ini hadir pagi sore hari. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, batik
2. Bahasa
: Indonesia
90
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena terdapat salah satu simbol Jawa Tengah yaitu Batik. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
daerah2. Metode
daerah di Jawa Tengah. :-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 28. Kuthane Dhewe “Kuthane Dhewe” adalah program news yang menyajikan liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah-daerah di Jawa Tengah dengan menggunakan Bahasa Jawa Populer yang secara umum dikenal oleh masyarakat luas. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Jawa
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
91
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa.. b. Variabel Dakwah 1. Materi di
: liputan berita dari peristiwa-peristiwa yang terjadi daerah-daerah di Jawa Tengah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 29. Harpindo Jaya In Action Program promo pihak Harpindo Jaya yang berisi kegiatankegiatan off air Harpindo Jaya serta liputan khusus yang berkaitan dengan Harpindo Jaya. Acara ini diperuntukkan untuk semua kalangan. Dalam acara ini terdapat promo Harpindo Jaya, baik promo di dalam diler motor maupun promo yang diadakan di pasar yang biasanya diiringi dengan organ tunggal. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, kebaya, batik
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: musik dangdut, campursari
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
92
Tengah, karena terdapat simbol Jawa Tengah di dalamnya, yaitu batik, kebaya dan musik campursari. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: tema tentang motor
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 30. Makelaran Jual beli interaktif lewat telephone dipandu dua host, Ita Tronton dan Kriwil yang selalu mengenakan blangkon dikepalanya. Mereka menggiring pemirsa untuk promosi penjualan maupun mancari barang yang hendak dibeli melalui telpon interaktif (live). a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, blangkon
2. Bahasa
: Indonesia, Jawa
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena terdapat simbol Jawa Tengah di dalammya, yaitu bahasa Jawa dan Blangkon.
93
b. Variabel Dakwah 1. Materi
: jual beli barang
2. Metode
: tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 31. Teroka – Host: Cahyo Alkantana “Teroka”, sebuah ekspedisi menjelajah daratan, lautan, hingga perut bumi Indonesia yang dipandu oleh Cahyo Alkantana. Petualang ini adalah seorang fotografer dan videografer dengan kiprah internasional, bahkan menjadi orang Indonesia pertama dalam sebuah produksi film mengenai bumi dan antartika. Cahyo Alkantana dan tim “Teroka” akan berkeliling Indonesia menggunakan mobil lowo discovery dan lowo defender, dua mobil awak yang digunakan untuk melakukan ekspedisi ke seluruh nusantara, mengeksplorasi alam Indonesia. Daratan Indonesia menawarkan permukaan yang sangat menantang untuk dijelajahi. Indonesia merupakan negara yang memiliki ratusan gunung berapi karena dilewati oleh jalur pegunungan api. Ribuan pulau-pulau di Indonesia juga menyimpan kekayaan alam yang beragam. Gua dan liang kapur menyimpan
aneka
hayati
yang
belum
pernah
teridentifikasi
sebelumnya. Indonesia merupakan tempat pertemuan lempeng tektonik
94
sehingga kekayaan dasar lautnya besar. Selain itu, Indonesia juga merupakan wilayah segitiga terumbu karang yang memiliki spesies terumbu karangnya yang beragam. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: alam Indonesia
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 32. Explore Indonesia – Host: Mohammed Kamga Indonesia, sebuah negara kesatuan yang memiliki keindahan alam dan budaya mempesona. Di balik pesona Indonesia yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri ini terdapat banyak hal menarik yang belum banyak diketahui. Dipandu oleh Kamga yang akan mengajak
95
pemirsa mengeksplorasi alam, keindahan budaya, dan sejarah Indonesia.
Menemukan
sesuatu
yang
baru
di
tempat
lama,
membangkitkan hal lama yang hampir punah serta menemukan tempattempat baru. Sebuah program dokumenter wisata yang mengekplorasi Indonesia dan menyajikannya dengan sisi-sisi berbeda. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: wisata alam Indonesia
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 33. Fanatik Live music performance persembahan Kompas TV yang mengajak musisi lebih dekat dengan fans fanatiknya. “Fanatik”, salah
96
satu program musik di TVB yang memberikan kesempatan sang musisi untuk membawakan lagu-lagu hits dengan aransemen berbeda dan menceritakan kisah unik dibalik lagu miliknya. Menghadirkan satu musisi (band/solo) dalam setiap episode sekaligus sebagai pembawa acara. “Fanatik” mengajak pemirsa melihat hubungan dekat antara musisi dengan penggemar setianya. Kejutan dihadirkan oleh bintang tamu dan musisi lain yang turut berkolaborasi. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: musik pop, rock
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kisah unik di balik lagu sang musisi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
97
34. Kampung Main – Host: Ramon Y. Tungka Mainan tidak hanya sekedar milik bocah-bocah kecil tetapi juga orang dewasa. Ramon Y. Tungka akan mengajak pemirsa berkeliling Indonesia,
mengeksplorasi
permainan
dan
olahraga
tradisional
Indonesia dalam “Kampung Main”. Menceritakan mengenai permainan dan olahraga tradisional daerah tertentu berkaitan erat dengan adat budaya yang ada. Bukan hanya itu, Ramon juga akan mencoba berbagai permainan yang ada. Ia juga akan bertanding melawan penduduk setempat. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, menyesuaikan budaya setempat yang
sedang
dikunjungi.
