PROGRESS JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ISSN : 053
1.
-
6678
Nomor : 30lTh XIII.PebruarV2O0S
Analisis Pengendalian Intem Piutang Dagang Pada PT. Columbia Bandar
Lampung
I
Soewito
2.
Implementasi Teori Semantik Dalam Penyusunan Laporan Dinas .............
16
Hasan Basri
Politik
3.
Fenomena Golput Sebagai Sebuah Kesadaran
4.
Pengamen Jalanan : Sebuah Potret Pola Komunikasi Jalanan .. Ari Junaedi & Abdul firman Ashat
5.
23
Rusdan
....
zB
Permasalahan dan Tantangan Peningkatan Produksi Pangan Nasional di Masa Mendatang Indra Kesuma
..
.. . ... .. . .. . ..
.
33
Korporasi
6.
BLA4N dan Budaya Hi. Achmad Zahruddin
7.
Komunikasi Dalam Fenomologi dan Hermeneutika Thabita Carolina
39
.................
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TULANG BAWANG (UTB) LA.I\4PUNG BANDARLAMPUNG
45
PROGRESS
Pelindung / Penasehat
Rektor UTB Lampung
Pemimpin Umum
Drs. Pirhan Ismar, MM.
Ketua Penyunting
Drs, Rusdan, M.Si
Anggota penyunting
1. Drs.
Djoko Lelono, MM
2. Drs. Hi. Achmad Zahruddin, 3. Drs.
IIi. Achmad Mulyono, MH
4. Drs. Soewito,
MM
5. Drs. Hasan Basri, M.Si 6. Drs, Soebandryo 7. Drs. Fachruddin,TA
Penyunting Pelaksana
1. Suhaimi, S.Sos
2. Anwar, S.Sos
Tata llsaha
MM
Rosidah S,Sos.
45
Komunikasi dalam Fenomenologi dan Hermeneutika Oleh : Thabita Carolina
Komunikasi yang akan dikemukakan dalam tulisan ini berkaitan dengan teori-
teori tentang
pengalaman
dan
pemahaman. Asumsi inti yang melandasi teori tersebul adalah bahwa manusia
secara aktif
menginterpretasi pengalaman mereka dengan memberikan makna terhadap apa yang mereka lihat.
Interpretasi dikenal _iuga
sebagai
verstehen (understanding), istilah dalam bahasa Jerman, yaitu proses pemberian
makna aktif terhadap apa yang kita amati.
Fenomena merupakan penampakan objek, peristiwa, atau kondisi dalam
Dengan
demikian,
fenomenologi dapat diartikan sebagai kajian terhadap pengetahuan yang datang rnelalui kesadaran, yaitu cara kita memahami objek dan peristiwa melalui pengalaman secara sadar. Stanley Deetz mengemukakan secara ringkas tiga dasar
asumsi dalam fenomenologi, yaitu
pengetahuan
adalah
(l)
kesadaran,
maksudnya diperoleh secara sadar; (2) makna sesuatu bagi seseorang selalu terkait dengan hubungan sesuatu itu dengan kehidupan orang tersebut; dan (3) bahasa merupakan kendaraan makna.
Edmund Husserl, yang sering disebut sebagai bapak fenomenologi modem,
menganggap
du
n
ianya.
Cara kita memberikan makna bagi pengaiaman kita adalah melalui komunikasi, sebab pengetahuan kita terkait dengan bahasa dan komunikasi. Alfred Schutz mengungkap tiga aslrmsi yang biasa kita buat dalam keseharian
kita. yaitu (l) kita berasumsi bahwa realitas bersifat konstan, (2) kita
I . Fenomenologi
persepsl.
yang mengetahui, adalah kesatuan fisik dan mental yang berhubungan dengan dunia di mana ia tinggal, oleh karena itu ia terpengaruh oleh dunianya dan sebaliknya memberikan makna bagi
bahwa
penyingkapan
realitas hanya mungkin
dilakukan
berasumsi bahwa apa yang kita lihat adalah tepat; dan (3) kita berasumsi
bahrva
kita memiliki kuasa
mencapai tujuan kita.
