PENGARUH EKSTRAK KENCUR DAN LAMA SIMPAN TERHADAP CENDAWAN TERBAWA BENIH DAN VIABILITAS BENIH JERUK (Citrus sp.) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/ Program Studi Agronomi
Diajukan Oleh : DEWI DEVY DAYUNI H1103005
Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2005
PENGARUH EKSTRAK KENCUR DAN LAMA SIMPAN TERHADAP CENDAWAN TERBAWA BENIH DAN VIABILITAS BENIH JERUK (Citrus sp.) Yang disiapkan dan disusun oleh DEWI DEVY DAYUNI H1103005 Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada tanggal…………………………….. Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji
Ketua
Anggota I
Anggota II
Ir. Warsoko Wiryowidodo
Salim Widono SP, MP
Ir. Susilo Hambeg P, MSc
NIP : 130 786 672
NIP : 132 126 295
NIP : 131 633 339
Universiras Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H Suntoro, MS NIP. 131 124 609
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat-Nya yang diberikan kepada penyusun, sehingga dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusun menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki sehingga dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini dibantu oleh beberapa pihak. Untuk itu selayaknya penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Ir. Warsoko Wiryowidodo dan Salim Widono, SP MP selaku Pembimbing Utama Dan Pembimbing Pendamping atas segala kesabaran dan bimbingan serta pengarahannya kepada penyusun selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi 3. Almarhumah ibunda tercinta atas doa dan kasih sayang
yang selama ini
diberikan sampai akhir hayat 4. Papah, Teh Eka, A Dolog, A Yoni dan Keluarga tercinta atas doa dan dukungan moral maupun material yang selalu mengiringi setiap langkahku 5. Ina Zulaehah dan sahabat-sahabatku seperjuangan, semoga perjuangan kita dapat bermanfaat bagi orang lain Serta pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang dengan ikhlas membantu penyusun baik berupa bimbingan dan pengarahan serta tenaga sehingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi dapat diselesaikan dengan baik. Akhirnya, penyusun berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi Para pembaca. Surakarta,
Januari 2005
Penyusun
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
ii
KATA PENGANTAR...........................................................................
iii
DAFTAR ISI .........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
vii
RINGKASAN........................................................................................
viii
SUMMARY...........................................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
3
C. Tujuan penelitian ........................................................................
4
D. Hipotesis....................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
5
A. Cendawan Terbawa Benih .........................................................
5
B. Eksrak Kencur Sebagai Fungisida Nabati...................................
8
C. Jeruk (Citrus sp.) .......................................................................
10
D. Viabilitas Benih..........................................................................
12
III. METODE PENELITIAN..............................................................
13
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
13
B. Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................
13
II.
C. Pelaksanaan Penelitian ................................................................
13
1.
Persiapan Ekstrak Kencur ................................................
13
2.
Persiapan Benih Jeruk......................................................
14
3.
Penyimpanan Benih .........................................................
14
4.
Uji Cendawan Terbawa Benih .........................................
15
5.
Uji Perkecambahan Benih................................................
15
D. Rancangan Percobaan ................................................................
16
E. Peubah Pengamatan ...................................................................
17
F. Analisis Hasil ............................................................................
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
19
A. Cendawan Terbawa Benih ..........................................................
19
B. Kecepatan Tumbuh .....................................................................
22
C. Daya Berkecambah .....................................................................
24
D. Keserempakan Tumbuh ..............................................................
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
28
A. Kesimpulan ...............................................................................
28
B. Saran .........................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
29
LAMPIRAN………………………………………………………………
30
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rata-rata persentase infeksi cendawan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. setelah uji blotter test pada benih jeruk yang telah diberi perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur………………………………………………………..
20
Tabel 2. Persentase benih yang sehat dan benih terinfeksi pada uji blotter test setelah pelakuan penyimpanan benih dengan
21
ekstrak kencur……………………………………………….. Tabel 3. Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap kecepatan tumbuh benih jeruk……………………..
22
Tabel 4. Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap kecepatan tumbuh benih jeruk…..
23
Tabel 5. Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap daya berkecambah benih jeruk……………………..
24
Tabel 6. Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh lama simpan terhadap daya berkecambah benih jeruk…………………….. Tabel 7. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang akar dan panjang hipokotil benihjeruk…………………………………………………… Tabel 8. Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh lama simpan terhadap panjang hipokotil benih jeruk……………………...
24 26 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran. 1 Gambar konidium Aspergillus spp. (a), Penicillium spp. (b) dan benih jeruk yang terinfeksi cendawan pada uji blotter test (c)…………………………………………..
30
Lampiran. 2 Gambar kriteria kecambah normal (a), abnormal (b) dan benih busuk atau mati (c)…………………………………..
31
Lampiran. 3 Rata-rata kecepatan tumbuh benih jeruk setelah diberi pelakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur……………..
32
Lampiran. 4 Rata-rata daya berkecambah benih jeruk setelah diberi pelakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur……………..
32
Lampiran. 5 Rata-rata panjang akar benih jeruk setelah diberi pelakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur……………………….
33
Lampiran. 6 Rata-rata panjang hipokotil
benih jeruk setelah diberi
pelakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur……………..
33
Lampiran. 7 Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang akar benih jeruk ………………....
34
Lampiran. 8 Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang hipokotil benih jeruk…………….
34
PENGARUH EKSTRAK KENCUR DAN LAM SIMPAN TERHADAP CENDAWAN TERBAWA BENIH DAN VIABILITAS BENIH JERUK (Citrus sp.) RINGKASAN DEWI DEVY DAYUNI H1103005 Benih rekalsitran mempertahankan kadar air tetap tinggi untuk menjaga viabilitasnya, sehingga menjadi kendala jika benih tersebut disimpan. Penyimpanan dengan kadar air benih yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan cendawan yang merugikan, namun penurunan kadar air benih pun tidak dapat dilakukan karena mengakibatkan benih kehilangan viabilitasnya. Benih jeruk sebagai salah satu benih rekalsitran perlu penyimpanan khusus dengan menggunakan ekstrak kencur guna melindungi benih jeruk dari serangan cendawan sekaligus untuk mempertahankan viabilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ekstrak kencur terbaik yang dapat melindung benih jeruk selama penyimpanan serta pengaruhnya terhadap jenis cendawan, persentase infeksi cendawan dan viabilitas benihnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2004 di laboratorium hama dan penyakit tanaman dan rumah kaca Fakultas Pertanian Unversitas Sebelas Maret. Benih jeruk yang digunakan berasal dari kebun Ponorogo dengan varietas keprok. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 13 perlakuan : benih tanpa disimpan dan tanpa diberi perlakuan ekstrak kencur, benih disimpan selama 2 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%, 75%, dan 50%, benih disimpan selama 4 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%, 75% dan 50%, benih disimpan selama 6 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%, 75% dan 50%, dan benih disimpan selama 8 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%, 75% dan 50%. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F taraf 5% dan 1%. Apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan taraf 5%. Hasil penelitian menujukkan bahwa konsentrasi ekstrak kencur 50 persen memberikan hasil terbaik yang dapat melindungi benih jeruk dari cendawan selama 2 minggu penyimpanan benih. Penyimpanan benih jeruk lebih dari 2 minggu dengan pemberian ekstrak kencur mengakibatkan penurunan viabilitas benih. Jenis cendawan simpan yang dominan menyerang benih jeruk pada uji blotter test adalah Aspergillus spp. dan Penicillium spp.