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: mainan khas suatu daerah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
98
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 35. Jalan Sesama Jalan sesama hadir untuk anak-anak Indonesia. Bermain-main seru dan menyenangkan di Jalan Sesama. Tantan, Putri, Momon, dan Jabrik, akan menemani pemirsanya. Putri si gadis cilik yang penuh semangat dan lincah ini sangat senang menyanyi dan menari. Adik-adik pemirsa juga bisa bermain dengan Momon, si bocah laki-laki yang suka menggambar. Momon juga seorang penamu yang hebat. Masih ada Tantan dan Jabrik yang akan meramaikan waktu seru adik-adik semua. Tantan, orang utan betina yang gemar membaca buku ini, ternyata senang berjoget dangdut. Ketika Tantan berayun, suara “AIEOU...” khasnya akan selalu terdengar. Masih ada Jabrik si badak bercula satu dengan jambul ungunya yang lucu. Jabrik yang memiliki daya penciuman tajam dan badan yang kuat akan selalu menimbulkan keramaian di Jalan Sesama dengan tingkah lucunya. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
99
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: permainan anak-anak
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 36. Mitos – Host: Shafira dan Chevrina Anayang “Mitos”, merupakan sebuah program tayangan yang dipandu oleh Shafira dan Chevrina Anayang, menjelajahi pelosok Indonesia, mengunjungi tempat-tempat yang penuh cerita dan kepercayaan turun temurun. Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya memiliki beragam kepercayaan adat yang masih dipegang teguh oleh penduduk sekitar. Penasaran dengan kepercayaan masyarakat yang berlaku di suatu daerah, Shafira dan Chevrina berkeliling daerah yang penduduknya masih sangat percaya pada mitos. Mengejutkan! Ternyata mitos-mitos tersebut dapat dijelaskan secara logis dan bukan sekedar kepercayaan tanpa dasar. Melibatkan para ahli sesuai bidangnya, “Mitos” akan mengajak pemirsa memahami secara ilmiah mengenai mitos yang diangkat dari daerah tertentu. a. Variabel Kearifan Lokal
100
1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: memahami mitos suatu daerah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
37. H-1 Setiap kejadian pasti memiliki latar belakang, setiap pergelaran pasti membutuhkan persiapan. “H-1” adalah sebuah program tayangan yang mendokumentasikan riuhnya persiapan menjelang sebuah pergelaran berskala besar. Mengabadikan momen penting, merekam jejak figur-figur dibalik terselenggaranya sebuah acara, “H-1” akan mengungkap cerita narasumber dan menelusuri fakta-fakta dibalik prosesi yang terjadi. Sebuah pergelaran pasti
101
menyimpan kisah, ketegangan, dan konflik dibalik persiapannya. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: fakta-fakta di balik prosesi suatu pergelaran
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 38. Belantara “Belantara”, sebuah tayangan dokumenter kehidupan alam liar yang mengeksplorasi hutan Indonesia akan merekam jejak flora dan fauna di habitat asalnya. Indonesia sebagai wilayah yang ditutupi hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia merupakan tempat berbagai macam flora fauna untuk hidup, bahkan banyak diantaranya merupakan mahluk
102
hidup endemik yang menarik untuk diteliti. Penambangan
ilegal,
pembalakan,
dan
kebakaran
hutan
menyebabkan flora dan fauna kehilangan habitat aslinya. “Belantara” juga akan bercerita mengenai pusat-pusat konservasi alam tempat keragaman hayati Indonesia diselamatkan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: flora dan fauna hutan Indonesia
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 39. Science Is Fun – Joe Shandy dan Abu Marlo Dalam “Science Is Fun”, eksperimen ilmiah dikemas semenarik mungkin karena sains bukanlah hal yang membosankan. Bahan-
103
bahannya juga mudah didapatkan di lingkungan, sehingga adik-adik di rumah bisa ikut mencoba bereksperimen. Abu Marlo juga akan memberikan bonus pertunjukkan sulap yang menambah serunya acara ini. Bukan hanya itu, ternyata banyak trik-trik sulap yang juga dapat dijelaskan dengan sains. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: sains
2. Metode
: keteladanan
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 40. Weekend Yuk! – Host: Yoane Balvaz Berjalan-jalan santai menikmati relaksasi di akhir pekan. “Weekend yuk!” Akan mengajak pemirsa menghabiskan akhir pekan di
104
tempat-tempat yang menyenangkan. Penat dan bosan yang dirasakan pada hari aktif harus dilepaskan pada saat akhir pekan. Relaksasi, rekreasi keluarga, tantangan adrenalin, hingga wisata kuliner dapat menjadi pilihan. Mengeksplorasi tempat-tempat baru yang ternyata menyimpan keasyikan tersendiri untuk berlibur. “Weekend yuk!” Sebuah program informatif mengenai panduan bagi masyarakat Jabodetabek untuk menikmati pilihan liburan yang beragam, lengkap dengan informasi biaya. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: tempat wisata di Jabodetabek
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
105
41. Tarung - Host: Raditya Dika Raditya Dika hadir di TVB bersama program “Tarung” berkeliling ke pelosok Indonesia mengupas seni bela diri yang jarang diketahui banyak orang. Dalam “Tarung”, Radit tidak hanya sekedar menerangkan seni bela diri daerah tapi juga ikut berlatih hingga piawai. Seni bela diri Indonesia yang beragam tidak hanya sekedar kalah menang, tetapi menyimpan filosofi dan melekat aspek sejarah serta budaya di dalamnya yang akan diungkap oleh Raditya Dika untuk pemirsa. Pada akhir acara, Radit juga akan bertarung dengan jagoan bela diri daerah yang dikunjungi. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional, pakaian bela diri
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: seni bela diri daerah
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
106
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 42. Tanya Dokter – Host: Dokter Ferdiriva Hamzah Ferdiriva, seorang dokter, penulis novel komedi, santai, penuh cerita, dan komunikatif. Dokter Ferdiriva akan memandu pemirsa dalam sebuah talk show kesehatan “Tanya Dokter”. Tayangan ini akan menghadirkan
informasi
seputar
penyakit
serta
bagaimana
penanganannya. Bagi masyarakat awam, banyak masalah kesehatan yang terlewatkan karena pengetahuan yang kurang. Padahal nyatanya, ketika terabaikan masalah tersebut bisa menjadi problem yang besar. “Tanya Dokter” akan menyajikan informasi mengenai penyakit-penyakit yang akrab di telinga, namun tidak banyak diketahui detail faktanya. Dikemas secara menarik dan santai, bahkan dibumbui oleh stand up comedy ala dokter Ferdiriva, jadi tidak perlu khawatir ini akan menjadi program tayangan monoton dan membosankan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
107
Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kesehatan
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 43. Hidden Paradise – Host: Nadine Chandrawinata Nadine Chandrawinata akan melakukan perjalanan menyusuri tempat-tempat terpencil di Indonesia yang ternyata menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Menyapa cantiknya alam nusantara, menemukan surga di alam Indonesia. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah
108
1. Materi
: tempat wisata Indonesia
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 44. Mata Hati – Host: Maman Suherman Kehidupan selebritis di Indonesia seringkali mengundang rasa ingin tahu masyarakat. Namun terkadang cerita-cerita yang beredar sarat dengan informasi-informasi yang tidak sesuai dengan fakta dan akhirnya menimbulkan gosip. Kita sering lupa bahwa di balik kehidupan para selebritis terdapat fakta-fakta bermakna dalam kehidupan mereka.
“Mata Hati”, program talk show yang akan menghadirkan selebritis, mengungkap sisi lain diri mereka, dan menghadirkan kisah inspiratif. Lengkap dengan kejutan-kejutan bagi sang artis, misterious guest, hingga fakta-fakta tersembunyi. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
109
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kisah selebritis
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 45. Sosok Seseorang yang menjadi inspirasi, yang kerja kerasnya berbuah manis bagi dirinya dan orang lain. Seseorang yang melakukan kegemarannya dengan tulus dan akhirnya berdampak positif bagi lingkungannya.
“Sosok”,
sebuah
tayangan
mingguan
yang
menampilkan figur-figur from zero to hero yang menjadi inspirasi bagi sekitarnya. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
110
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: figur seseorang yang menjadi inspirasi bagi orang
di
sekitarnya.
2. Metode
:-
Berdasarkan
data
tersebut,
maka
acara
ini
dapat
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 46. Showcase – Host: Andezzz Aksi panggung atraktif, menghadirkan musikalitas berbeda dan lebih berwarna. Menyuguhkan
karya yang dibuat dengan totalitas.