untuk Pada
kenyataannya, menurut Schutz, dunia kita merupakan dunia yang kita pelajari melaiui komunitas kultural, dan hal itu berarti bahwa pengetahuan kita merupakan bagian dari situasi historis yang dikonstruksi secara sosial. Dengan demikian, dapat dipahami pula bahwa
generalisasi, yang disebut Schutz tipifikasi {typifcations), atau kategorikategori yang berlaku dalam suatu budaya berbeda dari tipifikasi dalam
budaya lainnya. Lebih lanjut, sosial, bagi Schutz,
pengetahuan
memiliki formula atau resep sosial (social recipes), yaitu tata cara yan1 dipahami dengan baik oleh masyarakat unruk bertindak sesuai dengan siruasi yang menuntutnya.
dengan pengalaman langsung
yang sadar. Dengan ini, ia percaya bahwa kita
dapat mengetahui sesuatu dengan baik
melalui cara yang tidak bias
dan
membedakan manusia sebagai subjek dari benda sebagai objek. Anggapan ini
ditolak oleh Merleau-Ponty,
salah
seorang pengikut Husserl. Menurut Merleau-Ponty, manusia, sebagai subjek
Tokoh fenomenologi yang paling terkenal saat ini adalah Martin Heidegger, yang mencetuskan fenomenologi hermeneutis atau hermeneutika filosofis. Bagi Heidegger,
yang terpenting adalah pengalaman natural terhadap hal yang tak dapat dielakkan. Oleh karena itu, bagi
46
Heidegger, realitas sesuatu tidak diketahui melalui analisis atau reduksi, melainkan melalui pengalaman yang natural, yaitu melalui kegiatan berbahasa sehari-hari. 2. Hermeneutika
Hermeneutika merupakan kajian tentang
pemahaman,
dan lebih khusus
interpretasi tindakan dan
pada teks.
Bagi Ricoeur, teks tidak dapat ditafsirkan seperti peristiwa langsung ditafsirkan,
sebab teks, termasuk wicara yang direkam, memiliki bentuk permanen yang terlepas dari situasi asli teks tersebut. Dengan kata lain, dengan melepaskan teks dari situasi, yang di sebut pen-jarak-an (distoncictt ion), teks bisa memiliki makna yang berbeda dengan apa yang sebenamya dikehendaki pengarangnya.
Hermeneutika modern dipelopori oleh
Friedrich Schleiermacher
yang
Lingkaran hermeneutis dalam pandangan
menggunakan pendekatan saintifik
Ricoeur memiliki dr"ra aspek, yaitu eksplanasi (explanationl) yang bersilat empiris dan analitis, yaitu menjelaskan peristiwa berdasarkan pola antarbagian yang terobservasi; dan pemahaman (under.standing) yang bersifat sintetis, yaitu menjelaskan peristiwa secara keseluruhan berdasarkan interpretasi. Lebih mudahnya, dalam hermeneutika,
dalam analisis teks.
Usaha
Schleiermacher diteruskan oleh Wilhelm
Dilthey yang percaya bahwa hermeneutika merupakan kunci untuk ilmu sosial dan kemanusiaan. Namun, ia menolak pendekatan saintifik yang dilakukan Schleiermacher, karena bagi Dilthey dunia manusia bersifat sosial dan historis serta tidak dapat diketahui secara ob.iektif. Dengan ini Dilthey memulai relativisme historis yang umum berlaku dalam khazanah ilmu sosial saat ini.
menurut Ricoeur, seorang penafsir akan memecah belah teks menjadi bagianbagian kecil, mencari pola-pola tertentu, dan memulai dari awal lagi untuk
menjelaskan makranya
keseluruhan. Oleh karena Berkaitan dengan komunikasi, kita dapat menggunakan dua macam hermeneutika"
yaitu hermeneutika sebagai
perangkat
memahami teks atau hermeneutika teks (text hermeneutics) dan hermeneutika perangkat memahami
sebagai
itu,
secara
Ricoeur
percaya adanya hubungan antara penafsir dan teks. Dalam hubungan ini, dengan keterbukaan penafsir terhadap makna
teks (appropriatron), teks bukan saja berbicara kepada penafsir, melainkan juga mempengaruhinya.
kebudayaan hermeneutika sosial atau hermeneutika kultural (social/cultural hermeneutics).