THE EFFECTS OF KAEMFERIA GALANGA EXTRACT AND PERIOD STORAGE TO SEED BORNE FUNGI AND CITRUS SEEDS VIABILITY SUMMARY DEWI DEVY DAYUNI H1103005 The recalcitrant seeds need a high moisture level during storage to prevent loss its viability. The storage at high moisture level is a favorable condition for fungi growth and the other hand low of seeds moisture level will loss the seeds viability. The citrus seeds as one of recalcitrant seeds need special storage using the Kaemferia galanga extract in order to protect the seeds against fungi during storage and preserve its viability. The purpose of this research was to study : the best concentration of Kaemferia galanga extract which protect the citrus seeds against fungi as long as period storage, the kind of fungi and its percentage of infection, and the citrus seeds viability. This research was carried out in September until November in 2004 at Plant Pest and Disease laboratory and Greenhouse of Agricultural Faculty of Sebelas Maret University. The citrus seeds used was Keprok variety from Ponorogo. The research design was RCBD (Randomized Completely Block Design), with treatments : the seeds without being stored and without being given Kaemferia galanga extract, the seeds were stored for 2 weeks long with 100%, 75% and 50% Kaemferia galanga extract, the seeds were stored for 4 weeks long with 100%, 75% and 50% Kaemferia galanga extract, the seeds were stored for 6 weeks long with 100%, 75% and 50% Kaemferia galanga extract, and the seeds were stored for 8 weeks long with 100%, 75% and 50% Kaemferia galanga extract. Data observation was analyzed by using F test with 5% and 1% level. If there was real differences then it continued by using Duncan multiple range test 5% level. The results of this research showed that the Kaemferia galanga extract 50% was the best concentration that protect the citrus seeds against fungi for 2 weeks long of storage. The storage of citrus seeds with Kaemferia galanga extract more 2 weeks decreased seeds viability. The dominant kinds of fungi that attack citrus seeds in the storage were Aspergillus spp. and Penicillium spp, the method using blotter test.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Buah jeruk merupakan buah yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain dapat dikonsumsi langsung buahnya, juga dapat dijadikan minuman penyegar serta banyak dimanfaatkan sebagai salah satu bahan suplemen tubuh. Kandungan vitamin C dalam buah jeruk sangat tinggi. Vitamin C inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan suplemen tubuh yang bekerja menjaga keutuhan fungsi jaringan mesodermal yaitu kalogen,tulang, gigi dan pembuluh darah. Selama ini perbanyakan vegetatif dianggap relatif lebih menguntungkan dalam budidaya jeruk ataupun tanaman buah-buahan lainnya. Untuk menghasilkan bibit vegetatif yang baik tentunya diperlukan batang bawah dan batang atas yang baik pula. Batang atas diperoleh dari cabang-cabang produktif dan sehat pada tanaman induk, sedangkan batang bawah diperoleh dari tanaman yang tumbuh dari benih. Dengan harapan benih nantinya akan tumbuh menjadi bibit yang mempunyai perakaran dalam dan kuat, sebagai salah satu syarat batang bawah (Wudianto, 2001). Benih jeruk termasuk dalam golongan benih rekalsitran, yang tidak memiliki masa dormansi dan mempertahankan kadar air benih tetap tinggi. Penurunan kadar air benih rekalsitran ini dapat mengakibatkan benih kehilangan viabilitasnya, sehingga benih ini relatif sulit jika dilakukan penyimpanan. Pada sisi lain kebutuhan batang bawah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja, tetapi juga luar daerah baik antar pulau
maupun antar negara. Biaya pengiriman bibit yang lebih besar dibandingkan pengiriman benih menjadi kendala dalam pengusahaan batang bawah yang baik. Upaya untuk mengatasi hal ini, khususnya terhadap benih relaksitran adalah dengan melakukan penyimpanan yang baik untuk mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi. Menurut Sutopo (1985) kadar air yang tinggi di dalam benih dapat memperpendek umur simpan benih tersebut, tetapi hal ini tidak berlaku untuk benih jeruk (Citrus sp.) yang tergolong rekalsitran. Selain itu, benih dengan kadar air tinggi dapat merangsang pertumbuhan cendawan. Serangan cendawan terhadap benih dapat menyebabkan benih mengalami penurunan viabilitasnya sebelum ditanam bahkan menyebabkan benih tidak dapat lagi dikecambahkan. Oleh karena itu diperlukan praperlakuan benih untuk mencegah
timbulnya cendawan sebelum dilakukan penyimpanan. Peranan
fungisidalah yang dibutuhkan disini dalam melindungi benih dari gangguan cendawan. Penggunaan fungisida kimiawi dapat bersifat toksik sehingga merusak benihn Selain itu penggunaan fungisida kimiawi yang kurang bijaksana menurut Kardinan (2000) sering merugikan terhadap lingkungan, beberapa kasus yang merugikan tersebut diantaranya; keracunan, polusi lingkungan (kontaminasi air, tanah, udara) dan dalam jangka waktu panjang terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan yang lainnya. Oleh karena itu penggunaan fungisida nabati mulai diperhitungkan dengan tujuan tetap melindungi benih dan tidak memiliki dampak negatif yang berakibat
merugikan, baik terhadap benih maupun lingkungan. Salah satu bahan yang dapat dijadikan fungisida nabati adalah kencur, karena di dalamnya terkandung zat-zat seperti: kurkumin dan kamper dapat menghambat pertumbuhan cendawan dan bakteri (Kusnaedi, 1999), sedangkan minyak atsiri menjaga kadar air benih karena dapat menghambat penguapan air (Guenther, 1987).