Penampilan musisi-musisi tanah air yang memiliki karya apik dan digemari. Segala tentang musik mereka siap berbagi. Musisi-musisi Indonesia
ini
akan
bercerita
pengalaman
bermusik
dan
mempertunjukkan kepiawaiannya di atas panggung untuk menghibur pemirsa. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
: musik pop rock
4. Sistem religi : -
111
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: musik dan musisi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 47. 180⁰ - Host: Pandji Pragiwaksono “180⁰” Pragiwaksono,
sebuah talk show yang dipandu oleh Pandji Menghadirkan
bintang
tamu
selebritis,
tokoh
masyarakat, hingga tokoh dunia maya. Dikemas ringan, menarik, dan penuh humor khas ala Pandji, “180⁰” akan membahas fenomenafenomena dengan cara yang unik. Tidak sekedar berbincang dan menggali pendapat dari bintang tamu, “180⁰” juga akan menghadirkan segmen-segmen menarik dan menghibur, games, sketsa komedi, dan liputan-liputan yang unik. Tidak ketinggalan juga stand up comedy khas yang akan dibawakan oleh Pandji. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
112
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: fenomena-fenomena dalam kehidupan masyarakat
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 48. Jejak Nusantara “Jejak Nusantara”, program yang menyuguhkan koleksi situssitus sejarah di Indonesia. Situs-situs tersebut akan dibahas oleh pakarpakar terkait memaparkan asal usul mengenai sejarah perjalanan sejarah bangsa Indonesia tersebut. Tayangan dokumenter ini akan menggali makna dari keberadaan situs-situs tersebut kini, terutama di mata generasi muda. Program yang sarat akan pengetahuan dan informasi ini akan menampilkan hasil penelitian yang akurat, menelusuri jejak-jejak masa
113
lampau Indonesia yang tertutupi arus budaya masa kini. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indoonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: situs-situs sejarah di Indonesia
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 49. Tanah Air Indonesia negeri yang penuh ritual dan kental upacara-upacara adat beragam. Upacara adat yang hingga pada masa modern ini masih dilaksanakan dan diyakini. “Tanah Air”, program semi dokumenter yang mengangkat sebuah perayaan khas dari suatu daerah tertentu, melibatkan khalayak masyarakat dan kultur mereka yang unik. Merangkum rangkaian upacara adat, mulai dari persiapan,
114
proses pengemasan, termasuk konflik yang dihadapi baik oleh peserta maupun penyelenggara. Mengeksplorasi antusiasme dan ritual–ritual yang dilakukan oleh masyarakat dari sebelum dimulai hingga saat berakhirnya perayaan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: upacara adat
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 50. Coffee Story - Host: Adi Taroepratjeka Indonesia dan kopi adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia ini memiliki jenis kopi yang unik dan beragam. Disetiap cerita tentang kopi terdapat pula cerita
115
keakraban khas masyarakat Indonesia yang menyesap aromanya. Menelusuri kopi-kopi terbaik, menjelajahi perkebunan kopi di penjuru Indonesia. Mengenal lebih dalam industri kopi dengan kearifan lokal dan yang masih terjaga. Dipandu oleh Adi Taroepratjeka, seorang barista dengan lisensi coffee tester internasional, yang pada akhir perjalanan akan memberikan tips-tips seputar kopi, dan tidak ketinggalan sajian kreasi kopi yang menggiurkan. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kopi Indonesia
2. Metode
: tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
116
51. Arisan Plus – Host: Darius Sinatrhya, Donna Agnesia, Aditya Herpavi Variety show yang dipandu oleh Darius Sinarthrya, Donna Agnesia, dan juga Aditya Herpavi ini akan menghadirkan tiga kelompok ibu-ibu arisan yang akan menjadi peserta. Juga akan ada segmen saat para host akan berbincang-bincang dengan bintang tamu mengenai isu-isu aktual yang dekat dengan dunia wanita. “Arisan Plus” juga akan menghadirkan games, doorprize bagi peserta, dan juga ulasan tentang buku, film, dan CD musik terbaru. Akan ada juga segmen tambahan yang membahas berbagai hal variatif, mulai dari fashion, interior rumah, wedding and marriage, bunda dan anak, hingga peluang bisnis keluarga. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: isu-isu tentang dunia wanita
2. Metode
: talk show
117
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 52. Exotic Living – Host Wimmy “Exotic Living” Merupakan program feature documenter yang membahas arsitektur bangunan-bangunan eksotik di berbagai daerah. Bangunan yang berciri khas dan mengandung makna filosofis yang kental. Berani tampil sebagai bangunan yang unik diantara bangunan lain yang monoton. Program ini berangkat dari pandangan bahwa suatu bangunan merupakan presentasi dari misi arsitek dan pemiliknya dalam kehidupan. Bukan hanya memberikan info tentang rumah-rumah perkotaan dengan konsep modern yang sering kita lihat dalam kehidupan seharihari, “Exotic Living” juga mengangkat arsitektur nusantara yang nyaris terlupakan oleh masyarakat. Serta pengaruh bangunan-bangunan adat pada arsitektur masa kini. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah, maka acara ini tidak
118
dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: bangunan rumah unik
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 53. Versus – Host: Helmy Yahya Dua orang yang mempunyai keahlian dan latar belakang yang sama, bergelut dengan keseharian profesi yang seragam. Mereka kini harus bersaing dalam sebuah kuis. “Versus”, sebuah kuis yang dipandu oleh Helmy Yahya. Peserta diberi pertanyaan-pertanyaan yang di luar keahlian mereka yang seragam sehingga pemenang dari kuis ini tidak dapat ditebak. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga dan atmosfer persaingan yang ketat akan membuat kuis semakin seru. Ditambah lagi, masing-masing peserta membawa pendukung fanatik, sehingga terasa atmosfer persaingannya. Mempertemukan dua orang yang mempunyai keahlian dan bergelut dengan profesi yang seragam bersaing dalam “Versus”. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
119
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: pengetahuan umum
2. Metode
: tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 54. Big Baz Bicara isu-isu aktual dengan gaya berbeda. Mendalam, kritis, namun menggelitik. “Big Baz”, sebuah talk show political correct dipandu oleh Budiarto Shambazy yang merupakan seorang wartawan senior di bidang politik. Talk show ini akan menghadirkan tokoh-tokoh kompeten untuk membahas Indonesia dengan gaya khas Budiarto Shambazy, santai, mengalir, namun tetap lugas. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
120
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: ke-Indonesia-an
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 55. Sebuah Nama Sebuah Cerita Program yang mengangkat kisah selebritis terkenal ataupun public figure Indonesia, menceritakan kembali perjalanan hidup dan karir mereka, termasuk skandal ataupun hal-hal yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya, dan bagaimana kehidupan mereka saat ini. Dilengkapi dengan interview mendalam dengan sosok yang diangkat kisahnya, ataupun nara sumber yang mengetahui dengan jelas fakta di balik sosok tersebut. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
121
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kisah selebritis
2. Metode
: tanya jawab
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 56. Ensiklopedi Anak Nusantara Mengangkat kisah anak-anak di seluruh nusantara. Berkisar pada petualangan, pengetahuan, keindahan alam, budi pekerti dan etos kerja sesuai keunikan daerah masing-masing, untuk memahami perbedaan sekaligus menimbulkan kebanggaan, karena menjadi anak Indonesia adalah mengalami keragaman budaya sejak dini. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
122
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kisah anak-anak suatu daerah di seluruh nusantara
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 57. Newstar Program yang membahas dunia musik, film, dan buku yang sedang trend, menjadi perhatian, dan buruan masyarakat. Program ini juga menjadi referensi acara musik, seni teater, dan film yang sedang diputar atau digelar. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah.
123
b. Variabel Dakwah 1. Materi
: musik dan buku
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 58. Sporty Program tentang sisi lain dunia olahraga dan atlet, baik dalam maupun luar negeri melingkupi hobi atlet tersebut, naturalisasi atlet, ukuran sepatu atlet dan gaya hidup para atlet. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: sport
2. Bahasa
: Indonesia, Inggris
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: olahraga
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
124
dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 59. Klik! Arbain Rambay Membahas seluk-beluk dan trik-trik memotret ala fotografer senior Kompas, Arbain Rambey. Dengan karakter yang mengutamakan momentum dan content, “Klik! Arbain Rambey” akan memotivasi siapa pun tidak hanya untuk menyukai fotografi, tetapi juga sampai menjadi fotografer profesional. Setiap episode akan membawa kita ke beragam obyek foto yang berbeda. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: teknik fotografi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah,
125
karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 60. Indonesia Exploride Acara yang menyuguhkan perjalanan keliling Indonesia dengan menggunakan motor. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: makanan khas dan keadaan suatu daerah.