Teks dapat dipahami sebagai setiap
artefak yang dapat diteliti
dan
diinterpretasi. Interpretasi dalam hal ini dipahami sebagai proses berjalan yang bergerak dari yang umum ke yang khusus dan sebaliknya, hal ini dapat
2.2 Stanley Fish
Menolak pandangan Ricoeur
yang
(hermeneut ics circle).
berpendapat bahwa makna terletak di dalam teks, Fish beranggapan, melalui reader-response theory, bahwa makna terlaak pada pembaca. Bagi Fish, teks hanya merangsang pembaca untuk melakukan pembacaan ak1if, namun pada akhiml a pembacalah yang memberikan
2.1 Paul Ricoeur
makra. Selanjutnya, Fish,
disebut lingkaran
hermeneutis
dengan
47
mengikuti pendekatan konstruksionisme sosial, mengemukakan bahwa setiaP pembaca merupakan anggota dari masyarakat interpretif (interpretive co m m unit i e s), yaitu kelompok-kelompok yang saling berinteraksi, membentuk realitas dan makna secara bersama-sama, dan menggunakannya dalam Proses pembacaan mereka. Artinya, menurul Fish, pemberian makna bukanlah perkara individual.
Proses interpretif tersebut bersifat paradoks, sebab di samping kita membiarkan teks berbicara, kita tidak dapat memahami teks terpisah dari
Baik Ricoeur maupun Fish,
kata. Oleh karena itu,
prasangka dan praanggapan yang kita
miliki.
r
Seperti Heidegger, Gadame percaya bahr.va pengalaman kita secara inheren terdapat dalam bahasa. Sebab perspektif
tradisi yang kita gunakan
untuk memahami dunia terdapat dalam kataGadamer bahasalah yang
keduanYa
sependapat tentang pengabaian makna menolak pengarang, naun distansiasi yang diajukan Ricoeur. Sebab, bagi Fish, pembaca selalu
berpendapat bahwa menyediakan aara kita memahami pengalaman kita. Dengan kata lain, dalam komunikasi, hubungan terjadi
melekatkan makna mereka sendiri ke dalam teks, sehingga distansiasi tidak
antarpersonal, melainkan
Fish
bukan semata-mata
mungkin ada.
triadi( yaitu
2.3 Hans-Georg Gadamer
ini,
hubungan interaksi antarpersonal dan bahasa. Dengan cara Gadamer menganggap bahwa hermeneutika fenomenologi
dan
Gadamer, yang merupakan murid
merupakan proses yang
Heidegger, beranggapan
dipisahkan.
bahwa
interpretasi secara natural merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Hal ini berarti bahwa pengalaman dan dunia merupakan jalinan yang secara virhral merupakan hal yang sama. Yang penting dalam pandangan Gadamer adalah bahwa setiap orang memahami pengalamannya
berdasarkan
praanggapan yang dibentuk oleh tradisi yang bersifat historis. Oleh karena itu, dalam pandangan Gadamer, kita secara simullan merupakan bagian dari masa lalu, masa kini, dan masa akan datang. Perubahan dalam hal ini diPandang sebagai hasil dari jarak temporal yang
terbentuk melalui waktu
Yang
mmpengaruhi kita cara mengantisipasi masa mendatang. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap peristiwa dan objek sejarah diperkaya oleh jarak
hisroris. Lebih jelasnya, pemaknaan teks, dalam pandangan Gadamer,
merupakan hasil dialog dari makna yang
kita miliki saat ini dan makna Yang terdapat dalam teks secara historis.
interaksi
hubungan
,
tidak
dapat
3. Interpretasi Kebudayaan
Istilah lain bagi interpretasi kebudayaan adalah etno$afi (etnography). Clifford Geertz menyebut interpretasi kebudayaan sebaga\ thick description, yaitu interpretasi kebudayaan dari sudut
pelaku asli budayanya, dan
membedakannya dari thin description, yairu upaya interpretasi kebudayaan yang semata-mata mendeskipsikan pola
tingkah laku berdasarkan sudut pandang yang hanya sedikit memiliki kesamaan dengan pelaku asli budayanya. Seperti seluruh jenis hermeneutik4 Geertz juga membahas tentang lingkaran
hermeneutis. Dalam pandangannya, interpretasi terkait dengan lingkaran hermeneutis yang mencakup pergerakan
dari experience-neor concept, yaitu makna budaya seperti dialami oleh pelaku aslinl a menuju experience-
distant concept, yaitu makna budaya bagi orang luar, dan sebaliknya.