B. Rumusan Masalah Benih rekalsitran mempertahankan kadar air tetap tinggi untuk menjaga viabilitasnya, sehingga menjadi kendala jika benih tersebut disimpan. Penyimpanan dengan kadar air benih yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan cendawan yang merugikan, namun penurunan kadar air benih pun tidak dapat dilakukan karena mengakibatkan benih kehilangan viabilitasnya. Sehingga perlu penyimpanan khusus yang dapat melindungi benih jeruk dari serangan cendawan dengan penggunaan fungisida dan mengkondisikan ruang simpan dengan menjaga kelembapan sehingga benih jeruk tidak kehilangan viabilitasnya. Penggunaan fungisida kimiawi sebagai pelindung benih selama penyimpanan dapat berdampak buruk yaitu senyawa yang ada pada fungisida tersebut dapat menjadi senyawa toksik yang merusak benih dan harganya relatif mahal.
Dengan alasan diatas, maka dilakukan penelitian tentang penggunaan fungisida nabati yang melindungi benih dari cendawan dan tidak berdampak buruk selama benih disimpan sehingga umur simpan benih dapat diperpanjang serta petani dapat membuat fungisida nabati sendiri dengan biaya yang lebih murah.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui konsentrasi ekstrak kencur terbaik yang dapat melindungi benih jeruk dari cendawan selama penyimpanan benih 2. Mengetahui lama penyimpanan dari benih jeruk yang telah dilindungi dengan ekstrak kencur 3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kencur dan lama simpan terhadap jenis dan persentase infeksi cendawan terbawa benih serta viabilitas benih jeruk
D. Hipotesis Diduga pemberian ekstrak kencur sebagai fungisida nabati pada benih jeruk akan memperpanjang lama simpan benih jeruk dan dapat menekan jumlah cendawan terbawa benih serta mempertahankan viabilitas benih jeruk.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Cendawan Yang Terbawa Benih Secara umum, komponen mutu benih dibedakan menjadi tiga, yakni komponen mutu fisik, fisiologis, dan genetik. Sekarang, pasar sudah mendesak dimasukkannya komponen mutu patologis. Adapun mutu patologis berkaitan dengan ada tidaknya serangan patogen pada benih serta tingkat serangan yang terjadi. Kerusakan yang ditimbulkan penyakit terbawa benih, selain menimbulkan lingkungan penyimpanan yang tidak optimum, cendawan umumnya menghasilkan produk beracun seperti aflatoksin yang akan meracuni benih sehingga akan menurunkan aktivitas enzim saat benih dikecambahkan (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Cendawan merupakan kelompok patogen yang paling banyak terbawa benih. Bagian-bagian dari cendawan tersebut seperti spora atau miselium dapat berada pada permukaan benih atau dalam jaringan benih sebagai miselium istirahat (Resting Myselium). Penularan patogen yang terbawa benih dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (1) infeksi embrional kemudian dilanjutkan dengan infeksi sistemik, (2) infeksi embrional kemudian dilanjutkan dengan infeksi lokal, (3) Infeksi di luar embrio dilanjutkan dengan infeksi sistemik, (4) kontaminasi benih dilanjutkan dengan fase dormansi dan selanjutnya menimbulkan infeksi lokal, (5) kontamionasi benih dilanjutkan dengan hidup secara saprofitik kemudian menimbulkan infeksi sistemik, (6) seluruh organ biji terinfeksi, kemudian patogen melanjutkan hidupnya secara
saprofitik di luar tanaman inang yang selanjutnya menginfeksi biji secara langsung (Sutakaria, 1984)1. Menurut Neegrad (1976) ada beberapa gejala kerusakan yang disebabkan oleh cendawan yang terbawa benih, seperti; (1) aborsi benih, (2) berkurangnya ukuran biji, (3) pembusukan biji, (4) pembentukan skerotia dan stroma pada biji, (5) nekrosa pada biji, (6) pewarnaan pada biji, (7) berkurangnya daya kecambah, dan (8) perubahan sifat fisiologis biji. Benih yang membawa patogen menjadi sumber patogen awal bagi tanaman itu sendiri dan tanaman lain di lahan sekitarnya, yang kemudian berkembang cepat bila kondisi lingkungan sesuai. Benih yang telah terinfeksi oleh patogen juga dapat menjadi sumber inokulum pada pertanaman selanjutnya saat inang atau kondisi lingkungan sesuai (Sutakaria, 1984)1. Meskipun sekarang telah dikenal berbagai macam cara pengujian kesehatan benih, tetapi menurut Sutakaria (1984)1 pada dasarnya dapat digolongkan hanya dalam beberapa cara, yaitu sebagai berikut: a. Pemeriksaan Biji Kering (dry seed examinatiaon) Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa apakah tercampur dengan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa tanaman, sklerotia, galls, insekta dan sebagainya. Selain itu hendaknya diperhatikan pula adanya gejala penyakit pada benih, adanya struktur patogen yang menempel atau yang tumbuh pada permukaan benih seperti tubuh buah cendawan, miselia, spora dan sebagainya. 1 Sutakaria, J. 1984. Penyakit Benih. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Hama dan PenyakitTumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
b. Cara Pencucian Biji Sejumlah biji dalam air dengan volume tertentu digoyang-goyangkan dalam waktu tertentu. Air cucian tersebut dapat diperiksa langsung dengan mikroskop atau setelah disentrifugal terlebih dahulu. c. Perhitungan Embrio Untuk keperluan metode ini embrio dipisah-pisahkan dan diberi pewarna dengan aniline blue. Dengan mikroskop stereobinokular dapat diamati adanya miselium cendawan dalam embrio. Cara ini baik dilaksanakan untuk mengetahui adanya miselium Ustilago nuda pada barley atau Ustilago tritici pada gandum. d. Cara Inkubasi Pengujian dengan Kertas Hisap ( Blotter Test ) Cara ini didasarkan kepada pertumbuhan kecambah dan inokulum. Dengan cara ini dapat dilihat macam patogen yang menyerang kecambah dan dapat dihitung jumlah benih yang terinfeksi dan ditentukan persentasi infeksi benih. Pengujian dengan Medium Agar Cara ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum. Dengan cara ini dilakukan pengamatan secara makroskopik terhadap koloni cendawan yang berasal dari benih yang diletakkan di atas medium agar. Sama halnya dengan metode kertas hisap, dalam metode agar ini akan dijumpai kesulitan dengan adanya kemungkinan saling mempengaruhi pertumbuhan di antara berbagai cendawan atau jasad renik lainnya, yamg tumbuh lebih cepat pada medium
agar. Untuk mengatasi kesulitan tersebut seringkali dilakukan perawatan benih atau menggunakan medium selektif yang khusus memberi keadaan lingkungan yang baik untuk cendawan tertentu atau kelompok cendawan tertentu. Pengujian Gejala Sudah Melewati Masa Perkecambahan (Growing On Test) Cara ini didasarkan kepada pertumbuhan kecambah dan perkembangan gejala penyakit sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai akibat serangan suatu patogen pada tanaman kecambah di lapangan. Media pertumbuhan yang digunakan ialah tanah, pasir atau pecahan batu merah. Metode ini seringkali digunakan untuk pengujian fungisida yang akan digunakan untuk perawatan benih. Seringkali pertumbuhan tanaman diamati sesudah masa perkecambahan bahkan sampai masa pembentukan biji. Cara ini dilakukan karena gejala penyakit tertentu baru dapat terlihat pada waktu menjelang fase generatif. Dibandingkan dengan kedua cara tersebut di atas, maka cara ini memerlukan waktu yang lebih lama.