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 61. Kompas Siang Pada jam makan siang, pemirsa akan disuguhkan informasi yang aktual dan faktual serta inspiratif, memberitakan kepada pemirsa berbagai peristiwa yang tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga
126
belahan dunia lainnya serta isu-isu hangat yang dikemas secara hatihati, dalam Kompas Siang. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. Oleh karena itu, acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: peristiwa di Indonesia dan belahan dunia lainnya
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 62. Tekno Program yang membahas seputar teknologi meliputi gadget dan perkembangan teknologi yang dibahas secara jelas dan rinci baik keunggulan produk tersebut maupun kelemahan produk tersebut semuanya akan dirinci secara detail oleh para ahli yang menyajikan informasi yang lengkap seputar teknologi.
127
a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: teknologi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 63. Kompas 100 Talk show yang menghadirkan tamu-tamu para CEO sukses di Tanah Air. Mengupas perekonomian Indonesia dan dunia terkini, termasuk panduan ringan bagi para pelaku bisnis di Tanah Air dan inspirasi untuk berinvestasi. Dipandu oleh wartawan senior ekonomi Kompas, Pieter P Gero dan Andi Surudji. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
128
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: perekonomian Indonesia
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 64. Berkas Kompas Membahas isu-isu yang ada di masyarakat, seperti skandal publik, kemiskinan dan dampaknya, sampai ke kejahatan kerah putih. Semua dijabarkan secara mendalam, tuntas, dan solutif. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat
129
dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: isu-isu yang ada dalam masyarakat
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 65. Stand Up Comedy Indonesia “Stand Up Comedy Indonesia” adalah program pencarian bakat stand up comedy pertama di Indonesia. Program yang dibawakan oleh Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika ini akan menampilkan komedian tunggal yang memamerkan bakat melucunya. Setelah melalui audisi di Bandung, Jakarta, Jogja, Surabaya, dan Medan, terpilihlah 13 orang Stand Up Comedian Indonesia, yaitu: Asep, Ryan, Ernest, Daned, Wisben Antoro, Sakdiyah, Gareng, Mo Sidik, Ivan, Budi Kusumah, Daslan, Akbar dan Fauzy. 13 orang comic tersebut akan berjuang dalam 10 babak Stand Up Show dan akan dinilai langsung oleh Indro Warkop, Butet Kartaredjasa dan Astrid Tiar sebagai juri. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
130
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: komedi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 66. Diary Stand Up Comedy Indonesia “Diary Stand Up Comedy Indonesia” adalah program yang menceritaan keadaan di balik layar acara “Stand Up Comedy Indonesia”. Acara ini menceritakan serunya para finalis belajar jadi stand up comedian. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : -
131
Tidak ada yang menunjukkan simbol budaya Jawa Tengah berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kegiatan sehari-hari para finalis komedian
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 67. Jalan Keluar Program talk show yang dipandu oleh Bp Jusuf Kalla, sebagai host sekaligus narasumber. Menjawab persoalan yang tengah dihadapi masyarakat terutama seputar sosial ekonomi dan politik. JK menjawab pertanyaan tersebut dari email, twitter, dan facebook, atau bisa juga on location berdialog dengan masyarakat. JK akan ditemani seniman makassar dan tamu yang bergantian. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Dalam acara ini tidak menunjukkan adanya kekhasan daerah Jawa Tengah, sehingga acara ini tidak dapat dikategorikan dalam
132
tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: sosial, ekonomi, dan politik
2. Metode
: talk show
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 68. Mereka Kini Program menceritakan tentang bagaimana mereka pernah menjadi pembuat berita dan mereka sangat kontroversial. Tapi dimana mereka kini dan apa aktifitas mereka sekarang? Semua akan dikupas dalam acara ini. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, tidak ada yang menunjukkan kekhasan daerah Jawa Tengah dalam acara ini, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kehidupan wartawan
133
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 69. Bab yang Hilang Program tentang dokumentasi gambar seseorang dan kegiatan yang tidak pernah dibahas atau diketahui oleh khalayak umum namun layak dan patut dipertanyakan sekaligus diperbincangkan. Banyak sekali dokumentasi yang belum khalayak umum tahu yang merupakan bukti saksi sejarah dan Kompas TV akan membahasnya dalam program “Bab yang Hilang”. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, karena tidak ada yang menunjukkan simbol atau kekhasan Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: sejarah Indonesia
2. Metode
:-
134
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 70. Berbagi Sukses “Berbagi Sukses” adalah program tentang bagaimana pengusaha besar bersedia berbagi ilmu management usaha dan kiat-kiat sukses mereka dengan pengusaha lain. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan
data
tersebut,
karena
tidak
ada
yang
menunjukkan simbol Jawa Tengah, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: ilmu manajemen dan kiat sukses
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
135
71. Bumi Kita Program “Bumi Kita” akan mengajak 3 orang yang berasal dari latar belakang profesi berbeda ke alam, mulai dari taman nasional sampai ke tempat-tempat penangkaran hewan langka. Program ini tidak hanya menghadirkan eksotika panorama, tetapi juga mengajak penonton mengenal kearifan lokal dan kehidupan manusia di seluruh penjuru bumi. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: kearifan lokal dan kehidupan manusia di seluruh penjuru bumi.
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
136
72. Kompas Petang Menemani terbenamnya matahari, hadir informasi yang dikupas secara mendalam, berita Kompas hadir ketengah masyarakat dengan tetap mejaga kredibilitas. a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekitar 2. Metode
masyarakat di Indonesia. :-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 73. Kompas Malam Melengkapi
hari
dengan
informasi
yang
senantiasa
menumbuhkan harapan dijelang waktu istirahat, dalam Kompas Malam.
137
a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekitar 2. Metode
masyarakat di Indonesia. :-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam. 74. Ekspedisi Cincin Api Gunung Tambora, stratovolcano aktif Tenggara Barat,
yang berada di Nusa
terbentang 340 Kilometer di sebelah utara sistem
Pulau Jawa. Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815, meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Gelegar letusannya terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 Kilometer). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku,
138
menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 jiwa, bahkan letusan ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya, 1816, menjadi tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa efek debu yang dihasilkan dari letusan Tambora. Gunung yang pernah memiliki letusan terbesar setelah letusan Danau Taupo tahun 181. Tambora hanyalah salah satu tiang langit dari sederet gunung berapi yang dimiliki Indonesia. Ekspedisi Cincin Api, program ekspedisi TVB segera menceritakan ketangguhan gunung berapi di Indonesia (Dokumentasi TV Borobudur). a. Variabel Kearifan Lokal 1. Pakaian
: nasional
2. Bahasa
: Indonesia
3. Kesenian
:-
4. Sistem religi : Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. b. Variabel Dakwah 1. Materi
: gunung berapi
2. Metode
:-
Berdasarkan data tersebut, maka acara ini tidak dapat dikategorikan dalam acara yang mengandung muatan dakwah, karena materi yang disampaikan bukan ajaran Islam.