act); (6) komponen tindak tutur; (7) peristiwa wicara (speech event); (8)
Lebih jauh, Donald Carbaugh dan Sally
kaidah bertutur dalam komunitas; dan (9) lungsi wicara dalam komunitas.
(.speech
Hasting menyebut empat proses yang
terjadi dalam etnografi, meliputi: pertama, mengembangkan dasar orientasi terhadap budaya dan manifestasi budaya yang akan diteliti; kedua, mendefinisikan kategori aktivitas
yang akan diteliti; ketiga, merancang
teori yang bersifat spesifik
demi kepentingan penelitian; dan keempat, mengaplikasikan teori dan, selanjutnya, menguj inya pada kasus tertentu.
Berdasarkan pendapat
etnografi komunikasi
Carbaugh,
setidaknya
i tiga masalah, yaitu pertama, mengungkap identitas bersama (shared identity) komunitas yang tercipta melalui komunikasi; kedua, mengungkap makna bersama (shared meaning) bagi prestasi publik yang terlihat dalam kelompok; dan ketiga, mengeksplorasi kotradiksi dalam kelompok. me ngkaj
Untuk dapat sampai pada hal tersebut,
terdapat 3. I Etnografi. Komunikasi
Etnografi komunikasi pada
dasamya
adalah aplikasi metode etnografis pada pola komunikasi kelompok tertentu. Gerry Phlipsen menyebut empat asumsi yang terdapat dalam etnografi
komunikasi, yaitu: pertam4 seluruh partisipan dalam. masyarakat budaya tertentu turut menciptakan makan yang
dimiliki
bersama; kedua, setiap peserta
komunikasi dalam kelompok budaya harus mengkoordiansikan tindakan mereka; ketiga, makna dan tindakan
bersifat
kias bagi masing-masing
kebudayaan; dan keempat, selain makna, cara memahami kode dan tindakan dalam setiap budaya bisajadi berbeda.
Menurut Hymes linguistik formal tidak akan mampu memahami bahasa secara utuh, sebab ia mengabaikan kenyataan bahasa dalam penggunaannya seharihari. Ia selanjutnya menyebut sembilan kategori yang dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan antarbudaya,
yaitu: (1) cara bertutur (ways of speaking) atau pola komunikasi; (2) kefasihan ideal penutur (ideal of the Jluenr speaker): i3) komunitas uicara (speech communi4,,.1: 14) situasi wicara (speech situation); (5) tindak tutur
tiga
masalah yang
harus
dijelaskan terlebih dulu, yaitu pertama, masajah norma (questions of norms), berkaitan dengan cara komunikasi digunakan dalam memapankan aturanaturan dan dengan cara kategori baikburuk mempengaruhi proses komunikasi; kedu4 persoalan l:entuk (questions of fr.trms), berkaitan dengan jenis-jenis komunikasi yang digunakan dalam masyarakat; dan ketig4 persoalan kode
budaya (question of cultural codes), berkaitan dengan makna simbol dan tingkah laku yang digunakan dalam komunikasi dalam komunitas.
Berkenaan dengan kode, Philipsen menyebut beberapa klaim tentang hal yang disebutnya kocle wicara (speech code), yaitl (l) kode bersifat distingtif; (2) kode wicara mengkonstitusi makna distingtif bagi cara bersikap sebagai pribadi, cara bergaul dengan orang lain, dan cara berkomunikasi; (3) kode membimbing para peserta komunikasi untuk mengalami secara sadar saat berinteraksi; (4) kode wicara tercakup dalam peristiwa wicara sehari-hari; dan (5) kode wicara memiliki kuasa yang
dasar evaluasi dan komunikasi oleh budaya.
pengarahan
1,.)