B. Ekstrak Kencur Sebagai Fungisida Nabati Fungisida yang baik harus mempunyai kualitas, seperti: (1) penampilan yang baik di lapang, (2) Stabil dalam penyimpanan, (3) stabil sesudah diencerkan sampai kekuatan semprot, dan (4) toksisitas yang rendah terhadap manusia dan hewan (Sastrosuwignyo, 1984)2.
Perlakuan benih dengan fungisida adalah hal yang penting, karena banyak patogen yang terbawa benih. Bila benih berkecambah, cendawan akan ikut aktif dan menyebabkan bibit mati atau penyakit pada stadia bibit selanjutnya. Maksud dari perlakuan benih yang menggunakan fungisida dan bakterisida adalah untuk mematikan cendawan dan bakteri yang terbawa benih yang menyebabkan blight pada kecambah, pembusukan benih atau penyakit lainnya (Sugiharso, 1984)3. Penggunaan empon-empon yang mengandung zat kurkumin dapat menghambat pertumbuhan cendawan dan bakteri, bau empon-empon juga tidak disenangi oleh hama. Berdasarkan sifat inilah maka jahe, kunyit, temulawak, kencur dan bangle bisa dipakai sebagai bahan pengawet benih. Cara penggunaan empon-empon dengan diparut atau dipotong–potong lalu dicampur dengan benih dan disimpan di tempat yang tertutup (Kusnaedi, 1999). Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pestisida nabati yang bersifat anti fungi cukup efektif dalam mengendalikan berbagai patogen terbawa benih baik secara in vitro maupun in vivo ( Tjahjani et al., 2003). Menurut Mugiono (2002) bahwa minyak sereh wangi dan minyak cengkeh mampu menekan Aspergillus flavus dan Fusarium oxysporum pada benih kedelai varietas Willis, Bromo dan Tambora serta tidak menimbulkan efek fitotoksik terhadap perkecambahan benih. 2 Sastrosuwignya, S. 1986. Fungisida. Diktat Kuliah Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 3 Sugiharso. 1974. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
C. Jeruk (Citrus sp.) Jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut serta akar-akar rambut. Daun jeruk berwarna hijau-tua, posisi daun berhadapan atau berseling, tangkai daun bersayap atau tidak bersayap dan permukaan daun berkelenjar minyak yang transparan. Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan dan malai kebanyakan berkelamin dua. Pada umumnya bunga jeruk berwarna putih, kecuali jeruk nipis dan jeruk purut bunganya berwarna agak ungu sampai merah. Buah jeruk tergolong buah sejati, tunggal dan berdaging. Oleh karena itu buah yang masak tidak pecah. Satu bunga menjadi satu bakal buah saja. Dinding buah tebal dengan lapisan kulit luar yang kaku, bau menyengat dan banyak mengandung minyak atsiri (Soelarso, 2003). Kunci keberhasilan pengusahaan budidaya jeruk terutama berskala industri sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit bermutu baik dalam jumlah yang mencukupi. Bibit jeruk yang bermutu baik adalah yang bebas penyakit, mirip induknya, harga terjangkau dan tahap penangkarannya telah dilakukan dengan benar dan tepat melalui program sertifikasi bibit (Soelarso, 2003). Bibit jeruk bebas penyakit adalah yang bebas dari patogen sistemik. Sedangkan bibit jeruk serupa induknya merupakan bibit hasil perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan batang bawah dan batang atas yang dijamin kemurniannya. Benih yang diambil sebagai batang bawah berasal dari buah-buah yang baik, tidak cacat dan sudah tua/masak di pohon. Buah yang jatuh sebaiknya tidak digunakan sebagai sumber benih batang bawah karena biasanya telah tertular oleh penyakit tular tanah atau buah tersebut kurang
sehat. Cendawan tular benih dan udara yang menyerang biji jeruk antara lain Tubercolaria sp., Diplodia sp., Penicillium sp., Aspergillus sp., Rhizoctonia sp., Mucor sp., Meliola sp., Phomapsia sp., dan Monolea sp. (Soelarso, 2003). Penyemaian benih untuk batang bawah dapat dilakukan dalam bak plastik atau pada bedengan. Persemaian di lapangan dilaksanakan pada bedengan-bedengan dengan lebar 1 m, panjang 4 – 6 m, dan tinggi 30 cm. Benih disebar di bedengan, kemudian ditutup dengan tanah halus dan pupuk kandang yang telah diayak dan di atasnya dapat diberikan mulsa yang bertujuan untuk menjaga kelembapan, mengurangi penguapan dan menekan pertumbuhan gulma (Soelarso, 2003). Persemaian di bak-bak plastik dapat dilakukan dengan menggunakan media tumbuh campuran pupuk kandang dan pasir (2:1) atau pasir saja yang sebelumnya sudah disterilisasi. Benih ditanam pada alur dengan jarak tanam 1 – 1,5 x 2 cm, dan benih ditanam dalam posisi bagian yang runcing dibagian bawah. Setelah 27 – 30 hari, 50% benih biasanya sudah berkecambah. Semai batang bawah berumur 3 – 5 bulan sudah dapat ditransplanting ke polybag atau di lapangan. Biji jeruk bersifat poliembrioni, artinya dari satu biji dapat tumbuh menjadi lebih dari satu semai (Soelarso, 2003).