139
3.6. Jadwal Siar TVB Bulan Oktober POLA ACARA KOMPAS TV – SEMARANG (BTV) BULAN OKTOBER
Hour
Monday
Tuesday
Wednesday
(WIB)
31
1
2
05
00
Thursday
Friday
Saturday
Sunday
3
4
5
6
Hour
(WIB) 05
JENDELA JATENG PAGI (LIVE) #
50
#
51
#
52
#
53
#
54
#
55
#
56
30
30 EMBUN PAGI
# 06
22
#
MUSAFIR
23
#
24
#
15
PERCIKAN HATI
PUJIAN
#
16
#
8
#
8
00
06 KOMPAS PAGI
KOMPAS PAGI AKHIR PEKAN
(LIVE)
(LIVE)
30 07
00
30
00
07
30
00 30
R-BO # 08
00
37
#
38
#
39
#
40
#
41
R-BO
00
#
15
#
16 08
JALAN SESAMA (R) TANYA DOKTER (R)
MATA HATI (R)
SEBUAH NAMA SEBUAH CERITA (R)
180 DERAJAT (R)
EXPLORE INDONESIA (R)
A-BO
#
15
#
00
16
30
30 ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA (R) R-BO #
09
8
R-BO
#
8
R-BO #
R-BO #
7
00
9
R-BO #
8 09
KOMPAS UPDATE
02
02 A-BO
ARISAN PLUS
#
15
30 WEEKEND YUK !
R-BO # 10
31
#
32
#
33
#
00
34
#
35
R-BO
#
8
#
16 30
KAMPUNG MAIN (R)
R-BO #
9 10
KOMPAS UPDATE
02 KULIK KULINER
OPREK
RUMAH INSPIRASI
RUMAH INSPIRASI
WARNA WARNI BUDAYA
CANDA CANDU PIKIRAN
EXPLORE INDONESIA
EXOTIC LIVING
30
30
#
8
#
8
#
8
#
8
#
8
R-BO
#
9
00
R-BO #
8 11
KOMPAS UPDATE
02
00 02
NEWSTAR
MAKELARAN
R-BO
30
#
SPORTY (LIVE)
8
KLIK! ARBAIN RAMBEY (R)
# 12
00 02
BONITA SHOW
11
00
35
#
36
#
37
#
00
38
#
39
R-BO
#
8
R-BO #
8 30
IINDONESIA EXPLORIDE R-BO #
4 12
KOMPAS SIANG
00
(LIVE) R-BO #
53
#
54
#
55
#
56
#
57
30 TEKNO (R)
BERBAGI SUKSES (R)
KLIK! ARBAIN RAMBEY (R)
KOMPAS 100 (R)
140
BERKAS KOMPAS (R)
#
58
#
59
STAND UP COMEDY INDONESIA (R)
30
FANATIK (R) R-BO # 13
7
R-BO
#
R-BO #
8
00
8
R-BO #
8
A-BO #
36
#
37
#
13
“SHEILA ON 7”
JALAN SESAMA
30
38
#
39
#
36
#
37
#
00
40 30
SCIENCE IS FUN (R)
A-BO # 14
R-BO #
7
38
#
39
#
40
R-BO
#
7
R-BO #
8
00
14
00
KOMPAS UPDATE 02
02
ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA (R)
RUMAH INSPIRASI
ANGKRINGAN
SERBA SERBI KARIR
KANG TRIS
30
30 A-BO #
15
36
#
37
#
38
#
39
#
40
#
8
#
8
00
15
00
KOMPAS UPDATE 02
02 JAMAHANNYA
BINTANG KECIL
PANTANG MENYERAH
KINI KUTAHU
#
8
#
8
JADUL
#
8
ADVONTUR
CAMPURSARINAN
30 HARPINDO IN ACTION
# 16
7
#
7
#
8
00
#
8
8
#
8
#
8 16
53
HIDDEN PARADISE (R)
#
54
#
55
#
56
#
57
#
58
#
00
59 30
TEROKA (R)
JEJAK NUSANTARA (R)
COFFEE STORY (R)
MITOS (R)
DIARY STAND UP COMEDY INDONESIA
R-BO 17
30
BERITA KAMPUS
MUKJIZAT
#
8
JENDELA JATENG SORE (LIVE) #
30
KHASANAH
#
#
SEBUAH NAMA SEBUAH CERITA
7
00
17
00
KOMPAS UPDATE 02
02 KAMPUNG MAIN
R-BO #
8
R-BO
#
8
R-BO #
R-BO #
7
8
R-BO #
7
R-BO
#
9
R-BO #
8
30
30
KOMPAS PETANG 18
00 R-BO #
46
#
47
30
#
48
#
49
#
50
#
SCIENCE IS FUN
A-BO # 19
18
(LIVE)
37
#
38
#
39
51
#
52 30
VERSUS
#
40
#
00
41
00
19
00
KOMPAS UPDATE 02
02 ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA (R)
ENSIKLOPEDI ANAK NUSANTARA
R-BO
#
17
#
18
30
30 "SURFER CILIK" A-BO #
20
33
#
34
#
35
#
36
00
#
STAND UP COMEDY INDONESIA
TARUNG
2 20
KOMPAS UPDATE
141
00
02
02
JEJAK NUSANTARA
TEROKA
COFFEE STORY
R-BO #
HIDDEN PARADISE
MITOS
30
30
FANATIK R-BO #
21
9
8
R-BO
#
7
R-BO #
R-BO #
8
7
R-BO #
9
“NAIF”
00
21
00
KOMPAS UPDATE 02
02
MATA HATI
BIG BAZ
180 DERAJAT
TANYA DOKTER
JALAN KELUAR
30
30 R-BO #
22
8
R-BO
#
9
R-BO #
R-BO #
9
9
R-BO #
8
R-BO
#
8
R-BO
#
8
00
22
00
KOMPAS UPDATE 02
02 SOSOK
R-BO #
EKSPEDISI CINCIN API
MEREKA KINI
7
R-BO
#
8
TANAH AIR
BELANTARA
SHOWCASE
H–1
30
30 KAMPUNG MAIN (R)
BAB YANG HILANG
R-BO # 23
8
R-BO
#
7
R-BO #
R-BO #
8
00
8
R-BO #
9
R-BO
#
8
R-BO #
6 23
KOMPAS MALAM
00
(LIVE) R-BO #
46
#
47
#
48
#
49
#
50
#
51
#
52
30
30 BERBAGI SUKSES
KLIK! ARBAIN RAMBEY
KOMPAS 100
BERKAS KOMPAS
NEWSTAR (R)
TEKNO BUMI KITA
(LIVE) R-BO # 24
8
R-BO
#
7
R-BO #
R-BO #
8
8
R-BO #
8
R-BO
#
8
R-BO #
8
00
24
00
KOMPAS UPDATE 02
02 KUTHANE DHEWE (TAPING)
#
36
#
37
#
38
#
39
#
40
#
8
#
8
30
30 ARENA OLAH RAGA
ZONA INFO AKSES
# 01
36
#
37
#
38
#
00
39
#
40
#
8
WAGU
#
8 01
30
00
30 SIGN OFF
02
00
02
30
03
30
00
03
30
04
00
00
30
00
04
30
00
30
REV/30/09/11 LOCAL PROGRAM
142
BAB IV ANALISIS PROPORSIONALITAS TAYANGAN LOCAL WISDOM (KEARIFAN LOKAL) JAWA TENGAH DI STASIUN TELEVISI BOROBUDUR SEMARANG
4.1. Analisis Proporsionalitas Tayangan Lokal Wisdom Jawa Tengah A. Rekapitulasi Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah Dari jadwal selama bulan Oktober, maka dapat dilihat acara per harinya sebagai berikut: 1. Senin Waktu
Durasi
Acara
(Jam)
Mengandung kearifan lokal Ya
Tidak
05.00 – 05.30
Jendela Jateng Pagi
0,5
05.30 – 06.00
Embun Pagi
0,5
06.00 – 08.00
Kompas Pagi
2
08.00 – 09.00
Tanya Dokter
1
09.00 – 10.00
Arisan Plus
1
10.00 – 11.00
Bonita Show
1
11.00 – 12.00
Makelaran
1
12.00 – 12.30
Kompas Siang
0,5
12.30 – 13.00
Tekno
0,5
13.00 – 13.30
Jalan Sesama
0,5
13.30 – 14.00
Science is Fun
0,5
14.00 – 15.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara
(0,25 jam)
1
Jendela Jateng Sore
0,5
Hidden Paradise
0,5
15.00 – 16.00
Jamahan-Nya
16.00 – 16.30 16.30 – 17.00
146
(1,75 jam)
17.00 – 17.30
Kampung Main
0,5
17.30 – 18.30
Kompas Petang
1
18.30 – 19.00
Science is Fun
0,5
19.00 – 20.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara 20.00 – 21.00
Teroka
1
21.00 – 22.00
Mata Hati
1
22.00 – 22.30
Sosok
0,5
22.30 – 23.00
Bab yang Hilang
0,5
23.00 – 23.30
Kompas Malam
0,5
23.30 – 24.00
Berbagi Sukses
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Zona Info Akses
0,5
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam) Acara yang mengandung kearifan
4,25
lokal Acara yang tidak mengandung kearifan lokal
Dalam Persen (%) × 100 = 21,25
15,75
× 100 = 78,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam .
2. Selasa Waktu
Acara
05.00 – 05.30 05.30 – 06.00
Durasi
Mengandung kearifan lokal
(Jam)
Ya
Jendela Jateng Pagi
0,5
Embun Pagi
0,5
147
Tidak
(0,25 jam)
(1,75 jam)
06.00 – 08.00
Kompas Pagi
2
08.00 – 09.00
Mata Hati
1
09.00 – 10.00
Arisan Plus
1
10.00 – 11.00
Kulik Kuliner
1
11.00 – 12.00
Makelaran
1
12.00 – 12.30
Kompas Siang
0,5
12.30 – 13.00
Berbagi Sukses
0,5
13.00 – 13.30
Jalan Sesama
0,5
13.30 – 14.00
Science is Fun
0,5
14.00 – 15.00
Ensiklopedi
1
1
Anak
Nusantara 15.00 – 16.00
Bintang Kecil
16.00 – 16.30
Jendela Jateng Sore
0,5
16.30 – 17.00
Teroka
0,5
17.00 – 17.30
Kampung Main
0,5
17.30 – 18.30
Kompas Petang
1
18.30 – 19.00
Science is Fun
0,5
19.00 – 20.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara
20.00 – 21.00
Jejak Nusantara
1
21.00 – 22.00
Big Bas
1
22.00 – 22.30
Mereka Kini
0,5
22.30 – 23.00
Kampung Main
0,5
23.00 – 23.30
Kompas Malam
0,5
23.30 - 24.00
Klik!
Arbain
Rambey
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Zona Info Akses
0,5
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
148
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam) Acara yang mengandung kearifan
Dalam Persen (%)
4,25
lokal Acara yang tidak mengandung
× 100 = 21,25
15,75
kearifan lokal
× 100 = 78,75
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam. 3. Rabu Waktu 05.00 – 05.30
Durasi
Acara Jendela
(Jam)
Jateng
Pagi
0,5
05.30 – 06.00
Embun Pagi
0,5
06.00 – 08.00
Kompas Pagi
2
08.00 – 09.00
Sebuah
Nama
Sebuah Cerita
Mengandung kearifan lokal Ya
Tidak
(0,25 jam)
(1,75 jam)
1
09.00 – 10.00
Arisan Plus
1
10.00 – 11.00
Oprek
1
11.00 – 12.00
Makelaran
1
12.00 – 12.30
Kompas Siang
12.30 – 13.00
Klik!
0,5
Arbain
Rambey
0,5
13.00 – 13.30
Jalan Sesama
0,5
13.30 – 14.00
Science is Fun
0,5
14.00 – 15.00
Ensiklopedi Anak
1
0,5
Nusantara 15.00 – 15.30
Kini Kutahu
15.30 – 16.00
Harpindo
in
Action 16.00 – 16.30
Jendela
Jateng
149
0,5 0,5
Sore 16.30 – 17.00
Jejak Nusantara
0,5
17.00 – 17.30
Kampung Main
0,5
17.30 – 18.30
Kompas Petang
1
18.30 – 19.00
Science is Fun
0,5
19.00 – 20.00
Ensiklopedi Anak
1
Nusantara 20.00 – 21.00
Coffee Story
1
21.00 – 22.00
180 Derajat
1
22.00 – 23.00
Tanah Air
1
23.00 – 23.30
Kompas Malam
0,5
23.30 – 24.00
Kompas 100
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Zona Info Akses
0,5
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam) Acara yang mengandung kearifan 3,75
Dalam Persen (%) × 100 = 18,75
lokal Acara yang tidak mengandung 16,25
× 100 = 81,25
kearifan lokal
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam. 4. Kamis Waktu
Acara
05.00 – 05.30 05.30 – 06.00
Durasi
Mengandung kearifan lokal
(Jam)
Ya
Jendela Jateng Pagi
0,5
Musafir
0,5
150
Tidak
06.00 – 08.00
Kompas Pagi
2
(0,25
(1,75 jam)
jam)
08.00 – 09.00
180 Derajat
1
09.00 – 10.00
Arisan Plus
1
10.00 – 11.00
Rumah
inspirasi
“Warna
Warni
1
1
Budaya” 11.00 – 12.00
Makelaran
12.00 – 12.30
Kompas Siang
0,5
12.30 – 13.00
Kompas 100
0,5
13.00 – 13.30
Jalan Sesama
0.5
13.30 – 14.00
Science is Fun
0,5
14.00 – 15.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara 15.00 – 15.30
Pantang Menyerah
0,5
15.30 – 16.00
Khasanah
0,5
16.00 – 16.30
Jendela Jateng Sore
0,5
16.30 – 17.00
Coffee Story
0,5
17.00 – 17. Kampung Main 30
0,5
17.30 – 18.30
Kompas Petang
1
18.30 – 19.00
Science is Fun
0,5
19.00 – 20.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara 20.00 – 21.00
Mitos
1
21.00 - 22.00
Tanya Dokter
1
22.00 – 23.00
Belantara
1
23.00 – 23.30
Kompas Malam
0,5
23.30 – 24.00
Berkas Kompas
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Zona Info Akses
0,5
151
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam)
Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan 4,75
× 100 = 23,75
lokal Acara yang tidak mengandung 15,25
× 100 = 76,25
kearifan lokal
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam. 5. Jumat Durasi
Mengandung kearifan lokal
Waktu
Acara
05.00 – 05.30
Jendela Jateng Pagi
0,5
05.30 – 06.00
Musafir
0,5
06.00 – 08.00
Kompas Pagi
2
(0,25 jam)
08.00 – 09.00
Explore Indonesia
1
09.00 – 10.00
Arisan Plus
1
10.00 – 11.00
Rumah
1
(Jam)
Ya
Tidak
(1,75 jam)
Inspirasi
“Canda-candu Pikiran”
1
11.00 – 12.00
Makelaran
12.00 – 12.30
Kompas Siang
0,5
12.30 – 13.00
Berkas Kompas
0,5
13.00 – 13.30
Jalan Sesama
0,5
13.30 – 14.00
Science is Fun
0,5
14.00 – 15.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara 15.00 – 15.30
Jadul
0,5
15.30 – 16.00
Mukjizat
0,5
152
16.00 – 16.30
Jendela Jateng Sore
0,5
16.30 – 17.00
Mitos
0,5
17.00 – 17.30
Kampung Main
0,5
17.30 – 18.30
Kompas petang
1
18.30 – 19.00
Science is Fun
0,5
19.00 – 20.00
Ensiklopedi
1
Anak
Nusantara 20.00 – 21.00
Hidden Paradise
1
21.00 – 22.00
Jalan Keluar
1
22.00 – 23.00
Showcase
1
23.00 – 23.30
Kompas Malam
0,5
23.30 – 24.00
Bumi Kita
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Zona Info Akses
0,5
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam)
Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan 4,25
× 100 = 21,25
lokal Acara yang tidak mengandung 15,75
× 100 = 78,75
kearifan lokal
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam. 6. Sabtu Waktu
Acara
05.00 – 05.30 05.30 – 06.00
Durasi
Mengandung kearifan lokal
(Jam)
Ya
Jendela Jateng Pagi
0,5
Pujian
0,5
153
Tidak
06.00 – 08.00
Kompas Pagi (akhir pekan)
08.00 – 08.30
Jalan sesama
08.30 – 09.30
Ensiklopedi
Anak
Nusantara 09.30 – 10.00
Weekend Yuk!