3. 2
Performonce
Et
kontekstual; ketiga, terdiri atas episode-
nography
episode; dan keempat,
Tampilan buday a (cuhural perfornwnce) mencakup juga manipulasi media yang dapat dialami oleh indera. Tampilan publik dalam kebudayaan laksana drama
sosial yang
di
dalamnya
terdapat
hubungan dan ide-ide yang bekerja. Seperti halnya drama yang memiliki batas-batas, makna merupakan batas atau pintu yang menghubungkan satu hal
dan keadaan kepada hal dan keadaan lainnya. Menurut Victor Turner sebuah
selalu mereka menyebut tampilan komunikasi dalam organisasi, yaitu pertama, rituai, terulang secara reguler, melipud personal ritual,
berkembang. Selanjutnya,
task ritu.al, social ritua!, dan organizationzl rihnl; (2) gairah Qtassion), tampilan yang menjadikan
ritula
menjadi menarik
dan
menggairahkan, terdiri atasstorytelling,
yaitu
penderiataan aktivitas yang
berualng-ulang, dan passionale rapartee,
drama sosial biasanla mengalami proses
yaitu interaksi dramatis
tertentu, meliputi pertama, pelanggaran (breach), yaitu kekerasan atau serangan
penggunaan bahasa yang hidup; (3) sosialitas (sociality), yaitu hal yang membuat aturan sosial dapat bekerja; (4) politik organisasi (organizational
terhadap tatanan komunitas; kedua,
krisis, yang digerakkan oleh pelanggaran; ketiga, proses perbaikan (redressive procedures); dan keempat, reintegrasi (r e i nl e gr al i on).
Etnografi tampilan budaya
ini
politics), yaitu tampilan
dan
oeh
anggota
organisasi.
3.4 Kajian Media
James
Interpretif
Lull menyebut bidang ini
dengan
nama etnografi komunikasi
3.3 Kebudayaan dalam Organisasi
Organisasi, yang dapat dilihat sebagai cara hidup anggotany4 menciptakan juga realitas yang dimiliki bersama yang berbeda dari kebudayaan lain melalui
interaksi para anggotanya. Sebab, tindakan yang mengarah pada tuj uan (task-oriented oction) tidak dipahami langsung secara objektif, melainkan melalui penguatan cara-cara tertentu yang secara sadar diperoleh dengan memahami pengalaman.
dan O'Donnell Trujilo menyebuit empat ciri tampilan komunikasi, yaitu pertama, bersifat Pacanowsky
interaksional; kedua,
bersifat
yang
menciptakan kuasa dan pengaruh; dan (5) enkulturasi (enculturation), proses
pengajaran budaya
mengatasi pendapat tradisional tentang bahasa dan memperluasnya hingga pada level penerapan (embodied practice). Bidang ini sangat berguna bagi bidang komunikasi. sebab komunikasi sering kali dipahami sebagai tampilan.
dengan
masa
(etnography of mass communication)Dalam kajian media tradisional, media dianggap sebagai saluran (channel) yang digunakan untuk mengirim informasi kepada audiens. Saat ini, pendekatan yang laz im dalam memahami media adalah memahami bahwa audiens adalah
masyarakan interpretif yang memberi makra tersendiri bagi apa yang mereka lihat, dengar, dan saksikan. Mengikuti
pendapat Fish, sebauah masyarakat interpretif ini akan mengembangkan sendiri pola konsumsinya, yaitu pemahaman umum tentang isi dari apa yang mereka lihat, dengar, baca, dan saksikan yang membentuk hasil yang juga dimiliki bersama. Thomas Lindolf Iebih jauh melihat tiga dimensi. yang disebutnya genre, komunitas interpretil, yaiiu pedama, isi {content), program
50
ataupun media lain yang dikonsumsi
oleh sebuah
komunitas;
kedua,
interpretasi, yaitu pemaknaan bersama;
dan ketiga, tindakan sosial (sacr'al action), yaitu tingkah laku yang merupakan akibat dari pemahaman terhadap media.
Daftar Pustaka
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communicalion (edisi
ketujuh). Belmont: Learning. HaL
1,
84
-202
Thomson