D. Viabilitas Benih Ciri utama benih yang dapat membedakan adalah biji karena mempunyai daya hidup yang disebut viabilitas. Menurut Sadjad et al. (1999) benih yang ditanam memberi dua kemungkinan. Pertama, menghasilkan tanaman normal dengan kondisi lingkungan alam tumbuhnya optimum. Kedua, tanaman tumbuh abnormal atau mati, benih ini mempunyai daya hidup potensial atau viabilitas potensial, karena hanya akan tumbuh normal menjadi tanaman normal manakala kondisi alamnya optimum. Benih yang masih mampu menumbuhkan tanaman normal, meskipun kondisi alam tidak optimum atau sub optimum disebut benih memiliki vigor. Benih yang vigornya tinggi akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi optimum ( Sadjad et al., 1999). Menurut Mugnisyah (1999) kenormalan kecambah ditentukan oleh kinerja struktur pentingnya, yaitu: sistem perakaran (akar primer, dalam hal tertentu akar seminal); ‘poros taruk’ (shoot axis) (hipokotil, epikotil pada rumput-rumputan tertentu, mesokotil, tunas terminal); kotiledon (satu hingga beberapa); koleoptil (pada semua jenis rumput-rumputan). Kecambah normal harus memenuhi salah satu kategori berikut: kecambah utuh atau lengkap, kecambah dengan sedikit kerusakan dan kecambah yang terinfeksi sekunder.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium hama dan penyakit tanaman dan rumah kaca Fakutas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dimulai pada bulan September sampai November 2004.
B. Alat dan Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan alat-alat antara lain: ember besar, gelas aqua, plastik pp 3 mm, karet gelang, parutan, saringan, petridish, pinset, oven, mikroskop, dan bak persemaian. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain: benih jeruk, ekstrak kencur, kapas, abu gosok, aquadestilata, pasir, dan kertas buram.
C. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Ekstrak Kencur Rimpang kencur diperoleh dari pasar dan dipilih yang berukuran sebesar ibu jari. Sediaan rimpang kemudian dikupas dan dibersihkan dengan air yang mengalir. Rimpang yang telah bersih diparut kemudian diperas dan disaring untuk diambil cairannya. Ekstrak kencur yang diperoleh kemudian diencerkan dengan menambahkan aquades sesuai perlakuan, sebagai berikut:
Konsentrasi 100 % : murni cairan ekstrak Konsentrasi 75 % : 75% cairan ekstrak dan 25% aquades Konsentrasi 50%
: 50% cairan ekstrak dan 50% aquades
2. Persiapan Benih Jeruk Buah jeruk berasal dari kebun Ponorogo yang memiliki varietas keprok dan dipilih yang berukuran seragam. Benih diambil dari buah secara manual dengan cara mengupas buah dan mengeluarkan bijinya menggunakan tangan. Biji yang terkumpul dibersihkan dari lendirnya dengan abu gosok kemudian benih dicuci dengan air. 3.
Penyimpanan benih Penyimpanan benih jeruk dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Segumpal kapas dibasahi dengan cairan ekstrak kencur sesuai dengan perlakuan dan ditiriskan b. Setelah kapas ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam gelas aqua sebagai pelapis wadah. Kemudian masing-masing gelas aqua diisi 90 benih jeruk lalu ditutup plastik dan diikat dengan karet gelang c. Gelas-gelas aqua yang telah diisi benih dimasukkan kedalam ember yang telah diberi air dan diatur sedemikian rupa sehingga gelas-gelas aqua tersebut tidak bersinggungan langsung dengan air kemudian ember ditutup. d. Setelah itu ember yang telah diisi gelas-gelas aqua disimpan di tempat yang aman dari gangguan tikus dan hama lainnya
4.
Uji Cendawan Terbawa Benih Uji cendawan terbawa benih dilakukan dengan metode Blotter Test sebagai berikut: a. Tiga lembar kertas buram dicelupkan dengan aguades steril lalu ditiriskan, kemudian dimasukan ke dalam cawan petri steril sebagai dasar cawan petri. b. Benih yang telah diberi pelakuan ekstrak kencur satu demi satu, sebanyak 10 benih jeruk diletakkan diatas kertas buram dengan posisi 1 benih di tengah petri dan 9 benih diatur satu dengan lainnya terhadap lingkaran di tepi cawan petri. Setelah itu benih di inkubasi selama 7 hari pada suhu kamar c. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap jenis dan persentase infeksi masing-masing cendawan yang menyerang benih dan dihitung persentase benih terinfeksi
5.
Uji Perkecambahan Benih Bak persemaian diisi dengan pasir yang telah disterilkan. Kemudian benih jeruk ditanam di bak persemaian. Benih yang disimpan dikecambahkan setiap dua minggu sekali.
D. Rancangan Percobaan Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 13 perlakuan dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Masing- masing perlakuan diambil 40 benih jeruk untuk uji blotter test guna menentukan jenis cendawan yang menyerang benih dan diambil 60 benih jeruk untuk uji viabilitas benih. Adapun perlakuannya sebagai berikut : P0
= Kontrol (Benih tanpa disimpan dan tanpa diberi perlakuan ekstrak kencur)
P1
= Benih disimpan selama 2 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%
P2
= Benih disimpan selama 2 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 75%
P3
= Benih disimpan selama 2 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 50%
P4
= Benih disimpan selama 4 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%
P5
= Benih disimpan selama 4 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 75%
P6
= Benih disimpan selama 4 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 50%
P7
= Benih disimpan selama 6 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100%
P8
= Benih disimpan selama 6 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 75%
P9
= Benih disimpan selama 6 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 50%
P10 = Benih disimpan selama 8 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 100% P11 = Benih disimpan selama 8 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 75% P12 = Benih disimpan selama 8 minggu dengan konsentrasi ekstrak kencur 50%
E. Peubah Pengamatan Peubah yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Jenis cendawan dan persentase infeksinya Cendawan yang tumbuh dari benih diamati dengan mikroskop untuk diketahui jenis dan persentase infeksinya. Jenis cendawan dapat diketahui dari bentuk dan warna sporanya, disamping itu dipakai pula sifat-sifat tubuh buah dari masing-masing type cendawan. Sedangkan persentase infeksi dihitung dengan cara membandingkan jumlah jenis cendawan tertentu dengan jumlah benih yang diinkubasi kemudian dikalikan 100%
2. Persentase benih terinfeksi Persentase benih terinfeksi dihitung dengan cara membandingkan jumlah benih yang terinfeksi dengan jumlah benih yang diinkubasi kemudian dikalikan 100 % 3. Kecepatan Tumbuh Kecepatan tumbuh dilihat dari jumlah persentase kecambah normal setiap etmal (1 etmal = 24 jam). Pengamatan dilakukan setiap hari. 4. Keserempakan Tumbuh Keserempakan tumbuh diamati berdasarkan penilaian terhadap kecambah normal yang kuat atau lemah kemudian diukur panjang akarnya dan dirata-ratakan serta diukur panjang hipokotilnya 5. Daya Berkecambah Daya berkecambah dihitung dengan cara membandingkan jumlah kecambah normal pada hari ke-14 dan ke-21 dengan jumlah seluruh benih yang dikecambahkan kemudian dikalikan 100%
F. Analisis Hasil Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan uji F taraf 5 % dan 1%, apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Cendawan Terbawa Benih Sutakaria (1984)1 menyatakan bahwa biji sejak waktu dibentuk oleh tanaman induknya sampai fase perkecambahan di persemaian untuk membentuk tanaman baru selalu menjadi sasaran serangan berbagai patogen. Hal ini disebabkan karena biji merupakan tempat penyimpanan bahan makanan dan energi yang dapat digunakan oleh berbagai jasad renik untuk keperluan hidupnya sehingga infeksi yang ditimbulkan sering kali merusak biji. Pengujian
kesehatan
benih
dengan
metode
blotter
test
dapat
mengidentifikasi dua jenis cendawan terbawa benih jeruk yaitu Aspergillus spp. dan Penicillium spp. Streets (1972) menyatakan bahwa ciri kedua cendawan tersebut sebagai berikut: a.