10.00 – 11.00
Explore Indonesia
11.00 – 11.30
Newstar
11.30 – 12.00
Klik!
Arbain
Rambey
2
(0,25 jam)
(1,75 jam)
0,5
1
0,5
1
0,5
0,5
12.00 – 12.30
Kompas Siang
0,5
12.30 – 14.00
Fanatik
1,5
14.00 – 15.00
Rumah
1
inspirasi
“Serba Serbi Karir” 15.00 – 16.00
Campursarinan
16.00 – 16.30
Jendela Jateng Sore
16.30 – 17.00
Sebuah
Nama
Sebua Cerita
1
0,5
0,5
17.00 – 17.30
Kampung Main
0,5
17.30 – 18.30
Kompas Petang
1
18.30 – 19.30
Versus
1
19.30 – 22.00
Stand Up Comedy
2,5
1
Indonesai 22.00 – 23.00
H–1
23.00 – 23.30
Kompas Malam
0,5
23.30 – 24.00
Tekno
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Arena Olahraga
0,5
Dari tabel di atas, dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa
154
Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam)
Dalam Persen (%)
Acara yang mengandung kearifan 3,25
× 100 = 16,25
lokal Acara yang tidak mengandung 16,75
× 100 = 83,75
kearifan lokal
* Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu
20 jam.
7. Minggu Waktu
Durasi
Acara
Mengandung kearifan lokal
(Jam)
Ya
Tidak
05.00 – 05.30
Jendela Jateng Pagi
0,5
05.30 – 06.00
Percikan Kasih
0,5
06.00 – 08.00
Kompas Pagi
2
(0,25 jam)
08.00 – 08.30
Jalan Sesama
0,5
08.30 – 09.30
Ensiklopedi
1
0,5
1
Anak
Nusantara
(1,75 jam)
09.30 – 10.00
Kampung Main
10.00 – 11.00
Exotic Living
11.00 – 11.30
Sporty
0,5
11.30 – 12.00
Indonesia Exploride
0,5
12.00 – 12.30
Kompas Siang
0,5
12.30 – 14.00
Stand Up Comedy
1,5
1
Indonesia 14.00 – 15.00
Angkringan
Kang
Tris 15.00 – 15.30
Advontur
0,5
15.30 – 16.00
Berita Kampus
0,5
16.00 – 16.30
Jendela Jateng Sore
0,5
16.30 – 17.00
Sebuah
Nama
Sebuah Cerita
155
0,5
17.00 – 17.30
Kampung Main
0,5
17.30 – 18.30
Kompas Petang
1
18.30 – 19.30
Versus
1
19.30 – 20.30
Tarung
1
20.30 – 22.00
Fanatik
1,5
22.00 – 23.00
Ekspedisi Cincin Api
1
23.00 – 23.30
Newstar
0,5
23.30 – 24.00
Kompas Malam
0,5
24.00 – 24.30
Kutane Dhewe
0,5
24.30 – 01.00
Wagu
0,5
Dari tabel di atas dapat dibuat tabel/distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dan tayangan yang tidak mengandung kearifan lokal Jawa Tengah. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Durasi (Jam) Dalam Persen (%) Acara yang mengandung kearifan 3,25 × 100 = 16,25 lokal Acara yang tidak mengandung 16,75 × 100 = 83,75 kearifan lokal * Angka 20 sebagai pembagi diperoleh dari total siaran per hari di TVB, yaitu 20 jam.
B. Proporsionalitas Tayangan Kearifan Lokal Jawa Tengah Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dilihat prosentase terkecil tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah tiap minggunya adalah 16,25 %, dan prosentase terbesarnya tiapa pinggunya adalah 23,75 %. Sehingga, tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah di TVB sudah proporsional sesuai dengan aturan Menkominfo dan KPI. Karena tayangan yang mengandung kearifan lokal 156
Jawa Tengah sudah melebihi batas minimum dari aturan yang sudah ditetapkan yaitu 10 % per harinya.
4.2. Analisis Tayangan yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah Perspektif Dakwah Berdasarkan unsur-unsur dakwah, maka dapat diketahui bahwa media yang digunakan dalam acara-acara yang ditayangkan di TVB adalah media audio visual dan termasuk dalam media modern, yaitu media televisi. Da’i dalam acara-acara tersebut termasuk da’i kolektif yaitu da’i yang bukan perseorangan atau bisa disebut lembaga. Karena meskipun yang terlihat di layar kaca hanya satu orang, akan tetapi di balik layar terdapat crew-crew yang juga ikut andil dalam pelaksanaan acara tersebut seperti produser, pengarah acara, kamera person, audio person, dan lain sebagainya. Mad’u dalam acara-acara tersebut secara umum adalah masyarakat Jawa Tengah yang bersifat massa, yaitu orang banyak yang sangat heterogen, tidak terikat oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang, demikian persoalan yang mereka hadapi masing-masing masih terpencar-pencar (Aziz, 2004: 93). Namun massa di sini adalah massa yang berada di Jawa Tengah saja, karena jangkauan siaran TVB hanya di wilayah Jawa Tengah. Unsur-unsur di atas tidak dibahas secara menyeluruh dalam analisis ini karena analisis ini lebih memfokuskan pada unsur materi dan metode, sedangkan analisis unsur-unsur di atas hanya sebagai gambaran saja.