Penicillium spp memiliki konidiofor bercabang serta melingkar, baik tunggal maupun ganda, dan menyerupai bentuk percabangan semaksemak.
konidium
dihasilkan
diujung
dalam
rangkaian-rangkaian,
bentuknya bulat-bulat, berjumlah banyak dan berwarna terang. b.
Aspergillus spp memiliki konidiofor terbentuk secara bebas, ujungnya menggembung. Pada ujung ini terbentuk phialid (sel pembawa sporaspora dengan ujung berbentuk tabung) secara langsung dan terdapat satu lapisan sel-sel keseluruhannya merupakan bentuk kepala yang bulat. Seringkali berwarna jika banyak jumlahnya, terletak dengan sterigmata primer atau sekunder.
Tabel 1. Rata-rata persentase infeksi cendawan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. setelah uji blotter test pada benih jeruk yang telah diberi perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur Persentase Infeksi (%) Konsentrasi Lama Simpan benih ekstrak kencur (%) (Minggu) Aspergillus spp Penicillium spp 0 0 32.5 67.5 100 2 0 100 75 2 0 100 50 2 32.5 67.5 100 4 5 37.5 75 4 2.5 90.75 50 4 37.5 90 Tingginya persentase infeksi Penicilliun spp. pada benih jeruk dalam penelitian ini disebabkan karena benih disimpan lama dalam suhu rendah dan kadar air benih yang tinggi sehingga pertumbuhan Penicillium spp. meningkat yang menyebabkan benih lebih cepat busuk. Menurut Sutakaria (1984)1 bahwa penyimpanan Aspergillus spp. merupakan golongan cendawan yang dominan pada kelembapan ruang simpan yang rendah, kemudian menyusul Penicillium spp., A. hallophilicus dapat tumbuh pada benih dengan kadar air yang terlalu rendah. Selanjutnya peningkatan kadar air benih dapat menyebabkan pertumbuhan cendawan seperti A. restrictus, A. glaucus, A. candidus, A. ochraelus, Penicillium spp dan A. flafus. Cendawan simpan tersebut di atas tidak banyak dijumpai pada biji yang masih di lapang. Spora cendawan ini dipancarkan melalui udara. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka, bekas tangkai dan mungkin juga melalui permukaan kulit yang utuh (Semangun, 1989).
Berbagai macam cendawan dapat menginfeksi dengan berbagai macam cara. Tempat terjadinya infeksi dapat berlokasi di dalam embrio, di luar embrio atau menempati seluruh jaringan biji (Sutakaria, 1984)1. Persentase benih jeruk terinfeksi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase benih jeruk yang sehat dan benih terinfeksi pada uji blotter test yang setelah perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur Persentase Benih Konsentrasi Lama Persentase Terinfeksi Eksrak Simpan Benih Sehat Setelah uji blotter test kencur Benih (%) (Minggu) (%) (%) Kontrol 0 100 77.5 100 2 62.50 100 75 2 62.50 100 50 2 68.75 100 100 4 43.13 100 75 4 29.38 100 50 4 36.25 100 100 6 1.86 100 75 6 18.13 100 50 6 0 100 100 8 0 100 75 8 0 100 50 8 0 100 Berdasarkan Tabel diatas setelah benih jeruk diberi perlakuan 2 minggu penyimpanan dengan berbagai konsentrasi ekstrak kencur, persentase benih sehat masih di atas 50 persen walaupun setelah di uji blotter test ternyata benih terinfeksi seluruhnya. Kemudian setiap 2 minggunya persentse benih sehat mengalami penurunan, dan pada minggu ke 8 benih sudah membusuk seluruhnya. Artinya pengaruh ekstrak kencur yang diberikan dapat mengurangi kerusakan benih saat disimpan, karena pertumbuhan cendawan simpan (Aspergillus spp. dan Penicullium spp.) dapat ditekan.
Menurut Mugiono (2002) adanya Aspergillus sp dalam penyimpanan, karena cendawan ini bersifat sangat saprofitik dan mempunyai daya adaptasi yang luas (Kosmopolitan). Keberadaan Aspergillus sp memegang peranan sebagai cendawan patogenik yang dominan dan mampu menurunkan kualitas benih. Sedangkan Murthy dan Raveesha (1996) bahwa cendawan yang terbawa benih kedelai di Karnataka adalah Aspergillus sp, Penicilliun sp dan Rhizopus sp dan biasanya cendawan ini merupakan cendwan yang berkembang pada penyimpanan.
B. Kecepatan Tumbuh Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap kecepatan tumbuh benih jeruk dapat dilihat pada Tabel 3 dan uji lanjut jarak berganda Duncan pada Tabel 4. Tabel 3. Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap kecepatan tumbuh benih jeruk Sumber db JK KT F Hit F Tabel 5% Total Kelompok Perlakuan
20 2 6
33.920 0.050 32.850
0.025 5.475
Galat
12
1.02
0.085
Keterangan :
ns
Tidak berbeda nyata ** Bebeda sangat nyata
0.294ns 64.412**
4.75 3.00
1% 9.33 4.82
Tabel 4. Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap kecepatan tumbuh benih jeruk Konsentrasi ekstrak Lama Simpan Purata Kecepatan Tumbuh kencur benih (% kecambah normal (%) (Minggu) per ermal) 0 0 3.65a 100 2 0.08b 75 2 0.17a 50 2 1.16a 100 4 0b 75 4 0b 50 4 0.08b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada taraf 5%
Pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan yang menunjukkan hasil terbaik adalah pada konsentrasi ekstrak kencur 50% dengan lama penyimpanan 2 minggu (1.16 %kecambah normal per etmal) daripada benih jeruk yang diberi perlakuan ekstrak kencur 100% dan 75% dengan kecepatan tumbuh masingmasing 0.08 %kecambah normal per etmal dan 0.17 %kecambah normal per etmal. Hal ini juga terjadi pada benih jeruk yang telah disimpan 4 minggu, benih jeruk dengan konsentrasi ekstrak kencur 50% menunjukkan hasil 0.08 %kecambah normal per etmal sedangkan benih jeruk dengan konsentrasi ekstrak kencur 100% dan 75% tidak mengalami perkecambahan. Artinya lingkungan simpan dengan perlindungan ekstrak kencur 50% terhadap benih jeruk paling tidak cocok bagi pertumbuhan cendawan Aspergillus spp. dan Penicillium spp. sedangkan kemunduran benih terjadi karena penyimpanan, semakin lama benih jeruk disimpan kecepatan tumbuh benih jeruk semakin rendah.
C. Daya Berkecambah Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap daya berkecambah benih jeruk dapat dilihat pada Tabel 5 dan uji lanjut jarak berganda Duncan pada Tabel 6. Tabel 5. Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap daya berkecambah benih jeruk Sumber db JK KT F Hit F Tabel 5% Total Kelompok Perlakuan
20 2 6
8.666,67 16,67 8,33 0,67ns 8.500 1.416,67 113,33**
Galat
12
150
Keterangan :
4,75 3,00
1% 9,33 4,82
12,5
ns
Tidak berbeda nyata ** Bebeda sangat nyata
Tabel 6. Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh lama simpan terhadap daya berkecambah benih jeruk Konsentrasi ekstrak Lama Simpan Purata Daya Berkecambah kencur benih (%) (%) (Minggu) 0 0 60a 100 2 1.67b 75 2 6.67b 50 2 11.67a 100 4 0b 75 4 0b 50 4 1.67b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada taraf 5%
Berdasarkan tabel hasil sidik ragam pada Tabel 5 pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan berbeda sangat nyata terhadap daya berkecambah benih jeruk. Perlakuan ekstrak kencur 50% dengan lama penyimpanan 2 minggu menunjukkan hasil paling baik (11,67%) daripada benih jeruk yang diberi perlakuan 100% ekstrak kencur (1,67%) dan 75% ekstrak kencur (6,67%). Untuk lama penyimpanan 4 minggu daya berkecambah benih jeruk terbaik juga pada konsentrasi ekstrak kencur 50%, sedangkan konsentrasi ekstrak kencur 100% dan 75% benih jeruk tidak mengalami perkecambahan. Artinya semakin lama benih jeruk disimpan daya berkecambah benihnya semakin menurun. Hal ini diduga karena belum tepatnya kondisi lingkungan simpan yang baik untuk benih jeruk yang tergolong benih rekalsitran. Sutakaria (1984)1 berpendapat benih baik yang baru dipanen mempunyai potensi tinggi untuk berkecambah. Potensi tersebut lambat laun menurun walaupun keadaan lingkungan tempat penyimpanan diatur dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Karena setelah benih dipanen masih terjadi berbagai proses seperti: perubahan pada struktur protein, berkurangnya cadangan makanan, pembentukan asam lemak, aktivitas enzim, perubahan kromosom dan respirasi (Justice dan Bass, 1990).
D. Keserempakan Tumbuh Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang akar dan panjang hipokotil benih jeruk dapat dilihat pada Tabel 7 dan uji lanjut jarak berganda Duncan pada Tabel 8. Tabel 7. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang akar dan panjang hipokotil benih jeruk Sumber Kelompok Perlakuan Keterangan :
ns
Panjang Akar (cm) ns ns
Panjang Hipokotil (cm) ns **
Tidak berbeda nyata ** Bebeda sangat nyata
Tabel 8. Hasil uji jarak berganda Duncan pengaruh lama simpan benih jeruk terhadap panjang hipokotil benih jeruk Konsentrasi ekstrak Lama Simpan Purata Panjang Hipokotil kencur benih (cm) (%) (Minggu) 0 0 4.63a 100 2 0b 75 2 0.67a 50 2 3.03a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan beda nyata pada taraf 5%
Pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang akar menunjukkan hasil tidak berbeba nyata. Sedangkan berdasarkan panjang hipkotil perlakuan konsentrasi ekstrak kencur dan lama simpan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Pada konsentrasi ekstrak kencur 50% dengan lama penyimpanan 2 minggu menunjukkan hasil terbaik (3.03 cm) daripada benih jeruk yang diberi ekstrak kencur 100% (0 cm) dan 75% (0.67 cm). Artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak kencur pertumbuhan hipokotil semakin terhambat. Benih jeruk yang diujikan untuk keserempakan