157
Untuk mempernudah dalam memahami acara yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah dan mengandung muatan dakwah, maka dapat dilihat tabel sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Acara yang Mengandung Kearifan Lokal Jawa Tengah Embun Pagi Musafir Kompas Pagi Kulik Kuliner Warna Warni Budaya Jamahan-Nya Jadul Campursarinan Advontur Khasanah Mujizat Wagu Pujian Percikan Kasih Jendela Jateng Pagi Jendela Jateng Sore Kutane Dhewe Makelaran
Mengandung muatan Dakwah Ya Tidak
Berdasarkan table di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua acara yang mengandung kearifan lokal itu mengandung muatan dakwah. Suatu acara dikatakan mengandung muatan dakwah apabila pesan atau materi yang disampaikan adalah ajaran-ajaran Islam, karena yang menjadi materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam (Munir dan Ilahi, 2006: 24). Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Meskipun demikian, yang dapat dijadikan materi dakwah bukan sesuatu yang datang dari Allah swt. saja, lewat wahyu-Nya atau yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. Tetapi juga adat istiadat, kebudayaan atau hasil pemikiran
158
manusia yang baik dan tidak bertentangan dengan akal sehat dan ajaran Islam dapat dijadikan sebagai materi dakwah (Aziz, 2004: 104). Karena acara-acara tersebut mengandung kearifan lokal Jawa Tengah, berdasarkan unsur dakwah, secara umum metode yang digunakan dalam acara-acara tersebut sesuai dengan metode dakwah kultural yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat setempat (http://alumnifiad.youneed.us/43-dakwah-kultural, 11 Juli 2011). Sehingga, ada usaha dari da’i untuk melihat kondisi mad’unya untuk kemudian menyesuaikan dengan apa dan bagaimana materi itu disampaikan. Yang demikian ini termasuk dalam metode al hikmah sebagaimana yang dijelaskan dalam al Qur’an surat an Nahl ayat 125:
∩⊇⊄∈∪ …… Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah……… (Depag RI, 2004: 282).
Hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap agama Islam (Munir, 2009: 9).
159
BAB V PENUTUP
6.1. Kesimpulan Berdasarkan data analisis hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah sudah proporsional sesuai dengan peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika dan peraturan Komisi Penyiaran Indonesia. Karena sudah mencapai batas minimal yaitu 10 %. Adapun prosentase tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah disetiap minggunya yaitu prosentase terkecil 16,25 %, dan prosentase terbesarnya adalah 23,75 %. 2. Dalam perspektif dakwah, acara yang mengandung kearifan lokal ini sesuai dengan metode bil hikmah, yaitu dengan menyesuaikan kondisi pemirsanya dalam menyampaikan pesan. Atau dalam bahasa lain di sebut dakwah kultural, yaitu dakwah dengan menyesuaikan budaya dimana mad’unya tinggal. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak semua acara yang mengandung kearifan lokal itu bermuatan dakwah.
146
6.2. Saran-saran 1. Meskipun tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional, diharapkan para praktisi televisi tetap merencanakan program-program baru dengan tidak meninggalkan muatan kearifan lokal di dalamnya. Mengingat siaran lokal yang harus disiarkan oleh setiap stasiun penyiaran lokal akan naik secara bertahap menjadi minimal 50 % dari batas minimal semula 10 % sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan Menteri Komunikasi dan Informatika dan peraturan yang ditetapkan Komisi Penyiaran Indonesia. Sedangkan acara yang mengandung kearifan lokal di TVB saat ini baru mencapai batas maksimal 23,75 %. Artinya, harus merencanakan 26,25 % lagi program yang mengandung kearifa lokal Jawa Tengah jika kedepannya batas minimal 50 % sudah diberlakukan. 2. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, tayangan yang mengandung muatan dakwah di Stasiun televisi Borobudur Semarang baru ada dua program acara saja. Oleh karena itu, diharapkan para praktisi televisi dapat memproduksi lebih banyak lagi tayangan yang bermuatan dakwah, mengingat mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam. Dengan begitu, diharapkan hal ini juga dapat mendukung naiknya rating TV karena apa yang ditayangkan sesuai dengan kondisi masyarakat pemirsanya.
147
6.3. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala karunia dan hidayahnya, kini penulis menyelesaikan penyusunan skpripsi dengan judul Proporsionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah). Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu disempurnakan. Karena itulah masukan saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
148
Daftar Pustaka Abdullah, Dzikron. 1989. Metodologi Dakwah. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo. Abdullaah, Irwan, dkk. 2008. Agama dan Kearifan Lokal Dalam Tantangan Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Asyiah, Siti. 2005. Analisis Terhadap Program Siaran Dakwah TPI pada Bulan Ramadhan 2004 H (Tidak dipublikasikan. Skripsi, IAIN). Aziz, Moh Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Daulay, Hamdan. 2001. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik. Yogyakarta: LESFI. Departemen Agama RI. 2004. Al Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Jumanatul ‘Ali-Art (J-ART) Dokumentasi TV Borobudur. Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an. Semarang: Walisongo Press. Illahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Khotim, Nur Khasan. 2009. Format Siaran Dakwah di Ratih TV Kebumen (Studi Tentang Format Siaran Siraman Rokhani) (Tidak dipublikasikan. Skripsi, IAIN). Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kunratih, Retno. 2006. Tanggapan Masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Terhadap Program Acara Al Hikam di Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Tidak dipublikasikan. Skripsi, IAIN).
146
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexi. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Morrisan. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana. Muda, Deddy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munir, M. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana. Munir, M. dan Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana. Natsir, M..1984. Fiqhud Da’wah. Solo: Ramadhani. Nawawi, Imam. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 1. Jakarta: Pustaka Amani. Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pimay, Awaludin. 2005. Paradigma Dakwah Humanis. Semarang: Rasail. Prasetya, Joko Tri, dkk. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Catatan Kang Jalal, visi media, politik dan pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama. Sularto, St. 1990. Menuju Masyarakat Baru Indonesia: Antisipasi terhadap tantangan abad XXI. Jakarta: Gramedia. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (penerjemah Muhammad Sodiq dan Imam Muttaqin). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKiS. Sutisno, P.C.S. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televise Dan Video. Jakarta. PT Grasindo.
147
Syabibi, M. ridho. 2008. Metodologi Ilmu Da’wah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. http://alumnifiad.youneed.us/43-dakwah-kultural. 11 Juli 2011. http://ibda.files,wordprees.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf. 25 Juni 2011. http://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/14/dakwah-kultural. 11 Juli 2011. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/02/02/97456/MenujuSistemStasiun-Jaringan. 1 Juli 2011. http://www.pdmjogja.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22. 5 Juli 2011. http://www.postel.go.id/content/ID/regulasi%5Cfrekuensi%5Ckepmen%5Ctv%20 jaringan.pdf. 12 September 2011. http://www.tvborobudur.com/content.php?halaman_curr=3. 17 Oktober 2011. .
148
146
147
148
149
150
151
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurhidayah
Tempat Tanggal Lahir
: Batang, 10 Agustus 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Asal
: Jlamprang, Rt 03 Rw 01 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
Alamat Sekarang
: Jl. Tanjungsari III No. 11 Rt 07 Rw 05, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang.
No. Telp Pendidikan Formal
: 085641557706 : - SD N Jlamprang, lulus tahun 2001. - MTs Sunan Kalijaga Bawang, lulus tahun 2004. - SMA N 1 Bawang, lulus tahun 2007. - IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2011.
152