tumbuh setelah disimpan 4 minggu tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan banyaknya benih busuk yang terinfeksi cendawan saat benih disimpanan baik secara langsung merusak jaringan benih. Kerusakkan benih jeruk diduga juga disebabkan senyawa toksin yang dikeluarkan oleh cendawan dan konsentrasi ekstrak kencur terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas benih. Sutopo (1985) menyatakan bahwa kerugian-kerugian yang dapat disebabkan oleh patogen yang terbawa benih antara lain adalah menurunnya pesentase perkecambahan disebabkan oleh benih busuk atau damfing of pada kecambah akibat serangan patogen, turunnya kualitas benih yang diakibatkan oleh kerusakan-kerusakan bentuk fisik dan warna benih serta patogen-patogen tertentu tidak saja menurunkan kualitas benih, tetapi juga menyebabkan benih yang terinfeksi menjadi sangat beracun; sebagai contoh : pada benih kacang tanah yang terinfeksi oleh Aspergillus flavus menyebabkan terbentuknya aflatoksin yang beracun. Menurut Jastice dan Bass (1990) peralihan dari keadaan hidup sampai mati pada benih dapat berlangsung dengan lambat dan cepat, tergantung pada jenis benihnya, berat benih dan dibagian mana benih terluka; kelembapan dan suhu lingkungan dilapang, sewaktu panen dan sewaktu disimpan; serta sebentar atau lamanya benih terkena kondisi-kondisi buruk tersebut. Kodisi-kondisi itulah yang menentukan masa hidup benih yang sebenarnya. Sehingga benih dapat mati hanya dalam waktu beberapa hari atau minggu setelah saat kemasakannya atau sebaliknya benih tetap segar selama bertahun-tahun setelah kemasakannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis keragaman dan pembahasan hasil penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Konsentrasi ekstrak kencur 50 persen memberikan hasil terbaik yang dapat melindungi benih jeruk dari cendawan selama penyimpanan benih dengan lama waktu simpan 2 minggu 2. Jenis cendawan simpan yang dominan menyerang benih jeruk adalah Aspergillus spp. dan Penicillium spp. pada uji blotter tes 3. Penyimpanan benih jeruk dengan pemberian ekstrak kencur melebihi 2 minggu mengakibatkan penurunan viabilitas benih B. Saran 1. Perlu dilakukan penyimpanan benih jeruk dengan pemberian emponempon yang sama tetapi dengan metode penyimpanan yang berbeda, misalnya empon-empon tidak diekstrak tetapi hanya dirajang. Hal ini didasarkan karena diduga pengekstrakkan empon-empon dengan cara di parut dapat mengurangi zat-zat yang terkandung di dalam empon-empon tersebut 2. Perlu dilakukan metode uji kesehatan benih yang lain, misalnya metode inkubasi media agar sehingga diketahui kemungkinan adanya cendawan lain yang terbawa benih jeruk. Serta perlu juga dilakuakan pengujian in vitro untuk mengetahui pengaruh ekstrak kencur terhadap pertumbuhan cendawan terbawa benih jeruk yang ditumbuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Justice, O. L dan Louis N Bass. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta. Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. Mugiono. 2002. Pengujian potensi Minyak Sereh Wangi dan Minyak Cengkah Untuk Mengendaliakan Cendawan patogenik Terbawa Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr): Aspergillus flavus (L.) dan Fusarium oxysporium (S.). Skripsi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Mugnisyah, W.R. 1999. Teknologi Benih. Materi Pokok Mekanisasi Pertanian;16; LUHT 4431/2 SKS; Universitas Terbuka. Jakarta. Murthy YLK dan Raveesha K.A. 1996. Seed Mycoflora of Soy Bean in Karnataka. Plant Disease Research II (1): 78-82. Neegaard, P. 1976. Seed Pathology. Vol I.. John Willey and Sons. New York. Sadjad, S, Endang Murtiati dan Satrias Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. PT Grasindo. Jakata. Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Soelarso, B. 2003. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Streets, R.B. 1972. Diagnosis Penyakit Tanaman. The University of Arizona Press. Tuscon, Arizona, USA. Sutopo, L . 1985. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta. Tjahjani, A, Rahayu S dan Supartini. 2003. Pengaruh Ekstraksi Daun Mimba dan Daun Sirih terhadap Penyakit Antraknosa pada Buah Cabe Merah (Capsicum annuum). Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah. Pemanfaatan Pestisida Nabati: Bogor, 9 – 10 November 1999. Wudianto, R. 2001. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya,. Jakarta. Wirawan, B dan Sri Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1. Gambar konidium Aspergillus spp. (a), Penicillium spp. (b) dan benih jeruk yang terinfeksi cendawan pada uji blotter test (c)
a. Konidium Aspergillus spp.
b. Konidium Penicillium spp.
c. Benih jeruk yang terinfeksi cendawan pada uji blotter test
Lampiran 2. Gambar kriteria kecambah normal (a), abnormal (b) dan benih busuk atau mati (c)
a. Kriteria kecambah normal benih jeruk
b. Kriteria kecambah abnormal benih jeruk
c. Kriteria benih jeruk busuk atau mati
Lampiran 3. Rata-rata kecepatan tumbuh benih jeruk setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur Konsentrasi Lama simpan Kecepatan Tumbuh ekstrak kencur benih (% Kecambah Normal Per Etmal) (%) (Minggu) Ulang Ulang Ulang Rataan an an rata 1 2 3 0 100 75 50 100 75 50
0 2 2 2 4 4 4
3.86 0 0 1.11 0 0 0
3.64 0.25 0.25 0.50 0 0 0.24
3.45 0 0.25 1.86 0 0 0
3.65 0.08 0.16 1.16 0 0 0.08
Lampiran 4. Rata-rata daya berkecambah benih jeruk setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur Konsentrasi Lama simpan Daya Berkecambah (%) ekstrak kencur benih Ulang Ulang Ulang Rata(%) (Minggu) an an an rata 1 2 3 0 100 75 50 100 75 50
0 2 2 2 4 4 4
60 0 5 10 0 0 0
60 5 5 5 0 0 5
60 0 10 20 0 0 0
60 1.66 6.67 11.67 0 0 1.66
Lampiran 5. Rata-rata panjang akar benih jeruk setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur Konsentrasi Lama simpan Panjang Akar (cm) ekstrak kencur benih Ulang Ulang Ulang R Rata(%) (Minggu) an an an rata 1 2 3 0 100 75 50 100 75 50
0 2 2 2 4 4 4
4.28 0 2.85 5.5 0 0 0
3.61 0 0 2 0 0 0
4.66 0 03.1 0 0 0 0
4.18 0 0.95 3.53 0 0 0
Lampiran 6. Rata-rata panjang hipokotil benih jeruk setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan ekstrak kencur Konsentrasi ekstrak kencur
Lama simpan benih
(%)
(Minggu)
Panjang Hipokotil (cm) Ulang
Ulang
Ulang
an
an
an
1
2
3
Ratarata
0
0
4.50
4.89
4.51
4.63
100
2
0
0
0
0
75
2
2
0
0
0.66
50
2
3.1
4
2
3.03
100
4
0
0
0
0
75
4
0
0
0
0
50
4
0
0
0
0
Lampiran 7. Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang akar benih jeruk Sumber
db
JK
KT
Total Kelompok Perlakuan
11 2 3
48.72 6.47 36.33
3.23 12.11
Galat
12
5.92
11.12
Keterangan :
ns
F Hit
0.29ns 1.1ns
F Tabel 5%
1%
3.14 4.76
10.92 9.78
Tidak berbeda nyata
KK = 153.67% Lampiran 8. Hasil sidik ragam pengaruh ekstrak kencur dan lama simpan terhadap panjang hipokotil benih jeruk Sumber
db
JK
KT
Total Kelompok Perlakuan
11 2 3
46.03 1.81 41.26
0.66 13.75
Galat
12
5.92
11.12
Keterangan :
ns
Tidak berbeda nyata ** Bebeda sangat nyata
KK = 33.70%
F Hit
1.35ns 28.06**
F Tabel 5%
1%
3.14 4.76
10.92 9.78